You are on page 1of 9

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Asumsi Klasik

Untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan


memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten maka uji asumsi
klasik perlu dilakukan. Uji asumsi klasik terdiri dari lima jenis uji, yaitu uji
normalitas, uji linearitas, uji multikololinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data penelitian yang
dilakukan memiliki distribusi yang normal atau tidak. Uji normalitas
merupakan salah satu bagian dari persyaratan analisis data atau uji asumsi
klasik, artinya sebelum kita melakukan analisis yang sesungguhnya, data
penelitian tersebut harus diuji kenormalan distribusinya. Data yang baik
adalah data yang normal dalam pendistribusiannya. Untuk uji normalitas,
penelitian ini menggunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov dengan
pedoman jika nilai signifikansi > dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi
normal

Setelah dilakukan pengolahan uji normalitas dengan SPSS diperoleh


nilai signifikan variabel jenis kelamin 0,093; variabel Klikindomaret
webqual 0,739; variabel gaya hidup 0,965; dan variabel kelompok acuan
0,693 yang lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan berdistribusi
normal.

b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Data yang
baik seharusnya terdapat hubungan yang linear antara variabel predikator
(X) dengan variabel kriterium (Y). Dasar pengambilan keputusan dalam uji
linearitas adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka kesimpulannya adalah

29
terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel predikator (X)
dengan variabel kriterium (Y)

Setelah dilakukan pengolahan data dengan uji linearitas menggunakan


SPSS diperoleh nilai signifikansi variabel jenis kelamin – keputusan
pembelian 0,101, variabel Klikindomaret webqual – keputusan pembelian
0,885, variabel gaya hidup – keputusan pembelian 0, 924, dan variabel
kelompok acuan – keputusan pembelian 0,923 semua pengujian memiliki
nilai signifikansi > 0,05. Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan linear
antara X dan Y (model baik).

c. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (tidak
terjadi multikolonieritas). Dasar pengambilan keputusan dalam uji
multikolonieritas adalah melihat nilai Tolerance jika nilai Tolerance lebih
besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi multikolonieritas terhadap data yang
diuji dan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) jika nilai VIF lebih
kecil dari 10,00 maka artinya tidak terjadi multikololineritas terhadap data
yang diuji

Setelah dilakukan pengolahan data dengan uji multikolonieritas


menggunakan SPSS diperoleh nilai Tolerance semua variabel lebih besar
dari 0,10 dan nilai VIF semua variabel lebih kecil dari 10,00 maka dapat
disimpulkan tidak terjadi Multikolinearitas (model baik).

d. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variane dari satu residual atau pengamatan ke
residual pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan
berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan dalam uji

30
heteroskedastisitas adalah jika nilai signifikansi > dari 0,05 maka
kesimpulannya tidak terjadi heteroskedastisitas.

Setelah dilakukan pengujian dengan uji heterokedastisitas


menggunakan SPSS diperoleh data dengan tingkat signifikansi masing-
masing variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi
Heteroskedastisitas (model regresi yang baik = Homoskedastisitas).

e. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t – 1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dalam pengujian uji
autokorelasi yang peneliti gunakan adalah uji autokorelasi dengan Durbin
Watson (DW test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk tingkat
autokorelasi tingkat satu dengan mensyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel
independen. Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi adalah jika d <
dari dL atau > (4 – dL) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat
autokorelasi.
Setelah dilakukan pengujian uji autokorelasi menggunakan SPSS
diperoleh nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari (4-DU),
maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak terdapat autokorelasi (model
regresi baik).
4.2 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pengaruh Klikindomaret webqual, jenis kelamin,
gaya hidup, kelompok acuan dalam keputusan pembelian diperoleh data sebagai
berikut:

31
Tabel 1.5
Uji Regresi Sederhana H1

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima
karena nilai sig < 0,05, dalam arti terdapat pengaruh antara Klikindomaret webqual
sebagai variabel independen terhadap keputusan pembelian sebagai variabel
dependen. Pengaruh yang diberikan Klikindomaret webqual sebesar 0,122 atau
12,2% terhadap keputusan pembelian konsumen, sedangkan sisanya sebesar 87,8%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain. Dari tabel di atas juga bisa ditentukan
persamaan :

Y = 23,363 + 0,157 X1

Adapun interpretasi dari persamaan diatas yaitu

1. 23,363 menyatakan bahwa jika Klikindomaret webqual tetap (tidak


mengalami perubahan) maka nilai keputusan pembelian konsumen sebesar
23,363.
2. 0,157 menyatakan bahwa jika Klikindomaret webqual naik 1 satuan , maka
keputusan pembelian akan mengalami peningkatan sebesar 0,157. Nilai
koefisien regresinya positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Klikindomaret webqual berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.

32
Tabel 1.6
Uji Variabel Moderasi H2

H2 : Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2) diterima
karena nilai sig 0,029 < 0,05, dalam arti terdapat pengaruh antara jenis kelamin
sebagai variabel moderator terhadap keputusan pembelian. Pengaruh yang
diberikan jenis kelamin sebesar 0,193 atau 19,3% terhadap keputusan pembelian
konsumen, sedangkan sisanya sebesar 80,7% dipengaruhi atau dijelaskan oleh
variabel lain.

Tabel 1.7
Uji Variabel Moderasi H3

H3 : Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga (H3) tidak diterima
karena nilai sig 0,454 > 0,05, dalam arti tidak terdapat pengaruh antara gaya hidup
sebagai variabel moderator terhadap keputusan pembelian.

33
Tabel 1.8
Uji Variabel Moderasi H4

H4 : Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat (H4) tidak
diterima karena nilai sig 0,322 > 0,05, dalam arti tidak terdapat pengaruh antara
kelompok acuan sebagai variabel moderator terhadap keputusan pembelian.

Dalam penelitian yang dilakukan, selain ingin melihat seberapa besar


pengaruh jenis kelamin terhadap keputusan pembelian di Klikindomaret, peneliti
juga ingin meneliti apakah ada perbedaan keputusan pembelian yang dipengaruhi
oleh jenis kelamin, yaitu antara keputusan pembelian yang dilakukan laki-laki dan
keputusan pembelian perempuan.
Tabel 1.9
Keputusan Pembelian Laki-Laki

Dengan melihat tabel keputusan pembelian laki-laki di atas dapat disimpulkan


bahwa pada jenis kelamin laki-laki tidak terdapat pengaruh antara Klikindomaret
webqual dengan keputusan pembelian karena nilai sig 0,345 > 0,05.

34
Tabel 1.10
Keputusan Pembelian Perempuan

Dengan melihat tabel keputusan pembelian perempuan di atas dapat disimpulkan


bahwa pada jenis kelamin perempuan terdapat pengaruh antara Klikindomaret
webqual dengan keputusan pembelian karena nilai sig 0,000 < 0,05.

Melihat hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat


pengaruh antara keputusan pembelian di Klikindomaret pada jenis kelamin
perempuan sedangkan pada jenis kelamin laki-laki tidak terdapat pengaruh.

4.3 Pembahasan
Klikindomaret webqual sebagai layanan pelanggan berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ridwan Zia Kusumah (2001) yang berjudul “Analisis Pengaruh
Kualitas Produk dan Kualitas Layanan terhadap Keputusan Pembelian pada
Restoran Waroeng Taman Singosari di Semarang” yang menyatakan bahwa ada
pengaruh signifikan antara kualitas produk dan kualitas layanan terhadap keputusan
pembelian makanan dan minuman di Restoran Waroeng Taman Singosari di
Semarang. Jadi, kunci untuk meningkatkan keputusan pembelian pada konsumen
yaitu dengan meningkatkan kualitas layanan pelanggan, dalam hal ini kualitas web
Klikindomaret (Klikindomaret webqual). Semakin baik Klikindomaret webqual
mendorong pelanggan untuk berkomitmen kepada produk dan layanan
Klikindomaret yang artinya berdampak juga pada peningkatan market share. Hal
ini berarti bahwa Klikindomaret webqual akan memainkan peran yang semakin
penting dalam lingkungan kompetisi yang meningkat dan penawaran layanan
identik dengan menarik dan mempertahankan pelanggan.

35
Jenis kelamin berpengaruh positif dalam memoderasi hubungan antara
Klikindomaret webqual dengan keputusan pembelian. Hasil penelitian sejalan
dengan data yang diterbitkan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia), pengguna internet perempuan lebih berani melakukan belanja online
(58%) dibanding pengguna internet laki-laki (42%). Hal ini berarti bahwa
perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi seseorang konsumen dalam
keputusan pembelian yang dilakukannya. Oleh sebab itu pihak perusahaan harus
pandai-pandai dalam menyiasatinya. Dalam hal ini jenis kelamin perempuan lebih
besar keputusan pembelian yang dilakukan dari pada laki-laki. Klikindomaret bisa
menjadikannya sebagai peluang bisnis yang menguntungkan, yaitu dengan
memberikan pendekatan-pendekatan yang lebih pada jenis kelamin perempuan
daripada laki-laki. Misalnya saja dengan penyediaan varian barang-barang yang
identik dengan perempuan lebih banyak lagi, atau desain Aplikasi Klikindomaret
yang lebih disukai oleh perempuan, sehingga konsumen perempuan lebih nyaman
dalam melakukan pembelian di Klikindomaret yang menyebabkan peningkatan
pembelian.
Gaya hidup tidak berpengaruh dalam memoderasi hubungan antara
Klikindomaret webqual dengan keputusan pembelian. Hasil penelitian tidak sejalan
dengan penelitian Silvya dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Gaya Hidup
terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Membeli Sepatu di Kota Manado
(2009:3), Vol 6 No. 1:92-100 mengungkapkan bahwa gaya hidup merupakan
bagian dari perilaku konsumen yang dapat mempengaruhi tindakan konsumen
dalam melakukan pembelian.
Kelompok acuan tidak berpengaruh dalam memoderasi hubungan
Klikindomaret webqual dengan keputusan pembelian. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah dan Artanti (2013) yang
berjudul “Pengaruh Kelompok Acuan dan Atmosfir Restoran terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen di Starbuck Coffe” yang menyatakan bahwa kelompok acuan
memiliki pengaruh yang kuat pada konsumen dalam mengevaluasi suatu produk
yang berujung pada keputusan pembelian. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Bearden dan Etsel (2001) yang berjudul “Reference Group Influence on
Product and Brand Purchase Decision” menyatakan bahwa kelompok acuan akan

36
mempengaruhi seseorang dalam memilih produk dan merek karena kelompok
acuan sangat dipercaya.

37

You might also like