Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan-4
Laporan Pendahuluan-4
HIPONATREMIA
Disusun Oleh
Nim : 14420222153
Kelompok : 3
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT DAN KRITIS NURSING
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Hiponatremia merupakan kondisi dimana kadar natrium serum
kurang dari normal (kurang dari 135 mEq/L atau 135 mmol/L).
Konsentrasi natrium plasma menggambarkan rasio natrium tubuh
total terhadap air tubuh total. Penurunan rasio ini dapat terjadi dari
kuantitas natrium tubuh total yang rendah dengan penurunan yang
lebih sedikit pada air tubuh total, kandungan natrium tubuh total yang
normal dengan air tubuh total yang berlebihan dan natrium tubuh total
yang jauh lebih berlebihan dengan air tubuh total yang jauh lebih
berlebihan. Meskipun demikian keadaan hiponatermia dapat
menyertai kekurangan volume cairan atau kelebihan volume cairan
(Nabila, 2016).
Hiponatremia merupakan keadaan kadar natrium serum <135
mEq/L, merupakan gangguan keseimbangan elektrolit yang sering
dijumpai pada pasien di rumah sakit. Diagnosis yang cepat dan tepat
penting dilakukan karena hiponatremia berat dapat menyebabkan
komplikasi yang mengancam jiwa akibat edema otak dan
demielinisasi(Kristianus & Setijoso, 2023).
Jika kelebihan air tersebut sampai memasuki sel-sel otak dan sel
otak mengalami pembengkakan, seperti sel-sel tubuh lainnya, maka
yang terjadi selanjutnya dapat dipastikan adalah keadaan yang sangat
fatal. Tubuh akan mengalami kejang, koma, sistem pernapasan
terhenti, batang otak mengalami herniasi dan akhirnya berujung pada
kematian(Syarif & Kholiska, 2023).
2. Etiologi
Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan
air yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan
penurunan konsentrasi natrium plasma. Kehilangan natrium klorida
primer biasanya terjadi pada dehidrasi hipoosmotik seperti pada
keadaan berkeringat selama aktivitas berat yang berkepanjangan,
berhubungan dengan penurunan volume ekstrasel seperti diare,
muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara berlebihan.
Hiponatermia juga disebabkan karena beberapa penyakit ginjal yang
menyebabkan glomerulus dan tubulus ginjal, penyakit Addison, serta
retensi air yang berlebihan over-hidrasi (hipo-osmotik) akibat
hormone anti diuretik. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respon
fisiologis dari hiponatermia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari
hipotalamus (osmolaritas urin rendah)(Nabila, 2016).
3. Klasifikasi
1. Berdasarkan Osmolalitas Plasma
1) Hiponatremia Isotonik
Jika konsentrasi natrium plasma < 135 mEq/L dan
osmolalitas plasma normal yaitu 280 – 285
mOsm/Kg/H2O(Aggriani puspita ayua listiani, Ni
Nyoman indah sari,Reka spoiyanti,Sumia intan
romadina,Hendri Pratama yudi, 2020).
2) Hiponatremia Hipotonik
Jika konsentrat natrium plasma < 135 mEq/L dan
osmolalitas plasma normal yaitu < 280 mOsm/Kg/H 2O.
Hiponatremia hipotonik selalu menggambarkan
ketidakmampuan ginjal dalam mengekskresikan cairan
yang masuk(Aggriani puspita ayua listiani, Ni Nyoman
indah sari,Reka spoiyanti,Sumia intan romadina,Hendri
Pratama yudi, 2020).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis dari hiponatermia bergantung pada penyebab,
keparahan, dan kecepatan terjadinya kekurangan. Meskipun mual dan
kram perut muncul kebanyak gejala bersifat neuropsikiatrik dan
kemungkinan berhubungan dengan pembengkakan seluler dan edema
serebral yang diakibatkan oleh hiponatermia. Umumnya pasien-pasien
yang mengalami penurunan akut dari kadar natrium serum
menunjukkan gejala lebih berat dan tingkat mortallitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien yang mengalami hiponatermia
lebih lambat. Gambaran- gambaran hiponatermia yang berhubungan
dengan kehilangan natrium dan penambahan air termasuk anoreksia,
kram otot, dan perasaan kelelahan. Jika kadar natrium serum turun
dibawah 115 mEq/L atau 115 mmol/L tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial, seperti letargi, konfusi, kedutan otot, kelemahan
fokal, hemiparese, papiledema, dan kejang mungkin terjadi(Nabila,
2016)
Gejala hiponatremia bervariasi pada setiap penderita. Bila kadar
natrium dalam tubuh menurun secara bertahap, penderita
mungkin tidak mengalami gejala apapun. Namun jika kadar
natrium turun dengan cepat, gejala yang muncul bisa berbahaya
(Aggriani puspita ayua listiani, Ni Nyoman indah sari,Reka
spoiyanti,Sumia intan romadina,Hendri Pratama yudi, 2020).
Beberapa gejala yang umumnya dialami penderita hiponatremia
meliputi :
Sakit Kepala
Kebingungan
Mual dan Muntah
Lemas dan lelah
Kram atau lemah otot
Gelisah
Kejang
Penurunan kesadaran yang dapat berujung koma dan
bahkan kematian.
5. Patofisiologi
Dalam kondisi hiponatermia jumlah natrium serum <135 mmol/L.
Hal ini menyebabkan air bergerak masuk kedalam sel, sehingga
pasien mengalami kelebihan volume cairan CES dan kelebihan
volume CIS. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi jenis hiponatermia
ini termasuk SIADH, hiperglikemia, dan peningkatan masukan cairan
pemberian cairan parentral yang kurang mengandung elektrolit.
SIADH merupakan jenis hiponatermia khusus yang dihubungkan
dengan aktivitas hormone anti diuretic (ADH) yang berlebihan
disebut sebagai ADH. Gangguan fisioligis dasar pada SIADH adalah
aktivitas ADH yang berlebihan dengan retensi air dan hiponatermia
delusional dan eksresi natrium pada urin yang tidak sesuai karena
terjadinya hiponatermia. SIADH dapat terjadi baik akibat sekresi
ADH terus-menerus oleh hipotalamus atau produksi suatu substansi
yang mirip ADH dari suatu tumor (produksi ADH yang
menyimpang). Kondisi-kondisi sel otak, cedera kepala, gangguan
endokrin dan pulmonal, dan penggunaan obat-obatan seperti pitoin,
siklofos, famid, vinkristin, dan amitriptilin(Nabila, 2016)
Hiponatermia yang disertai dengan retensi air yang berlebihan akan
menyebabkan dilusi natrium di cairan ekstraseluler. Keadaan
hiponatermia dapat ditandai dengan gangguan saluran pencernaan
berupa kram, diare, dan muntah(Nabila, 2016).
6. Komplikasi
Pada kondisi hiponatremia kronis,di mana kadar natrium turun
secara bertahap daam 2 hari atau lebih komplikasi yang muncul
belum berbahaya. Namun bila kadar natrium turun dalam waktu cepat
(hiponatremia akut), dapat terjadi pembengkakan otak yang biasa
menyebabkan koma dan bahkan kematian(Aggriani puspita ayua
listiani, Ni Nyoman indah sari,Reka spoiyanti,Sumia intan
romadina,Hendri Pratama yudi, 2020).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium awal harus mencakup glukosa, natrium
plasma, osmolalitas plasma, fungsi ginjal dan hati, ditambah natrium
urin dan osmolalitas urin. Tes-tes lain untuk mendiagnosis penyebab
mungkin diperlukan seperti fungsi tiroid, lipid dan fungsi
adrenal(Nabila, 2016).
8. Penatalaksanaan Medis dan Farmakologis
Penatalaksanaan medis hiponatermia menurut (Nabila, 2016) terdiri
dari :
1. Penggantian Natrium.
Pengobatan yang paling nyata dari hiponatermia adalah
pemberian natrium yang hati-hati. Pemberian ini mungkin
diberikan melalui oral dengan nasogastrik atau secara parentral.
Bagi pasien yang mampu makan atau minum penggantian natrium
dapat dengan mudah dilakukan, karena natrium banyak terdapat
dalam diet normal. Untuk pasien yang tidak mampu menerima
natrium pernormal, Larutan Ringer Laktat atau saline isotonis
(0,9% natrium klorida) mungkin diberikan. Kebutuhan natrium
harian yang lazim pada orang dewasa adalah kurang lebih 100
mEq/L, jika tidak ada kehilangan yang abnormal.
Pada SIADH, saline yang hipertonis saja tidak dapat merubah
konsentrasi natrium plasma. Natrium yang berlebihan akan
dieksresikan dengan cepat dalam urin yang sangat pekat. Dengan
tambahan furosemid (Lasix) urin tidak pekat dan urin isotonis
dieksresikan dan mencapai suatu perubahan dalam keseimbangan
air. Selain itu pada pasien-pasien yang mengalami SIADH dimana
sulit dilakukan pembatasan air, lithium atau democlocyline dapat
melawan efek osmotik dari ADH pada tubulus koligentes
medularis.
2. Pembatasan Air
Jika hiponatermia terjadi pada pasien dengan volume cairan
normal atau berlebihan, pengobatan pilihannya adalah pembatasan
air. Hal ini jauh lebih aman dibandingkan pemberian natrium dan
biasanya cukup efektif. Meskipun demikian jika gejala neurologis
timbul mungkin perlu memberikan volume kecil larutan
hipertonis, seperti natrium klorida 3% atau 5%. Penggunaan yang
tidak benar dari cairan ini sangat berbahaya hal ini dapat dipahami
ketika perawat menganggap bahwa satu liter natrium klorida 3%
mengandung 513 mEq natrium dan satu liter liter larutan natrium
klorida 5% mengandung 855 mEq natrium.
Larutan natrium yang sangat hipertonis (natrium klorida
3% dan 5%) seharusnya diberikan hanya pada perawatan intensif
dibawah observasi yang ketat karena hanya jumlah kecil
dibutuhkan untuk meningkatkan kadar natrium serum dari nilai
rendah yang berbahaya. Cairan ini diberikan dengan perlahan-
lahan dan volume kecil sementara pasien dipantau dengan ketat
terhadap terjadinya kelebihan cairan.
1
PPNI. (2016). standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan indikator diagnostik (1 cetakan). DPP PPNI.
proses Briut femoralis menurun 5) Periksa kemampuan
penyakit(mis.diab Nekrosis menurun mengidentifikasi lokasi dan
etes tekstur benda
melitus,hiperlipid 6) Monitor terjadinya
emia) parestesia,jika perlu
Kurang aktifitas 7) Monitor perubahan
fisik kulit
8) Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
Hindari pemakaian benda –
benda yang berlebihan
suhunya(terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
9) Anjurkan
penggunaan thermometer
untuk menguji suhu air
10) Anjurkan
penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
11) Anjurkn memakai
sepatu lembut dan bertumit
rendah
Kolaborasi
12) Kolaborasi
pemberian analgesik, jika
perlu
13) Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid,jika perlu
2
Mia. (2020). Kajian Al-Qur’an dan Hadits Tentang Kesehatan Jasmani dan Rohani. Jurnal Tajdid, XV(1).
9. Terapi Komplementer Holistik/Komplementer Terkait Kasus
Adapun terapi komplementer yang dapat dilakukan pada kasus
adalah dengan memberikan obat dimana ini berupa obat-obatan
farmakologis untuk mengurangi gejala yang dialami oleh pasien. Dimana
terapi yang dilakukan dengan mengkonsumsi udang, dan mengkonsumsi
buah – buahan seperti jambu biji, markisa.
10. Mind Mapping
Nama : Nn. E
Usi : 18 Tahun Hasil pengkajian Primer
Jenis kelamin : Perempuan Airway : Jalan napas paten
DM : Hiponatremia Breathing : Gerakan dada simetris, tampak
pernafasan normal dengan frekuensi RR :
Penyebab : 22x/menit.
Mual,Muntah, Kejang – Circulation : Tidak terdapat pendarahan, dimana
Kejang dan lemas Patofisiologi : frekuensi nadi pasien yaitu 80x/menit
Hiponatremia terjadi saat Disability : Respon pasien alert, Kesadaran pasien
kehilangan air atau terlalu sedikit Apatis GCS : 12, keadaan umum pasien Lemah,
air dalam hubungannya dengan Exposure : Tidak terdapat kontusio serta abrasi.
sodium dan potassium dalam
tubuh. Osmolaritas plasma
Analisa Data
normalnya antara 275 – 290
DS :
mOsm/kg dan utamanya
- Keluarga klien mengatakan klien kejang - kejang
ditentukan oleh konsentrasi
- Keluarga klien mengatakan mulut klien berbusa
plasma sodium di mediasi oleh
- busa Hasil Pengkajian Sekunder
perubahan asupan dan ekskresi
- Keluarga klien mengatakan klien mual dan Keluhan utama : Lemas
air.
muntah Pada tanggal 2 September 2023 dilakukan pengkajian kepada
klien dengan didampingi oleh keluarganya.Keluarga klien
mengatakan klien mengalami demam sejak 5 hari yang lalu.
DO :
Keluarga klien mengatakan klien mengalami penurunan
- Klien tampak gelisah kesadaran , klien tidak bisa membuka matanya, klien tampak
gelisah, keadaan umum lemah, kekuatan otot menurun
- Tingkat kesadaran menurun
Tanda dan Gejala sehingga pemenuhan ADL klien dibantu. Hasil pengukuran
Apatis : GCS 12 1) Sakit kepala pada saat pengkajian TD :120/67
tanda-tanda vital
- TTV : 2) Kebingungan mmHg, N : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, S : 37,3 oC.
- TD : 120/80 mmHg 3) Mual dan muntah .
- Klien tampak lemas 4) Lemas dan lelah Pemeriksaan Diagnostik
- Klien tampak pucat 5) Kram atau lemah otot Lab
6) Gelisah
- RR : 22 x/menit 7) Kejang
8) Koma dan bahkan kematian
Masalah Keperawatan (SDKI)
1. Perfusi Perifer Tidak efektif di tandai kekurangan volume cairan
Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam, maka
perfusi perifer meningkat dengan kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Warna kulit pucat menurun
Intervensi Keperawatan
Manajemen sensasi perifer((I.06195)
Observasi :
1. Identifikasi penyebab perubahan sensasi
2. Monitor perubahan kulit
Terapeutik :
3. Hindari pemakaian benda – benda yang berlebihan suhunya(terlalu panas atau dingin)
Edukasi
4. Anjurkan penggunaan thermometer untuk menguji suhu air
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Masalah Keperawatan (SDKI)
Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam, maka
keseimbangan elektrolit meningkat dengan kriteria hasil :
1. Serum natrium membaik
2. Serum kalium membaik
3. Sensasi meningkat
Intervensi Keperawatan
1. Pemantauan Elektrolit(I. 03122)
Observasi :
terapeutik :
Edukasi
Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam maka
diharapkanmobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil:
Intervensi Keperawatan
Dukungan Mobilisasi(I.05173)
Observasi :
Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam maka
diharapkan perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil:
Intervensi Keperawatan
Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
Observasi :
1. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
dan makan
Terapeutik :
Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam, maka
tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil :
Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat
Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik meningkat
Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi menurun
Intervensi Keperawatan
Edukasi Kesehatan(I.12383)
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi faktor – factor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam, maka
tingkat Jatuh menurun dengan kriteria hasil :
Jatuh dari tempat tidur menurun
Jatuh saat berdiri menurun
Jatuh saat duduk menurun
Jatuh saat berjalan menurun
Jatuh saat dipindahkan menurun
Jatuh saat naik tangga menurun
Jatuh saat di kamar mandi menurun
Intervensi Keperawatan
Pencegahan Jatuh(I.12383)
Observasi :
Observasi
- Identifikasi faktor resiko jatuh(mis.usia >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,defisit kognitif,hipotensi
ortostatik gangguan keseimbangan,gangguan penglihatan,neuropati)
- Idetifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi
Terapeutik :
Edukasi
Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam, maka
tingkat syok menurun dengan kriteria hasil :
Kekuatan nadi meningkat
Output Urine meningkat
Tingkat kesadaran meningkat
Saturasi oksigen meningkat
Intervensi Keperawatan
Observasi
Terapeutik :
Kolaborasi :
Osmolaritas serum