You are on page 1of 3

HIV AIDS TANPA

KOMPLIKASI
No. Dokumen :

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit :
Halaman :
Puskesmas Edita Linda,SKM
Menjalin
NIP.197901302005022003
1. Pengertian Sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-
virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya
(SIV, FIV, dan lain-lain)
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaanHIV/AIDS tanpa komplikasi
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.004/2014 tentang pelayanan
klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur a. Petugas menerima pasien.
b. Petugas melakukan anamnesis singkat tentang
perjalanan penyakit, riwayat faktor resiko, riwayat
imunisasi, dan keluhan-keluhan lain .
c. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan.
d. Petugas melakukan vital sign meliputi pengukuran
tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, dan
suhu.
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, dari ujung
rambut sampai kaki, petugas mencari tanda-tanda
yang menunjukkan penurunan kekbalan tubuh.
f. Petugas melakukan cuci tangan setelah
pemeriksaan.
g. Petugas melakukan penegakan diagnosis.
h. Tidak tersedia pemeriksaan CD4
Penentuan mulai terapi ARV didasarkan pada
penilaian klinis
i. Tersedia pemeriksaan CD4
1. Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah
CD4 <350 sel/mm3 tanpa memandang stadium
klinisnya.
2. Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan
TB aktif, ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa
memandang jumlah CD4
j. Rencana Tindak Lanjut
1. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV
Monitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-
nya setiap 6 bulan sekali.
1. Pemantauan pasien dalam terapi antiretroviral
a) Pemantauan klinis
Dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu
sejak memulai terapi ARV dan kemudian setiap 6
bulan bila pasien telah mencapai keadaan stabil.
b) Pemantauan laboratorium
 Pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan atau
lebih sering bila ada indikasi klinis.
 Pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka
perlu dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb)
sebelum memulai terapi dan pada minggu ke 4, 8
dan 12 sejak mulai terapi atau ada indikasi tanda
dan gejala anemia
 Bila menggunakan NVP untuk perempuan dengan
CD4 antara 250–350 sel/mm3 maka perlu dilakuan
pemantauan enzim transaminase pada minggu 2, 4,
8 dan 12 sejak memulai terapi ARV (bila
memungkinkan), dilanjutkan dengan pemantauan
berdasarkan gejala klinis.
 Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien
yang mendapatkan TDF.
k. Konseling dan Edukasi
1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi
menular seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi
beserta pasangan seksualnya, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan
untuk bergabung dengan kelompok penanggulangan
HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam
menghadapi pengobatan penyakitnya.
l. Kriteria Rujukan
1. Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu
dirujuk ke Pelayanan Dukungan Pengobatan untuk
menjalankan serangkaian layanan yang meliputi
penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan
penilaian virologi.
2. Pasien HIV/AIDS dengan komplikasi.

6. Bagan Alir
melakukan vital sign menegakan diagnose
Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

7. Hal – hal Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia


yang perlu
diperhatik
an
9. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum
10. Dokumen 1. Rekam Medis
terkait
2. Catatan tindakan
11. Rekam
Historis
No Yang Isi Tanggal mulai
dirubah Perubahan diberlakukan

You might also like