You are on page 1of 23

REFRIGERAN DAN MINYAK PELUMAS

Materi:
1. Definisi refrigeran
2. Sejarah perkembangan refrigeran
3. Jenis-jenis refrigeran
4. Refrigeran primer dan sekunder
5. Perbandingan atribut lingkungan dan atribut kinerja refigeran
6. Minyak pelumas untuk sistem pendingin

URAIAN MATERI:
6.1. Pendahuluan
Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi.
Refrigeran merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena refrigeran yang
menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin refrigerasi. ASHRAE
(2005) mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja di dalam mesin refrigerasi,
pengkondisian udara, dan sistem pompa kalor. Refrigeran menyerap panas dari satu
lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya melalui mekanisme evaporasi
dan kondensasi.
Refrigeran yang digunakan pertama kali adalah ether, dipakai oleh Perkins
untuk mesin kompresi uap tangan. Kemudian dipakai ethil khlorida (C2H5Cl) yang
kemudian pula diganti dengan ammonia pada tahun 1875. Hampir pada waktu yang
bersamaan dipakai belerang oksida (SO2) pada tahun 1874, methil khlorida (CH3Cl)
pada tahun 1878, dan karbon dioksida (CO2) pada 1881 juga ditemukan pernah
dipakai sebagai refrigeran.
Semenjak 1910-1930 -an, banyak refrigeran seperti N2O2, CH4, C2H6,
C2H4, C3H8, dipakai sebagai refrigeran. Hidrokarbon yang tidak mudah terbakar
seperti dikloromethana (CH2Cl2), didikholoroethilene (C2H2Cl2) dan
monobromoethana (CH3Br) juga digunakan untuk mesin refrigerasi dengan pompa
sentrifugal, dengan komposisi atom fluor, chlor, dan terkadang bromida, akan
membentuk refrigeran dengan range titik didih yang lebar pada tekanan sekitar 1 atm
(disebut sebagai normal boiling point = titik didih normal atau temperatur jenuh

1
pada tekanan satu atmosfir), sehingga memenuhi berbagai kebutuhan temperatur
kerja yang berbeda untuk berbagai mesin refrigerasi. Jumlah fluor menunjukkan
ketidak beracunan dari refrigerant.

6.2. Sejarah Perkembangan Refrigeran


Calm (2002) membagi perkembangan refrigeran dalam 3 periode: Periode
pertama, 1830-an hingga 1930-an, dengan kriteria refrigeran "apa pun yang bekerja
di dalam mesin refrigerasi". Refrigeran yang digunakan dalam periode ini adalah
ether, CO2, NH3, SO2, hidrokarbon, H2O, CCl4, CHCs. Periode ke-dua, 1930-an
hingga 1990-an menggunakan kriteria refrigeran: aman dan tahan lama (durable).
Refrigeran pada periode ini adalah CFCs (Chloro Fluoro Carbons), HCFCs (Hydro
Chloro Fluoro Carbons), HFCs (Hydro Fluoro Carbons), NH3, H2O. Periode ke-tiga,
setelah 1990-an, dengan kriteria refrigeran "ramah lingkungan". Refrigeran pada
periode ini adalah HCFCs, NH3, HFCs, H2O, CO2.
Perkembangan mutakhir di bidang refrigeran utamanya didorong oleh dua
masalah lingkungan, yakni lubang ozon dan pemanasan global. Sifat merusak ozon
yang dimiliki oleh refrigeran utama yang digunakan pada periode ke-dua, yakni
CFCs, dikemukakan oleh Molina dan Rowland (1974) yang kemudian didukung oleh
data pengukuran lapangan oleh Farman dkk. (1985).
Setelah keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfer diverifikasi secara
saintifik, perjanjian internasional untuk mengatur dan melarang penggunaan zat-zat
perusak ozon disepakati pada 1987 yang terkenal dengan sebutan Protokol Montreal.
CFCs dan HCFCs merupakan dua refrigeran utama yang dijadwalkan untuk
dihapuskan masing-masing pada tahun 1996 dan 2030 untuk negara-negara maju
(United Nation Environment Programme, 2000). Sedangkan untuk negara-negara
berkembang, kedua refrigeran utama tersebut masing-masing dijadwalkan untuk
dihapus (phased-out) pada tahun 2010 (CFCs) dan 2040 (HCFCs) (Powell, 2002).
Pada tahun 1997, Protokol Kyoto mengatur pembatasan dan pengurangan gas-gas
penyebab rumah kaca, termasuk HFCs (United Nation Framework Convention on
Climate Change, 2005).
Powell (2002) menerangkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh
refrigeran pengganti, yakni:
1. Memiliki sifat-sifat termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang
2
hendak digantikannya, utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran
baru yang diharapkan tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan
tekanan refrigeran lama yang ber-klorin.
2. Tidak mudah terbakar.
3. Tidak beracun.
4. Bisa bercampur (miscible) dengan pelumas yang umum digunakan dalam
mesin refrigerasi.
5. Setiap refrigeran CFC hendaknya digantikan oleh satu jenis refrigeran ramah
lingkungan.

Atau menurut ahli lain refrigeran yang baik harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dalam semua keadaan.
2. Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, juga bila bercampur dengan udara,
minyak pelumas dan sebagainya.
3. Tidak korosif terhadap logam yang banyak dipakai pada sistem refrigerasi dan air
conditiioning.
4. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor, tetapi tidak mempengaruhi
atau merusak minyak pelumas tersebut.
5. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak boleh terurai setiap kali di
mampatkan, diembunkan dan diuapkan.
6. Mempunyai titik didih yang rendah. Harus lebih rendah daripada suhu evaporator
yang direncanakan.
7. Mempunyai tekanan kondensasi yang rendah. Tekanan kondensasi yang tinggi
memerlukan kompresor yang besar dan kuat, juga pipanya harus kuat dan
kemungkinan bocor besar.
8. Mempunyai tekanan penguapan yang sedikit lebih tinggi dari 1 atmosfir. Apabila
terjadi kebocoran, udara luar tidak dapat masuk ke dalam sistem.
9. Mempunyai kalor laten uap yang besar, agar jumlah kalor yang diambil oleh
evaporator dari ruangan jadi besar.
10. Apabila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat-alat yang sederhana.
11. Harganya murah.

3
Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran yang paling
banyak digunakan di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini
beberapa perusahaan pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan
refrigeran R22 dalam produk-produk mereka. Meski refrigeran ini, termasuk juga
refrigeran jenis HCFCs lainnya, dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030
(untuk negara maju), namun beberapa negara Eropa telah mencanangkan jadwal
yang lebih progresif, misalnya Swedia telah melarang penggunaan R22 dan HCFCs
lainnya pada mesin refrigerasi baru sejak tahun 1998, sedangkan Denmark dan
Jerman mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesin-mesin baru hanya hingga 31
Desember 1999 (Kruse, 2000).
Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat
refrigeran sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan
refrigeran lama yang ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan
ozon. Weatherhead dan Andersen (2006) mengemukakan bahwa sejak 8 tahun
terakhir, penipisan kolom lapisan ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini
akan terjadinya pemulihan lapisan ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara
jelas merujuk turunnya penggunaan zat perusak ozon sebagai penyebab pulihnya
lapisan ozon. Powell (2002) menyebutkan bahwa adanya kerjasama yang sangat baik
antara produser refrigeran dan perusahaan pengguna refrigeran telah memungkinkan
terjadinya transisi mulus dari era penggunaan CFCs secara besar-besaran di 1986
hingga penghapusan dan penggantiannya dengan R134a di tahun 1996. Banyak
kalangan menyebutkan bahwa Protokol Montreal adalah salah satu perjanjian
internasional di bidang lingkungan yang paling berhasil diterapkan.
Jika Protokol Montreal dan Kyoto dilaksanakan secara penuh dan konsisten,
maka secara umum pada saat ini belum ada pilihan refrigeran komersial selain
refrigeran alami. Meskipun perlu dicatat bahwa baru-baru ini terdapat produsen
refrigeran yang mengklaim keberhasilannya membuat refrigeran yang tidak merusak
ozon dan tidak menimbulkan pemanasan global (ASHRAE, 2006).
Beberapa refrigeran alami yang sudah digunakan pada mesin refrigerasi
adalah: amonia (NH3), hidrokarbon (HC), karbondioksida (CO2), air, dan udara
(Riffat dkk., 1997). Kata "alami" menekankan keberadaan zat-zat tersebut yang
berasal dari sumber biologis atapun geologis; meskipun saat ini beberapa produk
4
refrigeran alami masih didapatkan dari sumber daya alam yang tidak terbarukan,
misalnya hidrokarbon yang didapatkan dari oil-cracking, serta amonia dan CO2 yang
didapatkan dari gas alam (Powell, 2002).
Penggunaan karbondioksida, air, dan udara pada refrigerator komersial masih
memerlukan riset yang mendalam, sedangkan penggunaan amonia dan hidrokarbon,
meskipun sudah cukup banyak dilakukan, masih memiliki peluang riset yang cukup
banyak (Riffat dkk., 1997). Amonia bersifat racun (toxic) dan cukup mudah terbakar,
sedangkan hidrokarbon termasuk dalam zat yang sangat mudah terbakar; oleh karena
itu refrigeran tersebut secara umum sulit digunakan pada sistem ekspansi langsung.
Sistem refrigerasi tak-langsung bisa digunakan untuk mengatasi kelemahan kedua
refrigeran tersebut. Beberapa peneliti berusaha menekan tingkat keterbakaran
refrigeran hidrokarbon dengan cara mencampurkannya bersama refrigeran lain yang
tak mudah terbakar (Pasek dkk., 2006; Sekhar dkk., 2004; Dlugogorsky dkk., 2002).
Granryd (2001) menekankan bahwa pada dasarnya sudah tersedia teknologi untuk
meningkatkan keamanan pada sistem refrigerasi yang menggunakan refrigeran
hidrokarbon, namun cara yang ekonomis untuk membuat sistem tersebut aman dan
terbukti dapat digunakan dalam skala luas masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi uap dikelompokkan
menjadi refrigeran primer. Sedangkan jika fluida digunakan untuk memindahkan
panas, maka fluida ini disebut sebagai refrigeran sekunder. Penggunaan refrigeran
saat ini merupakan isu penting menyangkut pemanasan global. Pada bab ini, akan
dijelaskan jenis refrigeran, sifat, dan penggunaannya saat ini.
Refrigeran dibuat oleh beberapa negara dari beberapa perusahaan dengan
memakai nama dagang (merk) mereka masing-masing. Beberapa diantaranya yang
telah beredar di Indonesia ditunjukkan oleh Tabel 3.1. Refrigeran disimpan dalam
tabung atau silender dan drum. Untuk mengetahui isinya, tabung-tabung tersebut
diberi berbagai warna, keterangan pada tabung dan label. Warna tabung bahan
pendingin dari Du Pont ditampilkan pada Tabel 6.2

Tabel 6.1. Beberapa merk dagang refrigeran

Nama Pabrik Negara


Freon E.I.du Pont de Nemours & Company U.S.A

5
Genetron Allied Chemical Corporation U.S.A
Frigen Hoechst AG Jerman
Arcton Imperial Chemical Industries Ltd. Inggris
Asahi Fron Asahi Glass Co., Ltd. Jepang
Forane Pacific Chemical Industries Pty. Australia
Daiflon Osaka Kinzoku Kogyo Co., Ltd. Jepang
Ucon Union Carbide Chemicals Corporation U.S.A
Isotron Pennsylvania Salt Manufacturing Co. U.S.A

Tabel 6.2. Warna tabung Refrigeran

Refrigeran Warna tabung


Freon 11 Jingga (Orange)
Freon 12 Putih
Freon 22 Hijau
Freon 113 Ungu tua (Purple)
Freon 114 Biru tua
Freon 134a Biru muda (Biru langit)
Freon 500 Kuning
Freon 502 Ungu muda (Orchid)

Gambar 6.1. Beberapa bentuk dan warna tabung freon yang banyak
dijumpai di pasaran

6
6.3. Refrigeran Primer dan Jenis-Jenisnya

Refrigeran primer adalah refrigeran yang digunakan pada sistem kompresi


uap. Refrigeran yang digunakan pada sistem pendinginan kompresi uap harus
mempunyai mempunyai sifat-sifat kimia, fisika, termodinamika tertentu yang sesuai
dengan kondisi penggunaan. Jenis-jenis refrigeran primer yang banyak ditemui di
pasaran adalah:
1. Refrigerant R-11, CC13F, Trichloro Monofluora Methane
Digunakan untuk kompresor sentrifugal yang kapasitasnya sampai 100 ton
lebih. Pemakaian: (0 oC s/d 20 oC) termasuk pada air conditioning sentral chilller
dengan kapasitas lebih dari 200 - 2000 TR. Contohnya adalah AC sentral untuk
kantor, hotel, pabrik da lain-lain.
Refrigeran R-11 ini juga dapat digunakana sebagai pembersih dan aerosol.
Titik didih 23,8 0C pada 1 atmosfir, titik didih ini tinggi, maka tidak dapat dipakai
untuk mendinginkan ruangan di bawah 23,8 0C. Tekanan penguapan 24 in Hg
vakum pada 5 0F dan tekanan kondensasi hanya 3,5 psig pada 86 0F. Tekanan
kondensasi ini rendah sekali. maka R-11 hanya dapat dipakai untuk kompresor
sentrifugal. kalor laten uap 78,3 Btu/lb pada titik didih.
R-11 juga disebut golongan fluorocarbon yang lain, sangat stabil, tidak
beracun, tidak korosif, tidak dapat terbakar atau meledak. R-11 dapat melarutkan
karet alam, tetapi tidak bereaksi dengan karet sintetis yang dipakai sebagai gasket. R-
11 juga dipakai sebagai bahan peniup (blowing agent) dalam pembuatan polystyrene,
polyurethane yang keras maupun lunak. R-11 adalah bahan isolator yang baik dan
sifat isalator ini masih ada busa dari polyurethane tersebut.
R-11 mempunyai kekuatan dielektronika yang besar. R-11 juga sering dipakai
sebagai bahan pembersih (cleaning solvents) atau flushing agent. Utuk
membersihkan bagian dalam dari sistem yang banyak airnya dan lain-lain. R-11
untuk aerosol sering dicampur dengan R-12, untuk menaikan tekanan R-11 tersebut.
Kebocoran dapat dicari dengan halide leak detector atau electronic leak detector.

2. Refrigerant R-12, CL2F2 Dichloro Difluoro Methane

7
Banyak digunakan untuk kompresor torak, rotari dan sentrifugal. Pemakaian
R-12 sangat luas pada rentang temperatur -40 0C s/d +10 0C. Banyak juga dipakai
pada mesin pendingin seperti lemari es, freezer, ice cream cabinet, water cooler
sampai pada refrigerasi dan air conditioning yang besar. R-12 juga merupakan bahan
pendingin yang utama untuk air conditioning mobil dan aerosol.
Titik didih R-12 adalah -21,66 0F (-29,8 0C) pada 1 atmosfir. Tekanan
penguapan 11,8 psig pada 5 0F (15 0C) dan tekanan kondensasi 93,3 psig pada 86 0F
(30 0F). Kalor laten uap 71,74 Btu/lb pada titik didih. R-12 adalah bahan pendingin
yang paling banyak dipakai untuk lemari es, baik dengan kompresor torak maupun
rotari. Telah diselidiki dan dikembangkan di USA sejak tahun 1931, pada tahun 1940
telah hampir dipakai pada semua lemari es.
Bahan pendingin R-12 sangat aman, tidak korosif, tidak beracun, tidak dapat
terbakar atau meledak dalam bentuk gas maupun cair, juga bila bercampur dengan
udara. R-12 tidak berwarna, bahkan transparan (tembus cahaya), tidak berbau dan
tidak ada rasanya pada kosentrasi dibawah 20% dari volume. R-12 tidak berbahaya
bagi hewan atau tumbuh-tumbuhan dan tidak mempengaruhi bau, rasa atau warna
dari air atau makanan yang disimpan di dalam lemari es.
R-12 dapat dipakai pada suhu tinggi, sedang dan rendah. Juga dapat dipakai
untuk ketiga macam kompresor : kompresor torak dari 1/12 – 800 DK. Kompresor
rotari yang kecil dan kompresor sentrifugal untuk air conditioning yang besar. R-12
akan tetap stabil pada suhu kerja rendah, maupun pada suhu kerja tinggi, tidak
bereaksi dan tidak korosif terhadap banyak logam yang dipakai pada lemari es,
seperti : besi tuang, baja. Aluminium, tembaga, kuningan, seng, timah solder. Jika
bercampur dengan air pada suhu tinggi dapat menjadi korosif karena ada asam
halogen yang terbentuk. Apabila kita memakai sistem dengan R-12, jangan sampai
ada air yang tertinggal di dalam sistem.
R-12 sampai saat ini adalah bahan pendingin yang terbanyak dipakai,
walupun dalam beberapa hal keunggulan R-12 telah dikalahkan oleh R-22.
Kenggulan R-12 terhadap R-22 :
a. Tekanan kerja dan suhu kerja lebih rendah
b. Bercampur dengan minyak pelumas lebih baik dalam semua keadaan
c. Harganya lebih murah

8
R-12 tidak dapat melarutkan air, tetapi dapat melarutkan hydrocarbon,
alkohol, ether, aster dan ketone, maka R-12 dapat dipakai sebagai bahan pembersih
untuk zat tersebut. R-12 mempunyai kemampuan melarutkan yang sangat besar,
maka kita harus hati-hati jika memakai bahan-bahan untuk paking, gasket, vernis dan
beberapa macam bahan isolasi di dalam kompresor hermetik. R-12 terhadap logam-
logam yang mengandung magnesium atau aluminium yang mengandung lebih dari 2
% magnesium harus dihindarkan. R-12 merusak karet alam, tetapi tidak bereaksi
terhadap karet sintetis. Jika memakai bahan dari karet, pakailah karet sintetis seperti:
karet neoprene dan chloroprene. R-12 yang terbanyak dipakai sebagai penyemprot
(propellant) yang bukan untuk makanan. Karena tekanan R-12 sangat tinggi, maka
umumnya dicampur dengan R-11 untuk menurunkan tekanannya.
Salah satu sifat khusus dari R-12 yaitu pada suhu 200F - 80 0F, mempunyai
suhu dalam fahrenheit dan tekanan dalam psig yang hampir sama besarnya. Dapat
dilihat pada daftar suhu dan tekanan bahan pendingin R-12. misalnya R-12 pada 70
0F mempunyai tekanan 70,1 psig. R-12 mempunyai kekuatan dielektrik yang besar,
hampir sama dengan R-113, maka dapat dipakai untuk kompresor hermetik tanpa
menimbulkan bahaya atau kesukaran.
Kebaikan R-12 yang dapat bercampur dengan minyak pelumas dalam semua
keadaan tidak saja mempermudah mengalirkan minyak pelumas kembali ke
kompresor, tetapi juga dapat menaikan efisiensi dan kapasitas dari sistem.
Evaporator dan kondensor akan bebas dari minyak pelumas yang dapat mengurangi
kemampuan perpindahan kalor dari kedua alat tersebut. R-12 masih dapat bercampur
dengan minyak pelumas sampai suhu -90 0F (-68 0C). Di bawah suhu tersebut
minyak pelumas akan mulai memisah. Minyak pelumas lebih ringan daripada bahan
pendingin, maka minyak akan mengumpul pada bagian atas dari bahan pendingin
cair tersebut. R-12 apabila bercampur dengan api yang sedang terbakar atau pemanas
listrik yang bekerja, dapat membentuk suatu gas yang sangat beracun. Kobocoran
dapat dicari dengan hilide leak detector, alectronic leak detecto, air sabun dan lain-
lain.

3. Refrigerant R-22, CHCLF2 Chloro Difluoro Methane


Dipakai untuk kompresor torak, ratari dan sentrifugal. Temperatur pemakaian
adalah -50 0C s/d +10 oC terutama untuk air conditioning yang sedang dan kecil,
9
juga dipakai untuk freezer, cold storage, display cases dan banyak lagi pemakaian
pada suhu sedang dan suhu rendah. Titik didih -41,4 0F (-40,8 0C) pada 1 atmosfir.
Tekanan penguapan 28,3 psig pada 5 0F dan tekanan kondensasi 158,2 psig pada 86
0F. Kalor laten uap 100,6 Btu/lb pada titik didih.
Mula-mula diperkenalkan pada tahun 1936 dikembangkan untuk pemakaian
pada suhu rendah, lalu kemudian banyak dipakai pada packaged air conditioner. R-
22 mempunyai tekanan dan suhu kerja yang lebih tinggi daripada R-12, maka jika
memakai kondensor dengan pendingin udara ukurannya harus disesuaikan jangan
terlalu kecil. Untuk kapasitas yang sama R-22 dibandingkan R-12 memerlukan
pergerakan torak (piston displacement) yang lebih kecil, maka bentuk kompresor
juga kecil sehingga dapat ditempatkan dalam ruang yang terbatas. Ini adalah
keuntungan dari R-22, maka sangat sesuai untuk dipakai pada packaged room air
conditioner. Keuntungan R-22 terhadap R-12 :
a. Untuk pergerakan torak yang sama, kapasitasnya 60% lebih besar
b. Untuk kapasitas yang sama, entuk kompresor lebih kecil. Pipa-pipa yang dipakai
juga lebih kecil ukurannya.
c. Pada suhu di evaporator antara -30 0C s/d -40 0C, tekanan R-22 lebih dari 1
atmosfir, sedangkan tekanan R-12 kurang dari 1 atmosfir.
R-22 tidak korosif terhadap banyak logam yang dipakai pada sistem
refrgerasi dan air onditioning seperti : besi, tembaga, aluminium, kuningan, baja tak
berkarat, las perak, timah solder, babit dan lain-lain. Minyak pelumas dengan R-22
pada bagian tekanan tinggi dapat bercampur dengan baik, tetapi pada bagian tekanan
rendah, terutama di evaporator minyak lalu memisah. Suhu dimana minyak pelumas
memisah tergantung dari macam minyak pelumas yang dipakai dan jumlah minyak
pelumas yang bercampur dengan R-22. minyak pelumas mulai memisah pada suhu
16 oF (-8,9 0C). Pada pemakaian suhu rendah, harus ditambahkan pemisah minyak
(oil separator) untuk mengembalikan minyak pelumas ke kompresor. Pada
evaporator yang direncanakan dengan baik, tidak akan terjadi kesukaran untuk
mengembalikan minyak pelumas dari evaporator ke kompresor. R-22 mempunyai
kemampuan menyerap air tiga kali lebih besar daripada R-12. Jarang sekali terjadi
pembekuan air di evaporator pada sistem yang memakai R-22. sebetulnya ini bukan
merupakan keuntungan, karena di dalam sistem harus bersih dari uap air dan air.

10
Kebocoran dapat dicari dengan halide leak detector, air sabun dan lain-lain.

4. Refrigerant R-113, C2Cl2F3, Trichloro Trifluoro Ethane


Kompresor: centrifugal. Pemakaian: (0 0C s/d 20 0C) untuk air conditioning
yang sedang dan besar. Suhu penguapan 117,6 0F (47,57 0C) pada 1 atm. Tekanan
penguapan 237,9 In Hg. Vakum pada 5 0F dan tekanan kondensasi 113,9 In Hg.
Vakum pada 86 0F. Pergerakan torak (piston displacement) adalah tinggi 100,76
ft3/min.ton, sedangkan HP/ton yang diperlukan hampir sama dengan lain-lain bahan
pendingin. Karena tekanan kerja yang rendah dan pergerakan torak (piston
displacement) yang besar, maka R-113 harus dipakai dengan kompresor centrifugal
sampai 4 tingkat atau lebih, terutama pada sistem air conditioning yang besar. R-113
adalah bahan pendingin yang aman dan sering dipakai sebagai bahan pembersih
(cleaning solvent). Kebocoran dapat dicari dengan Halide leak detector.

5. Refrigerant R-114 C2Cl2F4, Dichloro Tetrafluoro Ethane


Kompresor: rotary, centrifugal. Pemakaian: (-20 0C s/d +20 0C) mula-mula
dipakai pada lemari es dengan kompresor rotary, tetapi sekarang terutama dipakai
pada industri pendingin yang besar dan mesin refrigerasi. Suhu penguapannya 38,6
0F (3,6 0C) pada tekanan 1 atm. Tekanan penguapan 16,2 In Hg. Vakum pada 5oF
dan tekanan kondensasi 21,6 psig pada 86 0F. Pergerakan toraknya rendah 19,56
ft3/min.ton, sedangkan HP/ton yang diperlukan hampir sama dengan lain-lain bahan
pendingin. R-114 dipakai pada kompresor centrifugal untuk instalasi air conditioning
yang besar-besar. Juga dipakai pada kompresor rotari untuk lemari es water cooler.
Seperti halnya R-22, R-114 juga dapat bercampur dengan minyak pelumas pada
bagian sisi tekanan tinggi tetapi terpisah dengan minyak di evaporator. Kebocoran
dapat dicari dengan Halide leak detetor.

6. Refrigerant R-500, CCL2F2/CH3-CHF2 Azeotrope


Kompresor: Torak. Pemakain: untuk memperbanyak model packaged dan
room air conditioner yang kecil dan sedang. Juga pada lemari es untuk daerah yag
memakai listri 50 Hertz. Titik didih -28,3 0F (-33,5 0C) pada 1 atmosfir. Tekanan
penguapan 16,4 psig pada 5 0F dan tekanan kondensasi 112,8 psig pada 86 0F. Kalor
laten uap 88,5 Btu/lb pada titik didih. R-500 adalah campuran azeotrope dari R-12

11
(73,8% dari berat) dan R-152A Difluoro Ethane (26,2 % dari berat). R-500 juga
disebut carene-7, pada umumnya hanya dipakai untuk mesin-mesin refrigerasi buatan
Carrier. Seperti bahan pendingin golongan fluorocarbon yang lain, R-500 tidak dapat
terbakar, tidak beracun dan stabil. R-500 mempunyai daya campur dengan minyak
pelumas yang baik. Pada suhu rendah daya campur tersebut sama seperti R-12.
Keuntungan R-500 terhadap R-12 adalah:
a. Jika dipakai dengan mesin yang sama, dapat memberikan kapasitas 18 % lebih
besar.
b. Dapat dipakai dari daerah 60 Hz dengan R-12 ke daerah 50 Hz dengan R-500,
pada mesin yang sama akan memberikan kapasitas yang sama pula.
Pergerakan torak yang diperlukan lebih besar daripada R-22, tetapi lebih
kecil daripada R-12, jika dipakai dengan mesin yang sama dan untuk tujuan yang
sama, R-500 dapat memberikan kapasitas 18% lebih besar daripada R-12. Suatu unit
dengan R-12 yang kapasitasnya hendak dinaikkan 18 %, kita dapat mengusahakan
dengan hanya menukar bahan pendinginnya saja dengan R-500. Jumlah putaran
motor listrik berbanding lurus dengan besarnya frekuensi. Motor listrik 60 Hz yang
bekerja di daerah 50 Hz, jumlah putarannya hanya tinggal 5/6 bagian, dan
pergerakan toraknya juga berkurang 18%. Kompresor hermetik 60Hz dengan R-12
akan memberikan kapasitas yang sama jika dipakai untuk daerah 50 Hz dengan R-
500. daya listrik yang diperlukan juga hampir sama.
R-500 mempunyai kemampuan menyerap air yang sangat besar. Apabila
sistem hendak diisi dengan R-500, sebelumnya sistem harus dibuat vakum dengan
pompa vakum yang khusus, agar semua air dan uap air dapat dikeluarkan. Selain itu
sistem harus memakai pengering (drier) untuk menyerap sisa air yang masih
tertinggal di dalam sistem. Mengisi sistem lemari es dengan R-500 tidak banyak
perbedaannya dengan R-12, hanya kedua tekanannya pada sisi tekanan tinggi dan sisi
tekanan rendah sedikit lebih tinggi. Kebocoran dapat dicari dengan halide leak
detector, electronic leak detecto, air sabun atau zat warna dan lain-lain.

7. Refrigerant R-502, ChCLF2/CClF2-CF3 Azeotrope


Kompresor: torak dengan 1 atau 2 tingkat. Pemakaian: (-60 0C s/d 20 0C)
khusus dibuat untuk suhu evaporator yang rendah, untuk menggantikan R-22, tetapi
juga dipakai pada air conditioning. R-502 adalah suatu campuran azeotrope dari R-
12
22 (48,8% dari berat) dan R-115 (51,2% dari berat). Suhu penguapan -50,1 0F (-45,6
0C) pada 1 atm. Tekanan penguapannya 35,9 psig. Pada 50F pada tekanan
kondensasinya 176,6 paig, pada 86 oF. R-502 mula-mula dipakai pada tahun 1962,
bahan pendingin ini tidak dapat terbakar, tidak beracun dan tidak korosif.
R-502 mempunyai sifat-sifat yang baik dari R-12 dan R-22, yaitu kapasitasnya sama
dengan R-22, sedangkan tekanan kondensasinya hanya sama dengan R-12, jadi jauh
lebih rendah dari R-22.
Keuntungan-keuntungan R-502 terhadap R-22, adalah sebagai berikut :
a. Kompresor akan bekerja pada suhu yang lebih rendah, hingga memperpanjang
daya tahan katup-katup dan lain-lain bagian dari kompresor.
b. Kepala silinder dari kompresor yang leih besar tidak perlu didinginkan dengan air,
dimana biasanya diperlukan pada R-22.
c. Kapasitasnya lebih besar 15 a/d 25%.
d. Suhu motor dan minyak tetap rendah, hingga minyak kompresor tetap dapat
memberikan pelumasan dengan baik karena kekentalannya tetap tidak berubah.
R-502 dapat menyerap air 15 kali lebih banyak daripada R-12 pada 0 0F (-
17,8 0C), yaitu 12 ppm (part per million) dari berat. Jika bercampur dengan uap air
harus diperhatikan agar R-502 tidak berhubungan dengan zink murni (Zn) atau
magnesium (Mg). Alumunium dapat dipakai asalkan tidak mengandung magnesium
lebih dari 2%. Timah putih (lead) jangan dipakai sebagai bahan penyambung pipa
(soldir timah), atau penahan kebocoran pada rotary seal dari poros engkol. Bahan-
bahan plastik yang dapat dipakai dengan R-22, juga dapat dipakai dengan R-502,
misalnya untuk pengikat lilitan motor, dan sebagainya. R-502 dapat bercampur
minyak dengan baik pada suhu diatas 180 0F (82,2 0C). Tetapi di bawah 77 0F (25
0C) minyak akan memisah dan mengapung di atas cairan bahan pendingin. Sifat ini
menyebabkan minyak ikut ke kondensor, lalu di evaporator minyak tersebut
memisah dari bahan pendingin, maka harus diberi alat khusus biasanya oil separator
utuk mengembalikan minyak ke kompresor. R-502 adalah bahan pendingin yang
aman , kebocoran dapat dicari dengan Halide leak detector, dan sebagainya.

8. Amonia R-717 NH3


Kompresor untuk refrigerant ini biasanya kompresor jenis torak, banyak
dipakai untuk industri, terutama pabrik es yang besar dan sistem absorpsi. Titik didih
13
-33,3 0C pada 1 atmosfir. Tekanan penguapan 19,6 psig pada 50 0F (-50 0C). Kalor
laten uap 589,3 Btu/Ib pada titik didihnya. Kalor laten tersebut sangat besar dan
merupakan yang terbesar dari pendingin yang lain. Amonia walaupun telah sajak
lama dipakai, masih merupakan satu-satunya bahan pendingin selain fluorocarbon
yang tetap dipakai hingga saat ini. Terdiri dari sebuah nitrogen dan tiga unsur
hidrogen. Harganya murah, efesiensinya tinggi, mempunyai kalor laten uap yang
terbesar daripada bahan pendingin yang lain. Amonia dalam keadaan biasa berwujud
gas yang tidak berwarna, tetapi mudah terbakar, dapat meledak dan sangat beracun.
R-717 mudah terbakar, meledak jika bercampur dengan udara dalam
perbandingan tertentu antara 13% - 27% dari volume dan akan lebih berbahaya lagi
jika bercampur dengan oksigen. Amonia sangat beracun dan mempunyai bau yang
sangat merangsang hidung dan tenggorokan. Amonia tidak dibenarkan dipakai untuk
air condotioning untuk hotel, bioskop atau tempat umum yang banyak orangnya. Jika
dalam hal ini kita harus memakai amonia sebagai bahan pendingin, maka kita harus
memakai amonia secara tidak langsung dengan melalui air atau air garam yang lebih
dahulu didinginkan. Ruang untuk kompresor harus dibuat khusus dan terpisah.
Amonia yang murni tidak korosif terhadap logam yang dipakai pada sistem
refrigerasi. Amonia yang bercampur dengan air akan menjadi korosif terhadap logam
non-ferro, terutama tembaga, kuningan, seng dan timah. Janganlah memakai logam-
logam tersebut pada sistem dengan amonia. Amonia walaupun mengandung banyak
air, tetapi tidak bereaksi dengan besi dan baja. Amonia lebih ringan daripada minyak
pelumas kompresor. Juga tidak dapat larut ke dalam minyak pelumas tersebut, maka
tidak dapat menyerap minyak dari tempat minyak kompresor. Karena sukar
mengembalikan minyak pelumas dari evaporator, kita harus menambahkan pemisah
minyak (oil separator) pada saluran tekan dari kompresor.
Keluar dielektrik dari amonia rendah, tidak dapat dipakai dengan kompresor
hermetik yang berhubungan langsung dengan alat-alat listrik. R-717 dapat mudah
larut dalam air. Pada suhu 0 0C, 1 volume air dapat menyeraf 1,148 V amonia .
Tabung amonia dan sistem yang memakai amonia harus dibuat dari tabung besi atau
baja kuat. Kondensornya harus didinginkan dengan air. Gas amonia lebih ringan dari
udara. Jika terjadi kebocoran amonia, kita lebih aman merebahkan diri dilantai
daripada berdiri. Kebocoran pada sistem dengan amonia dapat diketahui dari baunya

14
yang sangat merangsang hidung dan tenggorokan. Kebocoran yang kecil dapat dicari
dengan batang belerang (sulfur stick). Jika ada gas amonia yang bocor, belerang
dapat mengeluarkan asap putih yang tebal. Kebocoran dapat juga dicari dengan
memakai air sabun yang kental. dioleskan pada sekeliling sambungan pipa. Jika ada
gas yang bocor akan terjadi gelembung-gelembung dari air tersebut.

9. Carbon Dioxide, R-744, CO2


Kompresor yang paling banyak digunakan adalah jenis torak. Sistem ini
biasa dipakai untuk refrigerasi dan air conditioning yang besar, dimana faktor
keamanan diutamakan. Pada 1 atmosfir titik didih -79 0C dan titik beku -57 0C, pada
suhu tersebut dan tekanan 1 atmosfir, CO2 sudah berwujud padat. Tekanan
penguapan 317,5 psig pada 5 0F dan tekanan kondensasi 1031 psig pada 86 0F.
Tekanan ini sangat tinggi, maka harus menggunakan kompresor yang kuat, begitu
juga pipa-pipa harus kuat pula. Kalor laten uap 116 Btu/Ib pada 5 0F.
R-744 merupakan bahan pendingin yang mula-mula dipakai pada tahun
1884 dengan kompresor torak untuk refrigerasi CO2 tidak berwarna, tidak berbau,
tidak beracun, tidak dapat terbakar atau meledak dan tidak korosif. Karena sifatnya
yang aman ini, maka dahulu R-744 banyak dipakai dikapal laut. Juga untuk air
conditioning di Hotel, rumah sakit, bioskop dan lain-lain. Pada saat ini CO2 tidak
dipakai lagi, hanya masih dapat ditemukan pada mesin yang tua. Sekarang CO2
hanya untuk suhu yang sangat rendah, terutama untuk pembuatan CO2 padat (dry
ice). R-744 tidak dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor, maka tidak
dapat mengambil minyak pelunas kompresor. R-744 juga seperti amonia lebih ringan
dari pada minyak kompresor. Kebocoran dapat dicari dengan air sabun.

10. Sulfur Dioxide, R-764, SO2


Refrigeran ini banyak dipakai untuk kompresor torak dengan satu atau dua
tingkat. Refrigerant ini dipakai khusus untuk evaporator dengan suhu rendah, untuk
menggantikan R-22 tetapi juga dapat dipakai pada suhu sedang. Titik didih -10 0C
pada 1 atmosfir. Tekanan penguapan 5,9 inch Hg vakum pada 5 0F dan tekanan
kondensasi 51,8 psig pada 86 0F. Tekanan kondensasi ini sangat rendah, maka dapat
dipakai dengan kompresor torak yang direncanakan pada waktu itu. Kalor uap 172,3
Btu/Ib pada 5 0F. SO2 dibuat dari pembakaran belerang, dalam wujud gas dan air

15
tidak berwarna, tetapi sangat beracun. Tidak dapat terbakar dan tidak dapat meledak.
R-764 sebagai bahan pendingin sekarang sudah tidak dipakai lagi, hanya masih dapat
ditemukan pada mesin-mesin yang sudah tua.
R-764 mula-mula diganti oleh Methyl Chloride yang lebih aman, kemudian
diganti lagi oleh bahan pendingin golongan fluorocarbon yang lebih baik sampai saat
ini. Seperti bahan pendingin yang lain R-764 dalam keadaan murni tidak korosif
terhadap logam-logam yang dipakai pada sistem refrigerasi. Apabila bercampur
dengan air, SO2 dapat membentuk H2SO3 dan H2SO4. Kedua asam ini sangat
korosif terhadap logam. R-764 tidak dapat bercampur dengan minyak pelumas.
Saluran isap harus dibuat miring ke kompresor. SO2 cair lebih berat daripada minyak
pelumas kompresor, sehingga minyak pelumas akan mengapung di atas bahan
pendingin tersebut. Sifat ini memudahkan minyak pelumas dialirkan kembali ke
kompresor. Ini merupakan keuntungan dari SO2. Kebocoran SO2 selain dapat
diketahui dari baunya yang sangat pedas dan tajam, juga dapat dicari dengan
memakai kain lap yang dicelupkan cairan, jika ada kebocoran akan mengeluarkan
asap putih yang tebal.

11. Methylchloride, R-40, CH3CL


Kompresor: Torak dan Rotari. Pemakaian: Dahulu banyak dipakai untuk
lemari es. Titik didih -23,7 0C pada 1 atmosfir. Tekanan penguap 6,5 psig pada 5 0F
dan tekanan kodensasi 80 psig pada 86 0F. Kalor laten uap 180,6 Btu/lb pada 5 0F.
Walaupun Methylchride termasuk tidak beracun, tetapi pada konsentrasi (kadar)
yang tinggi dapat memabukan orang. R-40 dapat terbakar dan meledak jika
bercampur dengan udara pada konsentrasi 8% - 17% dari volume. Sekarang R-40
dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor. Kebocoran dapat dicari dengan
air sabun yang dioleskan atau dilumaskan pada sambungan pipa. Jika memakai
halida leak detector harus berhatri-hati, karena Methyl chloride jika sedang terbakar
berbahaya. Ruang dimana kebocoran dapat dicari harus mempunyai cukup ventilasi
udara.
Titik didih refrigeran merupakan salah satu faktor yang sangat penting:
 Refrigeran yang memiliki titik didih rendah biasanya dipakai untuk keperluan
operasi pendinginan temperatur rendah (refrigerasi)
 Refrigeran yang memiliki titik didih tinggi digunakan untuk keperluan
16
pendinginan temperatur tinggi (pendinginan udara)

Titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan apakah refrigeran dapat
menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi pada tekanan yang tidak
terlalu rendah. Dari segi termodinamika R12, R22, R500, R502, ammonia dapat
dipakai untuk daerah suhu yang luas, dari keperluan pendinginan udara sampai ke
refrigerasi. Sifat termofisik dari beberapa refrigeran disajikan pada tabel 6.3.

Tabel 6.3. Sifat termofisik beberapa refrigeran


Parameter R-12 R-22 R-114 R-500 R-502 R-717

Simbol Kimia CCl2F2 CHClF2 CClF2 - - NH3

Berat molekul 120.9 86.5 170.9 99.29 112 17

Titik didih (0C, 1 atm) -29.8 -40.8 3.6 -33.3 -45.6 -33.3

Titik beku (0C, 1 atm) -157.8 -160.0 -77.8

Cp/Cv (g) 1.13 1.18 1.31

Suhu kritik (0C) 112.2 96.1 132.8

Tekanan kritik (kPa) 4115.7 4936.1 1423.4

Panas laten penguapan


161.7 217.7 1314.2
(kJ/kg)

6.4. Atribut Lingkungan dan Atribut Kerja


Pemilihan refrigeran lainnya dibuat berdasarkan atribut kerja dan lingkungan.
Atribut kerja refrigeran adalah sifat yang berkaitan dengan penggunaan refrigeran.
Sifat ini dibandingkan dengan beban kerja yang sama atau suhu evaporasi dan suhu
kondensasi yang sama. Sifat yang dibandingkan antra lain COP, efek pendinginan,
serta tekanan kondensasi dan evaporasi. Tabel 6.5 menampilkan atribut kerja bebrapa
refrigeran dengan suhu kondensasi 300C dan suhu evaporasi -150C.

Tabel 6.5. Atribut kerja beberapa refrigeran

17
Tekanan Tekanan Rasio Efek Laju aliran massa
Refrigeran evaporasi kondensasi tekanan refrigerasi per kW COP
(kPa) (kPa) (kJ/kg) refrigerasi (L/det)
11 20.4 125.5 6.15 155.4 4.9 5.03
12 182.7 744.6 4.08 116.3 0.782 4.70
22 295.8 1192.1 4.03 162.8 0.476 4.66
502 349.6 1308.6 3.74 106.2 0.484 4.37
717 236.5 1166.6 4.93 1103.4 0.462 4.76

Atribut lingkungan suatu refrigeran duhubungkan dengan reaksi refrigeran


saat terlepas di atmosfer. Pada refrigeran halokarbon, atom klorin pada refrigeran
akan berikatan dengan ozon di atmosfer, sehingga menyebabkan terjadinya penipisan
ozon yang menyebabkan pemanasan global. Terdapat tiga jenis atribut lingkungan
yang umum dikenal, GWP, ODP, dan tahun atmosferik.
GWP (Global Warming Potential) adalah ukuran seberapa banyak jumlah gas
rumah kaca yang diperkirakan akan mempengaruhi pemanasan global. GWP
merupakan suatu ukuran relatif yang membandingkan gas yang ingin diketahui
nilainya dengan gas CO2 dalam jumlah yang sama. GWP juga harus diukur dalam
waktu yang sama, umumnya diukur dalam waktu 100 tahun. ODP (Ozone Depletion
Pottential) merupakan parameter yang menyatakan kemampuan suatu refrigeran
untuk berikatan dengan ozon di stratosfer. Umumnya, makin banyak ion klorin
dalam suatu refrigeran maka makin tinggi ODPnya. Siklus hidup menentukan
lamanya suatu gas terurai di atmosfer. Atribut lingkungan beberapa refrigeran
ditunjukkan pada tabel 6.6.

Tabel 6.6. Atribut lingkungan refrigeran primer

Refrigeran Tahun atmosferik ODP GWP


Karbon dioksida 50-200 0 1
Metana 12 + 3 0 21
R-11 50 + 5 1.0 4000
R-12 120 1.0 8500
R-22 13.3 0.055 1700
R-502 - 0.283 5600

18
R-717 (Amonia) - 0 Tidak ada

6.5. Refrigeran Sekunder


Seperti dijelaskan sebelumnya, refrigeran sekunder merupakan fluida yang
membawa panas dari benda yang didinginkan ke evaporator suatu sistem
pendinginan. Suhu refrigeran sekunder akan berubah saat refrigeran mengambil
panas namun tidak berubah fasa. Air dapat digunakan sebagai refrigeran sekunder,
namun hanya untuk kondisi operasi di atas titik beku air. Refrigeran yang umum
digunakan adalah campuran garam dan air (brine) atau anti beku yang mempunyai
titik beku di bawah 00C. Beberapa anti beku yang umum digunakan adalah
campuran air dengan etilen glikol, propiln glikol atau kalsium klorida. Etilen glikol
dapat digunakan dalam industri makanan karena tidak beracun.

Tabel 6.7. Jenis refrigeran sekunder dan penggunaannya

Refrigeran Inorganik Penggunaan


Untuk cold storage, pabrik es, pendinginan bahan
Amonia (NH3) pangan
Air (H2O) Pendinginan tipe ejektor
Sebagai karbondioksida padat atau es kering dan hanya
CO2 digunakan untuk refrigerasi angkutan
Pendinginan dengan kompresor sentrifugal untuk
Refrigeran 11 (CCL3F) sistem AC ber-kapasitas besar
Pendinginan dengan kompresor piston untuk refrigerasi
Refrigeran 12 (CCL2F) unit kecil terutama water cooler, kulkas
Pendinginan dengan kompresor tipe piston untuk unit
Refrigeran 22 (CHCLF2) refrigerasi kapasitas besar seperti pengemasan dan
central AC
Untuk bahan pangan beku dalam kabinet, terutama
Refrigeran 502 untuk pendinginan di pasar swalayan

6.6. Minyak Pelumas


Minyak pelumas dalam sistem pendingin merupakan bagian yang penting
untuk melumasi dan melindungi bagian-bagian yang bergerak dari kompresor.
Kompresor mesin pendingin harus terus-menerus mendapat pelumasan. Jika cara
pelumasannya kurang sempurna, bagian-bagian yang bergerak dari kompresor akan
cepat aus dan rusak. Gunanya minyak pelumas dalam sistem pendingin adalah untuk:

19
1. Mengurangi gesekan dari bagian-bagian yang bergerak.
2. Mengurangi terjadinya kalor pada bus dan bantalan.
3. Membentuk lapisan penyekat antara torak dan dinding silender
4. Membantu mendinginkan kumparan motor listrik di dalam kompresor hermetik.

Minyak pelumas di dalam kompresor selalu berhubungan bahkan bercampur


dengan refrigeran dan mengalir bersama-sama ke semua bagian dari sistem. Minyak
pelumas harus tetap stabil pada suhu dan tekanan yang tinggi dari kompresor, juga
harus tetap dapat memberikan pelumasan dan melindungi bagian-bagian yang
bergerak agar tidak aus dan rusak. Pada suhu rendah minyak pelumas harus tidak
menimbulkan kotoran atau endapan yang dapat menyebabkan katup ekspansi
menjadi buntu. Minyak pelumas yang ikut terbawa oleh refrigeran harus dapat
dikembalikan ke kompresor dengan perencanaan dari sistem, terutama evaporator
yang baik. Minyak pelumas dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu yang berasal dari
hewan, tumbuhan dan mineral.
Minyak pelumas yang berasal dari hewan dan tumbuhan adalah minyak
pelumas yang tetap (fixed oil), karena tidak dapat dimurnikan tanpa diuraikan.
Minyak tersebut tidak stabil, mudah membentuk asam dan endapan, sehingga tidak
dapat dipakai untuk mesin pendingin. Minyak pelumas untuk mesin pendingin dibuat
dari mineral yang baik dari golongan napthene. Minyak mineral harus dibersihkan
melalui proses penyulingan minyak, untuk diambil kandungan lilin, air, belerang dan
lain-lain kotorannya. Umumnya minyak pelumas diberi bahan tambahan untuk
menghindarkan terjadinya endapan atau busa. Minyak pelumas harus mempunyai
pour point (suhu terendah dimana minyak masih dapat mengalir) yang rendah, agar
pada suhu rendah lilinnya tidak memisah lalu membeku. Lilin yang membeku dapan
membuat buntu alat kontrol refrigeran seperti katup ekspansi. Syarat-syarat minyak
pelumas untuk mesin pendingin adalah:
1. Tidak mengandung air, lilin, asam dan lain-lain kotoran.
2. Mempunyai pour point yang rendah yaitu -250F sampai dengan -400F (-320C
sampai dengan -400C). Agar pemakaian pada sistem dengan suhu rendah, lilinnya
tidak memisah dan membeku.
3. Mempunyai sifat dielektrik (tidak menghantar listrik) yang kuat, minimum 25 kilo

20
volt.
4. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak mudah bereaksi denga refrigeran atau
benda lain yang dipakai pada sistem pendingin.
5. Tidak berbusa, karena jika berbusa minyak pelumas dapat membawa refrigeran
cair masuk ke kompresor, dapat merusak katup kompresor.
6. Mempunyai kekentalan (viscosity) pada 1000F (37,80C) antara 150 – 300 SUV
(Saybolt Universal Viscosity) dan untuk kompresor AC mobil 500 SUV.

6.7. Kekentalan (Viscosity) Minyak Pelumas


Minyak pelumas biasanya diukur dengan satuan Saybolt Universal Viscosity
(SUV), yaitu satuan waktu dalam detik yang diperlukan untuk mengalirkan minyak
dalam jumlah tertentu (60 cm3) pada suhu udara 1000F (37,80C) melalui sebuah
pipa kapiler. Misalnya minyak pelumas pada suhu 1000F memerlukan waktu 300
detik untuk melewati pipa kapiler tersebut, maka dinamakan minyak tersebut
mempunyai kekentalan 300 SUV pada 1000F. Minyak pelumas dengan 300 SUV
lebih kental daripada minyak pelumas dengan 200 SUV.
Minyak yang terlalu kental akan membuat tahanan minyak tersebut menjadi
besar dan tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor juga bertambah
besar. Minyak pelumas yang terlalu kental tidak dapat menembus lapisan permukaan
antara bagian-bagian yang bergerak, apalagi pada kelonggaran atau celah yang
sempit, minyak tidak dapat menembus ke celah-celah tersebut yang harus dilumasi,
sehingga hasil pelumasan tidak merata dan bagian yang bergesekan cepat menjadi
aus dan rusak. Sebaliknya minyak pelumas yang terlalu encer, tidak dapat membuat
lapisan film dan melumasi permukaan bagian-bagian yang bergerak dengan baik,
sehingga bagian-bagian tersebut cepat menjadi aus dan rusak. Secara lengkapnya
pedoman kekentalan dari minyak pelumas disusun ke dalam Tabel 6.3.
Kekentalan minyak pelumas akan berubah, jika terjadi perubahan suhu.
Kekentalannya akan naik jika suhunya turun. Sebaliknya kekentalannya akan turun
jika suhunya naik. Misalkan minyak pelumas dengan kekentalan 175 SUV pada
1000F akan naik menjadi 1800 SUV jika suhunya turun sampai 400F.

Tabel 6.8. Pedoman kekentalan minyak pelumas

Pemakaian Jenis Refrigeran Kekentalan (SUV)

21
Suhu kompresor:
Normal Semua 150
Tinggi Halogen 150
Amonia 300
Suhu evaporator:
Di atas -180C Halogen 150
Amonia 300
-180C s/d -400C Halogen 150
Amonia 150
Di bawah -400C Halogen 150
Amonia 150
Kompresor AC mobil Halogen 500

Refrigeran yang dapat larut dalam minyak pelumas dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu:

1. Dapat bercampur pada suhu tinggi dan suhu rendah.


2. Dapat bercampur pada suhu tinggi, tetapi memisah pada suhu rendah.
3. Tidak dapat bercampur pada suhu tinggi maupun suhu rendah.

Pada suhu yang rendah di evaporator, kemampuan bercampur refrigeran


dengan minyak pelumas berkurang, sedangkan pada suhu tinggi di kompresor dan
kondensor bertambah. Di evaporator biasanya sebagian minyak pelumas akan
memisah dari campuran refrigeran dan minyak pelumas. R-12 adalah refrigeran yang
pada suhu tinggi dan suhu rendah dapat bercampur dengan minyak pelumas. Di
dalam saluran pipa evaporator yang rendah suhunya, R-12 tetap dapat bercampur
dengan minyak pelumas. Kekentalan minyak pelumas di evaporator dan saluran
hisap tetap rendah (encer), sehingga minyak pelumas dapat lebih mudah dibawa
kembali ke kompresor.

Latihan
a. Berikan masing-masing satu contoh refrigeran dari jenis CFC dan HCFC.
b Jenis refrigeran mana yang lebih ramah terhadap lingkungan (gunakan tiga atribut
lingkungan yang anda ketahui untuk menjelaskan pilihan anda tersebut).

22
Test Formatip
Jelaskan dengan singkat pendapat anda mengenai penggunaan hidrokarbon (HC)
sebagai refrigeran untuk mesin pendingin/pembeku.

Daftar Pustaka

Adly Havendri, (1993). Diktat Teknik Pendingin. Percetakan UNAND, Padang


Arora, C.P., (2000), Refrigerant and Air Conditioning, McGraw-Hill, New York
Dossat, R.J. 1981. Principles of Refrigeration. John Willey and Sons, New York.
Musicool refrigerant. http://www.up-3.com/up3.php?page=viewproducts&id=8
diakses tanggal 6 Pebruari 2008.

Pita, E.G., 1981, Air Conditioning Principles and Systems – An Energy Approach,
John Wiley & Sons, Inc.

Stoker W.F dan Jones, J.W, 1987. Refrigeration and Air Condition. McGraw-Hill
Book Company. Tokyo

23

You might also like