Professional Documents
Culture Documents
Materi:
1. Definisi refrigeran
2. Sejarah perkembangan refrigeran
3. Jenis-jenis refrigeran
4. Refrigeran primer dan sekunder
5. Perbandingan atribut lingkungan dan atribut kinerja refigeran
6. Minyak pelumas untuk sistem pendingin
URAIAN MATERI:
6.1. Pendahuluan
Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi.
Refrigeran merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena refrigeran yang
menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin refrigerasi. ASHRAE
(2005) mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja di dalam mesin refrigerasi,
pengkondisian udara, dan sistem pompa kalor. Refrigeran menyerap panas dari satu
lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya melalui mekanisme evaporasi
dan kondensasi.
Refrigeran yang digunakan pertama kali adalah ether, dipakai oleh Perkins
untuk mesin kompresi uap tangan. Kemudian dipakai ethil khlorida (C2H5Cl) yang
kemudian pula diganti dengan ammonia pada tahun 1875. Hampir pada waktu yang
bersamaan dipakai belerang oksida (SO2) pada tahun 1874, methil khlorida (CH3Cl)
pada tahun 1878, dan karbon dioksida (CO2) pada 1881 juga ditemukan pernah
dipakai sebagai refrigeran.
Semenjak 1910-1930 -an, banyak refrigeran seperti N2O2, CH4, C2H6,
C2H4, C3H8, dipakai sebagai refrigeran. Hidrokarbon yang tidak mudah terbakar
seperti dikloromethana (CH2Cl2), didikholoroethilene (C2H2Cl2) dan
monobromoethana (CH3Br) juga digunakan untuk mesin refrigerasi dengan pompa
sentrifugal, dengan komposisi atom fluor, chlor, dan terkadang bromida, akan
membentuk refrigeran dengan range titik didih yang lebar pada tekanan sekitar 1 atm
(disebut sebagai normal boiling point = titik didih normal atau temperatur jenuh
1
pada tekanan satu atmosfir), sehingga memenuhi berbagai kebutuhan temperatur
kerja yang berbeda untuk berbagai mesin refrigerasi. Jumlah fluor menunjukkan
ketidak beracunan dari refrigerant.
Atau menurut ahli lain refrigeran yang baik harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dalam semua keadaan.
2. Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, juga bila bercampur dengan udara,
minyak pelumas dan sebagainya.
3. Tidak korosif terhadap logam yang banyak dipakai pada sistem refrigerasi dan air
conditiioning.
4. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor, tetapi tidak mempengaruhi
atau merusak minyak pelumas tersebut.
5. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak boleh terurai setiap kali di
mampatkan, diembunkan dan diuapkan.
6. Mempunyai titik didih yang rendah. Harus lebih rendah daripada suhu evaporator
yang direncanakan.
7. Mempunyai tekanan kondensasi yang rendah. Tekanan kondensasi yang tinggi
memerlukan kompresor yang besar dan kuat, juga pipanya harus kuat dan
kemungkinan bocor besar.
8. Mempunyai tekanan penguapan yang sedikit lebih tinggi dari 1 atmosfir. Apabila
terjadi kebocoran, udara luar tidak dapat masuk ke dalam sistem.
9. Mempunyai kalor laten uap yang besar, agar jumlah kalor yang diambil oleh
evaporator dari ruangan jadi besar.
10. Apabila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat-alat yang sederhana.
11. Harganya murah.
3
Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran yang paling
banyak digunakan di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini
beberapa perusahaan pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan
refrigeran R22 dalam produk-produk mereka. Meski refrigeran ini, termasuk juga
refrigeran jenis HCFCs lainnya, dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030
(untuk negara maju), namun beberapa negara Eropa telah mencanangkan jadwal
yang lebih progresif, misalnya Swedia telah melarang penggunaan R22 dan HCFCs
lainnya pada mesin refrigerasi baru sejak tahun 1998, sedangkan Denmark dan
Jerman mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesin-mesin baru hanya hingga 31
Desember 1999 (Kruse, 2000).
Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat
refrigeran sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan
refrigeran lama yang ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan
ozon. Weatherhead dan Andersen (2006) mengemukakan bahwa sejak 8 tahun
terakhir, penipisan kolom lapisan ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini
akan terjadinya pemulihan lapisan ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara
jelas merujuk turunnya penggunaan zat perusak ozon sebagai penyebab pulihnya
lapisan ozon. Powell (2002) menyebutkan bahwa adanya kerjasama yang sangat baik
antara produser refrigeran dan perusahaan pengguna refrigeran telah memungkinkan
terjadinya transisi mulus dari era penggunaan CFCs secara besar-besaran di 1986
hingga penghapusan dan penggantiannya dengan R134a di tahun 1996. Banyak
kalangan menyebutkan bahwa Protokol Montreal adalah salah satu perjanjian
internasional di bidang lingkungan yang paling berhasil diterapkan.
Jika Protokol Montreal dan Kyoto dilaksanakan secara penuh dan konsisten,
maka secara umum pada saat ini belum ada pilihan refrigeran komersial selain
refrigeran alami. Meskipun perlu dicatat bahwa baru-baru ini terdapat produsen
refrigeran yang mengklaim keberhasilannya membuat refrigeran yang tidak merusak
ozon dan tidak menimbulkan pemanasan global (ASHRAE, 2006).
Beberapa refrigeran alami yang sudah digunakan pada mesin refrigerasi
adalah: amonia (NH3), hidrokarbon (HC), karbondioksida (CO2), air, dan udara
(Riffat dkk., 1997). Kata "alami" menekankan keberadaan zat-zat tersebut yang
berasal dari sumber biologis atapun geologis; meskipun saat ini beberapa produk
4
refrigeran alami masih didapatkan dari sumber daya alam yang tidak terbarukan,
misalnya hidrokarbon yang didapatkan dari oil-cracking, serta amonia dan CO2 yang
didapatkan dari gas alam (Powell, 2002).
Penggunaan karbondioksida, air, dan udara pada refrigerator komersial masih
memerlukan riset yang mendalam, sedangkan penggunaan amonia dan hidrokarbon,
meskipun sudah cukup banyak dilakukan, masih memiliki peluang riset yang cukup
banyak (Riffat dkk., 1997). Amonia bersifat racun (toxic) dan cukup mudah terbakar,
sedangkan hidrokarbon termasuk dalam zat yang sangat mudah terbakar; oleh karena
itu refrigeran tersebut secara umum sulit digunakan pada sistem ekspansi langsung.
Sistem refrigerasi tak-langsung bisa digunakan untuk mengatasi kelemahan kedua
refrigeran tersebut. Beberapa peneliti berusaha menekan tingkat keterbakaran
refrigeran hidrokarbon dengan cara mencampurkannya bersama refrigeran lain yang
tak mudah terbakar (Pasek dkk., 2006; Sekhar dkk., 2004; Dlugogorsky dkk., 2002).
Granryd (2001) menekankan bahwa pada dasarnya sudah tersedia teknologi untuk
meningkatkan keamanan pada sistem refrigerasi yang menggunakan refrigeran
hidrokarbon, namun cara yang ekonomis untuk membuat sistem tersebut aman dan
terbukti dapat digunakan dalam skala luas masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi uap dikelompokkan
menjadi refrigeran primer. Sedangkan jika fluida digunakan untuk memindahkan
panas, maka fluida ini disebut sebagai refrigeran sekunder. Penggunaan refrigeran
saat ini merupakan isu penting menyangkut pemanasan global. Pada bab ini, akan
dijelaskan jenis refrigeran, sifat, dan penggunaannya saat ini.
Refrigeran dibuat oleh beberapa negara dari beberapa perusahaan dengan
memakai nama dagang (merk) mereka masing-masing. Beberapa diantaranya yang
telah beredar di Indonesia ditunjukkan oleh Tabel 3.1. Refrigeran disimpan dalam
tabung atau silender dan drum. Untuk mengetahui isinya, tabung-tabung tersebut
diberi berbagai warna, keterangan pada tabung dan label. Warna tabung bahan
pendingin dari Du Pont ditampilkan pada Tabel 6.2
5
Genetron Allied Chemical Corporation U.S.A
Frigen Hoechst AG Jerman
Arcton Imperial Chemical Industries Ltd. Inggris
Asahi Fron Asahi Glass Co., Ltd. Jepang
Forane Pacific Chemical Industries Pty. Australia
Daiflon Osaka Kinzoku Kogyo Co., Ltd. Jepang
Ucon Union Carbide Chemicals Corporation U.S.A
Isotron Pennsylvania Salt Manufacturing Co. U.S.A
Gambar 6.1. Beberapa bentuk dan warna tabung freon yang banyak
dijumpai di pasaran
6
6.3. Refrigeran Primer dan Jenis-Jenisnya
7
Banyak digunakan untuk kompresor torak, rotari dan sentrifugal. Pemakaian
R-12 sangat luas pada rentang temperatur -40 0C s/d +10 0C. Banyak juga dipakai
pada mesin pendingin seperti lemari es, freezer, ice cream cabinet, water cooler
sampai pada refrigerasi dan air conditioning yang besar. R-12 juga merupakan bahan
pendingin yang utama untuk air conditioning mobil dan aerosol.
Titik didih R-12 adalah -21,66 0F (-29,8 0C) pada 1 atmosfir. Tekanan
penguapan 11,8 psig pada 5 0F (15 0C) dan tekanan kondensasi 93,3 psig pada 86 0F
(30 0F). Kalor laten uap 71,74 Btu/lb pada titik didih. R-12 adalah bahan pendingin
yang paling banyak dipakai untuk lemari es, baik dengan kompresor torak maupun
rotari. Telah diselidiki dan dikembangkan di USA sejak tahun 1931, pada tahun 1940
telah hampir dipakai pada semua lemari es.
Bahan pendingin R-12 sangat aman, tidak korosif, tidak beracun, tidak dapat
terbakar atau meledak dalam bentuk gas maupun cair, juga bila bercampur dengan
udara. R-12 tidak berwarna, bahkan transparan (tembus cahaya), tidak berbau dan
tidak ada rasanya pada kosentrasi dibawah 20% dari volume. R-12 tidak berbahaya
bagi hewan atau tumbuh-tumbuhan dan tidak mempengaruhi bau, rasa atau warna
dari air atau makanan yang disimpan di dalam lemari es.
R-12 dapat dipakai pada suhu tinggi, sedang dan rendah. Juga dapat dipakai
untuk ketiga macam kompresor : kompresor torak dari 1/12 – 800 DK. Kompresor
rotari yang kecil dan kompresor sentrifugal untuk air conditioning yang besar. R-12
akan tetap stabil pada suhu kerja rendah, maupun pada suhu kerja tinggi, tidak
bereaksi dan tidak korosif terhadap banyak logam yang dipakai pada lemari es,
seperti : besi tuang, baja. Aluminium, tembaga, kuningan, seng, timah solder. Jika
bercampur dengan air pada suhu tinggi dapat menjadi korosif karena ada asam
halogen yang terbentuk. Apabila kita memakai sistem dengan R-12, jangan sampai
ada air yang tertinggal di dalam sistem.
R-12 sampai saat ini adalah bahan pendingin yang terbanyak dipakai,
walupun dalam beberapa hal keunggulan R-12 telah dikalahkan oleh R-22.
Kenggulan R-12 terhadap R-22 :
a. Tekanan kerja dan suhu kerja lebih rendah
b. Bercampur dengan minyak pelumas lebih baik dalam semua keadaan
c. Harganya lebih murah
8
R-12 tidak dapat melarutkan air, tetapi dapat melarutkan hydrocarbon,
alkohol, ether, aster dan ketone, maka R-12 dapat dipakai sebagai bahan pembersih
untuk zat tersebut. R-12 mempunyai kemampuan melarutkan yang sangat besar,
maka kita harus hati-hati jika memakai bahan-bahan untuk paking, gasket, vernis dan
beberapa macam bahan isolasi di dalam kompresor hermetik. R-12 terhadap logam-
logam yang mengandung magnesium atau aluminium yang mengandung lebih dari 2
% magnesium harus dihindarkan. R-12 merusak karet alam, tetapi tidak bereaksi
terhadap karet sintetis. Jika memakai bahan dari karet, pakailah karet sintetis seperti:
karet neoprene dan chloroprene. R-12 yang terbanyak dipakai sebagai penyemprot
(propellant) yang bukan untuk makanan. Karena tekanan R-12 sangat tinggi, maka
umumnya dicampur dengan R-11 untuk menurunkan tekanannya.
Salah satu sifat khusus dari R-12 yaitu pada suhu 200F - 80 0F, mempunyai
suhu dalam fahrenheit dan tekanan dalam psig yang hampir sama besarnya. Dapat
dilihat pada daftar suhu dan tekanan bahan pendingin R-12. misalnya R-12 pada 70
0F mempunyai tekanan 70,1 psig. R-12 mempunyai kekuatan dielektrik yang besar,
hampir sama dengan R-113, maka dapat dipakai untuk kompresor hermetik tanpa
menimbulkan bahaya atau kesukaran.
Kebaikan R-12 yang dapat bercampur dengan minyak pelumas dalam semua
keadaan tidak saja mempermudah mengalirkan minyak pelumas kembali ke
kompresor, tetapi juga dapat menaikan efisiensi dan kapasitas dari sistem.
Evaporator dan kondensor akan bebas dari minyak pelumas yang dapat mengurangi
kemampuan perpindahan kalor dari kedua alat tersebut. R-12 masih dapat bercampur
dengan minyak pelumas sampai suhu -90 0F (-68 0C). Di bawah suhu tersebut
minyak pelumas akan mulai memisah. Minyak pelumas lebih ringan daripada bahan
pendingin, maka minyak akan mengumpul pada bagian atas dari bahan pendingin
cair tersebut. R-12 apabila bercampur dengan api yang sedang terbakar atau pemanas
listrik yang bekerja, dapat membentuk suatu gas yang sangat beracun. Kobocoran
dapat dicari dengan hilide leak detector, alectronic leak detecto, air sabun dan lain-
lain.
10
Kebocoran dapat dicari dengan halide leak detector, air sabun dan lain-lain.
11
(73,8% dari berat) dan R-152A Difluoro Ethane (26,2 % dari berat). R-500 juga
disebut carene-7, pada umumnya hanya dipakai untuk mesin-mesin refrigerasi buatan
Carrier. Seperti bahan pendingin golongan fluorocarbon yang lain, R-500 tidak dapat
terbakar, tidak beracun dan stabil. R-500 mempunyai daya campur dengan minyak
pelumas yang baik. Pada suhu rendah daya campur tersebut sama seperti R-12.
Keuntungan R-500 terhadap R-12 adalah:
a. Jika dipakai dengan mesin yang sama, dapat memberikan kapasitas 18 % lebih
besar.
b. Dapat dipakai dari daerah 60 Hz dengan R-12 ke daerah 50 Hz dengan R-500,
pada mesin yang sama akan memberikan kapasitas yang sama pula.
Pergerakan torak yang diperlukan lebih besar daripada R-22, tetapi lebih
kecil daripada R-12, jika dipakai dengan mesin yang sama dan untuk tujuan yang
sama, R-500 dapat memberikan kapasitas 18% lebih besar daripada R-12. Suatu unit
dengan R-12 yang kapasitasnya hendak dinaikkan 18 %, kita dapat mengusahakan
dengan hanya menukar bahan pendinginnya saja dengan R-500. Jumlah putaran
motor listrik berbanding lurus dengan besarnya frekuensi. Motor listrik 60 Hz yang
bekerja di daerah 50 Hz, jumlah putarannya hanya tinggal 5/6 bagian, dan
pergerakan toraknya juga berkurang 18%. Kompresor hermetik 60Hz dengan R-12
akan memberikan kapasitas yang sama jika dipakai untuk daerah 50 Hz dengan R-
500. daya listrik yang diperlukan juga hampir sama.
R-500 mempunyai kemampuan menyerap air yang sangat besar. Apabila
sistem hendak diisi dengan R-500, sebelumnya sistem harus dibuat vakum dengan
pompa vakum yang khusus, agar semua air dan uap air dapat dikeluarkan. Selain itu
sistem harus memakai pengering (drier) untuk menyerap sisa air yang masih
tertinggal di dalam sistem. Mengisi sistem lemari es dengan R-500 tidak banyak
perbedaannya dengan R-12, hanya kedua tekanannya pada sisi tekanan tinggi dan sisi
tekanan rendah sedikit lebih tinggi. Kebocoran dapat dicari dengan halide leak
detector, electronic leak detecto, air sabun atau zat warna dan lain-lain.
14
yang sangat merangsang hidung dan tenggorokan. Kebocoran yang kecil dapat dicari
dengan batang belerang (sulfur stick). Jika ada gas amonia yang bocor, belerang
dapat mengeluarkan asap putih yang tebal. Kebocoran dapat juga dicari dengan
memakai air sabun yang kental. dioleskan pada sekeliling sambungan pipa. Jika ada
gas yang bocor akan terjadi gelembung-gelembung dari air tersebut.
15
tidak berwarna, tetapi sangat beracun. Tidak dapat terbakar dan tidak dapat meledak.
R-764 sebagai bahan pendingin sekarang sudah tidak dipakai lagi, hanya masih dapat
ditemukan pada mesin-mesin yang sudah tua.
R-764 mula-mula diganti oleh Methyl Chloride yang lebih aman, kemudian
diganti lagi oleh bahan pendingin golongan fluorocarbon yang lebih baik sampai saat
ini. Seperti bahan pendingin yang lain R-764 dalam keadaan murni tidak korosif
terhadap logam-logam yang dipakai pada sistem refrigerasi. Apabila bercampur
dengan air, SO2 dapat membentuk H2SO3 dan H2SO4. Kedua asam ini sangat
korosif terhadap logam. R-764 tidak dapat bercampur dengan minyak pelumas.
Saluran isap harus dibuat miring ke kompresor. SO2 cair lebih berat daripada minyak
pelumas kompresor, sehingga minyak pelumas akan mengapung di atas bahan
pendingin tersebut. Sifat ini memudahkan minyak pelumas dialirkan kembali ke
kompresor. Ini merupakan keuntungan dari SO2. Kebocoran SO2 selain dapat
diketahui dari baunya yang sangat pedas dan tajam, juga dapat dicari dengan
memakai kain lap yang dicelupkan cairan, jika ada kebocoran akan mengeluarkan
asap putih yang tebal.
Titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan apakah refrigeran dapat
menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi pada tekanan yang tidak
terlalu rendah. Dari segi termodinamika R12, R22, R500, R502, ammonia dapat
dipakai untuk daerah suhu yang luas, dari keperluan pendinginan udara sampai ke
refrigerasi. Sifat termofisik dari beberapa refrigeran disajikan pada tabel 6.3.
Titik didih (0C, 1 atm) -29.8 -40.8 3.6 -33.3 -45.6 -33.3
17
Tekanan Tekanan Rasio Efek Laju aliran massa
Refrigeran evaporasi kondensasi tekanan refrigerasi per kW COP
(kPa) (kPa) (kJ/kg) refrigerasi (L/det)
11 20.4 125.5 6.15 155.4 4.9 5.03
12 182.7 744.6 4.08 116.3 0.782 4.70
22 295.8 1192.1 4.03 162.8 0.476 4.66
502 349.6 1308.6 3.74 106.2 0.484 4.37
717 236.5 1166.6 4.93 1103.4 0.462 4.76
18
R-717 (Amonia) - 0 Tidak ada
19
1. Mengurangi gesekan dari bagian-bagian yang bergerak.
2. Mengurangi terjadinya kalor pada bus dan bantalan.
3. Membentuk lapisan penyekat antara torak dan dinding silender
4. Membantu mendinginkan kumparan motor listrik di dalam kompresor hermetik.
20
volt.
4. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak mudah bereaksi denga refrigeran atau
benda lain yang dipakai pada sistem pendingin.
5. Tidak berbusa, karena jika berbusa minyak pelumas dapat membawa refrigeran
cair masuk ke kompresor, dapat merusak katup kompresor.
6. Mempunyai kekentalan (viscosity) pada 1000F (37,80C) antara 150 – 300 SUV
(Saybolt Universal Viscosity) dan untuk kompresor AC mobil 500 SUV.
21
Suhu kompresor:
Normal Semua 150
Tinggi Halogen 150
Amonia 300
Suhu evaporator:
Di atas -180C Halogen 150
Amonia 300
-180C s/d -400C Halogen 150
Amonia 150
Di bawah -400C Halogen 150
Amonia 150
Kompresor AC mobil Halogen 500
Refrigeran yang dapat larut dalam minyak pelumas dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu:
Latihan
a. Berikan masing-masing satu contoh refrigeran dari jenis CFC dan HCFC.
b Jenis refrigeran mana yang lebih ramah terhadap lingkungan (gunakan tiga atribut
lingkungan yang anda ketahui untuk menjelaskan pilihan anda tersebut).
22
Test Formatip
Jelaskan dengan singkat pendapat anda mengenai penggunaan hidrokarbon (HC)
sebagai refrigeran untuk mesin pendingin/pembeku.
Daftar Pustaka
Pita, E.G., 1981, Air Conditioning Principles and Systems – An Energy Approach,
John Wiley & Sons, Inc.
Stoker W.F dan Jones, J.W, 1987. Refrigeration and Air Condition. McGraw-Hill
Book Company. Tokyo
23