You are on page 1of 14

1.

Penilaian Mahasiswa terhadap Pembelajaran Mata Kuliah Keperawatan Islami di STIKes Jayakarta PKP
DKI Jakarta
Murtiningsih, Nedra Wati Zaly

2. Gambaran Self-Management pada Pasien Stroke yang Menjalani Rawat Jalan


Dedah Rahmawati, Titis Kurniawan, Sri Hartati

3. Kecemasan Kematian pada Pasien Pasca Stroke


Apip Hamjah, Atlastieka Praptiwi, Eka Afrima Sari

4. Pengaruh Self Help Group terhadap Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di PERSADIA Cabang Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung
Aghnia Ilmi Dinyati, Angga Wilandika, Iyep Dede Supriyatna

5. Bagaimanakah Senam Diabetes Dapat Mempengaruhi Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di
Kelurahan Kedungsari?
Robiul Fitri Masithoh, Sambodo Sriadi Pinilih

6. Kebutuhan Discharge Planning Pascaoperasi pada Pasien Fraktur Ekstremitras Bawah


Asmi Dinul Islami, Urip Rahayu, Bambang Aditya

7. Persepsi Siswi SMAN Tanjungsari terhadap Pencegahan Primer Penyakit Kanker Serviks
Laili Rahayuwati, Mamat Lukman, Nessa Sontiva

8. Kecemasan Preoperasi pada Pasien di Unit One Day Surgery (ODS)


Udi Usnadi, Urip Rahayu, Atlastieka Praptiwi

9. Gambaran Kecemasan Orangtua pada Orientasi Masa Depan Remaja Tunagrahita di SLB Negeri Cileunyi
dan SLB C Sukapura
Siti Halinda Amelia, Taty Hernawaty, Wiwi Mardiah

10. Gambaran Tingkat Kecemasan Preoperative pada Pasien dengan Fraktur


Dina Margianti, Urip Rahayu, Sandra Pebrianti

Alamat Redaksi:
STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
DEWAN REDAKSI

JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA)


Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019

Pelindung:
Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Penanggung Jawab:
Fatiah Handayani, S.ST.,M.Keb.

Ketua:
Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.

Sekretaris/Setting/Layout:
Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Bendahara:
Riza Garini, A.Md.

Penyunting/Editor :
Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.

Pemasaran dan Sirkulasi :


Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.

Mitra Bestari :
Neti Juniarti, BN, M.Health, M.Nurs, PhD (Universitas Padjadjaran)
DR. Sitti Syabariyah, S.Kp.,MS.Biomed (STIK Muhammadiyah Pontianak)
DR. Aprina Murhan, S.Kp, M.Kes (Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Lampung)
Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN. (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
DR. Dessy Hermawan, S.Kep.Ners.,M.Biomed. (Universitas Malahayati)

Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
e-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com
DAFTAR ISI

1. Penilaian Mahasiswa terhadap Pembelajaran Mata Kuliah Keperawatan Islami di


STIKes Jayakarta PKP DKI Jakarta
Murtiningsih, Nedra Wati Zaly ...................................................................................................... 1-12

2. Gambaran Self-Management pada Pasien Stroke yang Menjalani Rawat Jalan


Dedah Rahmawati, Titis Kurniawan, Sri Hartati ............................................................... 13-25

3. Kecemasan Kematian pada Pasien Pasca Stroke


Apip Hamjah, Atlastieka Praptiwi, Eka Afrima Sari ..................................................... 27-36

4. Pengaruh Self Help Group terhadap Self Care pada Pasien Diabetes Melitus di
PERSADIA Cabang Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Aghnia Ilmi Dinyati, Angga Wilandika, Iyep Dede Supriyatna ................................. 37-45

5. Bagaimanakah Senam Diabetes Dapat Mempengaruhi Kadar Gula Darah pada


Pasien Diabetes Melitus di Kelurahan Kedungsari?
Robiul Fitri Masithoh, Sambodo Sriadi Pinilih .................................................................. 47-56

6. Kebutuhan Discharge Planning Pascaoperasi pada Pasien Fraktur Ekstremitras


Bawah
Asmi Dinul Islami, Urip Rahayu, Bambang Aditya .......................................................... 57-65

7. Persepsi Siswi SMAN Tanjungsari terhadap Pencegahan Primer Penyakit Kanker


Serviks
Laili Rahayuwati, Mamat Lukman, Nessa Sontiva .......................................................... 67-74

8. Kecemasan Preoperasi pada Pasien di Unit One Day Surgery (ODS)


Udi Usnadi, Urip Rahayu, Atlastieka Praptiwi ................................................................ 75-87

9. Gambaran Kecemasan Orangtua pada Orientasi Masa Depan Remaja Tunagrahita di


SLB Negeri Cileunyi dan SLB C Sukapura
Siti Halinda Amelia, Taty Hernawaty, Wiwi Mardiah .................................................. 89-98

10. Gambaran Tingkat Kecemasan Preoperative pada Pasien dengan Fraktur


Dina Margianti, Urip Rahayu, Sandra Pebrianti ................................................................ 99-108
JKA.2018;6(1): 27-36 ARTIKEL PENELITIAN

KECEMASAN KEMATIAN PADA PASIEN PASCA STROKE

Apip Hamjah1, Atlastieka Praptiwi2, Eka Afrima Sari3

ABSTRAK

Pengalaman memiliki penyakit stroke dan datangnya serangan stroke menyebabkan


munculnya kecemasan berlebihan yang mengarah pada kecemasan kematian. Kecemasan
kematian dapat memengaruhi kualitas hidup pasien pasca stroke menjadi kurang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan kematian pada pasien
pasca stroke. Rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif melibatkan
51 pasien pasca stroke yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan
menggunakan instrumen Death Anxiety Scale (DAS) yang diadaptasi untuk pasien pasca
stroke. Data dianalisis dengan statistik deskriptif (frekuensi dan persentasi). Hasil
penelitian menunjukkan hampir 80% pasien pasca stroke mengalami kecemasan kematian
tingkat tinggi (n=39). Umumnya lebih dari setengah responden yang mengalami kecemasan
kematian tingkat tinggi memasuki lanjut usia. Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukan
pengelolaan kecemasan kematian pada pasien pasca stroke diantaranya dengan adanya
dukungan keluarga, terapi spiritualitas, konseling kelompok, SEFT (Spiritual Emotional
Freedom Technique) dan pemberian pendidikan kesehatan terkait penyakit stroke.

Kata kunci : kecemasan kematian, pasca stroke, pasien stroke

ABSTRACT

The experience of having a stroke and fear about the onset of recurrent stroke, it can causes
the appearance of excessive anxiety that leads to death anxiety. Death anxiety can affect to the
quality of life in post stroke patients to be less than optimal. This study aimed to identify the
level of death anxiety among post stroke patients. This study used a quantitative descriptive
method involving 51 post stroke patients which were recruited by consecutive sampling
technique. Data were collected using Death Anxiety Scale (DAS) which was adapted for post
stroke patients. Data were analyzed using descriptive statistics (frequency and presentation).
The results of this study, showed that nearly 80% of post stroke patients had a high level of
death anxiety (n = 39). Generally more than a half of the respondents experienced a high of
level death anxiety were elderly. Based on the results, should be managed death anxiety in
post stroke patients. Some potential approaches may include support from family, spiritual
therapy, group counselling, SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), and health
education about stroke.

Keyword : death anxiety, patient stroke, post stroke


1
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
2,3

27
28 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

PENDAHULUAN atau psikologis. Gangguan emosional yang dialami


pasien pasca stroke yaitu pseudobulbar affect, post-
Stroke menjadi masalah kesehatan yang
stroke depression, post-stroke anxiety, rasa marah,
serius hampir diseluruh dunia, hal ini disebabkan
frustasi, perasaan takut serta meninggalkan
karena serangan stroke yang mendadak dapat
dampak yang membekas bagi pasien; apatis,
menyebabkan gangguan fisik, mental maupun
kehilangan motivasi dan rasa sedih (American
mengakibatkan kematian (Junaidi, 2011). Profil
Heart Association, 2012; Lapchak, 2015; Kim,
statistik World Health Organization (WHO) yang
2016; Kneebone & Lincoln, 2012).
diperbaharui pada Januari 2015, menyebutkan
bahwa stroke termasuk ke dalam tiga penyakit Pasien stroke memiliki risiko tinggi
penyebab kematian dan merupakan penyebab kematian pada minggu-minggu pertama setelah
utama kematian dengan persentase (21,2%), kejadian, sekitar 20%-50% meninggal dalam
ischaemic heart disease (8,9%), dan diabetes bulan pertama tergantung pada jenis, tingkat
melitus (6,5%). Dilaporkan pada tahun 2012 keparahan, usia, komorbiditas, keefektifan
di Indonesia terdapat 328.500 kematian akibat pengobatan, dan komplikasi. Sekitar sepertiga
stroke dan sebesar 51% kematian akibat stroke dari semua pasien yang selamat dari stroke akan
di dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi mengalami keberulangan atau stroke berikutnya
(WHO, 2012). dalam 5 tahun, dengan persentase 5% sampai
14% dalam tahun pertama (Price & Wilson,
Pravalensi penderita stroke menurut data
2005). Survey menunjukkan bahwa 50-80%
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) setiap tahunnya
pasien yang sakit parah mengalami masalah atau
mengalami peningkatan, pada tahun 2007
pikiran yang mengganggu tentang kematian dan
penderita stroke berdasarkan diagnosis tenaga
hanya sebagian kecil saja yang mempunyai sikap
kesehatan atau gejala diperkirakan mencapai
penerimaan terhadap kematian (Simon, 2014).
8,3%, sedangkan tahun 2013 berdasarkan
diagnosis gejala mencapai sekitar 12,1%. Seiring Misbach (1999, dalam Hermayetty, Yuni,
dengan berjalannya waktu penyakit stroke mulai dan Perwita, 2008) mengatakan bahwa setelah
mengancam usia produktif, penderita stroke terjadinya serangan stroke akan menimbulkan
tertinggi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan depresi pada penderita yang ditandai dengan
mencapai 43,1% pada usia 75 tahun keatas perasaan takut mati, tidak berguna dan takut
sedangkan penderita stroke terendah berada mendapat serangan berulang. Selain itu penelitian
pada kelompok usia 15-24 tahun sebanyak 0,2% yang dilakukaan oleh Barker (2007) yang meneliti
(Riskesdas, 2013). 73 pasien dengan diagnosa stroke terkait
depresi dan kecemasan 3 bulan setelah stroke
Pasien pasca stroke sendiri mengalami
mengidentifikasi bahwa Post Stroke Anxiety (PSA)
disabilitas akibat kerusakan otak seperti
untuk aspek kegelisahan, gejala yang sering
disabilitas fisik, perubahan gaya hidup, gangguan
dilaporkan seperti rasa takut yang terburuk
kognitif, dan gangguan emosional (National
(63%), takut (60%), goyah (53%) dan takut akan
Institute of Neurologial Disorder and Stroke, 2014).
kematian (59%).
Menurut penelitian yang dilakukan Pratiwi, Sari,
dan Mirwanti (2017) menyebutkan bahwa yang Ketakutan yang tinggi akan kematian
menjadi kebutuhan pasien pasca stroke bukan merupakan faktor penting atas adanya kecemasan
hanya berfokus pada masalah fisik saja, namun yang berdampak pada stabilitas emosi. Kecemasan
yang lebih dibutuhkan yaitu masalah psikososial yang dialami oleh pasien pasca stroke bukan hanya

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019


Kecemasan Kematian pada Pasien Pasca Stroke 29

kecemasan secara umum namun kecemasan menimbulkan pada perubahan respon fisiologi
secara spesifik yaitu kecemasan kematian (Death yaitu meningkatkan tekanan darah pada pasien
Anxiety). Menurut Templer (1970) Kecemasan stroke sehingga memungkinkan terjadinya
kematian merupakan suatu kondisi emosional risiko serangan stroke berulang (Stuart, 2015).
yang dirasakan ketika suatu hal yang tidak Selain itu mengakibatkan depresi pada pasien
menyenangkan dialami oleh seseorang ketika yang menyebabkan penurunan kondisi pasien,
memikirkan kematian. prognosis yang buruk terhadap kondisi penyakit
akibat adanya beban psikologis yang tidak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
tertangani serta adanya kecemasan akan kematian
oleh Pratiwi, Sari, dan Mirwanti (2017) dijelaskan
dapat menyebabkan terhambatnya proses
bahwa pasien pasca stroke lebih membutuhkan
rehabilitasi atau penyembuhan yang lama (Sadock,
dukungan terhadap masalah psikososial seperti
2010; Corwin, 2009; Pinzon, 2010). Dampak dari
mengatasi kecemasan, merasa dekat dengan
kecemasan kematian juga akan mengakibatkan
kematian atau sakaratul maut dengan nilai mean
pada penurunan kualitas hidup pasien pasca
yang cukup tinggi (mean 1.08). Hal tersebut sejalan
stroke yang kurang optimal (Tahery, 2016).
dengan yang diungkapkan oleh Chiun dan Choo
Menurut Adawiyah (2014) mengungkapkan
(2009) bahwa dekat dengan kematian merupakan
bahwa kualitas hidup pada pasien pasca stroke
salah satu penyebab dari kecemasan kematian.
merupakan salah satu parameter keberhasilan
Penelitian yang dilakukan oleh Tahery (2016)
dalam menentukan intervensi keperawatan. Oleh
mengungkapkan bahwa pengalaman memiliki
karena itu, rumusan masalah pada penelitian ini
stroke dapat menjadikan pengalaman menjelang
adalah “Bagaimana Kecemasan Kematian pada
kematian yang dapat meningkatkan kecemasaan
Pasien Pasca Stroke ? ”
kematian pada pasien stroke.
METODOLOGI
Kecemasan kematian berlebihan yang
dirasakan individu akan mengakibatkan pada Rancangan penelitian ini menggunakan
perubahan fungsi-fungsi emosional normal deskriptif kuantitatif dengan teknik consecutive
manusia. Penelitian menunjukkan kecemasan sampling, sampel yang terlibat pada penelitian
kematian berkaitan dengan gangguan emosional sebanyak 51 pasien pasca stroke. Pengumpulan
seperti gangguan psikosomatis, neurotisma, data dilaksanakan pada bulan Mei 2018 di
dan depresi (Feifel & Nagy,1981 dalam Irawati, Poliklinik Syaraf RSUD Kabupaten Sumedang.
Subandi, & Kumolohadi, 2011). Menurut Gonen, Instrumen yang digunakan yaitu Templer Death
Kaymak, dan Cankurtaran (2012) adanya persepsi Anxiety Scale yang terdiri dari 15 pernyataan
negatif terhadap kematian yang berlebihan mengenai kecemasan kematian yang memiliki
dapat menimbulkan stres tersendiri bagi pasien nilai uji reliabilitas sebesar 0,809.
dan keluarga, sehingga akan berdampak pada
Dalam penelitian ini dilakukan adaptasi
efektivitas perencanaan perawatan dan persiapan
pada pernyataan nomor 6, dan 13 yang disesuaikan
dalam menghadapi kematian. Selain itu persepsi
dengan responden yang akan diteliti yaitu pasien
negatif juga dapat menyebabkan terjadinya
pasca stroke dengan menggunakan skala guttman
depresi yang berdampak pada semakin tidak
sesuai dengan instrumen aslinnya, masing-masing
siapnya pasien dalam menghadapi kematian
pernyataan memiliki pilihan jawaban benar (true)
(Gokler, Dogan & Unsal, 2014).
atau salah (false). Analisis data dibagi kedalam dua
Kecemasan kematian yang dialami akan ketegori yaitu kecemasan kematian rendah, jika

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019


30 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

jumlah total skor 0-6, dan kecemasan kematian dari jumlah responden mengalami kecemasan
tinggi, jika jumlah total skor 7-15. Penelitian ini kematian tingkat tinggi, diikuti oleh kecemasan
telah mendapatkan persetujuan etik (Ethical kematian tingkat rendah.
Approval) dari Komisi Etik Penelitian Universitas
Tabel 1. Distribusi frekuensi kecemasan
Padjadjaran dengan Nomor: 30/UN6.KEP/
kematian pada pasien pasca stroke (n=51).
EC/2018.
Death Anxiety
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN f %
(Kecemasan Kematian)
Berdasarkan data karakteristik demografi Tinggi 39 76.5
dari 51 responden menunjukkan 62.7% berjenis Rendah 12 23.5
kelamin perempuan, hampir 90% seluruh
Berdasarkan analisis kecemasan kematian
responden umumnya memasuki lanjut usia.
per item pada Tabel 2 terdapat empat item
Seluruh responden beragama islam dan bersuku
pernyataan dengan persentase tertinggi yang
sunda (100%). Sebesar 64.7% berasal dari
paling dirasakan oleh responden. Item pernyataan
lulusan Sekolah Dasar, dan 82.4% sudah tidak
tersebut yaitu item pada nomor 13 (merasa
bekerja, serta 72.5% sudah menikah. Berdasarkan
ngeri ketika mendengar orang berbicara tentang
lamanya menderita penyakit stroke 43.5%
bencana yang menimbulkan banyak korban
mengalami stroke kurang dari tiga bulan dan
jiwa), item nomor 11 (benar-benar takut terkena
86.3% mengalami serangan stroke pertama kali.
serangan jantung), item nomor 12 (sering berpikir
Berdasarkan jenis stroke 96.1% mengalami stroke
tentang betapa pendeknya hidup ini), dan item
iskemik, dan 86.3% memiliki penyakit penyerta.
pernyataan nomor 9 (takut mengalami sakaratul
Berdasarkan distribusi frekuensi pada maut yang menyakitkan).
Tabel 1, dapat diketahui bahwa hampir seluruh

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Kematian Per Item Pernyataan pada Pasien
Pasca Stroke di RSUD Kabupaten Sumedang. (n=51)

No Pernyataan f %
1 Saya sangat takut meninggal 32 62.7
2* Pikiran tentang kematian jarang mengganggu pikiran saya 21 41.2
3* Pembicaraan tentang kematian tidak membuat saya gugup 19 37.3
4 Saya takut ketika berpikir tentang tindakan operasi yang harus saya jalani 37 72.5
5* Saya sama sekali tidak takut terhadap kematian 31 60.8
6* Saya tidak terlalu takut dengan penyakit stroke yang saya alami 32 62.7
7* Pikiran tentang kematian tidak pernah mengganggu saya 20 39.2
8 Saya sering merasa tertekan (stres) karena waktu berlalu begitu cepat 31 60.8
9 Saya takut mengalami sakaratul maut yang menyakitkan 38 74.5
10 Berpikir tentang kehidupan setelah kematian sangat membuat saya takut 38 74.5
11 Saya benar-benar takut terkena serangan jantung 44 86.3
12 Saya sering berpikir tentang betapa pendeknya hidup ini 39 76.5
13 Saya merasa ngeri ketika saya mendengar orang berbicara tentang bencana yang 47 92.2
menimbulkan banyak korban jiwa

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019


Kecemasan Kematian pada Pasien Pasca Stroke 31

No Pernyataan f %
14 Melihat jenazah mengerikan bagi saya 34 66.7
15* Saya merasa tidak ada yang perlu saya takutkan tentang masa depan 27 52.9
*pernyataan bernada negatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas perencanaan perawatan dan persiapan


tingkat kecemasan kematian yang dirasakan dalam menghadapi kematian serta dapat
oleh 51 pasien pasca stroke di Poliklinik Syaraf menyebabkan depresi apabila tidak tertangani
RSUD Kabupaten Sumedang hampir seluruh yang akan berdampak pada semakin tidak siapnya
dari responden mengalami kecemasan kematian pasien dalam menghadapi kematian (Gonen,
tingkat tinggi (76.5%), sedangkan sebagian kecil Kaymak, & Cankurtaran, 2012; Gokler, Dogan &
mengalami kecemasan kematian tingkat rendah Unsal, 2014). Kecemasan kematian tingkat tinggi
(23.5%). yang dialami pasien pasca stroke juga disebabkan
adanya faktor yang memengaruhi seperti jenis
Dari uraian tersebut dapat diketahui
kelamin, usia, suku, agama, tingkat pendidikan,
bahwa tingkat kecemasan kematian yang
pekerjaan dan status pernikahan. Sehingga dapat
dialami pasien pasca stroke hampir seluruh dari
disimpulkan bahwa adanya serangan stroke
responden mengalami kecemasan kematian
dan pengalaman memiliki penyakit stroke yang
tingkat tinggi. Serangan stroke yang mendadak
dialami dapat meningkatkan kecemasan kematian
dapat menyebabkan gangguan fisik, mental
(Tahery, 2016).
maupun mengakibatkan kematian (Junaidi,
2011). Ketidakpastian datangnya serangan stroke Disamping kecemasan kematian tingkat
berulang dapat menimbulkan rasa tidak aman tinggi yang dialami pasien pasca stroke, hasil
bagi pasien. Perasaan takut dengan penyakit penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian
stroke yang dialami pada penelitian ini memiliki kecil responden (23.5%) mengalami kecemasan
proporsi yang cukup tinggi yaitu sebesar 62.7%. kematian tingkat rendah. Tingkat kecemasan
Selain itu diketahui bahwa sekitar 75% pasien yang rendah dapat disebabkan oleh adanya
pasca stroke memiliki pengalaman terkena persepsi positif terkait proses penerimaan kondisi
serangan stroke pertama kali yang merasakan yang dialami serta baiknya koping yang dimiliki
kecemasan kematian tingkat tinggi. Menurut dari individu itu sendiri. Menurut Neimeyer,
Misbach (1999, dalam Hermayetty, Yuni, dan Wittkowski, dan Moser (2004 dalam Yuliana,
Perwita, 2008) mengatakan bahwa setelah 2013) memprediksi bahwa individu yang mampu
terjadinya serangan stroke yang dialami akan memaknai atau mempersepsikan hal positif
menimbulkan depresi pada penderita yang terkait kehidupan dan kematian, maka dapat
ditandai takut akan kematian. Menurut beberapa meningkatkan penerimaan mereka terhadap
peneliti takut akan kematian sama halnya dengan kematian. Selain itu adanya keyakinan dan
kecemasan kematian. Semakin tinggi kecemasan kepercayaan pun dapat membuat individu siap
kematian yang dialami pasien stroke maka akan dalam menghadapi kematian serta tidak perlu
menyebabkan pada penurunan kualitas hidup merasakan kecemasan atau rasa takut terhadap
(Tahery, 2016). Selain itu dengan munculnya kematian (Setyawan, 2013). Kecemasan kematian
persepsi negatif akan kematian yang berlebihan yang rendah dapat membantu individu siap
dapat menimbulkan stres tersendiri bagi mengatasi permasalahan (Wijaya & Safitri, 2014).
pasien dan keluarga, sehingga berdampak pada

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019


32 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

Item yang paling berkontribusi terhadap 39 responden (76.5%). Responden yang


tingginya kecemasan kematian yaitu pernyataan didominasi memasuki lanjut usia pada penelitian
nomor 13 yaitu merasa ngeri ketika mendengar ini hampir melakukan kontrol rutin setiap dua
orang berbicara tentang bencana yang minggu sekali bahkan dalam satu bulan bisa empat
menimbulkan banyak korban jiwa. Berdasarkan kali kontrol. Secara tidak langsung hal tersebut
hasil analisis item pernyataan pada Tabel 2 dapat memunculkan pemikiran bahwa waktu
didapatkan proporsi tertinggi sebesar 92.2%. yang dimiliki menjadi lebih singkat. Pendapat
Manusia memiliki emosionalitas negatif, sehingga Kalish dan Reynolds (1976 dalam Santrock,
hanya dengan membayangkan kematian ataupun 2002) pada usia dewasa tengah keadaan individu
melihat jenazah saja sudah dapat menimbulkan dipengaruhi oleh adanya time anxiety, dimana
kecemasan kematian (Lehto dan Stein, 2009). seseorang cenderung untuk selalu memikirkan
Dengan adanya kabar kematian maka akan sisa waktu dalam kehidupannya (Muthoharoh &
memunculkan kecemasan kematian pada individu Andriani, 2014).
(Lonetto & Templer, 1986). Selain itu peristiwa
Peristiwa kematian dan keyakinan akan
bencana yang dipersepsikan sebagai keadaan
sakaratul maut memicu timbulnya kecemasan
yang dahsyat oleh beberapa individu pun dapat
kematian. Berdasarkan analisis item pernyataan
munculkan kecemasan kematian.
nomor 9, bahwa takut akan sakaratul maut yang
Item pernyataan nomor 11 yaitu benar- menyakitkan merupakan salah satu item yang
benar takut terkena serangan jantung, item ini memiliki proporsi yang tinggi sebesar 74.5%.
berkaitan dengan timbulnya masalah kesehatan Dalam Islam sakaratul maut merupakan suatu
akibat penyakit yang dialami yaitu didapatkan proses kedahsyatan, tekanan, dan himpitan
hasil dengan persentase 86.3% Menurut pendapat kekuatan kematian yang mengalahkan manusia
Mosher dan Danoff-Burg (2007) individu yang dan menguasai akal sehatnya. Rasulullah SAW
memiliki hambatan seperti sakit fisik akan sulit pernah menuturkan bahwa sakaratul maut
untuk menyesuaikan diri terhadap hidup di itu “rasanya sebanding dengan tiga ratus kali
dunia. Pencetus munculnya kecemasan karena tebasan pedang” (HR. Ibnu Abi ad-Dunya). Adanya
adanya integritas individu seperti penurunan keterangan dan keyakinan akan hal tersebut
kemamuan fisiologis untuk melakukan aktivitas membuat responden memiliki kecenderungan
sehari-hari (Struart, 2013). Penderitaan secara untuk mengalami kecemasan dalam menghadapi
fisik merupakan salah satu hal yang berhubungan adanya sakaratul maut dan kematian.
erat dengan meningkatnya kecemasan kematian,
Pengalaman peristiwa kematian yang
sehingga dengan menurunnya fungsi fisiologis
menuntut individu untuk memikirkan tentang
dan peningkatan gejala distres akan menambah
kematian juga dapat menyebabkan timbulnya
rasa kecemasan kematian yang dirasakan pasien
kecemasan kematian. Adanya ungkapan dari
sehingga perlu dilakukannya manajemen fisiologis
pasien yang memiliki pengalaman kehilangan
dari pihak tenaga kesehatan untuk mengurangi
berupa melihatnya proses kematian saat terjadinya
kecemasan kematian yang diarasakan pasien
kecelakaan dan peristiwa kematian kehilangan
(Neel, Lo, Rydall, & Rodin, 2015)
orang terdekat terutama keluarga sendiri. Dengan
Selanjutnya, item pernyataan nomor demikian adanya temuan penelitian mengenai
12 yang berkaitan dengan pemikiran mengenai pengalaman traumatis kematian dan pemikiran
singkatnya kehidupan didapat proporsi sebanyak akan sakaratul maut yang menyakitkan pada

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019


Kecemasan Kematian pada Pasien Pasca Stroke 33

responden, membuktikan teori yang dikemukakan syaraf RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Templer (1970) bahwa kecemasan kematian Dengan diberikannya dukungan, hal tersebut
ditentukan oleh dua faktor yaitu psikologis dan akan memberikan pengalaman tersendiri pada
pengalaman hidup yang berhubungan dengan pasien, dimana pasien akan merasa diperhatikan
kematian atau sekarat. dan dicintai. Dukungan yang diberikan khususnya
pada pasien pasca stroke akan membantu dalam
Kecemasan kematian tingkat tinggi yang
mengurangi kecemasannya yang akan berdampak
dirasakan pasien pasca stroke dapat berdampak
pada kualitas hidup yang optimal. Sehingga akan
pada penurunan kualitas hidup. Kualitas hidup
medukung dalam proses rehabilitasi yang sedang
pasien stroke merupakan parameter keberhasilan
dijalani.
dalam menentukan intervensi. Maka dari itu
penting untuk memberikan dan mengembangkan Selain itu pengelolaan kecemasan
upaya preventif maupun promotif agar dapat kematian lainnya yang dapat dilakukan yaitu
menurunkan tingkat kecemasan kematian pasien konseling kelompok. Konseling kelompok
pasca stroke sehingga dapat tercapai kualitas memiliki peran penting disamping dukungan
hidup yang optimal serta meminimalisasi dampak keluarga. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
lanjutan. Adapun beberapa intervensi yang Yuliana (2013) mengungkapkan bahwa konseling
dapat diberikan diantarannya yaitu pendidikan kelompok membantu individu menemukan
kesehatan. Pemberian pendidikan kesehatan makna dan tujuan dalam hidup mereka sehingga
mengenai penyakit stroke serta proses rehabilitasi dapat meningkatkan kualitas hidup dan
menjadi aspek penting untuk menurunkan tingkat mengurangi kecemasan kematian pada individu
kecemasan kematian. Informasi yang dibutuhkan yang mengalami kecemasan terhadap kematian.
oleh pasien pasca stroke mengenai manajemen Menurut Breitbart (2001) mengungkapkan
diri untuk mencegah kekambuhan atau stroke bahwa kebersamaan membantu individu yang
ulang, informasi mengenai nutrisi yang harus sedang sakit dapat menemukan rasa memiliki,
dijalani, informasi mengenai resiko dan efek memberi makna dan tujuan hidup mereka.
samping pengobatan, informasi mengenai Dengan melakukan konseling kelompok dapat
kepastian kondisi penyakit, dan informasi berpengaruh terhadap individu yang sakit parah
mengenai penyakit stroke (Pratiwi dkk, 2017). seperti adanya penurunan distress, penurunan
kecemasan terhadap kematian dan peningkatan
Selanjutnya dukungan keluarga
keterampilan koping.
merupakan salah satu support system bagi pasien.
Adanya dukungan keluarga dapat memberikan Pemberian terapi spiritualitas juga
pengaruh pada individu untuk menjadi lebih baik merupakan hal penting untuk diberikan
agar dapat mencapai kebermaknaan hidupnya. khususnya pada pasien yang sakit. Terapi
Dukungan keluarga adalah hal yang penting spiritualitas adalah suatu upaya terapi dengan
untuk dilakukan khusunya pada pasien stroke menggunakan faktor agama, kegiatan keagamaan
(Okta, 2015). Agar manajemen psikososial pasien untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Kegiatan
menjadi baik dan mencapai kualitas hidupnya tersebut dapat dilakukan dengan cara seperti
tetap optimal. Penelitian yang dilakukan oleh shalat, berdoa, ceramah keagamaan, kajian
Rahayu (2017) menunjukkan bahwa ada kitab suci dan sebagainya (Wicaksana, 2008).
hubungan antara dukungan keluarga dengan Keyakinan spiritual dapat membantu mengatasi
kualitas hidup pasien pasca stroke di poliklinik permasalahan psikososial akibat penyakit,

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019


34 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

memberikan rasa tenang dan harapan positif bagi Emotional Freedom Technique). Pada penelitian
seseorang (Kozier, Erb, Berman, & Synder, 2010). selanjutnya dapat dilakukan untuk memperdalam
kecemasan kematian dengan metode kualitatif
Selain itu pengelolaan yang dapat
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
dilakukan menurut penelitian yang dilakukan
kematian.
oleh Sutomo (2016) pada pasien pasca stroke
yaitu terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom DAFTAR PUSTAKA
Technique). Terapi ini merupakan salah satu terapi
Adawiyah, R., Kariasa I. M. (2014). Faktor-faktor
komplementer kombinasi dari akupuntur dan
yang berhubungan dengan kualitas hidup
hypnotherapy yang dapat membantu berbagai
pada pasien pasca stroke. Retrieved from
masalah fisik, perawatan diri, mengatasi nyeri,
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/
dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengatasi
permasalahan psikologi pada pasien pasca stroke. American Heart Association. (2012). Emotional
Melalui teknik terapi SEFT ini diharapakan dapat Changes After Stroke. Retrieved from
membantu menurunkan kecemasan kematian http://www.strokeassociation.org
yang dirasakan oleh pasien pasca stroke di rumah
sakit. Barker-collo, S. L. (2007). Depression and anxiety
3 months post stroke : Prevalence
SIMPULAN DAN SARAN and correlates. Archives of Clinical
Neuropsychology, 22, 519–531. https://
Berdasarkan hasil penelitian yang
doi.org/10.1016/j.acn.2007.03.002
dilakukan pada 51 pasien pasca stroke, hampir
seluruh dari responden mengalami kecemasan Breitbart, W. (2001). Spirituality and Meaning
kematian tingkat tinggi (76.5%), sedangkan in Supportive Care: Spirituality and
sebagian kecil mengalami kecemasan tingkat meaning centered group psychotherapy
rendah (23.5%). Item pernyataan yang memiliki intervention in advanced cancer. Journal of
proporsi dengan persentasi yang tinggi yaitu Supportive Care in cancer, 10, 1-14. https://
perasaan takut ketika mendengar orang doi.org/10.1007/s005200100289
memperbincangkan tentang situasi bencana yang
banyak menimbulkan korban jiwa, benar-benar Chiun, C. L., Choo, Y.P. (2009). Age, Gender, and
takut terkena serangan jantung, sering berpikir Religiosity as related to death anxiety.
tentang betapa pendeknya kehidupan dan Sunway Academic Journal, 6, 1-16. Retrieved
perasaan takut mengalami sakaratul maut yang from https://pdfs.semanticscholar.org
menyakitkan.
Gokler, M. E., Dogan, R., & Unsal, A. (2014). An
Saran yang dapat dilakukan dalam Evaluation of Depression and Death
melakukan pengelolaan kecemasan kematian Anxiety Level in Hospitalized Patients
yaitu tenaga kesehatan khususnya perawat Because of Chronic Disease. Scholars
dan komunitas yaitu pihak puskesmas dapat Journal of Applied Medical Sciences,
memberikan upaya preventif maupun promotif 2, 1663–1668. Retrieved from www.
terkait kecemasan kematian dengan pemberian saspublisher.com
pendidikan kesehatan terkait informasi penyakit
Gonen, Kaymak, & Cankurtaran. (2012). The
stroke, meningkatkan dukungan keluarga, terapi
faktors contributing to death anxiety in
spiritual, kelompok konseling dan SEFT (Spiritual
cancer patients. Journal Psychosoc Oncol.

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019


Kecemasan Kematian pada Pasien Pasca Stroke 35

30: 347-358. https://doi.org/10.1080/07 10.2174/157339510791823835


347332.2012.664260
Mosher, C. E., & Danoff-Burg, S. (2007). Death
Harmayetty, I. Y, Anggun P. (2008). Memory Songs anxiety and cancer related-stigma: A
Decrease Depression for Stroke Patients. terror management analysis. Death
Jurnal Ners. Volume 3, 2, 34-36. Retrieved Studies, 31(10), 885-907. https://doi.
from https://e-journal.unair.ac.id/JNERS org/10.1080/07481180701603360

Irawati D, Subandi, dan Kumolohadi R. (2011). Muthoharoh, S., & Andriani, F. (2014, April).
Terapi Kongnitif Perilaku Religi untuk Hubungan antara religiutas dengan
Menurunkan Kecemasan Terhadap kecemasan kematian pada Dewasa tengah.
Kematian Pada Penderita HIV/AIDS. Jurnal Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial,
Intervensi Psikologi. Volume 2, 2, 169-186 3(1), 23-29.
. doi: 10.20885/intervensipsikologi.vol3.
National Institute of Neurologial Disorder and
iss2.art2
Stroke. (2014). Stroke Information Page.
Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke Waspadai USA. Retrieved from https://www.ninds.
Ancamanya. Yogyakarta: Penerbit Andi. gov

Kim, J. S. (2016). Post-stroke Mood and Emotional Neel, C., Lo, C., Rydall, A., & Rodin, G. (2015).
Disturbances : Pharmacological Determinant of death anxiety in patients
Therapy Based on Mechanisms, 18(3), with advanced cancer. BMJ Support
244–255. http://dx.doi.org/10.5853/ Palliative care, 5(4), 373-380. https://doi.
jos.2016.01144 org/10.1136/ bmjspcare-2-12-000420

Kneebone, I. I, Lincoln, Nadina B. (2012). Okta I., Martini S. (2015). Hubungan antara
Psychological Problems after stroke and karakteristik pasien stroke dan dukungan
their management: State of Knowledge. keluarga dengan kepatuhan menjalani
Neurosciene & Medicine, 3, 83-89. http:// rehabilitasi. Jurnal Berkala Epidemiologi,
dx.doi.org/10.4236/nm.2012.31013 Vol 3, 1, 24-34. Retrieved from https://e-
journal.unair.ac.id/JBE
Lapchak, P. A. (2015). Neuronal Dysreglation
in Stroke-Associated Pseudobulbar Pratiwi, S. H., Sari, E. A., & Mirwanti, R. (2017).
Affect (PBA): Diagnostic Scales and Kebutuhan Pasien Pasca Stroke Pada
Current Treatment Options. J Neurol Fase Rehabilitasi. Fakultas Keperawatan
Neurophysiol, 6(5), 1–13. https://doi. Universitas Padjadjaran
org/10.4172/2155-9562.1000323
Price, Wilson, L McCarty. (2005). Patofisiologi :
Lehto, & Stein, K. (2009). Death Anxiety: an Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
analysis of an evolving concept. Theory 6. Jakarta: EGC.
Nursing Practice, 23(1), 23-41. https://
Pinzon R, Asanti L. (2010). Awas Stroke:
doi.org/10.1891/1541-6577.23.1.23.
Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan
Lonetto, Leonard, B. (2010). The concept of & Pencegahan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
depression as a dysfunction of the
Rahayu, A. (2017). Hubungan Dukungan
immune system. (6), 205-212. doi:

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019


36 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pada Tahery, N. (2016). A Comparison of Death Anxiety
Pasien Pasca Stroke di Poliklinik Syaraf and Quality of life of Stroke Survivors. The
RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya. Chicago School of Professional Psychology.
Universitas Siliwangi Retrieved from http://search.proquest.
com/openview
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Templer, D. I. (1970). The Construction and
Pengembangan Kementrian RI. Validation of Death Anxiety Scale. The
Journal of General Psychology, 82, 165-
Santrock, J. (2002). Life Span Development:
177. https://doi.org/10.1080/00221309.
perkembangan masa hidup (5th ed.).
1970.9920634
(Achmad. C. Damanik, Trans.) Jakarta:
Erlangga. Wicaksana. (2008). Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa.
Yogyakarta: Kanisius.
Setyawan, F. (2013). Hubungan spiritualitas
dengan tingkat kecemasan menghadapi Wijaya, F. S, & Safitri, R.M. (2014). Persepsi
kematian pada lansia umur di atas 60 Terahadap Kematian Pada Kecemasan
tahun di Dusun Tanggulangin, Pandean, Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia.
Ngablak, Magelang, Jawa Tengah. Naskah Retrieved from http://fpsi.mercubuana-
publikasi keperatawan , 10-15 yogya.ac.id/wp-content/uploads

Simon, D. (2014). Death Anxiety In Palliative World Health Organization. (2015). The Global
Care. Palliative Medicine & Care: Open Burden of Cerebrovascular Disease. Last
Access, Symbiosis, 1(1):2. http://dx.doi. update: January 2015. Retrieved from
org/10.15226/2374-8362/1/1/00105 http://www.who.int/healtinfo/statistics/
bod_cerebrovasculardiseasestroke.pdf
Sutumo., P. F. (2016). Efektifitas Teknik SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) (2012). Indonesia Statistical
Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Profile. Last Update
Pada Pasien Pasca Stroke. Jurnal
Yuliana. (2015). Mengatasi Kecemasan Terhadap
Keperawatan. Retrieved from https://
Kematian Pada Pasien Sakit Parah Melalui
jurnalkeperawatan.lppmdianhusada.
Konseling Kelompok. Seminar Psikologi &
ac.id/index.php/jk
Kemanusiaan, 458. Retrieved from http://
Stuart. G, W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa mpsi.umm.ac.id/files/file/458-463%20
Edisi 5. Jakarta : EGC Yuliana.pdf

JKA | Volume 6 | Nomor 1 | Juni 2019

You might also like