You are on page 1of 23

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

TUGAS KELOMPOK 2

LEUKEMIA

Dosen Pengampu : Ns. Ulfatul Muflihah, M.N.S

Disusun Oleh :

Amelia Fauzia 2211102411154


Arfina Yusuf 2211102411178
Dewi Ulam Sari 2211102411156
Enda Maimia Taesa Allison 2211102411152
Wulan sari 2211102411180

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul "Manajemen
Asuhan Keperawatan Kritis Penyakit Leukima". Makalah ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan,


manfaat dan pengalaman bagi pembaca.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Samarinda, September 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan penyakit yang berdampak besar dan serius terhadap kesehatan
masyarakat di seluruh dunia. Meskipun kurang dibandingkan dengan orang dewasa,
kanker masih menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit pada anak-anak.
Sekitar 15.590 anak dan remaja usia 0 sampai 19 tahun terdiagnosis kanker pada tahun
2021 dan 1780 orang meninggal akibat dari kanker di United States (NCI, 2021).
Leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel
darah putih abnormal. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Sel
darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang diproduksi di dalam
sumsum tulang. Ketika fungsi sumsum tulang terganggu, maka sel darah putih yang
dihasilkan akan mengalami perubahan dan tidak lagi menjalani perannya secara
efektif.
Menurut World Health Organization(WHO), prevalensi leukemia di seluruh dunia
pada tahun 2020 terdapat 437.033 kasus, yaitu terdiri dari pria 249.454 kasus dan
wanita 187.579 kasus. Jumlah kasus dan kematian akibat dari leukemia pada 5 tahun
terakhir yaitu 1.1 juta kasus dan 309.006 kematian pada tahun 2018, menempati
urutan 10 besar penyakit kanker dengan kematian tertinggi di dunia. Angka kejadian
leukemia tertinggi di Asia dengan persentase 48,7% sebanyak 561.322 kasus (WHO,
2020). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi penyakit
kanker di Indonesia sekitar 4,3 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2006 penderita
leukemia yang menjalani rawat inap dirumah sakit di Indonesia sebanyak 2.513
penderita (Luthfiyan, 2021).
Leukemia dapat dijumpai pada anak dan dewasa, hal ini dapat terjadi jika terdapat
perubahan dalam proses pengaturan sel normal sehingga mengakibatkan proliferasi
sel-sel punca hematopoietik dalam sumsum tulang. Ada 4 (empat) subtipe leukemia
yang ditemukan yaitu leukemia limfositik akut, leukemia mieloid akut, leukemia
limfositik kronis, dan leukemia mieloid kronis. Suatu leukemia dikatakan akut atau
kronis adalah tergantung pada sebagian besar sel-sel abnormal yang dijumpai. Jika
sel-sel lebih menyerupai sel punca (imatur) maka dikatakan akut, sedangkan jika sel-
sel lebih menyerupai sel normal (matur) maka dikatakan kronis. Pada leukemia akut,
sel-sel imatur terus memperbanyak diri dan tidak dapat menjadi matur sebagaimana
mestinya. Tanpa terapi, sebagian besar pasien leukemia akut hanya hidup beberapa
bulan. Berbeda halnya dengan sel-sel pada leukemia kronis, pertumbuhannya lambat
dan pasien dapat hidup lebih lama sebelum timbul gejala (Lawrenti, 2017).
Penderita yang mengalami Leukemia memliki gejala berupa demam atau keringat
diwaktu malam, perasaan lemah atau lelah, sakit kepala, perdarahan dan mudah
memar, nyeri pada tulang-tulang, pembengkakan pada perut, dan kehilangan berat
badan. Gejala pertama biasanya terjadi karena kegagalan bone barrow menghasilkan
sel darah yang normal dalam jumlah yang memadai dan atau akibat infiltrasi sel-sel
leukemik pada berbagai organ, gejalanya bervariasi tergantung jumlah sel abnormal
dan tempat berkumpulnya sel abnormal (Rajappan, 2019).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, Penyusun merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian penyakit Leukimia ?
2. Apa etiologi penyakit Leukimia ?
3. Apa manifestasi klinis penyakit Leukimia ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Leukimia ?
5. Bagaimana pathway penyakit Leukimia ?
6. Apa komplikasi penyakit Leukimia ?
7. Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi penyakit Leukimia
?
8. Apa pemeriksaan penunjang penyakit Leukimia ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Leukimia ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
manajemen asuhan keperawatan kritis pada penyakit Leukemia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahuii definisi dari penyakit Leukemia.
2. Mengetahui etiologi penyakit Leukemia.
3. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Leukemia.
4. Mengetahui patofisiologi penyakit Leukemia.
5. Mengetahui pathways penyakit Leukemia.
6. Mengetahui komplikasi penyakit Leukemia.
7. Mengetahui penetalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi penyakit
Leukemia.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit Leukemia.
9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada penyakit Leukemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian Leukemia
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya
berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri
dengan kematian (Nurarif, 2015).
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum
sum tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah
tepi (Muthia dkk, 2013).

2.1.2 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(T cell Leukemia – Lymphoma Virus/HLTV)
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakaian obat anti kanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindrom Down dan
sindrom Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia (Nurarif, 2015).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia
adalah sebagai berikut:
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksia, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia,
dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Pendarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekie. Penderita LMA dengan
leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm 3) biasanya mengalami
gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita
LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase
krisis blast. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat
kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi
setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan
anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis, dan demam yang disertai
infeksi (Nurarif, 2015).
2.1.4 Patofisiologi
LLA dicirikan oleh proliferasi limfoblas imatur. Pada tipe leukemia
akut, kerusakan mungkin pada tingkat sel punca limfopoetik atau prekursor
limfoid yang lebih muda. Sel leukemia berkembang lebih cepat daripada sel
normal, sehingga menjadi crowding out phenomenon di sumsum tulang.
Perkembangan yang cepat ini bukan disebabkan oleh proliferasi yang lebih
cepat daripada sel normal, tetapi sel- sel leukemia menghasilkan faktor-
faktor yang selain menghambat proliferasi dan diferensiasi sel darah normal,
juga mengurangi apoptosis dibandingkan sel darah normal.
Perubahan genetik yang mengarah ke leukimia dapat mencakup :
1) Aktivasi gen yang ditekan (protogen) untuk membuat onkogen yang
menghasilkan suatu produk protein yang mengisyaratkan peningkatan
proliferasi.
2) Hilangnya sinyal bagi sel darah untuk berdiferensiasi,
3) Hilangnya gen penekan tumor yang mengontrol proliferasi normal.
4) Hilangnya sinyal apoptosis (Yenni, 2014).
2.1.5 Pathway

Genetik imonologi,
karsiogenik,obat-
obatan

Mutasi somantik pada DNA

Okoginesis aktif

Myeoblast Devisi ( pembelahan) Infiltrasi ekstra


belum matang sel terganggu medular

Produksi sel darah Keganasan sel induk Pembesaran hati


normal terganggu myloid dan nodus limfe

Eritrosit, platelet, Proliferasi myeloid Nyeri tulang dan


granulosit berkurang terganggu persendian

Perdarahan Mempengaruhi sel induk Nyeri Akut


hematopoetik

Resiko Infeksi Anemia Sel inti lymfoid tunggal


rusak

Intoleransi Keganasan proliferasi


Aktivitas limfoblas

SSP terkena

Gangguan nyeri kepala gangguan


Pengelihatan nutrisi
Nyeri Akut
Kekurangan
Resiko Volume
Cedera Cairan

(Nurlaila, 2010)
2.1.6 Komplikasi
Menurut (Rofinda, 2012) komplikasi leukemia yaitu :
1) Tombositopenia

Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia akut biasanya


merupakan akibat infiltrasi sumsum tulang atau kemoterapi, selain itu dapat
juga disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti koagulasi intravaskuler
diseminata, proses imunologis dan hipersplenisme sekunder terhadap
pembesaran limpa. Trombositopenia yang terjadi bervariasi dan hampir
selalu ditemukan pada saat leukemia didiagnosis.

2) Koagulasi intravaskuler diseminata (KID)

Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah suatu sindrom yang


ditandai dengan aktivasi koagulasi intravaskuler sistemik berupa
pembentukan dan penyebaran deposit fibrin dalam sirkulasi sehingga
menimbulkan trombus mikrovaskuler pada berbagai organ yang dapat
mengakibatkan kegagalan multiorgan. Aktivasi koagulasi yang terus
berlangsung menyebabkan konsumsi faktor pembekuan dan trombosit secara
berlebihan sehingga mengakibatkan komplikasi perdarahan berat. KID
bukanlah suatu penyakit tetapi terjadinya sekunder terhadap penyakit lain
yang mendasari.
3) Fibrinolisis primer

Beberapa peneliti menemukan bahwa leukosit pada leukemia akut


memiliki aktivitas fibrinolitik yang dapat menyebabkan fibrinolisis primer
terutama pada leukemia promielositik akut. Pada fibrinolisis primer,
perdarahan disebabkan oleh degradasi faktor pembekuan yang diinduksi
plasmin seperti fibrinogen.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Leukimia menurut
(Rahajeng, 2021) :
a. Farmakologis
1) Kemoterapi
Efek samping dari kemoterapi timbul karena obat-obatan
kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi
juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel yang membelah dengan cepat,
misalnya sel rambut, sumsum tulang belakang, kulit, mulut dan
tenggorokan serta saluran pencernaan. Akibatnya adalah rambut rontok,
hemoglobin, trombosit, dan sel darah putih berkurang, tubuh lemah,
merasa lelah, sesak napas, mudah mengalami perdarahan, mudah
terinfeksi, kulit membiru/menghitam, kering, serta gatal, mulut dan
tenggorokan terasa kering dan sulit menelan, sariawan, mual, muntah,
nyeri pada perut, menurunkan nafsu seks dan kesuburan karena
perubahan hormon. Beberapa pasien menganggap efek samping
kemoterapi yang sangat melemahkan tersebut sebagai sesuatu yang lebih
buruk dari pada penyakit kanker itu sendiri. Konsekuensi- konsekuensi
yang menyertai kemoterapi membuat sebagian besar pasien yang telah
didiagnosis menderita kanker diliputi rasa khawatir, cemas dan takut
menghadapai ancaman kematian dan rasa sakit saat menjalani terapi
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat
anti kanker. Frekuensi pemberian kemoterapi dapat menimbulkan
beberapa efek yang dapat memperuruk status fungsional pasien. Efek
kemoterapi yaitu supresi sumsum tulang, gejala gastrointestinal seperti
mual, muntah, kehilangan berat badan, perubahan rasa, konstipasi, diare
dan gejala lainnya alopesia, fatigue, perubahan emosi, dan perubahan
pada system saraf.
2) Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel leukemia. Radiasi yang digunakan untuk pengobatan kanker terdiri
dari gelombang elektromagnetik/foton (sinar-X dan sinar λ) dan partikel
(alfa, proton dan neutron). Radiasi partikel pada umumnya menyebabkan
ionisasi jaringan biologi secara langsung. Hal ini disebabkan energi
kinetik partikel dapat langsung merusak struktur atom jaringan biologi
yang dilewatinya, dan mengakibatkan kerusakan kimia dan biologi
molekular. Lain halnya dengan radiasi partikel, radiasi elektromagnetik
mengionisasi secara tidak langsung dengan cara membentuk elektron
sekunder terlebih dahulu untuk mengakibatkan kerusakan jaringan.
Radiasi pada jaringan biologik dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase fisika,
kimia dan biologi. Radiasi pengion foton yang mengenai jaringan biologi,
pada awalnya menyebabkan fase fisika dengan metode ionisasi dan
eksitasi. Selanjutnya, terjadi fase kimia dengan terbentuknya radikal
bebas. Radikal bebas yang terbentuk mengakibatkan kerusakan biologi
dengan cara merusak DNA. Kerusakan DNA yang tidak bisa diperbaiki
akan menyebabkan kematian sel.

3) Transplantasi sumsum tulang


Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi Radiasi.
Selain itu, transplantasi sumsum tulang berguna untuk mengganti sel-sel
darah yang rusak karena kanker.

4) Penanganan suportif
Terapi nsuportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfuse darah untuk penderita leukemia
dengan keluhan anemia, transfuse trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotic untuk mengatasi infeksi. Pemberian
tranfusi komponen darah yang diperlukan
a) Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
b) Pemberian nutrisi yang baik dan memadai
c) Pemberian antibiotik, anti jamur, dan anti virus bila diperlukan
d) Pendekatan psikososial
e) Perawatan di ruang yang bersih
f) Kebersihan Oro-anal (mulut dan anus)

b. Nonfarmakologi
Pada pasien dengan Leukimia sering didapati mengalami demam
penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan
farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya.
Tindakan farmakologis yaitu memberikan obat antipiretik, Tindakan non
farmakologis yang dapat diberikan berupa kompres air hangat serta
tindakan tambahan dalam menurunkan panas yang dilakukan setelah
pemberian teknik tepid sponge bath, tepid sponge bath merupakan
alternatif teknik kompres yang menggabungkan teknik blok dan seka,
(yunianti , 2019).

Penurunan suhu tubuh dari tindakan kompres tepid sponge bath


yaitu dengan mengirim sinyal ke pusat pengaturan suhu atau hipotalamus
posterior bahwa suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh maka terjadi
penguapan dan terjadi efek penenang sehingga suhu tubuh menurun
(Zahro & Khasanah, 2017). dikarenakan mekanisme penurunan suhu
tubuh dari tindakan kompres tepid sponge bath yaitu dengan mengirim
sinyal ke pusat pengaturan suhu atau hipotalamus posterior bahwa suhu
luar lebih rendah dari suhu tubuh maka terjadi penguapan dan terjadi efek
penenang sehingga suhu tubuh menurun (Zahro & Khasanah, 2017).

Selain demam nyeri juga sering menjadi tanda dan gejala khas
yang dialami penderita leukemia penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis yaitu pemberian analgetik,
sedangkan untuk penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai
tindakan mencakup intervensi perilaku dan kognitif menggunakan agen-
agen fisik meliputi stimulus elektrik saraf kulit, akupuntur. Intervensi
perilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi
terbimbing, umpan balik biologis (biofeedback), hypnosis, dan sentuhan
terapeutik. Tehnik distraksi sangat efektif digunakan untuk mengalihkan
rasa nyeri, hal ini disebabkan karena distraksi merupakan metode dalam
upaya untuk mengurangi rasa nyeri dan sering membuat pasien lebih
menahan rasa nyerinya. Salah satu distraksi yang dapat digunakan adalah
dengan terapi Guided Imagery atau imageri terbimbing. Guided Imagery
adalah pengembangan fungsi mental yang mengekspresikan diri secara
dinamik melalui proses psikofisologikal melibatkan seluruh indra dan
membawa perubahan terhadap perilkau, persepsi atau respon fisiologis
dengan bimbingan seseorang atau melalui media (nurgiwiati, 2017).

Guide imagery merupakan salah satu teknik yang menggunakan


imajinasi seseorang untuk mencapai suatu efek positif tertentu (Ann
Hackmann, James BennettLevy, 2011). Teknik guide imagery biasanya
dimulai dengan proses relaksasi seperti biasa yaitu dengan melakukan
atau meminta paisen untuk menutup matanya secara perlahan dan
meminta pasien untuk menarik nfas dalam dan menghembuskanya
perlahan. Kemudian pasien dianjurkan untuk mengosongkan fikirannya
dan meminta pasien untuk memikirkan hal-hal atau sesuatu yang
membuat pasien nyaman dan tenang (Patasik, Tangka and Rottie,
2013). Manfaat dari Guide Imegery tidak jauh berbeda dengan teknik
relaksasi lainnya. Namun pakar Guide Imegery jika penyembuh yang
sangat efektif untuk mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan serta
mambantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti alergi,
depresi dan asma (Murdianti and amalia, 2019).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan darah didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit


rendah, trombosit rendah.

b) Pemeriksaan sumsum tulang

Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal dan sistem
hemopoitik normal terdesak. Aspirasi sumsum tulang (BMP) didapatkan
hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.

c) Lumbal punksi

Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi

d) Biopsi limpa

Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal dari jaringan


limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit (Wijaya & putri,
2018)
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada penderita
Leukimia menurut (Rahajeng, 2021) :
a. Darah rutin dan hitung jenis
b. Aspirasi sum-sum tulang
c. Foto toraks AP dan Lateral
d. Pungsi lumbal
e. Sitokimia sum-sum tulang
f. Imunofenoti ping
g. Sitogenetik
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LEUKIMIA

3.1 Pengkajian
a. Identitas klien seperti nama, usia dan jenis kelamin
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada tulang-tulang, mual muntah , tidak nafsu
makan dan lemas
b) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya mengalami demam yang naik turun, gusi berdarah, lemas
dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat karena belum mengetahui
tentang penyakit yang diderita.
c) Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit karena merupakan
penyakit ginetik (keturunan)
d) Riwayat pada faktor-faktor pencetus
Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-obatan tertentu secara kronis
e) Manifestasi dari hasil pemeriksaan
Biasanya di tandai dengan pembesaran sum-sum tulang dengan sel-sel
leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sum-sum tulang, sehingga
menyebabkan gejala seperti dibawah ini.
-Anemia
Ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise,
kelemahan, dan anoreksia.
- Trombositopenia
Ditandai dengan perdarahan gusi, mudah memar, dan petekie.
- Netropenia
Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di malam
hari
c. Pemeriksaan Fisik
Didapati adanya pembesaran dari kelenjar getah bening (limfadenopati),
pembesaran limpa (splenomegali), dan pembesaran hati (splenomegali),
dan pembesaran hati (hepatomegali).
d. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk menegakkan diagnose, perlu dilakukan pemeriksaan


laboratorium yaitu:

1) Darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang


menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel belst, yang
merupakan gejala patogonomik untuk leukemia.
2) Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan
gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik
sedangkan sistem yang lain terdesak (apanila skunder)
3) Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia darah, cairan cerebrospinal dan
sitogenik

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Perfusi perifer tidak efektif (SDKI : D.0008)


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
mengeluh lelah (SDKI, D.0056)
3. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis ditandai
dengan mengeluh nyeri (SDKI, D.0077 )
4. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
ditandai dengan nafsu makan menurun (SDKI, D.0019)
3.3 Intervensi dan Luaran

No DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


KEPERAWATAN Luaran Intervensi
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Hasil
efektif (SDKI : keperawatan selama Laboratorium
D.0008) …….. diharapkan perfusi (SIKI, I.02057)
perifer meningkat dengan
Observasi
kriteria hasil :
1. Identifikasi
Perfusi Perifer (SLKI, pemeriksaan
L.02011) 2. laboratorium yang
diperlukan
1. Kelemahan otot 3. Monitor hasil
menurun laboratorium yang
2. Akral membaik diperlukan
4. Periksa kesesuaian
Status sirkulasi (SLKI,
hasil laboratorium
L.14134)
1. Kekuatan nadi dengan penampilan
meningkat klinis pasien
2. Pucat menurun
3. Tekanan nadi
Terapeutik
membaik
1. Ambil sampel darah
2. Interpretasikan hasil
pemeriksaan
laboratorium
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter jika hasil
laboratorium
memerlukan intervensi
media

Manajemen Hipovolemia:
(SIKI, I.03116)
Observasi
1. Periksa tanda gejala
2. Hypovolemia
3. Monitor Intake dan
Output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan
cairan
2. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
1. Anjurkan
memperbanyak cairan
oral

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan Ringer Lactate
menggunakan infus
pump dengan
kecepatan 90x/menit
2. Kolaborasi pemberian
produk darah (PRC
dan AT)
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi (SLKI,
berhubungan dengan keperawatan selama ... L05178)
kelemahan ditandai jam Observasi
dengan mengeluh diharapkan tingkat nyeri
1. Indentifikasi gangguan
lelah menurun dengan kriteria
(SDKI, D.0056) hasil : fungsi tubuh yang
mengakibatkan
Toleransi Aktivitas kelelahan
(SLKI, L.05047) 2. Monitor kelelahan fisik
1. Kemudahan dalam dan emosional
melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam
sehari-hari meningkat tidur
2. Keluhan lelah 4. Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan
3. Perasaan lemah selama melakukan
menurun aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjunga
n)
2. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

3. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (SIKI,


Berhubungan dengan keperawatan selama ... I.03116)
Agen Pencedera jam Observasi
Fisiologis ditandai diharapkan tingkat nyeri
1. Identifikasi lokasi,
dengan mengeluh menurun dengan kriteria
nyeri hasil : karakteristik, durasi,
(SDKI, D.0077 ) Nyeri akut (SLKI, frekuensi, kualitas,
L.080661) intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon
3. Kesulitan tidur menurun nyeri non verbal
4. Frekuensi nadi menurun 4. Identifikasi faktor
5. Pola napas membaik 5. yang memperberat dan
6. Pola tidur membaik memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan tekhnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
4. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (SIKI,
berhubungan dengan keperawatan selama ... I.03119)
ketidakmampuan jam Observasi
menelan makanan diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi status nutrisi
ditandai dengan nafsu menurun dengan kriteria 2. Identifkasi alergi dan
makan menurun hasil : intoleransi makanan
(SDKI, D.0019) Status Nutrisi (SLKI,
3. Identifkasi kebutuhan
L.03030)
1. Porsi makan yang kalori dan jenis nutrient
dihabiskan meningkat 4. Monitor asupan makan
2. Pengetahuan tentang 5. Monitor berat badan
pilihan makanan yang Terapeutik
sehat 1 Berikan makanan tinggi
3. Pengetahuan tentang serat untuk mencegah
minuman yang sehat konstipasi
4. Pengetahuan tentang 2 Berikan makanan tinggi
nutrisi yang tepat kalori dan tinggi protein
5. Berat badan indeks 3 Berikan suplemen
massa tubuh membaik makanan , jika perlu
6. Frekuensi makan Edukasi
membaik 1. Ajarkan diet yang
7. Nafsu makan diprogramkan
membaik Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kaloei dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervendi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implemntasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan diajukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi
yang spesifik dilaksanakan untuk meodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.

3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan
dari perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus
melalui hubungan erat. Evaluasi diabagi menjadi dua macam yaitu
evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk
menilai hasil tindakan yang telah dilakukan, dan evaluasi sumatif yaitu
evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP, Sebagai pola pikir :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
maslaah tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif
dengan masalah dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap. Semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil tidak memuaskan
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
DAFTAR PUSTAKA

Muthia dkk. (2013). Gambaran Laboratorium Leukimia Kronik di Bagian


Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamal Padang, 2.

Nurarif, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


Nanda NIC-NOC Jogjakarta 9.

PPNI. (2018). PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP
. Jakarta: DPP.

PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP.
Rahajeng. (2021). Asuhan Keperarawatan pada Nn.F Dengan Acute Lymphocytic
Leukimia (All) Di Ruang Dahlia 1 RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
(Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta)., 1-23.

Rofinda, Z. (2012). Jurnal Kesehatan Andalas. Kelainan Hemostatis Pada


Leukimia , 68-74.

Yenni. (2014). Jurnal Biomedik (Jbm),. Rehabilitasi Medik Pada Anak Dengan
Leukimia Limfoblastik , 6(1), 1-7.

You might also like