You are on page 1of 2

NAMA : IRAWAN ADI PRASETYO

KLS : 1A
NPM : 3012200337

KERUSUHAN DI STADION KANJURUHAN

Lebih dari seratus nyawa hilang karena laga sepak bola yang tak pernah menghasilkan
prestasi dunia bagi Indonesia. Pertandingan kandang tanpa kehadiran suporter lawan yang
berakhir kalah, jadi pemicu pertama tragedi. Janji klub suporter untuk nihil insiden apalagi
kerusuhan, kosong saja akhirnya.
Namun, gas air mata yang digunakan polisi untuk menghalau kerusuhan adalah hal terfatal
yang menjadikan tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia—bahkan dunia—ini
terjadi.
Di Stadion Kanjuruhan, kepanikan akibat kerusuhan disiram dengan larutan yang
memedihkan mata bahkan menyesakkan napas, menjadikan ribuan penonton bergerak
serentak menyelamatkan diri masing-masing, berlarian, berdesakan, bertabrakan,
berhimpitan, dan akhirnya mampat di pintu keluar stadion.
Hingga peluit panjang ditiup wasit setelah perpanjangan waktu, situasi masih kondusif.
Arema kalah dari Persebaya dengan skor 2-3. Ini adalah kekalahan pertama laga kandang
Arema berhadapan dengan Persebaya dalam 23 tahun.
Aremania—sebutan untuk suporter Arema—memang segera masuk ke lapangan ketika para
pemain Arema menghaturkan salam ke para pendukung. Namun, mereka hanya hendak
berbincang. Saat itu, pemain Persebaya sudah berada di luar lapangan, sebagai bagian dari
antisipasi keamanan.

Kerusuhan mulai terjadi ketika sebagian Aremania memasuki lapangan dengan membawa
bendera Persebaya yang sudah dicoret-coret. Tak berselang lama, botol-botol minuman air
mineral mulai dilemparkan ke arah lapangan. Polisi turun tangan. Saat massa yang
bergerombol sedang merasa jagoan dan memancing kerusuhan lebih liar, gas air mata mulai
digunakan. Tembakan gas air mata menjangkau tribun penonton yang masih penuh. Tragedi
pun terjadi.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memaparkan, tim DVI langsung melakukan proses
identifikasi terhadap seluruh masyarakat yang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan.
Untuk saat ini, kata Sigit, berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan kab/kota,
jumlah korban meninggal dunia akibat peristiwa tersebut sekarang berjumlah 125 orang.
Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta mengungkap penyebab tragedi Stadion
Kanjuruhan Malang yang mengakibatkan para korban meninggal dunia adalah karena
penumpukan massa.
"Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas kekurangan
oksigen," kata Nico saat memberikan keterangan di Mapolres Malang, seperti dilansir
detikJatim, Minggu (2/10).

Kadinkes Kabupaten Malang Wiyanto Widodo menyebut penyebab korban tragedi Stadion
Kanjuruhan Malang meninggal dunia adalah karena mayoritas mengalami sesak nafas dan
terinjak-injak karena panik.

Sementara Menko Polhukam Mahfud Md menegaskan tragedi Stadion Kanjuruhan Malang


bukan disebabkan bentrok antarsuporter. Melainkan korban meninggal dunia karena desak-
desakan dan terinjak.

"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antarsuporter Persebaya
dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton,"
kata Mahfud dalam akun Instagram-nya seperti dilihat detikcom, Minggu (2/10/2022). Ejaan
di tulisan Mahfud sudah disesuaikan.

You might also like