Professional Documents
Culture Documents
Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit Umum, Kota Denpasar
Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit Umum, Kota Denpasar
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan suatu industri jasa dengan berbagai potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja, sehingga diperlukan upaya meminimalisir risiko bahaya di
rumah sakit dengan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). Penelitian ini adalah
penelitian analitik dengan rancangan cross-sectional, bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan pelaksanaan K3RS. Penelitian dilakukan di satu rumah sakit umum yang terletak di Kota Denpasar pada
bulan Maret 2019. Sampel penelitian ini berjumlah 187 responden yang dipilih dengan teknik proportionate
stratified random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53,48% responden mengaku melaksanakan K3RS yang baik. Hasil uji
chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin, sikap, kebijakan, kepemimpinan dan
ketersediaan sarana prasarana K3RS terhadap pelaksanaan K3RS (p<0,05). Berdasarkan hasil analisis
multivariabel, sikap merupakan faktor individu yang paling signifikan berpengaruh terhadap pelaksanaan K3RS
responden (adjusted PR=1,59; 95% CI 1,11-2,30).
ABSTRACT
Hospital is a service industry with various potential hazards which can cause an accident due to work and illness
due to work for the health workers. Therefore, efforts are needed to minimize the risk of harm in the hospital
with the implementation of hospital occupational health and safety. This study was a analytical study with a
cross-sectional design to know factors related to hospital occupational health and safety implementation. The
study was conducted at a public hospital in Denpasar city during March 2019. Number of samples in this study
involved 187 among 275 health workers chosen by proportionate stratified random sampling. Data were collected
by conducting interviews using a questionnaire. The results showed that 53,48% of health workers have a good
implementation of hospital occupational health and safety. The result of chi-square test found that sex, attitude,
policy, leadership and the availability of hospital occupational health and safety facilities were the factors related
to health workers’ implementation of hospital occupational health and safety (p<0,05). A multivariable analysis
showed that attitude was the most significant factor related to health workers’ implementation of hospital
occupational health and safety (adjusted PR=1,59; 95% CI 1,11-2,30).
Key Words: Hospital occupational health and safety, Health workers, Hospital.
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu (pasien, pengantar pasien dan pengunjung
institusi penyelenggara pelayanan pasien), serta memiliki kegiatan yang
kesehatan di industri jasa yang terus menerus setiap hari dengan berbagai
mempunyai karakteristik khusus seperti potensi bahaya yang terdapat di rumah
padat karya, padat pakar, padat modal, sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
padat teknologi, memiliki akses lebih
Hasil laporan Nasional Safety
terbuka bagi bukan pekerja rumah sakit
Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan
35
Eni Dwiari & Partha Muliawan
Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
bahwa terjadinya kecelakaan di rumah Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
sakit 41% lebih besar dari pekerja di Tahun 2016 tentang K3RS untuk
industri lain. Kasus yang paling sering menjamin keselamatan dan kesehatan
terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, SDM rumah sakit maupun orang lain
sakit pinggang, tergores/terpotong, luka yang berkunjung ke rumah sakit
bakar, penyakit infeksi dan lain-lain (Kementerian Kesehatan, 2016). Penelitian
(Ernawati & Nurlelawati, 2017). Kasus Ernawati & Nurlelawati (2017)
kecelakaan akibat kerja (KAK) pada menyatakan bahwa dalam penerapan K3
tenaga kesehatan di negara Amerika pada tenaga kesehatan di RSIA Permata
Serikat pada tahun 2011 tercatat sebanyak Sarana Husada Tangerang Selatan,
58.860 kasus dan penyakit akibat kerja terdapat hubungan signifikan antara
(PAK) juga menyebabkan tenaga sikap, motivasi dan penggunaan APD
kesehatan tidak bekerja (OSHA, 2013). oleh tenaga kesehatan terhadap
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat penerapan K3. Penelitian Ristiono &
diperkirakan terjadi 600.000-1.000.000 Azkha (2010) tentang regulasi dan
kasus luka tusuk jarum, namun lebih dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan
60% tidak dilaporkan. Selain itu diketahui Kerja (K3) Rumah Sakit di Propinsi
sebanyak 5.000 tenaga kesehatan terinfeksi Sumatera Utara, menyatakan bahwa
Hepatitis B Virus (HBV) dan 47 positif penyelengaraan K3RS dipengaruhi oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) regulasi dan kebijakan dari pemerintah,
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). komitmen manajemen rumah sakit dan
faktor yang mempengaruhi efektivitas
Di Indonesia, data terkait kejadian
regulasi. Hal ini menunjukkan
KAK dan PAK pada tenaga kesehatan
pelaksanaan K3RS oleh tenaga kesehatan
belum tercatat dengan baik. Namun
tidak terlepas dari faktor individu
penelitian-penelitian di beberapa rumah
maupun faktor organisasi. Di Bali, belum
sakit di Indonesia menyimpulkan kejadian
pernah dilakukan penelitian terhadap
KAK di rumah sakit akibat tertusuk jarum
faktor individu dan organisasi sehingga
pada tahun 2005-2007 mencapai 38-73%
belum diketahui faktor yang mana
dari total tenaga kesehatan. Sedangkan
berperan terhadap pelaksanaan K3RS.
kasus PAK seperti low back pain pada
tenaga kesehatan sebanyak 83,3% dari Berdasarkan latar belakang
pekerja di instalasi bedah sentral Rumah tersebut penulis ingin mengetahui
Sakit Umum Daerah di Jakarta tahun 2006 hubungan faktor individu (umur, jenis
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,
masa kerja, pengetahuan dan sikap) dan
Idealnya risiko KAK dan PAK
faktor organisasi (kebijakan,
yang dapat dialami oleh tenaga kesehatan
kepemimpinan, dan ketersediaan sarana
di rumah sakit dapat diminimalisir
prasarana K3RS) terhadap pelaksanaan
dengan pelaksanaan keselamatan dan
K3RS.
kesehatan kerja rumah sakit (K3RS). Hal
ini sesuai dengan Peraturan Menteri
36
Arc. Com. Health • Desember 2020
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
37
Eni Dwiari & Partha Muliawan
Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
positif terhadap pelaksanaan K3RS. Pada K3RS, kepemimpinan K3RS, serta
hasil analisis faktor organisasi ketersediaan sarana dan prasarana K3RS
menunjukkan bahwa mayoritas sudah baik.
responden memiliki persepsi kebijakan
38
Arc. Com. Health • Desember 2020
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
39
Eni Dwiari & Partha Muliawan
Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
Baik Kurang Baik n (%)
n (%) n (%)
Faktor Individu
Umur
≥30 tahun 86 (53.42) 75 (46.58) 161 (100)
0.98 0.967
<30 tahun 14 (53.85) 12 (46.15) 26 (100)
Jenis Kelamin
Perempuan 77 (59.69) 52 (40.31) 129 (100)
1.29 0.011
Laki-laki 23 (39.66) 35 (60.34) 58 (100)
Tingkat Pendidikan
Tinggi 31 (48.44) 33 (51.56) 64 (100)
0.82 0.319
Menengah 69 (56.10) 54 (43.90) 123 (100)
Pekerjaan
Non Medis 85 (55.92) 67 (44.08) 152 (100)
1.10 0.162
Medis 15 (42.86) 20 (57.14) 35 (100)
Masa Kerja
≥11 tahun 55 (55.00) 45 (45.00) 100 (100)
1.06 0.654
<11 tahun 45 (51.72) 42 (48.28) 87 (100)
Pengetahuan
Baik 70 (56.00) 55 (44.00) 125 (100)
1.11 0.326
Kurang Baik 30 (48.39) 32 (51.61) 62 (100)
Sikap
Positif 67 (68.37) 31 (31.63) 98 (100)
1.88 0.000
Negatif 33 (37.08) 56 (62.92) 89 (100)
Faktor Organisasi
Kebijakan
Baik 63 (66.32) 32 (33.68) 95 (100)
1.71 0.000
Kurang Baik 37 (40.22) 55 (59.78) 92 (100)
Kepemimpinan
Baik 93 (57.06) 70 (42.52) 163 (100)
1.15 0.010
Kurang Baik 7 (29.17) 17 (70.83) 24 (100)
Sarana & Prasarana
K3RS
Baik 94 (56.48) 73 (43.71) 167 (100)
1.12 0.026
Kurang Baik 6 (30.00) 14 (70.00) 20 (100)
40
Arc. Com. Health • Desember 2020
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
faktor yang paling dominan berhubungan terhadap K3RS maka 1.59 kali lebih tinggi
dengan pelaksanaan K3RS adalah sikap untuk melaksanakan K3RS dengan baik
dibandingkan dengan responden yang
setelah dikontrol oleh variabel kebijakan.
memiliki sikap negatif terhadap K3RS.
Jika dilihat dari nilai adjusted PR maka
responden yang memiliki sikap positif
Tabel 3. Analisis Multivariabel Pelaksanaan K3RS
Model Akhir
Variabel 95% CI for Adjusted PR
p Adjusted PR
Lower Upper
Sikap Positif 0.012 1.59 1.11 2.30
41
Eni Dwiari & Partha Muliawan
Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
penggunaan B3. Sehingga diharapkan pelaksanaan K3RS yang baik. Namun
pihak rumah sakit memperhatikan berdasarkan pernyataan responden,
ketersediaan APD bagi SDM rumah sakit. penyusunan K3RS belum melibatkan
seluruh elemen rumah sakit.
Kebijakan memiliki hubungan
yang bermakna secara statistik dengan Berdasarkan hasil tersebut, maka
pelaksanaan K3RS (p<0,05), yang mana sikap dan kebijakan dapat dijadikan
responden yang memiliki persepsi bahwa sebagai tolak ukur untuk meningkatkan
kebijakan K3RS telah baik maka 1,41 kali pelaksanaan K3RS. Selain itu, karena
lebih tinggi untuk memiliki pelaksanaan indikator yang diukur pada variabel sikap
K3RS baik dibandingkan dengan juga terkait dengan kebijakan K3RS,
responden yang memiliki persepsi bahwa kepemimpinan K3RS serta ketersediaan
kebijakan K3RS kurang baik. Hasil sarana dan prasarana K3RS sehingga
penelitian serupa ditemukan juga pada untuk meningkatkan pelaksanaan K3RS
penelitian Winarno (2016), yang yang baik maka kebijakan K3RS perlu
menyatakan bahwa variabel kebijakan disusun dengan melibatkan seluruh
berhubungan dengan penerapan K3RS petugas rumah sakit sehingga sesuai
(p<0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan kondisi yang dihadapi serta
dengan penelitian Yuniarti (2006) yang kebijakan K3RS yang telah disusun
menyatakan bahwa ada hubungan dikomunikasikan ke seluruh petugas
kebijakan K3 dengan KAK pada pekerja di rumah sakit. Peran pemimpin rumah sakit
PT. Indo Bharat Rayon Purwakarta. serta kepala unit/bagian kerja juga sangat
Namun hasil ini bertolak belakang dengan penting dalam memberikan
hasil penelitian Marchamah & Woro arahan/bimbingan dan menjadi contoh
(2017), yang menyimpulkan bahwa tidak dalam melaksanakan K3RS yang baik
terdapat pengaruh yang signifikan antara serta menyediakan sarana dan prasaran
komitmen kebijakan terhadap K3RS yang menunjang pelaksanaan K3RS.
penggunaan APD yang merupakan salah
Pada penelitian ini, faktor individu
satu indikator pelaksanaan K3 (p=0,223).
yang tidak berhubungan signifikan secara
Adanya perbedaan hasil penelitian ini
bersama-sama dengan pelaksanaan K3RS
disebabkan kebijakan yang dimiliki oleh
adalah umur, jenis kelamin, tingkat
masing-masing organisasi berbeda-beda.
pendidikan, pekerjaan, masa kerja serta
Berdasarkan hasil wawancara, rumah
pengetahuan. Umur tidak berhubungan
sakit telah memiliki kebijakan terkait
signifikan dengan pelaksanaan K3RS.
K3RS yang telah didokumentasikan dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan
dikomunikasikan kepada seluruh SDM
penelitian Rahayu (2015), yaitu tidak
rumah sakit, karena pimpinan rumah sakit
terdapat hubungan yang bermakna antara
sadar bahwa kebijakan K3RS menjadi
umur dengan penerapan manajemen
landasan utama yang diharapkan mampu
budaya K3 (p>0,05) karena pekerja dengan
menggerakkan semua elemen di dalam
umur di atas rata-rata dan di bawah rata-
rumah sakit sehingga dapat terwujudnya
rata sebagian besar telah menerapkan
42
Arc. Com. Health • Desember 2020
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
budaya K3 dengan baik sehingga umur bersifat positif dan berkorelasi cukup kuat
diinterpretasikan tidak berpengaruh (koefisien korelasi=0,519), yang mana
terhadap manajemen budaya K3 tetapi disimpulkan bahwa semakin tinggi
tergantung pendewasaan diri seseorang. pendidikan formal seseorang maka
semakin baik pemahaman tentang
Hasil analisis bivariabel pada
prosedur keselamatan kerja sehingga
variabel jenis kelamin dengan
memiliki praktik K3 yang baik, akan tetapi
pelaksanaan K3RS menunjukkan bahwa
pada penelitian ini pelaksanaan K3RS
adanya hubungan yang bermakna secara
yang baik lebih banyak ditemukan pada
statistik (p=0,011). Hasil penelitian ini
kelompok responden dengan tingkat
serupa dengan hasil penelitian Arini
pendidikan menengah dibanding
(2016), bahwa terdapat perbedaan yang
responden dengan tingkat pendidikan
bermakna dalam hal kepatuhan hand
tinggi. Hal tersebut kemungkinan
hygiene (p=0,035) yang merupakan salah
disebabkan karena pada saat wawancara
satu indikator pelaksanaan K3RS
ada beberapa responden diberitahukan
berdasarkan jenis kelamin yang mana
jawaban oleh rekan kerjanya sehingga
wanita memiliki kepatuhan lebih tinggi.
menyebabkan responden yang memiliki
Namun berdasarkan hasil analisis
pendidikan menengah lebih banyak
multivariabel, jenis kelamin tidak
memiliki pelaksanaan K3RS yang baik
memiliki hubungan yang signifikan
daripada responden yang memiliki
dengan pelaksanaan K3RS.
pendidikan tinggi.
Berdasarkan analisis bivariabel
Hasil analisis bivariabel dan
dan multivariabel, variabel tingkat
multivariabel menunjukkan tidak terdapat
pendidikan pada penelitian ini tidak
hubungan yang bermakna antara variabel
memiliki hubungan yang bermakna secara
pekerjaan dengan pelaksanaan K3RS
statistik dengan pelaksanaan K3RS
(p=0,162). Tidak adanya hubungan antara
(p>0,05). Hasil serupa ditemukan pada
pekerjaan dengan pelaksanaan K3RS ini
penelitian Rahayu (2015), bahwa
didukung oleh teori dari Notoatmodjo
pendidikan tidak berpengaruh terhadap
(2007) yang menyatakan bahwa pekerjaan
penerapan budaya K3 (p=0,204) serta
merupakan salah satu bagian dari faktor
pada penelitian Imania (2010), dimana
sosial yang bersifat dinamis. Suatu
tingkat pengetahuan juga tidak memiliki
lingkungan sosial tertentu tidak begitu
hubungan yang bermakna secara statistik
saja memberi pengaruh yang sama kepada
dengan perilaku K3 perawat (p=1,00).
setiap orang, akan tetapi kebiasaan sosial
Namun pada penelitian Kurniawan, dkk
akan memberikan pengaruh terhadap
(2006) diperoleh hasil yang berbeda, yaitu
kesehatan.
terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan pekerja dengan praktik Pada variabel masa kerja dengan
penerapan prosedur keselamatan kerja pelaksanaan K3RS didapatkan hasil
(p=0,001) dimana hubungan tersebut bahwa tidak terdapat hubungan yang
43
Eni Dwiari & Partha Muliawan
Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
bermakna secara statistik (p=0.654) Durduran dkk (2018) mengenai praktik
berdasarkan analisis bivariabel maupun keselamatan dan kesehatan kerja pada
multivariabel. Hasil penelitian serupa pekerja rumah sakit, diketahui bahwa
ditemukan pada penelitian Kurniawan terdapat hubungan bermakna (p<0,05)
dkk (2006), bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik
antara masa kerja dengan praktik keselamatan dan kesehatan kerja pada
penerapan prosedur keselamatan kerja pekerja rumah sakit.
dengan nilai p=0,087. Namun hasil yang
Faktor organisasi yang tidak
berbeda ditemukan pada penelitian
berhubungan signifikan dengan
Imania (2010), dimana terdapat hubungan
pelaksanaan K3RS adalah kepemimpinan
yang bermakna antara masa kerja dengan
serta ketersediaan sarana dan prasarana
perilaku K3 perawat (p=0,040). Nazirah &
K3RS. Pada analisis bivariabel, variabel
Yuswardi (2017) juga menyatakan bahwa
kepemimpinan memiliki hubungan yang
semakin lama masa kerja perawat maka
signifikan dengan pelaksanaan K3RS
pengalaman yang dimiliki juga semakin
(p<0,05), namun setelah dianalisis
meningkat sehingga perilaku dalam
multivariabel tidak berhubungan
menjaga keselamatan dirinya juga
signifikan dengan pelaksanaan K3RS.
semakin membaik, akan tetapi pada
Hasil berbeda ditemukan pada penelitian
penelitian ini tidak terdapat perbedaan
Winarno (2016) yang menyatakan bahwa
proporsi yang signifikan pada
terdapat pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan K3RS yang baik antara
kepemimpinan terhadap penerapan K3 di
responden dengan masa kerja <11 tahun
RSU Mitra Medika Medan (p<0,05) serta
ataupun responden dengan masa kerja ≥11
pada penelitian Aprillia & Apriatni (2016)
tahun. Tidak terdapat perbedaan proporsi
juga menyatakan bahwa kepemimpinan
ini dapat disebabkan karena setiap
berpengaruh positif dan signifikan
pegawai baru telah diberikan pelatihan
terhadap kinerja karyawan.
K3RS sehingga pemahaman terhadap
prosedur kerja yang aman telah dimiliki Ketersediaan sarana dan prasarana
melalui pelatihan sejak awal bekerja. K3RS tidak berhubungan signifikan
dengan pelaksanaan K3RS. Hasil
Pengetahuan pada penelitian ini
penelitian berbeda ditemukan pada
tidak memiliki hubungan yang signifikan
penelitian Ernawati & Nurlelawati (2017)
dengan pelaksanaan K3RS baik pada
yang menyatakan bahwa sarana dan
analisis bivariabel maupun multivariabel.
prasarana K3RS seperti APD memiliki
Hasil penelitian serupa ditemukan pada
hubungan dengan pelaksanaan penerapan
penelitian Ernawati & Nurlelawati (2017),
K3 pada tenaga kesehatan di RSIA
bahwa tidak ada hubungan yang
Permata Sarana Husada (p=0,001).
bermakna antara pengetahuan terhadap
Menurut penelitian Sinaga (2015) juga
penerapan K3 di RSIA Permata Sarana
terdapat hubungan yang bermakna antara
Husada periode Februari 2015 (p=0,196).
ketersediaan sarana dengan kepatuhan
Namun, berbeda dengan hasil penelitian
melakukan hand hygiene (p=0,000) yang
44
Arc. Com. Health • Desember 2020
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
45
Eni Dwiari & Partha Muliawan
Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
DAFTAR PUSTAKA Karakteristik Pekerja dengan
Praktik Penerapan Prosedur
Aprillia, R., & Apriatni, E.P. (2016).
Keselamatan Kerja di PT. Bina
Pengaruh Kepemimpinan dan K3
Buna Kimia Ungaran. Jurnal
terhadap Kinerja Karyawan Bagian
Promosi Kesehatan Indonesia, 1 (2):
Teknik PT. PLN (Persero) UPJ-
94-104.
Semarang. Jurnal Administrasi
Bisnis, 5(1): 1-5 Kementerian Kesehatan RI. (2010).
Keputusan Menteri Kesehatan
Arini, M. (2016). Health Belief Model pada
Republik Indonesia Nomor:
Kepatuhan Hand Hygiene di
1087/MENKES/SK/VIII/2010
Bangsal Berisiko Tinggi Healthcare
tentang Standar Kesehatan dan
Acquired Infections (HAIs) (Studi
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
Kasus pada Rumah Sakit X). Jurnal
Jakarta.
Medicoeticolegal dan Manajemen
Rumah Sakit, 5 (2): 129-135 Kementerian Kesehatan RI. (2016).
Peraturan Menteri Kesehatan
Durduran, Y., Ay, M., Demir, L.S., Uyar,
Republik Indonesia Nomor 66
M., Kayapinar, O., Ozdemir, M.,
Tahun 2016 tentang Keselamatan
Boyraz, Y.K., & Sahin, T.K. (2018).
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
The Factors Affecting the
Jakarta.
Occupational Health-Safety
Practice of the Hospital Workers Marchamah, D. N. S., & Woro, O. (2017).
with Knowledge-Attention Status. Komitmen Kebijakan, Penerapan
Saudi Journal of Biomedical Research, SMK3, Pengetahuan, dan Sikap K3
3 (4): 151-155. terhadap Penggunaan APD
Perusahaan Jasa Bongkar Muat.
Ernawati, N., & Nurlelawati, E. (2017).
Public Health Perspective Journal,
Faktor-faktor yang Berhubungan
2(3): 270-278.
dengan Pelaksanaan Penerapan K3
pada Tenaga Kesehatan di RSIA Nazirah, R., & Yuswardi. (2017). Perilaku
Permata Sarana Husada Periode Perawat dalam Penerapan
Februari 2015. Jurnal Akademi Manajemen Kesehatan dan
Keperawatan Husada Karya Jaya, 3 Keselamatan Kerja (K3) di Aceh.
(1). Idea Nursing Journal, 8 (3): 2087-
2879.
Imania, L. (2010). Hubungan antara
Karakteristik Individu dengan Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan
Perilaku K3 pada Perawat Instalasi Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: PT
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Rineka Cipta
Haji Surabaya. Skripsi: Universitas
Occupational Safety and Health
Airlangga.
Administration (OSHA). (2013). Fact
Kurniawan, B., Lestantyo, D., & About Hospital Worker Safety.
Murtiningsih, D. (2006). Hubungan
46
Arc. Com. Health • Desember 2020
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 7 No. 2 : 35 - 47
47