You are on page 1of 20

TUGAS REVIEW BUKU:

METODE PENELITIAN SOSIAL


DOSEN PENGAMPU : DR. SUJONO, S.E., M.SI

DISUSUN OLEH

NAMA : AGUSTA LOPEZ ADE

NIM : G2D120052

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Awal dari suatu penelitian adalah masalah. lstilah masalah mengimplikasikan adanya suatu
teka-teki yang harus dipecahkan. Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, suatu perasaan
tidak menyenangkan atas suatu situasi atau gejala tertentu. Jika ada keraguan, kesangsian,
kebingungan, atau kemenduaan tentang suatu fenomena, itu dapat dianggap sebagai masalah
penelitian. Oleh karena itu, metode penelitian penting dipelajari. Siapa saja yang mempelajari metode
penelitian akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang metode penelitian yang dapat
digunakan untuk menyelidiki masalah-masalah sosial dan memberi solusi atas masalah tersebut. Solusi
atas suatu masalah sosial yang diperoleh dengan menggunakan metode penelitian ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan karena proses penyelidikan dilakukan melalui satu rangkaian tahapan
berdasarkan metode ilmiah.
Dalam penyusunan review ini, pada bab pertama akan membahas mengenai pengenalan dasar
metode penelitian. Kemudian, bab kedua akan membahas mengenai masalah penelitian, bab ketiga
akan membahas mengenai paradigma penelitian, bab keempat akan membahas mengenai teori dalam
penelitian, bab kelima akan membahas mengenai hubungan antar variabel dan terakhir bab keenam
akan membahas mengenai hipotesis.
Selanjutnya, pada kesempatan kali ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya akhirnya tugas review ini dapat diselesaikan. Saya atas
nama penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah Dr.
Sujono., S.E., M.Si yang telah membimbing dan membina kami dalam proses perkuliahan di kampus.
Dan kami meminta maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam hal materi ataupun tulisan,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

Penyusun
AGUSTA
G2D120052
BAB I :

PENGENALAN DASAR PENELITIAN SOSIAL

Pokok Pembahasan dalam bab ini:

1. Konsep-konsep penting dalam metode penelitian sosial, seperti metode dan metodologi
penelitian,
2. Proses penelitian sosial yang menggunakan metode ilmiah.

1.1 Definisi Penelitian Sosial

Secara etimologis, kata "research" (penelitian, riset) berasal dari kata "re" dan "to search". Re
berarti kembali dan to search berarti mencari. Jadi, secara etimologis, penelitian berarti mencari
kernbali. Namun, makna yang terkandung dalam kata "research" jauh lebih luas daripada sekadar
mencari kembali atau mengungkapkan. Dalam buku ini, penelitian didefinisikan sebagai satu
penyelidikan yang sistematis dan metodis atas suatu masalah untuk menemukan solusi atas mlsalah
tersebut dan mcnambah khazanah pengetahuan.

Hussey dan Hussey mengatakan bahwa penelitian menyediakan suatu peluang untuk mengenali
dan memilih satu masalah penelitian dan menyelidikinya secara bebas. Satu proyek penelitian
memberikan Anda penerapan teori untuk, dan/atau analisis, satu masalah nyata atau untuk menjelajah
dan menganalisis beberapa isu umum. Proyek penelitian juga membantu Anda menerapkan prosedur-
prosedur penelitian secara teratur untuk rnenjelaskan masalah dan mernberikan kontribusi kepada
pemahaman kita yang lebih besartentang masalah atau untuk menghasilkan solusi.

Tujuan penelitian (purpose of research) menurut Hussey dan Hussey dapat diringkas sebagai berikut:

a) Meninjau ulang dan mensintesiskan pengetahuan yang ada;


b) Menyelidiki beberapa masalah atau situasi yang ada;
c) Menyediakan solusi bagi suatu masalah;
d) Menyelidiki atau menggali dan menganalisis beberapa isu umum;
e) Membangun atau menciptakan suatu prosedur atau sistern baru;
f) Menjelaskan satu fenomena baru;
g) Menghasilkan pengetahuan baru;
h) Suatu kombinasi dari hal-hal di atas.

1.2 Mengapa Mempelajari Metode Penelitian?

Ada beberapa keuntungan mempelajari dan memiliki keterarnpilan di bidang penelitian sosial.
Jika Anda mencari informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan, Anda dituntut memiliki
pengetahuan dan keterampilan di bidang metode penelitian. Hal ini disebabkan.jika Anda hanya
memiliki tingkat keterarnpilan penelitian terbatas, Anda tidak akan mendapat informasi yang dapat
diandalkan. Jika Anda sebagai pembuat keputusan tidak ada waktu mencari inforrnasi, sementara
Anda memerlukan lebih banyak informasi sebelum mengambil keputusan, pilihannya bisa
rnendelegasikan kepada orang lain untuk mencari inlormasi. Namun, jika Anda mendelegasikan atau
meminta orang lain untuk mencari informasi atau membeli jasa penelitian dari orang lain yang akan
digunakan untuk membuat keputusan, setidak-tidaknya Anda harus mampu menilai apakah yang
dilakukan orang lain dapat dipertanggungjawabkan menurut kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip
penelitian, misalnya, kebenaran mutu desain penelitian, baik pengumpulan maupun analisis data.

1.3 Aplikasi Metode llmiah dalam penelitian Sosial

Aplikasi Metode llmiah dalam penelitian Sosial merupakan cara yang sahih dan andal untuk
mendapatkan pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah bukan saja rnerupakan cara sistematis dari seluruh
pemikiran dan telaah reflektif, rnelainkan juga memiliki kesanggupan mengoreksi diri. Pernyataan
yang logis nrenurut akal sebagai sesuatu yang benar atau pernyataan yang mengandung subjektivitas
tidak dengan sendirinya diterima. pernyataan itu perlu diuji dan prosedur pengujiannya bersifat
terbuka untuk dikoreksi oleh pihak lain. Aplikasi merode ilmiah niscaya paling reliabel dan efisien
untuk mendapat pengetahuan.

1.4 Metode Penelitian Ilmiah

Penelitian ilmiah merupakan cara yang tepat untuk menemukan solusi suatu masalah dan untuk
mendapatkan pengetahuan. Penelitian ilmiah merupakan usaha untuk memperoleh infomrasi tentang
suatu masalah melalui pengamatan empiris yang dapat digunakan untuk pengembangan secara
sistematis dan rnenetapkan dalil-dalil yang berkaitan secara logis untuk menetapkan hubungan sebab-
akibat di antara variabel-variabel. Karena merupakan aplikasi dari mctode ilmiah, penelitian ilmiah
berlangsung dalam suatu tahap secara berurutan dan paralel dengan tahap-tahap dalam metode ilmiah.
Tahap tersebut harus dianggap sebagai patokan utama yang dalam penelitian sesungguhnya mungkin
sa.ja berkernbang berbagai variasi sesuai dengan bidang dan permasalahan yang diteliti.

Setiap penelitian ilmiah memiliki beberapa ciri:

a) Bertujuan
b) Sistematis
c) Empiris
d) Objektif
e) Kritis
f) Generalisabilitas
g) Replikabilitas
1.5 Metode Atau Metodologi Penelitian?

Heather Brunskell mengatakan istilah metodologi, sebagaimana umumnya dipahami dalam ilmu
sosial, menggambarkan perbedaan antara metode dan metodologi. Dalam penelitian ilmu sosial,
pilihan aspek dunia sosial mana yang akan diteliti, metode untuk mengumpulkan data, dan kemudian
cara menafsirkan dala tersebut diinformasikan oleh kerangka kerja luas yang diinformasikan secara
teoritis di mana penelitian dilakukan. Aspek gabungan inilah yang merupakan metodologi.

1.6 Metode

Dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang sistcmatis dan
tcrorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk
digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut. Cara dimaksud dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdiri dari berbagai tahapan atau langkah-langkah. Oleh karena itu, metode
rnerupakan keseluruhan Langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atas suatu masalah.
Dengan langkah-langkah tersebut, siapa pun yang mclaksanakan penelitian dengan mengulang atau
mcnggunakan metode penelitian yang sama untuk objek dan subjek yang sama akan mcmperoleh hasil
yang sama pula.

1.7 Metodologi

Tiap cabang ilmu mengembangkan metodologi yaitu pcngetahuan tentang berbagai cara kerja
yang disesuaikan_dengan obiek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. Secara etimologis, metodologi
(dari kata methodos = metode dan logos = ilmu) diartikan sebagai ilmu (science of method). Jika
demikian, metodologi penelitian adalah ilmu tentang metode penelitian.

1.8 Proses Penelitian llmiah dalam Penelitian Sosial

Proses penelitian adalah tahapan-tahapan yang dilakukan secara sistematis dan berurutan untuk
mengerjakan suatu penelitian. ltu adalah satu rangkaian tahapan yang dirancang dan diikuti, dengan
sasaran penemuan jawaban untuk isu-isu yang menjadi perhatian dalam lingkungan sosial dan kerja.
Proses penelitian ilmiah mengikuti tahap-tahap yang tersusun secara sistematis dan berurutan yang
menggambarkan suatu siklus sebagaimana berlaku dalam metode ilmiah.

Tahap-tahap dalam penelitian kuantitatif untuk suatu proyek penelitian termasuk skripsi, tesis,
disertasi:

1. Pemilihan dan perumusan masalah


2. Pengembangan kerangka teoritis
3. Menentukan desain penelitian
4. Pengukuran
5. Tentukan subjek
6. Pengumpulan data
7. Analisis data
8. Melakukan intrepetasi
9. Melaporkan hasil penelitian

1.9 Tipe Penelitian

Menentukan tipe atau jenis penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, mengambarkan, dan
menjelaskan suatu fenomena atau masalah bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab, di samping tidak
ada satu tipe penelitian tunggal yang digunakan untuk meneliti suatu gejala tertentu, pengklasifikasian
tipe penelitian (Newman menamakannya sebagai dimensions of researchs) juga menunjukkan ragam
cara. Adanya berbagai ragam klasifikasi tipe penelitian menunjukkan belum ada kesamaan klasifikasi
dari para ahli metodologi penelitian (research methodologists).

1.9.1 Penelitian Berdasarkan Manfaat

Beberapa ahli fokus pada penggunaan penelitian untuk meningkatkan pengetahuan umum,
sementara yang lain menggunakannya untuk pemecahan atau solusi masalah-masalah spesifik. Tipe
pertama disebut penelitian dasar (basic research), juga dinamakan penelitian akademik (academic
research), penelitian murni (pure research), atau penelitian fundamental (fundamental rescarch).
Hasilnya berguna untuk memahami hakikat fundamental dari realitas sosial. Tipe kedua disebut
penelitian terapan (applied research). Hasilnya berguna untuk menerapkan pengetahuan ilmiah untuk
isu-isu praktik khusus. ltu sebabnya masyarakat ilmiah adalah konsumen utama penelitian dasar,
sedangkan konsumen dari penemuan-penemuan penelitian terapan adalah para praktisi seperti guru,
konselor, atau pernbuat keputusan seperti manajer, dan pejabat

1.9.2 Penelitian Berdasarkan Tujuan

Tujuan penelitian tidak berbeda dengan tujuan dari semua kegiatan ilrniah, yaitu menjelajah,
menggambarkan, dan menjelaskan. Penelitian eksplorasi untuk mengidentifikasi sifat-sifat suatu gejala
atau peristiwa; deskripsi untuk menerangkan kondisi dasar berbagai peristiwa-peristiwa; menyusun
teori untuk menjelaskan kaidah hubungan antar-peristiwa, baik untuk menjelaskan asosiasi, membuat
prediksi-estimasi-proyeksi tentang gejala yang akan muncul, maupun melakukan tindakan guna
mengendalikan peristiwa.
BAB II

MASALAH PENELITIAN

Pokok Pembahasan dalam bab ini:

1. Bagaimana rnemilih topik dan masalah.


2. Dari mana sumbernya.
3. Bagaimana perumusan masalah dalam penelitian sosial.

2.1 Definisi Masalah Penelitian

Awal dari suatu penelitian adalah masalah. lstilah masalah mengimplikasikan adanya suatu
teka-teki yang harus dipecahkan. Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, suatu perasaan
tidak menyenangkan atas suatu situasi atau gejala tertentu. jika ada keraguan, kesangsian,
kebingungan, atau kemenduaan tentang suatu fenomena, itu dapat dianggap sebagai masalah
penelitian. Setiap situasi yang di dalamnya terdapat ketaksesuaian (discrepancy) antara aktual dan
ideal diharapkan atau antara apa yang ada dan seharusnya ada. Menurut Nachmias dan Nachmias “a
problem is an intellectual stimulus calling for an answer in the form of scientific inquiry''

2.2 Topik Penelitian

Walaupun dalam permulaan penelitian adalah masalah, hal itu harus ditentukan secara jelas dan
tepat berkaitan dengan topik atau bidang apa. Memilih satu topik penelitian (research topic), kadang-
kadang disebut sebagai fokus untuk studi (focus for the study), ide-ide penelitian (research ideas),
isu penelitian (research in issues)’, masalah penelitian (research problem), merupakan langkah awal
yang Anda lakukan ketika mempersiapkan satu rencana penelitian, tidak terkecuali ketika Anda
memulai satu proyek penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

2.3 Tipe Masalah dan Perumusan Masalah

Memahami tipe atau jenis masalah yang akan diselidiki penting untuk memudahkan perumusan
masalah karena tipe masalah menemukan perumusan masalah. Secara garis besar, tipe masalah
penelitian dapat dibedakan atas: masalah deskriptif (descriptive Problem), masalah korelasional
(correlational problems) atau masalah kovariasional (covariational problems), dan masalah kausal
(causal problems), baik masalah deskriptif, masalah korelasional, maupun masalah kausal dapat
bersifat komparatif atau perbedaan.

2.4 Masalah dan Perumusan Masalah Deskriptif


Masalah deskriptif merupakan masalah yang dikaji atau diselidiki dalam penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data agar dapat menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir, baik karakteristik ataupun frekuensi dari subjek yang dipelajari.
Masalah deskriptif adalah masalah yang berhubungan dengan atau yang mempertanyakan status satu
gejala atau variabel. Ada dua jenis status masalah deskriptif, yakni yang berhubungan dengan
karakteristik dan yang berhubungan dengan frekuensi dari suatu populasi atau gejala.

2.5 Masalah dan Perumusan Masalah Korelasional

Masalah korelasional adalah masalah tentang hubungan antara dua atau lebih gejala. Dengan
masalah ini, peneliti bermaksud mengetahui atau mencari ada tidaknya hubungan atau derajat
hubungan antara gejala. Masalah seperti ini disebut juga masalah hubungan sejajar atau hubungan
kovariasional yang di dalamnya masalah hanya menunjukkan hubungan tetapi bukan pengaruh.
Masalah-masalah korelasional merupakan masalah yang diselidiki dalam penelitian korelasional.
Penelitian korelasional berusaha menentukan apakah, dan derajat apa satu hubungan, ada antara dua
atau lebih variabel yang dapat diukur. Tujuan dari satu studi korelasional dapat menentukan satu
hubungan.

2.6 Masalah dan Perumusan Masalah Kausal

Masalah kausal adalah masalah tentang hubungan pengaruh atau hubungan sebab-akibat antara
satu atau lebih variabel dan satu atau lebih variabel lain atau sebaliknya. Masalah sebab-akibat selain
menunjukkan ada hubungan antara dua atau lebih variabel, hubungan tersebut menunjukkan ada
variabel sebab dan ada variabel akibat. Ini herarti bahwa dalam masalah kausal efek, perubahan dalam
satu variabel (independen atau sebab atau kausal) menyebabkan terjadinya perubahan dalam variabel
lain (independen atau akibat atau efek). Hubungan ini diindikasikan dalam kerangka teoritis. Masalah
kausal adalah masalah yang diselidiki dalam penelitian eksplanatori.

2.7 Masalah dan Perumusan Masalah Komparatif

Masalah komparatif berhubungan dengan perbedaan atau perbandingan antara gejala atau
populasi. Masalah deskriptif, korelasional, dan kausal dapat dirumuskan dalam bentuk komparatif
atau perbedaan dan menjadi masalah yang diselidiki dalam penelitian komparatif. Penelitian
komparatif dibedakan atas dua tipe, yakni komparatif yang berhubungan dengan variabel atau
objek yang dipelajari dan komparatif yang berhubungan dengan kelompok atau subjek yang
dipelajari.

2.8 Masalah dan Perumusan Masalah Multivariat

Dilihat dari jumlah variabel dalam hubungan antara variabel, rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian seperti dikemukakan di atas memperlihatkan hubungan bivariat. Dalam
penelitian sosial dan perilaku, masalah-masalah multivariat telah menjadi hal lazim. Multivariat berarti
variabel independen atau dependen atau keduanya lebih dari satu variabel.

BAB III

PARADIGMA PENELITIAN: DARI POSITIVISME KE PENELITIAN KUANTITATIF

Pokok pembahasan dalam bab ini:

1. Paradigma penelitian.
2. Berbagai variasi tipe penelitian yang dapat digunakan dalam penyelidikan satu masalah hingga
diperoleh solusi atas masalah tersebut.

3.1 Paradigma Positivisme

"Positivisme" menggambarkan pendekatan baru terhadap pengetahuan. Yang mendahului


kehidupan intelektual dalam tahap positif adalah sosiologi. lni tampak dari klaim bahwa sosiologi
bukan hanya sebuah disiplin analitis yang ketat melainkan juga sebuah studi sintetis yang tujuannya
adalah menghubungkan fenomena sosial dengan keseluruhan organis yang mencakup fenomena sosial.
Auguste Comte adalah orang yang peftama kali menggunakan istilah “positivism” dalam bukunya The
Course of Positivc Philosophy yang diterbitkan pada 1838. Dia dianggap sebagai Bapak Sosiologi dan
diakui sebagai pendiri disiplin sosiologi.

Positivisme Comte menekankan " knowledge based on experience" atau " observed facts".
Filsafat positif yang dalam pola berpikir disebut " logical positivism" berakar dari kekaguman yang
mendalam akan presisi kuantitatif ilmu-ilmu alam, khususnya matematika, fisika, dan biologi. Comte
berusaha menerapkan metode-emetode dengah presisi kuantitatif ilrnu-ilmu alam untuk mencmukan
prinsip-prinsip keteraturan dan perubahan di dalam masyarakat sehingga menghasilkan sebuah
susunan pengetahuan baru yang bisa dipakai untuk mereorganisasikan masyarakat demi perbaikan
umat manusia. Comte berpendapat bahwa hanya dengan mcnggunakan filsafat positif untuk
mempelajari pikiran manusia dan interaksi sosial dapat memahami kemajuan sosial nyata.

3.2 Dari Positivisme Ke Paradigma Kuantitatif

Pendekatan positivisme adalah satu pendekatan dalam penelitian yang sangat tua dan sangat
luas digunakan dan menjadi suatu paradigma dalam penelitian kontemporer. Seperti Burns katakan:
The term positivism has been applied to this conventional approach to research which incorporates
methods and principles of natural science for the study of human behavior. Sehubungan dengan hal
tersebut, peneliti-peneliti positivis lebih suka rnenggunakan logika deduktif dengan presisi data
kuantitatif hasil observasi empiris dan lebih sering menggunakan eksperimen, survei, dan statistik.

Positivis menanamkan prosedur untuk pengembangan hukum-hukum ilrniah sebagai metode


"hypothetico-deductive", tetapi hukum-hukum ilmiah harus diuji secara empiris sehingga dalam
perkembangannya menjadi "deducto-hipothetico-verificative". Ide dasar dari metode deducto-
hipothetico-verificative adalah bahwa ilmuwan/peneliti mular dengan satu peristiwa atau masalah yang
memerlukan penjelasan. Penjelasan (ramalan atau prediksi) fenomena-fenomena dilakukan dengan
menggunakan teori. Kemudian darinya diderivasi hipotesis atau hipotesis-hipotesis. Melalui penelitian
empiris, hipotesis atau hipotesis-hipotesis itu diuji kebenarannya.

3.3 Perbedaan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian kuantitatif dinyatakan sebagai paradigma positivistis, sedangkan penelitian kualitatif


dinyatakan sebagai paradigma fenomenologis atau naturalistis. Penelitian kuantitatif dapat
dikonstruksi sebagai strategi penelitian yang menekankan kuantifikasi dalam pengumpulan dan
analisis data dengan pendekatan deduktif (lihat bagan) untuk hubungan antara teori dan penelitian
dengan menempatkan pengujian teori (testing of theory). Oleh karena itu, penelitian kantitatif
merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang
terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk
menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar.

Gambar : Model Deduktif Dalam Satu Penelitian Kuantitatif

Peneliti menguji satu teori

Peneliti menguji hipotesis atau pertanyaan penelitian yang


diturunkan dari teori

Peneliti mengoperasionalisasi konsep atau variabel yang


diturunkan dari teori

Peneliti menggunakan satu instrument untuk mengukur variabel


dalam teori

Sumber : John Creswell, 1994:88.

Gambar : Model Induktif Dalam Satu Penelitian Kualitatif

Peneliti mengembangkan satu teori atau membandingkan pola


dengan teori-teori lain

Peneliti mencari pola (teori)

Peneliti membentuk kategori


Peneliti mengajukan pertanyaan

Peneliti mengumpulkan informasi

Sumber : John Creswell, 1994:88.

Sebaliknya, penelitian kualitatif dapat dikontruksi sebagai satu strategi penelitian yang biasanya
menekankan kata-kata daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis datam menekankan
induktif untuk hubungan teori dan penelitian, yang tekanannya pada penempatan penciptaan teori.
Oleh karena itu, penelitian kualitatif mendefinisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk
memahami masalah sosial berdasarkan suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial
berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan
pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar alamiah.

3.4 Memilih Paradigma Kuantitatif atau Kualitatif

Persoalan pilihan atas metode penelitian merupakan persoalan paradigma dalam penelitian.
Ada dua pilihan paradigma dalam penelitian: kuantitatif dan kualitatif. Paradigma kuantitatif berakar
dari tradisi positivist atau the scientific empirical tradition, sedangkan paradigma kualitatif berakar
pada tradisi phenomenological atau the naturalistic phenomenological mode. Keduanya merupakan
pemikiran sosiologis pada abad ke-l9. Positivisme versus fenomenologis dalam studi tentang perilaku
manusia, masing-masing dari kedua perspektif ini memiliki implikasi besar untuk menentukan dengan
cara apa penelitian dilakukan-berhubungan dengan cara mempelajari gejala sosial atau masyarakat dan
perilakunya secara ilmiah. Sebab, walaupun metode ilmiah pada dasarnya sama untuk semua ilmu-
kesatuan yang terdapat dalam semua ilmu adalah karena metodenya bukan karena materinya-tidak
demikian halnya dengan teknik yaitu cara-cara khusus untuk penerapan metode ilmiah pada masalah-
masalah khusus. Oleh sebab itu, setiap ilmu perlu membentuk teknik tersendlri sesuai dengan objek
telaahnya.

3.5 Memilih Metode Penelitian Berdasarkan Paradigma

Menurut Creswell, ada hubungan antara paradigma dan metode penelitian, khususnya metode
pengumpulan data dan metode analisis data. Menurut Hussey dan Hussey, pilihan atas paradigma
berimplikasi penting bukan saja terhadap pilihan Anda tentang metodologi penelitian melainkan juga
terhadap metode Anda untuk mengumpulkan data, pilihan Anda tentang masalah penelitian, dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Metode kuantitatif terdiri alas experimental research dan survey
research. Eksperimen mencakup eskperimen sungguhan dengan menentukan subjek secara acak untuk
kondisi perawatan dan eksperimen semu (quasiexperiments) yang menggunakan rancangan bukan
acak. Survei meliputi studi cross-sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau
wawancara terstruktur untuk pengumpulan data dengan maksud generalisasi dari sampel hingga
populasi.

BAB IV

KERANGKA TEORITIS: TEORI DALAM PENELITIAN

Pokok pembahasan dalam bab ini:

1. Menjelaskan hakikat dan kedudukan teori dan kerangka teoritis dalam penelitian.
2. Kaitan antara kerangka teoritis dan telaah pustaka.
3. Unsur-unsur satu teori dan prosedur penulisan kerangka teoritis.

4.1 Esensi Teori dan Kerangka Teoritis

Sesudah satu masalah telah secara hati-hati dipilih, digambar, dan dinyatakan secara jelas,
peneliti siap untuk melakukan telaah literatur yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian.
ltu dilakukan untuk memberikan penjelasan atas masalah yang akan diselidiki. Penjelasan dilakukan
dengan menggunakan teori, sedangkan proses pemberian penielasan atas prediksi tentang fenomena
sosial dengan menghubungkan subjek perhatian untuk beberapa fenomena lain disebut berteori
(theorizing).

4.2 Definisi Teori

Teori ialah satu set atau seperangkat konstruk (variabel) yang saling berhubungan, definisi, dan
proposisi yang menyajikan suatu pindangan sistematis tentang fenomena dengan memerinci
hubungan-hubungan di antara variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu. Teori
adalah sekumpulan ide yang mengklaim menjelaskan bagaimana sesuatu bekerja. Teori adalah
sekumpulan pernyataan proposisional yang saling terkait secara logis yang mengidentifikasi
bagaimana variabel secara kovarian terkait satu sama lain. Teori adalah proposisi atau sekumpulan
proposisi yang saling terkait yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena sosial tertentu. Teori
adalah sekumpulan konstruksi (atau variabel) yang saling terkait yang dibentuk menjadi proposisi atau
hipotesis yang menentukan hubungan antar variabel (biasanya dalam hal besaran atau arah).

4.3 Definisi Kerangka Teoritis

Teori yang ditulis oleh peneliti untuk menjelaskan atau hubungan antara gejala yang menjadi
perhatian dinamakan kerangka teoritis atau kerangka pemikiran teoritis. Kadang-kadang disebut juga
sebagai theorical perspective, theorical review. Hussey dan Hussey mendefinisikan: Kerangka teori
adalah kumpulan teori dan model dari literatur yang mendasari studi penelitian positivistik. Kerangka
teoritis adalah bagian fundamental dari jenis penelitian ini karena menjelaskan pertanyaan atau
hipotesis penelitian.

4.4 Kebutuhan Teori dan Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis juga penting untuk perumusan hipotesis dan analisis. Hipotesis sebagai jawaban atau
dugaan sementara dari masalah yang dirumuskan umumnya diturunkan dari teori yang dibangun
dalam kerangka pemikiran teoritis, sedangkan analisis dan interpretasi data harus mengacu kepada
kerangka teoritis dalam menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya. Kerangka teoritis
bahkan memberikan suatu dasar untuk menjelaskan saling hubungan antara konsep-konsep atau
variabel-variabel, baik arah, bentuk, sifat, maupun kekuatan, sekiranya didukung oleh penelitian
bersangkutan. Akhirnya fungsi kerangka teoritis adalah memberikan premis-premis dari mana peneliti
dapat mendedukasikan objektif-objektif dari penelitian itu. Tanpa dasar deduktif yang diberikan oleh
kerangka konseptual adalah sulit bagi peneliti untuk dapat merumuskan objektif-objektif
penelitiannya.

4.5 Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual mengidentifikasikan, memberikan batasan, dan menguraikan konsep-


konsep yang dicerminkan dalam masalah kebijakan, pemecahan-pemecahan yang diusulkan, serta
kekuatan-kekuatan sosial yang beragam yang memengaruhinya. Kerangka konseptual itu dapat
dipikirkan sebagai suatu diagram mental, atau peta yang menyalinghubungkan konsep-konsep ini,
menunjukkan di mana, kapan, dan bagaimana konsep-konsep itu saling sesuai. oleh karena itu,
pernyataan tertulis dari kerangka konseptual itu adalah deskripsi dan penjelasan dari ahli analisis
tentang peta konseptual ini.

4.6 Kerangka Teoritis dan Telaah Pustaka

Telaah pustaka atau literatur (juga disebut survei literatur) adalah proses melokasi, rnemperoleh,
membaca, dan mengevaluasi literatur penelitian dalanr bidang yang Anda minati. Alasan utama untuk
perlu melakukan telaah literatur ialah untuk menghindarkan duplikasi, membantu merancang tahap
penelitian, dan membantu untuk memperbarui empiris yang baru atau kontroversi teoritis dalam satu
bidang penelitian tertentu. Perancangan satu studi meliputi keputusan seperti apa variabel yang
dicakup dan bagaimana mengukur, apa alat yang digunakan, apa prosedur yang digunakan, dan
sebagainya.
4.7 Relevansi Telaah Pustaka dan Teori dalam Penelitian

Telaah pustaka atau literatur sangat relevan dan penting dalam keseluruhan proses penelitian.
Gay dan Diehl mengatakan: Tujuan utama meninjau literatur adalah untuk menentukan apa yang telah
dilakukan yang berhubungan dengan masalah Anda. Pengetahuan ini tidak hanya menghindari
duplikasi yang tidak disengaja, tetapi juga memberikan pemahaman dan wawasan yang diperlukan
untuk pengembangan kerangka kerja logis yang sesuai dengan masalah Anda. dengan kata lain,
tinjauan tersebut memberi tahu Anda apa yang telah dilakukan dan apa yang perlu dilakukan. Studi
yang telah dilakukan akan memberikan dasar pemikiran untuk hipotesis penelitian Anda; Indikasi
tentang apa yang perlu dilakukan akan menjadi dasar pembenaran untuk studi Anda.

4.8 Penempatan Telaah Pustaka dan Teori dalam Penelitian

Teori dan telaah pustaka digunakan di seluruh proses penelitian. Namun, karena penelitian
kuantitatif merupakan penelitian pengujian teori, ada kekhasan untuk menulis teori dan mernbangun
kerangka teoritis dalam satu seksi terpisah sebagai penjelasan atau jawaban teoritis atas masalah atau
pertanyaan penelitian. Darinya kemudian diturunkan hipotesis yang akan diuji secara empiris. Peneliti
menguji satu teori melalui penggunaan hipotesis yang diturunkan dari teori. Hipotesis ini, kemudian,
memuat variabel-variabel yang diukur melalui penggunaan item-item dalam suatu instrument.

4.9 Pengelompokan Teori

Teori merupakan unsur dan sekaligus memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah, baik
penelitian deskriptif maupun penelitian penjelasan, karena ia digunakan antara lain untuk menjelaskan
gejala atau masalah sosial. Deskripsi, eksplanasi dan prediksi diberikan oleh teori. Teori membantu
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik tentang pertanyaan apa, mengapa, maupun
pertanyaan bagaimana. Di sisi lain, mengambarkan dan menjelaskan gejala sosial atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan menggunakan teori disebut teorisasi. Teori yang digunakan
untuk menjelaskan masalah sosial tertentu dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yakni grand theories,
middle-range theories, dan substantive theories.

4.10 Peranan Teori dalam penelitian

Teori harus dipahami oleh tiap peneliti karena teori memiliki peranan dalarn ilrnu atau
penelitian ilmiah yang berguna bagi peneliti.ss Peranan tersebut meliputi penyediaan suatu
pemahaman tentang fenomena, rnenyediakan satu dasar untuk prediksi, dan menuntun arah penelitian.
Teori memberikan pemahaman tentang fenomena untuk mana penyelidikan diadakan. Pada tingkat
yang lebih tinggi, teori-teori menyajikan satu cara tertentu untuk memahami fenomena yang
dengannya mereka diperlakukan. Teori juga memberikan satu cara untuk men.jelaskan atau
memprediksi perilaku atau kejadian-ke.jadian atau fenomena tertentu. Dengan teori, kita dapat
menjelaskan dan mempredikasi suatu fenomena atau masalah tertentu, dan kita pun dapat
menggunakan teori untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih fenomena atau masalah yang
menjadi pusat perhatian kita. Dalam konteks ini, teori harus dapat diuji

4.11 Teori dan Model

Model visual sering digunakan oleh ilmuwan sosial untuk mewakili secara sistematis aspek-
aspek tertentu dari dunia nyata. Demikian juga teori dapat ditampilkan oleh ilmuwan sosial sebagai
satu model visual, yaitu representasi dari realitas yang diformulasi secara schematic dan symbolic.
Model merupakan abrstraksi dari realitas yang memberikan tujuan pengaturan dan penyederhanaan
pandangan kita tentang realitas. Model berguna untuk menerjemahkan variabel ke dalam satu gambar
visual sehingga menjadi iampak hubungan antara variabel yang dijelaskan.

BAB V

KERANGKA TEORITIS: HUBUNGAN ANTARA VARIABEL

Pokok pembahasan dalam bab ini:

1. Menjelaskan hakikat hubungan, macam tipe dan posisi variabel dan sifat, pola atau bentuk, arah,
banyaknya variabel yang berhubungan
2. Kekuatan hubungan dalam hubungan antara variabel.

4.1 Esensi Hubungan Antara Variabel

Teori digunakan untuk menjelaskan satu atau lebih gejala sosial yang menjadi pusat perhatian
peneliti. Sifat dan hakikat teori terletak pada penjelasan dan prediksinya tentang fenomenh-fenomena
ya,rtg diamati. Proposisi merupakan satu elemen penting dari teori. Kita dapat mendefinisikan satu
proposisi sebagai satu pernyataan tentang hubungan di antara dua atau lebih konsep atau variabel.
Karena itu, satu dimensi ,penting dari teori (atau dalam penjelasan dan prediksi) meliputi hubungan
antara fenomena atau variabel yang dijelaskan (variabel dependen) terhadap fenomena atau variabel
eksplanatori lain (variabel independen) berdasarkan hukum-hukum umum atau teori-teori.

4.2 Tipe-Tipe Variabel Dalam Hubungan Antara Variabel

Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai atau
ketegori. Dalam suatu hubungan antara variabel, ditemukan berbagai jenis variabel. Memahami jenis-
jenis variabel dalam hubungan antara variabel merupakan keharusan bagi peneliti dalam penelitian
kuantitatif. Variabel dapat dibedakan berdasarkan dua ciri, yaitu.posisi dan urutan waktu dan
pengukurannya. Berdasarkan waktu atau posisi atau lokasi variabel dalam hubungan antara variabel,
umumnya variabel diklasifikasi kedalam empat tipe dasar. Empat tipe dasar variabel tersebut ialah
variabel independen (independent variable), variabel dependen (dependent variable), variabel antara
(intervening variable), variabel kontingensi (contingency variable).
Gambar: Variabel Dalam Satu Model Hubungan Antara Variabel

VARIABEL VARIABEL VARIABEL


INDEPENDEN INTERVENING DEPENDEN

VARIABEL
MODERATING

Sumber: Sekaran, 2000

4.2.1 Variabel Independen

Variabel yang diamati dalam hubungan antar-variabel menunjukkan adanya urutan temporal.
Urutan temporal berarti bahwa suatu variabel mendahului variabel lain berdasarkan waktu. Variabel
yang mendalrului disebut variabel independen, sedangkan variabel kemudian disebut variabel
dependen. oleh karena itu, pengurutan berdasarkan waktu ini juga dapat dikatakan bahwa satu variabel
memengaruhi variabel lain. Hal ini terjadi dalam hubungan kausal. Hubungan kausal biasanya mulai
dengan suatu akibat (effect), baru kemudian ia mencari sebab-sebabnya (causes).

4.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Oleh karena
itu, variabel dependen atau terikat bergantung pada variabel independen atau bebas. la merupakan
hasil dari pengaruh variabel bebas. Variabel dependen adalah variabel yang merespons perubahan
dalam variabel independen.

4.2.3 Variabel Antara

Sering kali dua variabel tampak saling berhubungan tetapi hubungan tersebut sebenarnya terjadi
melalui atau diantarai oleh variabel lain yang disebut variabel antara (intervening variable, mediating
variable). Oleh karena itu, variabel intervening menggambarkan satu tipe khusus dari variabel
independen yang dipilih untuk dipelajari untuk menentukan jika variabel tersebut memengaruhi
hubungan antara variabel independen utama dan variabel dependen.

4.2.4 Variabel Kontigensi

\/ariabel kontingensi merupakan variabel yang menentukan kuat atau lemahnya hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat atau variabel yang memiliki efek kontingen (contingent effect.
Perubahan dalam variabel bebas secara langsung mengakibatkan perubahan dalam variabel terikat,
tetapi kuat atau lemahnya akibat perubahan tersebut bergantung pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu
inilah yang disebut variabel kontingensi.
4.2.5 Variabel Kontrol

Dalam pernyataan dan pengujian satu hipotesis, kita mungkin ingin tahu tentang efek variabel
lain dalam satu hubungan yang dihipotesiskan. Variabel yang dimaksud ialah variabel kontrol yaitu
variabel yang memengaruhi variabel independen atau variabel dependen sehingga dapat mengubah
hubungan antara kedua variabel tersebut. Variabel kontrol dipercaya berhubungan dengan variabel
independent dan dependen. Dalam analisis hubungan antar-variabel, peneliti menggunakan variabel
kontrol untuk memastikan ada atau tidak ada, maupun kuat atau lemahnya, hubungan antara variabel
yang sedang dianalisis. Oleh sebab itu, variabel kontrol dapat dianggap sebagai variabel penguji dalam
analisis hubungan antara variabel independen dan dependen. Peneliti perlu memerhatikan variabel
kontrol dalam penelitiannya jika dari perhitungan statistik ternyata variabel tersebut mempunyai
kaitan, baik dengan variabel terpengaruh maupun dengan variabel pengaruh.

4.3 Sifat Hubungan

Hubungan (relationship) yang Anda identifikasi dalam satu penelitian hubungan antar-variabel
jatuh pada dua kategori besar: hubungan korelasional (correlational relationship) atau sering disebut
kovariasional (covariational) dan hubungan kausal (causal relationship).

4.3.1 Hubungan Korelasional

Hubungan korelasional atau kovariasional menunjuk pada hubungan yang dipolakan antara satu
variabel independen dan variabel dependen. Kovariasi secara singkat berarti bahwa dua atau lebih
fenomena berubah bersama atau ketika perubahan dalam satu variabel cenderung disertai oleh
perubahan khas dalam variabel lain, dua variabel dinamakan covary.

4.3.2 Hubungan Kausal

Kausalitas menunjukkan implikasi bahwa perubahan dalam variabel independen menyebabkan


terjadinya perubahan dalam variabeldependen sehingga tanpa perubahan dalam variabel independen
tidak akan terjadi perubahan dalam variabel dependen. Perubahan dalam variabel independen
diasumsikan sebagai penyebab perubahan dalam variabel dependen dan perubahannya dapat ke arah
positif atau negatif.

4.4 Arah Hubungan

Dua variabel adalah berhubungan jika perubahan dalarn nilai dari satu variabel secara sistematis
mernbawa perubahan dalam nilai-nilai variabel lain. lni mengindikasikan ada perubahan arah
hubungan (direction of relations). Ketika kita mengatakan arah hubungan kita artikan bahwa
hubungan antara variabel mengarah ke dua arah: mungkin positif atau negatif.

4.4.1 Hubungan Positif


Satu hubungan positif (positive relations) atau hubungan satu arah berarti bahwa bila nilai-nilai
dari satu variabel meningkat, nilai-nilai dari yang lain juga meningkat; atau sebaliknya jika nilai-nilai
dari satu variabel menurun, nilai-nilai dari variabel lain juga menurun.

4.4.2 Hubungan Negatif

Satu hubungan negatif (negative relations) atau hubungan terbalik (inverse relations)
mengindikasikan bahwa nilai-nilai dari satu variabel meningkat, nilai-nilai dari variabel lain menurun.
Nilai tinggi dari satu variabel dihubungkan dengan nilai rendah dari variabel lainnya.

BAB VI

HIPOTESIS

Pokok pembahasan dalam bab ini:

1. Hipotesis, sumber hipotesis, tipe hipotesis,


2. Bagaimana merumuskan hipotesis yang baik dalam penelitian kuantitatif.

6.1 Definisi Hipotesis

Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji. Oleh karena itu, hipotesis
selalu mengambil bentuk atau dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative) dan dalam
pernyataan ini secara umum dihubungkan satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain.
Satu hipotesis adalah satu pernyataan atau jawaban tentatif tentang hubungan antara dua atau lebih
variabel. la merupakan jawaban atau dugaan atau penjelasan sementara tentang perilaku, atau gejala
atau keadaan sebagaimana dikemukakan dalam rumusan masalah. la merupakan satu pernyataan
tentatif tentang hubungan antara dua variabel (independen dan dependen) dan hubungan tersebut dapat
diuji secara empiris. Perhatikan beberapa definisi hipotesis berikut. Hipotesis adalah pernyataan
dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih , a hypothesis is a proposition
that is stated in testable form and predicts a particular relationship two (or more) variables, an
hypothesis can defined as a logically conjectured relationship between two or more variables
expressed in the form of testable statements, hypotheses are tentative answers to research problems.

6.2 Pentingnya Hipotesis

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.
Ada tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai
piranti kerja teori. Hipotesis dapat dirunut dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan
yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat agresi dapat dijelaskan melalui teoritentang agresi.
Kedua, bahwa hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau
difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
membuat ilmuwan dapat "keluar" dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk
menunjukkan trenar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang
menyusun dan mengujinya

6.3 Hubungan antara Teori dan Hipotesis

Hipotesis adalah satu jenis proposisi, yang dirumuskan sebagai jawaban tentative atas suatu
masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai satu jenis proposisi, umumnya hipotesis
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan
hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis diformulasi, diturunkan,
atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah. Hipotesis
bersumber dari pengalaman dan hasil observasi ini bagaimanapun sangat lemah dan merupakan
hipotesis sementara dan biasanya digunakan dalam penelitian yang bertujuan mendapatkan hipotesis-
hipotesis yang lebih tegas. Nan Lin menamakan penelitian dengan hipotesis seperti ini sebagai
penelitian pembentukan hipotesis (hypothesis generating research). Melalui penelitian empiris, akan
diperoleh jawaban yang sesungguhnya dari masalah penelitian atau disebut jawaban empiris. Dalam
hal ini, jawaban teoritis atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebagai kebenaran pada
taraf teoritis harus diuji kebenaran empirisnya.

6.4 Merumuskan Hipotesis

Sullivan dan Rassel mengatakan: " clearly written hypothesis helps researchers decide what
data to collect and how to analyze them" (Sullivan dan Rassel, 1989: 1 0). Hal itu karena dalam
hipotesis yang ditulis dengan jelas akan dapat diidentifikasi variabel, baik variabel indenden maupun
variabel dependen, nilai atau kategori respons, dan juga diketahui bagaimana satu perubahan dalam
satu variabel berkaitan dengan atau disebabkan oleh satu perubahan dalam variabel lain. Untuk
merumuskan hipotesis yang jelas dan juga benar, peneliti harus memahami karakteristik hipotesis dan
tipe-tipe hipotesis.

6.4.1 Karakteristik Hipotesis

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan
merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat
secara proposisional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji secara empiris. Sering kali peneliti merumuskan hipotesis yang
sangat umum sehingga tidak dapat diuji secara langsung Untuk memformulasi hipotesis yang benar
atau baik, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni: Hipotesis diderivasi dari suatu
teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi, hipotesis
harus dinyatakan secara jelas, dalam terminologi yang benar dan secara operasional, hipotesis
menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran tentang
fenomena yang diteliti, hipotesis harus value-free, hipotesis harus dapat diuji, hipotesis harus spesifik.
hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel.

6.4.2 Tipe-tipe Hipotesis

Tipe hipotesis berdasarkan tujuan dapat dibedakan atas: hipotesis deskriptif untuk
menggambarkan variabel independen atau dependen, hipotesis korelasional tentang dua atau lebih
variabel independen dan dependen yang meliputi hipotesis asosiatif hipotesis kausal, dan hipotesis
perbedaan atau hipotesis perbandingan antara dua atau lebih kelompok dalam istilah variabel
indepeden.

DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial

You might also like