Professional Documents
Culture Documents
Bab 3 Gambaran Umum Yahu
Bab 3 Gambaran Umum Yahu
Bab 3 Gambaran Umum Yahu
Tabel 3.1
Luas Daerah Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan
Jumlah
Wilayah Luas
No. Kecamatan Desa/
Pengembangan
Ha % Kelurahan
1 Kec, Soreang 2.550,68 1,45 10
2 Kec, Kutawaringin 4.730,26 2,68 11
3 Kec, Katapang 1.572,46 0,89 7
1 WP Soreang
4 Kec, Rancabali 14.837,00 8,42 5
5 Kec, Pasirjambu 23.957,64 13,59 10
6 Kec, Ciwidey 4.846,92 2,75 7
1 Kec, Baleendah 4.155,54 2,36 8
2 WP Baleendah 2 Kec, Dayeuhkolot 1.102,91 0,63 6
3 Kec, Bojongsoang 2.781,22 1,58 6
1 Kec, Banjaran 4.291,79 2,44 11
6 Kec, Pangalengan 19.540,93 11,09 13
3 Kec, Cangkuang 2.461,06 1,4 7
3 WP Banjaran
4 Kec, Cimaung 5.500,02 3,12 10
5 Kec, Arjasari 6.497,79 3,69 11
6 Kec, Pameungpeuk 1.462,32 0,83 6
1 Kec, Majalaya 2.536,46 1,44 11
2 Kec, Ciparay 4.617,57 2,62 14
3 Kec, Pacet 9.193,96 5,22 13
4 WP Majalaya 4 Kec, Kertasari 15.207,36 8,63 7
5 Kec, Paseh 5.102,90 2,9 12
6 Kec, Ibun 5.456,51 3,1 12
7 Kec, SolokanJeruk 2.400,66 1,36 7
1 Kec, Cicalengka 3.599,23 2,04 12
5 WP Cicalengka 2 Kec, Nagrek 4.930,29 2,8 6
3 Kec, Cikancung 4.013,63 2,28 9
1 Kec, Cileunyi 3.157,51 1,79 6
6 WP Cileunyi
2 Kec, Rancaekek 4.524,83 2,57 13
WP Cimenyan - 1 Kec, Cilengkrang 3.011,94 1,71 6
7 Cilengkrang 2Kec, Cimenyan 5.308,33 3,01 9
WP Margaasih- 1 Kec, Margahayu 1.054,33 0,6 5
8
Margahayu 2 Kec, Margaasih 1.834,49 1,04 6
Kabupaten Bandung 176.238,67 100 276
Gambar 3.1
Peta Administratif Kabupaten Bandung
3.1.2 Topografi
Berdasakan topografinya, sebagian wilayah Kabupaten Bandung merupakan
pegunungan atau daerah perbukitan ketinggian yang bervariasi antara 500 m
hingga 1.812 di atas permukaan laut. Secara tidak langsung, kondisi topografi
Kabupaten Bandung inilah yang mempengaruhi iklim Kabupaten Bandung yang
cenderung sejuk dengan suhu berkisar antara 180C hingga 240C. Secara umum
topografi Kabupaten Bandung dapat dibedakan ke dalam tiga jenis topografi
yaitu dataran, lereng/ punggung bukit dan lembah/ DAS. Topografi tersebut
cendrung bervariatif untuk setiap wilayah.
Morfologi Kabupaten Bandung yang merupakan bagian dari Cekungan Bandung
tersebut menjadikan Kabupaten Bandung tergolong potensial sebagai tempat
akumulasi air tanah.Kondisi geografis Kabupaten Bandung yang berupa dataran
tinggi berbentuk cekungan dikombinasikan dengan banyaknya alih fungsi lahan
yang terjadi baik dari pertanian dan daerah resapan menjadi permukiman
maupun kawasan hutan menjadi lahan pertanian musiman menyebabkan
tingginya sedimentasi dan bencana banjir. Selain itu, terganggunya sistem
jaringan irigasi dan drainase juga berakibat pada timbulnya genangan dan
banjir di beberapa titik lokasiterutama wilayah permukiman seperti banjir di
Cieunteung-Baleendah, Dayeuhkolot serta jalan terusan Kopo. Kabupaten
Bandung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah
hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu
udara berkisar antara 12oC sampai 24oC dengan kelembaban antara 75 % pada
musim hujan dan 87 % pada musim kemarau.
3.1.3 Klimatologi
Curah hujan di Kabupaten Bandung rata- rata antara 1.500 mm sampai dengan
4.000 mm per tahun dengan suhu udara berkisar antara 120 C sampai 240 C.
Sedangkan kelembaban udaranya antara 78 % pada musim hujan dan 70 %
pada musim kemarau. Kondisi ini menjadikan Kabupaten Bandung mempunyai
potensi hidrologi yaitu ketersediaan suber daya air tanah maupun air permukaan.
Table 3.2
Statistik Penggunaan Lahan di Kab.Bandung
3.1.5 Kependudukan
Penduduk Kabupaten Bandung berdasarkan berdasarkan proyeksi penduduk
Tahun 2015, tercatat sebanyak 3.534,111 jiwa atau meningkat sebanyak
328.990 jiwa dari tahun 2010. Adapun Sex ratio sebesar 102,96 persen, artinya
lebih banyak penduduk laki- laki dibanding penduduk perempuan. Sex rasio
tahun ini lebih kecil dibandingkan di tahun sebelumnya yang sebesar 103.2
persen.
Dengan luas wilayah Kabupaten Bandung sebesar 1.762,39 kilometer persegi,
rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bandung sebesar 2.005 jiwa
per kilometer persegi. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka
mengalami peningkatan dari 1.932 jiwa per kilometer persegi.Adapun 31
kecamatan di Kabupaten Bandung dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi
berada di kecamatan Margahayu dan Dayeuhkolot yang mencapai 12.172 dan
10.811 jiwa per kilometer persegi, sedangkan yang terendah di kecamatan
Rancabali dan Pasir Jambu hanya 342 dan 356 per kilometerpersegi.
Tabel 3.3
Lima Wilayah Terpadat
Di Kabupaten Bandung Tahun 2015 (Jiwa/Km2)
Luas Kepadatan
No Kecamatan JumlahPenduduk
Wilayah Km/Jiwa
1 Margahayu 128.293 10,54 12.172
2 Dayeuhkolot 119.245 11,03 10.811
3 Margaasih 150.971 18,35 8.227
4 Majalaya 162.531 25,36 6.409
5 Baleendah 256.570 41,56 6.173
300,000
250,000
200,000
150,000
0
yu ot ih a h
ha kol aas jalay nda
ga uh g a e
ar ye ar M le
M a M Ba
D
Gambar 3.2
Grafik Lima Wilayah Terpadat
di Kabupaten Bandung Tahun 2015 (Jiwa/Km2)
Tabel 3.4
Lima Wilayah Jumlah Kepadatan Penduduk Sedang
di Kabupaten Bandung Tahun 2015 (Jiwa/Km2)
Luas Kepadatan
No Kecamatan JumlahPenduduk
Wilayah Km/Jiwa
1 Rancabali 50.671 148,37 342
2 Pasirjambu 85.294 239,58 356
3 Kertasari 69.793 152,07 459
4 Pangalengan 148.353 195,41 759
5 Pacet 109.084 91,94 1.186
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
Jumlah Penduduk
40,000
20,000
0
li bu ri an ce
t
aba m asa ng Pa
nc ja r t le
Ra sir Ke ng
a
Pa P a
Gambar 3.3
Grafik Lima Wilayah Kepadatan Penduduk Sedang
di Kabupaten Bandung Tahun 2015 (Jiwa/Km2)
Gambar 3.4
Grafik Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten Bandung Tahun 2015
Gambar 3.5
Pelayanan air limbah domestik di Kabupaten Bandung saat ini belum merata,
untuk daerah perkotaan lebih banyak terlayani dibanding wilayah perdesaan, hal
ini sangat wajar mengingat di perkotaan lebih banyak penduduknya dan
kepadatannya lebih tinggi sehingga tingkat resiko juga lebih tinggi. Sebaliknya
untuk wilayah perdesaan yang kepadatan penduduknya renggang lebih banyak
terlayani sistem swadaya. dari total penduduk 3.534.112 Jiwa dengan jumlah
KK 883.528 KK, persentase cakupan layanan akses layak air limbah domestik
dengan sistem On Site mencapai 52.37%, Akses Dasar 36.37 %, dan Akses
Belum Layak 11.26 %, berikut dibawah ini tabel
Tabel 3.5
Cakupan Air Limbah Domestik di Kabupaten Bandung
Jumlah
Total %
Penduduk % Cakupan
No Sistem Satuan Jumlah Cakupan
Terlayani Layanan
Layanan
(KK)
Akses Layak
Sistem On site
Jumlah
Total %
Penduduk % Cakupan
No Sistem Satuan Jumlah Cakupan
Terlayani Layanan
Layanan
(KK)
Terdapat akses belum layak pada Cakupan Layanan Air Limbah Domestik di
kabupaten bandung, 11,26 persen dari penduduk yang ada belum terlayani
sanitasi yang baik untuk itu pemerintah kabupaten bandung mempunyai target
dan sasarana cakupan layanan air limbah domestik berikut dibawah ini target
dan sasaran pelayanan sanitaasi tahun 2015 – 2019.
• 85 % RT berakses Layak
• 15 % RT berakses Dasar
• 0 % Praktik BABS
Tabel 3.6
Jumlah Area Beresiko Air Limbah Domestik
Jumlah
Kecamatan Total Resiko Indeks Rawan Sanitasi
No Kel/Desa
1 RESIKO 4 40 160
2 RESIKO 3 73 219
56.48
3 RESIKO 2 125 250
4 RESIKO 1 42 42
Tabel 3.7
Skenario Pencapaian Universal Access Air Limbah Domestik
TARGET
CAKUPAN
CAKUPAN LAYANAN LAYANAN
NO SISTEM
EKSISTING (%)
Jangka Pendek
(%)
4 MCK 0.71 5
Gambar 3.6
IPAL Soreang, Kabupaten Bandung
Sumber: Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan
Kebersihan Kabupaten Bandung
Kondisi serupa terjadi pada IPLT, kondisi saat ini, IPLT tidak berfungsi
secara optimal. Padahal ditinjau dari kapasitas awal, IPLT Cibeet didesain
dengan daya tampung sekitar 25 m3/ hari, sedangkan IPLT Babakan
memiliki daya tapung sekitar 20 m3/ hari. Sejak selesai dibangun pada
tahun 1998, IPLT Cibeet belum difngsikan secara optimal. Salah satu
kendala yang menghambat operasional tersebut antara lain kendalam
peraturan tarif pembuangan dan jarak tempuh. Secara lokasi IPLT Cibeet
berlokasi di Kecamatan Ibun yang merupakan dataran tinggi. Untuk IPLT
Babakan, pada kondisi eksisting, IPLT dalam keadaan rusak dan tidak
berfungsi secara optimal. Salah satu kendalanya yaitu sulitnya sumber air
mengingat lokasi IPLT yang berada di atasbukit.Secara keseluruhan
cakupan pelayanan akses sarana pengelolaan air libah (SPAL) di wilayah
Kabupaten Bandung pada tahun 2008 sekitar 36,15 %. Dari tahun 2008
hingga tahun 2012 terjadi peningkatan cakupan pelayanan akses sarana
pengelolaan air limbah. Pada tahun 2012, cakupan pelayanan ini meningkat
menjadi sekitar 37,23 %
Tabel 3.8
Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Pengumpulan
DaurUlang
/Penampungan/ Pengolahan
Produk Input User Interface Pengaliran /Pembuangan KodeAliran
PengolahanAwal Akhir
Akhir
Helicopter/
SaluranDrainase - - - Sungai Alternatif 4
air Salurandra
Tempatcucipiring, air
cuciandaridap tangkiseptik inase/Sal. IPAL Sungai Alternatif 1
bekascucian/mandi
ur, air untuk Air kotor
mandi, air Tempatcucipiring, air Salurandrain
- - Sungai Alternatif 2
cucian bekascucian/mandi ase
pakaian
Tempatcucipiring, air
- - - Sungai Alternatif 3
bekascucian/mandi
sumber : Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2016-2020
Tabel 3.9
Jenis Dan Kapasitas SPAL
KONDISI
JUMLAH/
NO JENIS SATUAN KAPASITAS KETERANGAN
BER- TIDAK
FUNGSI BER-
FUNGS
(i) (ii) (iii) (iv) (iv) I ( (vii)
v
SPAL Setempat (Sistem On-
site)
1 TangkiSeptikKo Unit -
munal<10 KK
belumadapendataa
nkondisisaranasanit
2 MCK Unit 1,34
asiterbangun
3 TrukTinja Unit 2
1 1
IPLT
4 IPLT :Kapasitas m3/ 1 0 1 Cibeettidakbe
hari rfungsi
SPAL Terpusat (Sistem Off-site)
1 TangkiSeptikKo Unit 0
munal>10 KK
Tabel 3.10
Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten/Kota
4 IPAL Kota 0
Gambar 3.7
Peta Area Beresiko Sanitasi
Pelayanan air limbah domestic ditangani dengan system on-site dan off-
site
Pelayanan off-site system skala perkotaan (IPAL Soreang) melayani
sekitar 20% wilayah kota (Soreang) dan 25% penduduk kota Soreang,
dibangun sejak tahun 1991
Pelayanan off-site system diprioritaskan pada daerah padat penduduk
Terdapat pelayanan off-site system skala kawasan:
a. IPLT Cibeet melayani 8 kecamatan atau KK dibangun tahun1995-1996
oleh proyek WJUDSP (Western Java Urban Development Sector
Program), dana dari ADB, tidak berfungsi.
b. IPLT Babakan melayani Kabupaten Bandung sebelah Timur tahun
1996 oleh APBD Provinsi Jawa Barat, tidak berfungsi.
Pelayanan on-site system sekitar 46,57% penduduk yang mempunyai
jamban pribadi dan jamban komunal.
Gambar 3.8
IPLT Citebe
IPAL Soreang dengan kapasitas 10,6 L/det, dibangun tahun 1991 oleh
Proyek BUDP II (dana ADB), kondisi saat ini masih berfungsi (namun
terdapat bagian-bagian yang rusak, sehingga tidak optimal)
Tarif rata-rata rumah tangga (untuk air limbah tidak ada data), namun
angkutan tinja Rp 15.000,00 per m3
Gambar 3.21
IPAL Soreang
Berdasarkan hasil perhitungan timbulan air limbah domestik pada akhir tahun
perencanaan adalah 5,98 m3/detik. Timbulan air limbah tersebut apabila tidak
disalurkan dan diolah dengan baik akan berpotensi mencemari lingkungan
(pencemaran tanah dan badan air penerima) dan menimbulkan dampak
kesehatan berupa berjangkitnya penyakit waterborne disease seperti diare,
muntabel, dll.