You are on page 1of 55

MAKALAH

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

DI KABUPATEN KOLAKA

OLEH:

ALFRYANTI DATU MANNA


MIBI22040
B

PROGRAM STUDI ILMULINGKUNGAN


JURUSAN ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Konservasi sumber daya alam di
Kabupaten Kolaka keperluan dalam penyelesaian tugas mata kuliah Konseravsi
Sumberdaya Alam
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
Aminuddin Mane Kandari, M.Si selaku Dosen mata kuliah tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini pula penulis menemukan berbagai
kendala, hambatan dan tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan
Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan semua itu tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan dorongan dari orang-
orang yang berada di sekeliling penulis. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa,
Orang tua tercinta, dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sekalian sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua.

Kendari, Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.2 Tujuan.................................................................................................. 3
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam.......................................... 4
2.2 Gambaran Kabupaten Kolaka............................................................... 15
2.2 Sumber Daya Alam di Kabupaten Kolaka............................................ 16
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 50
3.2 Saran...................................................................................................... 51
DAFTAR PUTAKA

iii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber Daya Alam merupakan unsur yang sangat penting dalam

kehidupan ini,karena tanpa ada sumber daya alam kita mustahil untuk dapat hidup

di dunia ini,misalnya untuk makan maka kita mengambil makanan tersebut dari

alam,untuk membangun rumah kita menggunakan kayu,kayu tersebut juga berasal

dari sumber daya alam dan masih banyak yang lainnya pokoknya semua

kegiatan di bumi ini pasti tidak terlepas dari sumber daya alam. Di Indonesia ini

terdapat berbagai macam sumber daya alam yang melimpah,namun kita

sepertinya tidak memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan baik dan juga

tidak bijaksana dalam menggunakannya. Mengingat begitu pentingnya manfaat

sumber daya alam tersebut maka kita seharusnya melakukan konservasi atau

melestarikan sumber daya alam tersebut untuk kelangsungan hidup kita.

Secara umum, konservasi, mempunyai arti pelestarian yaitu

melestarikan/mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan

lingkungan secara seimbang. Adapun tujuan konservasi, mewujudkan kelestarian

sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih

mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia,

melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Selain itu, konservasi meruapakan salah

satu upaya untuk mempertahankan kelestarian satwa (Racman, 2013).

Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, menjelaskan bahwa yang dimaksud

1
dengan konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya

alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin

kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas keanekaragaman dan nilainya.Konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan

2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya

3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya.

Pengelolaan sumber daya alam merupakan suatu upaya yang

berkesinambungan dalam proses pembangunan yang berkelanjutan dalam upaya

menyejahterakan masyarakat. Hubungan antara sumber daya alam yang tersedia

dengan kesejahteraan masyarakat sangat erat, ketersediaan sumber daya alam

yang terbatas dapat menjadi suatu masalah yang besar jika pengelolaanya tidak

terkoordinasi dengan baik (Arifandy dan Sihaloho, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah konservasi sumberdaya alam adalah


sebagai berikut:
1. Bagaimana konservasi sumberdaya alam lingkungan?
2. Bagaimana gambaran di Kabupaten Kolaka?
3. Bagaimana sumberdaya alam di kota Kolaka?

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah Konservasi sumberdaya alam adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konservasi sumber daya alam lingkungan.
2. Untuk mengetahui gambaran di Kabupaten Kolaka.
3. Untuk mengetahui sumberdaya alam di kota Kolaka.

3
II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian konservasi sumber daya alam

Konservasi atau conservation dapat diartikan sebagai suatu usaha

pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumber daya

alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara

berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara potensinya

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi generasi

yang akan datang.

Berdasarkan pengertian tersebut, konservasi mencakup berbagai aspek

positif, yaitu perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan secara berkelanjutan,

restorasi, dan penguatan lingkungan alam (IUCN, 1980). Pengertian tersebut juga

menekankan bahwa konservasi tidak bertentangan dengan pemanfaatan aneka

ragam varietas, jenis dan ekosistem untuk kepentingan manusia secara maksimal

selama pemanfaatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan.

Berdasarkan Undang – Undang No. 5 Tahun 1990 terdapat 3 hal utama

yang ada dalam konservasi yaitu :

1. Perlindungan proses – proses ekologis yang penting atau pokok dalam sistem –

sistem penyangga kehidupan.

2. Pengawetan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah

3. Pemanfaatan sumber daya alam hayati secara lestari beserta ekosistemnya

4
Menurut UU No.23 Tahun 1997, pengertian konservasi sumber daya

alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk

menjamin pemanfaatan secara bijaksana dan sumber daya alam dalam

terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai keanekaragamannya. Dalam

undang-undang tersebut pengertian konservasi terkait dengan sumber daya alam

yang terdapat dalam lingkungan hidup. Oleh karenanya konservasi pada

dasarnya tidak dapat dipisahkan dalam pemakaiannya dengan sumber daya alam

dan lingkungan.

Hal ini secara jelas dapat dilihat dari defenisi lingkungan hidup (Undang-

Undang No.23 Tahun 1997 ), yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain.

Konservasi sumber daya alam dan lingkungan (KSDAL) adalah tanggung

jawab semua umat manusia di muka bumi karena pengaruh ekologis yang

ditimbulkan dari berbagai kegiatan pembangunan tidak dibatasi oleh perbedaan

wilayah administratif pemerintahan negara. Oleh karena itu, upaya konservasi

harus menjadi bagian integral dari pembangunan. Pembangunan yang dilakukan

di negara manapun akan terkait dengan kepentingan negara lain maupun

kepentingan internasional.

Konservasi sumberdaya alam lingkungan menjadi tanggung jawab

bersama dari seluruh umat di muka bumi, sehingga perlu dipertimbangkan

5
terjalinnya jaringan kelembagaan baik secara regional, nasional, bahkan

internasional. Salah satu contohnya adalah taman nasional. Taman nasional

merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang telah memiliki

kelembagaan cukup kuat di berbagai negara. Berbagai bentuk kerja sama

internasional diakui sangat berarti bagi negara-negara yang kurang mampu dalam

menangani sendiri kawasan konservasi yang dimilikinya. Hal ini

mengimplementasikan suatu mekanisme untuk memikul biaya secara bersama-

sama, melalui pembagian yang adil antara biaya dan manfaat dari pengelolaan

kawasan konservasi, baik di antara bangsa dan kawasan yang dilindungi serta

masyarakat sekitarnya.

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi di mana

konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam

untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi

sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Apabila merujuk

pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai

berikut.

1. Konservasi adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi

keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama

(American Dictionary).

2. Konservasi adalah alokasi sumber daya alam antarwaktu (generasi) yang

optimal secara sosial (Randall, 1982).

3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme

hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia

6
yang meningkat, sedangkan dalam kegiatan manajemen antara lain meliputi

survei, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan

latihan (IUCN, 1968).

4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga

dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat

diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

Pada tahun 1972 dilakukan pertemuan yang merupakan tonggak penting

dalam pengembangan strategi konservasi global. Pertemuan tersebut dikenal

dengan Stockholm Conference on the Human Environment. Hasil dari pertemuan

tersebut antara lain pembentukan UNEP (The United Nations Environment

Program) untuk menghadapi tantangan permasalahan lingkungan hidup di dunia,

yang masih terfokus pada kerusakan dan konservasi sumber daya alam.

Pada tahun 1992, Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, atau yang

dikenal sebagai United Nations Conference on Environmental and Development;

atau yang dikenal dengan istilah KTT Bumi membahas berbagai cara untuk

melindungi lingkungan dengan perhatian pada pembangunan ekonomi yang lebih

berkelanjutan pada negara yang kurang sejahtera.

Pertemuan tersebut juga berhasil meningkatkan perhatian dan keseriusan

dunia dalam menghadapi berbagai krisis lingkungan, membangun pemahaman

yang jelas antara upaya perlindungan lingkungan dan kebutuhan untuk

mengentaskan kemiskinan di negara berkembang dengan bantuan dana dari

negara maju.

7
Di Asia Timur, konservasi sumber daya alam hayati (KSDAH) dimulai

saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa

perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan, dan hutan. Sedangkan

di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para

pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang

berisi inventarisasi dari sumber daya alam milik kerajaan.

Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk

konservasi sumber daya alam hayati pada masa tersebut, yaitu Raja Asoka

melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja William I

melakukan pengelolaan sumber daya alam hayati atas dasar adanya data yang

akurat. Berdasarkan pada fakta sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa sejak jaman

dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun

konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan).

Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal

konsep modern konservasi, yaitu konsep modern konservasi yang menekankan

pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana.

Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi

kultural, yang pada saat zaman dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat

sekarang.

Secara keseluruhan, Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

(KSDAL) adalah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang

pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan

8
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragamannya.

Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara lintas

sektor dan lintas aktor; bersama dan terpadu baik oleh pemerintah maupun

masyarakat (mencakup masyarakat umum, swasta, lembaga swadaya masyarakat,

dan perguruan tinggi), serta pihak-pihak lainnya.

a. Konservasi sumber daya alam dan lingkungan dalam konteks

perencanaan wilayah

Permasalahan yang dihadapi di bidang perencanaan wilayah terkait dengan

konservasisumber daya alam dan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:

1. Belum mantapnya penataan kawasan perkotaan dan perdesaan berbasis

konservasi sumber daya alam dan lingkungan serta kawasan fungsional

lainnya,

2. Belum terbentuknya unit konservasi sumber daya alam dan lingkungan

perdesaan dan perkotaan pada seluruh wilayah secara nasional,

3. pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang belum berpihak kepada

masyarakat,

4. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang masih bertumpu pada

hasil dari perspektif ekonomi,

5. Masih lemahnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran dan

pengelolaan sumber daya,

9
6. Upaya konservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan lingkungan yang

belum mendapat perhatian yang memadai sehingga menyisakan lahan kritis

(terdegradasi).

Di samping itu, dalam konteks perencanaan wilayah, konservasi sumber

daya alam dan lingkungan menghadapi permasalahan-permasalahan sebagai

berikut.

1. Masih maraknya praktik ilegal terhadap proses eksplorasi dan eksploitasi

sumber daya alam dan lingkungan dan masih lemahnya penegakan hukum (law

enforcement) terhadap pelanggaran yang terjadi;

2. Rendahnya kesadaran masyarakat dan bangsa tentang arti penting dan nilai

strategis sumber daya alam dan lingkungan bagi pembangunan ekonomi

nasional (kemakmuran bangsa) dan untuk kepentingan bagi generasi yang akan

datang;

3. Kerusakan Daerah Aliran Sungai, ekosistem darat, pesisir dan laut (kawasan

kepesisiran, mangrove dan terumbu karang) di beberapa kawasan;

4. Degradasi Daerah Aliran Sungai dan pencemaran lingkungan pesisir;

5. Konflik pemanfaatan ruang;

6. Kelembagaan yang belum berfungsi optimal, masih banyak terjadi tumpang

tindih kewenangan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan;

7. Pengelolaan potensi sumber daya nonkonvensional yang belum optimal.

b. Peranan konservasi sumber daya alam dan lingkungan dalam


perencanaan wilayah

10
Peranan sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDAL) sangat penting

dalam pembangunan nasional, baik sebagai penyedia bahan baku bagi

pembangunan ekonomi maupun sebagai pendukung sistem kehidupan. Sesuai

dengan fungsinya tersebut, SDAL perlu dikelola dengan bijaksana agar

pembangunan serta keberlangsungan kehidupan manusia dapat terjaga dan lestari

saat ini dan di masa yang akan dating.

Sesuai amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010-2014, pembangunan SDAL diarahkan pada 2 (dua) kelompok,

yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mendukung pembangunan ekonomi,

2. Untuk meningkatkan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.

Pembangunan SDAL yang mendukung pembangunan ekonomi dijabarkan

dalam 3 (tiga) prioritas, yaitu sebagai berikut:

1. Peningkatan ketahanan pangan, dan revitalisasi pertanian, perikanan, dan

kehutanan;

2. Peningkatan ketahanan dan kemandirian energi;

3. Peningkatan pengelolaan sumber daya mineral dan pertambangan.

Pembangunan SDAL yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan

kualitas dan kelestarian lingkungan hidup ditekankan pada 4 (empat) prioritas,

yaitu sebagai berikut:

1) Perbaikan kualitas lingkungan hidup;

2) Peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan;

3) Peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan;

11
4) Peningkatan kualitas informasi iklim dan bencana alam serta kapasitas adaptasi

dan mitigasi perubahan iklim.

Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagai berikut.

1. Karakteristik, keaslian atau keunikan ekosistem (hutan hujan tropis/ 'tropical

rain forest' yang meliputi pegunungan, dataran rendah, rawa gambut, dan

pantai).

2. Habitat penting/ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan fauna)

khusus yaitu endemik (hanya terdapat di suatu tempat di seluruh muka bumi),

langka, atau terancam punah (seperti harimau, orang utan, badak, gajah,

beberapa jenis burung seperti elang garuda/elang jawa, serta beberapa jenis

tumbuhan seperti ramin). Jenis-jenis ini biasanya dilindungi oleh peraturan

perundang-undangan.

3. Tempat yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami.

4. Lanskap (bentang alam) atau ciri geofisik yang bernilai estetik/scientifik.

5. Fungsi perlindungan hidro-orologi: tanah, air, dan iklim global. 6. Pengusahaan

wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa liar yang menarik).

Konflik konservasi dapat muncul akibat hal-hal sebagai berikut:

1. Penciutan lahan dan kekurangan sumber daya alam (SDA);

2. Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat dan permintaan pada SDA

meningkat;

3. SDA diekstrak berlebihan (over exploitation) menggeser keseimbangan alami;

4. Masuknya/introduksi jenis luar yang invasif, baik flora maupun fauna, sehingga

mengganggu atau merusak keseimbangan alami yang ada.

12
Selanjutnya konflik konservasi akan semakin parah jika:

1. SDA berhadapan dengan batas politik (misal: daerah resapan dikonversi untuk

HTI dan HPH (akibat kepentingan politik dan ekonomi);

2. Pemerintah dengan kebijakan tata ruang (program jangka panjang) yang tidak

berpihak pada prinsip pelestarian SDA dan lingkungan;

3. Perambahan dengan latar belakang kepentingan politik untuk mendapatkan

dukungan suara dari kelompok tertentu dan juga sebagai sumber keuangan

ilegal.

Selanjutnya konflik konservasi akan semakin parah jika: 1. SDA

berhadapan dengan batas politik (misal: daerah resapan dikonversi untuk HTI dan

HPH (akibat kepentingan politik dan ekonomi); 2. Pemerintah dengan kebijakan

tata ruang (program jangka panjang) yang tidak berpihak pada prinsip pelestarian

SDA dan lingkungan; 3. Perambahan dengan latar belakang kepentingan politik

untuk mendapatkan dukungan suara dari kelompok tertentu dan juga sebagai

sumber keuangan ilegal.

Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun serasi

dan seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus terus

dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu.

Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik, yang dapat

dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia merupakan sumber daya alam.

Tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroba merupakan sumber daya alam hayati,

sedangkan faktor abiotik lainnya merupakan sumber daya alam nonhayati.

Pemanfaatan sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian

13
karena sumber daya alam bersifat terbatas. Sumber daya alam ialah semua

kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik yang dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan manusia dan kesejahteraan manusia, misalnya: tumbuhan,

hewan, udara, air, tanah, bahan tambang, angin, cahaya matahari, dan mikroba

(jasad renik).

1. Keanekaragaman Hayati

Berdasarkan proses geologi, dan menurut para ahli biologi, Indonesia

dibagi menjadi dua wilayah biogeografi, yaitu:

a. Wilayah Indo-Malaya, meliputi pulau-pulau di wilayah Indonesia Barat, yakni

Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali yang terletak di Selat Sunda yang

menyatu dengan benua Asia.

b. Wilayah Indo-Australia di wilayah timur yang meliputi pulau Irian dengan

kepulauan Kei dan Aru di Selat Sahul yang berhubungan dengan benua

Australia.

Berdasarkan wilayah biogeografi tersebut di atas, maka dalam kerangka

prioritas usaha konservasi, Indonesia dibagi menjadi tujuh wilayah biogeografi

utama, yaitu sebagai berikut.

a. Sumatra dan sekitarnya.

b. Jawa dan Bali.

c. Kalimantan, termasuk Pulau Natuna dan Pulau Amambas.

d. Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya.

e. Nusa Tenggara, termasuk Wetar dan Tanimbar.

f. Maluku

14
2.2 Gambaran Kabupaten Kolaka

Kabupaten Kolaka adalah sebuah kabupaten yang berada di provinsi

Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kota kabupaten kolaka berada di kecamatan

kolaka. Kabupaten kolaka (induk) telah dua kali mengalami pemekaran, yakni

Kabupaten Kolaka Timur yang telah di sahkan pada akhir tahun 2012. Pasca

pemekaran, Kabupaten Kolaka mencakup daratan dan kepulauan yang memiliki

wilayah seluas 3.283,59 Km2 dan wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas

15.000 Km2. Jumlah penduduk kabupaten ini pada tahun 2021 berjumlah 238.352

jiwa. Kabupaten Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang memiliki

wilayah daratan seluas 3.283,64 km² dan wilayah perairan/laut diperkirakan seluas

± 15.000 km².

Dari segi industri Kota Kolaka memiliki perusahaan industri besar/sedang

yang sangat menonjol adalah pabrik Fero Nikel PT. Aneka Tambang di

Kecamatan Pomalaa. Jumlah industri kimia selama 5 tahun mengalami kenaikan

dari 291 perusahaan tahun 2001 menjadi 304 perushaan pada tahun 2005.

15
Perusahaan industri logam dan mesin tahun 2005 sebanyak 168 perusahaan. Di

Kabupaten Kolaka terdapat pertambangan nikel dan dengan keunggulan tersebut

diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang ada semaksimal mungkin untuk

menunjang perkembangan perekonomian.

Kota Kolaka juga memiliki banyak tempat untuk wisata yang banyak

dikunjungi masyarakat untuk sekedar bersantai seperti pantai cocoa city, villa

rumat adat mekongga kolaka, tanjung kayu angin, danau biru dan tamborasi.

2.3 Sumber daya alam yang ada di Kab. Kolaka

Sumber daya alam di kota Kolaka dapat diklasifikasikan berdasar pada

sumbernya yaitu biotik (hayati) dan abiotik (nonhayati). Berikut adalah beberapa

sumber daya alam yang terdapat di kota Kolaka.

a. Sumber daya Alam Pertambangan di Kab. Kolaka

1. Pertambangan Nikel PT. Ceria Nugraha Indotama (CNI)

Pertambangan nikel di Desa Muara Lapapao ini menimbulkan

berbagai macam dampak. Desa ini berada di Kecamatan Wolo Kabupaten

16
Kolaka yang dimana Desa tersebut terdapat beberapa perusahaan

pertambangan yang beroperasi yaitu salah satunya PT. Ceria Nugraha

Indotama (CNI), perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 2012, setelah itu

PT. Ceria Nugraha Indotama pernah berhenti beroperasi dan kembali

beroperasi pada tahun 2017. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahan

yang bergerak di bidang pertambangan, dimana perusahaan ini melakukan

produksi biji nikel di kecematan Wolo salah satunya di desa Muara Lapapao.

Keberadaan perusahaan tambang di tengah-tengah masyarakat Desa Muara

Lapapao merupakan wujud dan partisipasi dalam peningkatan dan

pengembangan pembangunan masyarakat. Namun dengan adanya perusahaan

tambang di tengah masyarakat Desa Muara Lapapao juga dapat mempengaruhi

kondisi lingkungan di sekitar pertambangan.

Hadirnya perusahaan tambang ini diharapkan mampu memperbaiki

desa menjadi lebih baik lagi seperti secara ekonomi, akan tetapi disamping

harapan tersebut diduga turut membawa dampak buruk bagi kondisi

lingkungan. Masuknya perusahaan tambang nikel di Desa Muara Lapapao

Kecematan Wolo Kabupaten Kolaka diduga akan membawa pengaruh, baik itu

besar maupun kecil terhadap kondisi lingkungan sosial ekonomi sekitar

beroperasinya perusahaan pertambangan. Aktivitas perusahaan tambang diduga

akan membawa dampak buruk atau negatif terhadap penurunan kualitas

lingkungan hidup, seperti pencemaran lingkungan.

Dampak lingkungan dari adanya pertambangan nikel di Desa Muara

Lapapao membawa dampak buruk bagi masyarakat desa Muara Lapapao

17
karena tercemarnya air laut disekitar pertambangan dan mengakibatkan air

menjadi kotor/berwarna merah sehingga ikan-ikan disekitar pertambangan

banyak yang mati. Kegiatan eksploitasi dan pemanfaatan berbagai bahan

tambang secara besar besaran secara untuk memenuhi kebutuhan manusia

tanpa mekanisme keseimbangan dalam pengeksploitasinya akan menyebabkan

perubahan-perubahan dan gangguan terhadap sumber daya alam. Kondisi ini

menimbulkan masalah lingkungan terhadap sumber daya alam serta

menimbulkan masalah lingkungan yaitu menurunnya kualitas lingkungan.

Setiap kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang tidak memperhatikan

dampak lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap

lingkungan itu sendiri maupun hajat orang banyak.

Keberadaan perusahaan pertambangan nikel tersebut memberikan

dampak lingkungan yang kurang menyenangkan bagi para nelayan, karena

tercemarnya air laut disekitar pertambangan banyak para nelayan yang merasa

dirugikan akan hal itu.

Hal tersebut secara langsung berpengaruh terhadap masyarakat yang

berprofesi sebagai nelayan, karena para nelayan berfikir dengan munculnya

pertambangan nikel ini justru merugikan mereka. Dengan adanya perusahaan

tersebut yang beroperasi, air laut menjadi tercemar dan pantai menjadi rusak

akibat zat-zat yang berasal dari industri pertambangan tersebut dan secara tidak

langsung akan menurunkan tingkat produksi hasil tangkapan ikan para nelayan.

Pengelolaan lingkungan bagi industri di bidang usaha tambang nikel

merupakan hal terpenting dari suatu kegiatan usaha yang di lakukan agar

18
industri tetap berjalan dan berkelanjutan. Pembangunan industri yang

berkelanjutan mencakup 3 aspek yaitu lingkungan (environment), ekonomi

(economy) dan sosial/kesempatan yang sama bagi semua orang (Equity) yang

di kenal 3E. Aspek lingkungan tidak berdiri namun sangat terkait dengan dua

aspek lainnya. Dalam kegiatan internal industri,peluang untuk memaduk

ekonomi dan aspek lingkungan ekonomi sangat besar, tergantung cara

mengelola lingkungan dengan bijak dan menguntungkan. Faktor sosial yang

sebagian besar menyangkut masyarakat sekitar atau di luar industri juga sangat

terkait dalam pengelolaan lingkungan.

Kaitan aspek lingkungan dengan ekonomi dan sosial dalam kegiatan

industri tambang nikel merupakan hal pokok dalam menjaga dan meningkatkan

kualitas kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar. Untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas kehidupan, dengan

memaksimalkan pemakaian sumber daya alam dan bahan-bahan beracun,

memperkecil timbulan limbah dan pencemar selama daur hidup produk

sehingga tidak mengorbankan generasi mendatang dalam memenuhi

kebutuhannya.

Dampak pencemaran terhadap badan air yang di hasilkan dari limbah

industri, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Zat organik terlarut

 Zat padat tersuspensi

 Nitrogen dan phospor

 Minuman dan bahan-bahan terapung

19
 Logam berat cynida dan racun organik

 Warna kekeruhan

 Organic tracer

 Bahan yang mudah mengalami dekomposisi biologis (refactory subtances)

 Bahan yang mudah menguap.

2. Pertambangan Nikel PT. Antam Pomalaa

PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra merupakan perusahaan

yang mengekstraksi sumberdaya mineral logam nikel di Kecamatan Pomalaa.

Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kegiatan pertambangan yang

dilakukan oleh UBPN Sultra memberikan lingkungan bagi perusahaan maupun

masyarakat sekitar. Dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dari

perusahaan ini seperti:

a. Kerusakan lingkungan akibat limbal slag

20
Limbah hasil pengolahan bijih nikel milik PT. Antam di Pomalaa dalam

bentuk slah ternyata digunakan masyarakat sebaga material timbunan. Tak

hanya itu obyek wisata pantai harapan yang dibentuk dengan cara menimbun

laut itu juga menggunakan limbah nikel. Padahal ampas slag termasuk dalam

limbah yang mengandung unsur berbahaya dan beracun. Slag ini tidak bisa

dijadikan bahan timbunana jalan, apalagi untuk rumah masyarakat karena

mengandung limbah berbahaya. Politi PPRN ini mengaku pihaknya telah

melayangkan teguran pada manajemen PT. Antam agar tidak lagi membiarkan

limbah slah berhamburan di pemukiman umum bahkan dipergunakan untuk

menimbun lokasi Pantai Harapan. PT. Antam keliru membuat obyek wisata

permandian di Pomalaa yang semuanya dikelilingi oleh limbah batu slah.

Sementara ini jika bersenyawa dengan air laut menyebabkan adanya unsur

kimiawi yang bisa menyebabkan orang yang mandi di pantai itu terkena kanker

kulit.

b. Rusaknya lahan karena tidak ada reklamasi secara menyeluruh

Risiko terbesar yang dihadapi pelaku bisnis pertambangan

tak terkecuali ANTAM adalah potensi ancaman kerusakan lingkungan

yang bisa mengganggu ekosistem di sekitar lokasi penambangan. Kenyataan

ini sangat disadari perusahaan sehingga berupaya agar operasional

penambangan di seluruh unit bisnis ANTAM dijalankan sesuai praktik

penambangan yang baik dan sejalan peraturan yang berlaku baik ejak

perencanaan maupun setelah selesai pasca tambang.

21
Sedikitnya 7000 hektar lahan yang telah digarap oleh perushaan

tambang tanpa adanya reklamasi saat ini. Jaminan reklamasi dari tahun 2009

hingga saat ini tidak sampai Rp. 100 milyar, sementara dampak kerusakan

lingkungan secara materi mencapai triliunan. Di kolaka, dana dan jaminan

reklamasi itu hanya Rp. 90 juta per hektar itupun berlaku awal tahun 2012.

Sementara sejak tahun 2009 hingga 2011 jaminan itu tidak ada.

c. Hancurnya biodiversitas pesisir laut Pomalaa yang berdampak pula

pada perekonomian masyarakat

Menurut Hamzah (2009) bagi sebagian masyarakat desa Hakatutobu,

Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka laut merupakan sumber kehidupan

utama sekaligus rumah bagi mereka. Setiap harinya sekitar 197 kepala keluarga

menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam yang ada dipesisir. Namun

sejak masuknya kuasa pertambangan dilingkungan pesisir laut menjadi rusak

akibat banjir lumpur merah dari sisa-sisa material tambang yang mengalir ke

laut. Dampak dari itu bukan hanya berimbas pada biodiversity pesisir laut

Pomalaa, namun berdampak pula pada perekonomian masyarakat. Di awal

maraknya aktivitas pertambangan di bumi mekongga tidak sedikit masyarakat

yang mempunyai lahan, rela menyewakan sebidang tanahnya untuk dapat

digunakan oleh masyarakat. Namun bagi mereka yang tidak mempunyai lahan

dan terpaksa memilih menjadi buruh kasar. Tetapi pasca diberlakukannya

aturan tentang perusahaan terlebih dahulu harus memurnikan hasil olahan

minerealnya di dalam negeri, sebelum akhirnya diekspor keluar. Sebagian

22
besar perusahaan melakukan PHK massal. Imbasnya masyarakat banyak

masyarakat yang kehilangan pekerjaan.

Disekitar wilayaah Pomalaa tempat dimana sebagian masyarakat

membudidayakan rumput laut dan kondisi air mengalami kekeruhan dengan

jarak pandang hanya empat meter terdapat terumbu karang yang tertutup

sedimentasi dan lumpur. Akibatnya biota mengalami hambatan pertumbuhan.

Selain itu, area vegetasi lamun (pasik) tidak menampakkan ikan dan terumbu

karang rusak parah dengan coverage tinggal 10 persen. Menurut pengakuan

seorang petani, rumput laut menurutnya sekarang tidak bisa berkembang

dengan baik. Sebelum gena seminggu rumput lautnya sudah mati. Lihat saja

bagaimana mau tumbuh kalau air laut warnanya merah akibat limbah nikel.

Karena rumput laut tidak bisa tumbuhan, ia memutuskan untuk menjadi

nelayan.

d. Polusi debu yang dirasakan oleh masyarakat lokal maupun luar

Perusahaan tambang seharusnya memiliki konstribusi terbesar buat

pembangunan infra struktur di daerah Pomalaa ini, namun ironisnya hal ini

belum sama sekali dirasakan masyarakat Pomalaa. Hal ini berbanding terbalik

dengan kondisi daerah lain di Kabupaten Kolaka yang dapat menghidup udara

segar. Sebaliknya masyarakat Pomalaa hanya dapat menghirup debu-debu yang

beterbangan. Keluruhan ini juga datang dari masyarakat luar daerah Pomalaa.

Kami resahkan akibat debu ketika mengendarai sepeda motor yang lebih parah

lagi ketika hujan turun dimana jalan dipeneuhi becek yang begitu licin dan

sangat berbahaya. Pandangan inilah yang membuat masyarakat Pomalaa

23
merasa adanya diskriminasi yang besar terhadap daerah mereka. Patut

disayangkan ketika pemerintah daerah kabupaten Kolaka sedang tidur terlelap

dan selalu bahagia dengan kursi kemeawahan yang mereka milik. Justu

masyarakat Pomalaa harus tidur dengan pemikiran masa depan kampung

halaman mereka yang memiliki potensi sejuta kekayaan alam yang begitu besar

namun tidak mereka rasakan.

b. Sumber daya Alam Hasil Tambak dan Pertanian

1. Sawa

sawah adalah salah satu usaha pertanian termasuk di kolaka kec. Wolo

yang secara fisik berpermukaan rata, di batasi oleh pematang, serta dapat di

tanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah di

gunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk mengairi sawa dapat menggunakan

sistem seperti irigasi dan mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir

24
di kenal adalah sebagai sawah tadah hujan, sementara itu yang lainnya adalah

sawah irigasi. Sawah irigasi adalah sawah yang menggunakan sistem irigasi

teratur (teknis). Pengairan sawah irigasi berasal dari sebuah bendungan atau

waduk. Sistem irigasi salah satu faktor penentu keberhasilan dari usaha

pertanian. Salah satu proses pada sistem irigasi adalah pemberian air irigasi

manual dengan cara buka tutup saluran atau pipa air irigasi. Sistem buka tutup

saluran atau pipa irigasi biasanya menggunakan metode sistem pintu air yang

di lakukan secara manual. Untuk mengendalikan sistem buka tutup saluran atau

pipa air, petani mengalami kesulitan di karenakan sistem manual dan proses

buka dan tutup yang menyita waktu para petani. Dalam melakukan proses

saluran irigasi sawah yang di gunakan oleh petani masih mengacu pada sistem

penjadwalan atau menggunakan waktu tanpa melihat kondisi suhu dan

kelembaban tanah pada sawah. Pengelolahan tanah sawah di kabupaten kolaka

kec. Wolo terbagi menajadi 3 tahap, tahapan pengolahan tanah sawah pada

prinsipnya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

 Perbaikan Pematang/Galengan dan Saluran

sebelum penggaran/galengan harus di bersihkan dari rerumputan, di

perbaiki, dan di buat cukup tinggi. Fungsi utama untuk menahan air selama

pengelolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan, sebab dalam

penggarapan tanah air tidak boleh mengalir keluar. Fungsi selanjutnya

berkaitan erat denagan pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman padi.

Saluran atau parit di perbaiki dan di bersihkan dari rumput-rumput. Kegiatan

ini bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji

25
gulma yang terbawa masuk ke dalaman petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman

pada bidang olah di bersihkan sebelum tanah di olah.

 Pencangkulan

setelah di lakukan perbaikan pematang/galengan dan saluran. Sudut-

sudut petakan di cangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor.

Pekerjaan tersebut di laksanakan bersamaan dengan saat pengelolahan tanah.

 Pembajakan dan Penggaruan

pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan.

Kedua kegiatan tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap di

tanam padi.

a. Pembajakan

Air petakan sawah seminggu sebelum pembajakan, untuk melunakan

tanah dan menghindarkan melekatnya tanah pada mata bajak. Terlebih dahulu

dibuat alur ditepi dan ditengah petakan sawah agar air cepat membasahi

saluran petakan. Kedalaman dalam pembajakan + 15-25 cm. hingga tanah

benar-benar terbalik dan hancur.

Adapun manfaat dari pembajakan adalah sebagai berikut:

1) Pemberantasan gulma, sebab dengan pembajakan tumbuhan dan biji gulma

akan terbenam.

2) Menambah unsur organik, karena pupuk hijau yang berasal dari rumput

akan terbenam dan tercampur dengan tanah.

3) Mengurangi pertumbuhan hama penyakit.

Setelah di bajak tanah segera harus di genangi, umtuk mempercepat

26
pembusukan sisa-sisa tanaman dan menghindari hilangnya nitrogen juga

melunakan bongkahan lahan yang di sebabkan pembajakan. Penggenangan

di lakukan selama kira-kira seminggu.

b. Penggaruan

Sebelum penggaruan di mulai, terlebih dahulu air di dalam petakan

dibuang, di tinggalkan seditikit untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah.

Selama penggaruan, saluran pemasukan dan pembuangan air harus di tutup,

untuk menjaga supaya sisa air jangan sampai habis keluar dari peatakan.

Dengan cara menggaru tanah memanjang dan melintang, bongkahan-

bongkahan tanah dapat di hancurkan. Dengan penggaruan yang terulang-ulang.

1) Peresapan air ke bawah di kurangi

2) Tanah menjadi rata

3) Penanaman bibit menjadi mudah

4) Rumput-rumput yang ada akan terbenam

setelah penggaruan pertama, sawah di genangi lagi selama 7-10 hari.

c. Perataan

proses perataan sebenarnya adalah penggaruan yang kedua, yang

di lakukan setelah lahan di genangi 7-10 hari. Pengaruan yang ke dua ini di

lakukan dengan maksud:

1) Meratakan tanah sebelum tanam pindah

2) Membenamkan pupuk dasar guna menghindari denitrikasi

3) Melumpurkan tanah dengan sempurna tahapan pengolahan tanah mulai dari

perbaikan pematang/galengan sampai perataan memerlukan waktu ± 25

27
hari atau ± sama dengan umur bibit di persemaian. Secara umum

pengolahan tanah meliputi 3 fase:

1. Pemggenangan tanah sawah sampai tanah jenuh air

2. Membajak sebagai awal pemecahan bongkah dan membalik tanah

3. Menggaru untuk menghancurkan dan melumpurkan tanah.

Untuk 3 fase pengolahan tanah tersebut menggunakan 1/3 kebutuhan air

dari total kebutuhan air selama pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah

dengan cara di basah yaitu tanah sawah di bajak dalam keadaan basah dan di

garu memanjang dan menyilang sampai tanah melumpur dengan baik.

Pengolahan tanah paling lambat 15 hari sebelum pemindahan bibit

. Ciri-ciri tanah telah selesai di olah dan siap untuk ditanami

1. Tanah terolah sampai berlumpur

2. Air tidak lagi banyak merembes ke dalam tanah

3. Permukaan tanah rata

4. Pupuk tercampur rata

5. Bersih dari sisa gulma dan tanaman

Setelah persiapan lahan beres maka bibit pun siap di tanam. Bibit di

anjurkan untuk ditanam semuda mungkin, biasanya di pindah saat umur 20

hari. Ciri bibit yang sudah siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25

cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit hingga

pertumbuhannya seragam. Bibit di tanam dengan cara pindah dari bedengan

persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan

28
persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak

rusak. Setelah itu bibit di kumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu di taruh di sawah

dengan sebagian akar terbenam ke air.

1. Pengolahan Tanah Padi Gogo

pengolahan tanah sebaiknya di lakukan 2 kali, pengolaha lahan

pertama di lakukan pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan pertama

yang dapat melembabkan tanah dan yang kedua saat menjelag tanah. Dengan

cara pengolahan tanah dapat dengan cangkul, atau menggunakan traktor/ ternak

secara singkal, selanjutnya lahan di biarkan. Bila sudah turun hujan kontiyu

yang memungkinkan untuk tanam, lahan di olah lagi untuk menghaluskan

bongkahan sambil meratakan tanah sampai siap tanam.

Bila kondisi lahan berlereng sampai bergelombang, setelah

pengolahan tanah pertama perlu dilakukan pembuatan teras gulud atau

diadakan perbaikan teras yang rusak. Pada guludan atau bibir teras diusahakan

menanam tanaman penguat teras berupa rumput unggul yang secara periodik

dapat dipangkas untuk pakan ternak.

Pada lahan yang terbuka dan relatif datar perlu dibuat bedengan

memanjang, dengan lebar bedengan sekitar 5 m dan antar bedengan dibuat

saluran sedalam 20 m yang akan berfungsi sebagai saluran drainase.

2. Penyiapan Tanpa Olah Tanah (TOT)

Penyiapan tanpa olah tanah (TOT) dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu :

29
a. Dengan cara tebas

Gulma atau rumput ditebas dengan tajak besar disaat lahan

berair. Rumput dibiarkan terhampar membusuk selama 2 minggu, setelah

itu digumpal dan dibiarkan dua minggu kemudian gumpalan dibalik lagi.

Setelah gumpalan rumput membusuk seluruhnya, lalu gumpalan rumput

tersebut dihamparkan secara merata pada seluruh permukaan petakan

sumber hara tanaman. Setelah dibiarkan beberapa hari lahan siap

ditanami dengan bibit padi.

b. Dengan cara Herbisida

Sewaktu penyemprotan herbisida, petakan diusahakan tidak

digenangi air, dengan demikian penyemprotan harus lebih awal sebelum

hujan atau air pasang datang menggenangi petakan.Gulma dapat disemprot

dengan herbisida non selektif seperti glivosat atau paraquat.Penyemprotan

dilakukan lebih awal

agar waktu tanam padi tidak tertunda karena menunggu gulma

membusuk.Manfaatnya adalah dapat mengefisienkan tenaga kerja, dapat

mengkonversi lahan sehingga degradasi atau tingkat penurunan kesuburan

lahan serta munculnya keracunan besi dapat dikendalikan.

2. Jagung

30
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari.

Paruh pertama dari siklus

merupakan tahap pertumbuhan

vegetatif dan paruh kedua untuk

tahap pertumbuhan generatif. Tinggi

tanaman jagung sangat bervariasi.

Meskipun tanaman jagung umumnya

berketinggian antara 1m sampai 3m,

ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari

permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa

varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak

memiliki kemampuan ini.

jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis

tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 8.Temperatur

untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung pacta

masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat

ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cukup untuk meningkatkan

pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar

dan serangan hama.

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau

atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara

langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang

31
akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang

tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis

benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

3. Kedelai

Kabupaten Kolaka mengembangkan tanaman kedelei khusunya

diwilayah bagian selata daerah itu. Pengembangan tanaman kedelei ini kata

kadis pertanian,Muhammad Azikin memang banyak ke wilayah bagian selatan

seprti kecamatan wundulako,Toari,Watubangga,Tanggetada dan Kecamatan

Polinggona, katanya di Kolaka.Tanaman kedelei ini kata dia hanya sebagai

tanaman perantara saat usai dilaksanakan panen padi sehingga punya nilai

tambah bagi petani.

Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan utama setelah padi

yang merupakan target pemerintah untuk dipercepat pencapaian swasembada

(Arahan Presiden di Merauke Juni 2006). Namun, kenyataan sampai sekarang

peningkatan produksi kedelai belum bisa ifclakukan secara maksimal. Tahun

1992 luas panen kedelai pemah mencapai 1,6 juta ha dengan produksi 1,8 juta

32
ton. Tahun 2003 luas panen kedelai hanya 526.796 ha dengan produksi

671.600 ton. Sejak tahun 2004 luas panen kedelai mulai bangkit kembali

namun lambat, sehingga dapat dikatakan bahvvapeningkatan produksi kedelai

di Indonesia sangat sulit dilakukan.

Konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia dipastikan akan terus

memngkat setiap tahunnya mengingat beberapa pertimbangan seperti :

bertambahnya populasi penduduk, renmgkatan pendapatan per kapita,

kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Lagi pula mengacu pada Pola

Pangan Harapan (PPH) 2000 konsumsi kacang-kacangan masyarakat akan

menjadi 35,88 gram per hari per kapita dibandingkan 13,00 gram per hari

per kapita di tahun 1987 seperti yang juga dianjurkan oleh FAO.

a. Kebutuhan Air pada Budidaya Kedelai

Ketersediaan air secara sangat signifikan berpengaruh terhadap

fase germinasi, pertumbuhan vegetative, dan pengisian polong tanaman

kedelai. Curah hujan memenuhi sebagian besar kebutuhan air bagi tanaman

kedelai selama musim basah, tetapi ingasi mungkin juga diperlukan selama

musim kering, terutama selama fase pengisian polong. Pengelolaan air dan

perlakuan irigasi untuk tanaman kedelai sangat penting selama musim

kering. Stres air selama masa pengisian polong mengakibatkan penurunan

hasil yang lebih tinggi daripada selama fase pembungaan.

b. Pengelolaan Tanah dan Air dalam Budidaya Kedelai

Kedelai (Glycine max) adalah salah satu dari tanaman lahan kenng

yang dapat ditanam setelah padi sawah (Oryza sativd). China, Indonesia,

33
Thailand, dan India masing-masing menanam kedelai pada areal yang luas

setelah sekali atau dua kali tanam padi. Pada daerah lahan kering, musim

basah umumnya diikuti oleh tananam kedelai atau tanaman lahan kering

lainnya selama musim kering. Kedelai juga ditanam pada padi lahan

kering sebagai tanaman berganda Pada sawah tadah hujan, dimana air

menjadi faktor pembatas, kedelai dapat ditanam setelah satu kali tanam

padi. Tanaman lahan kering yang ditanam setelah padi sawah biasanya

mendapat airdari kelebihan air dari fase pertumbuhan tanaman sebelumnya.

Karena selama pendewasaan kultivar padi, petani dapat secepatnya

menanam tanaman lahan kering pada lahan bekas padi sawah. Walaupun,

bahaya genangan untuk tanaman lahan kering lebih besar, karena keadaan

cuaca yang tidak menentu. Tanaman lahan kering yang ditanam sebelum

padi juga memiliki masalah kelembaban, khususnya selama perkembangan

fase vegetative.

c. Sumber daya Alam Perkebunan di Kabupaten Kolaka

1. Perkebunan kelapa sawit

perkebunan yang menonjol di Kabupaten Kolaka adalah kelapa sawit.

34
Luas sekitar 14.981 hektar dengan hasil hampir 10.000 kg per hektar. Kelapa

sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak

industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan

keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi

menajadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa

sawit terbesar di dunia. Minyak sawit di gunakan sebagai bahan baku minyak

goreng, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat radio, kulit dan

industri farmasi. Minyak sawit dapat di gunakan untuk begitu beragam

peruntukannya karena keunggulan sifat yang di milikinya yaitu lahan oksidasi

dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh

bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan menimbulkan

iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. Bagian yang paling populer untuk di

olah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak

kelapa sawit mentah yang di olah menajadi bahan baku minyak goreng dan

berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga

yang murah, rendah kolestrol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak

sawit juga di olah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan

baku minyak alkhol dan induatri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa

tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah

kehitaman. Daging buahnya padat, daging dan kulit buahnya mengandug

minyak. Minyaknya itu di gunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan

lilin. Ampasnya di manfaatnkan untuk makanan ternak. Ampasnya di sebut

bungkil inti sawit itu di gunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan

35
ayam. Buah di proses dengan membuat lunak

bagian daging buat dengan temperatur 90ºC.

daging yang telah melunak di paksa untuk

berpisah dengan bagian inti dan cangkang

dengan pressing pada mesin silinder

berlubang. Daging inti dan cangkang

dipisahkan dengan pemanasan dan teknik

pressing. Setelah itu di alirkan kedalam lumpur sehingga sisa cangkang di

pisahkan dengan pemasan dan teknik pressing. Sisa pengolahan buah sawit

sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan

menjadi kompos. Kelapa sawit sangat bermanfaat mulai dari industri makanan

sampai industri kimia. Namun, meskipun memperoleh predikat sebagai

komoditas ekspor yang penting, tetapi perkebunan ini juga tidak terlepas

masalah-masalah pengelolaan terutama pengelolaan terhadap tanaman

pengganggu (gulma). Gulma dapat di artikan sebagai tumbuhan yang

kehadirannya tidak di inginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil

yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.

2. Perkebunan kakao

selain sawit, kakao juga menjadi produk perkebunan yang menonjol di

kabupaten kolaka. Cokelat di hasilkan dari biji buah kakao yang telah

mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan aromanya

seperti yang terdapat di pasaran. Biji buah kakao (cokelat) yang telah

difermentasi dijadikan serbuk yang di sebut cokelat bubuk. Cokelat dalam

36
bentuk bubuk ini banyak di pakai sebagai bahan untuk membuat berbagai

macam produk makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lain-lain.

Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk di jadikan pekan ternak.

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang

perannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu

kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan

pengembangan argoindustri. Perkebunan kakao telah menyediakan lapangan

kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang

sebagian besar berada di kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan

sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan

minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.

Kakao berasal dari Benua Amerika pada bagian yang mempunyai

iklim tropis. Sangat sulit untuk mengetahui negara bagian mana tepatnya

tanaman ini berasal, karena tanaman ini telah tersebar secara luas semenjak

penduduk daerah itu masih hidup mengembara. Tanaman ini mulai masuk ke

Indonesia sekitar tahun 1560 oleh orang Spanyol melalui Sulawesi (Hall. 1949)

dan kakao mulai dibudidayakan secara luas sejak tahun 1970.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tanaman kakao

paling luas di dunia. Dalam satu dasawarsa terakhir perkembangan luas areal

kakao Indonesia meningkat dengan pesat. Pada tahun 2000, total luas

perkebunan kakao Indonesia 749.917 ha dengan total produksi 421.142 ton,

kemudian pada tahun 2010 meningkat dengan tajam (54,57%) menjadi

37
1.650.621 ha dengan total produksi 837.918 ton, dan diperkirakan pada tahun

2014 meningkat sekitar 8% menjadi 1.805.986 ha dengan total produksi

1.054.137 ton (Karmawati et al., 2010; Direktorat Jenderal Perkebunan

[Ditjenbun], 2012).

Namun demikian, perkembangan areal perkebunan besar negara dan

swasta cenderung mengalami penurunan. Hal ini menandakan usahatani kakao

tetap menarik untuk diusahakan petani walaupun sudah kurang menarik bagi

perusahaan perkebunan besar (Wahyudi & Misnawi, 2007). Peningkatan luas

areal yang didorong oleh perkebunan rakyat sangat penting mengingat lebih

dari 95% luas areal kakao nasional dikuasai oleh perkebunan rakyat. Hal ini

menyebabkan strategi pengembangan kakao nasional tidak dapat dipisahkan

dari peran perkebunan rakyat karena peran strategis yang dimilikinya (Arsyad

& Kawamura, 2011).

Sulawesi Tenggara merupakan daerah sentra produksi kakao kedua

terbesar setelah Sulawesi Selatan dengan total luas areal 260.458 ha dan

produksi 142.156 ton (Ditjenbun, 2012). Di daerah ini, kakao merupakan

komoditas perkebunan unggulan yang berperan penting bagi perekonomian

daerah dan telah menjadi titik berat pembangunan daerah (Nurasa & Muslim,

2005). Perkembangan sektor perkebunan diarahkan untuk mengembangkan

struktur ekonomi daerah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional

dan penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan penduduk

dalam bidang agribisnis dan kesempatan kerja (Abidin, 2000). Oleh karena itu,

38
perkembangan tanaman kakao dari

tahun ke tahun terus meningkat,

baik dari segi luas areal maupun

total produksi.

Perkebunan kakao di

Sulawesi Tengara merupakan perkebunan rakyat yang berkembang secara

turun temurun karena kesesuaian dengan agroklimat dan faktor sosial ekonomi

masyarakat. Sebanyak 33,25% dari areal perkebunan rakyat Sulawesi Tenggara

merupakan perkebunan kakao. Areal perkebunan rakyat Sulawesi Tenggara

tahun 2012 seluas 257.277 ha, total produksi 141.523 ton dengan produktivitas

779 kg/ha, naik ± 20% dari produktivitas tahun 2009 (620 kg/ha), dengan

jumlah petani 155.313 kepala keluarga. Banyaknya petani yang terlibat

membuat penguasaan lahan rata-rata untuk setiap petani relatif kecil, yaitu

hanya 1,66 ha/kepala keluarga. Pada tahun yang sama, produktivitas

perkebunan rakyat Indonesia hanya sebesar 767 kg/ha (Ditjenbun, 2012),

masih di bawah produksi rata-rata Sulawesi Tenggara pada tahun 2002 sebesar

986,99 kg/ha.

Rendahnya produktivitas diduga disebabkan oleh pengelolaan

usahatani belum optimal, diindikasikan oleh penggunaan input produksi yang

masih beragam, terutama dalam hal pemupukan, bahkan ada beberapa petani

yang tidak melakukan pemupukan pada usahataninya. Hal ini diperkuat oleh

hasil penelitian yang menunjukkan faktor produksi yang berpengaruh nyata

terhadap produksi kakao adalah luas lahan serta pemupukan N dan K (Sahara,

39
Dahya, & Syam, 2006). Secara keseluruhan, produktivitas tersebut masih

tergolong rendah, jika dibandingkan produksi optimal pada hasil penelitian

yang mencapai 2- 3 ton/ha.

Rendahnya produktivitas perkebunan kakao rakyat tidak terlepas dari

belum diterapkannya teknologi budidaya anjuran, terutama oleh perkebunan

rakyat serta belum digunakannya varietas unggul, di samping banyaknya

serangan hama dan penyakit (Rubiyo & Siswanto, 2012; Siswanto &

Karmawati, 2012). Oleh karena itu, perlu diketahui kondisi perkebunan kakao

di tingkat petani serta kaitannya dengan tingkat kelayakan usahatani kakao

secara ekonomi. Penelitian bertujuan mengetahui profil dan kelayakan

usahatani kakao tingkat petani di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi

Tenggara. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian ditentukan secara

sengaja (purposive sampling), yaitu di Kabupaten Kolaka karena daerah ini

merupakan sentra produksi utama kakao di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Setelah itu, dipilih kecamatan yang merupakan sentra utama sehingga terpilih

Kecamatan Ladongi dengan 2 desa, yaitu Desa Atula dan Desa Dangia. Dasar

pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah usahatani kakao merupakan

sumber pendapatan utama dari sub sektor tanaman perkebunan dengan

pengalaman sekitar 15–20 tahun. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

sampai Juli 2012.

40
3. Perkebunan cengkeh

Tanah di Kolaka Utara cocok

untuk tanaman cengkeh. Tanaman ini

memiliki nilai ekonomi sehingga tanaman

cengkeh menjadi primadona bagi

masyarakat Kolaka Utara. Tanaman cengkeh dibudidayakan hampir merata di

seluruh kecamatan. Utamanya di Kecamatan tobaku, pakue, lambai, dan rante

angin. Pada tahun 2014, luas lahan perkebunan cengkeh sekitar 9.468 hektar.

Hampir keseluruhan lahan cengkeh dikelola oleh perkebunan rakyat. Selama

lima tahun (2008-2012) produksi cengkeh mengalami peningkatan sebesar 70

persen. Pada tahun 2012, Kabupaten Kolaka Utara mampu memproduksi

bunga cengkeh sebesar 13.700 ton. Dengan produksi sebesar ini, Kabupaten

Kolaka Utara menjadi penghasil cengkeh ter-besar di Provinsi 2 Sulawesi

Tenggara (Dinas Pertanian, 2013 dan badan pusat statistik provinsi Sulawesi

tenggara 2014).

Proses inti pengolahan cengkeh pasca panen terdiri atas: pemetikan,

pemisahan, dan pengeringan. Pemetikan dilakukan pada siang hari dan harus

dilakukan proses pemisahan pada malam hari. Menurut Petani cengkeh “Proses

pemisahan bunga cengkeh dari tangkai-nya harus dilakukan pada hari

pemetikan, jika lewat dari waktu tersebut maka bunga cengkeh akan rusak

(berjamur dan berwarna keputih-putihan)”. Proses pengolahan setelah

pemetikan yaitu proses pemisahan bunga cengkeh dari tangkai-nya. Proses

41
tersebut sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas secara

keseluruhan. Keterlambatan proses tersebut akan menimbulkan jamur pada

bunga cengkeh. Selama ini petani cengkeh melakukan pemisahan bunga

cengkeh dari tangkainya secara manual yaitu tangkai dipegang kemudian

bunganya digesek ditangan lain. Setiap tenaga kerja hanya mampu

memisahkan 6 kg bunga bpetik perjam. Untuk memisahkan bunga cengkeh

sebayak 42 kg dibutuhkan waktu 7 jam. Proses pemisahan dikerjakan tiap

individu, karena setiap tenaga kerja mempunyai pekerjaan masing-masing.

Selain itu proses ini juga menyebabkan kulit tangan menjadi tebal/kasar akibat

gesekan bunga cengkeh yang terlalu lama.

Cengkeh merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam

komoditas sektor perkebunan yang mempunyai peranan cukup penting antara

lain sebagai penyumbang pendapatan petani dan sebagai sarana untuk

pemerataan wilayah pembangunan serta turut serta dalam pelestarian sumber

daya alam dan lingkungan. Pada mulanya bagian dari tanaman cengkeh yaitu

bunga cengkeh hanya digunakan sebagai obat terutama untuk kesehatan gizi.

Menurut Chaniago (1980), sejak tahun 22 sebelum Masehi, cengkeh digunakan

sebagai rempah – rempah, diantaranya di Tiongkok digunakan dalam upacara

keagamaan yaitu dimasukan ke dalam peti mayat. Begitu juga bagi perwira

yang ingin menghadap kaisar diharuskan mengunyah cengkeh, sedang di Persia

cengkeh digunakan sebagai lambang cinta.

42
Kemudian

berkembang lagi dan sejak

tahun 1980 cengkeh

digunakan sebagai periang

yaitu sebagai pencampur

tembakau ditambah rempah

– rempah (Kemala, 1988).

Rokok hasil campuran antara cengkeh dan rempah lainnya disebut rokok

kretek, sedang rokok campuran tembakau dan rempah atau saus 62 – Volume 3

Nomor 2, Desember 2004 : 61 - 70 lainnya tanpa cengkeh disebut rokok sigaret

atau lebih populer disebut rokok putih. Sepuluh tahun kemudian dengan

berkembangnya pemakaian cengkeh sebagai bahan campuran rokok, Indonesia

menjadi konsumen cengkeh terbesar di dunia. Sekarang Indonesia merupakan

negara produsen dan konsumen cengkeh terbesar di dunia, terutama untuk

memenuhi kebutuhan bahan baku rokok kretek.

Bagian utama dari tanaman cengkeh yang bernilai komersial adalah

bunganya yang sebagian besar digunakan dalam industri rokok dan hanya

sedikit dalam industri makanan. Namun demikian, dengan adanya penemuan –

penemuan baru bagian tanaman lain dari cengkeh yaitu daun dan tangkai

bunganya telah pula dimanfaatkan sebagai sumber minyak cengkeh yang

digunakan dalam industri farmasi, kosmetik dan lain – lain.

Pemakain cengkeh dalam industri tersebut di atas terutama karena

cengkeh memiliki aroma yang enak yang berasal dari minyak atsiri yang

43
terdapat dalam jumlah yang cukup besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai

(5-10%) maupun daun (1-4%). Selain itu minyak cengkeh mempunyai

komponen eugenol dalam jumlah besar (70-80%) yang mempunyai sifat

sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik dan

antispasmodik.

Hasil tanaman cengkeh dari tahun ke tahun tidak sama, pada satu

waktu hasilnya cukup tinggi dan lain waktu hasilnya rendah sekali (sangat

berfluktuasi). Oleh karena itu pada tanaman cengkeh dikenal musin panen

besar dan musim panen kecil yang perbedaannya sangat tajam sekali bisa

mencapai sekitar 60%.

Hal ini sangat merugikan petani cengkeh karena pendapatannya

menjadi tidak stabil. Selain itu hal ini kadang-kadang menyebabkan adanya

kelebihan suplai cengkeh yang menyebabkan fluktuasi harga yang sangat

tajam. Di lain pihak permintaan akan cengkeh sampai saat ini relatif stabil atau

tetap. Berdasarkan hal di atas harus ada upaya untuk memanipulasi penawaran

dan permintaan, salah satunya adalah dengan menambah keragaman

penggunaan cengkeh dan hasil sampingnya.

Produk utama dari tanaman cengkeh adalah bunga cengkeh yang biasa

disajikan dalam bentuk kering. Pengolahan bunga cengkeh umumnya masih

dilakukan secara sederhana, sebagian besar dilakukan di tingkat petani yang

mempunyai areal penanaman yang tidak cukup luas, dan hanya sebagian kecil

saja yang melakukan pengolahan secara semi mekanis di tingkat perkebunan

besar atau KUD (Koperasi Unit Desa).

44
Proses pengolahan bunga cengkeh sampai mendapatkan bunga

cengkeh yang kering melalui beberapa tahap, yaitu : panen, perontokan

(pemisahan gagang dan bunga), pemeraman, pengeringan dan sortasi. Bunga

cengkeh dipanen pada waktu beberapa bunga dalam satu rangkaian bunga

sudah berwarna kemerahmerahan. Sesudah panen dilakukan pemisahan bunga

dengan tangkainya yang biasa dilakukan dengan tangan (secara manual).

Sesudah itu bunga dan tangkai langsung dijemur secara terpisah di bawah sinar

matahari atau dengan alat pengering cengkeh. Sebagian petani melakukan dulu

pemeraman bunga cengkeh sebelum dikeringkan.

4. Perkebunan Nilam

Para petani di wilayah Kolaka Utara pada beberapa tahun terakhir ini

gencar membudidayakan tanaman nilam penghasil minyak atsiri. Walau nilam

bukan tanaman asli Kolaka Utara, tetapi kondisi lahan cocok dengan tanaman

ini sehingga petani banyak yang lebih fokus membudidayakan nilam dibanding

dengan tanaman coklat (kakao) dan cengkeh. Faktor lain yang menjadi daya

tarik dari tanaman ini, adalah harga jual dari penyulingan tanaman nilam

menjadi minyak atsiri yang cukup tinggi harga saat ini sekitar Rp500 ribu per-

kilogramnya.

45
Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu

tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa

negara maupun sumber pendapatan petani. Mulai dari hulu hingga hilir,

komoditas ini melibatkan banyak pngrajin serta menyerap ribuan tenaga kerja.

Negara-negara yang banyak dipasok minyak nilam dari indonesia antara lain

Amerika serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Singapura.

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu

tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama

Patchouly Oil. Minyak nilam bersama dengan 14 jenis minyak atsiri lainnya

adalah komoditas espor menghasilkan devisa. Minyak nilam Indonesia sudah

dikenal dunia sejak 65 tahun lalu, volume ekspor minyak atsiri selalu

mengalami peningkatan, tahun 2001 mencapai 5.080 ton dengan nilai US $

52,97 juta atau 4,4% nilai perdagangan minyak atsiri dunia, indonesia

pemasok utama minyak nilam dunia (90%) (Daniel, 2012). Sementara

kebutuhan dunia berkisar 1.200 ton/tahun dengan pertumbuhan sebesar 5%.

Sebagai komoditi ekspor, minyak nilam mempunyai prospek yang cukup

baik, karena permintaan akan minyak nilam sebagai bahan baku industri

parfum, sabun, dan lainnya akan terus meningkat. Fungsi minyak nilam dalam

industri parfum adalah untuk mengfiksasi bahan pewangi dan mencegah

penguapan sehingga wanginya tidakcepat hilang, serta membentuk bau yang

khas di dalam suatu campuran. Hal ini menyebabkan minyak nilam mutlak

diperlukan dalam idustri parfum.

46
a. Pengelolaan Nilam

Minyak nilam diperoleh dari penyulingan daun dan tangkai nilam.

Pada tanaman yang tumbuh baik, panen dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan

setelah tanam. Panen berikutnya dapat dilakukan 4-6 bulan sekali tergantung

curah hujan dan kesuburan tanah. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari

atau menjelang malam dan jangan pada siang hari. Untuk mendapatkan mutu

dan rendemen minyak yang tinggi, sebelum penyulingan daun nilam harus

mengalami perlakuan pendahuluan sebagai berikut : penjemuran selama 4 jam

yang diikut dengan pengering anginan kurang lebih selama 6 hari. Bila

penyulingan tidak dapat langsung dilaksanakan, penyimpanan daun kering

disarankan tidak lebih dari satu minggu. Proporsi daun terhadap tangkai terbaik

adalah 1:1.

Pengolahan nilam dilakukan dengan cara penyulingan uap terhadap

daun keringnya. Penyulingan merupakan suatu proses pemisahan komponen

yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih

berdasarkan perbedaan titik uap masing – masing zat tersebut. Proses ini

dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Minyak nilam

yang dihasilkan dari penyulingan kemudian di uji dengan menggunakan

pengujian mutu minyak nilam yang berstandart SNI.

b. Proses pengolahan

Pada dasarnya pemanfaatan nilam diolah tujuanya adalah untuk

mendapatkan minyak nilam itu sendiri, dan langkah dari pengolahan nilam

tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang sederhana, dan

47
tidak rumit. Hanya saja untuk alat – alatnya yang diperlukan dalam proses

pengolahannya mempunyai nilai ekonomis yang tidak sedikit karena hampir

semua alat yang digunakan terbuat dari bahan dari stainlessteel agar awet dan

higienis.

Cara penyulingan minyak nilam itu sendiri dapat dilakukan dengan


tiga cara, yaitu

1. Di rebus

Cara penyulingan minyak nilam yang paling baik adalah dengan

sistem ini yang pada dasarnya hanyalah dengan mengalirkan uap yang

bertekanan tinggi.Pada cara ini drum perebus air ( ketel) dipisahkan ari drum

bahan (still). Uap air yang dihasilkan pada ketel perebus air, dialirkan pada

sebuah pipa ke dalam drum bahan. Bahan yang disuling diletakan diatas

piringan yang berlubang – lubang di dalam drum. Piringan boleh lebih dari satu

dan di susun secara bertingkat. Untuk memudahkan pergerakan uap air ke

tingkat yang lebih tinggi,maka harus disediakan ruang kosong antara bahan

yang terletak pada piringan dibawahnya dengan piringan di atasnya. Antara

piringan yang terletak pada susunan yang paling bawah dan alas drum harus

ada ruang kosong sebagai tempat penampung uap yang dihasilkan oleh ketel.

Uap jernih yang dihasilkan di ketel dialirkan ke drum bahan. Bersama

uap air ini minyak nilam akan ikut terbawa. Selanjutnya campuran minyak dan

uap dikondensasi di pipa pendingin setelah mengalami pendinginan, campuran

air dan minyak ditampung di bejana pemisah. Dengan adanya perbedaan berat

jenis maka air dapat dipisahkan dengan minyak. Penyulingan dengan cara ini

akan menghasilkan minyak bermutu tinggi

48
2. Di kukus

Penyulingan dikukus, mirip cara pertama, hanya saja antara daun

nilam dan air dibatasi saringan berlubang. Daun nilam diletakkan di atas

saringan, sementara air berada di bawahnya.

3. Di uap

Sementara sistem penyulingan uap menjamin kesempurnaan produksi

minyak atsiri. Pada sistem ini bahan tidak kontak langsung dengan air maupun

api. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi dialirkan dari ketel perebus air ke ketel

berisi daun nilam (ada dua ketel). Uap air yang keluar dialirkan lewat pipa

menuju kondensor hingga mengalami proses kondensasi. Cairan (campuran air

dan minyak) yang menetes ditampung, selanjutnya dipisahkan untuk

mendapatkan minyak nilam.

49
III PENUTUP

3.1 Simpulan
Simpulan dari makalah konservasi sumber daya alam adalah sebagai

berikut:

1. konservasi sumber daya alam lingkungan adalah tanggung jawab semua umat

manusia di muka bumi karena pengaruh ekologis yang ditimbulkan dari

berbagai kegiatan pembangunan tidak dibatasi oleh perbedaan wilayah

administratif pemerintahan negara.

2. Kabupaten Kolaka adalah sebuah kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi

Tenggara, Indonesia. Ibu kota kabupaten kolaka berada di kecamatan kolaka.

Kabupaten kolaka (induk) telah dua kali mengalami pemekaran, yakni

Kabupaten Kolaka Timur yang telah di sahkan pada akhir tahun 2012

3. Sumber daya alam yang ada di kolaka yaitu sumber daya alam pertambangan,

hasil tambak, pertanian dan perkebunan.

50
3.2 Saran
Adapun saran dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah
Pemerintah agar membantu menyediakan sesuatu hal yang dapat membuat
sumber daya alam di Kabupaten Kolaka agar tetap terjaga kelestariannya.
2. Masyarakat
Masyarakat agar lebih memperhatikan kelestarian dan kondisi sumber
daya alam yang ada di Kabupaten kolaka seperti tidak menebang pohon secara
sembarangan dan tidak membakar sumber daya alam secara sembarangan atau
berlebihan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa agar lebih memperhatikan kondis sumber daya alam yang ada
di Kabupaten Kolaka.

51
DAFTAR PUSTAKA

Asrina, 2013, Studi Pemanfaatan Ruang Kawasan Wisata Danau Biru Kecamatan
Wawo, Kabupaten Kolaka Utara, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Binsasi, R. Sancayaningsih, R.P., Murti, S.H. 2017. Analisis Ekologis Vegetasi


Pohon Di Daerah Tangkapan Air Mata Air Geger Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Jurnal Sains dan Teknologi. 9(2).

Racham, M. 2013. Konservasi Nilai Dan Warisan Budaya. Indonesia Jurnal OF


Conservasion. 1(1).

Rahmayanti, I., Bahtiar, Yusuf B. 2020. Dampak Keberadaam Pertambangan


Nikel terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi. Jurnal Masyarakat
Pesisir dan Perdesaan. 2(2).

Sudiasmo, F. Nofa, Y.D. 2021. Model Konservasi Berbasis Masyarakat Dalam


Desa Wisata Di Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang. Refomasi. 11(1).
Theodorrus, T.F., Bahruddin, A. Putra, B.A. 2021.peran Conservation
International (Ci) Terhadap Konservasi Perairan Di Bali (Studi Kasus:
Desa Tulamben, Bali). Hasanuddin Journal Of International Affairs. 1(2).

Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

52

You might also like