You are on page 1of 21

PENGGUNAAN BAHAA INDONESIA DAN BAHASA DAERAH

PADA GENERASI MUDA DI LINGKUNGAN PASAR B.SRIKATON

Irawan Adi Prasetyo, Wahyu Agus Rediyanto, Dwi Muladi


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas PGRI Silampari

A. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA DAN KERAGAMAN BAHASA DI


LINGKUNGAN PASAR B.SRIKATON

Tugumulyo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Musi Rawas (Mura),


Sumatra Selatan, Indonesia. Daerah ini banyak dihuni oleh transmigran dari
Jawa, khususnya Jawa Tengah. Tugumulyo merupakan daerah pertanian yang
sangat maju, karena sistem pengairannya yang sangat bagus, sumber pengairan
irigasinya adalah bendungan watervang, sebuah bendungan air peninggalan
Belanda yang di bangun pada tahun 1942, Bendungan ini membelah Sungai
Kelingi, anak Sungai Musi di daerah Tabapingin, kota Lubuklinggau. Namun
irigasi Tugumulyo saat ini banyak di manfaatkan sebagai pengairan kolam air
deras, yaitu cara berkolam dengan sistem air yang mengalir sangat deras, dimana
saluran irigasi dibendung, airnya dialirkan kembali ke saluran irigasi tersebut,
tetapi dampaknya debit air berkurang dan petani padi yang jauh dari saluran
irigasi primer atau sawah yang mendapat air dari saluran tersier tidak kebagian.
Dampaknya produksi padi di Tugumulyo-Musirawas berkurang.

1. Pengertian bahasa
Pengertian Bahasa secara umum adalah system lambang bunyi ujaran yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa (berasal dari
Bahasa sansekerta Bhasa) adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk
dapat memperoleh serta menggunakan system komunikasi yang kompleks, serta
sebuah Bahasa adalah contoh spesifik dari system tersebut.
Bahasa Indonesia lahir pada 28 oktober 1928. Pada saat itu para pemuda
dipelosok nusantara sedang berkumpul dalam rapat pemuda. Dalam rapat tersebut
menghasilkan tiga ikrar yang diberikan nama sumpah pemuda. Tiga ikrar tersebut,
yakni bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia. Menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Ikrar yang ketiga
merupakan tekad bahwa Bahasa Indonesia merupakan Bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Pada waktu itulah Bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukan sebagai
Bahasa nasional.
Ritonga(Mailani dkk, 2010:3) Bahasa adalah suatu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketika sedang berkomunikasi Bahasa
mempunyai peran yang penting. Bahasa menjadi sebuah alat dalam komunikasi
yang mana Bahasa dan komunikasi ini memiliki hubungan yang tidak dapat
dipisahkan, karena Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain. Penggunaan
Bahasa yang baik itu akan memudahkan orang yang kita ajak berkomunikasi
mengerti dengan apa yang kita bicarakan dan itu akan berdampak pada jalannya
komunikasi yang dilakukan. Pengertian Bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama,
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang terkandung dalam
bunyi itu sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang mendorong alat pendengaran
kita. Kedua, arti atau makna yang terkandung didalam arus bunyi itu mengakibatkan
adanya seaksi terhadap suatu hal yang di dengarkannya. Untuk selanjutnya, arus
bunyi itu disebut dengan arus ujaran.
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan
Bahasa bila tidak terkandung makna di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran
mengandung makna atau tidak, haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok
masyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat Bahasa, baik kecil maupun besar
secara konvensional telah sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan
mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian, terhimpunlah bermacam-macam
susunan bunyi yang satu berbeda dengan yang lain, masing-masing mengandung
suatu maksud tertentu didalam suatu masyarakat Bahasa.

Susanti(Mailani dkk, 2022:3) Bahasa merupakan komponen terpenting dalam


kehidupan manusia. Manusia tidak akan bisa melanjutkan kelangsungan hidup
mereka dengan baik dan teratur tanpa adanya Bahasa. Mereka tidak bisa berinteraksi
dengan mudah dan baik jika mereka tidak menguasai Bahasa antara satu sama lain
dan dengan tidak adanya kesinambungan tersebut mereka juga tidak dapat
menangkap ekspresi kejiwaan maupun keinginan yang diutarakan oleh lawan
komunikasinya. Hal ini juga yang menyebabkan adanya sekat dan kurang terkaitnya
emosional satu sama lain. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan
penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk
menyampaikan ide, gagasan, keinginan, peerasaan dan pengalamannya kepada
orang lain. Bahasa adalah salah satu bentuk perwujudan peradaban dan kebudayaan
manusia, dalam kamus linguistik, Bahasa adalah salah satu lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,
berimteraksi dan mengidentifikasi diri.
Bahasa adalah identitas dari suatu negara sebagai alat untuk berkomunikasi.
Setiap orang membutuhkan Bahasa Ketika berinteraksi, mengungkapkan ide dan
pendapat serta hubungan sosial lainnya Prasati(Mailani.,dkk 2022:3). Asal muasal
Bahasa berawal dari warisan masyarakat dan bagian dari tradisi masyarakat yang
sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, mereka telah mengadakan jalinan
hubungan erat antara dua Bahasa atau lebih sering menimbulkan adanya gejala dua
Bahasa. Sehingga Bahasa dalam masyarakat berkecenderungan untuk menguasai
beberapa Bahasa selain Bahasa lokalnya. Bahasa memiliki fungsi penting dalam
kehidupan bermasyarakat khususnya dalam berinteraksi dan komunikasi.

2. Keragaman Bahasa dilingkungan pasar B.srikaton


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak variasi atau ragam
Bahasa. Hal ini terjadi karena bangsa Indonesia memiliki penutur yang tidak
homogen dan dalam jumlah yang sangat banyak. Jangankan dalam lingkup satu
NKRI, pulau jawa saja sebagai pulau yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi
memiliki Bahasa yang begitu bervariasi. Selain itu, variasi Bahasa juga muncul
karena adanyapengaruh interaksi sosial diantara penutur-penutur tersebut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Chaer dan Agustina(Logita.,dkk 20022:296) yang
menyimpulkan bahwa variasi Bahasa dibedakan berdasarkan penutur dan
penggunaannya.
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan
oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi Bahasa ini ada dua pandangan.
Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur Bahasa
itu dan keragaman fungsi Bahasa itu. Jadi variasi Bahasa itu terjadi sebagai akibat
dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi Bahasa. Kedua, variasi Bahasa
itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam. Chaer(Logita., dkk 2022:295) mengatakan bahwa
variasi Bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan
penggunanya, Adapun penjelasan variasi Bahasa tersebut adalah sebagai berikut :

a. variasi Bahasa dari segi penutur


1. Variasi Bahasa ideolek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat
perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi
bahasa atau idioleknya masing-masing.
Contoh : Siapa yang berbicara, tujuan berbicara, status sosial
penutur, dan berada dimana.

2. Variasi Bahasa dialek


Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur
yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau
area tertentu.
Contoh : bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan
lain sebagainya.

3. Variasi Bahasa kronolek atau dialek temporal


Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa
yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu.
Contoh : variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan,
variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada
masa kini.

4. Variasi Bahasa sosialek


Variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan
status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini
menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya,
Contoh : seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

5. Variasi Bahasa berdasarkan usia


Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan
berdasarkan tingkat usia.
Contoh : variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi
remaja atau orang dewasa.

6. Variasi Bahasa berdasarkan Pendidikan


Yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si
pengguna bahasa.
Contoh : orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar
akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah
tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah
menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan
mahasiswa atau para sarjana.

7. Variasi Bahasa berdasarkan seks.


Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait
dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita.
Contoh : variasi bahasa yang digunakan oleh ibu-ibu akan berbeda
dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.

Berdasarkan pada fungsinya, penutur seringkali harus memilah bahasa yang


tepat untuk digunakan. Hal ini juga dikaitkan dengan kapan, di mana dan dengan siapa
penutur menggunakan bahasa tersebut. Salah satu bahasa atau tuturan yang dapat dilihat
perbedaannya dengan jelas adalah bahasa atau tuturan yang digunakan dalam kelompok
sosial pedagang. Terlepas dari apakah itu interaksi pedagang tersebut dengan sesamanya
atau dengan konsumennya. Hal ini disebabkan bahasa atau tuturan yang digunakan
pedagang lebih mementingkan isi atau makna dibandingkan dengan struktur bahasa.
Paparan di atas dikaitkan dengan pernyataan Sumarsono (Logita.,dkk 2022:295) bahwa
dalam sosiolinguistik bahasa tidak dipandang sebagai alat komunikasi, tetapi bahasa
dipandang sebagai tingkah laku sosial (social behavior) yang dipakai dalam komunikasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.


Bagaimana variasi Bahasa yang digunakan oleh pedagang pasar B.srikaton dapat dilihat
dari segi penggunaan Bahasa berdasarkan dialek regional? Bagaimana variasi Bahasa
yang digunakan oleh pedagang pasar B.srikaton dilihat segi penggunaan Bahasa yakni
bahasan topik permasalahan? Dari rumusan masalah tersebut, diuraikan tujuan dari
penelitian yaitu mengetahui variasi bahasa yang digunakan oleh pedagang pasar
B.srikaton dilihat dari segi pengguna bahasa berdasarkan dialek regional dan untuk
mengetahui variasi bahasa yang digunakan oleh pedagang pasar adalah variasi bahasa
yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya
bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi
bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata.
Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan
dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan
kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam
bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif,
dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena
jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasan ruang
(dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam
bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan
ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.

b. Variasi bahasa dari segi keformalan


Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2014:70)
membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
1) Gaya atau ragam beku (frozen). Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa
yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya
misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.

2) Gaya atau ragam resmi (formal). Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa
yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, dan lain sebagainya.

3) Gaya atau ragam usaha (konsultatif). Gaya atau ragam usaha atau ragam
konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di
sekoiah, rapat- rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau
produksi.

4) Gaya atau ragam santai (casual). Gaya bahasa ragam santai adalah ragam
bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-
bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.

5) Gaya atau ragam akrab (intimate). Gaya atau ragam akrab adalah variasi
bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab.
Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.

c. Variasi bahasa dari segi sarana


Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang
digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya
perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau
variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan
struktur yang tidak sama.

Salah satu pemakaian ragam Bahasa terjadi pada kegiatan jual beli di pasar
B.srikaton. Pasar tersebut selalu ramai pengunjung karena berada di jalan Jend.
Sudirman. Pedagang di pasar B.srikaton pada umumnya adalah warga Tugumulyo yang
dalam kesehariannya menggunakan Bahasa jawa. Akan tetapi, para pembeli umumnya
berasal dari luar daerah. Hal tersebut menyebabkan Bahasa yang digunakan dalam
transaksi jual beli di pasar B.srikaton menjadi semakin beragam.

Ragam Bahasa yang Digunakan Oleh Pembeli di Pasar B.srikaton


Berdasarkan hasil analisis terhadap tata cara jual beli di pasar B.srikaton, dapat
diketahui bahwa Bahasa yang digunakan oleh pembeli berupa ragam tutur permintaan.
Permintaan yang dilakukan oleh pembeli adalah permintaan jenis barang dan
permintaan harga. Setelah pembeli tertarik kepada suatu barang, pembeli akan
menanyakan harga. Biasanya, pedagang akan menawarkan sebuah harga tertentu.
Setelah itu, pembeli akan melakukan permintaan harga barang yang lebih murah dari
harga yang ditawarkan oleh pedagang. Tidak hanya itu, pembeli biasanya juga meminta
untuk diperlihatkan jenis-jenis barang lain yang diperdagangkan. Berikut ini adalah
Bahasa-bahasa yang digunakan oleh pembeli untuk meminta barang dan menawar
harga.
[1] Yang ini berapo buk?
[2] Ado yang besak idak buk?
[3] Ini ukuran berapo?
[4] Yo dem, yang ini. Pasnyo berapo?
[5] Eneng panci buk?
[6] Seng gede iku piro buk?
[7] Oleh kurang ora buk?

Berdasarkan beberapa ujaran diatas, secara umum dapat diketahui ragam tutur
yang digunakan oleh pembeli di pasar B.srikaton adalah ragam tidak baku. Sementara
Bahasa yang digunakan dalam memunta jenis barang dan meminta harga berupa
campuran Bahasa Palembang dan Bahasa jawa. Hal tersebut terjadi karena pembeli
yang Bahasa asalnya adalah Bahasa jawa, mengikuti ragam turur yang digunakan oleh
pedagang yang menggunakan takformal seperti jual beli di pasar. Bahasa tak baku
memang sengaja dipilih untuk menunjukan ketakformalan interaksi dan untuk membuat
penjual dan pembeli tidak berjarak. Selain itu, Bahasa takbaku juga lebih mudah
dipahami oleh penjual dan pembeli di pasar.
Bahasa yang Digunakan Oleh Pedagang Di Pasar B.srikaton
Berdasarkan hasil analisis terhadap tata cara jual beli di pasar B.srikaton, dapat
diketahui bahwa Bahasa yang digunakan oleh pedagang berupa ragam tutur penawaran.
Penawaran yang dilakukan pedagang adalah penawaran barang dan penawaran harga.
Pedagang menawarkan barang daganagan kepada para pengunjung pasar B.srikaton
yang berkedudukan sebagai pembeli atau calon pembeli. Setelah pembeli tertarik
kepada barang dagangan tersebut pedagang akan menawarkan harga pertama. Tidak
hanya selesai sampai disitu, pedagang biasanya juga menawarkan barang dagangan
yang lain. Berikut ini adalah bahas Bahasa yang digunakan oleh pedagang dalam
menawarkan barang dagangannya.

[1]
Pedagang 8: Cari apa, Mbak? Yang panjang apa tiga perempat?
Pedagang 5 : Mau yang gimana, Mbak?
Pedagang 5:Yang begini? Yang ungu itu?Atau mau yang sutra?
Pedagang 5 : Ini warna-warna yang lain. Yang pake kerah nggak, Mbak?
Pedagang7 : Ini panjang ini? Tiga perempat? Itu juga panjang.. Kalau yang ini
agak panjang.
Pedagang7 : Warna lain orange. Kalau yang ini masih komplet yang ini. Ada
biru dongker (Ngoko Lugu: 'biru tua'), merah, ijo enom (Ngoko Lugu hijau
muda).

[2]
Pedagang5 : Yang itu, tujuh lima, Mbak. Bisa kurang.
Pedagang7: Itu batik cap, Mbak. Tujuh puluh.
Pedagang7: Belum dapat 'e, Mbak. Kalau cap emang mahal. Enam lima biar
jadi.
Pedagang7 : Belum dapat e, Mbak. Sampeyan (Ngoko Alus: Anda) tambahi lima
ribu ya?
Pedagang8 : Yang ini? Itu tujuh lima, bisa kurang.
Pedagang8 : Tambah lima ribu ya?

Berdasarkan kedua contoh di atas, secara umum dapat diketahui ragam tutur yang
digunakan oleh pedagang di Pasar Beringharjo adalah ragam tidak baku. Sementara
bahasa yang digunakan dalam menawarkan barang dan menawarkan harga berupa
campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

B. PENGGUNAAN BAHASA DAERAH DAN BAHASA INDONESIA


DALAM INTERAKSI JUAL BELI
Berdasarkan hasil analisis yang kami lakukan terhadap penggunaan bahasa di
lingkungan pasar B.Srikaton faktor yang mempengaruhi keberagaman dan penggunaan
bahasa indonesia adalah karena wilayah kabupaten Musi Rawas merupakan daerah
transmigrasi sehingga banyak masyrakat yand datang dari daerah-daerah di indonesia
terutama di kecamatan Tugumulyo yang sekarang sudah menjadi daerah yang begitu
ramai dan padat dengan banyaknya pendatang-pendatang dari berbagai daerah.
Hal itulah yang mempengaruhi keberagaman bahasa di lingkungan pasar
B.Srikaton misalnya dalam proses jual belidapat diketahui bahwa bahasa yang
digunakan oleh pembeli berupa ragam tutur permintaan. Permintaan yang. dilakukan
oleh pembeli adalah permintaan jenis barang dan permintaan harga. Setelah pembeli
tertari pada suatu barang,pembeli akan menyakan harga. Biasanya pedagang akan
menawarkan barang dengan harga tertentu. Setelah itu pembeli akan melakukan tawaran
harga yang lebih murah terhadap barang tersebut. Berikut ini adalah bahasa-bahasa yang
digunakan oleh pembeli.
Pembeli 1 : Yang lengan panjang, yang segini?
Pembeli 2 : Ini ukurannya apa? Yang ukuran lebih kecil, L?
Pembeli 3 : Buk, Saget ninggali (bisa melihat) yang itu
Pembeli 4 :Niki (ini) warna lain wonten, Buk?
Penjual : Hem...ya sudah, Mbak. Ndak ada ukuran lain, Mbk?
Pembeli 6 : Yang ungu itu berapa?
Pembeli 7 : Nggih, Pun terakhir. Empat puluh.
Pembeli 8 : Mboten asal kurang, Buk?

Faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa campuran antara bahasa Jawa


dan Bahasa indonesia yang dilakukan oleh pembeli bisa jadi karena pembeli tersebut,
Menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatan sehari-harinya dan di dalam proses tersebut
pedagang menggunakan bahasa Indonesia sehingga pembeli sendiri harus juga
mengikuti pengguanaan bahasa Indonesia dalam proses transaksi jual beli di atas
meskipun masih juga pembeli tersebut terkadang menggunakan bahasa jawa.
Berdasarkan beberapa contoh uraian di atas,Jazeri,Zullina,dkk., ( 2022:9 ) secara
umum dapat diketahui ragam bahasa yang digunakan oleh pembeli adalah ragam tidak
baku. Sementara bahasa yang digunakan dalam meminta jenis barang dan melakukan
penawaran berupa campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hal tersebut terjadi
karena adalah bahasa asli dari sang pembeli adalah bahasa Jawa,pembeli mengikuti
ragam tutur yang digunakan oleh pedagang yang menggunakan bahasa campuran
bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Oleh karena itu ketika pembeli menggunaka bahasa
Indonesia masih ada beberapa penggunaan bahasa jawa dalam pembicaraannya.
Jazeri,Zulliana,dkk,(2022:10) ragam tutur yang digunakan oleh pembeli meliputi
bahasa indonesia ragam baku, bahasa indonesia ragam nonbaku,dan bahasa Jawa ragam
Ngoko Alus. Hal tersebut terjadi karena para pembeli merupakan penutur dari luar
daerah. Msekipun bahasa asal pembeli adalah bahasa jawa, namun dialek yang
digunakan berbeda dengan bahasa jawa yang digunakan oleh pedagang. Oleh karena
itu bahasa yang digunakan bermacam-macam. Sebagian besar pembeli berusaha
menggunakan bahasa indonesia baku dan bahasa Ngoko Alus. Penggunaan bahasa
ragam Ngoko Alus merupakan strategi penutur jawa untuk bersikap santun atau
menghormati pedagang. Hal ini sengaja dilakukan karena para pedagang menganggap
para pembeli memiliki status lebih tinggi, meskipun pembeli lebih muda usianya. Dari
dialog di atas dapat diketahui bahwa penjual lebih tua dari pembeli, pembeli menyapa
dengan sebutan “ Buk (ibu)” sedangkan penjual menyapa dengan
sebutan”Mbak(sebutan untuk anak yang lebih tua).
Dalam percakapan jual-beli, Pembeli menggunakan tuturan berikut ini: Buk
saget ninggali yang itu?(Bu, bisa melihat yang itu?), Niki Warna lain wonten, Buk?
(yang ini ada warna yang lain, Bu?), dan “ Ini ukurannya apa? Yang ukuran lebih kecil.
L?”. Dilihat dari dari teori Sosioinguistik, penggunaan bahasa yang diguakan oleh
pembeli di pasar Beringharjo termasuk campur kode(code mixing), yakni campur
atntara bahasa jawa( Ngoko Lugu dan Ngoko Halus) dan bahasa indonesia. Campur
kode merupakan penggunaan dua bahasa dalam satu tuturan. Hal ini juga sering terjadi
dalam interaksi lain seperti di keluarga dan tempat kerja. Selain campur kode, dalam
interaksi jual-bei di pasar Beringharjo juga diwarnai dengan alih kode(code switching)
Alih kode merupakan peggunaan dua bahasa atau lebih dalam suatu peristiwa tutur,
namun tidak dalam satu tuturan.
Penelitian lain yang menemukan campur kode dalam transaksi jual beli di pasar
Jazei,Zulliana,dkk(Herman,2022:10) penelitian tersebut dilakukan di pasar Inpres
Manonda, palu. Hasilnya, terdapat tujuh bentuk alih kode yang dibedakan dalam alih
kode internal dan alih kode eksternal. Alih kode internal terjadi pada penggunaan (1)
bahasa Bugis dialek Pare Pare dan bhasa Bugis diale Donggala, dan (2) bahasa kalili
dialek Unde dan bahasa Kalili dialek Ledo. Alih kode eksternal terjadi pada penggunaan
(1) bahasa indonesia dan bahasa Mandar, (2) bahasa Indonesia dan bahasa Bugis, (3)
bahasa Indonesia dan bahasa Kaili, (4) bahasa Bugis dan bahasa Indonesia, (5) bahasa
Kaili dan bahasa Indonesia. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa penyebab alih
kode dan campur kode tersebut adalah (1) Adanya kesamaan suku antara penjual dan
pembeli, (2) Adanya keinginan membina keakraban antara penjual dan pembeli, (3)
Hadirnya pembeli baru, (4) Adanya keinginan mempromosikan barang dengan
mengartikan, (5) Perubahan topik yang dibicarakan, (6) Sudah saling kenalnya penjual
dan pembeli, dan (7) Adanya keinginan pembeli untuk mendapatkan harga yang lebih
murah.
Penggunaan bahasa di lingkungan pasar B.Srikaton sendiri begitu banyak
macam bahasa daerah contohnya pada hari pertama saya melakukan pengamatan
langsung ke pasar B.Srikaton penjual dan pembeli menggunakan bahasa jawa dalam
berinteraksi jual beli berikut ini adalah percakapan antara penjual dan pembeli dengan
menggunakan bahasa jawa sebagai alat komunikasi jual beli.
Penjual : Golek opo buk e? kene mamper,baju,katok opo sandal yo enek
buk.
Pembeli : Arep golek sandal mbk
Penjual : Kene buk mlebu arep golek sandal seng model pie ibuk e?
Pembeli : Seng kiro-kiro pantes go wong tuek mbk?
Penjual : Iki buk, dipilih arep seng endi?
Pembeli : Model seng iki enek mbk, ukuran 38?
Penjual : Enek buk, arep seng warna opo ibuk e?
Pembeli : Warna ireng mbk.
Penjual : Iki buk e dijajal sikek.
Pembeli : Oh pas iki mbk.

Berdasarkan percakapan antara penjual dan pembeli di atas dalam proses


berinteraksi jual beli di pasar B.Srikaton kita bisa melihat sedikit contoh percakapan
antara penjual dan pembeli yang menggunakan bahasa jawa dalam bertransaksi jual-
beli. Di daerah B.Srikaton sendiri memang banyak warganya yang menggunakan bahasa
jawa sebagai bahasa sehari-hari untuk berinteraksi antara satu sama lain.
Dilihat dari ragam bahasa yang dijelaskan oleh Jazeri,Zulinna,dkk(Chaer dan
Agustina, 2022:8) diketahui bahwa ragam tutur yang digunakan oleh pedagang adalah
basilek,yaitu ragam yang dianggap kurang bergengsi,atau bahkan dipandang rendah.
Dalam bahasa Jawa, basilek ini dicontohkan sebagai Krama Desa. Krama Desa
merupakan bahasa Jawa ragam halus yang biasanya digunakan oleh orang-orang desa.
Krama Desa memliki sistem yang baku seperti Krama Alus, namun ada beberapa
perbedaan dalam unggah ungguhing basa ( tingkat tutur atau speech levels ). Selain itu,
pedagang juga menggunakan kolokial, yaitu ragam tutur yang digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Dalam percakapan jual-beli.
Ragam tutur yang digunakan oleh pedagang meliputi bahasa indonesia ragam
nonbaku, nahasa Jawa ragam Ngoko Alus, dan bahasa jawa ragam Ngoko Lugu. Hal
tersebut terjadi karena para pedagang biasa berkomunikasi dengan para pembeli yang
berasal dar luar daerah. Akan tetapi, bahasa asal para pedagang yang sangat kental
digunakan dalam kehidupan sehari-harinya juga berpengaruh pada penggunaan bahasa
indonesia yang digunakan untuk melayani pembeli. Oleh karena itu, bahasa yang
digunakan pun bermacam-macam. Sebagian besar pedagang menggunakanragam
bahasa Ngoko Alus, bukan Ngoko Lugu dengan maksud untuk menghormati pembeli,
meskipun kadangkala bahasa Ngoko Lugu turut serta masuk dalam ujarannya. Ragam
tutur yang digunakan oleh penjual tersebut di pengaruhi pula oleh latar belakang
kehidupan sosialnya.
Dalam masyrakat Jawa, untuk menghormati orang lain (mitra tutur) salah
satunya adalah melalui penggunaan bahasa Ngoko Alus dan Krama Alus (Krama
Inggil). Penggunaan bahasa halus menunjukkan bahwa penutur menghormati mitra
tutur. Masyarakat jawa menggunakan ragam Krama Alus untuk berbicara kepada mitra
tutur yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya, dan orang yang belum dikenal.
Dari hasil observasi langsung kami di Pasar B.Srikaton memang masyarakat nya
lebih dominan menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi baik itu
berkomunikasi antara sesama penjual atau pun penjual dengan pembeli. Misalnya
seperti bahasa jawa yang lebih dominan dipakai dalam berkomunikasi, Ada juga
masyarakat yang menggunakan bahasa palembang dan bahasa Linggau. Memang ada
beberapa masyrakat yang menggunakan bahasa indonesia dalam berkomunikasi antar
sesama. Dari hasil pengamatan kami orang yang menggunakan bahasa indonesia dalam
berkomunikasi di lingkungan pasar B.Srikaton adalah orang pendatang dan orang yang
memiliki ekonomi menengah ke atas.
Di pasar B.Srikaton sendiri memang sudah menjadi tempat yang begitu ramai
dan sangat banyak pendatang pendatang dari luar wilayah untuk membeli kebutuhan-
kebutuhan yang diperlukan dan di pasar B.Srikaton sendiri banyak berbagai macam
jenis kebutuhan jadi banyak masyrakat dari wilayah lain yang datang ke pasar
B.Srikaton untuk membeli kebutuhan hal tersebut lah yang juga mempengaruhi tentang
penggunaan bahasa indonesia maupun bahasa deerah di lingkungan pasar B.Srikaton
dalam proses interaksi jual beli anatara pedagang dengan pembeli.
Dihari berikutnya kami melakukan observasi lagi ke pasar B.Srikaton kami
melakukan pengamatan anatara penjual es dan seorang pembeli mereka melukan
interaksi jual beli dengan menggunakan bahasa indonesia hal tersebut mungkin terjadi
karena pembeli tersebut bukan warga asli daerah tersebut. Sang pembeli mungkin
menggunakan bahasa indonesia untuk berinterasksi dengan sang penjual agar lebih
memudahkan mereka dalam berkomunikasi karena mungkin kalau sang pembeli
menggunakan bahasa daearahnya akan membuat bingung sang penjual dalam
berimteraksi nya.
Pembeli : Masih ada gak ya pak es nya?
Penjual : Masih ada mas, Mau berapa bungkus mas es nya?
Pembeli : Pesan dua bungkus ya pak.
Penjual : Oh, Baik mas tunggu sebentar ya mas saya buatkan dulu
Pembeli : Iya baik pak.
Penjual : Ini mas es nya sudah jadi, totalnya 15 ribu ya mas.
Pembeli : Ini uangnya pak.
Penjual : Pas ya, terimakasih mas
Pembeli : Sama-sama pak.
Bisa kita lihat dari contoh percakapan atara penjual es dan pembeli mereka
melakukan interaksi jual beli dengan menggunakan bahasa indonesia dari mulai awal
mereka berkomunikasi sampai dengan akhir. Dalam proses interaksi jual beli tersebut
sang pembeli memulai percakapan dengan menggunakan bahasa indonesia sehingga
sang penjual pun mengikuti penggunaan bahasa indonesia yang digunakan pembeli
tersebut.
Dalam proses interaksi jual beli penggunaan bahasa dalam berkomunikasi
memang sangat berpengaruh terhadap kelancaran prsoses transaksi jual beli karena
apabila ada salah satu antara penjual dan pembeli menggunakan bahasa yang tidak
dipahami dengan lawan komunikasinya maka akan menjadi kebingungan entah dengan
sang pengguna bahasa tersebut atau dengan lawan komunikasinya, Jadi dalam proses
transaksi jual beli diatas wajar saja sang pembeli menggunakan bahasa indonesia dalam
bertransaksi supaya memudahkan mereka dalam berkomunikasi.
Karena pada dasarnya banyak masyarakat tidak paham dengan bahasa-bahasa
daerah. Misalnya saja bahasa jawa meskipun bahasa jawa dan orang jawa sudah bisa
dibilang termasuk suku yang banyak yang ada di indonesia bahkan hampir diseluruh
indonesia pasti ada masyrakatnya yang berasal dari suku jawa. Tetapi masih banyak
juga yang belum paham terhadap bahasa jawa. Seperti di pasar B.Srikaton ada
masyrakat nya yang tidak paham dengan bahasa jawa padahal mereka sering berbaur
dengan masyarakat yang juga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi sehari-
hari.
Apalagi sekarang sudah banyak masyarakat keturunan cina atau sekarang
disebut cindo (cina indonesia) hal ini juga sangat mempengaruhi penggunaan bahasa
dalam bertransaksi jual beli di pasar B.Srikaton daro hasil pengamatan kami di
lingkungan pasar B.Srikaton sendiri sudah cukup banyak keturunan cina dan toko-toko
besar di sekitaran pasar pun sudah lebih banyak milik orang keturunan cina daripada
orang asli pribumi. Hal inilah yang mempengaruhi penggunaan bahasa dalam
berinterkasi karena semua warga ketturunan bisa mengerti bahasa-bahasa daerah jadi
ketika berkomunikasi dengan warga keturunan cina harus menggunakan bahasa
indonesia. Agar proses transaksinya berjalan dengan lancar.
Dan pada observasi di hari berikutnya kami melakukan pengamatan ke beberapa
pedagang baju yang ada di pasar B.Srikaton para pedagang pun banyak juga yang
memakai bahasa-bahasa gaul yang sering di pakai oleh anak-anak muda zaman
sekarang. Memang bahasa tersebut diungkapkan oleh anak-anak muda di pasar tersebut
tetapi hal tersebut juga mempengaruhi para pedagang yang usianya lebih tua karena
mereka saling bercanda dan mengobrol kesana kemari sehinnga pedagang yang lebih
tua terbawa untuk menggunakan kata-kata gaul anak zaman sekarang.
Para pedagang dan pembeli pun semakin banyak jenis bahasa dalam melakukan
interaksi jual beli karena dengan seiringnya perkembangan zaman. Namun masih ada
juga beberapa pedagang dan penjual yang usianya sudah bisa dibilang tua mereka
menggunakan bahasa jawa halus ketika berinteraksi dengan yang seumuran. Hal
tersebut memang wajar karena msyarakat yang umurnya sudah lanjut biasanya akan
menggunakan bahasa jawa halus dalam berkomunikasi hal tesrebut dilakukan juga
untuk menjaga kelestarian bahasa jawa halus agar tidak punah seiring dengan
perkembangan zaman.
Kami melakukan pengamatan antara pedagang dan penjual yang melakukan
interaksi jual beli dengan menggunakan bahasa jawa halus.
Pembeli : Sadean sarung nopo boten geh mbk?
Penjual : Geh enten mbk mriki mlebet, warni ne seng kados nopo
Pembeli : Warna abret enten nopo mboten mbk?
Penjual : Geh enten, ajeng tumbas pinten
Pembeli : Setunggal mawon.

Dari sedikit contoh percakapan di atas antara penjual dan pembeli yang
menggunakan bahasa jawa halus dalam interaksi jual beli hal tersebut terjadi karena
pedagang dan pembeli memiliki usia yang sudah tua dan mereka sudah terbiasa
menggunakan bahasa tersebut ketika berkomunikasi dengan usia yang sebaya. Di zaman
sekarang mungkin langka anak muda yang mengerti dan paham akan bahasa tesebut
karena anak zaman sekarang lebih menggunakan bahasa-bahasa yang lebih mudah di
mengerti dan bahasa-bahasa gaul.
“sadean sarung nopo boten geh mbk ( jual sarung apa tidak ya mbk)” “geh enten mbk
mriki mlebet,warni ne seng kados nopo(iya ada mbk,mari masuk mbk mau yang warna
apa) “warna abret enten nopo mboten mbk(warna merah ada gak ya mbk)” “geh
enten,ajeng tumbas pinten(iya ada mau beli berapa)” “setunggal mawon ( satu aja).
Walaupun banyak sekali berbagai macam-macam bahasa daerah yang ada di
indonesia dan banyak masyarakat yang lebih sering menggunakan bahasa daerah dalam
berkomunikasi tetapi masyarakat yang ada di ligkungan pasar B.Srikaton juga
menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan pembeli-pembeli tertentu
yang tidak bisa menggunakan bahasa daerah tertentu. Sehingga para pembeli atau
pedagang mengguanakan bahasa indonesia menggunakan bahasa Indonesia untuk
mempermudah jalannya interaksi jual beli antara pedagang dan penjual tersebut.
Sebagai sebuah subjek kajian bahasa daerah merupakan suatu fenomena
penciptaan bahasa yang berbeda namun berlaku dalam penggunaan bahasa karena
seperti yang kita ketahui bahwa bahasa memliki salah satu sifat yang arbitrer bisa
diartikan sewenang-wenang ,berubah ubah,tidak tetap dan mana suka.
Dihari terakhir observasi yang kami lakukan banyak anak-anak muda yang
sedang berkumpul dan berbincang-bincang di lingkungan pasar B.Srikaton mereka
sedang berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain, mereka menggunakan bahasa
campuran untuk berinteraksi baik itu bahasa Jawa,bahasa gaul, dan juga bahasa
indonesia.dari pengamatan yang kami lakukan ada beberapa orang yang berasal dari
luar daerah sehingga mereka yang berasal dari luar daerah menggunakan bahasa
indonesia untuk berinteraksi suapaya tidak membuat bingung teman ngobrolnnya.
Tetapi ada juga yang mengobrol menggunakan bahasa jawa karena mereka berasal dari
suku jawa sehingga mereka menggunakan bahasa jawa untuk ngobrol.
Bisa kita lihat dari beberapa proses interaksi jual beli yang ada di pasar
B.Srikaton masyarakatnya menggunakan beberapa jenis bahasa untuk melakukan
interaksi jual beli mulai dari campuran,bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Di indonesia
sendiri memang sangat banyak keberagaman bahasa nya jadi masyarakatnya
menggunakan bahasa yang beragam juga. Tetapi hal iyu tidak mempengaruhi
penggunaan bahasa indonesia sebagai bahasa baku yang ada di indonesia sendiri. Begitu
pula yang terjadi di pasar B.Srikaton walaupun masyrakatmya menggunakan bahasa
daerah dalam berinteraksi jual beli tetapi ada kalnya mereka menggunakan bahasa
indonesia untuk berinteraksi jual beli.
Memang bahasa daerah harus perlu terus di jaga agar tidak hilang dengan seiring
perkembangan zaman dan maraknya penggunaan bahasa gaul yang dilakukan anak
muda tetapi kita jangan sampai lupa juga kalau kita mempunyai bahasa satu kesatuan
bangsa Indonesia yaitu bahasa indonesia yang semua warga indonesia harus bisa
menggunakanya.jangan sampai masyarakat indonesia tidak bisa berbahasa nya sendiri
karena dengan adanya bahasa-bahasa gaul yang masuk di negara indonesia terkhusus
anak-anak muda milenial yang sangat begitu mudah terpengaruh oleh hal-hal yang baru
yang mungkin disebarkan oleh warga dari luar sehingga menyebabkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa indonesia jadi kita sebagai anak muda harus menjaga dan
melestarikan bahasa daerah kita maupun bahasa satu kesatuan bangsa kita bahasa
indonesia.
Setelah beberapa hari melakukan pengamatan dan observasi di pasar B.Srikaton
kami bisa mengambil sedikit kesimpulan tentang penggunaan bahasa daerah dan bahasa
indonesia yang terjadi pasar B.Srikaton bahwa penggunaan bahasa dalam proses
interaksi jual beli di pasar B.Srikaton menggunakan beberapa bahasa mulai bahasa
campuran, bahasa Jawa, bahasa Indonesia hal tersebut dipengaruhi dengan asal daerah
dan suku masyarakat tersebut dan juga di pengaruhi oleh kasta ekonomi.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUI PENGGUNAN BAHASA DI


LINGKUNGAN PASAR
Pengamat yang dibahas ini menunjukan terdapat perbedan penggunan bahas
pada aktivitas jual beli pada pasar B serikaton .Pasar B serikaton menggunakan
bahasa daerah pada aktvitas jual beli dengan menggunakn bahsa jawa dan bahasa
Palembang . T erdapat perbadan isirtah – istilah yang di gunakan dalam pasar
teradisinal dan modern ,bentuk sapan yang di pakai juga berbeda . hal ini dikarenakn
penggunjung dari pasar B serikaton baisa nya barasal dari kelas sosial menengah
ke bawah sedakang pasar modern di dominasi oleh mereka dari kls sosial menengah
katas.
Tingakt / kelas sosial dalam masyarakat dapt dilihat dari dua sisi , yaitu dari ada
tindaknya unsur kebangsawan dan kedudukan sosoil yang di tandai dengan tingakt
pendidikn dan tingkat ekonomi yang di miliki . adanya pemabagian kelas pada
msayarakat berpengaruh pula terhadap penggunan bahsa sebagai alat komunikasi
yang di lakukan seseorang .perbedan ini terdapat dalam wujud variasi bahas , ragam
atau dialek dengan penggunaannya untuk fungsi- fungsi tertentu dalam masyarakat.
Hasi penelitan ini adalah pertama , tentang penggunan bahasa pada pasar B
serikaton adalah cenderung digunakannya bahasa daerah baik bahasa jawa ataupun
bahasa duson . Bentuk sapan antar penjual dan pembeli menggunaakn sapan pada
umumnya yakni mas , mbak, pak , bu kedua penggunaan bahasa pada pasar B
serikaton di kawasan tugumulyo . antara pembeli menggunakn bashasa campur –
campur anatar bahasa jawa dan bahasa doson .
Pasar tradisional yang dalam keyataan sekitar kita didominasi oleh para pembeli
yang berasal dari kelas sosial menengh ke bawah peilihan bahsa yang digunakan
ketika melakukan teransakis pemeblian barang dipasar biasanyamenggunakan bahsa
daerah . palemang penduduk ya bersasal dari Palembang dan juga sebagian bersal dari
jawa mengunakan bahasa Yang tidak sama anatar bahasa Palembang dan juga bahasa
jawa asat teransakis jual beli di pasar B serikaton.
Apabila penjual dan pembeli berasal dari jawa makan bahasa yang di gunakan
adala bahas jawa . namun tidak menajadi patokan pengguanan bahasa darah apa yang
mereka gunakan ,sebab sekalipun etnis doson yang tingal di Palembang rata –rata
mereka paham mampu menggunakan doson untuk berkomunikasi. Selain menggunakn
bahasa daerah , didapatakn jugamenggunakan bahasa Indonesia akan tetapi sangat
jarang dan terkadang masih dicampur dengna menggunakan bahasa daerah .
Fakator sosial yang mempengaruhi bahasa terdiri atas setatus sosial ,tingkat
pendidikan , umur, jenis kelamin dan lainnya sedakang situasional yang
mempengaruhi pemakaian bahasa terdiri atas siapa yang dibicarakan ,dengan bahasa
apa ,kepada siapa , kapan ,dimana dan mengenai masalah apa .fakator sosial dan faktor
situasional inilah yang menyebakan munculnya variasi bahasa .Peneliitian mengenai
masalah bahasa yang dipengaruhi
oleh adanya kelas sosila dari satu masyarakat .
Dalam kehidupan sehari –hari tanpa kita sadari bahasa yang kita gunakan berbeda -
beda sesuai dengan kondisi dan situasi . Keberadan kelas sosial pada masyarakat
menciptakan adanya berbagai variasi bahas yang digunakan sesuai dengan tingkat
sosialnya .Pada masyarakat jawa dikenal adanya golongan priyayi serta wongcilik
yang masing -masing menggunakn bahasa yang berbeda -beda.dalam berkomunikasi .
Bahasa yang penggunaanya didasrkan pada tingkat –tingkat sosial ini di kenla
denang istilah undak usuk .Adanya tingkat bahsa ini menyebakan penutur dari
masyarakat tutur bahasa jawa tersebut untuk mengetahui lebih dahulu kedudukan
tingkat sosila terhadapa lawan bicaranya dalam KBBI menyebutkan bawah tingkat
adalah susunan yang berlapis -lapis atau berlenggek –lenggek seprti lenggek
rumah ,tempuan pada tangga tinggi rendah martabat (jabatan , kedudukan kemajuan )
atau dengan kata lain adalah tingkat yang menyatakan kualitas keadan yang di
pandang lebih tinggi .
Dpat kita ketahui bawah teransaksi pada pasar teradisonal yang memang
biasanya di dominasi oleh pembeli dari tingkat sosial menengah ke bawah .
Sehinggah bahasa yang di gunakan adalah bahasa jawa dan bahasa doson yang
dalam situasi non formal sehingga kondisi yang ada . Bakan dari data tersebut juga
terdapat interferensi bahasa jawa yakni pak deh dan bukdeh . Bentuk sapan yang
digunakan dalam teransaksi di pasar B serikaton ini adalah bentuk sapaan dalam bahasa
jawa yakni mbk, mas , pak ( bapak ) , bu ( ibuk )
Dalam masayarakt kita serting menganla istilah kelasa sosial yang menunjukan
adanya perbedana tingkatan masyarakat karena masyarakat kita merupakan
masyarakt majemuk terdiri dari berbagai macam latar belakang yang
berbeda .Perbedan antara kelompok masayarakat tercermin dalam ragam bahasa yang
di gunakan .Ragam bahasa adalah verasi bahasa menurut pemakain , yang berbeda –
beda menurut topik yang di bicarakan ,menurut hubungan hubungan pembicara ,
kawan bicara, orang yang dibicarakan ,serta menurut medium pembicara.Selanjutnya
dalam kajan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai hubungan bahas dan kelas sosial
dengan penggunaannya dalam masyarakat khusunya pada ragam bahasa yang di
gunakan pada transakis jual beli anatar pasar tradisional , pasar modern serta yang
sedang mereka saat ini adalah adanya pasar online .

Scara umum peniltian ini bertujuan untuk mendseskripsikan adanya perbedan


ragam bahasa yang digunakan dalam proses transaksi jual beli pada pasa B serikaton.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitas sumber data penelitan
adalah ujar lisan masyarakt pengguan bahasa sedangakn data penelitanny berupa
kalimat – kalimat proses jual beli dipasr B serikaton bentuk kata sapan . Hasial
penlitian pertam tentang pengguan bahasa pada pasar b seirkaton cenderung
menggunakan bahas daerah baik jawa atau pun bahas Palembang.
Bentuk sapan antara penjual dengan pembeli menggunakan sapan pada
umumnya yakni mas ,mabk, buk , pak . kedua penggunaan bahasa pada pasar b
serikston di kawasan tugumulyo masayrakat banyak menguasi bahasa palemabang
dengan bahahasa jawa adanya masyarakrt tutur disebabkan oleh adanya
kebersamamaan dalam kode lingusitk , lalu adanya dimensi sosial psikologi yang
bersubjektif , serta sikap dan keprcayan para pemakai bahasa terhadap yang ada
dalam masyarakt .
Komunikasi yang baik anatar pedagang dan pembeli haruslah menerapkan umpan
bailk berupa variable maupun nonvariabael (Rohim , 2009 : 16) hal ini diperkuat
dengan pendapatan scrhramm ( dalam mulayana (2015:15) komunikasi dianggap
sebagai interaksi kedua pihak yang menjadikan ,menafsirkan , meyandi – baik ,
mentransmisikan dan menerima sinyal untuk berbagai komunikasi .Oleh karena itu
inti dari sebuah komunikasi yang baik haruslah terjadi pertukaran informasi serta
menerapakn prinsp kesatunan dan kerja sama .
Bahasa mempunyai aturan –aturan yang saling tergantung dan mengundang
struktur yang bias dianalisis secara terpisah –pisah ,karena merupakan suatu sistem
(Fajrik ,Sofiyan dan setyari 2018) bedagang juga mempunyi bahasa yang memiliki
ciri khas tersendri seperti penggunan kata -kata sesuai sesuai dengan barang yang
mereka jual ,kalimat yang digunakan tidak lengakap dan tidak formal , penggunan
bahsa yang dipakai dari beberapa daerah .
Berdasarakn karakteristik bahas pedagan pasar B serikaton , peneliti tertarik
melakukan penelitan ini karena pedagang menggunakan tuturan yang berkarater dan
mempunyai ciri khas tersendiri unutk menarik respon pembeli agar membeli
dagangannya oleh karena itu , peneltan akan mengajikan bagaiman karakteristik
bahasa yang digunakan dalam teransakis jual beli yang terdapat pada pedagang
pasar Bserikaton

1 Bahasa
Ribuhan bahasa yang ada di dunia menyebabkan bahasa di setiap negara atau pun
setiap wilayah berbeda - beda hal ini di sebakan oleh sifat bahasa yang arbitrt atau
man suka sependapat dengan bloomfield( dalam sumarsono 2013: 18 ) “ bahasa
adalah system lembaga berupa bunyi yang bersifat sewenang –wenang ( arbitrer)
yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk saling berkomunikasi , saling
berhubungan dan saling berkomunikasi
2 Hakika Bahasa
Manusia menggunakan bahsa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya , karena pada
dasarnya manusia makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutukan
orang lain . Hal tersebut bertemali dengan kridaksana ( dalam chaer ,2012;33) . sifat
atau ciri bahasa ada 13 butir antara lain sebagai berikut :
1 ) bahasa sebagai sistem
2) bahasa sebagai lambang
3) bahasa adalah bunyi
4) bahasa itu bersifat arbiter
5) bahasa itu bermakna
6) bahasa itu bersifat konvesional
7 ) bahas itu bersifat unik
8) bahasa itu bersifat universal
9) bahasa bersifat produktif
10) bahasa itu bervariasi
11) bahasa itu bersifat dinamis
12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interakis sosial
13) bahasa merupakan identitas penuturnya
3 Fungsi bahasa

Halliday ( dalam tarigan 2009 : 6) mengungKapkan ada lima tujuan fungsi


bahasa ,anatara lain sebagai berikut:
1) Fungsi instrumental menyalin pengelolan lingkungan , menyebabkan peristiwa –
pristiwa tertentu terjad
2) Fungsi regulais bertindak untusk mengawasi serta mengadilkan pristiwa -
pristiwa
3) Fungsi representational atau fungsi pemerian adalah penggunaan bahasa untuk
membuat peryatan -peryatan menyampakian fakta - fakta dan pengtahuan ,
menjelaskan atau melaporkan dengan mengambarkan relalitas yang benar .
4) Fungsi personal memberikan kesempatan kepada seorang pembicara untuk
mengesprsikan perasaan ,emosi , pribadi serta reaksi –reaksinya yang
mendalam
5) Fungsi interacitional bertugas untuk menjamin serta mematapkan ketahan dan
dan kelangsungan komunikasi , interaksi sosila

Komunikasi antar kelompok masyarakat di kabupaten tugumulyo memkai bahasa


Indonesia , bahasa jawa dan juga bahasa Palembang ( dusun ) bagi merka yang
suadah terbiasa dalam berkomunikasi setiap harinya . Disini terlihat bahawa
kebutuhan masyarakat dalam menguasai bahasa Indonesia merupakan hal yang tidak
bias dilakukan oleh masyarakat tugumulyo karena banayak yang menguasai bahasa
jawa dan bahasa Palembang .Mereka akan merasa kesulitan dalam berkomunikasi
dengan orang -orang yang tidak bias berbahasa jawa dan bahasa Palembang .
Keadan ini lah yang menjadikan bahasa Indonesia berkembang lebih pesat dalam hal
fungsi dan keduduknya. Awalnya bahasa Indonesia haya dipergunkan dalam pristiwa
yang sifatnya resmi saja .
Pemakain bahasa Indonesia jika di cermati dalam berkomunikasi di timpat –
tempat umum yang sifatnya tidak resmi terlepas dari ada tindaknya berbedaan
jenjang pendidikan yang pernah di capai oleh penutur bahasa dapat di tarik suatu
simpulan awal bahwa bahasa Indonesia tersebut akan berbeda dengan bahasa
Indonesia yang di gunakan dalam suasan resmi seperti sekolahan , kantoran .Artinya
merka memakai bahasa Indonesia dengan dialek daerah masing -masing misalnya
bahasa Indonesia diarea tugumulyo .Penuturan yang menggunakan bahasa dengan
dialek yang berbeda itu bias saling mengerti saling mengerti apa bila sedang
berkomunikasi . Berakaitan dengan bahasa sebagai alat komunikasi , seseorang di
samping perlu berkomunikasi dengan semua anggota masyarakt dengan bahasa
keseharian yang mereka pakai , merka juga berkomunkiasi dengan masyarakt dengan
mengunakn bahasa daerah atau bahasa jawa .
Mengenai karakteristik bahasa pada pedagang sebelumnya pernah dilakukan oleh
fuiastuti (2014 : 34) menyimpulkan bawah karakteristik ragam bahasa transaksi jual
beli pasar B serikaton ada tiga . Pertama , penggunan kata -kata sesuai dengan
barang yang di jual . kedua ,kalimat yang digunakan pendek dan tidak lengkap
( kalimat tidak formal ) . Ketiga , penggunan kata dari bahasa jawa atau bahasa
duson . Faktor-faktor yang menybakan adalah faktor pendidikan , faktor usia , faktor
lungkungan
Sapaan dimaksudkan untuk menyapa ,menegur seseoranh , baik yang di kenla
maupun tidak dikenal .Sapaan mengacaau kepada sesorang dalam interaksi yang
dilakukan secara langsung dalam kegiatan kontkrul atau jual beli ,penggunan sapaan
lebih ditujukan untuk menyapa , baik penjual kepada pembeli atau pembeli kepada
penjual . Intraksi yang bersifat resipokal ini tidak semata –mata didasarkan pada saling
mengenal ,kekerabatan ataukah keraban .Namun lebih pada hubungan bisnis , penjual
berharapan dengan sapaan dapat menarik perhatian para bembeli terhadapa barang
yang mereka jual .
Pada kegiatan kontraktul di pasar B serikaton tuturan yang berupa sapaan ini lebih
sering digunakan dibandingkan dengan pasar modern ( swalayan) pemebli di anggep
raja ,sehinggah perlu di layani dengan baik . di pasar modern kebanyakan menggukan
bahasa Indonesia di banding kan dengan pasar teradisionl yang menim dengan
penggguana bahasa Indonesia . Dikarekan pasar tradisonal kenbayak orang – orang
yang minim pendidikan , di karakan faktor ekonomi yang kurang mampuh .
Pada kenyataanya dala, suatuv komunikasi manusia yakin masyarakat secara
internal dibedakan kelas sosial , gender, dan usia . kelas sosial mencakup golongan
masyarakat yang mempunyai kesaman tertentu di dalam bidang bermasyarakatan serti
ekonomi , pekerjan dan pendidikan kedudukan kasta .Kelas sosial ini diartikan sebagai
pembagian anggota masyarakat pada setatus sosial yang berbeda – beda , sehngga
para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai setatus yang sama dan parah
anggota kelas lainnya.
Perbedan kelas sosial ditunjukan pula dalam kebiasan kebiasan kehidupan sehari –
hari masyarakat ,salah satunya pada kegiatan jual beli dipasar B serikaton .Menurut
pengamatan , masyarakat dengan kelas sosial menengah ke bawah cenderung belanja
di pasar tradisional , sedangkan masyarakt mengah ke atas berbelanaj di pasar
modern .

Pasar merupkan sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna


melakukan teransaksi jual ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang
dan jasa atau sumberdaya ekonomi dan berbagai faktor produksi yang
lainnya .variasi bahasa menunjukan bawah bahasa bersifat hetrogen keanekaragaman
bahas tampak pada pemakain secara individu atau kelompok dilihat dari intonasi ,
pilihan kata ,susunan kalimat secara ,mengungkapan pendat .
Secara keseluruhan rata –rata pasar B serikaton ini sering menggunakan isitalah –
isitalh dari bahasa jawa dan bahasa dusun ,untuk meberikan kesan lebih elit dari pada
bahasa Indonesia biasa.Istilah bahasa asing yang digunakan pada pasar modern
sedikit dibandingakn dengan pasar maya .Pasar terdisional bahkan jarang terdapat
atau tidak terdapat isitlah asing sama sekali dengan muncul dalam proses teransaksi
jual beli .
Ditugumulyo kebnayak penduduk ya yang berasal dari jawa dan sebab itu
teransaksi jaul belid kebnyakn orang yang menggunakan bahasa jawa di banding kan
dengan bahasa indonesi . Ada juga sat teransaksi jaual beli menggunakan bahsa
Palembang ( bahasa dusun) dan itu lah faktor minimnya penggunan bahasa
Indonesia di pasar B serikaton dikarenak penduduknya berasal dari jawa . Kurang ya
penedidikan yang mepengarui minimya penggunan bahasa di tugumulyo .
Alih bahasa tingakat tutur yang dilakuan oleh masyarkat tutur dalam bahasa jawa
meliputi tingkat tutur dari tataran ngoko ke tataran krama dan dari tatan krama
ketatan ngoko sedangkan alih tingakt tutur dari tataran lemes ke tartan kasar dan dari
tataran kasar ke tataran lemes.
Bentuk campuran kode yang di maksud yaitu campur penggunan bahasa di kalangan
masyarakat tugumulyo sat teransaksi jula beli di pasar Bserikaton .dalam bentuk
penyisipn kata , penyisipan farsa dan penyisipan klausa.Masyarat tugumulyo saat
tutur di pasar Bserikaton sebagian besar mencampuran bahasa dalam bentuk
penyisipan kata dari bahasa jawa ataupun penyisipan kata dari bahasa dusun ( bahasa
Palembang ).

You might also like