Professional Documents
Culture Documents
Makalah Irfani Kelompok 2
Makalah Irfani Kelompok 2
PEMBAGIAN IRFANI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Tafsir Irfani
Dosen Pengampu : Dr. Abdullah Mahmud, M.Ag
Disusun Oleh :
A. LATAR BELAKANG
Baik ‘irfān dan tasawuf dengan kedua pembagiannya positif dan negatif, tidak bisa
dibatasi pada agama tertentu dan budaya tertentu saja. Namun masih saja ada orang-orang yang
terpengaruh pada satu titik ekstrim dan juga pada titik ekstrim lainnya. Dari satu sisi orang-
orang muslim sangat berpegang teguh pada Qur’an dan sunnah, namun dari sisi lain mereka
terpengaruh oleh budaya sebelum Islam. Dari sini timbullah arus penyimpangan politik dan
akhlak yang mengajak untuk memisahkan agama dari politik pada periode pemerintahan
sebelumnya seperti dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah.
Penyimpangan ini juga ditemukan dalam dunia Islam pada wilayah ‘irfān dan tasawuf.
Mereka menamakan diri mereka sendiri dengan zahid dan arif. Kemudian mereka
mengistilahkan diri mereka sendiri dengan mutaṣawwifah. Dalam ‘irfān teori mereka meyakini
inkarnasi (hulūl) dan penyatuan (ittihād) dan mereka memisahkan syariat dari tarikat dalam
‘irfān praktis (‘amalī). Mereka membangun khāneqāh-khāneqāh (tempat perkumpulan para
sufi ) sebagai pengganti pergi ke mesjid-mesjid. Mereka memisahkan diri mereka dari barisan
kaum Muslim. Mereka terbagi kepada aliran dan komunitas yang berbeda-beda. Sejarah Islam
dan sejarah fi lsafat dan ‘irfān menjadi bukti segala perubahan-perubahan tersebut dan
dilemadilema pemikiran dan politik. Karena itu pembahasan ini tidak bertujuan untuk
mempertahankan dan memaparkan segala pemikiran asing yang ada di dalam ‘irfān dan
tasawuf. Pembahasan ini untuk mempertahankan ‘irfān yang murni yang berasal dari Islam
yang berasal dari Qur’an dan sunnah.
‘Irfān dan tasawuf sejak dahulu telah masuk dalam bingkai ilmu humaniora
sebagaimana yang telah dibuktikan pada indikator dan dalildalil historis. Masing-masing dari
keduanya memiliki pengikut dan pendiri. Para penentangnya menyebut mereka dengan rafidah,
baik itu dari kalangan Muslim maupun dari kalangan orientalis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian irfani?
2. Apa saja pembagian dari irfani?
3. Apa itu irfani amali?
4. Apa itu irfani nazhari?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian dari irfani
2. Mengetahui pembagian irfani
3. Mengatahui pengertian irfani amali
4. Mengetahui pengertian irfani nazhari
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IRFANI
Secara bahasa, kata „irfan berasal dari bahasa arab yang merupakan
bentuk mashdar dari kata „arafa, semakna dengan ma‟rifah, atau dalam istilah
Yunani disebut gnosis, yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh melalui
berfikir (tafakkur) dan kontemplasi (tadabbur). Dalam bahasa arab, ma‟rifah
berbeda dengan ilmu. Kalau ma‟rifah dihasilkan melalui keterhubungan langsung
dengan objek pengetahuan dalam artian subjek mengalami keterhubungannya
dengan objek. Sementara ilmu dihasilkan melalui transformasi (naql) ataupun
rasionalitas („aql). Menurut Alparslan keduanya berbeda karena lahir dari
instrument batin manusia yang berbeda juga, jika „ilm dihasilkan dari akal („aql)
sedangkan ma‟rifah dari hati (qalb).
Pengertian ma‟rifah tersebut senada dengan pemakaian kata dalam
alQur‟an: alladzina aataynaahum al-kitab ya‟rifuna kamaa ya‟rifuuna abna‟ahum.
Ayat tersebut berarti bahwa ahli Kitab telah mengenal Muhammad SAW
sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka. Disini berarti bahwa ma‟rifah
berhubungan dengan pengalaman dan pengetahuan langsung dengan objek
pengetahuan dalam artian adanya hubungan langsung (mu‟ayasah) dengan objek
yang diketahui.
B. PEMBAGIAN IRFANI
‘Irfāni berpegang teguh pada al-Qur’an, sunnah, sirah nabawiyah, dan sahabat-
sahabat yang agung, baik itu dalam ‘irfān ‘amalī maupun dalam ‘irfān nazarī
(teoritis) dan keduanya dapat menolong kehidupan manusia. Begitu juga yang
disebutkan oleh Muthahhari (2002) bahwa irfani dibagi menjadi dua yaitu: „irfan
praktis dan ‘irfan teoritis. Irfan praktis adalah bagian yang menjelaskan hubungan
dan pertanggungjawaban manusia terhadap dirinya. Bagian praktis „irfan ini
disebut perjalanan ruhani. Bagian ini menjelaskan bagaimana seseorang menempuh
ruhani (salik) yang ingin mencapai tujuan puncak kemanusiaan – yakni tauhid
(monoteisme) – harus mengawali perjalanan, menempuh tahapan (maqam)
perjalanan secara berurutan dan keadaan jiwa (hal) yang bakal dialaminya
sepanjang perjalanan. Bimbingan seorang pembimbing spiritual mutlak diperlukan
dalam „irfan praktis ini. „Irfan teoritis sendiri memfokuskan perhatiannya pada
masalah wujud (ontologi), mendiskusikan manusia, Tuhan dan alam semesta.
Irfani Nazhari
Nazhari mendasarkan ajarannya pada pemikiran dan analisis,
memandang ayat al-Qur’an dari sudut pandang tasawuf yang sesuai dengan filosofi,
yaitu menafsirkan al-Qur’an melalui pemikiran analisis rasional. Aliran ini
memandang al-Qur’an sebagai sebuah buku petunjuk untuk umat manusia. Oleh
karena itu penafsiran ini tidak jarang menyimpang dari standar penafsiran yang
sering digunakan oleh ulama tafsir pada umumnya, mereka terkadang memberikan
penafsiran dan bertolak belakang dengan kandungan ayat serta kaedah bahasa yang
benar.
Selanjutnya al-Zahabi secara lebih panjang lebar menjelaskan
karekteristik atau ciri-ciri dalam penafsiran Nazhari yang dapat diringkas sebagai
berikut :
Al-Bustomi, A. G. et. all. (2020). Metode Irfani Dalam Epistemologi Islam. UIN Sunan
Gunung Jati Bandung, hlm. 6-7.
Alumni, R., Studi, P., Pascasarjana, I., Islam, U., Sumatera, N., Medan, U., Dengan, A.,
Kunci, K., & Epistemologi, P. (n.d.). Epistemologi ‘ irfani dalam tasawwuf.