You are on page 1of 9

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“SISTEM PEMERINTAHAN DAN SISTEM KEPARTAIAN”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

KELAS XII IIS 2

ANDI NURIL
ARDIN
ASTRY PRAYUDHA
EKA INDAH DELIFAH

SMA NEGERI 1 SIRENJA


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-
Nya maka kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan semampunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan melengkapi tugas dan serta agar mengetahui
tentang Sistem Pemerintahan dan sistem kepartaian. Penyelesaian makalah ini
juga bersumberkan dari beberapa referensi dari pengetahuan yang kami miliki
seputar hal ini, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Oleh
karena itu, diharapkan saran dan kritik sebagai penyempurnaan makalah ini

Sirenja, Agustus 2023

Kelompok 2

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan
pemerintahan.Kata sistem dilihat dari segi etimologi adalah sekelompok
bagian-bagian (alat dansebagainya) yang bekerja bersama-sama untuk
melakukan suatu maksudnya. Sedangkan yangdimaksud dengan pemerintah
adalah Perintah yaitu perkataan yang bermakna menyuruhmelakukan
sesuatu, Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu Negara
(DaerahNegara) atau badan tertinggi yang memerintah suatu negara. Sedangkan
pemerintahan adalahperbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah. Sistem
pemerintahan diartikan sekelompokorgan (alat) Pemerintah baik dalam arti luas
maupun dalam arti sempit yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
dari Pemerintah atau Negara yang telah ditentukan sebelumnya.Secara
konvensional para ilmuan politik mengklasifikasikan sistem pemerintahan
demokratismenjadi dua kelompok, yaitu sistem parlementer dan sistem
presidensial. Di luar sistem itu,terdapat sistem pemerintahan campuran atau
yang oleh Juan Linz disebut sebagai hibridsistem pemerintahan. Adapun sistem
pemerintahan campuran yang di perbincangkan adalahsistem semi-presidensial.
Sistem kepartaian adalah suatu mekanisme interaksi antar partai politik
dalam sebuah sistem politik yang berjalan. Maksudnya, karena tujuan
utama dari partai politik ialahmencari dan mermpertahankan kekuasaan guna
mewujudkan program-program yang disusunberdasar ideologi tertentu, maka
untuk merealisasikan program-program tersebut partai-partaipolitik yang ada
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem kepartaian secara
klasik. Sistem kepartaian merupakan pola kompetisi terus-menerus dan bersifat
stabil, yangselalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara. Sistem kepartaian
bergantung pada jenissistem politik yang ada di dalam suatu negara. Selain itu,
sistem kepartaian juga bergantungpada kemajemukan suku, agama, ekonomi,
dan aliran politik yang ada. Semakin besar derajatperbedaan kepentingan yang
ada di negara tersebut, semakin besar pula jumlah partai politik.Selain itu, sistem-
sistem politik yang telah disebutkan, turut mempengaruhi sistem kepartaianyang
ada. Sistem kepartaian belumlah menjadi seni politik yang mapan. Artinya, tata
caramelakukan klasifikasi sistem kepartaian belum disepakati oleh para peneliti
ilmu politik.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan Sistem Kepartaian?


2.Apa yang dimaksud dengan Sistem Pemerintahan?
3.Bagaimana hubungan Sistem Kepartaian dan Sistem Pemerintahan?
2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Sistem Pemerintahan

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan
pemerintahan. Kata sistem dilihat dari segi etimologi adalah sekelompok bagian-
bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu
maksudnya. Sedangkan yang dimaksud dengan pemerintah adalah Perintah yaitu
perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu, Pemerintah adalah
kekuasaan yang memerintah suatu Negara (Daerah Negara) atau badan tertinggi
yang memerintah suatu Negara. Daerah, atau, Negara. Sedangkan Pemerintahan
adalah perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah. Sistem pemerintahan
diartikan sekelompok organ (alat) Pemerintah baik dalam arti luas maupun dalam
arti sempit yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dari Pemerintah
atau Negara yang telah ditentukan sebelumnya. Kekuasaan dalam suatu Negara
menurut Montesquieu dikategorikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang
berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan
Pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berarti kekuasaan membentuk undang-
undang; Dan Kekuasaan Yudikatif yang berati kekuasaan mengadili terhadap
pelanggaran atas undang-undang. Komponen- komponen tersebut secara garis
besar meliputi lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Jadi sistem
pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara,
hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam
mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan saling berkaitan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau
tujuan negara

A. Karakteristik sistem-sistem pemerintahan

Secara konvensional para ilmuan politik mengklasifikasikan sistem


pemerintahan demokratis menjadi dua kelompok, yaitu sistem parlementer dan
sistem presidensial. Di luar sistem itu, terdapat sistem pemerintahan campuran
atau yang oleh Juan Linz disebut sebagai hibrid sistem pemerintahan. adapun
sistem pemerintahan campuran yang di perbincangkan adalah sistem semi-
presidensial. Akan tetapi, sistem yang ketiga ini acapkali diabaikan di dalam
perbincangan karena penganutnya dianggap terlalu kecil, meskipun sejak 1990-an
jumlahnya bertambah. Kerangka dasar yang sering dijadikan rujukan untuk
membedakan sistem pemerintahan yang satu dengan yang lainnya adalah
bagaimana relasi antara lembaga pemerintahan satu dengan yang lain, khususnya
antara eksekutif dan legislatif, dan bagaimana jabatan-jabatan di dalam dua
lembaga itu dipilih dan mekanisme akuntabilitasnya.

3
Sistem Presidensial Dalam pandangan Arend Lijphart (1994) sistem presidensial
itu memiliki tiga elemen penting. Pertama, kepala pemerintahan yang disebut
presiden itu, dipilih di dalam kurun waktu yang jelas. Kedua, presiden dipilih oleh
rakyat, baik secara langsung maupun melalui perantara seperti electoral college.
Ketiga, presiden merupakan seorang pemimpin eksekutif. Cara pandang yang
serupa dikemukakan oleh Giovanni Sartori, hal yang membedakan adalah, kalau
Lijphart lebih menekankan presiden sebagai kepala pemerintahan, sedangkan
sartori lebih memberi penekanan presiden sebagai kepala negara.
Sistem Parlementer Sistem parlementer memiliki perbedaan-perbedaan yang
cukup mencolok, bahkan terlihat dengan sistem presidensial, khususnya pada
pure parliamentary system. Sebagaimana dikemukakan oleh Lijphart, di dalam
sistem parlementer, kepala pemerintahan (yang antara negara satu dengan yang
lain memiliki sebutan yang tidak selalu sama, seperti prime minister, premier
chancellor, dan minister-president) dipilih oleh legislatif. Karena itu kepala
pemerintahan adalah sangat bergantung pada ada tidaknya kepercayaan legislatif
dan bisa diberhentikan manakala legislatif sudah tidak memiliki kepercayaan lagi
kepadanya (1997:101), hal ini tidak lepas prinsip yang melekat pada namanya,
yaitu parliament is sovereign. Selain itu, karakteristik dari sistem parlementer
adalah, eksekutif itu bersifat kolektif atau kolegial.
Sistem Semi-Presidensial Sebagai istilah populer, semi presidensial, kali pertama
digunakan oleh seorang wartawan dan pendiri surat kabar Le Monde, Hubert
Beabe-Mery pada 1959. Akan tetapi, sebagai istilah akademik, konsep semi-
presidensial tergolong baru. Adalah ilmuan politik prancis Maurice Duverger yang
memperkenalkan pada 1970. Secara internasional, pandangan Karena itu, secara
teoritik, koalisi di dalam sistem presidensial itu lebih rentan mengalami
perpecahan kalau dibandingkan dengan sistem parlementer.
Relasi antara sistem kepartaian dengan stabilitas pemerintahan, seperti apa yang
dikatakan oleh Maurice Duverger (1954) merupakan salah satu pendukung kuat
dari argumentasi bahwa sistem dua partai itu lebih cenderung mendukung
terbangunnya pemerintahan yang stabil. Sebaliknya, sistem multi-partai dianggap
tidak cocok bagi adanya pemerintahan yang stabil. Pandangan demikian
didasarkan pada pengalaman Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Namun
pandangan seperti itu ditolak oleh Arend lijphart (1977). Berdasarkan studi
seriusnya di Belanda Lijphart berpendapat bahwa masyarakat plural yang
menganut sistem multi-partai bisa saja memiliki sistem pemerintahan demokratis
yang stabil, ketika mereka mengembangkan demokrasi konsensus. Meskipun
demikian perdebatan itu, dalam taraf tertentu memiliki titik temu kalau dikaitkan
dengan sistem pemrintahan. Sistem multi-partai misalnya, lebih mungkin bisa
menghasilkan pemerintahan yang stabil di dalam sistem parlementer dari pada di
dalam sistem presidensial.

4
2 Sistem Kepartaian

Sejarah munculnya partai-partai politik di negara yang satu dengan yang


lainnya memang tidak selalu sama. Akan tetapi, ada satu benang merah yang
mempertemukannya, yaitu bahwa kemunculan partai-partai itu berbanding lurus
dengan tumbuhnya proses demokratisasi (Scarrow 2006), sebagaimana yang telah
digaris bawahi oleh Evereth Call Lad, Jr (1970:16), partai politik merupakan
children of egalitarianism. Karena itu, partai politik merupakan satu pilar dari
demokrasi yang harus ada di dalam suatu negara modern. Betapa pentingnya
partai dalam negara demokratis tercermin dalam ungkapan Clinton Rossister
(1960:1), “No America without democracy, no democracy without politics, and no
politics without parties”.
Sistem kepartaian adalah suatu mekanisme interaksi antar partai politik dalam
sebuah sistem politik yang berjalan. Maksudnya, karena tujuan utama dari partai
politik ialah mencari dan mermpertahankan kekuasaan guna mewujudkan
program-program yang disusun berdasar ideologi tertentu, maka untuk
merealisasikan program-program tersebut partai-partai politik yang ada
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem kepartaian secara
klasik. Sebagian ilmuwan lain mempercayai bahwa dalam kehidupan demokrasi,
bahwa keberadaan partai politik merupakan pondasi utama yang penting. Ada
banyak definisi mengenai partai politik. Carl J. Friedrich, memaparkan yang
dimaksud partai politik adalah Sekelompok manusia yang terorganisir secara
stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini
memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat adil maupun
materil.
Sistem kepartaian merupakan pola kompetisi terus-menerus dan bersifat stabil,
yang selalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara. Sistem kepartaian
bergantung pada jenis sistem politik yang ada di dalam suatu negara. Selain itu,
sistem kepartaian juga bergantung pada kemajemukan suku, agama, ekonomi,
dan aliran politik yang ada. Semakin besar derajat warga negara berhak untuk
memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di jabatan publik. Dalam menggunakan
suaranya tersebut tentu saja haruslah didukung kondisi yang memungkinkan
warga negara memilih secara bebas tanpa adanya tekanan dari pihak lain.
Dari pemaparan diatas, kiranya dapat ditarik suatu pemahaman bahwa antara
sistem kepartaian dan sistem pemerintah memiliki hubungan. Sebagaimana telah
diuraikan bahwa pilihan untuk menerapkan suatu sistem pemilu tertentu
misalnya sistem pemilu distrik akan memiliki pengaruh pada munculnya sistem
kepartaian yang dengan sistem dua partai. Sementara itu, pilihan untuk
menerapkan sistem proposional akan memberi peluang untuk lahirnya sistem
banyak partai pada suatu masyarakat yang secara sosial fragmentasi dan mamiliki

5
aliran pemikiran politik, dengan perpedaan yang tajam, akan memberikan
kemungkinan untuk sulit memberikan kontribusi bagi yang ada stabilitas politik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai
politik dengan kata lain sistem kepartaian adalah pola kompetisi terus-menerus
dan bersifat stabil, yang selalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara. Sistem
kepartaian bergantung pada jenis sistem politik yang ada di dalam suatu negara.
Selain itu, ia juga bergantung pada kemajemukan suku, agama, ekonomi, dan
aliran politik yang ada. Semakin besar derajat perbedaan kepentingan yang ada di
negara tersebut, semakin besar pula jumlah partai politik. Selain itu, sistem-
sistem politik yang telah disebutkan, turut mempengaruhi sistem kepartaian yang
ada. Pemilihan umum adalah suatu peristiwa politik yang sangat menarik. Sistem
pemerintahan diartikan sekelompok organ (alat) Pemerintah baik dalam arti luas
maupun dalam arti sempit yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
dari Pemerintah atau Negara yang telah ditentukan sebelumnya.

Dengan demikian di dalam suatu negara terdapat sistem sitem yang saling
berkorelasi satu sama lainnya baik itu sistem kepartaian dan sistem pemerintahan
yang akan menentukan dalam menjalankan roda pemerintahannya. Selain itu,
sistem yang diambil oleh suatu negara akan berpengaruh pada stabilitas
pemerintahan. oleh karena itu negara harus menyesuaikan pada karakteristik
negara tersebut.

6
DAFTAR PUSTAKA

Muthali’in, Achmad 2012 Bahan Ajar PLPG Pendalaman Materi Bidang Studi PKN
SDSurakarta id.wikipedia/wiki/Sistem_pemerintahan triwahyu.web/2012/sistem-
pemerintahan-indonesia.html41707011.blog.unikom.ac/sistempemerintahan.1ay

7
8

You might also like