Professional Documents
Culture Documents
TUGAS KELOMPOK 2
LEUKEMIA
Disusun Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul "Manajemen
Asuhan Keperawatan Kritis Penyakit Leukima". Makalah ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
manajemen asuhan keperawatan kritis pada penyakit Leukemia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahuii definisi dari penyakit Leukemia.
2. Mengetahui etiologi penyakit Leukemia.
3. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Leukemia.
4. Mengetahui patofisiologi penyakit Leukemia.
5. Mengetahui pathways penyakit Leukemia.
6. Mengetahui komplikasi penyakit Leukemia.
7. Mengetahui penetalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi penyakit
Leukemia.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit Leukemia.
9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada penyakit Leukemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(T cell Leukemia – Lymphoma Virus/HLTV)
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakaian obat anti kanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindrom Down dan
sindrom Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia (Nurarif, 2015).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia
adalah sebagai berikut:
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksia, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia,
dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Pendarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekie. Penderita LMA dengan
leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm 3) biasanya mengalami
gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita
LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase
krisis blast. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat
kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi
setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan
anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis, dan demam yang disertai
infeksi (Nurarif, 2015).
2.1.4 Patofisiologi
LLA dicirikan oleh proliferasi limfoblas imatur. Pada tipe leukemia
akut, kerusakan mungkin pada tingkat sel punca limfopoetik atau prekursor
limfoid yang lebih muda. Sel leukemia berkembang lebih cepat daripada sel
normal, sehingga menjadi crowding out phenomenon di sumsum tulang.
Perkembangan yang cepat ini bukan disebabkan oleh proliferasi yang lebih
cepat daripada sel normal, tetapi sel- sel leukemia menghasilkan faktor-
faktor yang selain menghambat proliferasi dan diferensiasi sel darah normal,
juga mengurangi apoptosis dibandingkan sel darah normal.
Perubahan genetik yang mengarah ke leukimia dapat mencakup :
1) Aktivasi gen yang ditekan (protogen) untuk membuat onkogen yang
menghasilkan suatu produk protein yang mengisyaratkan peningkatan
proliferasi.
2) Hilangnya sinyal bagi sel darah untuk berdiferensiasi,
3) Hilangnya gen penekan tumor yang mengontrol proliferasi normal.
4) Hilangnya sinyal apoptosis (Yenni, 2014).
2.1.5 Pathway
Genetik imonologi,
karsiogenik,obat-
obatan
Okoginesis aktif
SSP terkena
(Nurlaila, 2010)
2.1.6 Komplikasi
Menurut (Rofinda, 2012) komplikasi leukemia yaitu :
1) Tombositopenia
4) Penanganan suportif
Terapi nsuportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfuse darah untuk penderita leukemia
dengan keluhan anemia, transfuse trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotic untuk mengatasi infeksi. Pemberian
tranfusi komponen darah yang diperlukan
a) Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
b) Pemberian nutrisi yang baik dan memadai
c) Pemberian antibiotik, anti jamur, dan anti virus bila diperlukan
d) Pendekatan psikososial
e) Perawatan di ruang yang bersih
f) Kebersihan Oro-anal (mulut dan anus)
b. Nonfarmakologi
Pada pasien dengan Leukimia sering didapati mengalami demam
penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan
farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya.
Tindakan farmakologis yaitu memberikan obat antipiretik, Tindakan non
farmakologis yang dapat diberikan berupa kompres air hangat serta
tindakan tambahan dalam menurunkan panas yang dilakukan setelah
pemberian teknik tepid sponge bath, tepid sponge bath merupakan
alternatif teknik kompres yang menggabungkan teknik blok dan seka,
(yunianti , 2019).
Selain demam nyeri juga sering menjadi tanda dan gejala khas
yang dialami penderita leukemia penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis yaitu pemberian analgetik,
sedangkan untuk penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai
tindakan mencakup intervensi perilaku dan kognitif menggunakan agen-
agen fisik meliputi stimulus elektrik saraf kulit, akupuntur. Intervensi
perilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi
terbimbing, umpan balik biologis (biofeedback), hypnosis, dan sentuhan
terapeutik. Tehnik distraksi sangat efektif digunakan untuk mengalihkan
rasa nyeri, hal ini disebabkan karena distraksi merupakan metode dalam
upaya untuk mengurangi rasa nyeri dan sering membuat pasien lebih
menahan rasa nyerinya. Salah satu distraksi yang dapat digunakan adalah
dengan terapi Guided Imagery atau imageri terbimbing. Guided Imagery
adalah pengembangan fungsi mental yang mengekspresikan diri secara
dinamik melalui proses psikofisologikal melibatkan seluruh indra dan
membawa perubahan terhadap perilkau, persepsi atau respon fisiologis
dengan bimbingan seseorang atau melalui media (nurgiwiati, 2017).
Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal dan sistem
hemopoitik normal terdesak. Aspirasi sumsum tulang (BMP) didapatkan
hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
c) Lumbal punksi
d) Biopsi limpa
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien seperti nama, usia dan jenis kelamin
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada tulang-tulang, mual muntah , tidak nafsu
makan dan lemas
b) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya mengalami demam yang naik turun, gusi berdarah, lemas
dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat karena belum mengetahui
tentang penyakit yang diderita.
c) Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit karena merupakan
penyakit ginetik (keturunan)
d) Riwayat pada faktor-faktor pencetus
Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-obatan tertentu secara kronis
e) Manifestasi dari hasil pemeriksaan
Biasanya di tandai dengan pembesaran sum-sum tulang dengan sel-sel
leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sum-sum tulang, sehingga
menyebabkan gejala seperti dibawah ini.
-Anemia
Ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise,
kelemahan, dan anoreksia.
- Trombositopenia
Ditandai dengan perdarahan gusi, mudah memar, dan petekie.
- Netropenia
Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di malam
hari
c. Pemeriksaan Fisik
Didapati adanya pembesaran dari kelenjar getah bening (limfadenopati),
pembesaran limpa (splenomegali), dan pembesaran hati (splenomegali),
dan pembesaran hati (hepatomegali).
d. Pemeriksaan Diagnostik
Manajemen Hipovolemia:
(SIKI, I.03116)
Observasi
1. Periksa tanda gejala
2. Hypovolemia
3. Monitor Intake dan
Output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan
cairan
2. Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
1. Anjurkan
memperbanyak cairan
oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan Ringer Lactate
menggunakan infus
pump dengan
kecepatan 90x/menit
2. Kolaborasi pemberian
produk darah (PRC
dan AT)
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi (SLKI,
berhubungan dengan keperawatan selama ... L05178)
kelemahan ditandai jam Observasi
dengan mengeluh diharapkan tingkat nyeri
1. Indentifikasi gangguan
lelah menurun dengan kriteria
(SDKI, D.0056) hasil : fungsi tubuh yang
mengakibatkan
Toleransi Aktivitas kelelahan
(SLKI, L.05047) 2. Monitor kelelahan fisik
1. Kemudahan dalam dan emosional
melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam
sehari-hari meningkat tidur
2. Keluhan lelah 4. Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan
3. Perasaan lemah selama melakukan
menurun aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjunga
n)
2. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3.4 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervendi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implemntasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan diajukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi
yang spesifik dilaksanakan untuk meodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan
dari perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus
melalui hubungan erat. Evaluasi diabagi menjadi dua macam yaitu
evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk
menilai hasil tindakan yang telah dilakukan, dan evaluasi sumatif yaitu
evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP, Sebagai pola pikir :
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
maslaah tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif
dengan masalah dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap. Semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil tidak memuaskan
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
DAFTAR PUSTAKA
Yenni. (2014). Jurnal Biomedik (Jbm),. Rehabilitasi Medik Pada Anak Dengan
Leukimia Limfoblastik , 6(1), 1-7.