You are on page 1of 32

Biokimia, Fisika, dan Farmakodinamika Sistem

Kardiovaskular

Disusun oleh :

Enda Maimia Taesa Allison 2211102411152


Sella Fitri 2211102411167
Vemya Agustiara Nursaini Putri 2211102411153
Windy Nurul Hikmawati 2211102411181
Wulan Sari 2211102411180

Program Studi Alih Jenjang S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Komunikasi Terapeutik Keperawatan, dengan judul “Biokimia Fisika dan
Farmakodinamika Sistem Kardiovaskular “

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nunung
Herlina,S.Kep.,M.Pd selaku salah satu dosen pengajar mata kuliah Komunikasi
Terapeutik Keperawatan yang memimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Samarinda, 16 Maret 2023

Kelompok 1

I
DAFTAR ISI

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem
organ yang berfungsi memindahkan zat dan dari sel. Suatu sistem yang terdiri dari
jantung, pembuluh darah, dan darah yang mengalir didalamnya
(Suprayitna&Baiq,2019).

Dalam bidang keilmuan yang lebih umum, sistem kardiovaskular sering


disebut sebagai sistem transportasi tubuh atau sistem peredaran darah.
Transportasi dan peredaran disini adalah sebuah proses pengedaran berbagai zat
yang diperlukan tubuh sekaligus pengambilan zat yang tidak diperlukan untuk
kemudian dikeluarkan dari tubuh (Suprayitna&Baiq,2019).

Sitem kardiovaskular pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh darah


dan saluran limfe. Sistem ini berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi dan
zat-zat lain untuk didistribusikan ke seluruh tubuh serta membawa bahan-bahan
hasil akhir metabolisme untuk dikeluarkan (Fikriana,2018).

Jantung terletak pada mediastinum, yaitu kompartemen pada bagian


tengah thoraks diantara dua rongga paru. Mediastinum merupakan struktur yang
dinamis, lunak yang digerakkan oleh struktur-struktur yang terdapat didalamnya
(jantung) dan mengelilinginya (diafragma dan gerakan lain ada pernafasan) serta
efek gravitasi dan posisi tubuh (Fikriana,2018).

3
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, Penyusun merumuskan beberapa


permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana penjabaran anatomi fisiologi sistem kardiovaskular ?
2. Bagaimana penjabaran biokimia fisika sistem kardiovaskular ?
3. Bagaimana penjabaran Farmakodinamika sistem kardiovaskular ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
biokimia,fisika, dan farmakodinamika sistem kardiovaskular

2. Tujuan Khusus
a. Memahami penjabaran anatomi fisiologi sistem kardiovaskular
b. Memahami penjabaran biokimia fisika sistem kardiovaskular
c. Memahami penjabaran Farmakodinamika sistem kardiovaskular

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskular


Sistem kardiovaskuler atau sering disebut juga sebagai sistem peredaran
darah atau sistem sirkulasi adalah salah satu sistem penting di dalam tubuh
manusia yang bertanggung jawab menyirkulasikan darah dari jantung ke
seluruh tubuh dan sebaliknya yaitu dari seluruh tubuh menuju jantung dengan
adanya kerja organ jantung dan pembuluh darah (Kuntoadi, 2019).

Sistem kardiovaskuler mempunyai beberapa fungsi penting yaitu,


Mengedarkan darah yang mengandung oksigen (O2) dan sari makanan ke
seluruh bagian tubuh yang mana diperlukan untuk proses metabolisme tubuh,
Membawa darah yang mengandung karbondioksida (CO2) dan sampah sisa
metabolisme dari seluruh jaringan tubuh untuk kemudian dibuang keluar
tubuh, dan juga berperan dalam pertahanan tubuh (sel darah putih dan sistem
limfatik) (Kuntoadi, 2019). Untuk menjalankan fungsinya, sistem
kardiovaskuler tersusun atas beberapa organ-organ vital untuk kelangsungan
hidup manusia yaitu, Jantung, pembuluh darah, darah, pembuluh limfe
(Kuntoadi, 2019).

1. Jantung
Dalam bahasa Inggris jantung disebut sebagai "Heart", dalam bahasa
Latin Medis disebut sebagai Cardio" dan ditulis sebagai "Cor" dalam
bahasa Yunani /Greek. Jantung adalah sebuah organ dalam atau organ
internal yang mempunyai ukuran sebesar genggaman tangan, dengan berat
kurang lebih 250 sampai 300 gram, berongga di bagian tengahnya, dan
berbentuk kerucut yang mana tersusun atas jaringan otot jantung yang
sifatnya involunteer (tak sadar). Jantung bertugas memompa darah ke
seluruh tubuh sebanyak 2000 galon darah/hari dengan melakukan

5
mekanisme gerakan berdenyut sebanyak 100.000 kali per hari (Kuntoadi,
2019).
Jantung terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), berposisi di
tengah condong ke kiri, berbatas kanan dan kiri dengan paru-paru, berbatas
bawah dengan otot diafragma, terletak di sebuah ruang atau celah diantara
paru-paru kanan dan kiri yang disebut sebagai ruang mediastinum.
Dirongga dada, jantung dilindungi oleh os sternum dan os costae disisi
depan dan dilindungi oleh kolumna vertebralis dan juga dilindungi oleh os
costae disisi belakang (Kuntoadi, 2019).

a. Perikardium
Perikardium adalah lapisan pembungkus jantung yang tersusun oleh
membrane fibroserosa dan permukaan pembuluh darah besarnya.
Perikardium tersusun oleh dua lapisan yaitu pericardium fibrosa yang
merupakan lapisan bagian luar yang keras serta pericardium serosa yang
merupakan lapisan bagian dalam. Irikardium serosa juga mempunyai dua
lapisan yaitu pericardium parietal dan pericardium visceral. Perikardium
parietal merupakan permukaan bagian dalam pericardium fibrosa.
Sedangkan pericardium visceral melekat pada permukaan jantung. Ruang
yang berada diantara perikardium parietal dengan pericardium visceral
disebut dengan ruang pericardium. Dalam kondisi normal, ruang tersebut
berisi cairan yang berfungsi untuk memudahkan bagi jantung untuk
bergerak dan berdenyut tanpa adanya hambatan (Fikriana,2018).

b. Dinding dan Ruangan Jantung


Dinding jantung tersusun oleh tiga lapisan yaitu lapisan bagian luar
yang disebut epikardium, lapisan bagian tengah yang disebut miokardium
serta lapisan bagian dalam yang disebut endokardium. Epikardium
merupakan lapisan bagian luar yang terbentuk dari lapisan visceral
pericardium serosa. Miokardium merupakan lapisan yang terdiri dari otot
jantung. Endokardium merupakan lapisan bagian dalam yang tipis

6
tersusun dari jaringan ikat subendotelial yang juga menutupi katup
jantung (Fikriana,2018).

Sedangkan ruangan jantong terdiri dari dua bagian yaitu bagian kanan
dan bagian kiri. Masing-masing bagian mempunyai sato atrium dan satu
ventrikel sehingga di dalam jantung terdapat empat ruang yaitu atrium
kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Antara atrium
dengan ventrikel terdapat lubang atrioventrikular dan pada setiap lubang
tersebut terdapat katup (Fikriana,2018).

Atrium merupakan rongga penerima yang akan memompa darah ke


dalam ventrikel. Atrium kanan mendapatkan darah yang berasal dari vena
cava superior dan vena cava inferior, atrium kiri mendapatkan darah dari
vena pulmonalis. Ventrikel merupakan rongga penerima darah dari atrium
melalui sebuah katup. Ventrikel kanan akan mendapatkan darah dari
atrium kanan untuk selanjutnya dipompa ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis. Sedangkan ventrikel kiri mendapatkan darah dari atrium kiri
untuk selanjutnya akan memompa darah ke seluruh tubuh melalui katup-
aorta. Otot jantung (miokardium) pada bagian ventrikel lebih tebal
dibandingkan dengan bagian atrium dan otot ventrikeli lebih tebal
dibandingkan dengan otot ventrikel kanan. Hal ini karena otot ventrikel
kiri mempunyai tugas untuk menghasilkan tekanan yang lebih besar
daripada otot bagian lainnya. Ventrikel kiri bertugas untuk memompa
darah ke seluruh tubuh (Fikriana,2018).

Diantara atrium dengan ventrikel terdapat katup yang


memisahkannya. Katup ini disebut dengan katup atrioventrikular yang
berfungsi untuk menjaga aliran darah agar berjalan searah dari atrium ke
ventrikel dan menghindarkan aliran darah balik dari ventrikel ke atrium.
Katup atrioventrikularis ini dibagi menjadi dua yaitu katup trikuspidalis
dan katup bikuspidalis (katup mital). Katup trikuspidalis merupakan katup

7
yang mempunyai tiga daun yang memisahkan atrium kanan dengan
ventrikel kanan. Sedangkan katup bikuspidalis (katup mitral) merupakan
Katup dengan dua daun yang memisahkan atrium kiri dengan ventrikel
kiri. Selain katup atrioventrikularis, terdapat katup semilunaris yang
terdiri dari dua katup yaitu katup pulmonal dan katup aorta. Katup
pulmonal berfungsi mencegah aliran balik dari arteri pulmonalis ke
ventrikel kanan. Sedangkan katup aorta berfungsi mencegah aliran balik
dari aorta ke ventrikel kiri(Fikriana,2018).

c. Bunyi Jantung
Di dalam jantung terdengar dan macam bunyi/suara. Bunyi ini berasal
dari katup - katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan
oleh menutupnya katup atrioventrikular dan kontraksi ventrikel.
Sedangkan bunyi kedua merupakan bunyi akibat menutupnya katup
semilunaris sesudah kontraksi ventrikel (Fikriana,2018).

d. Pembuluh darah dan Inervasi Jantung


Di dalam menjalankan fungsinya, otot jantung membutuhkan aliran
darah yang menyuplai kebutuhan oksigen dan nutrisi serta zat zat lain
yang dibutuhkan untuk kehidupan otot jantung. Pembuluh darah yang
berperan pada jantung adalah arteri koronaria dan vena koronaria. Aliran
darah dari dan ke otot miokardium, sebagian besar berasal dari arteri dan
vena ini. Pembuluh darah jantung ini dipengaruhi oleh kerja saraf
simpatis dan saraf parasimpatis (Fikriana,2018).

Arteri koronaria merupakan cabang pertama dari aorta yang


mengalirkan darah ke epikardium dan miokardium. Selain itu arteri ini
menyuplai darah ke atrium dan ventrikel. Cabang arteri koronaria adalah
arteri koronaria dekstra dan arteri koronaria sinistra. Cabang arteri
koronaria inilah yang pertama-tama meninggalkan aorta dan kemudian
bercabang-cabang lagi menjadi arteri yang lebih kecil. Arteri - arteri kecil

8
ini mengitari jantung dan menghantarkan darah ke semua bagian organ
ini. Selanjutnya darah yang kembali dari jantung terkumpul ke dalam
sinus koronaria dan akan masuk ke dalam atrium kanan (Fikriana,2018).

Arteri koronaria dekstra menyuplai darah ke atrium kanan, sebagian


besar ventrikel kanan, sebagian ventrikel kiri, sebagian septum
intraventrikuler, sino atrial nodes (SA Nodes) dan atrio ventricular nodes
(AV Nodes). Sedangkan arteri koronaria sinistra menyuplai darah ke
atrium kiri, sebagian besar ventrikel kiri, sebagian ventrikel kanan dan SA
nodes (pada sekitar 40 % orang). Sedangkan vena jantung terletak
superficial terhadap arteri. Sinus koronarius merupakan vena yang paling
besar, membuka ke atrium kanan. Sebagian besar vena jantung utama
mengalirkan ke sinus koronarius kecuali vena-vena anterior jantung yang
mengalirkan ke atrium kanan (Fikriana,2018).

Jantung dipersarafi oleh serabut saraf otonom dari plexus cardiacus.


Plexus cardiacus ini terbentuk dari serabut parasimpatis dan simpatis
dalam perjalanan ke jantung. Serabut tersebar di sepanjang dan ke
pembuluh darah koroner serta komponen-komponen konduktan terutama
SA Nodes. Meskipun gerakan jantung bersifat ritmik, tetapi kecepatan
kontraksi dipengaruhi rangsangan yang sampai pada jantung melalui saraf
tersebut (Fikriana,2018).

Rangsangan saraf simpatis menyebabkan meningkatnya nadi,


konduksi impuls, kekuatan kontraksi dan menyebabkan peningkatan
aliran darah melalui arteri koronaria. Stimulasi adrenergik SA Nodes dan
jaringan konduktan meningkatkan kecepatan depolarisasi sel-sel
pacemaker sambil meningkatkan konduksi atrioventrikular. Sedangkan
rangsangan saraf parasimpatis akan memperlambat nadi, mengurangi
kekuatan kontraksi dan mengonstriksikan arteri koronaria, menghambat
energi diantara periode peningkatan kebutuhan. Rangsangan saraf

9
parasimpatis paskasinap akan memperlambat kecepatan depolarisasi sel -
sel pacemaker dan konduksi atrioventrikular serta mengurangi
kontraktilitas atrial (Fikriana,2018).

e. Sistem Konduksi Jantung


Sistem konduksi jantung merupakan sistem yang mengkoordinasikan
siklus di dalam jantung dengan mengkoordinasikan kontraksi dari
keempat ruangan yang ada di jantung. Dalam menjalankan fungsinya
sebagai pemompa darah, atrium dan ventrikel bekerja bersama sama.
Dalam sistem konduksi jantung ini melibatkan SA Nodes, AV Nodes,
bundle of his dan serabut purkinje (Fikriana,2018).

Sel pacu jantung mempunyai karakteristik:


1) Automatisitas
Merupakan kemampuan untuk memulai impuls secara otomatis
2) Konduktivitas
Merupakan kemampuan untuk menghantarkan impuls dari satu
sel ke sel berikutnya
3) Kontraktilitas
Merupakan kemampuan untuk memperpendek serabut jantung
saat menerima impuls

SA Nodes merupakan pusat pacu jantung yang memulai dan


mengatur impuls untuk berkontraksi dengan frekuensi 60-100 kali/menit.
Sinyal kontraksi dari SA Nodes ini akan menyebabkan kontraksi pada
kedua atrium yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Selanjutnya impuls akan
menyebar menuju AV Nodes, Dari AV Nodes, impuls akan berjalan
menuju bundle of his dan selanjutnya menuju serabut purkinje. Aliran
impuls ini pada akhirnya akan menimbulkan kontraksi pada ventrikel.
Apabila SA Nodes mengalami gangguan dalam memulai impuls, maka
akan diambil alih oleh AV Nodes. Akan tetapi kontraksi yang dihasilkan

10
olch AV Nodes ini akan menyebabkan kontraksi dengan frekuensi sebesar
40 60 kali menit. Selanjutnya jika SA Nodes dan AV nodes keduanya
mengalami gangguan dalam menghasilkan impuls, maka ventrikel akan
memulai impuls dengan frekuensi 20-40 kali menit. Impuls pada jantung
yang dihasilkan dari SA Nodes, dapat direkam dengan menggunakan alat
elektrokardiogram (EKG) (Fikriana,2018).

Gelombang P menunjukkan fase depolarisasi dan kontraksi atrium


berlangsung. Gelombang P merupakan rekaman penyebaran depolarisasi
melalui miokardium atrium mulai awal sampai akhir. Karena SA Nodes
berada pada atrium kanan, maka atrium kanan mulai berdepolarisasi
sebelum atrium kiri dan juga selesai lebih awal. Kompleks QRS
menunjukkan depolarisasi miokardium ventrikel yang akan menghasilkan
kontraksi ventrikel. Gelombang QRS ditandai dengan suatu defleksi besar
pada EKG. Amplitudo kompleks QRS jauh lebih besar dibandingkan
dengan gelombang P atrium karena massa ofor ventrikel jauh lebih
banyak daripada atrium (Fikriana,2018).

Gelombang T menunjukkan gelombang repolarisasi ventrikel Setelah


terjadi depolarisasi, sel miokardium mengalami masa refrakter singkat.
Sel miokardium mengalami repolarisasi yaitu sel memulihkan
elektronegativitas di dalam dirinya agar dapat dirangsang kembali

11
Gelombang repolarisasi atrium sebenarnya juga ada, naman karem
gelombang ini terjadi bersamaan dengan depolarisasi ventrikel sehingga
tertutup oleh kompleks QRS yang jauh lebih menonjol. Proses
repolarisasi ventrikel berjalan jauh lebih lambat daripada depolarisasi
ventrikel. Sehingga gelombang T tampak lebih lebar daripada komples
QRS (Fikriana,2018).

f. Siklus Jantung
Tugas utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Di
dalam jantung terdapat berbagai aktivitas yang berhubungan dengan
peredaran darah, hal ini disebut dengan siklus jantung. Gerakan jantung
merupakan akibat dari kontraksi atrium dan ventrikel. Gerakan jantung ini
terdiri dari dua jenis yaitu sistole dan diastole. Sistole merupakan
kontraksi yang bersamaan dari kedua atrium atau kedua ventikrel.
Sedangkan diastole merupakan fase relaksasi dari atrium maupun
ventrikel. Melalui fase sistole dan diastole inilah jantung akan terus
berdenyut selama hidupnya (Fikriana,2018).

Kontraksi dari kedua atrium membutuhkan waktu yang lebih pendek


daripada kontraksi pada kedua ventrikel. Pada ventrikel, selain kontraksi
berlangsung lebih lama, kekuatan yang dihasilkan juga lebih tinggi
daripada atrium utamanya pada ventrikel kin. Ventrikel kiri bertugas
untuk mendorong darah ke seluruh tubuh dan mempertahankan tekanan
darah arteri sistemik. Sedangkan ventrikel kaman juga memompa volume
darah yang sana, namun tekanannya jauh lebih rendah dari ventrikel kiri
karena hanya mendoerg darah ke dalam paru-paru (Fikriana,2018).

12
2. Pembuluh darah
Secara umum, pembuluh darah memiliki 3 lapisan (tunica) pada
dindingnya, yaitu tunica adventitia (paling luar), tunica media (lapisan
tengah), dan tunica intima (paling dalam). Saluran yang terbentuk, di mana
darah mengalir, disebut lumen. Keseluruhan pembuluh darah dalam tubuh
kita terbagi menjadi 3(tiga) jenis yaitu: arteri, vena, dan kapiler
(Sumiyati.,dkk,2021).

a. Arteri
Dinding arteri terdiri dari 3 lapisan (tunica) dengan lapisan yang
paling tebal adalah lapisan tengah (tunica media). Lapisan tengah
merupakan lapisan yang mayoritas terdiri dari serabut otot sehingga arteri
lebih bisa "bergerak" dibandingkan vena. Gerakan dinding arteri ini untuk
selang "nya akan kita kenal sebagai denyutan. Sepanjang saluran arteri
tidak terdapat katup. Katup pada arteri hanya terdapat di awal aorta
(sebagai arteri yang terbesar) dan di awal arteri pulmonalis (yang
membawa darah dari jantung ke paru-paru) (Sumiyati.,dkk,2021).

Semua arteri berisi darah "bersih" kecuali arteri pulmonalis (berisi


darah "kotor" untuk dibawa ke paru-paru dan "dibersihkan"). Semua arteri
membawa darah keluar dari jantung (entah menuju kemana) atau
dikatakan bahwa alirannya menjauhi jantung. Arteri yang terbesar disebut
aorta dan arteri yang terkecil disebut arteriole (Sumiyati.,dkk,2021).

b. Vena
Dinding vena terdiri dari 3 lapisan (tunica) dengan lapisan yang
paling tebal adalah lapisan luar (tunica adventitia). Lapisan luar
merupakan lapisan yang mayoritas terdiri dari serabut kolagen sehingga
vena relatif tidak menimbulkan gerakan berdenyut. Sepanjang saluran
vena terdapat katup-katup. Katup pada vena berfungsi untuk menjaga
aliran darah, terutama aliran darah dari tubuh bagian bawah sehingga

13
darah tidak "melorot" kembali saat gaik menuju jantung. Semua arteri
berisi darah "kotor" kecuali vena pulmonals (berisi darah yang sudah di-
bersih- kan untuk dibawa kembali ke jantung dan siap diedarkan ke
seluruh tubuh). Semua vena membawa darah masuk kembali ke jantung
(entah berasal dari mana) atau dikatakan bahwa alirannya menuju ke
jantung. Vena yang terbesar disebut vena cava dan vena yang terkecil
disebut venule (Sumiyati.,dkk,2021).

c. Kapiler
Arteriole dan venule akan bercabang lagi dan cabang-cabangnya akan
menyatu membentuk jaringan yang disebut kapiler.Dinding kapiler hanya
terdiri dari 1 (satu) lapis yaitu tunica intima yang tersusun dari hanya 1
lapis sel. Dinding yang sangat tipis ini memungkinkan terjadinya proses
osmosis. Semua proses pertukaran gas dan nutrisi terjadi pada tingkat
kapiler (Sumiyati.,dkk,2021).

3. Darah
Dalam Handayani (2021), darah adalah komponen terpenting dari sistem
peredaran darah. Darah memiliki fungsi sebagai pembawa nutrisi, oksigen,
hormon, antibodi, serta berbagai zat lainnya, dari dan ke seluruh tubuh.
Darah manusia terdiri dari beberapa bagian, yang meliputi plasma darah dan
sel-sel darah.

a. Plasma darah
Merupakan cairan berwarna kekuningan pada darah yang bertugas
membawa zat-zat penting, seperti hormon, protein, dan faktor
pembekuan darah.
b. Sel darah merah (eritosit)
Sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida.
c. Sel darah (leukosit)

14
Membantu mempertahankan tubuh dari infeksi virus, kuman,jamur,
dan parasit.
d. Keping darah (trombosit)
Dibutuhkan tubuh untuk membantu proses pembekuan darah.

4. Pembuluh Limfe
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh (Rohmah,2022).Fungsi
pembuluh limfatik adalah untuk membentuk sistem drainase yang
kompleks, yang mengalirkan kelebihan cairan pada ruang interstisial atau
jaringan tubuh kembali ke sistem sirkulasi vaskuler. Cairan tubuh yang
sudah memasuki pembuluh limfatik melalui kapiler-kapiler limfatik berubah
nama menjadi cairan limfe atau limfatik (Choi, Lee and Hong, 2012).
Beberapa referensi juga menyebutnya cairan getah bening karena cenderung
berwarna bening sedikit keruh (Rani,2022).
Secara mikroskopis, kapiler limfatik terjalin di antara sel-sel jaringan dan
kapiler darah di area jaringan ikat longgar di seluruh tubuh. Namun, pada
beberapa lokasi pembuluh kapiler limfatik tidak ditemukan, yaitu pada
tulang, sistem saraf pusat, sebagian area limpa, sumsum tulang merah, dan
sekitar komea mata. Sel-sel endotel dinding pembuluh limfatik berstruktur
tipis dan terbentuk saling menumpuk atau tumpang tindih secara longgar
sehingga memungkinkan cairan masuk (Rani,2022).

Jaringan limfatik dibedakan menjadi 2 yaitu (Rohmah,2022) :


a. Jaringan limfatik tidak berkapsul, contoh: tonsil di tenggorokan,
plaque peyer di usus, jaringan limfatik pada lamina propria membran
mukosa pada saluran pernapasan, pencernaan, reproduksi dan urin.
b. Jaringan limfatik yang dilapisi oleh kapsul, yang akan membentuk
kelenjar limfe, timus, dan limpa

15
Fungsi organ limfatik diantaranya, mengembalikan kelebihan cairan dan
protein dari jaringan ke sirkulasi darah , Produksi dan pengangkutan limfosit,
Menghasilkan zat antibodi, Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme,
Transportasi lipid dan vitamin larut lipid, dan Meningkatkan respon imun
(Rohmah,2022).

Sistem Limfatik terdiri dari, Cairan getah bening, Pembuluh limfatik,


Nodus dan nodul limfatik (kelenjar limfa), Organ limfatik. Cairan getah
bening merupakan cairan transparan, berwarna kekuningan, memiliki berat
jenis 1.015-1.023 dan terdapat di pembuluh limfe. Cairan ini terdiri dari air,
glukosa, dan garam kira-kira sama dengan plasma darah. Sedangkan
kandungan proteinnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan plasma darah.
Cairan limfe mengandung limfosit dan antibodi, dan sedikit, tetapi tidak
mengandung trombosit sehingga cairan ini sangat lambat membeku
(Rohmah,2022).

Pembuluh limfa (pembuluh getah bening) berasal dari sekumpulan


pembuluh kapiler limfe yang buntu yang membawa cairan getah bening.
Pembuluh limfa merupakan saluran yang mengedarkan cairan getah benang
mulai dari nodus limfa (kelenjar getah bening) ke seluruh tubuh. Pembuluh
limfe tersebar di seluruh tubuh tetapi tidak terdapat pada sumsum tulang, oak,
medula spinalis, pulpa dari limfa, dan kuku (Rohmah,2022).

B. Biokimia Fisika Sistem Kardiovaskular


1. Metabolisme normal otot jantung
Otot jantung identik dengan otot skelet/otot lurik (striata) pada
sistem aktin-miosintropomiosin-troponin. Berbeda dengan otot skelet,
pada otot jantung kontraksi berirama. Sistem tubuler T berkembang,
RE otot jantung sedikit mengandung Ca2+ , kontraksi lebih sedikit
dan otot jantung tergantung Ca2+ ekstraseluler. Jika otot tidak

16
mendapat Ca2+ akan berhenti berdenyut 1 menit dan bila otot skelet
terus dapat berkontraksi sekalipun tanpa Ca2+ kstraseluler. Dalam hal
ini AMP Siklik berperan penting. Peran cAMP yaitu memodulasi
kadar intraseluler Ca2+ . Protein Kinase akan menfosforilasi protein
pengangkut dalam sarkolema, pengatur troponin-tropomiosin
(mempengaruhi Kadar intraseluler Ca2+ ). Ion Ca2+ memasuki miosit
lewat Saluran Ca2+ dan meninggalkannya lewat penukar Na2+ -Ca2+
dan Ca2+ -ATPase. Ion Ca2+ yang berperan kontraksi otot jantung
dalam pengaturan keluar masuk miosit. (Annisa, 2018)
Protein Transmembran terdiri atas saluran Ca2+ , penukar Ca2+ -
Na2+ dan Ca2+ ATP-ase. Saluran Ca2+ . Ion Ca2+ masuk dalam
miosit melalui saluran tipe-L (arus durasi lama, hantaran besar) atau
saluran Ca2+ lambat berpintu terbuka. Dalam hal ini berfungsi
membuka polarisasi yang diinduksi oleh penyebaran potensial aksi
jantung dan menutuppada potensial aksi menurun. Hal ini di atur oleh
protein kinase yang tergantung cAMP (stimulatorik) protein kinase-
cGMP (inhibitorik), serta dapat dihambat oleh verapmil pada saluran
kalsium. (Annisa, 2018)
Penukar Ca2+ -Na 2+ jalur utama keluar Ca2+ dari miosit istirahat,
bertujuan mempertahankan kadar intraseluler Ca2+ . Pertukaran 1
Ca2+ dengan 3 ion Na+ terjadi relaksasi. Peningkatan Na+
menyebabkan kenaikan Ca2+ tjd kontraksi yang lebih kuat (Efek
ionotropik positif). Contoh oleh obat digitalis pada penderita gagal
jantung akan menghambat kerja enzim Na+ K + ATPase dalam
sarkolema, serta mengurangi keluar Na+ menyebabkan Na+
meningkat juga menyebabkan meningkat Ca2+ lewat penukar Ca2+ -
Na2+ menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi jantung
(menguntungkan bagi kasus gagal jantung). (Annisa, 2018)
Ca2+ATPase pompa Ca2+ dalam sarkolema perannya kecil yaitu
dalam stimulasi dari Ca2+ATPase ke otot jantung. Banyak saluran ion
terjadi mutasi gen kode saluran ion. Akibat yang terjadi paralisis

17
periodik hiperkalemia (Saluran Na), miotonia kongenita (Saluran
klorida/sal CIC-I), paralisis periodik hipokalemia (reseptor
dihidropiridin) dan Penyebab kardiomiopati turunan. (Annisa, 2018)
Kardiomiopati herediter merupakan kelainan pada metabolisme
energi kardiak/pada protein miokard yang abnormal. Penyebab
kardiomiopati ini adalah Kelainan pada metabolisme energi jantung
terjadi mutasi gen pada kode enzim/protein oksidasi asam lemak dan
fosforilasi oksidatif (sumber utama energi miokardium) dan mutasi
gen pada protein untuk kontraksi miokard ex. Miosin, tropomiosin,
troponin yaitu kardiomiopati hipertropik Familial atau hipertrofi masif
salah satu.kedua ventrikel jantung. (Annisa, 2018)
Mutasi Gen padakardiomiopati gen yang mengkode isoform α dan
β rantai berat jantung (β lebih dominan ventrikel jantung). Missense
mutation pada pelbagai tempat pada βmiosin. Salah presepsi atau
berkelompok regio kaput/batang (head-rod region). Mutan/miofibril
abnormal poison polypeptides. Dalam hal ini mutasi tidak
mempengaruhi oleh aktivitas enzim ATP-ase, pengikatan aktin dan
pengikatan rantai ringan miosin. (Annisa, 2018)
Metabolisme Otot jantung Iskemia terjadi jaringan otot jantung
melalui reaksi glikolisis aerob rendah menyebabkan kurang mampu
dalam keadaan iskemia. Otot rangka dan jantung sumber energinya
dari glikolisis dan siklus asam laktat. Otot jantung kebutuhan ATP
tinggi, memiliki mitokondria banyak yang harus mengandung
komponen rantai transport elektron, ATP sintetase, ATP-ADP
translokasi, enzim-enzim TCA dan komponen metabolisme energi.
(Annisa, 2018)

18
Gambar 1.1 Sumber Energi Otot Jantung

Gambar 1.2 Gudang Energi Fosfat

Gambar 1.3 Efektifitas Kreatin Fosfat

19
Gambar 1.4 Penggunaan glikogen di otot

a. Lipoprotein
1) Kilomikron
Kilomikron berfungsi mengangkut triasilgliserol
makanan ke jaringan otot & adipose dan mengangkut
kolesterol makanan ke hati. Disintesis di usus. Jalur
sirkulasi: jalur limfatik ke pembuluh vena. Tempat tujuan
kilomikron adalah endotelium kapiler jaringan otot dan
adipose serta mengalami hidrolisis triasilgliserol oleh LPL
(lipoprotein lipase) di endotelium kapoler jaringan otot dan
adipose. Sisa kilomikron ke hati membawa kolesterol.
Kilomikron dari makanan melalui sistem limfatik
selanjutnya triasilgliserol dicerna oleh lipoprotein lipase
(LPL) diendositosis

Gambar 1.5 Transpor Kilomikron

2) VLDL
VLDL berfungsi membawa kolesterol makanan di
hati & TAG yang dihasilkan hati ke pembuluh darah di
jatingan otot & adipose. VLDL disintesis di hati. VLDL
tempat tujuan pada endotel kapiler jaringan otot dan

20
adipose. VLDL mengalami hidrolisis oleh LPL dan
degradasi menjadi IDL lalu LDL.Triasilgliserol VLDL
diuraikan lipoprotein lipase (LPL) menjadi IDL selanjutnya

diendositosis hati (triasilgliserol lipase) hati menjadi LDL.


Gambar 1.6 Transpor VLDL

3) LDL
LDL berfungsi mengangkut kolesterol ke hati dan
esterkolesteril ke jaringan ekstrahepatik. LDL diura 30% di
jarringan ekstrahepatik dan 70% di di hati. Korelasi positif
dengan aterosklerosis. Pengambilan kolesterol LDL diserap
melalui endositosis kolesterol dirubah menjadi ester
kolesterol. LDL berfungsi memelihara membran sel,
menekan pembentukan HMG-KoA reduktase,
penyimpanan kolesterol sebagai ester kolesterol dan
menekan sintesis reseptor LDL.

21
Gambar 1.7 Transpor LDL
4) HDL
HDL disintesis di intestinum hanya apopotein A dan
hati yaitu apoprotein C & E. HDL Tempat penyimpanan
apoprotein C & E untuk metabolisme kilomikron & VLDL.
Pengangkutanbalik kolesterol dari jaringan ke hati. HDL
nasens (imatur) di hati dan sel usus bertukar protein dg
Kilomikron & HDL, HDL menyerap kolesterol menjadi
ester kolesterol (CE) (enzim lesitin kolesterol asil
transferase LCAT) selanjutnya ester kolesterol dipindahkan
ke VLDL bertukar dg triasilgliserol (TG).
Keseimbangan kolesterol bersifat seluler
membentuk HDL (apo A1), melalui protein kinase C
selanjutnya distimulasi translokasi kolesterol ke membran
plasma menjad ester kolesteril (CE).

Gambar 1.8 Transpor HDL

22
Keseimbangan kolesterol bersifat seluler membentuk HDL
(apo A1), melalui protein kinase C selanjutnya distimulasi
translokasi kolesterol ke membran plasma menjad ester kolesteril
(CE).

Gambar 1.9 Translokasi Kolesterol menjadi ester kolesteril

Gambar 1.10 Pengangkutan Kolesterol antara Jaringan Tubuh

5) Kolesterol

23
Kolesterol adalah lipid amfipatik, berasal dari
endogen (biosintesis tubuh) sekitar 700 mg/hari dan hati,
usus dan sel berinti lainnya serta eksogen (makanan).
Kolesterol berfungsi pembentuk struktur esensial membran
sel, lapisan luar lipoprotein plasma dan unsur utama batu
empedu. Bahan dasar biosintesis Kolesterol adalah Asetil-
KoA, terdiri dari 5 tahap yaitu mavolenat, unit isoprenoid
aktif (isopentenil difosfat), skualen, lanosterol dan

kolesterol, biosintesis mevalonat membutuhkan enzim


HMG-KoA reduktase.

Gambar 1.11 Sintesis Kolestrol

6) Garam/asam empedu
Asam empedu primer disintesis dari kolesterol,
asam empedu primer terdiri atas asam kolat (taurokolat &
glikokolat) dan asam kenodeoksikolat (taurodeoksikolat &
glikodeoksikolat). Asam empedu sekunder yaitu asam

24
deoksikolat dan asam litokolat. Asam empedu primer
masuk ke getah empedu dalam bentuk terkonjugasi glisin
dan taurin. Dinamakan garam empedu karena getah empedu
banyak mengandung K & Na dan pHnya basa. Terjadi
sirkulasi enterohepatik, yaitu asam empedu yang
dikeluarkan akan diserap usus dan kembali ke hati dan
sebagian kecil disekresikan melalui feses. Daur ulang
melalui usus: 6-10 x setiap hari.
Regulasi HMG-KoA reduktase di hati, inhibitor
pembentukan kolesterol dan garam empedu. Glukagon
menstimulasi stimulasi fosforilasi inhibitor fosfatase dalam
reaksi fosforilasi menyebabkan HMG-KoA reduktase tidak
aktif.
7) Atheroklerosis
Atheroklerosis adalah mengerasnya pembuluh
arteri, penyebab deposit lipid (umumnya kolesteril ester).
Lokasi jaringan ikat dinding pembuluh arteri.
Aterosklerosis terjadi pada penderita DM, nefrosis lipid dan
hipotiroidisme. Lebih parah bila VLDL, IDL, sisa
kilomikron dan LDL meningkat serta HDL menurun.
Pembentukan aterosklerosis melalui terbentuknya plak di
dinding arteri yang mempersempit lumen pembuluh
tersebut, sehingga aliran darah terganggu dan menurunkan
elastisitas pembuluh darah. Plak terbentuk dalam sel otot
polos, jaringan ikat, lemak dan kotoran yang tertimbun. Sel
dinding arteri akan cedera, terpajan ke darah serta menarik
monosit dalam makrofag dan memakan bahan sekitar
( termasuk LDL yang teroksidasi) membentuk sel busa. Sel
di dalam lapisan intima melepaskan lemak (Triasilgliserol
& kolesterol) akan menumpuk di plak yang sedang tumbuh,
selanjtnya LDL terus masuk membentuk tudung fibrosa dan

25
kristal kolesterol. HDL akan menahan proses aterosklerosis
dalam sekresi dalam darah yang berinteraksi dengan
kilomikron dan VLDL serta bertukar protein & lemak
(termasuk kolesterol & LDL) membentuk ester kolesterol
serta dikembalikan di hati.
C. Farmakodinamika Sistem Kardiovaskular
Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia
selular dan mekanisme kerja pbat. Respons obat dapat menyebabkan efek
fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer adalah efek
yang diinginkan dan efek sekunder.
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung
dan pembuluh darah tersebut merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk
mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme
jaringan dapat terangkut dengan baik. Obat kardiovaskular merupakan
kelompok obat yang mempengaruhi dan memperbaiki sistem kardiovaskular
(jantung dan pembuluh darah) secara langsung maupun tidak langsung.
(kemenkes, 2017)
1. Obat Antiangina
Angina atau yang disebut angina pectoris adalah adanya
episode singkat iskemia miokardium yang terjadi karena
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen pada otot
jantung. Angina pektoris biasa terjadi karena adanya peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, namun suplai oksigen otot
jantung menurun maupun sebaliknya. Obat yang biasa digunakan
untuk pengobatan angina pektoris antara lain: Nitrovasodilator,
antagonis reseptor beta, antiplatelet, calcium channel blocker, dan
lain. Adapun mekanisme kerja obat antiangina adalah sebagai
berikut:
a. Menurunkan kebutuhan oksigen jantung dengan cara
menurunkan kinerja jantung menggunakan penyekat
reseptor beta

26
b. Melebarkan pembuluh darah koroner sehingga aliran darah
lebih lancar dan membawa lebih banyak oksigen (fungsi
vasodilator)
c. Mengkombinasikan kedua cara pada butir 1 dan 2
(kemenkes, 2017)

2. Obat Antiaritmia
Aritmia merupakan gangguan detak jantung atau irama
jantung. Aritmia dapat dapat berupa takikardia dan bradikardia.
Takikardia merupakan adanya percepatan irama detak jantung
yang lebih dari normal, taki kardia dapat ditandai dengan adanya
pingsan sewaktuwaktu. Bradikardia merupakan kebalikan dari
takikardia yaitu merupakan perlambatan detak jantung yang dapat
menjadi awal dari adanya gangguan gagal jantung kongestif
(CHF). Adanya aritmia cordis biasanya disebabkan karena
penghantaran listrik pada jantung yang mengontrol detak jantung
mengalami gangguan. Sel saraf khusus di jantung yang bertugas
menghantarkan listrik tersebut tidak bekerja dengan baik atau
bagian lain dari jantung menghantarkan sinyal listrik yang
abnormal.
Obat yang biasa digunakan untuk pengobatan aritmia
kordis antaralain adalah: beta bloker, calcium channel blocker,
antikoagulan, dll. Mekanisme kerja dari obat antiaritmia adalah
memperbaiki aktivitas listrik di jantung agar normal dengan
mengontrol kecepaan jantung berkontraksi. (kemenkes, 2017)

3. Obat Glikosida/Gagal Jantung


Gagal jantung merupakan sebuah gangguan pada jantung
berupa kegagalan dalam memompa darah dalam jumlah yang
memadai untuk mencukupi kebutuhan metabolisme sehingga

27
terjadi ketidakseimbangan jumlah antara darah yang dibutuhkan
dengan suplai darah yang ada. Gagal jantung juga merupakan
suatu keadaan akhir (end stage) dari setiap penyait jantung
termasuk aterosklerosis pada arteri koroner, infark miokardium,
kelainan katup jantung, maupun kelainan jantung
kongenital/kelainan jantung bawaan lahir. Obat yang biasa
digunakan untuk mengatasi gagal jantung antara lain adalah: obat
yang mengandung zat diuretik, beta bloker, dan lain-lain.
Tujuan primer pengobatan gagal jantung adalah mencegah
terjadinya gagal jantung dengan cara mengobati kondisi-kondisi
yang menuju terjadinya gagal jantung, terutama hipertensi
dan/atau penyakit arteri koroner. Jika disfingsi miocard sudah
terjadi, tujuan pertama adalah mengobati atau menghilangkan
penyebab dasarnya, jika mungkin (misalnya iskemia, penyakit
tiroid, alcohol, obat) jika penyebab dasar tidak dapat dikoreksi,
pengobatan ditujukan untuk mencegah memburuknya fungsi
jantung dan mengurangi gejala-gejala gagal jantung. Penggunaan
zat- zat tersebut akan meningkatkan kontraksi miokardium
sehingga darah yang dipompa semakin banyak dan dapat
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. (Kemenkes, 2017)
4. Obat Antihipertensi
Hipertensi atau yang biasa disingkat HT/HTN merupakan
adanya peningkatan tekanan darah di arteri secara abnormal.
Dalam kasus ini jantung akan beerja lebih keras untuk
mengedarkan darah dalam tubuh melalui pembuluh darah.
Terdapat dua pengukuran dalam mengukur tekanan darah, sistolik
dan diastolik disesuaikan dengan pergerakan otot jantung. Jika
otot jantung berkontraksi maka pengukuran yang digunakan
adalah sistole dan jika oto jantung sedang berelakssi maka yang
akan dipengaruhi adalah pengukuran diastole. Tekanan darah

28
normal pada saat istirahat untuk range sistolik adalah (100-140
mmHg) dan untuk diastolik (60-90 mmHg).
Pada pengukuran tensi/tekanan darah, angka bacaan atas
mewakili ukuran sistol dan angka bacan bawah mewakili ukuran
diastol. Tekanan darah disebut tinggi jika pengukuran tensinya
terus menerus menunjukkan angka 140/90 mmHg atau lebih.
Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi antara
lain: Calcium channel blocker dengan diuretik, beta bloker
dengan diuretik, antagonis saluran Ca dengan beta bloker,
antagonis Ca dengan Diltiazem. Adapun mekanisme kerja dari
obat antihipertensi adalah sebagai berikut.
1. Diuretik. Mengeluarkan cairan tubuh melalui air
seni/kencing sehingga volume cairan tubuh berkurang.
Berkurangnya volume cairan tubuh ini mengakibatkab daya
pompa dan kerja jantung menjadi lebih ringan.
2. Betabloker. Zat beta bloker pada obat antihipertensi juga
berfungsi untuk menurunkan daya pompa jantung.
3. Vasodilator. Dengan adanya fungsi vasodilator pada obat
anti hipertensi, pembuluh darah akan melebar dengan
adanya relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah lebih
lancar dan daya pompa jantung lebih ringan.
4. Antagonis Kalsium. Ion kalsium dalam jantung
mempengaruhi kinerja denyut dan daya pompa jantung.
Dengan adanya antagonis kalsium atau Calcium Channel
Blocker, jumlah ion Ca2+ yang masuk ke jantung menurun
sehingga dapat mengurangi dan menghambat kontraksi
jantung. Dengan terhambatnya kontraksi jantung, daya
pompa jantung juga akan jadi lebih ringan. (Kemenkes,
2017)

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

30
DAFTAR PUSTAKA

31

You might also like