You are on page 1of 15

TEMPLATE FOR SUBMISSION IN TANJUNGPURA

LEGAL REVIEW

WANPRESTASI KATERING IRA TERHADAP PEMESAN


DALAM PERJANJIAN JASA KATERING DI KOTA
PONTIANAK

Gusti Bagus Firnando1, H. Asikin, SH.M.Hum2, Hj. Erni Djun’astuti, SH.,MH3, H.


Alhadiansyah, SH.MH4, Lolita, SH.,MH5

Abstrac
The title of this thesis is "Ira's Catering Default Against Customers in the Catering
Service Agreement in Pontianak City". In order to meet the needs of the community for food
and culinary needs, food is one of the businesses in Pontianak City. One of them is IRA
catering, which sells several types of food menus for the people of Pontianak City and
provides food delivery services for buyers who want to buy but are in a location far from the
IRA catering location or buyers who cannot reach the IRA catering location.
The formulation of the problem in this study is "What Factors Cause IRA Catering
Entrepreneurs to Default on Orders in Catering Service Ordering Agreements?". The
purpose of this study was to obtain data and information about the implementation of an
order-to-order food sale and purchase agreement between an IRA catering entrepreneur
and the customer, to reveal the factors causing the IRA catering entrepreneur to default in
delivering orders late, to reveal the legal consequences for IRA catering entrepreneurs who
are late in carrying out their obligations. towards the customer, and to disclose the efforts
that the customer has taken to the IRA catering entrepreneur who is late in carrying out his
obligations to the customer. The method used in this study is an empirical legal research
method. This research is descriptive.
The results of the analysis of this study are that in the implementation of the catering
service agreement between the IRA Catering Entrepreneur and the customer, which is made
verbally and then poured into a memorandum. In the course of the agreement, there was a
default in the form of delays in the delivery of orders made by IRA Catering entrepreneurs.
There are two factors that cause delays in the delivery of orders made by IRA Catering
entrepreneurs, namely the delivery car broke down and the number of other orders that had
to be delivered. The legal consequence for the IRA Catering Entrepreneur for the delay in
the delivery of orders made is that the IRA Catering entrepreneur must pay compensation
for his default. Efforts that can be made by IRA Catering Entrepreneurs are to conduct family
deliberation to resolve the problems they are doing.
Keywords: Service Agreement, Catering, Default

1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, email: gustibagus46@gmail.com
2
Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, email: asikin@hukum.untan.ac.id
3
Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, email: erni.djun.astuti@hukum.untan.ac.id
4
Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, email: alhadiansyah18@gmail.com
5
Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, email: lolita@hukum.untan.ac.id
Abstrak

Judul dalam skripsi ini adalah “Wanprestasi Katering Ira Terhadap Pemesan Dalam
Perjanjian Jasa Katering Di Kota Pontianak”. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan
kebutuhan pangan dan kuliner, makanan menjadi salah satu usaha yang ada di Kota
Pontianak. Salah satunya adalah katering IRA yang menjual beberapa jenis menu makanan
bagi masyarakat Kota Pontianak serta memberikan jasa layanan pesan antar makanan bagi
pembeli yang ingin membeli namun berada di lokasi yang jauh dari lokasi katering IRA
ataupun pembeli yang tidak bisa menjangkau lokasi katering IRA.
Adapaun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor Apa yang
Menyebabkan Pengusaha Katering IRA Wanprestasi Pada Pemesanan Dalam Perjanjian
Pemesanan Jasa Katering?”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
dan informasi tentang pelaksanaan perjanjian jual beli makanan secara pesanan antara
pengusaha katering IRA dengan pemesan, untuk mengungkapkan faktor penyebab
pengusaha katering IRA wanprestasi terlambat melakukan pengantaran pesanan, untuk
mengungkapkan akibat hukum bagi pengusaha katering IRA yang terlambat melaksanakan
kewajibannya terhadap pemesan, dan untuk mengungkapkan upaya yang pemesan
lakukan terhadap pengusaha katering IRA yang terlambat melaksanakan kewajibannya
terhadap pemesan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
hukum empiris. Penelitian ini bersifat deskriptif.
Hasil analisis dari penelitian ini adalah bahwa dalam pelaksanaan perjanjian jasa
katering antara Pengusaha Katering IRA dan pemesan yang dibuat secara lisan kemudian
dituangkan kedalam nota. Dalam berjalannya perjanjian terjadi wanprestasi berupa
keterlambatan pengantaran pesanan yang dilakukan oleh pengusaha Katering IRA. Faktor
penyebab penyebab keterlambatan dalam pengantaran pesanan yang dilakukan oleh
pengusaha Katering IRA ada dua yaitu mobil pengantar mogok dan banyaknya pesanan lain
yang harus diantarkan. Akibat hukum bagi Pengusaha Katering IRA terhadap keterlambatan
pengantaran pesanan yang dilakukan adalah pengusaha Katering IRA harus membayar
ganti rugi atas wanprestasi yang dilakukannya. Upaya yang dapat dilakukan oleh
Pengusaha Katering IRA adalah dengan melakukan musyawarah secara kekeluargaan
untuk menyelesaikan permasalahan yang dilakukannya.

Kata Kunci : Perjanjian Jasa, Katering, Wanprestasi

I. Pendahuluan

Seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan kebutuhan pangan dan konsumsi,


tingkat penjualan di bidang makanan di Indonesia juga semakin meningkat, hal tersebut
selaras dengan penjualan makanan. Penjualan makanan merupakan salah satu mata
pencaharian yang banyak digeluti oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Katering
merupakan salah satu jenis usaha makanan yang semakin banyak diminati oleh mayoritas
masyarakat Indonesia. Alasan katering menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia
dikarenakan tawaran yang diberikan jasa layanan katering sangat menarik dan mudah
dijangkau oleh masyarakat secara menyuluruh.

Guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan pangan dan kuliner,


makanan menjadi salah satu usaha yang ada di Kota Pontianak. Salah satunya adalah
katering IRA yang menjual beberapa jenis menu makanan bagi masyarakat Kota Pontianak
serta memberikan jasa layanan pesan antar makanan bagi pembeli yang ingin membeli
namun berada di lokasi yang jauh dari lokasi katering IRA ataupun pembeli yang tidak bisa
menjangkau lokasi katering IRA.

Sebagai salah satu pengusaha katering yang ada di Kota Pontianak katering IRA
beralamat di Jalan Wonobaru Gg. Wonodadi II No.20 . Kota Pontianak. Katering IRA
sebagai salah satu pengusaha katering yang ada di Kota Pontianak.

Katering IRA berdiri sejak November 2014, katering IRA menjalankan usaha
kateringnya di Kota Pontianak diperuntukan bagi pemesanan untuk acara-acara seperti
acara pernikahan, hari raya, ulang tahun, seminar, rapat dan lain sebagainya.

Mengenai jenis menu makanan yang dijual oleh pihak pengusaha katering IRA,
pilihannya sangat beragam terdiri dari nasi lengkap, soto nasi kebuli, bakso, sate lengkap
dan somay. Harga yang ditawarkan oleh pihak katering IRA adalah mulai dari Rp.17.000,00
(Tujuh Belas Ribu Rupiah) per porsi sampai dengan Rp.40.000,00 (Empat Puluh Ribu
Rupiah) per porsi.

Adapun jumlah porsi makanan katering yang dipesan oleh pemesan berkisar antara
50 (lima puluh) porsi hingga 600 (enam ratus) porsi dengan jumlah minimal pemesanan
sebanyak 20 (dua puluh) porsi. Mengenai harga dari katering yang dibuat dari pihak
pengusaha katering IRA yaitu :

1. Nasi lengkap dengan harga Rp. 30.000 (tiga puluh ribu rupiah) dilengkapi dengan
daging/ayam, sambal kentang korek api/sambal kentang ati, capcay/oseng-oseng/karedok,
sop, buah dan kerupuk.

2. Nasi lengkap dengan harga Rp. 35.000 (tiga puluh lima ribu rupiah) dilengkapi
dengan daging/ayam, ikan sambal kentang korek api/sambal kentang ati, capcay/oseng-
oseng/karedok, sop, sambal, buah dan kerupuk.

3. Nasi kebuli dengan harga Rp. 35.000 (tiga puluh lima ribu rupiah) dilengkapi dengan
semur daging, ayam goreng, pecri nanas, slada timun, dalca, sambal dan kerupuk.

4. Nasi kebuli dengan harga Rp. 40.000 (empat puluh ribu rupiah) dilengkapi dengan
semur daging, ayam goreng, pecri nanas, slada timun, dalca, gulai kambing, sambal dan
kerupuk.

5. Bakso dengan harga Rp. 17.000 (tujuh belas ribu rupiah) dilengkapi dengan mi putih,
mi kuning, sawi dan kecambah.
6. Sate lengkap dengan harga Rp. 30.000 (tiga puluh ribu rupiah) dilengkapi dengan
lontong, sate ayam, acar, gulai dan emping.

7. Somay dengan harga Rp. 20.000 (dua puluh ribu rupiah) dilengkapi somay ikan, telur,
tahu, kentang dan emping.

Pelayanan jasa katering makanan yang di berikan oleh katering IRA dilakukan dalam
bentuk perjanjian secara lisan atau tidak tertulis dengan cara pemesanan yaitu 7 (tujuh) hari
hingga 14 (empat belas) hari sebelum jangka waktu yang telah ditetapkan oleh pemesan.
Mengenai pembayaran, pengusaha katering IRA menerima pembayaran dengan cara
pembayaran uang muka terlebih dahulu sebesar 50% dari keseluruhan harga pemesanan
ataupun dengan cara tunai saat melakukan pemesanan katering makanan.

Pengusaha katering IRA harus mampu memberikan pelayanan sebaik mungkin


kepada pemesan hingga pesanan tersebut sampai di tangan pembeli, khususnya
pemesanan makanan secara katering. Katering IRA hanya memfokuskan pada penjualan
katering makanan dengan menu nasi kuning saja.

Dalam hal ini kedua belah pihak yaitu pihak pengusaha katering IRA dan pemesan,
dalam melaksanakan perjanjian jasa katering telah menimbulkan hak dan kewajiban bagi
kedua belah pihak. Hak dari pemesan adalah menerima makanan yang telah dipesan sesuai
dengan yang diperjanjikan dan kewajiban pemesan adalah membayar biaya makanan
kepada pengusaha katering IRA, sedangkan hak pengusaha katering IRA adalah menerima
pembayaran dari pemesan yang telah memesan makanan serta pengusaha katering IRA
berkewajiban mengantar pesanan makanan yang dipesan pemesan.

Namun dalam pelaksanaanya perjanjian jual beli makanan secara katering terkadang
belum terlaksana sesuai dengan kesepakatan yang telah di sepakati bersama antara pihak
katering IRA dengan pemesan. Salah satunya adalah pesanan yang terlambat sampai
kepada pihak pemesan yaitu kepada ibu Miswati dikarenakan kemacetan dalam perjalan
serta banyaknya pesanan yang harus diantarkan kepada pesesan yaitu tanggal 15 Juli 2021
pukul 17:00 (lima sore).

Sebagaimana diketahui keterlambatan pengantaran katering makanan oleh


pengusaha katering IRA kepada pihak pemesan tentunya menimbulkan kerugian baik
secara materil maupun secara immaterial bagi pihak pemesan. Oleh karena itu tanggung
jawab atas keterlambatan pengantaran katering makanan menjadi tanggung jawab
pengusaha katering IRA dan pemesan dapat meminta ganti rugi yang sesuai kepada
pengusaha katering IRA.

II. Metode

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data
ataupun informasi dalam memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian hukum empiris, yaitu dengan
mengungkapkan data dari hasil penelitian dengan menganalisis data yang diperoleh pada
saat melakukan penelitian. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro ”Penelitian hukum empiris atau
penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian hukum yang memperoleh data dari data
primer”.6

III. Analisis dan Pembahasan

Semakin meningkatnya nya kebutuhan suatu masyarakat semakin banyak pula

kebutuhan hidupnya, di mana masyarakat memerlukan keja sama antara satu dengan

yang lainya agara kebutuhan barang maupun jasa pelayanan dapat terpenuhi. Hal ini di

karenakan manusia mahluk social yang selalu berintegrasi, serta membutuhkan bantuan

dari manusia lain, begitu puala dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu saja

memerlukan kerja sama dengan manusia lainnya.

Terjadinya kerja sama dilakukan adanya kesepakatan antara penyedia jasa

katering dengan pengguna jasa,. Salah satu bentuk dari kerja sama tersebut adalah

perjanjian jasa Katering, untuk kepastian tentang obyek yang diperjanjikan harus dibuat

secara tertulis dalam sebuah nota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia jasa adalah

“aktivitas, kemudahan, manfaat dan sebagainya, yang dapat dijual kepada orang lain.”7

Mengenai pengertian tersebut Definisi jasa boga (katering) menurut Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes?SK/V/2003 adalah : “Perusahaan atau

perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar

tempat usaha atas dasar pesanan.”8

Menurut R. Wirjono Prodjodikoro : “Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum

mengenai harta benda antar dua pihak dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap

berjanji untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut

pelaksanaan janji itu”9.

6
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, Hlm. 52.
7
Hasan Alwi, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, h. 403
8
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 715/Menkes/SK/V/2003
9
R. Wiryono Prodjodikoro, 2004, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandar Maju, Bandung, h. 4
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat di katakan bahwa perjanjian

merupakan suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang bersifat timbal

balik dan mengikat bagi pihak-pihak yang terikat di dalamnya.

Demikian halnya dengan perjanjian jasa katering, antara pihak penyedia jasa

Katering IRA dengan pengguna jasa telah jelas adanya hubungan hukum untuk kedua

belah pihak, baik mengenai subjek perjanjian maupun objek perjanjiannya.

Proses terjadinya perjanjian jasa katering dimana pengusaha Katering IRA

berada untuk menyediakan makanan bagi pengguna jasa dengan skala yang besar dan

kecil, sehingga makanan siap dimakan oleh pengguna jasa.

Pelayanan jasa katering makanan yang di berikan oleh katering IRA dilakukan

dalam bentuk perjanjian secara lisan atau tidak tertulis dengan cara pemesanan yaitu 7

(tujuh) hari hingga 14 (empat belas) hari sebelum jangka waktu yang telah ditetapkan

oleh pemesan. Mengenai pembayaran, pengusaha katering IRA menerima pembayaran

dengan cara pembayaran uang muka terlebih dahulu sebesar 50% dari keseluruhan

harga pemesanan ataupun dengan cara tunai saat melakukan pemesanan katering

makanan

Di dalam penelitian ini metode yang digunakan penulis adalah metode penelitian

Empiris dengan pendekatan Deskriptif Analisis dengan bentuk penelitian kepustakaan

(Library Research) dan penelitian Lapangan (Field Research), sedangkan Teknik yang

digunakan adalah Teknik Komunikasi Langsung yaitu dengan mengadakan komunikasi

secara langsung dengan sumber data melalui wawancara (Interview) terhadap sumber

data.

Adapun yang mejadi sampel penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengusaha Katering IRA di Kota Pntianak

2. 5 Pemesan dalam kurun waktu Juni 2021 sampai dengan Desember 2021.

Analisis data yang penulis lakukan menggunakan tabel-tabel dimana tabel itu

dibuat dengan berdasarkan angket (Kuesioner) yang disebarkan kepada pemesan serta
menggunkan pedoman wawancara kepada pengusaha Katering IRA guna mendapatkan

data-data yang diperluka dalam melakukan penelitian ini.

Sebagai tabel pertama dalam penelitian ini adalah pernah atau tidaknya terjadi

perjanjian antara pengusaha Katering IRA dengan Pengguna Jasa.

Tabel 1

MELAKUKAN PERJANJIAN DENGAN PENGUSAHA KATERING IRA

No. Alternatif Frekuensi Presentase (%)

1 Pernah 5 100

2 Tidak Pernah 0 0

N=5 5 100

Sumber Data: Data Penelitian Yang Diolah.

Berdasarkan pada tabel 1, seluruh responden (100%) menyatakan pernah

melakukan perjanjian dengan pengusaha Katering IRA dan tidak ada responden (0%)

yang menyatakan tidak pernah melakukan perjanjian dengan pengusaha Katering IRA.

Sehubung dengan perjanjian yang terjadi, perlu diketahui Selanjutnya dalam tabel

kedua akan dijelaskan seperti apa bentuk perjanjian antara pemesan dengan pengusaha

Katering IRA.

Tabel 2

BENTUK PERJANJIAN

No Alternatif Frekuensi Presentase (%)

1 Tertulis 0 0

2 Lisan 5 100

N=5 5 100
Sumber Data: Data Dari Penelitian Yang Diolah

Dari keterangan pada tabel 2, dapat diketahui bahwa jumlah rensponden yang

melakukan perjanjian sebanyak 5 orang dan seluruhnya melakukan perjanjian dalam

bentuk lisan. Dapat dilihat pada tabel diatas mayoritas perjanjian ada dengan cara Lisan,

Perjanjian dalam bentuk lisan itu dituangkan kedalam nota yang kemudian diserahkan

kepada pemesaan. Nota tersebut berisi perjanjian antara penyedia jasa dengan pengguna

jasa.

Sehubung dengan perjanjian yang terjadi pada pengusaha Katering IRA dan

pemesan. Selanjutnya untuk melihat jumlah porsi katering yang dipesan dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

Tabel 3

JUMLAH PORSI PESANAN

No Alternatif Frekuensi Presentase (%)

1 Kurang dari 100 porsi 2 40

2 100 sampai 200 porsi 2 40

3 Lebih dari 200 porsi 1 20

N=5 5 100

Sumber Data: Data Penelitian Yang Diolah

Dari keterangan pada table 3, dapat diketahui bahwa sebanyak 2 orang (40%)

memesan makanan kurang dari 100 porsi, 2 orang (40%) memesan makanan dari 100

sampai 200 porsi, dan 1 orang (20%) memesan makanan dengan jumlah lebih dari 200

porsi. Bisa dilihat pada tabel diatas bahwa pemesan memesan makanan dengan kisaran

lebih dari 100 porsi.


Sehubung dengan perjanjian yang terjadi pada pengusaha Katering IRA dan

pemesan, selanjutnya dalam table 4 akan dijelaskan mengenai responden yang pernah

mengalami keterlambatan pengantaran makanan oleh pengusaha Katering IRA

Tabel 4

MENGALAMI KETERLAMBATAN PENGANTARAN

No. Alternatif Frekuensi Presentase (%)

1 Pernah 5 100

2 Tidak pernah 0 0

N=5 5 100

Sumber Data: Data Penelitian Yang Diolah

Berdasarkan table 4, disebutkan bahwa sebanyak 5 orang responden (100%)

pernah mengalami keterlambatan pengantaran pesanan selama menggunakan jasa

pengusaha Katering IRA. Dari tabel diatas bahwa responden yang berlangganan tersebut

pernah mengalami keterlambatan pengantaran pesanan selama menggunakan jasa

pengusaha Katering IRA. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kesalahan atau kelalaian

dalam kinerja pengusaha Katering IRA dalam memberikan jasa katering.

Sehubung dengan perjanjian yang terjadi pada pengusaha Afif Laundry dan

pengguna jasa , perlu diketahui Selanjutnya, dalam tabel 7 akan dijelaskan mengenai

faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan pengantaran


Tabel 5

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN PENGANTARAN

No. Alternatif Frekuensi Presentase (%)

1 Mobil pengantar mogok 2 40

2 Ban mobil bocor 0 0

3 Banyaknya pesanan lain 3 60

yang harus diantar

N=5 5 100

Sumber Data: Data Penelitian Yang Diolah

Dalam tabel 5, diketahui faktor penyebab terjadinya keterlambatan dalam

pengantaran pesanan oleh pengusaha Katering IRA. Sebanyak 2 orang responden (40%)

menyatakan bahwa penyebab pesanannya terlambat diantar karena mobil pengantar

mogok dan sebanyak 3 orang responden (60%) menyatakan bahwa penyebab

pesanannya terlambat diantar karena banyaknya pesanan lain yang harus diantarkan.

Dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa penyebab terlambatnya pengantaran

karena ban mobil pengantar bocor. Pada tabel diatas terungkap bahwa penyebab

keterlambatan dalam pengantaran pesanan ada dua yaitu mobil pengantar mogok dan

banyaknya pesanan lain yang harus diantarkan.

Selanjutnya akan perlu diketahui akibat hukum bagi pengusaha Katering IRA ynag

melakukan wanprestasi.
Tabel 6

AKIBAT HUKUM BAGI PENGUSAHA KATERING IRA YANG WANPRESTASI

No Alternatif Frekuensi Presentase (%)

1 Membayar ganti rugi 5 100

2 Tidak mendapatkan 0 0

pelunasan

N= 5 100

Sumber Data: Data Penelitian Yang Diolah

Berdasarkan pada tabel 6, dapat diketahui bahwa 5 orang responden (100%)

menyatakan bahwa akibat hukum bagi pengusaha Katering IRA yang melakukan

wanprestasi adalah harus membayar ganti rugi yang diakibatkan keterlambatan

pengantaran pesanan. Maka selanjutnya pengusaha Katering IRA harus membayar ganti

rugi sebagai wujud pertanggung jawaban atas kelalaian yang dilakukannya.

Sehubung dengan perjanjian yang terjadi pada pengusaha Katering IRA dan

pemesan, perlu diketahui upaya hukum yang dilakukan oleh pemesan terhadap

pengusaha Katering IRA yang melakukan wanprestasi dapat dilihat dari tabel 7 berikut :
Tabel 7

UPAYA PEMESAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN DENGAN

PENGUSAHA KATERING IRA

No Alternatif Frekuensi Presentase (%)

1 Musyawarah secara 5 100

kekeluargaan

2 Mengajukan gugatan ke 0 0

Pengadilan negeri

3 Diam saja 0 0

N=5 5 100

Sumber Data : Data Penelitian Yang Diolah

Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa sebanyak 5 orang responden

(100%) menyatakan untuk menyelesaikan masalah dengan pengusaha Katering IRA

secara musyawarah kekeluargaan. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memilih

untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi secara baik-baik agar kesepakatan

dalam penyelesaian permasalahan tercapai.

Selanjutnya berdasarkan pada hasil wawancara dengan penyedia jasa Afif

Laundry adalah sebagaia berikut :

1. Katering IRA beralamat di Jalan Wonobaru Gg. Wonodadi II No.20 . Kota Pontianak.
2. Katering IRA sudah berdiri sejak November 2014.

3. Katering IRA menerima pemesanan untuk berbagai acara seperti pernikahan, hari

raya, ulang tahun, seminar, rapat dan lain sebagainya.

4. Menu yang ditawarkan katering IRA terdiri dari nasi lengkap, nasi kebuli, bakso, sate

lengkap dan somay.

5. Harga makanan yang ditawarkan mulai dari Rp. 17.000,00 (Tujuh Belas Ribu Rupiah)

hingga Rp. 40.000,00 (Empat Puluh Ribu Rupiah).

6. Katering IRA pernah melakukan tindakan wanprestasi berupa keterlambatan

pengantaran pesanan.

7. Wanprestasi tersebut terjadi karena mobil pengantar mengalami mogok dan

banyaknya pesanan lain yang harus diantarkan.

8. Akibat hukum yang terima oleh Katering IRA atas keterlambatan yang dilakukan

adalah dengan membayar ganti rugi kepada pemesan katering.

9. Upaya yang dilakukan oleh pengusaha Katering IRA untuk menyelesaikan

permasalahan wanprestasi adalah dengan melakukan musyawarah secara

kekeluargaan.

IV. Penutup

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada BAB III tentang

pengolahan data, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa dalam pelaksanaan perjanjian jasa katering antara Pengusaha Katering IRA

dan pemesan yang dibuat secara lisan kemudian dituangkan kedalam nota. Dalam

berjalannya perjanjian terjadi wanprestasi berupa keterlambatan pengantaran

pesanan yang dilakukan oleh pengusaha Katering IRA.

2. Bahwa faktor penyebab penyebab keterlambatan dalam pengantaran pesanan yang

dilakukan oleh pengusaha Katering IRA ada dua yaitu mobil pengantar mogok dan

banyaknya pesanan lain yang harus diantarkan.


3. Bahwa akibat hukum bagi Pengusaha Katering IRA terhadap keterlambatan

pengantaran pesanan yang dilakukan adalah pengusaha Katering IRA harus

membayar ganti rugi atas wanprestasi yang dilakukannya.

4. Bahwa upaya yang dapat dilakukan oleh Pengusaha Katering IRA adalah dengan

melakukan musyawarah secara kekeluargaan untuk menyelesaikan permasalahan

yang dilakukannya.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka

penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Hendaknya Pengusaha Katering memeriksa terlebih dahulu kondisi transportasi

pengangkutan katering sebelum mengantarkan pesanan kepada pelanggan untuk

meminimalisir terjadinya keterlambatan akibat mogoknya kendaraan transportasi

pengangkut.

2. Hendaknya Pengusaha Katering bisa memanajemen waktu dengan baik mulai dari

produksi makanan hingga pengantaran makanan agar dapat mengantarkan

pesanan kepada pemesan secara tepat waktu.

3. Hendaknya perjanjian dilakukan secara tertulis agar lebih mudah dimintakan

pertanggungjawaban.

V. Bibliografi

BUKU-BUKU

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung,

Ahmadi Miru, 2008, Hukum Kontrak Dan Perancangan Kontrak, PT. Raja Grafindo

Perjada, Jakarta.

A.Z Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen, Diapit Media, jakarta.

Anwar Dalam Pohan, 2009, Sanitasi Makanan Dan Minuma, Pusat Pendidikan Tenaga

Kesehatan Depkes RI. Jakarta.


C.S.T. Kansil, 1993, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta.

Hardijan Rusli, 1996, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Pustaka Sinar

Harapan, jakarta.

H.M.N Purwosujipto, 2007, Pengetahuan Dasar Hukum Dagang, Djambatan, Jakarta.

J.C.T. Simorangkir, 2010, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Kamisa, 1997, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Kartika, Surabaya.

M. Yahya Harahap, 2006, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

R. Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta.

R. Subekti, 2008, Hukum Perjanjian, Intermasa ,Jakarta.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1999, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya

Paramita, Jakarta.

R. Wiryono Prodjodikoro, 2004, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandar Maju, Bandung.

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta.

Tim Prima Pena, 2006, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gita Media Press, Surabaya.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) s


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003

You might also like