You are on page 1of 15

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

PEMBELANJAAN RISIKO

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :

NOVRID RISALDI LOPO 2110030218


NURUL AZIZAH NURADI 2110030219
DELVIANI YESI LAY 2110030067

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, karunia, serta hidayah-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembelanjaan Risiko” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu pengerjaan makalah ini, antara lain :
1. Ibu Dra. Wehelmina M. Ndoen, MM selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Risiko.
2. Seluruh anggota kelompok yang turut berpartisipasi dalam pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami secara terbuka mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang membaca makalah ini. Semoga makalah ini manfaat bagi
semua pihak yang memerlukan .

Kupang, 27 september 2023

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4
........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................... 5


3.1 Pengertian Pembelanjaan Risiko.......................................................................... 5
3.2 Risk Financing Transfer....................................................................................... 5
3.3 Risk Retention...................................................................................................... 8

BAB III. PENUTUP................................................................................................ 14


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali segala perencanaan kita untuk melakukan sesuatu
ternyata menyimpang dari yang diperkirakan. Ada penyimpangan yang bisa dikatakan
menguntungkan namun ada pula yang merugikan. Ketidakpastian yang dinilai menguntungkan
itu dapat biasa kita sebut sebagai peluang. Sedangkan kerugian merupakan suatu penyimpangan
yang tidak kita harapkan karena memunculkan suatu resiko.
Resiko merupakan ketidakpastian yang terjadi akibat kurangnya informasi mengenai hal-hal
yang akan terjadi. Resiko merupakan kemungkinan yang didapati oleh seseorang ataupun
perusahaan yang dapat membawa kerugian. Suatu kegiatan yang mana di dalamnya mengandung
resiko haruslah ditangani agar tidak menyebabkan adanya kerugian yang fatal. Untuk menangani
resiko itulah diperlukan yang namanya manajemen resiko.
Dengan memanfaatkan manajemen resiko kita dapat mengantisipasi serta meminimalisir
kerugian yang berpotensi muncul dalam kegiatan kita. Adapun upaya yang dapat dilakukan
melalui manajemen resiko ini adalah pembelanjaan resiko. Perusahaan dapat memilih opsi yang
dirasa relevan melalui pembelanjaan resiko ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan pembelanjaan risiko?
2. Bagaimana penerapan risk transfer sebagai metode pembelanjaan risiko?
3. Bagaimana penerapan risk retention sebagai metode pembelanjaan risiko?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari pembelanjaan risiko
2. Mengetahui penerapan risk transfer sebagai metode pembelanjaan risiko
3. Mengetahui penerapan risk retention sebagai metode pembelanjaan risiko
BAB II
PEMBAHASAN

Pembiayaan risiko terdiri dari serangkaian tindakan yang dirancang untuk memobilisasi dana
guna mencegah terjadinya krisis masalah keuangan. Pembelanjaan Resiko yang termasuk
pengendalian resiko dan risk financing transfer. Pemindahan resiko melalui pengendalian resiko
tidak memerlukan pengarahan dana, karena dapat dijalankan dengan cara :
1. Memindahkan harta atau kegiatan kepada pihak lain.
2. Memindahkan tanggung jawab kepada transfer dengan maksud menghilangkan atau
mengurangi tanggung jawab transfer terhadap kerugian yang bersangkutan, dan
3. Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain.

2.1 PENGERTIAN PEMBELANJAAN RISIKO DAN PENGENDALIAN RISIKO


Pengendalian risiko merupakan alat bantu bagi pengusaha dalam proses pengambilan keputusan
untuk mengurangi atau menghindari risiko yang dihadapinya.Sedangkan, Pembelanjaan resiko
merupakan cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian.

2.2 RISK FINANCING TRANSFER


Risk financing transfer merupakan usaha memindahkan resiko disertai dengan pembiayaan.
Pemindahan resiko melalui risk financing berarti transferer mencari dana eksternal untuk
membayarkan kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu benar- benar terjadi.
Memindahkan risiko melalui risk financing berarti memer lukan dana yang akan membayar
kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu nanti sungguh terjadi.
Risk financing transfer dapat dilakukan dengan cara:
a. transfer risiko pada perusahaan asuransi( insurance tranfer)
Insurance Transfer merupakan pemindahan resiko kepada perusahaan asuransi. Asuransi adalah
salah satu cara dalam menghadapi resiko, dengan mentransfer resiko ke perusahaan asuransi,
dengan membayar premi yang jauh lebih kecil atau minim bila dibandingkan dengan resiko
kerugian financial bila terjadi musibah. Asuransi adalah satu pilar utama dalam merencanakan
keuangan masa depan. Terdapat tiga aliran pemikiran mengenai asuransi. Aliran pertama
memandang asuransi merupakan hubungan tetanggung dengan penanggung sebagai alat
pemindah resiko. Aliran kedua mengabaikan hubungan ini dan memandang asuransi sebagai
teknik atau mekanisme penaggungan. Sedangkan aliran ketiga menggabungkan kedua aliran
sebelumnya.
Asuransi meratakan beban kerugian dengan memakai dana-dana yangdisumbangkan oleh
para anggota kelompok untuk pembayarannya. Jadi, asuransi dapat dikatakan alat pemerataan
kerugian. Untuk mengurangi beban ekonomi para anggota kelompok, penanggung juga ikut serta
dalam kegiatan pencegahan kerugian. Akan tetapi tujuan pokok asuransi bukanlah pemerataan
atau pencegahan kerugian, melainkan mengurangi uncertainty (ketidakpastian) yang disebabkan
oleh kesadaran kemungkinan terjadinya kerugian.
b. transfer risiko pada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi
(non-insurance transfer).
Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi dilakukan melaluikontrak-kontrak
bisnis biasa dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko. Isi kontrak berkenaan dengan
pemindahan tanggung jawab keuangan atas harta, kerugian atas net income, kerugian personil
dan tanggung gugat kepada pihak ketiga.
Pemindahan ini dapat dibedakan berdasarkan tanggungjawab yangdipindahkan. Pada keadaan
yang ekstrim, transfer hanya memindahkan tanggung jawab keuangan saja untuk tindakan yang
tidak disengaja oleh pihak transfer.Pada keadaan ekstrim yang lain pihak transfrer akan
menerima ganti rugi berkenaan dengan yang disebutkan dalam kontrak, tidak mempertahankan
apa penyebab kerugian itu apakah kelalaian tranfer, pihak ketiga atau bencana alam.
Noninsurance transfer ini mempunyai beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan oleh
manajer risiko sebagai berikut.
1. Kontrak itu mungkin hanya memindahkan sebagian risiko daripada risiko yang menurut
pendapat manajer telah dipindahkan kepada pihak luar. Oleh karena itu, manajer harus
mempelajari isi kontrak itu dengan hati-hati.
2. Bahasa yang tertulis di dalamnya adalah bahasa “hukum” yang sangat sukar dipahami
sehingga bisa salah mengerti.
3. Surat kontrak bisa dibatalkan oleh pengadilan, jika isinya bertentangan dengan undang-
undang,peraturan pemerintah, atau kebijaksanaan pemerintah atau tidak wajar bagi
transfer.
Contoh:
A. Melalui suatu perjanjian leasing, lessor bisa memindahkan kepada penyewa tanggung jawab
keuangan untuk kerusakan harta atau kecelakaan badan bagi pihak ketiga. Sebelum
ditandatanganinya perjanjian itu, tanggung jawab seperti itu ada pada lessor.
B. Melalui suatu perjanjian leasing, lessee (penyewa) juga bisa meng geserkan kerugian
potensialnya kepada lessor, bergantung atas bagaimana bunyi perjanjian itu. Dengan melakukan
leasing, berarti lessee bebas dari risiko turunnya harga barang yang disewa, atau risiko
keusangan ekonomis maupun keusangan teknologi, dibandingkan jika barang itu miliknya
sendiri.
C. Pemindahan risiko juga terjadi pada kontrak pengiriman barang kontrak penyimpanan barang,
kontrak pembuatan suatu banguna dan sebagainya, di mana dalam kontrak dicantumkan adanya
pembayaran premi risiko.
D. Surety Bond,dalam kontrak yang disebut surety bond terlibat 3 pihak, yaitu pihak surety
(penjamin), pihak obligee (yang dijamin), dan pihak principal.

obligee principal

surety

Misalnya, seorang (obligee) mengikat perjanjian dengan seorang kontraktor (principal), di mana
di dalamnya disebutkan bahwa principal akan menyiapkan pekerjaan sesuai dengan kontrak dan
pihak obligee akan membayar sepenuhnya bila pekerjaan sudah diselesaikan, dan masing-masing
pihak setuju mengikatkan perjanjian itu dengan seseorang surety. Jika ternyata kontraktor itu
tidak memenuhi kewajibannya maka surety membayar kerugian pihak obligee, dan surety akan
menagihnya jumlah itu pada principal. Demikian pula sebaliknya, jika obligee tidak memenuhi
kewajibannya, surety akan menagih obligee.
E. Neutralization merupakan proses menyeimbangkan kans kerugian atas kans keuntungan.
Misalnya, yang paling populer dalam dunia perdagangan adalah hedging. Hedging ini
dilaksanakan dengan jalan, misalnya bersamaan dengan pembuatan kontrak penjualan maka.
penjual mengadakan kontrak pembelian dengan pedagang lain untuk barang yang sama jenisnya.
Jika demikian dapat ditutup risiko kenaikan harga, dan risiko putusnya persediaan

2.3 RISK RETENTION


Risk Retention adalah metode penanganan risiko yang dilakukan secara mandiri atau
pembiayaan sendiri (retensi). Jadi retensi dapat diartikan perusahaan menanggung/membiayai
sendiri risiko keuangan bila terjadi peril. Pembiayaan sendiri ini bisa bersifat pasif atau tidak
direncanakan (unplanned retention) bisa bersifat aktif atau direncanakan (planned retention).
Unplanned retention atau retensi tidak terencana, terjadi bila manajer risiko abai tentang adanya
eksposur dan karenanya tidak melakuka usaha apa pun untuk menanganinya. Akibatnya terpaksa
dilakukan pembiayaan sendiri jika terjadi peril. Retensi dikatakan bersifat aktif (planned
retention) bila pengelola atau manajer risiko/perusahaan telah mengidentifikasikan semua
exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian tanggung-gugat dan kerugian personel.
Selanjutnya mempertimbangkan metode dan cara-cara lain untuk menangani risiko baru
kemudian secara sadar memutuskan melakukan pembiayaan sendiri.

1. Alasan Perusahaan Melakukan Retention


Suatu perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan kedalam salah
satu kategori sebagai berikut:
a. Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain
Keharusan (default) menaggung sendiri resiko disebabkan perusahaan tidak mungkin
memindahkan suatu resiko. Misalnya, resiko tanggung jawab untuk tindakan kriminal, atau
keusangan harta. Belum ada perusahaan asuransi yang bersedia untuk menangani kedua resiko
tersebut.
b. Biaya
Jika perusahaan memindahkan resiko kepada perusahaan asuransi maka perusahaan
memiliki kewajiban untuk membayar premi yang dikategorikan sebagai berikut:
1. Loss allowance, yaitu perkiraan pihak asuransi tentang kerugian harapan pihak
tertanggung.
2. Loading yang meliputi biaya profit margin dan perkiraan pengeluaran tak terduga.
Loading ini dapat mencapai 30% sampai 40% dari premi. Jika perusahaan bermaksud
menaggung sendiri resiko, maka harus dipertimbangkan, apakah lebih murah karena
penghematan pembayaran premi
c. Kerugian harapan
Jika perusahaan percaya bahwa kerugian harapan yang dihitungnya lebih rendah dari
perkiraan pihak asuransi, maka perusahaan dalam jangka panjang dapat menghemat pengeluaran
sebesar selisih kedua perhitungan itu. Bahkan, jika kerugian harapan sama dengan perhitungan
pihak asuransi, maka pilihan yang tepat masih pada retention.
Disamping perkiraan kerugian harapan, harus pula dipertimbangkan perkiraan
penyebaran kerugian harapan. Jika perusahaan menghadapi kerugian yang mungkin tahun
berikutnya lebih besar dari yang sanggup ditanggungkan, maka perusahaan harus sanggup
membayar premi asuransi lebih besar dari kerugian harapan, dengan maksud menghilangkan
ketidak pastian dalam jangka pendek. Jumlah ekstra yang ingin dibayar itu tergantung atas
keparahan kerugian potensial. kemampuan untuk menanggung kerugian, resiko yang
diperkirakan (variasi kerugian potensial) serrta tujuan manajemen resiko perusahaan yang
bersangkutan.
Misalnya, jika tujuan manjemen resiko adalah menciptakan ketenangan berpikir dan
menstabilkan pendapat, maka perusahaan akan menaruh perhatian pada variasi kerugian tersebut.
Namun, jika tujuan perusahaan adalah survival, maka variasi kerugian itu akan diabaikan.
Pihak tertanggung yang akan menaggung resiko dalam batas tertentu, tetapi ingin
mendapatkan perlindungan terhadap kerugian yang melebihi batas tersebut dapat
menggabungkan retention dan asuransi melalui axcess insurance atau deductibles. Hal tersebut.
biasanya melindungi tertanggung atas kerugian perunit atau perkejadian diatas suatu jumlah
tertentu, tetapi kadang-kadang asuransi ini melindungi kerugian diatas jumlah kerugian pertahun.
d. Opportunity cost
Opportunity cost menyangkut timing pembayaran premi dibandingkan dengan
pengeluaran untuk kerugian. Jika premi akan sama atau lebih kecil dari kerugian dan
pengeluaran alternatif, serta jarak dan waktu antara pembayaran premi dan pembayaran kerugian
dan pengeluaran alternatif itu akan memberikan keuntungan lebih besar atas hasil investasi dana
cadangan untuk pembayran kerugian itu, maka perusahaan mungkin lebih memilih retention.
Misalnya, premi itu Rp 115.000.000,00 yang dibayar pada permulaan jangka waktu polis.
Pembayaran harapan untuk kerugian dan pengeluaran alternatif Rp 40.000.000,00 dibayar segera
dan Rp 40.000.000,00 dibayar pada akhir bulan ke-6 serta Rp 40.000.000,00 dibayar pada akhir
bulan ke-8.Pembayaran alternatif itu berjumlah Rp 120.000.000,00, tingkat suku bunga yang
berlaku 12% pertahun, maka present value-nya adalah: Rp 40.000.000,00 Rp 37.740.000,00 Rp
33.690.000,00 = Rp 111.430.000,00. Jadi, jika resiko ditanggung sendiri. maka akan ada
keuntungan sebagai berikut:Rp 115.000.000,00 Rp 111.430.000,00 Rp 3.570.000,00
Pengembalian investasi yang tinggi, panjang jarak waktu sebelum kerugian dan
pengeluaran, maka akan semakin penting mempertimbangkan aliran kas tersebut. Semakin
panjang time log (jarak waktu) sehubungan denga kerugian tanggung gugat, menyebabkan faktor
ini menjadi alasan lebih penting untuk menaggung sendiri rsiko tanggung gugat dari pada resiko
harta.
e. Kualitas daripada servis
Sebagian pengusaha percaya, bahwa pelayanan yang disediakan oleh penaggung (pihak
asuransi) dapat dilaksanakan lebih baik oleh suatu perusahaan lain atau oleh suatu biro jasa.
Pihak asuransi meragukan bahwa perusahaan akan menyelenggarakan service pertanggungan
lebih baik dari pada yang disedikan perusahaan asuransi, karena perusahaan kurang
berpengalaman dan kekurangan tenaga profesional.
f. pertimbangan pembayaran pajak
Dalam peraturan perpajakan, perusahaan diberi izin membentuk cadangan keuangan
untuk antisipasi risiko. Dana diambil dari laba sebelum dipotong pajak, walaupun bukan biaya
yang dibayarkan keluar perusahaan. Dana cadangan ini dalam istilah akuntansi, disebut
allowance. Jelas bahwa pem- bentukan allowance akan mengurangi pembayaran pajak. Oleh
karena itu. pembentukan cadangan itu mesti mendapat izin dari Jawatan Pajak. Contoh yang
biasa dilakukan setiap perusahaan adalah allowance untuk menganti- sipasi risiko piutang, yang
biasa diberi nama cadangan piutang ragu-ragu.
Berbeda dengan minta pertanggungan asuransi, dana itu dibayarkan pada perusahaan
asuransi sebagai premi (iuran asuransi), sedangkan allowance terkumpul dalam perusahaan,
menjadi tetap milik perusahaan yang bersangkutan.

2.faktor yang mendorong dan menghambat retention


a.Hal-hal yang mendorong perusahaan melakukan retention, antara lain sebagai berikut:
1. Jika biaya lebih rendah dari biaya yang dibebankan oleh asuransi.
2. Jika kerugian harapan lebih rendah dari perkiraan perusahaan asuransi.
3. Jika unit yang mengghalangi resiko jumlahnya sangat banyak, sehingga profitabilitas
resiko akan menjadi lebih rendah.
4. Tujuan manajemen resiko yang menerima variasi lebih besar dalam kerugian tahunan.
5. Biaya dan jumlah kerugian membengkak dalam jangka panjang, sehingga
mengakibatkan opportunity cost menjadi sangat besar.
6. Peluang yang kuat bagi investasi dan mengakibatkan opportunity cost menjadi besar.
7. Keuntungan pelayanan internal (non-insurer servicing).
b.faktor yang kurang menarik retention
1. Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi
2. Kerugian harapan lebih besar dari pada kerugian yang diperkirakan perusahan asuransi
3. Ekspor unit sedikit, kemungkinan resiko tinggi dan perusahaan sukar untuk meramalkan
probabilitas kemungkinan kerugian secara cermat
4. Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible loses atau maximum probable
loses dalam short run
5. Tujuan manajemen resiko yang ditekankan kepada ketenangan pikiran dan variasi laba
tahunan yang kecil
6. Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu yang pendek jadi
mengurangi opportunity cost
7. Peluang investasi terbatas serta tingkat pengembalian yang rendah
8. Lebih menguntungkan jasa perusahaan asuransi
9. Peraturan perpajakan dapat pula menyebabkan retention menjadi kurang menarik

3. Cara Penyediaan Dana


Penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan salah satu cara dari cara-cara
berikut :
a. Tanpa penyediaan dana sebelumnya
Resiko yang ditanggung perusahaan pada suatu waktu dapat menimbulkan kerugian.
Dengan cara seperti ini, maka kerugian perusahaan akan ditutup dengan dana yang kebetulan
tersedia atau dibebankan pada pendapatan ditahun yang bersangkutan. Pendekatan semacam ini
mengandung bahaya jika kerugian sedemikian besar, sehingga tidak dapat ditutup oleh laba pada
tahun yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan terpaksa mencari dana yang
mungkin diperoleh dengan biaya mahal atau dengan menjual murah aset perusahaan untuk
menutup kerugian yang dihadapi.
b. Membentuk dana dan cadangan
Dengan cara ini, dana untuk menutup resiko dapat diperoleh dari dana cadangan yang
setiap tahun dikredit dengan laba yang disisihkan. Banyaknya dana yang disisihkan itu adalah
sejumlah kerugian yang diperkirakan pertahun. Ada perusahaan yang membentuk cadangan
umum saja, ada pula yang membentuk cadangan khusus. Misalnya, cadangan piutang tak
tertagih, cadangan biaya pengobatan, cadangan biaya kecelakaan kerja dan sebagainya.

Beberapa kelemahan dengan cara ini adalah sebagai berikut:


1. Cadangan adalah pemindah bukuan secara accounting yang setiap hari belum tentu
tersedia uang tunai sebanyak yang tercatat dalam rekening cadangan yang bersangkutan,
sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan memperoleh uang tunai untuk menutupi
resiko
2. Penaksiran expected loss jarang sekali tepat.
3. Berkaitan dengan pajak, belum tentu cara seperti ini diizinkan oleh pemerintah, karena
akan mengurangi pendapatan kena pajak
c. Self insurance (asuransi sendiri)
Untuk mengatasi kelemahan pengelolaan dana seperti yang disebutkan diatas, perusahaan
yang memisahkan pengelolaan dana cadangan itu dari pengelolaan dana perusahaan. Self-
insurance adalah bagian dalam organisasi suatu perusahaan yang berwenang mengelola dana
yang dicadangkan. Self insurance dapat menginvestasikan dana cadangan perusahaan dalam
kegiatan yang produktif, selama dana tersebut belum terpakai dengan catatan dana tersebut dapat
ditarik sewaktu-waktu jika perusahaan menderita kerugian karena suatu peristiwa secara tiba-
tiba.
d. Captive insurer
Ada perusahaan yang mengorganisasikan sebuah perusahaan asuransi yang sebagian
besar nasabahnya adalah orang perusahaan itu sendiri. Asuransi seperti itu disebut captive
insurer. Keuntungan yang mendorong perusahaan mendirikan captive insurer karena captive
insurer dapat membeli perlindungan dari perusahaan re-asuransi yang lebih flexible dan tidak
begitu banyak pembatasan, sedangkan self insurer tidak dapat memperoleh perlindungan dari re-
asuransi. Oleh karena itu, perusahaan melalui captive insurer-nya dapat membeli perlindungan
untuk resiko yang luar biasa atau untuk resiko yang tidak sanggup ditanggung oleh perusahaan
asuransi biasa.
BAB III
PENUTUP

3.1KESIMPULAN

1. Pembelanjaan Resiko merupakan cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian.


2. Pedekatan Pembelanjaan Resiko :
a. Risk Financing Transfer merupakan usaha untuk memindahkan resiko disertai
denganpembiayaan. Pemindahan resiko melalui risk financing berarti transferer
mencari dana eksternaluntuk membayarkan kerugian yang bersangkutan, jika
kerugian itu benar-benar terjadi.
b. Risk Retention (Menanggung Sendiri Resiko)Retensi berarti bahwa perusahaan
mempertahankan sebagian atau seluruh kerugian yang dapatberakibat bagi kerugian
yang diberikan. Tidak semua resiko usaha harus diasuransikan, sehingga resiko-
resiko yang relative tidak begitu berpengaruh terhadap operasi usaha atau
perusahaan,biasanya akan ditangani oleh perusahaan itu sendiri.
3.Cara untuk melakukan Risk Financing Transfera.
a. Insurance Transfer merupakan pemindahan resiko kepada perusahaan asuransi.
Asuransi adalah salah satu cara dalam menghadapi resiko, dengan menstransfer resiko ke
perusahaanasuransi, dengan membayar premi yang jauh lebih kecil atau minim bila
dibandingkan dengan resikokerugian financial bila terjadi musibah.
b. Non Insurance Transfer Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi
dilakukan melalui kontrak-kontrak bisnisbiasa dan melalui kontrak khusus untuk
pemindahan resiko
.4. Cara untuk melalukan Risk Retentiona. Alasan Perusahaan Melakukan RetentionSuatu
perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan kedalam salah satu
kategorisebagai berikut:
a. Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain
b. Biaya
DAFTAR PUSTAKA

Darmawi,Herman. Manejemen Risiko Edisi 2. Jakarta : Bumi Aksara,2016

Dr.Corry Yohana,M.M . Manajemen Risiko ( Teori dan Aplikasi ). Samudera Biru


( Anggota IAKPI ),2019

You might also like