You are on page 1of 34

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN GOUT ARTHRITIS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS
TRIPUSA
NIM: 891211038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PONTIANAK TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
“GOUT ARTHRITIS”

1. Konsep Dasar Teori


A. Definisi
Artritis Gout atau Pirai merupakan penyakit komplikasi dari
hiperurisemia yang dipicu oleh kristal monosodium urat pada persendian
maupun jaringan lunak didalam tubuh. Artritis Gout merupakan hasil
metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang
terdapat dalam inti sel tubuh (Susanto, 2013).
Artritis Gout merupakan sisa metabolisme tubuh dapat seringkali disebut
penyakit sendi. Penyakit sendi akibat asam urat adalah penyakit yang dapat
muncul karena peningkatan kadar asam urat dalam darah yang melebihi
ambang batas, kemudian menumpuk dalam ruang sendi dan menyebabkan
gangguan pada struktur sendi (Soeroso, 2011). Sehingga dapat disimpulkan
Artritis Gout merupakan penyakit inflamasi sendi yang diakibatkan oleh
tingginya kadar asam urat dalam darah, yang ditandai dengan penumpukan
kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian berupa tofi.
Perlu diketahui, kadar asam urat normal wanita dewasa 2,4 – 5,7 mg/dl, pria
dewasa 3,4 – 7,0 mg/dl, dan anak-anak 2,8 – 4,0 mg/dl.
B. Etiologi
Penyebab utama tejadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal
(Aspiani, 2014).
Secara garis besar penyebab terjadinya Artritis Gout disebabkan oleh
faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan
faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan peningkatan produksi asam urat atau bisa juga disebabkan
oleh kurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi
peningkatan produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan asam urat
dan kombinasi kedua penyebab tersebut.
Umumnya yang terserang Artritis Gout adalah pria, sedangkan
perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Artritis
Gout lebih umum terjadi pada laki - laki, terutama yang berusia 40-50 tahun
(Susanto, 2013).
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada Arthritis Gout, serangan Artritis Gout pertama
banyak menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari.
Kemudian, gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali
berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya.
Namun, Artritis Gout cenderung akan semakin memburuk, dan serangan yang
tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang
beberapa sendi. Alhasil sendi yang terserang bisa mengalami kerusakan
permanen. Lazimnya serangan Artritis Gout terjadi dikaki (monoarthritis).
Namun, 3-14 % serangan juga bisa terjadi dibanyak sendi (poliarthrittis).
Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout (poliarthritis) berulang
adalah ibu jari (padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki sendi kaki
belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa olekranon pada siku (Junaidi,
2012).
D. Klasifikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit gout primer dan penyakit
gout sekunder (Nucleus Precise News Letter Edisi-2):
1. Penyakit gout primer
Sebanyak 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.

2. Penyakit gout sekunder


Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam
urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin
yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alcohol, obat-obat kanker, vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang
tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton
(hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton
yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi. Jangka
waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu
tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1-2 tahun
(Ode, 2012).,
E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Dan apabila
konsentrasi kadar asam urat dalam serum lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat
menyebabkan penumpukan kristal monosodium. Serangan Artritis Gout
tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap
dalam sendi, akan terjadi respons inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan Artritis Gout.
Dengan adanya serangan yang berulang-ulang, penumpukan kristal
monosodium urat yang dinamakan tofi akan mengendap dibagian perifer
tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan asam urat
yang terjadi secara sekunder dapat menimbulkan Nefrolitiasis urat (batu
ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis. Gambaran kristal urat dalam
cairan sinovial sendi yang asimtomatik, menunjukkan bahwa faktor-faktor
non-kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal
monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan immunoglobulin yang
terutama berupa 1gG. Dimana IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan
dengan demikian dapat memperlihatkan aktifitas imunologik (Brunner &
Suddarth, 2010).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat
atau gangguan ekskresi.
2. Leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih
dalam batas normal yaitu 5000-10000/mm3
3. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat
di persendian.
4. Urin specimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan prosuksi dan
ekskresi.Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-750 mg/24/jam
asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka
level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan
serum asam urat. Intruksikan pasien untuk menampung semua urin
dengan feses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet
purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet
bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
5. Analisis cairan aspirasi sendi
Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang
tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
6. Pemeriksaan radiografi
Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang
yang berada di bawah sinavial sendi (Aspiani, 2014).
7. Penatalaksanaan

a. Farmakologis
1) Stadium I (Asimtomatik)
a) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan.
b) Turunkan kadar asam urat dengan obat-obat urikosurik
dan penghambat xanthin oksidase.
2) Stadium II (Artritis Gout akut)
a) Kalkisin diberikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1
tablet) setiap 2 jam sampai serangan akut menghilang.
b) Indometasin 4 x 50 mg sehari.
c) Fenil butazon 3 x 100-200 mg selama serangan, kemudian
diturunkan.
d) Penderita ini dianjurkan untuk diet rendah purin, hindari
alkohol dan obat- obatan yang menghambat ekskresi asam
urat.
3) Stadium III (Interkritis)
a) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak
makan lemak, alkohol dan protein, trauma dan infeksi.
b) Berikan obat profilaktik (Kalkisin 0,5-1 mg indometasin tiap
hari).
4) Stadium IV (Gout Kronik)
a) Alopurinol 100 mg 2 kali/hari menghambat enzim xantin
oksidase sehingga mengurangi pembentukan asam urat.
b) Obat-obat urikosurik yaitu prebenesid 0,5 g/hari
dansulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan
terhadap benemid.
c) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan
konservatif perlu dieksisi (Aspiani, 2014).
b. Non Farmakologis
Penyakit asam urat memang sangat erat kaitannya dengan pola makan
seseorang. Pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah protein yang
sangat tinggi merupakan penyebab penyakit ini. Meskipun demikian,
bukan berarti penderita asam urat tidak boleh mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein asalkan jumlahnya dibatasi. Selain itu,
pengaturan diet yang tepat bagi penderita asam urat mampu mengontrol
kadar asam dan urat dalam darah. Berkaitan dengan diet tersebut, berikut
ini beberapa prinsip diet yang harus dipatuhi oleh penderita asam urat.
1) Membatasi asupan purin atau rendah purin
Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai 600-1000 mg per
hari. Namun penderita asam urat harus membatasi menjadi 120-150
mg per hari. Purin merupakan salah satu bagian dari protein.
Membatasi asupan purin berarti juga mengurangi konsumsi makanan
yang berprotein tinggi. Asupan protein yang dianjurkan bagi
penderita asam urat sekitar 50-70 gram bahan mentah per hari atau
0,8-1 gram/kg berat badan/hari
2) Asupan energi sesuai dengan kebutuhan
Jumlah asupan energi harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi badan dan berat badan.
3) Mengonsumsi lebih banyak karbohidrat
Jenis karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi penderita asam
urat adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan
ubi. Karbohidrat kompleks ini sebaiknya dikonsumsi tidak kurang
dari 100 gram per hari, yaitu sekitar 65-75% dari kebutuhan energi
total.
4) Mengurangi konsumsi lemak
Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti jeroan, seafood,
makanan yang digoreng, makanan yang bersantan, margarin,
mentega, avokad, dan durian sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak
sebaiknya hanya 10-15% kebutuhan energi total.
5) Mengonsumsi banyak cairan
Penderita rematik dan asam urat disarankan untuk mengonsumsi
cairan minimum 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Cairan ini bisa
diperoleh dari air putih, teh, kopi, cairan dari buah-buahan yang
mengandung banyak air seperti: apel, pir jeruk, semangka, melon,
blewah, dan belimbing.
6) Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
Alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini bisa
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Karena itu, orang
yang sering mengonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam
urat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak
mengonsumsinya.
7) Mengonsumsi cukup vitamin dan mineral.
Konsumsi vitamin dan mineral yang cukup, sesuai dengan
kebutuhan tubuh akan dapat mempertahankan kondisi kesehatan
yang baik (Ode, 2012).
8) Kompres hangat air rendaman jahe
Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri. Kompres jahe
merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk
mengurangi nyeri. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim
siklo-oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita
asam urat, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa
panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri,
kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah,
manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah
aplikasi panas (Listyarini & Purnamasari, 2016)
1. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut
(Heniwati, 2008) :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat
menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai
dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga
dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana
berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh
mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu
dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
d. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,
mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga

a. Stressor jaangka pendek dan panjang

- Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami


keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari 5 bulan.

- Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami


keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c. Strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila
menghadapi permasalah
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa
keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan
keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian,
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.
e. Analisis Data
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalaam proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapaatkan daata dasar
tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh klien. Selanjutnya data
dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan utntuk
mengatasi masalah-masalah klien. (Mubarak,2011)
2. Rumusan Masalah
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga baik yang
bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan
bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber
daya keluarga. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan
meliputu:
1) Problem atau masalah (P)
2) Etiologi atau penyebab (E)
3) Sign atau tanda (S)
Topologi dari diagnosa keperawatan :
1) Diagnosis aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan). Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.
2) Diagnosa resiko tinggi ( ancaman kesehatan). Sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.
3) Diagnosa potensial (keadaan sejahtera wellness). Suatu keadaan
dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Sesuai dalam tinjauan teori diatas diagnosa keperawatan Asam Urat dalam
Sistem Muskuloskeletal : memunculkan 3 diagnosa keperawatan yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit,
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian,
3) kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang pengobatan dan keperawatan di rumah ( Asikin, 2016)

3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan/maslah keperawatan yang telah diidentifikasi.
(Mubarrak,2011)
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi


NANDA, NIC dan NOC- Jilid 1. Jakarta: CV.TRANS INFO MEDIA.
Junaidi, I. (2013) Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
LeMone, P. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi-5, Vol 4.
Jakarta: EGC.
Listyarini, A. D., & Purnamasari, S. D. (2016). Kompres Air Rendaman Jahe
Dapat Menurunkan Nyeri pada Lansia dengan Asam Urat di Desa
Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan Cendekia Utama.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Ode, S. L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berdasarkan Nanda, NIC, dan
NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.
Susanto, Teguh. 2013. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta:
Buku Pintar
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tn. A DENGAN GOUT ARTHRITIS

1. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Identitas Kepala Keluarga
1) Nama KK : Tn. A
2) Usia : 53 Tahun
3) Pendidikan : SMP
4) Pekerjaan : Swasta
5) Alamat : Desa Jelimpo Kec. Jelimpo Kab. Landak
2. Komposisi keluarga :
Tabel 2. Komposisi keluarga

No Nama JK Hub Umur Pendidikan Pekerjaan

1 Ny. S P Istri 50 SD IRT

3 Tn. R L Anak 30 SMA Swasta

4 Ny. C P Menantu 29 SMA Pedagang

5 An. M L Cucu 5 - -
Genogram

: Laki – laki
: Perempuan
: Meninggal
: Kepala Keluarga Tn. A
: Serumah

3. Tipe keluarga
Tipe extended family yaitu dalam keluarga terdiri dari Ibu,ayah,
anak, menantu dan cucu.
4. Suku dan Bangsa
Keluarga klien berasal dari suku Dayak atau Indonesia kebudayaan
yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa
sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Dayak
5. Agama
Tn. A beragama Katolik serta anak, menantu dan cucu beragama
yang sama, setiap hari minggu Tn. A ke gereja dan setiap ada
kegiatan di gereja.
6. Status sosial ekonomi keluarga :
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari bekerja sebagai
karyawan dan anaknya yang bekerja di perusahaan
Penghasilan : Rp. 3.000.000,00
Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga
Makan : 1.000.000,00
Listrik : 200.000,00
Lain : 1.200.000,00+
2.400.000,00
Barang-barang yang dimiliki : televisi, kipas angin, sepeda, Kulkas,
mesin cuci, almari, 1 set kursi tamu, sepeda motor
7. Aktifitas rekreasi keluarga
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan
menonton televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang-
kadang kecuali ada libur kerja
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. A merupakan tahap VIII
keluarga usia lanjut.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn. R dan Ny. C berharap agar anaknya masih bersekolah dan dapat
terus melanjutkan pendidikan
3. Riwayat keluarga inti
- Tn. A kadang – kadang mengeluh sakit sakit di kaki kirinya.
Nyeri datang saat beraktivitas dan bangun dari duduk. Nyeri
seperti di tusuk-tusuk. Nyeri berkurang kalau minum obat. Sulit
beraktivitas kalau nyeri nya timbul
saat pengkajian :

TD : 130/80 mmhg S : 37 celcius BB : 65 Kg

N : 80 x/m R : 20 x/m TB : 165 cm


4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menurut pengalaman keluarga tidak ada penyakit yang serius, dan
membutuhkan tindakan medis pada keluarga.
C. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang
yang baik, dan memiliki sistem penerangan ruang yang baik
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang
membangun rumah dikerjakan saling gotong royong.
3. Mobilitas geografis keluarga
Sebagai penduduk asli Kalimantan Barat, tidak pernah transmigrasi
maupun imigrasi.
4. Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat
Tn. A mengatakan kadang - kadang berkumpul dengan tetangga
sekitar pada sore hari untuk saling mengobrol dan malam hari
berkumpul dengan warga setempat
5. Sistem pendukung keluarga
Anggota keluarga lain dalam keluarga saling mendukung bila ada
masalah. Semua anggota keluarga memiliki kartu BPJS untuk
keperluan kesehatan
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Anggota keluarga menggunakan bahasa Dayak dalam berkomunikasi
sehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas
kesehatan dan televisi
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn. A menderita penyakit Gout, anggota keluarga lainnya dalam
keadaan sehat.
3. Struktur peran (formal & informal) :
Tn: A dan Ny: S membagi peran seimbang bekerja bersama dan
merawat anak bersama, penghasilan keluarga diperoleh dari Tn: A
dan Tn. R.
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian
pula dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit
ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawa ke RS atau petugas
kesehatan yang terdekat.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Keluarga afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit
langsung dibawa ke petugas kesehatan atau rumah sakit.
2. Fungsi sosial
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.
3. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga Tn. A mengatakan tidak tahu mengenai Gout atritis dan
bagaimana pengobatanya. Keluarga mampu mengidentifikasi
masalah kesehatan yang terjadi bila ada anggota keluarga yang sakit.
Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat jika ada anggota
keluarga yang sakit dengan membawanya ke rumah sakit. Keluarga
belum dapat merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga belum
mampu memodifikasi lingkungan yang tepat untuk menunjang
kesehatan keluarga. Keluarga mampu memanfaatkan layanan
fasilitas dengan tepat. Dalam merawat Tn. A masih memberikan
makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lain
4. Fungsi reproduksi
Tn. A masih melakukan hubungan seksualakan tetapi jarang karena
merasa sudah tua.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian
untuk anak dan biaya untuk berobat.

F. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stresor jangka pendek dan panjang :
Stresor jangka pendek : Tn. A sering mengeluh sakit kaki sebelah
kiri, jika sakit nya muncul sulit untuk beraktivitas dan menghambat
pekerjaan
Stresor jangka panjang : Tn. A khwatir jika asam uratnya tidak
sembuh akan menyebabkan penyakit yang lain
2. Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke
puskesmas dengan petugas kesehatan.
3. Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan
masalah yang ada.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tn. A bila sedang sakit maka klien beristirahat.
G. PEMERIKSAAN KESEHATAN
Pemeriksaan Tn. A Ny. S Tn. R Ny. C
Keadaan umum Klien tampak baik, kesadaran baik, kesadaran Baik, kesadaran
lemah, kesadaran compos mentis compos mentis compos mentis
compos mentis TD : 120/100 TD : 110/80 TD : 110/70
TD : 130/80 mmHg mmHg N : 96x/m
mmHg N : 96x/m N : 76x/m R R :
N : 80x/m R R : 20x/m R R : 20x/m S :
R R : 20x/m S : 37,30 C 20x/m S : 36,70 C
S : 370 C 36,50 C
Integumen Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
mesosephal, mesosephal, mesosephal, mesosephal,
rambut beruban, rambut mulai rambut hitam, rambut hitam,
kulit kepala beruban, kulit kulit kepala kulit kepala
bersih, warna kepala bersih, bersih, kulit bersih, kulit
kulit kulit sawomatang, sawomatang,
sawomatang, sawomatang, turgor kulit turgor kulit
turgor kulit baik, turgor kulit baik, baik, CR < 2 baik, CR < 2
CR<2 detik. CR < 2 detik, detik, warna detik, warna
Wajah warna dasar dasar kuku dasar kuku
meringis, kuku transparan. transparan. transparan.
dengan skala
nyeri 5
(sedang)

Sistem Mata simetris Mata simetris Mata simetris Mata simetris


Penglihatan kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan, kiri dan kanan,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
anemis, sklera merah muda, merah muda, mera muda,
kekuningan, sklera putih, sklera putih, sklera putih,
fungsi kornea fungsi kornea fungsi kornea fungsi kornea
baik, baik, baik, baik,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
baik, refleks baik, refleks baik, refleks baik, refleks
pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor,
visus normal visus normal visus normal visus normal

Sistem Hidung Hidung Hidung Hidung


penciuman simetris, simetris, simetris, simetris,
bersih tidak bersih tidak bersih tidak bersih tidak
ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret,
fungsi fungsi fungsi fungsi
penciuman penciuman penciuman penciuman
baik. baik. baik. baik.
Sistem Teling simetris, Teling simetris, Teling simetris, Teling simetris,
pendengaran tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
serumen, fungsi serumen, fungsi serumen, serumen,
pendengaran pendengaran fungsi fungsi
baik baik pendengaran pendengaran
baik baik
Sistem Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
pernapasan normochest, normochest, normochest, normochest,
bunyi napas bunyi napas bunyi napas bunyi napas
vesikuler, tidak vesikuler, tidak vesikuler, vesikuler,
terdapat terdapat tidak terdapat tidak terdapat
bunyi napas bunyi napas bunyi napas bunyi napas
tambahan. tambahan. tambahan. tambahan.
Sistem Irama jantung Irama jantung Irama jantung Irama jantung
kardiovaskuler reguler, tidak reguler, tidak reguler, tidak reguler, tidak
ada distensi ada distensi ada distensi ada distensi
JVP, JVP, JVP, pengisian JVP, pengisian
pengisian pengisian kapiler baik. kapiler baik.
kapiler baik. kapiler baik.
Sistem Bibir berwarna Bibir berwarna Bibir berwarna Bibir berwarna
gastrointestinal pucat, tidak ada sedikit pucat, pucat, tidak ada merah muda,
stomatitis, tidak ada stomatitis, tidak ada
mukosa bibir stomatitis,
mukosa bibir stomatitis, lembab, jumlah mukosa bibir
lembab, jumlah mukosa bibir gigi lengkap, lembab, jumlah
gigi lengkap, lembab, jumlah warna putih gigi lengkap,
warna putih gigi lengkap, kekuningan, warna putih
kekuningan, warna putih refleks kekuningan,
refleks menelan kekuningan, menelan baik, refleks
baik, fungsi refleks menelan fungsi menelan baik,
pengecapan baik, fungsi pengecapan fungsi
baik, peristaltik pengecapan baik, peristaltik pengecapan
normal, tidak baik, peristaltik normal, tidak baik, peristaltik
ada nyeri tekan normal, tidak ada nyeri tekan normal, tidak
pada abdomen. ada nyeri pada abdomen. ada nyeri tekan
tekan pada pada abdomen.
abdomen.

Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


endokrin pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid
Sistem Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
perkemihan nyeri tekan pada nyeri tekan pada nyeri tekan nyeri tekan
kandung kemih, kandung kemih, pada kandung pada kandung
frekuensi frekuensi kemih, kemih,
berkemih 4- berkemih 4- frekuensi frekuensi
5x/hari, warna 5x/hari, warna berkemih 4- berkemih 4-
kuning muda kuning muda 5x/hari, warna 5x/hari, warna
kuning muda kuning muda

Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


reproduksi keluhan keluhan keluhan keluhan
Sistem Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
muskuloskeletal sendi normal, sendi normal, sendi normal, sendi normal,
nyeri kaki kiri tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
saat ditekan edema dan edema dan edema dan
varises varises varises

H. HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah Tn. A dengan memberi edukasi dan
bimbingan tentang perawatan pasien Gout agar Tn. A dapat sembuh dan
menjalankan kegiatan seperti biasanya

ANALISA DATA
No Data Subyektif Masalah Penyebab
1. DS : Nyeri Akut Ketidakmampuan
1. Klien mengeluhkan nyeri merawat anggota
pada pergelangan kaki dan keluarga yang sakit
lutut
2. Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan nyeri
timbul saat melakukan
aktifitas yang berlebihan
dan saat duduk melipat
kaki terlalu lama
4. keluarga Tn. A menyatakan
tidak tahu cara mengurangi
rasa sakit saat penyakit
asaam uratnya kambuh
DO:
1. Skala nyeri: 5 dari NRS
2. Kadar asam urat : 8
3. Klien tampak meringis
4. Pemeriksaan TTV
TD : 130/70
HR : 80 R
R : 20
T :36,4
2 DS: Intoleransi Ketidakmampuan
1. Klien mengatakan aktivitas merawat anggota
pergelangan kaki terasa keluarga yang sakit
nyeri dan kesemutan dan
tidak bisa melakukan
aktifitas
DO:
1. Kien mengurut kakinya -
Kaki pasien sedikit
membengkak
2. klien terlihat sedikit
pincang saat berjalan
3. klien dibantu oleh keluarga
untuk melakukan aktivitas
jika lagi kambuh.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Prioritas Masalah
1) Nyeri Akut b/d Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
2) Intoleransi Aktivitas b/d Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang
sakit
Skoring data :
Skoring data Dx Keperawatan Nyeri Akut
No Kriteria Score Bo Nilai Pembenaran
bot
1 Sifat masalah Tn. A sering sakit
keadaan 3 1 3/3 x1= 1 dipergelangan kaki dan
masalah merasakan nyeri

Keluarga dapat
2 Kemungkinan
2 2 2/2 x2=2 mengatasinya dengan
masalah dapat
membeli obat ke
diubah sebagian
warung, atau pelayanan
kesehatan terdekat.

3 Potensial Mengontrol makanan dapat


masalah untuk 2 1 2/3x1=0.6 mencegah terjadinya
dicegah cukup kekambuhan berulang.

4 Menonjolnya Keluarga membeli


1 1 1/2x1=0.5
masalah- pertolongan/ pengobatan
masalah tidak dengan membeli obat ke
perlu ditangani warung atau pelayanan
kesehatan menandakan
keluarga ingin segera teratasi
tetapi tidak tahu bagaimana
cara merawatnya
Jumlah 4.1
Skoring data Dx Keperawatan Intoleransi Aktivitas
No Kriteria Score Bo Nilai Pembenaran
bot
1 Sifat masalah Keluarga mengatakan jika
keadaan 3 1 3/3 x1= 1 kambuh Tn.A sulit
masalah melakukan aktivitas secara
mandiri

Keluarga membantu
2 Kemungkinan
2 2 2/2 x2=2 untuk memenuhi
masalah dapat
kebutuhan Tn. A jika
diubah sebagian
mengalammi
kekambuhan

3 Potensial Keluarga mampu memberikan


masalah untuk 2 1 2/3x1=0.6 kebutuhan yang dibutuhkan
dicegah cukup oleh Tn. A

4 Menonjolnya Keluarga masih mampu


1 1 1/2x1=0.5
masalah- memenuhi kebutuhan Tn.A
masalah tidak tapi tidak begitu tahu cara
perlu ditangani merawatnya.
Jumlah 4.1

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut pada keluarga Tn.A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit ditandai
dengan Tn. A sering sakit pada pergelangan kaki, nyeri seperti
tertusuk dan sering kambuh.
2) Intoleransi aktifitas pada keluarga Tn.A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
ditandai dengan Tn. A kurang mampu melakukan aktifitas dengan
mandiri jika kambuh karena nyeri dan keluarga membantu untuk
memenuhi kebutuhan Tn. A
3. Intervensi Keperawatan

KRITERIA
TUJUAN
HASIL
NO DIAGNOSA INTERV ENSI
UMUM Khusus Kriteria Standar

1 Nyeri akut pada Setelah dilakukan Keluarga Verbal - Keluarga dapat - Ajarkan keluarga
keluarga Tn .A tindakan mengetahui menjawab bagaimana cara
berhubungan dengan keperawatan 3x24 bagaiman a cara pertanyaan yang perwatan bagi
ketidakmampuan jam diharapk an merawat anggota diberikan Keluarga penderita asam urat
keluarga merawat nyeri teratasi keluarga yang sakit. dapat membawa - Ajarkan pada Keluarga
anggota Atau hilang keluarga yang sakit teknik relaksasi
ditaandai dengan ke tempat progresif, kompres
pasien tidak sering pelayanan kesehatan hangat pada bangian
kesakitan pada - Keluarga mampu kaki
pergelangan kaki. merawat anggota - Ajarkan
keluarga yang sakit keluarga bagaimana
cara mengkaji skala
nyeri untuk
pencegahan dini.
2 intoleransi aktivitas pada Banyak istirahat Keluarga dapat - Keluarga mampu - Berikan penjelasan
keluarga Tn.A merawat dan menjawab kepada pasien untuk
berhubungan dengan memenuhi pertanyaan yang melatih pergeraka n
ketidakmampuan kebutuhan dasar diberikan sendi
keluarga merawat anggota keluarga - Keluarga dapat - Ajarkan keluarga
keluarga yang sakit yang sakit. memenuhi untuk memotivas I
kebutuhan klien untuk
keluarga yang sakit. melakukan aktivitas
- Keluarga mampu dengan mandiri.
merawat anggota - Ajarkan kepada
keluarga yang sakit keluarga cara merawat
pasien untuk
memenuhi kebutuhan
dasarnya.
- anjurkan klien untuk
berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat.
4. CATATAN PERKEMBANGAN

No Dx Keperawatan Implementasi Catatan Perkembangan Paraf


1 Nyeri Akut Rabu , 23 Maret 2022 S:
- Keluarga mengatakan paham Tripusa
Pukul 08.00 WIB terhadap apa yang dijelaskan
- Keluarga mengatakan bisa
1. Mengkaji kondisi kesehatan keluarga melakukan kompres air hangat
O:
2. Memberikan informasi tentang asam urat
- Keluarga mampu menjawab
3. Mengajarkan keluarga tentang cara merawat pertanyaan yang diberikan
anggota keluarga yang sakit - Kadar asam urat : 8

4. Mengkaji kadar asam urat A: Nyeri teratasi sebagian


5. Mengajarkan klien dan keluarga cara P: Lanjutkan intervensi
melakukan teknik relaksasi progresif dan - Atur pola makan
kompres air hangat - Kompres air hangat jika nyeri
- Selalu cek kadar asam urat rutin di
puskesmas
- Minum obat teratur
LAMPIRAN

You might also like