You are on page 1of 6

PERTOLONGAN PADA

KERACUNAN
No. Dokumen :

SOP
No. Revisi :
Tanggal
Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS
dr.Andri Hartanto,M.Sc
SRUWOHREJO
NIP.19791227 201001 1 008

Masuknya bahan beracun memulai saluran cerna, saluran


1. Pengertian pernafasan, kulit maupun pembuluh darah.

Tujuan Umum: Meningkatkan mutu Pelayanan Medis


Tujuan Khusus: Sebagai acuan dalam:
2. Tujuan
1. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan keracunan
2. Meningkatkan kepuasan pasien
SK Kepala Puskesmas Nomor 440.1/003/2022 Tentang jenis
3. Kebijakan
pelayanan yg disediakan di Puskesmas Sruwohrejo Tahun 2022
1. PMK No.65 tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan
2. Peraturan Menteri kesehatan RI No.28 tahun 2014 tentang
4. Referensi
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Prosedur / 1. KERACUNAN INSEKTISIDA.
Seperti: Baygon, Raid, Morten, dan lain-lain
Langkah-Langkah
Seperti pasien yang datang karena keracunan, maka yang
harus dilakukan adalah:
1. Petugas menganamnesa; cari penyebab dan berapa banyak
yang ditelan.
2. Petugas jaga menilai kesadarannya, observasi tanda-tanda
vital.
3. Petugas jaga melakukan tindakan:
a. Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 3 – 4 lt/menit.
b. Pasang infuse Dextrose 5 % /RD/RL.
c. Berikan injeksi SA 2 mg IV setiap 15 menit, dan diulangi
sampai ada gejala atropinisasi:
1. Muka merah.
2. Mulut kering.
3. Takikardi.
4. Midriasis.
5. Isap lendir yang berlebihan dengan suction.
d. Cegah dan perlambat terjadinya absorbs dengan
melakukan:
1. Beri minum susu yang banyak.
2. Bila susu belum tersedia, beri air putih sebanyak-
banyaknya.
3. Rangsang supaya muntah, dengan cara;
merangsang pharynx
dan belakang lidah dengan tongspatel.
4. Bila kesadaran pasien menurun, maka cepat lakukan
pemasangan NGT (Naso Gastric Tube).
e. Lakukan lavage/bilas lambung dengan susu cair, kalau
tidak ada atau belum tersedia berikan air hangat 38 0 C
sebanyak 300 cc.
f. Miringkan pasien ke sebelah kiri agak setengah
terlungkup, pertahankan posisi ini selama prosedur
berlangsung.
g. Mulut dihisap dengan suction catheter, mencegah
terjadinya aspirasi pada saat pasien muntah.
h. Lavage lambung inidilakukan terus sampai bersih, yang
terbukti dari susu tidak mengandung minyak lagi atau air
sudah jernih.
Prosedur ini tidak boleh ditunda-tunda, harus segera
dilaksanakan. Kalau susu/air hangat belum tersedia, lakukan
dengan air biasa dulu. Dan pada akhir prosedur, lambung harus
kosong dan NGT sementara jangan dilepas dulu. Pada waktu
melakukan bilas lambung, secara simultan dapat diberikan
mucolitik, Mylanta sirup, atau injeksi Tagamet/Ulsicur 1 amp IV
yang diencerkan dan diberikan secara perlahan-lahan.
Selain itu cegah pasien agar tidak bertambah
kedinginan,tetapi jangan diberi kompres panas, cukup diberi
selimut saja. Setelah kegawatan pasien telah diatasi, maka
dianjurkan pada pasien/ keluarga untuk dirawat.
2. KERACUNAN PADA KULIT.
1. Guyur/ semprot tubuh/ kulit yang kena kontaminasi dengan
air yang mengalir.
2. Bersihkan kulit seluruhnya dangan sempurna memakai
sabun dan air.
3. Jangan memakai zat-zat sebagai antidotum.
3. KERACUNAN INHALASI.
Zat-zat yang dapat menimbulkan keracunan inhalasi, antara
lain:
1. Carbodioksida (CO).
2. Cyanida.
3. Bensin.
4. Dan macam-macam pelarut organic
Petugas jaga melakukan tindakan:
1. Bawa segera korban ke udara bebas/ segar, longgarkan
pakaian pakaian yang ketat. Observasi tanda-tanda vital (T,
S, N, P).
2. Beri oksigen 3 – 4 lt/menit.
3. Lakukan pernafasan buatan kalau ada tanda-tanda cyanosis
atau pernafasan kurang memadai.
a. Berdasarkan jalan nafas.
b. Buang sumbatan di mulut Dagu tarik ke belakang,
kepala ditengadahkan (se-ekstensi mungkin).
4. Bila terjadi bronchospasme, berikan aminophylin 1 amp IV
pelan pelan dan lanjutkan dengan Dex 5% + 1 amp
Aminophylin dengan kecepatan tetesan 10 tetes/ menit, atau
disesuaikan dengan kebutuhan.
5. Observasi kembali tanda-tanda vital.
Bila terjadi hipotensis selai Dex 5 % dapat diberikan cairan
RL/RD.
6. Kemungkinan beri terapi Oradexon 5 – 10 mg IV tiap 6 jam,
selama 24 jam pertama.
7. Rekam EKG.
8. Kemudian konsulkan ke dokter UPI, penyakit dalam, dan
jantung
9. Bila keadaan pasien ringan, lakukan observasi minimal 3 jam
setelah masa kegawatannya telah lewat.
4. GIGITAN BINATANG
Ada beberapa cara yang diterima manusia dari hewan:
1. Gigitan : anjing, ular, kera, dll.
2. Sengatan : semut, tawon, kalajengking.
3. Kontak pasif : ulat bulung.
4. Semprotan : serangga.
Oleh karena itu sikap yang harus diambil, yaitu bagaimana
menghadapi manusianya dan bagaimana menhadapi
binatangnya (bila ada).
Anamnesa:
1. Binatangnya.
a. Apakah tempat tinggal endemic Rabies/ tidak?
b. Apakah keadaan binatang pada waktu menggigit:
1) Sedang beranak.
2) Dalam keadaan terangsang.
3) Vaksinasi yang masih berlaku.
2. gigitannya
a. Jenis luka.
b. Banyak luka dan dekat/tidak pada CNS.
c. Vaksinasi yang diterima.
Petugas jaga melakukan tindakan:
1. Tindakan debridement pada luka.
Bila lukanya parah dan terdapat jaringan yang nekrosis,
maka buang jaringan yang nekrosis atau jaringan yang akan
nekrosis. Kemudian luka dicuci dengan air sabun atau larutan
H2O2 dan luka jangan dijahit.
2. Tutup luka tersebut, tetapi jangan terlalu tebal untuk
menghindari kontaminasi dengan kotoran.
3. Anjurkan pada pasien untuk dirujuk ke rumah sakit yang
mempunyai serum nti rabies seperti RSUD DR Saiful Anwar
Malang
5. GIGITAN/ PATUKAN ULAR
Keracunan akut karena gigitan ular, paling sering terjadi di
daerah tropis dan subtropics. Derajat keracunan akibat gigitan
ular tergantung pada:
1. Kekuatan racun (tergantung jenis ular).
2. Kenali sifat racunnya, seperti:
a. Bersifat Neurotoksik,
b. Bersifat Haemotoksik,
c. Bersifat kardiotoksin, ng.
d. Bersifat Cytolytik,
Jenis ular Cobra termasuk jenis neurotoksik yang hebat, sedangkan
ancistrodon (ular tanah) menyebabkan haemolysis yang hebat.
Gejalanya:
1. Tanda-tanda bekas taring, laserasi.
2. Bengkak dan kemerahan kadang-kadang bulae/ vaksikular.
3. Sakit kepala, enek dan muntah.
4. Demam, keringat dingin.
5. * Untuk bisa bersifat Neurotoksik, mengakibatkan:
a. Kelumpuhan otot pernafasan.
b. Kardiovaskuler terganggu
c. Kesadaran menurun sampai koma
 Untuk bisa yang bersifat hemolytic:
a. Luka bekas patukan yang terus berdarah.
b. Haematoma pada tiap suntikan IM.
c. Haemturia.
Haemoptisis/ haematemesis.
Petugas jaga melakukan tindakan.
Prinsipnya:
1. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa.
2. Menetralkan bisa.
3. Mengobati komplikasi.
Pertolongan yang diberikan:
1. Tourniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah
bening. Pita dilepas bila anti telah diberikan.
2. Imobilisasi penderita, terutama daerah bekas gigitan/ patukan.
3. Bersihkan luka dengan air garam fisiologi dan air garam biasa
atau air steril.
4. Incisi.
Lakukan incise menyilang antara 0,5 – 0,25 cm dalamnya, lalu
tekan sampai darahnya keluar (hisap darahnya degan alat
penghisap), hal ini akan menghilangkan sampai 20 %, bila
dilakukan kurang dari 30 menit
Kemudian segera kirim ke rumah sakit yang mempunyai
persediaan ABU (Anti Bisa Ular).
Catatan:
Untuk gigitan yang bersifat haemolotik, jangan dilakukan incisi
sebab menyebabkan pendarahan hebat.
6. RACUN YANG TER/DISUNTIKKAN (OVER DOSIS)
Penatalaksanaan adalah:
1. Petugas jaga meletakkan/terlentangkan pasien pelan-pelan.
2. Petugas jaga memasang Torniquet sebelah proksimal dari
lokasi suntikan dan nadi sebelah distal harus tetap teraba,
minimal harus dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Lepaskan
turniket tiap 15 menit selama1 menit.
3. Petugas jaga mengompres tempat suntikan dengan es.
Pada prinsipnya, penanganan kasus ini adalah:
1. Cegah/ kurangi/ hambat proses absorsinya.
2. Kurangi efek racun itu.
3. Kenalilah berat ringannya/ serius atau kegawatannya,
sehingga dapat ditentukan tentang pengobatan selanjutnya.
Pada kasus keracunan, ada 3 kemungkinan yang harus dihadapi
dalam keracunan, yaitu:
- Keracunan diketahui jenisnya.
- Racun tidak diketahui jenisnya.
- Tidak diketahui sakitnya apa, sehingga pada DD/ harus
dimasukkan keracunan

6. Bagan Alur
(jika diperlukan)
Anamnesa

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Laborat

observasi

Membaik Belum membaik

Pulang Rujuk RS
1. Instalasi rawat jalan
2. Instalasi gawat darurat
7. Unit Terkait
3. Instalasi farmasi
4. Instalasi VK

8. Rekaman histori perubahan

No Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan


DAFTAR TILIK

KERACUNAN

Tidak
No Kegiatan YA Tidak
Berlaku

Apakah petugas Menanyakan keluhan utama/ memeriksa


1.
adanya tanda kegawatan?
2. petugas melakukan cuci tangan dan menyiapkan alat-alat?

3. Petugas mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Melakukan anamnesis seperlunya, memeriksa ada tidaknya


4.
kegawatan medis pada pasien
5. Petugas melakukan pengecekan laborat?

6. Petugas melakukan observasi?

7. Petugas memberikan resep obat untuk pulang ?

8. Petugas mempersiapkan rujukan bila pasien perlu di rujuk ?

Jumlah

Confident rate (CR)

Sruwohrejo,

Pelaksana / Auditor

You might also like