You are on page 1of 12

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MODUL PRAKTIKUM
METODE GEOLOGI LAPANGAN

ACARA 4
PEREKAMAN DATA LAPANGAN DATA LAPANGAN (DATA SINGKAPAN,
DATA LITOLOGI, DATA GEOMORFOLOGI, DATA STRUKTUR DAN
SKETSA GEOLOGI)

PALU
2022
MODUL ACARA 4

PEREKAMAN DATA LAPANGAN DATA LAPANGAN (DATA


SINGKAPAN, DATA LITOLOGI, DATA GEOMORFOLOGI, DATA
STRUKTUR DAN SKETSA GEOLOGI)

1.1 Mekanisme perekaman data lapangan

Singkapan adalah bagian dari batuan dasar yang masin asli dan belum
mengalami ubahan karena pelapukan. Berikut beberapa tempat muka bumi di
mana singkapan-singkapan segar dapat ditemukan :

1. Sungai (terutama di kelokannya, dimana pengikisan cukup intensif).


2. Tebing dan dan puncak-puncak bukit.

Untuk mendapatkan data lapangan biasanya tahap yang dilakukan yaitu


observasi dan melakukan pengamatan singkapan yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi geologi yang di butuhkan. Kegiatan pengamatan
mencakup pengamatan keadaan wilayah, mencari dan mengumpulkan lokasi
penting singkapan, melakukan pengamatan pada singkapan dan deskripsi dengan
seksama, kemudian merekam apa yang diamati ke dalam buku catatan lapangan
secara lengkap, sistematis dan informatif. Berikut observasi umum yang perlu
ditempuh dalam melakukan pengamatan singkapan :

1. Orientasi sekilar singkapan, kemudian pilih bagian yang paling baik dan
paling segar kondisi singkapannya.
2. Mulailah dengan mengetahui jenis singkapan (batuan beku, sedimen, atau
metamorf) kemudian mengarah pada segi-segi yang detail dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan kapan terbentuknya.
3. Melakukan pengukuran-pengukuran yang perlu dan mendeskripsi batuan
dengan lebih seksama.

Setelah batuan singkapan dapat dikenali secara umum, mulailah melakukan


pemerian lebih terinci pada singkapan :
 Catat singkat mengenai lokasi dan keadaan geografi dari singkapan,
seperti: di sungai, dibukit, pinggir jalan, dsb. Hal in sangat penting
terutama untuk singkapan-singkapan menunjukkan data-data penting,
seperti adanya bukti ketidakselarasan, bukti-bukti sear, keberadaan fosil,
atau gejala-gejala geologi yang mangandung sifat pembuktian, apalagi
yang mempunyai nilai regional.
 Keadaan singkapan: geometri (luas-sempit atau besear-kecil), tingkat
pelapukan (ika tidek segar), apakah insitu atau tidak, massif, hancur,
pecah-pecah, tergerus (sheared), keadaan normal atau terbalik, dan
sebagainya.
 Susunan litiologi: terdiri dari satu jenis batuan atau lebih, dalam batuan
sedimen dan metamorf, selang-seling antar dua batuan, sisipan salu
litologi dalam litologi lain; dalam batuan beku, dilihat adanya dike/retas,
inklusi-inklusi, xenolith, atau perubahan susunan mineral/tekstur, dan lain-
lain.
 Batas antara berbagai jenis litologi, batas kontak lapisan, batas kontak
intrusi, batas erosi, kontak struktur geologi.
 Struktur primer batuan da masing-masing litologi. Pada batuan beku
struktur yang diamati antara lain kompask atau masif, adanya penghalusan
kesatu arah, adanya konsentrasi mineral tertentu. Pada batuan metamorf
struktur yang diamati adalah sift foliasi, schistosy, apakah ada perlapisan
asli, apakah bergelombang, terihat dalam perlipatan kecil atau tidak. Pada
batuan sedimen dibahas setiap lapisan, massif, berlapis tebal, bertapis
tipis, laminasi, struktur sedimen seperti graded bedding, cross bedding,
gelembur gelombang, dan sebagainya untuk setiap jenis litologi, dan jika
mungkin dibahas untuk urutan profil.
 Pemerian detail masing-masing litologi, pemerian lebih ditekankan pada
hal-hal yang sifatnya menonjol daripada pemerian rutin, selanjutnya dapat
dilengkapi di Base Camp atau di laboratorium dan sampel, seperti
misalnya glaukonitan, khas berbutir kasar, warna khas dsb. Pemerian
litologi lapangan ini dimaksudkan untuk pengenalan batuan sebagai satuan
peta (map unit).
 Kandungan khusus dan batuan seperti kandungan fosil, mineralisasi, dan
sebagainya.
 Keadaan struktur geologi dari singkapan indikasi ganguan tektonik, joint,
keadaan, lapisan/ foliasi, tegak, landai, terbalik, terlipal, lipatan minor
(ukur arah dan penunjaman sumbu), apakah jenis Z atau jenis S (dragfola),
sesar, dan sebagainya, koleksi data struktur geologi dilanj utkan dengan
pengukuran:
 Struktur batuan sedimen, mengukur jurus den kemiringan lapisan, arah
arus purba bila ada. Hal ini peru dilakukan untuk mengetahui arah
sedimenasi batuan tersebut., mengukur ketebalan masing-masing lapisan
untuk mengetahui urutan vertikal dan lain-lainnya
 Struktur batuan beku, penyebaran batuan outcrop' adalah penting untuk
memperkirakan bentuk batuan beku dan macamnya (ekstrusif atau intrusif)
mengetahui batas kontak dengan batuan di sekitamya, bukti-bukti kontak
(kalau ada), pengukuran struktur khusus pada batuan beku seperti struktur
bantal, struktur aliran, pertapisan semu dan juga unsur-unsur struktur
geologi (kalau ada) misalnya kekar-kekar.
 Struktur batuan mehhan/metamort, perhatikan adanya foliasi, liniasi dan
lakukan pengukuran pada gejala tersebut
 Lakukan pengamatan dengan tenang, tapa tergesa-gesa, karena ini dapat
menimbulkan adanya bagian-bagjan yang terlewatkan.

Setelah observasi dan pengamatan singkapan dilakukan mulailah mencatat


deskripsi/pemerian yang mencakup data singkapan, data litologi, data
geomorfologi dan data struktur pada buku lapangan dengan format penulisan
berikut :
Tata cara penulisan sebaiknya menggunakan huruf bear dan penulisan sebaiknya
disingkat dan sebaiknya pula menggunakan singkatan-singkatan yang umum
digunakan, misalnya: DG = dengan, BPS = batupasir, AND = andesit, BX =
braksi, HBL = hombiende, BSL. = basalt, dan lain-lain. Dapat pula menggunakan
singkatan mineral secara global menurut Kretz (1983).

1.2 Sketsa Lapangan

Sketsa lapangan merupakan salah satu dari pengambilan atau perekaman data
secara langsung di lapangan dengan cara mengambil data gambar dengan tangan
bebas pola dasar objek yang diteliti dengan memakai pensil gambar dan atau
alat gambar lainnya sebagai alat gambar lapangan.
Kegunaan sketsa lapangan dalam penelitian geologi yaitu :

 Sebagai salah satu data utama dalam penyelidikan dan/atau pemetaan


geologi,
 Berguna untuk lebih menjelaskan ungkapan dengan data diskriptif,
 Diperlukan untuk lebih menjelaskan atau memperjelas data fotografi,
 Melatih seseorang untuk teliti dalam melihat gejala lapangan, baik pada
saat melakukan pengamatan maupun saat membuat analisis.
 Mengambil makna yang penting dari apa yang dilihatnya, gambaran yang
tidak mudah ditonjolkan pada foto, dapat ditunjukkan pada sketsa.
 Memiliki rekaman pengganti bila terjadi kegagalan pada pembuatan foto.
Pembuatan Sketsa untuk tujuan Penyelidikan dan/atau pemetaan
geologi

 Sketsa keadaan mayor Bentangalam dan proses geomorfologi,


 Sketsa keadaan mayor Hubungan stratigrafi antar satuan batuan secara
langsung di lapangan,
 Sketsa keadaan mayor kedudukan struktur geologi sebenarnya di
lapangan,
 Sketsa keadaan minor singkapan batuan, antara lain:
o Bentuk-bentuk morfologi
o Kenampakan stratum masing-masing batuan (termasuk intrusi, vein
dll)
o Kenampakan struktur batuan pada singkapan. (termasuk ciri sesar;
gawir sesar, breksi sesar, struktur kekar, dll.)
 Sketsa Keadaan kondisi geologi makro, antara lain:
o Kandungan fosil, fragmen batuan/mineral khas, veinlett, dll.

Gambar Proyeksi Perspektif Keadaan Geologi

Teknik Penggambaran dengan menggunakan proyeksi perspektif


dipergunakan untuk mengambil data sketsa gambar kondisi geologi yang nampak
jauh terlihat di depan, yang memperlihatkan garis cakrawala (tergantung
kedudukan pengambilan gambar dan keadaan medan).

Pengertian Gambar Perspektif

Gambar perspektif adalah gambar sketsa kenampakan objek yang


meperlihatkan :

o Latar depan adalah bidang kenampakan obyek bagian paling dekat


terlihat lebih besar dan nampak lebih jelas,
o Bidang Kenampakan obyek bagian tengah,
o Latar belakang adalah bidang kenampakan obyek paling jauh terlihat
lebih kecil dan nampak agak kabur.
Teknik menggambar proyeksi perspektif

 Tentukan luas bidang gambar,


 Tentukan luas cakupan objek lapangan yang akan digambar (batas kiri &
kanan),
 Tentukan bidang muka (latar depan), bidang tengah (merupakan gambar
sketsa obyek), bidang latar belakang (bidang terjauh dan dibuat kabur),
 Sesuaikan kondisi lapangan yang paling cocok digambar sebagai latar
depan dan latar belakang
 Pastikan Objek gambar yang tergambar pada bidang tengah proyeksi
gambar.
Teknik menggambar proyeksi perspektif

 Gambarkan terlebih dahulu Sketsa gambar latar belakang dengan cara :


o Buatlah garis khayal letak garis cakrawala,
o Kemudian gambarkan garis-garis rangkaian pegunungan dengan
garis dan dengan arsiran sangat tipis.
o Tidak perlu digambar detail.
Teknik menggambar proyeksi perspektif

 Kenampakan Objek, digambar yang paling jelas dengan tarikan garis


yang lebih tebal. Apabila struktur geologi yang menjadi objek gambar,
maka perjelas dengan tarikan garis-garis yang lebih tebal dan detailkan
setiap unsur yang memperkuat penjelasan objek geologi yang digambar.
Jika perlu dibuat garis-garis bantu atau dibuat keterangan untuk lebih
memperjelas gambar detail obyek.

Perhatian dalam Pembuatan Sketsa perspektif kondisi geologi

 Tentukan macam kondisi geologi yang akan ditekankan dalam gambar,


apakah yang akan digambar :
o Jenis bentangalam dan proses geomorf.
o Macam batuan penyusun dan unsur-unsur litologi,
o Struktur geologi dan ciri-ciri lapangan yang menyertai
o Kondisi khusus, antara lain kenampakan karakteristik lapangan
bahan galian, keteknikan dan bencana geologi dll,
o Atau kenampakan lapangan hubungan kenampakan antara
bentangalam dan litologi atau dengan struktur geologi atau
kenampakan khas dari hubungan aspek-aspek geologi umum
tersebut diatas.
o Tentukan tema/judul gambar sketsa.
 Bidang muka (latar depan) adalah bidang yang paling dekat dengan
pengamat, boleh digambar dengan tarikan garis-garis arsiran tebal tetapi
tidak boleh digambar lebih menonjol dan tidak lebih detail daripada sketsa
gambar objek.
 Sketsa keadaan (minor) singkapan batuan merupakan sketsa singkapan
yang memperlihatkan kenampakan detail dan menonjolkan unsur-unsur
litologi, struktur batuan dan menggambar gejala-gajala urutan dan
kedudukan batuan pada singkapan.
 Posisi gambar terhadap kedudukan di sekitarnya (kedudukan singkapan
terhadap sungai atau jalan).
 Kenampakan dari arah tertentu (yaitu kenampakan vertikal pada dindidng
tebing jalan, atau kenampakan lateral pada dasar sungai dll,
 Memuat dimensi unsur-unsur singkapan, bisa dengan skala gambar.
 Judul dan keterangan gambar juga harus diperhatikan.

1.3 Sketsa Bentang Alam

Pada sketsa bentang alam, untuk mencapai kesan perspektif dilakukan


tahapan sebagai berikut :

1. Menentukan letak garis cakrawala


a. Letak cakrawala tinggi terhadap gambar, didapat pada penglihatan
“pandangan burung terbang”.
b. Letak cakrawala lebih kurang 2/3 dari batas bawah gambar. Pengamatan
seolah-olah berada di suatu ketinggian dan memandang ke bawah.
c. Letak cakrawala membagi dua bidang gambar (“pandangan horisontal”).
Penggambar letaknya rata terhadap yang digambar.
d. Letak cakrawala lebih rendah terhadap gambar, didapat pada penglihatan
“pandangan katak”. Letak cakrawala lebih kurang 1/3 dari batas bawah
gambar, penggambar seolah-olah berada pada suatu kaki bukit atau
gunung dan memandang ke atas.

Dengan memakai letak berbagai cakrawala ini dapat diperoleh kesan akan
perspektif terhadap arah pandangan ke bawah, horisontal atau ke atas.

2. Membagi bidang pandangan


Bidang muka (fore ground) adalah bidang yang paling dekat dengan sisi
penggambar, dapat ditimbulkan dengan garis-garis yang lebih tebal, perbandingan
yang lebih besar, atau warna-warni yang tegas. Dalam penggambaran tidak perlu
detail, untuk tidak “menutupi” sasaran gambar yang sesungguhnya (bidang
gambar). Bidang gambar merupakan bidang utama di mana sasaran gambar
diletakkan, Gambar terperinci terletak di sini.

Garis-garis jelas, teliti dan bermakna. Utamakan garis-garis yang


mengandung arti geologi, seperti bentuk bukit, “tekstur” lereng dan batas-batas
litologi. Timbulkan suatu kesan dalam gambar yang mencerminkan karakter
morfologi daerah tersebut. Proporsi dimensi bukit dan lembah sangat penting.

Latar belakang (back ground) merupakan bidang yang letaknya terjauh.


Garis-garis dibuat tipis dan agak kabur. Pada umumnya dapat dikatakan
permukaan bentang alam yang halus dapat dinyatakan dengan titik yang merata
atau garis-garis yang menerus, sedangkan permukaan kasar dengan titik-titik kasar
tak merata atau garis putus-putus.

Hasil terbaik dalam mebuat sketsa dengan bayangan pada pagi hari pada
antara jam 09oo – 11oo pada saat matahari condong terhadap bentang alam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sketsa bentang alam
:


Pemilihan batas-batas pada pemilihan bentang alam yang akan
digambarkan dengan mengingat faktor-faktor geologi dan sketsa gambar.

Pengamatan bentuk bentang alam

Perbandingan (proporsi) dari unsur-unsur bentang alam (gunung, bukit,
gawir, lembah) dan lain-lain.

Unsur-unsur geologi yang tampak pada bentang alam tersebut (perlapisan
batuan, kekar, nada warna, vegetasi).

Perbedaan keterjalan lereng yang disebabkan oleh macam batuan, struktur
geologi dan erosi.

Interpretasi gejala geologi yang penting seperti rekonstruksi garis utama
lapisan, batas kontak instruksi, bidang sesar dan lain-lain.

Lokasi pandangan dan arah gambar.
Gambar 1.2 Contoh sketsa bentang alam Bukitunggul memperlihatkan struktur
berupa lipatan sinklin, antiklin rebah, dan sesar sungkup

1.3 Sketsa Singkapan

Sketsa singkapan dimaksudkan menonjolkan dan memperinci arti yang


penting dari suatu singkapan. Dalam sketsa ini dapat juga dikemukakan
penafsiran mengenai gejala geologi yang ada. Berikut hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sketsa singkapan :

 Pengamatan gejala struktur (bidang perlapisan, bidang sesar, bidang dan


sumbu-sumbu sesar kolom).
 Macam-macam batuan (batuan sedimen berlapis, batuan beku dengan
kekar kolom, batuan metamorfis berfoliasi).
 Dimensi singkapan dan gejala struktur.
 Lokasi singkapan dan skala gambar.
 Skala garis, suatu sketsa singkapan yang tidak dilengkapi dengan skala
garis akan menjadi tidak berarti.
Gambar 1.2 Contoh Sketsa singkapan yang menunjukkan gejala struktur sedimen
dan ketidakselarasan (unconformity) (Alle dan Chambers, 1998)

You might also like