You are on page 1of 12

Edisi Khusus No.

2, Agustus 2011

PEMBELAJARAN TEMATIS DI SEKOLAH TINGKAT AWAL BERBASIS SENI


(Studi Kasus di Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang)

Oleh: Uus Karwati

ABSTRAKSI
Kegiatan pendidikan seni budaya dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pewarisan nilai-
nilai luhur budaya bangsa sejak dini kepada generasi penerusnya agar mereka tidak tercerabut
dari akar-akar budayanya. Agar proses pembelajaran dapat dimaknai siswa didik, maka guru
harus menyusun program pembelajaran sesuai keadaan psikologis siswa didik dengan strategi
pembelajaran yang tepat agar kegiatan pembelajaran dirasakan bermakna oleh siswa didik.
Salah satu kegiatan pembelajaran seni budaya secara non formal pada siswa didik tingkat
awal yakni di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang dengan menerapkan pendekatan
tematik dan model terpadu, dengan memadukan tiga materi pembelajaran yakni seni musik,
seni tari dan seni kerajinan. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yakni secara
kualitatif dan kuantitatif yang disebut sebagai mixed methode (Creswell: 2009). Berdasarkan
hasil pengamatan diperoleh kesimpulan bahwa berdasarkan hasil penghitungan skor preetest
dan posttest, diketahui bahwa aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor siswa didik setelah
mengikuti pembelajaran dengan model terpadu menunjukan kenaikan yang signifikan. Proses
ini ditunjukan dengan kemampuan praktek siswa didik dalam menunjukan kemampuan
seninya melalui proses belajar seni budaya di sanggar tersebut secara lebih bermakna.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan hidup manusia yang
berbudaya. Melalui kegiatannya pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya
pewarisan nilai-nilai luhur budaya bangsa kepada generasi penerusnya agar mereka tidak
tercerabut dari akar-akar budayanya. Nilai-nilai budaya akan mengkristal menjadi sistem nilai
yang menjadi dasar tingkah laku dan menentukan sikap perilaku kehidupan manusia.
Pemahaman dan kesadaran terhadap akar-akar budaya dan nilai-nilainya pada anak didik,
diharapkan mampu mengembangkan kepribadian yang kreatif dan mampu menempatkan
dirinya di berbagai lingkungannya.
Menurut Tilaar (1999:63) nilai-nilai dan norma budaya yang berkembang di suatu
lingkungan masyarakat itu harus hidup, menghidupi, dan mengarahkan kehidupan
masyarakatnya kini dan masa depan guna memperkuat jati diri demi ketahanan bangsa. Sikap
dan kemampuan serta pemahamannya terhadap nilai-nilai budaya, kelak akan dapat
membimbing hidup manusia dalam menghadapi nilai-nilai global. Dibagian lain Tilaar
menekankan bahwa pembangunan pendidikan di Indonesia harus diupayakan berbasis pada
nilai-nilai budaya yang hidup di lingkungan masyarakat agar membentuk individu yang
menjadi bagian dari komunitasnya. Agar dapat dipahami siswa didik, maka pengenalan nilai-
nilai budaya dapat dikenalkan sejak dini melalui kegiatan pembelajaran.

86 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

Kegiatan belajar mengajar pada siswa didik di tingkat usia awal merupakan hal yang
menarik untuk dikaji. Agar proses pembelajaran dapat dimaknai siswa didik, maka guru harus
menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan keberadaan peserta didik terutama
berhubungan dengan kondisi psikologisnya. Guru juga dituntut agar dapat mencari dan
menyusun strategi pembelajaran yang tepat sehingga kegiatan belajar mengajar tidak
mengalami kejenuhan namun sesuai dengan tujuan akhir yang hendak dicapai dalam program
pembelajaran.
Guru harus berupaya untuk dapat melaksanakan tujuan pembelajaran berdasarkan
tuntutan kurikulum di sekolah. Khususnya untuk pembelajaran seni budaya, beberapa sekolah
telah dapat melaksanakan proses pendidikan sesuai harapan tersebut, namun kebanyakan guru
belum dapat memenuhinya dan salah satu penyebabnya adalah akibat terkendala oleh sarana
dan prasarana yang kurang memadai, serta kemampuan guru dalam mengembangkan materi
pembelajaran. Akibat dari kendala tersebut proses pembelajaran hanya dapat dilaksanakan di
kelas, lebih berpusat pada teori dan kurang mengkaitkannya dengan lingkungan kehidupan
siswa secara nyata. Akibat lain, hasil pembelajaran kurang dimaknai secara baik oleh siswa
didik, proses pembelajaran berjalan secara pasif dan aktivitas pembelajarannya kurang
memotivasi siswa didik untuk kreatif mengingat materi yang diberikan cenderung bahkan
lebih bersifat teoretis.
Untuk mengatasi kendala sarana dan prasarana pembelajaran, maka guru dapat
memilih proses pembelajaran yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas secara formal,
melainkan dilakukan secara non formal di luar lingkungan kelas seperti halnya melalui
kunjungan di sanggar seni. Salah satu sanggar yang menyediakan layanan tujuan kunjungan
pembelajaran seni yakni sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang yang berlokasi di
Ujung Berung Kabupaten Bandung yang dikenal dengan sebutan Kampung Seni.
Sebagai sanggar seni budaya, salah satu kegiatan di Kampung Seni yakni
menawarkan layanan pembelajaran seni budaya dengan mengembangkan model terpadu dan
pendekatan tematis berbasis seni khususnya bagi siswa didik tingkat usia awal yakni anak-
anak usia dini dan anak-anak usia sekolah dasar kelas rendah (kelas 1-3). Materi pembelajaran
yang dikembangkan yakni berbasis seni pada budaya lokal daerah setempat. Namun demikian
pelaksanaan pembelajaran tersebut masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian tujuan
pembelajaran masih dilakukan sesuai kajian masing-masing secara tidak terkait. Hal itu tentu
saja sedikitnya akan menghambat ketercapaian tujuan itu sendiri yang dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena-fenomena kehidupan yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner
dari aspek-aspek cabang ilmu. Oleh karena itu pembelajaran terpadu dengan pendekatan
tematik dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa didik, baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Untuk itu maka
87 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

peneliti mencoba melakukan langkah eksperimen pembelajaran dengan memadukan tema


tertentu dalam proses kegiatan belajarannya. Penulis berasumsi bahwa penerapan pendekatan
tematik berbasis seni yang diterapkan kepada siswa didik tingkat awal di sanggar Kampung
Seni akan membantu meningkatkan efektrivitas sanggar dalam memberikan layanan
pembelajaran kepada siswa didik agar siswa didik baik secara individual maupun kelompok
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik serta
pembelajaran yang lebih bermakna.
Latar belakang tersebut sangat menarik perhatian penulis, terutama untuk mengetahui
bagaimana pengembangan pembelajaran model terpadu dengan pendekatan tematis berbasis
seni yang diterapkan pada usia tingkat awal di sanggar tersebut.

KERANGKA PIKIR
Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang, dipimpin oleh Kawi dan dibina
bersama-sama dengan istrinya Ria. Sanggar itu menerima layanan belajar seni untuk sekolah
tingkat usia awal yang bertujuan mengenalkan seni dan budaya masyarakat secara kontekstual
dengan pendekatan terpadu. Untuk itu sanggar menyediakan pelayanan seni melalui paket-
paket yang diminati pengunjungnya. Untuk anak usia tingkat awal (TK dan SD tingkat
rendah), pelayanan pembelajaran memadukan antara apresiasi dan pengetahuan seni serta
budaya tradisi masyarakat Sunda. Pelaksanaan pembelajaran senantiasa menghadirkan proses
apresiasi, diskusi, dan praktek berpengalaman seni sesuai tingkatannya. Kawi dan Ria secara
khusus mengembangkan konsep pembelajaran tematis dengan pendekatan terpadu khususnya
pada tingkat usia anak-anak dengan menekankan perhatian untuk mengajak siswa didik
berkreativitas seni dalam bentuk memadukan pembelajaran seni tari, pembelajaran seni musik
dan pembelajaran seni rupa/kerajinan. Strategi pembelajar seni di sanggar Kawi mampu
mewujudkan konsep empat pilar pendidikan sepanjang hayat (Sutaryat: 2002, dan Sudjana:
2007) yakni learning to know, learning to do, learning to be, and learning to life together
(UNESCO: 2004).
Pendekatan tematis merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran terpadu.
Menurut Trianto (2010:vii) model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
otentik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok
bahasan dalam suatu tema tertentu.
Melalui pembelajaran terpadu, siswa didik dapat memperoleh pengalaman langsung
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep
yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, autentik dan aktif.
Cara merancang pembelajaran tersebut sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan
88 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan
unsure-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang
dipelajari dengan sisi bidang kajian ilmu-ilmu yang relevan akan membentuk skema kognitif
sehingga siswa didik memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Perolehan keutuhan belajar, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata
dan fenomena kehidupan hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Melalui
kegiatan mempelajari ke tiga rumpun seni tersebut maka diharapkan siswa didik lebih
memiliki kedalaman wawasan maupun tingkat keterampilan dan pengetahuan yang beragam
dan kompleks (multiplekenowledge) mengenai pengetahuan seni serta tidak terpecah-pecah.
Pembelajaran terpadu dibedakan berdasarkan pola pengintegrasian materi atau tema.
Salah satu model yang telah dikenal dalam pembelajaran terpadu yang mengembangkan
pengintegrasian tema yaitu model Webbed. Menurut Trianto (2010) model Webbed adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema ditentukan
kemudian dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang
studi. Dari sub-sub tema tersebut kemudian dikembangkan aktivitas belajar yang harus
dilakukan siswa.

METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mengamati proses pembelajaran di sanggar Kampung Seni secara mendalam,
dan guna membuktikan keefektifan hasil pelaksanaan pembelajarannya penulis melakukan
langkah-langkah penelitian dengan memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif atau
disebut dengan pendekatan mixed method seperti yang dimaksudkan dalam Creswell ( 2009)
dalam Achmad Fawaid (2010). Pengamatan dilakukan terhadap salah satu kunjungan
pembelajaran siswa didik TK Nur Fauzan yang beralamat di Ujung Berung Bandung. Pada
prosesnya penulis berupaya mendeskripsikan keberadaan sanggar Kampung Seni yang
menunjang pelaksanaan pembelajaran serta mengamati efektifitas penerapan model
pembelajaran tematis yang diaplikasikan dalam kegiatannya.
Untuk mengetahui hasil belajar, peneliti menggunakan eksperimen dengan cara
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai model pembelajaran terpadu
(before–after) dengan membandingkan system pembelajaran antara kelompok pembelajaran
sebelumnya yang masih menggunakan system lama dengan kelompok pembelajaran yang
sudah menggunakan system baru yakni penerapan model terpadu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Salah satu kegiatan pembelajaran yang diamati dalam kunjungan di sanggar Kampung
Seni & Wisata yakni TK Nur Fauzan. Jumlah siswa didik yang berkunjung yakni sekitar 70
89 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

orang. Untuk menyiapkan layanan pembelajaran terpadu di sanggar Kampung Seni, Kawi dan
Ria menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran tersebut antara
lain: arena wisata berbasis lingkungan budaya masyarakat Sunda, terdapat bentuk-bentuk
bangunan yang merefleksikan bangunan tradisi masyarakat Sunda, lingkungan yang alamiah
yakni terdapat kebun pepohonan dengan lingkungan sawah dan kolam-kolam ikan,
lingkungan yang ramah dan adanya tempat belajar yang memadai yang ditata secara artistik
dalam bentuk bangunan Sunda yang disebut bangunan bale riung.
Tema materi pembelajaran yang diaplikasikan yakni mengenal lingkungan sekitar,
adapun materi pembelajaran yakni tari, musik dan kerajinan. Sub tema yang dipelajari yakni
mengenal binatang pelaiharaan yakni ayam. Materi yang dipelajari yakni: materi tari dengan
stimulus gerak binatang yang terdapat disekitar siswa seperti gerak ayam, materi musik yakni
membuat kreativitas bunyi dengan stimulus bunyi binatang ayam. Sementara itu untuk seni
rupa mengembangkan karya seni ekspresi tentang binatang. Berdasarkan prosesnya tahap-
tahap pemberian materi dalam kunjungan pembelajaran TK Nur Fauzan disusun kompetensi
belajar dan indikator sebagai berikut.
Tema pembelajaran TK: mengenal lingkungan dengan tema binatang
a. Pembelajaran musik:
Kompetensi : menciptakan warna bunyi khas dari binatang ayam, mengenal
ketukan dasar berbirama 4/4 dengan tempo sedang
Hasil belajar : siswa mampu membunyikan minimal tiga warna bunyi tertentu
dari kesan gerak ayam dengan tempo sedang
Indikator : menyajikan bunyi: petok-petok, kukuruyuk, kepak-kepak sesuai
dengan hitungan sederhana.

b. Pembelajaran tari
Kompetensi : anak mempraktekan bentuk gerak dengan stimulus gerak binatang
ayam.
Hasil belajar : siswa mampu membuat gerak lokomotor dan non lokomotor
dengan hitungan sederhana: gerak tangan, kepala dan badan.
Indikator : gerak tangan ke samping, gerak tangan ke depan, gerak tangan ke
bawah.
c. Pembelajaran seni rupa/kerajinan:
Kompetensi : membuat property tari
Hasil belajar : siswa dapat membuat property tari: gelang, kilat bagu, siger dan
ikat pinggang.
Indikator : membuat bentuk rangkaian dari bahan daun dengan bentuk
melingkar, dan berdiri tegak
Tahap-tahap pembelajaran TK Nur- Fauzan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada proses persiapan instruktur mempersiapkan kesiapan alat, tempat/fasilitas, media,
materi dan instrument pembelajaran. Alat-alat yang disediakan disesuaikan dengan tema
pembelajaran yakni mengenal lingkungan alam. Ria berperan sebagai instruktur pembelajaran
90 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

dibantu oleh instruktur binaan Ujang Setiadi, Yogi, dan Hesti. Pelaksanaan proses
pembelajaran ini melalui tahap perencanaan, proses, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan
hal-hal yang disiapkan meliputi pemilihan: tema pembelajaran, materi pembelajaran, metoda
pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, penyiapan alat-alat dan media, penyiapan tempat
atau arena wisata, koordinasi pelaksana: anggota diklat dan seniman, pelatihan materi
pertunjukkan seni.
2. Proses Pembelajaran
a) Tahap pertama
Kunjungan TK Nur Fauzan berjumlah 70 orang. Awal kunjungan siswa didik
disambut dibagian depan sanggar dengan sambutan instruktur Ria dan seni pangbage. Ria
juga menyediakan alat-alat untuk kreativitas seni ritmis yakni terbuat dari bahan batok. Para
siswa didik masing-masing dibagi alat batok, kemudian dengan instruksi Ria, para siswa
membunyikan alat batok secara bersama-sama dalam berbagai motif. Selanjutnya dengan
ritme sederhana bunyi batok disatukan dengan musik pangbage, kemudian bersama-sama
pangbage para siswa dipersilahkan menuju ke bale riung. Bagian awal kunjungan para siswa
dibagi alat musik batok. Dengan bimbingan pemandu para siswa mempraktekan motif music
batok sederhana. Tabuhan musik batok kemudian disesuaikan dengan musik pangbage.
Setelah ritme musik dikuasai kemudian siswa didik memasuki arena, bersama dengan
pangbage.
Pada tahap tersebut para siswa didik berada dibarisan paling belakang, sementara
musik pangbage berada di depan iring-iringannya. Seni pangbage meliputi: dog-dog,
angklung, iring-iringan penari kunang-kunang, penari kupu-kupu, penari kijang, dan pemain
angklung. Mereka telah mengenakan kostum lengkap sesuai dengan perannya masing-
masing. Iring-iringan rombongan penyambutan siswa TK Nur-Fauzan tampak meriah seperti
halnya suasana pawai keramaian seni. Ria dan anggota diklat memandu iring-iringan tersebut
menuju bale riung. Sementara itu di bale riung telah disediakan media pembelajaran untuk
digunakan dalam praktek kunjungan wisata tersebut.
Lokasi pembelajaran berpusat di bale riung. Para peserta didik duduk berderet
menghadap ke depan dalam susunan setengah lingkaran. Bentuk bale riung yang terbuka
lebih memungkinkan terjadi interaksi dari berbagai sisi bahkan dari bagian lain di luar
bangunannya. Penyusunan tempat duduk tersebut sangat efisien, mereka dapat melihat satu
sama lain. Di bagian tengah yang lowong telah memudahkan semua peserta didik dapat
langsung berinteraksi baik dalam memperhatikan maupun praktek seni. situasi tersebut dapat
memungkinkan terjadi situasi belajar yang berpusat pada peserta didik (participant centre). Di
tempat tersebut telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pembelajaran (alat atau media
pembelajaran).

91 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

Alat musik batok kemudian disimpan dengan bantuan para anggota diklat sebagai
pemandu wisatanya. Pada tahap awal pembelajaran Ria menyambut para siswa dengan sapaan
bahasa Sunda yakni “sampurasun”, mereka tidak mengenal sapaan tersebut. Ria menyambut
kehadiran mereka, kemudian memberitahu mengenai maksud kata sapaan sebagai salah satu
kebiasaan masyarakat Sunda apabila berkunjung di suatu tempat. Tanya jawab berlangsung
dalam proses yang menyenangkan, Ria kemudian memberitahukan mengenai situasi
lingkungan sanggar Kampung Seni sebagai tempat untuk belajar dan mengenal seni budaya
dengan cara berceloteh. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa juga dibimbing oleh guru
binaan sanggar yakni Ujang Setyadi, dan Yogi serta dibantu Hesty untuk memandu
kegiatannya.
b) Tahap ke dua
Tahap selanjutnya guru binaan yang melakukan interaksi dengan siswa didik. Tanya
jawab pun berlangsung membahas mengenai kehidupan sekitar peserta didik misalnya: tanya
jawab mengenai pohon dan geraknya, atau binatang dengan bunyi dan geraknya. Siswa didik
menyebut nama binatang “ayam”. Guru binaan menstimulus siswa untuk mengucapkan kesan
bunyi binatang itu secara variatif dan mempraktekan gerak yang biasa dilakukan binatang
tersebut. Secara spontan siswa mempraktekan gerak tertentu sambil membunyikan suaranya
bersama-sama. Dari respon siswa kemudian guru menetapkan tiga ragam bunyi dengan
geraknya yakni: kotek-kotek, kapak-kapak, dan kukuruyuk dengan gerak yang berbeda. Ragam
bunyi tersebut kemudian disepakati untuk diingat dan dipraktekan oleh semua siswa, bahkan
guru pengajar TK yang turut serta mendampingi turut mempraktekan geraknya.
Kegiatan pembelajaran tersebut dimulai dengan Tanya jawab, guru memberi stimulus
mengenali gerak dan bunyi yang ada disekitar siswa. Siswa didik merespon dengan
mencontohkan gerak dan bunyi binatang seperti: bebek, ayam, burung, dan kodok. Guru
binaan berperan sebagai instruktur mengarahkan gerak dan bunyi yang dipilih siswa yakni
binatang ayam. Stimulus gerak dan bunyi ayam sebelumnya telah direncanakan dan dilatihkan
Ria kepada guru binaannya.
Guru kemudian membimbing gerak siswa dengan menentukan cara-cara menghitung
geraknya secara sederhana dengan hitungan: tu, wa, ga, pat. Guru menentukan arah dan
bentuk gerak yakni: kotek-kotek untuk gerak tangan membentuk moncong di gerakkan
kearah depan layaknya ayam mematuk makanannya. Kapak-kapak untuk bentuk gerak sayap
yang sedang terbang diperagakan dengan ke dua tangan setengah membentang ke samping.
Kukuruyuk yakni masing-masing tangan kiri kanan membentuk moncong dan menirukan
gerak kepala ayam sedang kukuruyuk.
Setelah materi tersebut dikuasai, kemudian guru mengarahkan para siswa didik
semuanya serta penonton untuk bersama-sama mempraktekan gerak tersebut secara berulang-
ulang. Keserasian antara gerak dengan bunyi serta hitungan menjadi salah satu syarat yang
92 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

perlu ditekankan. Selanjutnya siswa TK tersebut dibagi kelompok dan dibimbing untuk
mempraktekan di depan arena atas bimbingan guru Pembina. Suasana pembelajaran materi
pertama sangat mengesankan yang mana semua anak dapat berpengalaman mempraktekkan
materi tersebut dengan baik. Kegiatan tersebut memadukan aspek gerak, dan aspek musik
yakni berbentuk gerak dan bunyi mimesis (tiruan) dari lingkungan sekitar siswa didik.bentuk
gerak yang dihasilkan yakni keindahan gerak binatang ayam dan keindahan suara ayam.
Acara tersebut berlangsung selama 15 menit. Berikut salah satu gerak ayam dengan bunyi
kukuruyuk dan kapak-kapak.
Setelah gerak tersebut dikuasai kemudian siswa secara berkelompok diarahkan untuk
membuat kerajinan melukis bertema binatang yang memiliki sayap. Lukisan siswa
menggunakan bahan pewarna alam seperti: merah dari bahan helaian kelopak bunga, kuning
dari bahan kunir, warna hijau dari bahan daun dan warna coklat dari warna kulit pohon.
Adapun bahan-bahannya telah disediakan oleh sanggar. Acara tersebut diikuti anak-anak
dengan arahan Ria sebagai instruktur dan guru pembina. Anak-anak pun membuat kelompok
kerja, masing-masing melukis dengan bimbingan guru-gurunya. Hasil kerja siswa didik
ternyata diluar dugaan, sebagian kelompok membuat lukisan dengan tema binatang bersayap,
namun ada pula yang membuat lukisan binatang lain seperti gajah, monyet bahkan harimau.
Kendati demikian hasil siswa didik kemudian diperlihatkan untuk dievaluasi secara bersama-
sama antara instruktur dan siswa didik serta para guru. Berikut kegiatan pembelajaran yang
dilakukan para siswa TK Nur Fauzan.

(a) (b)
Foto(a) Siswa TK Nur Fauzan mempraktekan gerak tari meniru kepakan sayap ayam. (b) hasil
karya lukis anak-anak TK Nur Fauzan dalam kegiatan pembelajaran di Kampung Seni.

(dok. Karwati, April 2010)

Pada bagian selanjutnya yakni memberikan materi berupa kerajinan tangan membuat
property tari yang menggunakan bahan dasar dari lingkungan sekitar sanggar. Sanggar seni
menyediakan bahan berupa daun- daun nangka yang memiliki permukaan lebar, untuk
dirangkai menjadi bentuk siger atau hiasan tutup kepala, hiasan gelang lengan. Daun nangka
kemudian di rangkai dengan semat yang terbuat dari lidi. Property tari tersebut kemudian
dikenakan dengan mempraktekan gerak tari ayam yang telah dikuasai siswa. Berikut foto
93 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

kegiatan merangkai daun sebagai bagian dari kerja kelompok membuat kerajinan property tari
sederhana.

(a) (b)

Foto(a) siswa TK Nur Fauzan merangkai property tari dari bahan daun nangka, (b) siswa
didik mencoba property hasil karyanya. (dok. Karwati, April 2010)

c) Tahap evaluasi

Tahap evaluasi dalam hal ini dilakukan dengan menilai hasil kerja siswa didik.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara tiap kelompok memperlihatkan hasil kerjanya. Gambar
hasil kerja kelompok diperlihatkan, kemudian siswa didik ditanya mengenai ide pembuatan
gambar tersebut dan alasannya. Keterkaitan dengan materi pembelajaran gerak dan musik
adalah tentang binatang yang memiliki sayap atau sebangsa unggas. Ria melakukan tanya
jawab mengenai: bentuk gambar binatang apa, warna unggas, jenis makanan dan cara-cara
makannya, tempat binatang hidup, dan perlunya menyayangi binatang sebagai salah satu
wujud sikap harus saling menyayangi sesama mahkluk ciptaan Tuhan. Bagian ini diakhiri
dengan pesan pentingnya menyayangi binatang dan sesama teman, hormat terhadap ibu guru,
dan ibu bapak serta saudara.

d) Tahap akhir pembelajaran

Pada bagian ini siswa didik dipersilahkan duduk di tempat semula yakni didepan bale
riung. Siswa dipersilahkan untuk menyaksikan penyajian hiburan pertunjukan kreasi seni
antara lain: tari kunang-kunang hasil pelatihan guru Rina dari SDN Cangkuang I, tari kupu-
kupu hasil binaan sanggar Pustada pimpinan Iwan, tari kijang hasil binaan guru Hesty dari
sanggar Bertis desa Sayang Kecamatan Cileunyi, dan musik angklung dari SDN Cileunyi III
hasil binaan guru Euis, yang semuanya merupakan binaan sanggar Kampung Seni.
Setelah apresiasi tari, siswa didik dipersilahkan untuk menikmati makan siang. Dalam
kegiatan tersebut siswa didik masing-masing diberi sebutir telur rebus oleh pihak sanggar
Kampung Seni. Pemberian telur terkait dengan tema pembelajaran gerak tari dan musik yang
mengambil stimulus dari binatang ayam/unggas, bahwa telur merupakan bagian yang
94 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

dihasilkan dari unggas ayam betina yang bermanfaat bagi kesehatan. Setelah acara makan
siang, siswa didik diajak berdoa bersama mengucapkan rasa syukur dan berterimakasih atas
kehadiran di sanggar Kampung Seni. Acara tersebut kemudian diakhiri dengan pengucapan
kesan dan pesan baik dari guru maupun siswa didik. Siswa didik merasa senang karena dapat
belajar sambil bermain, bisa menari, dan menyaksikan kesenian yang disuguhkan oleh
sanggar. Siswa didik menjawab bahwa pembelajarannya tidak susah dan dapat diikutinya.
Guru terkesan bahwa pembelajaran tersebut bermanfaat karena menunjang materi
pembelajaran disekolah. Melalui pembelajaran tersebut siswa didik mendapatkan pengalaman
yang lebih bermakna. Setelah acara tersebut, bagian ini diakhiri dengan ucapan terimakasih
dan doa bersama atas kelancaran kegiatan kunjungan pariwisata di Kampung Seni dan Wisata
Manglayang serta pengisian instrument evaluasi penelitian.
Untuk mengetahui efektivitas model terpadu dengan pendekatan tematik pada TK Nur
Fauzan adalah sebagai berikut.
a. Aspek Kognitif
Berdasarkan hasil penghitungan skor preetest dan posttest, diketahui bahwa
pengetahuan siswa didik setelah mengikuti pembelajaran dengan model terpadu menunjukan
kenaikan. Skor hasil pembelajaran aspek kognitif pada TK Nur Fauzan sebelum diterapkan
model terpadu mencapai rata-rata 50.71 dengan simpang baku= 10.40. Setelah mengikuti
pembelajaran mencapai rata-rata= 66.14, dengan simpang baku = 6,21. Hal ini memberikan arti
bahwa terjadi perubahan yang sangat sinifikan antara pengetahuan awal peserta didik dengan
pengetahuan akhir setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan tematis dan model terpadu.
b. Aspek Afektif
Berdasarkan hasil perhitungan skor pre-test dan post-test, diketahui bahwa sikap siswa
didik setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan tematik menunjukan kenaikan
berarti. Skor yang dicapai oleh siswa didik TK Nur Fauzan sebelum mengikuti pembelajaran
mencapai rata-rata 54,03 dengan simpangan baku= 4,95. Setelah mengikuti pembelajaran
mencapai rata-rata 71,03 dengan simpangan baku = 8,21. Hal ini memberikan arti bahwa
terjadi perubahan yang signifikan antara sikap awal peserta dengan sikap akhir setelah mereka
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan tematik dan terpadu bagi siswa didik
TK Nur Fauzan.
c. Aspek Psikomotor
Berdasarkan skor hasil pembelajaran aspek psikomotor pada TK Nur Fauzan sebelum
diterapkan model terpadu mencapai rata-rata= 52,11, dengan simpang baku=5,39. Setelah
mengikuti pembelajaran mencapai rata-rata = 72,20 dengan simpang baku = 6,74. Hal ini
memberikan arti bahwa terjadi perubahan yang signifikan antara sikap awal peserta dengan

95 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

sikap akhir setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan CTL dan
model terpadu.
Berdasarkan pengamatan pada praktek pembelajarannya, Ria mengembangkan konsep
pembelajaran yang humanis, yang menurut konsep Landsman (1962) dalam Sudjana . D
(2001) menekankan pada pentingnya sasaran (objek) kognitif dan afektif pada diri seseorang
dan pada lingkungannya. Peserta didik diharapkan akan mampu mempersepsi pengalamannya
termasuk pengalaman belajarnya, dan mampu menginternalisasi pengalamannya secara aktif
dalam kehidupannya.

KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan pada praktek pembelajarannya, Ria mengembangkan konsep
pembelajaran yang humanis, yang menurut konsep Landsman (1962) dalam Sudjana. D
(2001) menekankan pada pentingnya sasaran (objek) kognitif dan afektif pada diri seseorang
dan pada lingkungannya. Peserta didik mampu mempersepsi pengalamannya termasuk
pengalaman belajarnya, dan mampu menginternalisasi pengalamannya secara aktif dalam
kehidupannya. Pembelajaran tersebut telah memberikan kebebasan yang luas kepada peserta
didik (siswa maupun instruktur) dalam memilih dan memutuskan apa yang ingin dipelajari,
bagaimana cara mempelajari, dan dimana serta kapan mereka akan belajar sesuai dengan
sumber belajar yang disediakan oleh sanggar.
Langkah pembelajaran sesuai dengan konsep Sudjana (2001:21) yakni:
memperlihatkan (to show) yakni dengan memperlihatkan atau mencontohkan materi seni
misalnya: bentuk gerak, dan teknik gerak, menjelaskan (to tell) yakni setiap ragam gerak yang
diajarkan dijelaskan mengenai struktur, bentuk dan detailnya, kemudian mengerjakan (to do),
setelah detail atau bentuk dijelaskan dan difahami peserta didik kemudian mereka berlatih
berulang-ulang (drill), bagian selanjutnya yakni memeriksa atau mengevaluasinya (to chek).
Teknik evaluasi yakni diberikan dalam bentuk pengarahan di akhir pembelajaran. Teknik
tersebut dipandang sesuai diterapkan mengingat latar belakang peserta yang variatif dalam
menerima informasi pengetahuannya.
Tujuan akhir dari keterampilan belajar seni budaya adalah dimilikinya kemampuan
seni budaya baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor, mampu mengenali hakikat
dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dan dapat berusaha sekuat tenaga untuk
mengaktualisasikan segenap potensinya, mengekspresikan dan menyatakan diri
sepenuhnya/seutuhnya dengan cara menjadi dirinya sendiri. Proses ini ditunjukan dengan
kemampuan praktek siswa didik dalam menunjukan kemampuan seninya melalui proses
belajar seni budaya di sanggar tersebut secara lebih bermakna.

96 ISSN 1412-565X
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana. Djudju. (2000). Managemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.
------------------- (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production.
------------------ (2004). Pendidikan Non Formal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat,
Teori Pendukung, Azas. Bandung: Falah Production.
-----------------(2005). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Falah
Production.
Trisnamansyah, Sutaryat. 1997. Peranan Pendidikan Luar Sekolah Dalam Membangun
Masyarakat
Creswell, John W. (1994. 2003). Research Design. Second Edition. Thousand Oak London,
New Delhi: Sage Publication Inc.to Theori and Methods; Allyn and Bacon.
Creswell, John W (2009) Research Design. Second Edition. Thousand Oak London,
New Delhi: Sage Publication Inc.
Moleong, Lexy J. (1995/2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T.
Remaja Rosdakarya.
Trianto (2010) Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Bumi Aksara.

BIODATA SINGKAT
Nama penulis Stap Pengajar Jurusan Musik FPBS UPI, Pasca Sarjana Strata-3 dan mencoba
merumuskan konsep sanggar seni pariwisata pendidikan seni dengan mengambil judul:
“Kampung Seni dan Wisata Manglayang, sebagai pusat pariwisata pendidikan seni”.

97 ISSN 1412-565X

You might also like