Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Lutpyah 210141010251
Supervisor Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Lutpyah 210141010251
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
B. Mekanisme Nyeri..................................................................................................................
C. Klasifikasi Nyeri..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
aktual.1 Nyeri bersifat subjektif dan memiliki batas toleransi yang berbeda bagi
tiap orang. Sifat nyeri memiliki karakteristik yang berbeda dengan stimulus panca
indera. Mekanisme terjadinya nyeri melewati beberapa tahap yaitu dimulai dari
berdasarkan intensitas nyeri, ialah nyeri ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan
yang kompleks dan begitu beragam, dibutuhkan penilaian yang signifikan agar
1
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
A. Definisi Nyeri
satu alasan utama orang mencari pertolongan medis. Nyeri menurut International
Association The Study of Pain (IASP) tahun 2020 adalah pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual
2) Nyeri dan nosisepsi adalah fenomena yang berbeda. Nyeri tidak dapat
jiwa. Nyeri merupakan cara tubuh untuk memberitahu kita bahwa terjadi sesuatu
yang salah, nyeri bekerja sebagai suatu sistem alam yang merupakan sinyal yang
menyakitkan kita, dengan cara ini melindungi kita dari keadaan yang berbahaya.
2
Nyeri dapat mengenai semua orang, tanpa memandang ras, jenis kelamin, umur,
Nyeri terjadi sebagai akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata, disebut
Nyeri juga timbul akibat adanya rangsangan yang berpotensi rusak, dan
disebut sebagai nyeri fisiologis, misalnya cubitan atau terkenal api rokok, hal
1. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan jaringan,
2. Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung dalam waktu > 3 bulan, menetap
penyebab pastinya.
B. Mekanisme Nyeri
Secara umum, transmisi nyeri perifer terdiri dari produksi sinyal listrik pada
ujung saraf nyeri (transduksi) yang diikuti dengan penyebaran sinyal tersebut
1) Transduksi
3
mekanoreseptor, yang merespons terhadap cubitan dan tusukan peniti, 2)
nosiseptor diam, yang hanya merespons jika ada peradangan, dan 3) nosiseptor
mekanopanas polimodal. Yang terakhir adalah yang paling umum dan bereaksi
terhadap tekanan berlebihan, suhu ekstrem (>42 oC dan <18oC), dan algogen (zat
sakit. Reseptor VR1 tidak hanya merespons rasa sakit tetapi juga terhadap proton
dan suhu >43oC. Reseptor lain, VRL-1, yang merespons suhu di atas 50 oC tetapi
2) Transmisi
Impuls nyeri ditransmisikan melalui dua sistem serat. Adanya dua jalur nyeri
menjelaskan adanya dua komponen nyeri: sensasi cepat, tajam, dan terlokalisasi
dengan baik (nyeri pertama) yang dihantarkan oleh serabut Aδ; dan sensasi nyeri
yang lebih lambat dan tidak terlokalisasi dengan baik (nyeri kedua) yang
0,5 hingga 2 m/s. Kedua kelompok serat berakhir di tanduk dorsal sumsum tulang
sinaptik antara neuron tingkat pertama dan sel tanduk dorsal di sumsum tulang
belakang merupakan tempat yang sangat plastis. Oleh karena itu, tanduk dorsal
4
disebut sebagai gerbang, dimana impuls nyeri dapat “dipagari” yaitu
dimodifikasi.3
Neuron tingkat kedua adalah neuron spesifik nosiseptif atau neuron rentang
reseptif somatik yang terpisah; mereka biasanya diam dan hanya merespons
masukan aferen berbahaya dan tidak berbahaya dari serabut Aβ, Aδ, dan C.
a) Transmisi Sentral
b) Transmisi
Akson dari sebagian besar neuron orde kedua melintasi garis tengah di
nukleus raphe magnus, dan periaqueductal grey. Saluran menaik ini dapat
5
talamus dan membawa aspek diskriminatif nyeri, seperti lokasi, intensitas, dan
3) Modulasi
a) Modulasi Perifer
b) Modulasi Sentral
fasilitasinya adalah :
6
- Penutupan dan sensitisasi neuron tingkat kedua.
merangsang Nitric Oxide Synthase (NOS) dan produksi Nitric Oxide (NO).
NO sebagai molekul gas berdifusi keluar dari neuron dan melalui aksi pada
Bergantung pada ekspresi saluran ion yang dikontrol cGMP di neuron target,
4) Persepsi
II dan I di girus pasca-pusat dan dinding superior fisura sylvian. Persepsi dan
lokalisasi nyeri yang berbeda terjadi di area kortikal ini. Beberapa serabut
7
c) Mekanisme Penghambatan dapat Berupa Segmental atau Supraspinal
dan nukleus raphe magnus (NRM). Akson dari struktur ini bekerja secara
prasinaps pada neuron aferen primer dan pascasinaps pada neuron tingkat
d) Respon Refleks
rangka dan simpatis di sumsum tulang belakang, batang otak, dan pusat yang
lebih tinggi. Sinapsis ini bertanggung jawab atas aktivitas otot refleks yang
8
berhubungan dengan nyeri. Dengan cara yang sama, aktivasi refleks simpatis
Hal ini meningkatkan detak jantung dan tekanan darah yang mengakibatkan
pusat pernafasan atau hipoventilasi akibat belat dan spasme otot refleks.
yang merugikan.8
Mekanisme nyeri ini juga dapat dibagi menjadi mekanisme nyeri nosiseptif
menjadi potensial aksi yang dibawa oleh serabut Aδ tipis dan serabut C tak
bermielin dari ujung saraf bebas ke sistem saraf pusat, di mana rangsangan
9
H+, K+ dan prostaglandin. Prostaglandin penyebab peradangan adalah
prostaglandin Pge2 dan Pgh, yang menyadarkan ujung saraf bebas di baik di
inflamasi tetap ada, terjadi perubahan plastisitas peripheral dan sistem saraf
10
2. Mekanisme yang Menghasilkan Nyeri Neuropatik
Pada sistem saraf tepi, neuropatik rasa sakit mungkin timbul sebagai
akibat dari lesi langsung dari akson. Lesi ini dapat memicu keluarnya
cairan ektopik, yang mencapai sistem saraf pusat dan ditafsirkan sebagai
rasa sakit yang datang dari daerah yang bersangkutan persarafan. Nyeri
dari akson yang rusak sebagian, serta utuh akson yang berdekatan.10
sinaptik dapat terjadi dari lesi serat C dan Aδ tipis (nosiseptif), terkemuka
stimulus nyeri.10
C. Klasifikasi Nyeri
dibagi menjadi dua kategori yang terdiri dari nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri
nyeri inflamasi, atau nyeri neuropatik), etiologi (misalnya nyeri pasca bedah, nyeri
trauma, nyeri persalinan, atau nyeri kanker), dan intensitas nyeri (nyeri ringan,
11
12
1) Berdasar Durasi (Waktu Terjadinya)
a) Nyeri Akut
beberapa detik sampai dengan 6 (enam) bulan. Nyeri akut biasanya datang
tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cedera spesifik, jika ada kerusakan maka
berlangsung tidak lama dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya
menyebutkan nyeri akut adalah bila < 12 minggu. Nyeri antara 6-12 minggu
adalah nyeri sub akut. Nyeri diatas 12 minggu adalah nyeri kronis.12
fungsi abnormal otot atau organ visceral. Nyeri akut selalu bersifat nyeri
maka nyeri nosiseptif berubah menjadi nyeri akut. Karena jarak antara nyeri
nosiseptif dan nyeri akut hanya beberapa detik dan mekanismenya pun sama,
maka di dalam klinik nyeri nosispeptif selalu diidentikkan dengan nyeri akut.
Bentuk yang paling umum dari nyeri akut adalah nyeri pascatrauma, pasca
bedah, dan nyeri persalinan serta nyeri yang terkait dengan penyakit medis
13
Terdapat dua jenis nyeri akut, yaitu nyeri somatik jika berasal dari jaringan
soma dan nyeri viseraljika nyeri berasal dari organ viseral (jantung, ginjal,
- Nyeri Somatik, nyeri akibat input nosiseptif pada bagian luar tubuh. Nyeri
ini dapat berasal dari kulit, ligamentum, tendon, otot, sendi, dan tulang.
Nyeri somatik superfisial terjadi jika input nosiseptif berasal dari jaringan
dalam yakni jika nyeri berasal dari otot, tendon, sendi, atau tulang. Sensasi
nyerinya dapat terasa tumpul, dan lokalisasinya kurang jelas. Selain itu,
daerah lokalisasinya. Sebagai contoh, nyeri akibat luka ringan pada sendi
akan terlokalisasi pada siku, tetapi luka berat atau berkepanjangan pada
- Nyeri Viseral, nyeri yang berasal dari organ internal mayor. Viseral adalah
organ tubuh yang terletak di dalam rongga tubuh seperti rongga abdomen
dan rongga toraks. Nyeri akur viseraldisebabkan oleh proses penyakit atau
organ yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang dalam ini karena adanya
14
dapat mengakibatkan nyeri visera yang dalam bila terluka. Gambaran
Merupakan nyeri rujukan dari organ lain, nyeri yang terkait dengan
Bersifat difus dan tidak terlokalisasi, biasanya pada garis tengah (tidak
b) Nyeri Kronis
berlangsung selama lebih dari 3-6 bulan atau lebih. Nyeri kronis bersifat
konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri
kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk
seringkali masih ada meskipun cedera sudah ditangani. Nyeri kronis mungkin
15
faktor lingkungan, atau keduanya, sering memainkan peran utama.15
tajam (lacinating) atau seperti terbakar. Ciri khas dari nyeri neuropatik adalah
kronis, gangguan viseral kronis, lesi saraf perifer, akar saraf, atau ganglion
nyeri pasca-herpes), lesi pada system saraf pusat (stroke, cedera pada medulla
spinalis, dan multiple sklerosis), dan nyeri kanker. Nyeri pada gangguan
saraf perifer atau sentral bersifat neuropatik. Nyeri yang terkait dengan
a. Nyeri Nosiseptik
b. Nyeri Neuropatik
16
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang terjadi karena adanya lesi atau
lama dan sulit untuk di terapi. Salah satu bentuk yang umum dijumpai di
praktek klinik adalah nyeri pasca herpes dan nyeri neuropatik diabetika. 14
c) Nyeri Inflamatorik
nosiseptif. Salah satu bentuk yang umum dijumpai di praktek klinik adalah
osteoarthritis. 14
d) Nyeri Campuran
pada nosiseptor maupun neuropatik. Salah satu bentuk yang umum dijumpai
adalah nyeri punggung bawah dan ischialgia akibat HNP (Hernia Nukleus
Pulposus). 14
a. Tidak Nyeri
b. Nyeri Ringan
c. Nyeri Sedang
17
Rasa nyeri seseorang dalam intensitas yang lebih berat. Biasanya mulai
seseorang.14
d. Nyeri Berat
Nyeri berat/ hebat merupakan nyeri yang dirasakan berat oleh pasien dan
membuat pasien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa, bahkan akan
terganggu secara psikologis dimana orang akan merasa marah dan tidak
informasi vital yang berkaitan dengan proses nyeri pasien. Mnemonik PQRST
Apa yang sedang dilakukan ketika rasa nyeri muncul? Apa yang
Aktifitas?
Seperti apa rasa nyerinya? Gunakan kata untuk menjelaskan seperti tajam,
3. R = Region/Radiates (Penyebaran)
18
Dimana lokasi rasa nyeri nya? Apakah rasanya menyebar? Kemana?
Seburuk apa rasa nyeri nya dalam skala 0-10, dengan 0 tidak terasa sama
sekali dan 10 sangat sakit? Apakah menganggu aktifitas sehingga Anda harus
5. T = Timing (Waktu)
bulanan? Apakah tiba-tiba atau bertahap? Apa yang Anda lakukan saat
hari? malam? pagi hari? Apakah Anda pernah terbangun karenanya? Apakah
itu mengarah ke hal lain? Apakah disertai tanda dan gejala lain? Apakah itu
pernah terjadi sebelum, selama atau setelah makan? Apakah itu terjadi secara
musiman?
Lalu ada juga alat pengukuran nyeri yang dapat digunakan bersifat
ukur nyeri yang melihat satu dimensi nyeri yang dirasakan pasien. Pengkajian
skala nyeri unidimensional terdiri dari visual analog scale, verbal rating scale,
numerik pain rating scale, dan wong baker face pain rating scale yang dijelaskan
sebagai berikut:
VAS adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri.
Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang
19
mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis
sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter (Gambar 2).
Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang
lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat
vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/
reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat
nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada
VAS atau skala reda nyeri (Gambar 3). Skala numerik verbal ini lebih
tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang,
20
parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak
hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali.
Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat
kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk
tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar
21
d. Wong Baker Pain Rating Scale
Wong Baker Pain Rating Scale digunakan pada pasien dewasa dan anak >
(Gambar 5).
FLACC. Skala FLACC di gunakan untuk pengkajian rasa nyeri anak saat
anak belum mampu menjelaskan rasa nyeri yang di alaminya, hal ini
memudahkan dalam menilai skala nyeri. Alat ini mampu mengukur lima
Penilaian
Kategori 0 1 2
Wajah Tidak ada ekspresi Terkadang meringis Sering
tertentu atau atau mengerutkan mengerutkan dahi,
tersenyum dahi, menolak, mengatupkan
22
ataupun tidak tertarik rahang, dagu
bergetar
Tungkai Posisi tungkai Tidak tenang, gelisah, Menendang atau
normal atau rileks tegang menarik tungkai
ke atas
Aktifitas Berbaring Menggeliat, membalik Melengkung,
sebentar, posisi ke belakang dan ke kaku, atau
tubuh normal, depan, tegang menghentak
sangat mudah
bergerak
Menangis Tidak menangis Merintih atau Memangis dengan
(sadar atau terjaga) merengek, terkadang mantap, berteriak
mengeluh atau terisak, sering
mengeluh
Kemampuan Senang atau rileks Ditegaskan dengan Sulit untuk dihibur
untuk dapat tekadang menyentuh, atau sulit nyaman
dihibur memeluk, atau
berbicara, dapat
dialihkan
karateristik nyeri, tipe nyeri dan membantu intervensi yang efektif. Nyeri akut
pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Berhubungan dengan cedera
jaringan (trauma atau pembedahan), (2) Penyebab nyeri jelas dan mudah dikenali,
(3) Nyeri harus segera ditangani dan (4) Durasi nyeri dapat diantisipasi.12
Nyeri pasca operasi harus dinilai dan diberi tatalaksana yang adekuat.
Penatalaksanaan yang tidak adekuat akan dapat berujung pada peningkatan derajat
adekuat. Tatalaksana yang adekuat akan menuntun pada pemulihan yang lebih
23
cepat, komplikasi yang minimal, risiko nyeri persisten yang lebih kecil, dan
pada umumnya, yaitu mencari informasi tentang lokasi, intensitas, kualitas nyeri,
memperberat rasa nyeri, dan dampak nyeri (mis: gangguan tidur, aktivitas, dan
pekerjaan). Pada esesmen nyeri diperlukan pula diskusi dengan pasien tentang
pilihan tindakan untuk mengurangi nyeri dan evaluasi terhadap hasil pengobatan
pada kondisi pasca operasi. Perangkat penilaian ini meliputi, Visual Analogue
Scale, Pain Intensity Scale, Verbal Rating Scale, dan Numerical Rating Scale.
Poin Intensity Scale menanyakan intensitas nyeri dalam 6 skala, yaitu tidak nyeri,
nyeri ringan, nyeri mengganggu, nyeri yang menyusahkan, nyeri yang sangat
hebat, dan nyeri yang mengancam. Pemilihan skala nyeri untuk penilaian
intensitas nyeri pasca operasi tergantung pada beberapa hal yaitu, kemudahan
keparahan nyeri, dapat dipakai sebagai pembanding untuk evaluasi hasil terapi,
Numeric Pain Intensity Scale (NPIS) adalah perangkat yang umum dipakai
untuk proses pengukuran intensitas dan derajat nyeri pasien dengan menggunakan
semakin berat pula nyeri yang dirasakan pasien. NPIS dilakukan pada pasien yang
bisa bekerja sama dengan petugas kesehatan. Dari hasil pengukuran derajat dan
intensitas nyeri dengan menggunakan NPIS ini akan didapat kesimpulan data 0:
24
tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan, 4-6: nyeri sedang, dan 7-10 nyeri hebat.
Faces Pain Scale (FPS) merupakan suatu pengukuran intensitas nyeri pasien
dengan memperhatikan ekspresi wajah pasien saat mengeluh nyeri. Dari hasil
pengukuran derajat dan intensitas nyeri dengan menggunakan FPS ini akan
didapat kesimpulan data 0: tidak nyeri, 2-3: nyeri ringan, 4-6: nyeri sedang, dan 7-
10 nyeri hebat.
Nyeri di ruang gawat darurat pada umumnya muncul sebagai akibat trauma
atau sebagai manifestasi penyakit utama. Penilaian di ruang gawat darurat pada
penyebab. Penilaian nyeri yang singkat diperlukan untuk memastikan tipe nyeri,
intesitasi nyeri dan digunakan sebagai dasar pemilihan analgesia yang sesuai.
komponen sensorik terutama ditujukan untuk menilai tipe nyeri dan intensitas
nyeri. Pengukuran intensitas nyeri dapat dilakukan dengan VAS, NRS, atau VRS.
adanya nyeri.20
25
Ekspresi Wajah Tidak terlihat adanya tonus otot wajah Rileks, netral 0
Terlihat mengerut dahi, alis menurun, otot Tegang 1
orbital menegang dan kontraksi otot
levator
Menyeringgai/ 2
Terjadi seluruh gerakan fasial diatas dan meringgis
kelopak mata tertutup kuat-kuat
Gerakan tubuh Tidak bergerak sama sekali (namun tidak Tidak ada gerakan 0
berarti tidak merasa nyeri) tubuh
Terdapat gerakan pelan, yang berhati-hati Proteksi 1
menyentuh atau menggosok lokasi nyeri
mencari perhatian dengan melakukan
gerakan
Menarik selang infuse, mencoba duduk, Gelisah 2
menggerakan ekstremitas atau memukul,
tidak mematuhi perintah, menyerang staf,
mencoba turun dari tempat tidur
Atau
Vokalisasi (pasien Berbicara dengan nada normal atau tidak Berbicara dengan 0
tanpa intubasi) mengeluarkan suara nada normal atau
tidak mengeluarkan
suara
Mengeluh, menggeleng, merintih Mengeluh, 1
mengerang,
merintih
26
Nyeri kronis tidak hanya mempengaruhi pasien secara individu, tetapi juga
orang lain yang signifikan (pasangan, kerabat, atasan dan rekan kerja dan teman),
sehingga perawatan yang tepat pengobatan yang tepat sangat penting. Pengobatan
yang memuaskan hanya dapat diperoleh dari penilaian yang komprehensif dari
etiologi biologis dari rasa sakit dalam hubungannya dengan presentasi psikososial
kecemasan, depresi, dan kemarahan), persepsi dan dan pemahaman tentang gejala,
dan reaksi terhadap gejala tersebut oleh orang lain yang signifikan. Premis utama
fungsional individu dengan nyeri kronis. Oleh karena itu, diperlukan penilaian
fisik)?
menderita, cacat, dan tidak dapat untuk menikmati kegiatan yang biasa
dilakukan?
penyakit atau cedera, atau apakah ada bukti gejala yang penguatan untuk
27
salah satu dari berbagai alasan psikologis atau sosial (mis. manfaat seperti
standar. Penyedia layanan kesehatan perlu untuk mencari penyebab nyeri melalui
pemeriksaan fisik dan tes diagnostik sambil secara bersamaan menilai suasana
hati pasien, ketakutan, harapan, upaya penanganan, sumber daya, tanggapan orang
lain yang signifikan, dan dampak dari nyeri pada kehidupan pasien. 22 Karena tidak
ada 'termometer rasa sakit' yang dapat memberikan kuantifikasi yang obyektif
tentang tingkat atau tingkat keparahan nyeri yang dialami oleh pasien, hanya
dapat dinilai secara tidak langsung berdasarkan komunikasi terbuka pasien, baik
Tujuan umum dari riwayat kesehatan dan evaluasi medis adalah untuk
a. Anamnesis
28
yang mempengaruhi laporan subjektif dari karakteristik nyeri, yang dapat
People atau tanggapan orang lain) yang dapat digunakan sebagai panduan
pasien selama wawancara, karena banyak obat nyeri yang dikaitkan dengan
hanya akrab dengan obat-obatan yang digunakan untuk nyeri kronis, tetapi
juga dengan efek samping dari obat yang mengakibatkan kelelahan, kesulitan
depresi.24
b. Intensitas Nyeri
Paling umum digunakan adalah NRS yang meminta pasien untuk memberi
29
nilai nyeri khas pada skala dari 0 hingga 10 di mana 0 sama dengan tidak ada
rasa sakit dan 10 adalah rasa sakit terburuk yang dapat dibayangkan 20 dan
VRS yang menggunakan deskriptor verbal dan meminta pasien untuk pasien
keparahan nyeri yang diminta untuk dinilai oleh pasien (misalnya, nyeri rata-
rata, dan nyeri paling parah), area nyeri (misalnya nyeri di lokasi tertentu vs
nyeri seluruh tubuh), keadaan (nyeri saat istirahat vs gerakan), dan kerangka
waktu bahwa pasien diminta untuk mengingat kembali untuk melaporkan rasa
sakit mereka (misalnya nyeri saat ini vs nyeri selama seminggu terakhir vs
pada waktu nyata dan bukan ingatan. Pasien dapat diminta untuk membuat
catatan harian rutin tentang intensitas nyeri dengan peringkat yang dicatat
beberapa kali setiap hari (misalnya makan dan waktu tidur) selama beberapa
hari atau minggu dan beberapa nyeri peringkat nyeri dapat dirata-ratakan dari
waktu ke waktu.
Terapi farmakologi merupakan terapi yang paling sering diberikan pada kasus
30
nyeri dengan penggunaan non-opioid, seperti NSAID dan asetaminofen. Jika
opioid dosis rendah seperti kodein atau tramadol, tata laksana selanjutnya jika
nyeri tetap berlanjut maka penggunaan opioid dosis tinggi seperti morfin hingga
Nyeri akut dan nyeri kronik memerlukan pendekatan terapi yang berbeda. Pada
penderita nyeri akut, diperlukan obat yang dapat menghilangkan nyeri dengan
cepat. Pasien lebih dapat mentolerir efek samping obat daripada nyerinya. Pada
penderita kronik, pasien kurang dapat mentolerir efek samping obat. Prinsip
pengobatan nyeri akut dan berat (nilai Visual Analogue Scale = VAS 7-10) yaitu
pemberian obat yang efek analgetiknya kuat dan cepat dengan dosis optimal.
Pada nyeri akut, harus dipilih dosis optimum obat dengan mempertimbangkan
kondisi pasien dan keparahan nyeri. Pada nyeri kronik, dokter harus mulai
sampai nyeri terkendali. Pemilihan obat awal pada nyeri kronik ditentukan oleh
keparahan nyeri.11,25 Pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik yang paling
Opioid sebagai terapi andalan seharusnya tidak diterapkan untuk semua nyeri
31
kronis kecuali nyeri kanker. Penerapan opioid pada tangga penatalaksanaaan nyeri
WHO sudah mengalami modifikasi sejauh ini. Menurut WHO yang merupakan
pertama untuk semua pasien dengan nyeri persisten sedang sampai berat.
Pedoman ini menunjukkan bahwa opioid dapat digunakan untuk sementara dalam
upaya untuk mengontrol rasa nyeri yang sangat parah, namun tidak digunakan
sebagai lini pertama untuk pengelolaan jangka panjang pada nyeri kronik non
kanker. Sebaliknya untuk nyeri kronik non kanker maka penggunaan jangka
Protokol ini dikenal dengan nama WHO analgesic step ladder seperti pada
gambar.25
32
Gambar 7. WHO Step Ladder 25
33
BAB III
KESIMPULAN
Nyeri bersifat subjektif dan memiliki batas toleransi yang berbeda bagi tiap orang.
Berdasarkan durasi, nyeri dibagi menjadi nyeri akut dan kronik. Nyeri akut
nyeri yang menetap melampaui proses penyakit akut atau melebihi waktu
penyembuhan normal, biasanya berlangsung selama lebih dari 3-6 bulan atau
lebih. Nyeri akut dan kronik dapat dinilai dengan menggunakan beberapa
multidimensi.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Buku Teks KATI-PERDATIN. Jakarta : Gramedia; 2019 p 1114-1124 ]
14. Yaksh TL, Luo D. Pain Management. In : Waldman S, editor. Pain
Mangement. Edisi ke-2. Philadelphia : Elsevier; 2011
15. Liwang F, Yuswar P, Wijaya E, Sanjaya N. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II.
Jakarta: Media Aesculapius; 2020
16. Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
17. Bieri D, Reeve RA, Champion CD, Addicoat L, Ziegler JB. The faces pain
scale for the self-assessment of the severity of pain experienced by children:
development, initial validation, and preliminary investigation for ratio scale
properties. Pain 1990;41:139-150
18. Merkel, S. et al. The FLACC: A Behavioural Scale for Scoring
Postoperative Pain in Young Children, Pediatric Nurse 23(3): 293-297,
1997. Copyright: Jannetti Co. University of Michigan Medical Centre.
19. Malviya, S., Vopel-Lewis, T. Burke, Merkel, S., Tait, A.R. (2006). The
revised FLACC Observational Pain Tool: Improved Reliability and Validity
for Pain Assessment in Children with Cognitive Impairment. (Pediatric
Anesthesia 16: 258-265).
20. Martha KS, Seven S, Anatasia H.Perbandingan Efektivitas Antara Critical-
Care Pain Observation Tool (CPOT) dengan Wong-Baker terhadap Skor
Nyeri Pasien di ICU. Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
masyarakat Universitas Mohammad Husni Thamrin. 2021
21. Dansie EJ, Turk DC. Assessment of Patients with Chronic Pain. Br J
Anaesth. 2013 Jul;111(1):19-25. doi: 10.1093/bja/aet124. PMID: 23794641;
PMCID: PMC3841375
22. Turk DC, Robinson JP. Assessment of patients with chronic pain— a
comprehensive approach. In: Turk DC, Melzack R, eds. Handbook of Pain
Assessment, 3rd Edn. New York, NY: Guilford Press, 2011; 188–210
23. Fornasari D. The Appropriate Treatment of Chronic Pain. Clin Drug Invest
2012
24. Christo PJ, Grabow TS, Raja SN. Opioid Effectiveness, Addiction, and
Depression in Chronic Pain. Adv Psychosom Med 2004
36
25. Murdiyanto, Joko. Manajemen Nyeri Akut dan Nyeri Refrakter.
Http: //perawattegal.wordpress.com/tag/manajemen-nyeri/ . 2012
37