You are on page 1of 18

LAPORAN KASUS

SCABIES + INFEKSI SEKUNDER

Diajukan sebagai tugas dalam pelaksanaan


Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun Oleh
RACHMAH KHOERUNNISA

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS SINGOJURUH
BANYUWANGI
TAHUN 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Scabies + Infeksi Sekunder

Diajukan Dalam Rangka Tugas Program Internsip Dokter Indonesia


Di Puskesmas Singojuruh

Disusun oleh:
dr. Rachmah Khoerunnisa

Dipresentasikan pada November 2022

Komisi Pembimbing

Pembimbing

dr. Nurul Farida


NIP

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................ 1
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. 2
DAFTAR ISI .................................................................................... 3
BAB I TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….. 4
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................ 13
LAMPIRAN ..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..18

3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Definisi
Scabies merupakan penyakit kulit dengan gejala utama gatal yang disebabkan
oleh tungau ektoparasit spesifik spesies yaitu Sarcoptes scabiei (var. hominis)
(Richards, 2020).

I.2 Epidemiologi
Diperkirakan prevalensi skabies di seluruh dunia sekitar 200 - 300 juta
(Richards, 2020). Skabies merupakan masalah kesehatan utama di banyak negara
berkembang; pada tahun 2009 Organisasi Kesehatan Dunia menyatakannya sebagai
penyakit kulit yang terabaikan (Anderson, K dan Storwd, L, 2017). Skabies paling
banyak terjadi di daerah tropis, di daerah kepadatan penduduk, pada masa perang
dan gangguan sosial, dan pada populasi dengan ekonomi rendah (Richards, 2020).
Kelompok usia yang paling sering terkena adalah anak-anak, remaja, dan orang tua.
Kelompok usia anak (0 sampai 18 tahun) memiliki diagnosis skabies paling banyak.
Terdapat sedikit perbedaan kejadian skabies di antara laki-laki dibandingkan
dengan perempuan (54% vs 46%). Kejadian scabies tinggi pada masyarakat yang
tinggal Bersama di tempat fasilitias umum dalam jangka panjang atau tinggal di
asrama (Anderson, K dan Storwd, L, 2017).

I.3 Etiologi Dan Faktor Resiko


Sarcoptes scabiei (var. hominis) berukuran sekitar 0,35 mm dan hidup dalam
liang linier yang digali di stratum korneum. Tungau ini dapat terlihat dengan mata
telanjang sebagai bintik, dan mungkin terlihat oleh ahli dermoscopists. Tungau
betina menggali ke dalam kulit dan bertelur, Setelah dua atau tiga hari larva muncul
dan menggali lubang baru yang membutuhkan waktu 10-14 hari untuk
menghasilkan tungau baru. Tungau laki-laki dewasa hidup di kulit dan dapat
memasuki liang untuk mencari makan dan kawin. Rata-rata kasus skabies simpleks
membawa sekitar 10-20 tungau, tetapi bayi dan orang tua dapat menampung antara
50 dan 250 tungau. Pasien dengan skabies berkrusta membawa ribuan hingga jutaan
tungau (Richards, 2020).

4
Scabies sangat menular, dan penyebaran dari orang ke orang terjadi melalui
kontak langsung kulit ke kulit, biasanya kontak kulit yang lama. Selain itu, Dapat
pula tertular jika tidur dengan atau berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi,
berbagi tempat tinggal, dan kontak terus menerus yang dekat. Penularan dari
pakaian dan tempat tidur jarang terjadi dan hanya jika terkontaminasi oleh orang
yang terinfeksi segera sebelumnya (Johnston dan Sladden, 2005). Penularan
melalui kontak biasa seperti berjabat tangan jarang terjadi. Penyakit scabies lebih
sering terjadi pada lingkungan dengan ekonomi rendah, daerah tropis yang padat,
dan di daerah padat dengan sumber daya yang rendah (Richards, 2020).
Scabies dapat mengenai semua usia atau strata sosial, dan kebersihan diri yang
baik tidak selalu mencegah infestasi. Risiko penularan oleh fomites dapat diabaikan
kecuali pada scabies berkrusta parah. Satu sampai tiga tungau tidak dapat melompat
atau terbang dan mati di luar inang manusianya dalam 24-48 jam (maksimum 72
jam). Orang yang terinfeksi sangat menular, bahkan ketika tidak ada gejala, tetapi
tidak ada risiko penyebaran skabies simpleks setelah pengobatan yang tepat
(Richards, 2020).

I.4 Manifestasi Klinis


Pruritus adalah ciri skabies pada semua usia. Gatal dan/atau ruam mulai muncul
4-6 minggu setelah kontak, tetapi seseorang yang mengalami infeksi ulang skabies
dalam waktu 6 bulan setelah infeksi awal ini akan mengalami gatal dalam hitungan
jam hingga hari. Gatal pada skabies disebabkan oleh efek mekanis dari tungau yang
menggali, dan dari reaksi alergi terhadap tungau dan produknya. Pada kasus yang
parah dapat tampak papula eritematosa yang menyebar, ekskoriasi, krusta
hemoragik, bekas garukan linier, eksim (dermatitis), vesikel (bahkan bula), sering
pustula dan impetigo akibat infeksi bakteri sekunder (gambar 1), dan, jika utuh,
liang linier tungau dapat tampak sebagai garis linier 3-10 mm, bergelombang,
bersisik, abu-abu pada permukaan kulit (gambar 2) (Richards, 2020). Liang linier
ini paling mudah ditemukan di tangan dan kaki, terutama di celah jari, tonjolan tenar
dan hipotenar, dan di pergelangan tangan. Terowongan/liang sering tidak terlihat
jika kulit sudah tergores, biasanya telah terinfeksi sekunder, atau jika ada eksim.
Eksim bisa jadi sudah ada sebelumnya atau bisa berkembang sebagai akibat dari
infestasi tungau scabies (Johnston dan Sladden, 2005).

5
Nodul skabies dapat terjadi akibat reaksi hipersensitivitas yang berlebihan dan
dari gosokan dan garukan, dan mungkin berwarna kulit, merah-cokelat, atau
keunguan. Memar, akibat gesekan dan garukan, tidak jarang terjadi. Gatal terjadi di
seluruh (di bawah leher), tidak hanya di tempat ruam, dan biasanya di malam hari.
Keparahan gatal dan jumlah lesi bervariasi pada setiap orang, dan tidak jarang ada
pula yang asimtomatik. Pasien lanjut usia mungkin memiliki lebih sedikit gatal dan
lesi khas yang lebih sedikit. Penggunaan steroid topikal mengurangi reaksi
inflamasi yang terlihat, tetapi memungkinkan tungau untuk berkembang biak
(Richards, 2020).
Lesi biasanya simetris, dan terlihat pada jaring jari, pergelangan tangan anterior,
telapak tangan, eminensia tenar, siku, aksila anterior, bokong bawah, paha bagian
dalam, pinggang, umbilikus, lutut, tepi dan telapak kaki, dan vulva; dan hampir
secara diagnostik areola wanita, payudara, glans penis, thoraks, dan skrotum. Leher
dan bagian atasnya biasanya tidak terkena, kecuali pada bayi, orang tua, orang
dengan gangguan sistem imun, dan pada skabies berkrusta. Bayi sering terkena pada
wajah, kulit kepala, telapak tangan, dan telapak kaki (Richards, 2020).

Gambar 1

6
Gambar 2

Pada orang dewasa, skabies ditandai dengan rasa gatal yang tidak tertahankan,
gatal memburuk pada malam hari, dan dengan lesi di jari, permukaan fleksor
pergelangan tangan, aksila, perut (sekitar umbilikus), bagian bawah bokong, dan
area genital (Johnston dan Sladden, 2005).
Pada bayi dan anak kecil, skabies sering menyerang wajah, kepala, leher, kulit
kepala, telapak tangan, dan telapak kaki, dan seringkali melibatkan kulit secara
menyeluruh. Pada bayi, lesi yang paling sering muncul adalah papula dan
vesikopustula. Vesicopustula sangat umum pada telapak tangan dan telapak kaki.
Distribusi lesi pada orang dewasa (sangat jarang pada wajah dan leher) dan anak-
anak (umumnya pada wajah dan leher) (Johnston dan Sladden, 2005).
Anak-anak yang sangat muda sering mengalami eritema eksim yang luas,
terutama pada thoraks, yang kadang-kadang lebih bergejala daripada lesi di tempat
yang khas. Bayi biasanya tidak bisa menggaruk dan biasanya bayi tampak
rewel/tidak mau menyusu. Nodul skabies berwarna coklat kemerah-merahan
merupakan ciri khas skabies pada bayi (Johnston dan Sladden, 2005).
Skabies berkrusta yang sebelumnya disebut skabies Norwegia dapat terjadi
pada orang dengan immunodepresan seperti pada angguan imun, AIDS, keganasan,
penyakit limforetikuler, orang yang menggunakan obat imunosupresan, orang tua,
orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan, sindrom Down, dan
sebagainya. Hal ini juga terjadi pada penduduk asli Australia, bahkan pada mereka
yang tidak memiliki gangguan kekebalan. Hal ini jarang terjadi di masyarakat
umum, dan dokter kulit berpengalaman yang bekerja di luar rumah sakit atau
institusi mungkin tidak pernah melihat kasus. Pasien dengan skabies berkrusta
mungkin memiliki jutaan tungau, yang menyebabkan reaksi inflamasi dan

7
hiperkeratosis, yang pada banyak pasien tidak menimbulkan rasa gatal. Pasien
mungkin datang dengan plak hiperkeratotik berkrusta tebal, sering pecah-pecah,
yang biasanya melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, dan dapat tersebar di
thoraks, tungkai, dan kulit kepala. Pada thoraks seringkali sangat xerotis. Kuku jari
tangan dan kaki mungkin tebal dan distrofi dan memiliki keterlibatan subungual.
Kasus yang parah mungkin dapat ditemukan limfadenopati, infeksi sekunder
odiferous, dan eosinofilia. Angka pasti kematian belum dapat dijelaskan tetapi
penyebab kematian yang paling umum adalah bakteremia stafilokokus. skabies
berkrusta merupakan faktor risiko sepsis. Skala penilaian untuk skabies berkrusta
telah dikembangkan berdasarkan luas permukaan tubuh, kedalaman kerak kulit,
episode sebelumnya, rawat inap, tingkat keretakan kulit, dan pioderma. Setiap
domain diberi skor antara ringan 1 dan berat 3 dan digabungkan untuk
menghasilkan skor keseluruhan: kelas 1 (4-6), kelas 2 (7-9), kelas 3 (10-12)
(Richards, 2020).

I.5 Diagnosis
Skabies didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan mikroskopis. Diagnosis definitif scabies adalah pemeriksaan
mikroskopis (58% terdiagnosis) (Anderson, K dan Storwd, L, 2017). Gambaran
klinis bersifat diagnostik, tetapi sering kali terdapat eksim sekunder (dermatitis)
yang membingungkan akibat garukan dan/atau pencucian yang berlebihan.
Pencucian sabun biasa dapat mengubah morfologi skabies dengan mengurangi
jumlah lesi aktif. Tidak jarang dapat tampak pasien gatal di sekujur tubuh, yang
lesinya hanya terlihat di alat kelamin atau areola wanita. Riwayat keluarga, teman,
atau kontak intim yang mengalami keluhan gatal sangat membantu diagnosis.
Namun, tidak adanya riwayat gatal pada anggota keluarga tidak menyingkirkan
skabies. Mungkin sangat sulit untuk membuat anggota keluarga mengakui riwayat
kemungkinan scabies, dan beberapa orang dengan scabies tidak mengalami gatal
(Richards, 2020).
Jika tidak diobati, scabies dapat berlanjut selama berbulan-bulan. Penting untuk
diingat bahwa kekambuhan gejala setelah mencoba pengobatan tidak
menyingkirkan diagnosis skabies karena pasien mungkin tidak mengobati dirinya
sendiri dengan benar atau mungkin terinfeksi kembali oleh kontak yang tidak
diobati (Johnston dan Sladden, 2005).
8
Penting untuk mempertimbangkan diagnosis skabies pada setiap pasien dengan
eksim yang meluas atau pruritus dengan onset baru atau baru-baru ini, atau dengan
impetigo yang meluas (Johnston dan Sladden, 2005).
Diagnosis definitif bergantung pada identifikasi mikroskopis tungau atau telur
dari kerokan kulit terowongan/liang. Namun, pengobatan harus dimulai jika skabies
dicurigai secara klinis, bahkan jika tidak dapat dikonfirmasi dengan mikroskop
(Richards, 2020).
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan mengambil (dengan jarum atau
kerokan) tungau, telurnya, atau pelet tinjanya (scybala), tetapi ini membutuhkan
mikroskop, waktu, dan keterampilan, sehingga penggunaannya terbatas. Tungau
terletak di ujung liang dan dapat menempel pada pin atau jarum yang dimasukkan
dengan hati-hati. Kerokan yang diperoleh dengan pisau bedah atau instrumen
serupa dapat ditempatkan pada kaca objek, ditutup dengan selotip bening dan
diperiksa di bawah mikroskop. Pemeriksaan lain bisa dilakukan biopsi kulit
(memakan waktu dan mahal) yang berguna jika diambil dari liang yang
menunjukkan tungau atau produknya, tetapi jika liang tersebut terlewatkan, hasil
laporan akan menunjukkan dermatitis (Richards, 2020). Hanya sekitar 2% yang
terdiagnsosis scabies dengan pemeriksaan biopsy kulit (Anderson, K dan Storwd,
L, 2017). Tinta atau minyak dapat membantu menguraikan liang, seperti halnya
pencahayaan yang baik dan pembesaran. Namun, diagnosis sering ditegakkan
dengan respons positif terhadap pengobatan empiris. Identifikasi tungau lebih sulit
pada jenis kulit yang lebih gelap dan di daerah berbulu. Tidak ada tes darah untuk
mendiagnosis scabies atau vaksin untuk mencegah scabies (Richards, 2020).

Gambar Hasil Pemeriksaan Mikroskopis

9
I.6 Tatalaksana
Pakaian dalam dan linen harus diganti dan dicuci dengan panas pada suhu 50
°C atau 122 °F, sterilisasi tidak diperlukan. Sebagai alternatif, linen, pakaian, dan
barang serupa dapat dimasukkan dalam kantong plastik selama 72 jam. Semua
orang yang tinggal serumah, dan semua kontak intim atau lama, harus dirawat
secara bersamaan, bahkan jika mereka tidak memiliki gejala. Jika tidak diobati,
mereka mungkin menjadi sumber infeksi ulang bagi orang lain.
Di daerah yang kaya sumber daya, kebanyakan pasien menggunakan krim atau
losion permetrin 5%, yang membunuh tungau dan telur. Keduanya efektif untuk
digunakan. Permetrin menghasilkan neurotoksisitas dengan menghambat kanal
natrium, yang berujung pada kelumpuhan dan kematian tungau. Permetrin
dioleskan semalaman ke seluruh kulit dari leher ke bawah. Tidak ada area kulit yang
terlewatkan sehingga aplikasi mungkin memerlukan bantuan. Pemakaian
permethrin dalam satu malam dan mengulangi perawatan dalam 7-10 hari.
Pemberian permethrin yang kedua akan membunuh tungau yang baru menetas
karena pengobatan awal mungkin tidak selalu ovisidal untuk semua telur. Banyak
peneliti menganggap permetrin aman untuk wanita hamil atau menyusui dan untuk
anak-anak di atas usia 2 bulan. Jumlah produk yang biasa diperlukan untuk
perawatan satu malam untuk orang di atas 12 tahun adalah kira-kira satu tabung 30
g atau 1 wadah 100 mL losion (Richards, 2020).
Untuk bayi di bawah 2 bulan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Amerika merekomendasikan 5% -10% salep belerang (sulfur dalam vaseline)
dioleskan ke seluruh tubuh selama 3 hari. Salep belerang berantakan dan berbau
tidak sedap, tetapi efektif dan aman. Iritasi sekunder akibat salep ditangani dengan
steroid topikal dan menghindari penggunaan sabun. Bayi dan beberapa orang tua
dan orang dengan imunitas rendah, mungkin memerlukan aplikasi topikal ke wajah
dan kulit kepala (Richards, 2020).
Salep topikal lainnya yang digunakan dalam kasus resisten permethrin yaitu
dengan penggunaan benzoil benzoat 25% (lebih murah). Lotion Lindane (1%
gamma benzene hexachloride) diterapkan dengan cara yang sama seperti permetrin,
dan dapat digunakan untuk kegagalan pengobatan. Lotion lindane Aman jika
digunakan dengan benar untuk waktu yang singkat. Lindane tersedia di Kanada dan
sebagian besar negara bagian, tetapi dilarang di California dan banyak negara
karena penggunaan yang berlebihan dan tertelan secara tidak sengaja, yang dapat
10
menyebabkan kerusakan sistem saraf. Meskipun digunakan selama beberapa
dekade, itu tidak lagi dianggap aman untuk anak di bawah 10 tahun, wanita hamil
atau menyusui, atau BB < 15 kg. Lotion malathion 0,5% topikal dan lotion
ivermectin 1% digunakan di beberapa negara. Krim, salep, atau lotion sulfur 5%-
10% efektif digunakan selama 3 hari berturut-turut dan dianggap aman pada
kehamilan dan bayi (Richards, 2020).
Gatal pasca skabies dapat bertahan selama berhari-hari/minggu. Perawatannya
adalah dengan krim kortison berkekuatan sangat kuat dan menghindari penggunaan
sabun. Sabun mengeringkan kulit dan sebaiknya digunakan hanya untuk area
penting seperti ketiak, alat kelamin, tangan, dan wajah. Antihistamin generasi
pertama dan kedua membantu beberapa pasien, tetapi harus digunakan dengan hati-
hati pada orang tua. Nodul terlokalisasi pasca skabetik merespons terhadap
pemberian suspensi triamcinalone acetonide intralesi pada 2,5-5 mg/cc., tetapi
klinisi harus yakin bahwa mereka tidak melewatkan infestasi persisten (Richards,
2020).
Ivermektin oral diindikasikan jika gagal dengan pemberian topikal, pasien yang
tidak patuh pada topikal, pasien yang tidak dapat menerapkan topikal (cacat fisik
atau mental, pengungsi, tunawisma), wabah institusional yang meluas, populasi
massal, dan scabies berkrusta (Richards, 2020).
Ivermectin disetujui di Perancis untuk pengobatan skabies institusional pada
tahun 2001. Ivermectin tidak bersifat ovisidal sehingga dosis kedua diberikan 2
minggu setelah dosis awal untuk memastikan bahwa tungau yang baru menetas
dapat mati. meskipun beberapa penelitian menemukan bahwa dosis tunggal efektif.
Dosis oral, diminum bersamaan dengan makanan yaitu sebesar 200 g/kg. Dosis
berdasarkan berat badan adalah (1) 15-24 kg—1 tablet, (2) 25-35 kg—2 tablet, (3)
36-60 kg—3 tablet, (4) 51-65 kg—4 tablet, (5) 66-79 kg—5 tablet, (6) >80 kg—
200 mcg/kg. Kisaran dosis dewasa yang biasa adalah 9-15 mg. Beberapa penelitian
menggabungkan ivermectin oral dengan skabisida topikal, tetapi tidak ada
consensus yang menjelaskan hal tersebut kecuali dalam pengobatan skabies
berkrusta (Richards, 2020).
Ivermectin sangat aman dan dosis bisa salah jika tidak sesuai berat badan. Efek
samping dalam dosis ini jarang terjadi dan sulit dibedakan dari penyakit dan
kecemasan, tetapi dapat berupa sakit kepala, mual, pusing, dan gangguan

11
gastrointestinal. Banyak efek samping yang diduga diakibatkan akibat tungau yang
mati daripada dari obat itu sendiri (Richards, 2020).
Tempat tidur, seprai, dan pakaian harus dicuci dengan air panas tetapi tidak
diperlukan sterilisasi. Dianjurkan untuk membersihkan secara menyeluruh dan
menyedot debu secara menyeluruh, termasuk furnitur yang lembut dan berlapis
kain, tetapi tidak diperlukan pengasapan atau perlakuan khusus terhadap furnitur
kayu, kasur, atau permadani (Richards, 2020).

I.7 Komplikasi
Impetigo ringan sering menjadi komplikasi akibat garukan, seperti halnya pada
eksim dan kondisi serupa, tetapi data yang tepat tentang kejadiannya tidak tersedia.
Impetigo biasanya ringan dan mudah dikontrol dengan antibiotik topikal atau oral.
Namun, di daerah tropis yang miskin sumber daya (skabies berkrusta), impetigo
yang signifikan, bakteremia stafilokokus atau streptokokus sekunder, dan penyakit
yang diperantarai toksin seperti demam berdarah, sindrom syok toksik
streptokokus, demam rematik, dan glomerulonefritis adalah masalah kesehatan
utama. Organisme yang umum adalah Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus
aureus. Percobaan "SHIFT" mempelajari efek pemberian obat massal untuk
pengendalian skabies pada populasi Fiji dengan penyakit endemik. Pada 1 pulau
kejadian skabies 32,1% dan impetigo 24,6%. Pengobatan ivermectin oral
mengurangi kejadian skabies menjadi 1,9% dan impetigo menjadi 8%. Hasil serupa
diperoleh dalam studi "AIM" di mana lebih dari 26.000 penduduk Kepulauan
Solomon diobati dengan kombinasi ivermectin dan azitromisin. Prevalensi skabies
berkurang dari 19,5% menjadi 1,3% dan impetigo dari 22,4% menjadi 5,1%
(Richards, 2020).

12
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. Mikayla
Umur : 3 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Cermean RT/RW 1/1, Singolatren, Singojuruh
Tanggal Periksa : 18 Oktober 2022
No. RM : 1536441

II. DATA DASAR


A. DATA SUBYEKTIF ANAMNESIS
Alloanamnesis pada ibu pasien dan autoanamnesis tanggal 18 Oktober 2022 di
Poli Umum Puskesmas Singojuruh
Keluhan Utama : Gatal seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli bersama ibu pasien. Ibu pasien mengatakan anaknya
mengeluhkan gatal di seluruh tubuh sejak 1 minggu yang lalu. Gatal terasa terutama
saat malam hari. Pasien juga sering menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang gatal.
Ibu pasien juga mengatakan terdapat luka melenting bernanah dan koreng pada
telapak dan punggung kedua tangan dan kedua kaki. Awalnya luka hanya
kemerahan kemudian pasien sering menggaruk lukanya makin lama luka makin
muncul melenting nanah dan bertambah. Pasien belum pernah berobat. Keluhan
demam disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


− Riwayat keluhan serupa dialami oleh ibu pasien, ibu pasien juga mengalami gatal-
gatal pada seluruh tubuhnya dan terdapat luka kemerahan di lengan atas kanan.
− Ayah dan kaka pasien yang tinggal serumah tidak mengalami keluhan serupa.
− Riwayat Penyakit Gangguan Imun disangkal
− Riwayat Alergi disangkal

13
Riwayat Kebiasaan
Pasien tinggal Bersama ayah, ibu dan 1 orang kakanya di rumah. Anak biasanya tidur
dengan ibunya pada 1 kasur yang sama. Ibu pasien mengaku jarang menjemur Kasur.
Ibu mengaku anaknya terkadang sulit untuk menjaga kebersihan diri.

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah dan Ibu pasien bekerja sebagai petani.
Biaya pengobatan BPJS PBI.
Kesan: sosial ekonomi cukup.

B. DATA OBYEKTIF PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Status Gizi : BB 11 kg, TB 95 cm
Kesadaran : Composmentis, GCS E4M6V5=15
Tanda – tanda vital :
− Nadi : 84 x/ menit iregular, isi dan tegangan cukup
− RR : 20 x/ menit

− Suhu : 36.7 oC (axillar)


− SpO2 : 98%

STATUS GENERALIS
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3
mm/ 3 mm , reflek cahaya ( + / +)
Telinga : Discharge (-/-)
Hidung : Napas cuping (-), discharge (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : Simetris, deviasi trakea (-), pembesaran nnll (-)
Thorax : jejas (-), retraksi dinding dada (-)
Paru : I : Simetris saat statis dinamis
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, ronki (-/-), Wheezing (-/-)

14
Jantung : I : Ictus cordis tak tampak
Pa : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS
Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Bunyi jantung I-II tunggal, irregular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
I : Datar
Au : Bising usus (+) Normal
Pe : Timpani seluruh lapang abdomen
Pa : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba

Ekstremitas : Superior Inferior


Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Cap. Refill <2dtk/<2dtk <2dtk/<2dtk

Status Dermatologis
Regio Palmar, Hipotenar Manus Dextra et sinistra : Tampak multiple pustule dengan
kemerahan disekitarnya, krusta (+)
Regio Plantar Pedis Dextra et Sinistra : Tampak multiple pustule dengan kemerahan
disekitarnya.

C. DIAGNOSIS
Scabies + Infeksi Sekunder

D. TATALAKSANA
• Scabimeth Zalf Sue (Oleskan di seluruh tubuh 1 minggu 1 kali dari pukul 09.00-07.00
atau sebelum tidur sampai bangun tidur pagi)
• Gentamycin cr S2ue (oles pada luka bernanah dan berkrusta)
• Cetirizine 2x2,5 mg

15
• KIE Mengenai penyakit dan penularannya. Usahakan hindari kontak langsung kulit ke
kulit antara pasien dengan orang lain. Cuci pakaian, handuk, sprei, selimut, barang2 di
air panas 50O Celcius. Obati 1 keluarga serumah (walaupun tidak ada gejala).

E. FOLLOW UP
Hari/Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
Kunjungan Ibu pasien KU Cukup baik Scabies + - Gentamycin
Ulang mengatakan Nadi : Infeksi sue lanjutkan
(Hari Rabu, tgl keluhan gatal 78x/menit Sekunder (untuk luka
26/10/2022) berkurang. RR : 20x/menit (Perbaikan) yang masih
Luka sudah Suhu : 36.7 tampak)
mulai kering SpO2 : 100% - KIE untuk cuci
dan tidak ada Status rendam pakaian
luka bernanah Dermatologis : di air hangat,
lagi. Regio Palmar membersihkan
manus dextra et lingkungan
sinistra : rumah, barang2
Tampak skuama di rumah, sprei,
(+) selimut, bantal,
Regio Plantar Kasur, sofa,
Pedis Dextra et serta
Sinistra : krusta menerapkan
(+) perilaku bersih
dan sehat pada
di rumah.
Hari Jumat, tgl Ibu pasien KU Cukup baik Scabies + KIE untuk
4 November mengatakan Nadi : Infeksi menerapkan
2022 anaknya sudah 78x/menit Sekunder perilaku bersih
tidak RR : 20x/menit (Perbaikan) dan sehat di
mengeluhkan Suhu : 36.7 rumah
gatal. Hanya SpO2 : 100%
tinggal bekas- Status
bekas luka. Dermatologis :
Regio Palmar
manus dextra et
sinistra :
Tampak
excoriasi (+)
Regio Plantar
Pedis Dextra et
Sinistra :
excoriasi (+)

16
LAMPIRAN

Gambaran Klinis (18/10/2022)

Gambaran Klinis Kunjungan Ulang (26/10/2022)

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Richards, Robert N. ”Scabies : Diagnostic and Therapeutic Update’’. 2022. SAGE


Journals. Canadian Dermatology Association. Available from
https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1203475420960446
2. Johnston, Graham dan Sladden Mike. ‘’Scabies : Diagnosis dan Treatment’’. 2005.
PubMed Central. Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1215558/
3. Anderson, Kathrin L dan Storwd, Lindsay C,. “Epidemiology, Diagnosis, And
Treatment of Scabies in Dermatology Office”. 2017. The Journal of American
Board of the Family Medicine. Availabe from
https://www.jabfm.org/content/30/1/78.long

18

You might also like