Professional Documents
Culture Documents
Topik 4 Kemasan
Topik 4 Kemasan
Pendahuluan
c. Penanganan kaleng yang baik, yaitu sebelum, selama dan setelah pemanasan
untuk memastikan bahwa integritas sambungan dan penutupan tetap
terjaga.
Pangan steril komersial bisa dikemas dalam berbagai jenis; antara lain
dengan menggunakan kemasan kaleng, botol, plastik atau kertas. Pemilihan jenis
kemasan untuk makanan kaleng sering kali mempertimbangkan faktor penam-
pilan, perlindungan, fungsional, harga dan biaya, dan sifat kuat/kokoh/tahan
terhadap proses pemanasan pada suhu tinggi, serta tetap hermetis selama dan
setelah proses pengolahan. Dalam topik bahasan ini, hanya akan dibahas 2 jenis
kemasan, yaitu kemasan kaleng dan kemasan gelas.
Ukuran dan bentuk setiap kaleng bervariasi. Tabel 4.1 adalah petunjuk
untuk menentukan ukuran kaleng menurut sistem Inggris.
Table 4.1. Petunjuk untuk Ukuran Kaleng menurut sistim Inggris (UK can sizes)
Ukuran Imperial a Ukuran volume cairan
Nama Umum
(in) Metrikb (mm) (kasar; ml)
Kaleng Silinder
202 x 108 52 x 38 70 Pasta tomat 70 g
202 x 213 52 x 72 140 Makanan bayi
202 x 308 52 x 90 180 Jitney
202 x 314 52 x 98 192 Jus 6 oz
202 x 504 52 x 134 250 Jus 25 cl
211 x 202 65 x 53 155 5 oz
211 x 205 65 x 58 175 Susu 6 oz
211 x 301 65 x 77 235 Buffet atau piknik 8 oz
211 x 400 65 x 101 315 A1 – 10 oz
211 x 414 65 x 124 400 A1 tinggi – 14 oz
Rectangular cans
312 x 115 x 309 93 x 47 x 91 345 12 oz rect. (PLM)
301 x 205 x 311 74 x 56 x 93 345 12 oz corned beef
2. Kemasan Gelas
Kemasan gelas terdiri dari dua bagian yang terpisah, yaitu wadah gelas dan
tutup logam. Keduanya sangat penting untuk memperoleh kondisi hermetis.
Kemasan gelas digunakan untuk makan bayi, juice buah, saus pasta, ikan dan
Oleh karena itu, kemasan untuk bahan pangan yang dikalengkan perlu
mendapat penanganan yang benar untuk mendapatkan produk makanan kaleng
yang memenuhi syarat. Secara prinsip semua pihak yang menangani kemasan
untuk produk pangan yang dikalengkan harus menyadari bahwa segala kecero-
bohan serta kesalahan dalam penanganan, pengolahan atau penyimpanan
kemasan kaleng dapat menyebabkan kebocoran kemasan kaleng, baik yang
terjadi selama proses sterilisasi atau sesudahnya. Oleh karena itu, kemasan
kaleng maupun kemasan untuk produk pangan steril komersial lainnya perlu
mendapat penanganan yang benar untuk mendapatkan produk makanan kaleng
yang memenuhi syarat.
Harus dihindari penggunaan kaleng yang rusak. Oleh karena itu, perlu
diidentifikasi penyebab kerusakan serta melakukan pemeriksaan sehingga
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal penanganan kaleng adalah
bahwa selalu ada kemungkinan bakteri akan masuk kembali dan mencemari pro-
duk yang telah disterilisasi. Oleh karena itu integritas sambungan dan penutupan
kaleng (double seam) merupakan faktor penting.
Kondisi vakum dalam kaleng setelah proses penutupan kaleng sangat pen-
ting untuk:
d. Produk yang dikemas dengan flexible pouch atau daging yang dikemasa
dalam kaleng dengan luas permukaan besar, kondisi vakum akan menyebab-
kan kontak antara produk dengan permukaan kemasan dan pindah panas
menjadi lebih efektif.
2. Seam thickness: jarak maksimum yang diukur dari kedua tepi double seam
3. Seam width (length or height): jarak yang diukur dari atas ke bawah double
seam
4. Body hook dan cover hook: panjang bagian akhir body flange dan cover curl
Produk kaleng steril yang dikeluarkan dari retort masih dalam kondisi basah,
oleh karena itu diperlukan tahap pengeringan kaleng sesaat setelah pendinginan.
Pada sistem batch (menggunakan keranjang retort), kaleng dikeringkan dalam
keranjang retort sebelum ditumpahkan/ditangani lebih lanjut.
Kerusakan Kaleng
1. Droop: terjadi karena body hook terlalu panjang, operasi pertama terlalu
longgar, penyolderan sambungan terlalu tebal, kerusakan pada roll pertama,
produk, sealing compound, atau cacat pada body flange atau end curl.
2. Vee atau Lip: ketidakteraturan pada double seam karena tidak cukup atau
tidak ada overlap. Kemungkinan yang menyebabkan sama dengan droop.
3. Seam tajam: terjadi karena tutup tertekan ke atas pada saat proses penu-
tupan.
4. Patah: terjadi karena cacat pada seaming chuck, roll pertama atau kedua
disetel terlalu kencang, kerusakan roll, solder ber-lebihan, produk dalam
seam, tekanan berlebihan dari base plate.
7. Seam salah
5. Seam salah
Ringkasan
Hariyadi, P. (Ed). 2000. Dasar-dasar Teori dan Praktek Proses Termal. Pusat
STudi Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Hersom,A.C. dan E.D. Dulland. 1980. Canned Foods: Thermal Processing and
Microbiology. Chemical Publishing Company,Inc.