You are on page 1of 3

Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang (kenapa judul diambil)

Perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini semakin pesat dari tahun ke tahun.
Perkembangan kota tentunya membutuhkan perkembangan transportasi pula. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan transportasi dapat diartikan perpindahan baik orang maupun barang
dari tempat asal ke tempat yang lain. Dapat dikatakan bahwa apabila transportasi sudah tidak
ada maka kehidupan sudah tidak ada karena semua yang ada di dunia tidak bergerak
(Alhadar, 2011). Namun pada kenyataannya yang terjadi saat ini perkembangan kota selalu
lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan transportasi. Sebagaimana interaksi antara
sistem lalu lintas, sistem aktifitas dan sistem pergerakan merupakan interaksi yang dinamik
dan mempengaruhi satu sama lain.
Ada Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke
tempat tujuan. Menurut Morlok (1978) dalam hubungan ini terlihat tiga hal berikut : (1) ada
muatan yang diangkut, (2) tersedia kendaraan sebagai alat angkut, (3) jalan yang dapat dilalui
kendaraan. Sesuai dengan fungsinya bahwa pusat perbelanjaan merupakan salah satu pusat
kegiatan manusia, maka kawasan tersebut merupakan pusat tarikan dan bangkitan arus lalu
lintas. Ditambah lagi Kota Bukittinggi merupakan Kota Wisata sehingga apabila waktu
liburan banyak masyarakat di provinsi lain datang berkunjung di Kota Bukittinggi. Sehingga
kebutuhan parkir akan meningkat oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
tempat parkir, maka Pemerintah Kota Bukittinggi membangun gedung parkir didaerah pusat
Kota yaitu di Jalan Jend. Sudirman dan Jalan Perintis Kemerdekaan.

Kemacetan mengakibatkan kerugian secara ekonomi maupun inmateril seperti menimbulkan


stress karena kekesalan tidak tepat waktu pada tujuan. Kemacetan penyebabnya dari berbagai
kehidupan yang saling terkait misalnya kedisiplinan yang kurang, penegakan hukum yang
lemah, pertumbuhan kendaraan yang tidak bisa diimbangi pertumbuhan prasarana jalan
(Alhadar, 2011).

Adanya Gedung Parkir di wilayah Pusat Kota Bukittinggi secara tidak langsung memberikan
manfaat bagi Pemerintah, dan masyarakat. Pemerintah Kota Bukittinggi tentu dalam
pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang untuk pengembangan aspek
ekonomi serta pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya. Keberadaan Gedung Parkir
ini menciptakan perubahan fungsi lahan, yakni saat ini lahan terbuka telah berubah menjadi
lahan parkir sehingga menimbulkan bangkitan dan tarikan yang besar untuk kendaraan yang
menuju ke lokasi tersebut.

Selama ini yang dipermasalahkan penyebab utama kemacetan pada jaringan jalan Jend
Sudirman dan Jalan Pemuda adalah keberadaan titik parkir tepi jalan (On The Street). Tetapi
bila melihat kondisi dari tata guna lahan yang kompleks dan banyaknya kegiatan utama di
sepanjang ruas jalan seperti kegiatan pusat perdagangan juga menyumbang penyebab
kemacetan tersebut. Dilakukan untuk meneliti lebih rinci pengaruh pembangunan gedung
parkir terhadap kinerja ruas jalan utama yaitu ruas Jalan Sudirman dan ruas jalan Perintis
Kemerdekaan di Kota Bukittinggi.

1.2 Tujuan Studi


Tujuan dari penelitian permasalahan kinerja ruas jalan di sekitar kawasan jam gadang yang
diakibatkan oleh gedung parkir ini adalah :

1. Menganalisis kondisi eksisting kapisitas parkir di Gedung Parkir Kota Bukittinggi;

2. Menganalisis kinerja lalu lintas jaringan jalan di sekitar lokasi Gedung Parkir Kota
Bukittinggi sebelum dan sesudah pengoperasian gedung parkir Tahun 2016;

3. Menganalisis kinerja lalu lintas pada tahun rencana 2021 di sekitar lokasi Gedung Parkir di
Kota Bukittinggi;

4. Menganalisis permasalahan akibat adanya Gedung parkir dan usulan pemecahannya Tahun
2016 dan Tahun Rencana 2021.

Bab 2 : Teori dan Permasalahan

2.1 Review Teori terkait yang dibahas


Pada awalnya karena kurangnya jumlah gedung parkir yang tersedia
di Kota Bukittinggi. Karena kurangnya jumlah tempat parkir dikota
Bukittinggi apalagi di pusat Kota maka macet tidak bisa dihindari,
oleh sebab itu Pemerintah Kota Bukittinggi mengeluarkan sebuah
Perda Pasal 37 Nomor 6 Tahun 2011 yang berisi tentang kebijakan
Kota Bukittinggi untuk membangun Gedung Parkir Representatif
(GPR) di Jalan Perintis Kemerdekaan untuk menanggulangi
kemacetan yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
apa saja kendala yang terjadi selama proses pembangunan Gedung
Parkir Representatif ini sehingga implementasinya
tertunda.Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat
disimpulkan bahwa hambatan eksternalnya adalah masalah
kontraktor dengan Dinas Pekerjaan Umum, sehingga dalam
pelaksanaan pembangunan memakan waktu cukup lama dan
berakibat pada waktu penyelesaian pembangunan dan dana
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dianggarkan
untuk pembangunan gedung parkir serta masalah lahan parkir,
kebijakan dan landasan-landasan hukum untuk pembangunan GPR
ini kuat, namun dalam proses pelaksanaannya terjadi masalah.
Antara pembuat kebijakan dan implementor telah melakukan
tugasnya, namun dalam pelaksanaan tugasnya kurang baik. Hal ini
disebabkan karena kurang optimalnya komunikasi dan koordinasi
yang dilakukan antara Stake Holder dengan dinas terkait
pembangunan GPR. Kendala dalam pembangunan GPR ini adalah
masalah kontraktor, kurangnya komunikasi dan koordinasi,
minimnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota
Bukittinggi, lahan parkir GPR.

2.2 Kondisi/Situasi/kasus yang dibahas


kondisi setelah

Bab 3 : Pembahasan dan Kesimpulan


3.1 Pembahasan
no Manfaat secara Sebelum ada proyek Sesudah ada proyek Manfaat (Rp)
langsung
1 Ekonomi
2 Lalu lintas Terjadi kemacetan Kemacetan disekitar
didaerah jam gadang jam gadang bisa
teratasi
3
4
No Manfaat secara Sebelum ada proyek Sesudah ada proyek Manfaat (Rp)
tidak langsung
1 Lingkungan Udara sekitar tercemari Mengurangi emisi
oleh gas gas gas
karbondioksida
2 Pekerjaan
penduduk sekitar
3 Destinasi
pariwisata
4

3.2 Kesimpulan (menjawab tujuan)

You might also like