You are on page 1of 17

DASAR-DASAR EKOLOGI

NAMA : FHADILAH RUSVA WULAN


NIM : 22031066
PRODI/KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI/D

I. PENGANTAR DAN RUANG LINGKUP EKOLOGI


Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup dalam kasus pertanian adalah
tanaman, sedangkan lingkungannya dapat berupa air, tanah, unsur hara, dan lain-lain.
Kata ekologi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos.
Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau
pengetahuan. Jadi semula ekologi artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat
tinggalnya”. Umumnya yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan
lingkungannya”. Saat ini ekologi lebih dikenal sebagai ”ilmu yang mempelajari
struktur dan fungsi dari alam”. Bahkan ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari
rumah tangga makhluk hidup. Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst
Haeckel seorang ahli biologi Jerman pada tahun 1866. Beberapa para pakar biologi
pada abad ke 18 dan 19 juga telah mempelajari bidang-bidang yang kemudian
termasuk dalam ruang lingkup ekologi. Misalnya Anthony van Leeuwenhoek, yang
terkenal sebagai pioner penggunaan mikroskop, juga pioner dalam studi mengenai
rantai makanan dan regulasi populasi. Bahkan jauh sebelumnya, Hippocrates,
Aristoteles, dan para filosuf Yunani telah menulis beberapa materi yang sekarang
termasuk dalam bidang ekologi.
Setiap ilmu memiliki batas-batas wilayah studi. Perlu dimaklumi bahwa batas
wilayah kerja suatu ilmu umumnya bertumpang tindih dengan batasbatas wilayah kerja
dari ilmu-ilmu lain. Sehubungan dengan itu maka sudah selayaknya kalau kita ingin
mengetahui juga batas wilayah kerja dari ilmu ekologi. Untuk mempelajari gambaran
yang cukup jelas tentang batas-batas wilayah kerja dari ilmu ekologi dapat kiranya
dipergunakan konsep model dari Miller. Konsep tersebut beranggapan bahwa seluruh
alam semesta merupakan suatu ekosistem yang tersusun oleh berbagai komponen atau
kesatuan. Dalam suatu ekosistem satu atau sekelompok komponen tak dapat berdiri
sendiri terlepas dari kelompok kesatuan lain. Dalam hal ini kesatuan kelompok
komponen pertama akan merupakan satuan kelompok kedua, kesatuan kelompok
komponen kedua akan menyusun kesatuan kelompok ke tiga, demikian seterusnya.
Atas dasar pemikiran itu Miller menyusun konsep model atas ekosistem alam semesta.
Konsep model dimaksud dapat dituangkan dalam bentuk grafik (Gambar 1.1). Menurut
konsep tersebut bagian-bagian atom akan membentuk satuan atom. Satuan atom akan

1
membentuk satuan molekul, dan satuan-satuan molekul seterusnya akan membentuk
satuan protoplasma, demikian proses pembentukan satuan lainnya. Dalam konsep
model tersebut ditetapkan selanjutnya batas-batas wilayah kerja dari berbagai
pengetahuan. Kita melihat batas-batas dari: (1) daerah mati atau daerah tanpa adanya
jasad-jasad hidup, (2) daerah hidup atau daerah yang dihuni oleh jasad-jasad hidup dan
(3) daerah yang masih merupakan tanda tanya. Dipaparkan pula batas-batas yang
dinamakan: (1) daerah dari benda-benda submikroskopis, (2) daerah dengan benda dan
jasad mikroskopis, (3) daerah makroskopis, dan (4) daerah kosmis. Dalam model
tersebut ditampilkan batas wilayah kerja ilmu ekologi, yaitu batas terbawah adalah
tingkat organisme atau tingkat individu dan batas teratas adalah tingkat biosfer. Secara
ringkas, ruang lingkup ekologi dapat digambarkan melalui spektrum biologi, yang
menggambarkan aras-aras organisasi kehidupan sebagai berikut :

Makromolekul ——> protoplasma ——> sel ——> jaringan ——> organ tubuh
——> sistem organ ——> organisme ——> populasi ——> komunitas ——>
ekosistem —— > biosfer

1) Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang
kompleks, seperti lemak, protein, dan karbohidrat.
2) Sel adalah satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti
yang terkandung dalam membran. Membran merupakan komponen yang
menjadi pemisah dari satuan dasar lainnya.
3) Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama,
misalnya jaringan otot.
4) Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang
mempunyai fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, dan daun
atau akar pada tumbuhan.
5) Sistem organ adalah kerja sama antara struktur dan fungsi yang harmonis,
seperti kerja sama antara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara
hidung dengan tangan.
6) Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup.
7) Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak
pada suatu daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi
banteng di Ujung Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam
kampung di Jawa Barat.
8) Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis organisme yang
menempati suatu daerah tertentu. Di daerah tersebut setiap populasi
berinteraksi satu dengan lainnya. Misalnya populasi rusa berinteraksi dengan
populasi harimau di Pulau Sumatra atau populasi ikan mas berinteraksi dengan
populasi ikan mujair.

2
9) Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan
hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, baik yang hidup maupun tak hidup (tanah, air, udara, atau kimia
fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi.
10) Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer kira-
kira 9000 m di atas permukaan bumi, beberapa meter di bawah permukaan
tanah, dan beberapa ribu meter di bawah permukaan lingkugan.

3
Ilmu ekologi pada awalnya merupakan suatu pengetahuan umum dan hanya
mempelajari hubungan lingkungan secara individual atas dasar fisiologi. Pada
waktu itu para cendekiawan, khususnya dari kalangan ilmu alam, kurang menaruh
perhatian pada berbagai ilmu yang sifatnya umum, tetapi orang lebih banyak
mengarahkan perkembangan ilmu-ilmu ke arah spesialisasi. Walaupun perhatian
orang terhadap ilmu ekologi jika dibandingkan dengan ilmu lain, terutama ekonomi
dan politik kurang memadai, namun ekologi terus berkembang. Sebagai bukti
bahwa ilmu ekologi dapat terus berkembang dan melebarkan sayapnya ke bidang-
bidang lain seperti botani, dan zoologi.
Para pakar ekologi pada awalnya mempelajari ekologi berawal dari geografi
tumbuhan yang berkembang ke aspek lain yaitu komunitas tumbuhan yang
kemudian berkembang menjadi ekologi komunitas. Pada waktu yang hampir
bersamaan juga berkembang berbagai studi mengenai dinamika populasi atau
ekologi populasi. Studi ini kemudian berkembang menjadi ekologi perilaku.
Perkembangan ini tentunya akan terus berlanjut sejalan dengan berjalannya waktu.
Hingga beberapa tahun, dinamika populasi dan ekologi komunitas menjadi
perhatian besar bagi para pakar ekologi. Dengan adanya perhatian yang besar
terhadap berbagai faktor fisik lingkungan, kemudian timbul beberapa cabang ilmu
ekologi seperti ekoklimatologi, fisioekologi, dan ekoenergetika.
Ekologi modern memusatkan perhatian pada konsep ekosistem. Konsep ini
menyangkut beberapa asas dasar yang nanti akan diuraikan pada kegiatan belajar
atau modul-modul berikutnya. Penggunaan konsep ekosistem menuju kepada
pendekatan baru yaitu pendekatan sistem. Pendekatan ini meliputi penggunaan
model-model matematika, yang antara lain digunakan untuk menjelaskan secara
lebih sederhana suatu ekosistem atau dapat pula untuk meramal/menduga
perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Bahkan
dalam perencanaan pembangunan, dapat diperkirakan dampak-dampak yang akan
terjadi pada suatu ekosistem sehingga dapat direncanakan pula bagaimana
mengeliminir dampak negatif yang akan terjadi.
Pada mulanya ekologi berkembang menurut dua jalur ilmu hayati, yaitu ekologi
tumbuhan dan ekologi hewan. Pakar-pakar ekologi tumbuhan menaruh perhatian
terhadap hubungan antartumbuhan, sedangkan pakar-pakar ekologi hewan
mempelajari dinamika populasi dan perilaku hewan. Studi ekologi tumbuhan dan
ekologi hewan dikelompokkan menjadi dua, yaitu Autekologi dan Sinekologi.
Autekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik
suatu jenis organisme dengan lingkungannya yang pada umumnya bersifat
eksperimental dan induktif. Sedangkan sinekologi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari kelompok-kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang
lebih bersifat deskriptif, deduktif dan filosofis. Contoh studi autekologi dapat kita
lihat pada telaah ekologi tikus atau hewanhewan yang hanya terdapat pada
lingkungan tertentu saja, sedangkan contoh sinekologi adalah telaah ekologi hutan

4
tropika humida yang ternyata isinya tidak hanya didiami oleh satu jenis makhluk
hidup. Sinekologi dapat dibedakan lagi, antara lain menjadi ekologi perairan tawar,
ekologi daratan, (terestrial), dan ekologi lautan. Ekologi daratan membahas aspek-
aspek mikroklimat, kimia tanah, unsur hara, daur hidrologi, dan produktivitas.
Ekologi daratan relatif “lebih sulit” dipelajari dibandingkan dengan ekologi
perairan karena ekosistem daratan memiliki faktor kendali yang sangat banyak,
seperti faktor biologis masingmasing organisme maupun faktor fisik lingkungan.
Sedangkan pada ekosistem perairan kondisi lingkungan kehidupan organisme lebih
stabil dan hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan kimiawi.

Gambar 1.1. Konsep model tentang batas-batas kesatuan lingkungan yang terdapat di
alam

II. KOMPONEN EKOSISTEM DAN HUBUNGANNYA DENGAN


LINGKUNGAN
A. PENGERTIAN DAN DEFINISI EKOSISTEM
Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara timbal balik
dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk suatu sistem yang
kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata lain
ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud
dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (non makhluk
hidup). Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu dijumpai proses

5
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara lain dapat berupa
adanya aliran energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan
pengendalian. Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan
lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan faktor-
faktor fisik (iklim, air, dan tanah) serta kimia (keasaman dan salinitas) yang
saling berinteraksi satu sama lainnya. Gatra yang dapat digunakan sebagai ciri
keseutuhan ekosistem adalah energetika (taraf trofi atau makanan, produsen,
konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran pelaksana taraf trofi), dan
produktivitas (hasil keseluruhan sistem). Jika dilihat komponen biotanya, jenis
yang dapat hidup dalam ekosistem ditentukan oleh hubungannya dengan jenis
lain yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu keberadaannya ditentukan
juga oleh keseluruhan jenis dan faktor-faktor fisik serta kimia yang menyusun
ekosistem tersebut. Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai
dirintis oleh beberapa pakar ekologi. Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman)
menggunakan istilah biocoenosis. Kemudian pada tahun 1887, S.A.Forbes
(Amerika) menggunakan istilah mikrokosmos. Di Rusia pada mulanya lebih
banyak digunakan istilah biocoenosis, ataupun geobiocoenosis. Istilah ekosistem
mula-mula diperkenalkan oleh seorang pakar ekologi dari Inggris, A.G.Tansley,
pada tahun 1935. Pada akhirnya istilah ekosistem lebih banyak digunakan dan
dapat diterima secara luas sampai sekarang.

B. STRUKTUR EKOSISTEM
Bila kita memasuki suatu ekosistem, baik ekosistem daratan maupun perairan,
akan dijumpai adanya dua macam organisme hidup yang merupakan komponen
biotik ekosistem. Kedua macam komponen biotik tersebut adalah (a) autotrofik
dan (b) heterotrofik. a. autotrofik, terdiri atas organisme yang mampu
menghasilkan (energi) makanan dari bahan-bahan anorganik dengan proses
fotosintesis ataupun kemosintesis. Organisme ini tergolong mampu memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri. Organisme ini sering disebut produsen. b.
heterotrofik, terdiri atas organisme yang menggunakan, mengubah atau
memecah bahan organik kompleks yang telah ada yang dihasilkan oleh
komponen autotrofik. Organisme ini termasuk golongan konsumen, baik
makrokonsumen maupun mikrokonsumen. Secara struktural ekosistem
mempunyai enam komponen sebagai berikut:
1) Bahan anorganik yang meliputi C, N, CO2 , H2O, dan lain-lain. Bahanbahan ini
akan mengalami daur ulang.
2) Bahan organik yang meliputi karbohidrat, lemak, protein, bahan humus, dan
lain-lain. Bahan-bahan organik ini merupakan penghubung antara komponen
biotik dan abiotik.
3) Kondisi iklim yang meliputi faktor-faktor iklim, misalnya angin, curah hujan,
dan suhu.
4) Produsen adalah organisme-organisme autotrof, terutama tumbuhan berhijau
daun (berklorofil). Organisme-organisme ini mampu hidup hanya dengan

6
bahan anorganik, karena mampu menghasilkan energi makanan sendiri,
misalnya dengan fotosistesis. Selain tumbuhan berklorofil, juga ada bakteri
kemosintetik yang mampu menghasilkan energi kimia melalui reaksi kimia.
Tetapi peranan bakteri kemosintetik ini tidak begitu besar jika dibandingkan
dengan tumbuhan fotosintetik.
5) Makrokonsumen adalah organisme heterotrof, terutama hewan-hewan seperti
kambing, ular, serangga, dan udang. Organisme ini hidupnya tergantung pada
organisme lain, dan hidup dengan memakan materi organik.
6) Mikrokonsumen adalah organisme-organisme heterotrof, saprotrof, dan
osmotrof, terutama bakteri dan fungi. Mereka inilah yang memecah materi
organik yang berupa sampah dan bangkai, menguraikannya sehingga terurai
menjadi unsur-unsurnya (bahan anorganik). Kelompok ini juga disebut sebagai
organisme pengurai atau dekomposer.
Komponen-komponen 1, 2, dan 3, merupakan komponen abiotik/ nonbiotik, atau
komponen yang tidak hidup, sedangkan komponenkomponen 4, 5, 6, merupakan
komponen yang hidup atau komponen biotik. Secara fungsional ekosistem dapat
dipelajari menurut enam proses yang berlangsung di dalamnya, yaitu: 1. Lintasan
atau aliran energi. 2. Rantai makanan. 3. Pola keragaman berdasar waktu dan ruang.
4. Daur ulang (siklus) biogeokimiawi. 5. Perkembangan dan evolusi. 6.
Pengendalian atau sibernetika. Konsep ekosistem merupakan konsep yang luas,
yang merupakan konsep dasar dalam ekologi. Konsep ini menekankan pada
hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antara organisme hidup dengan
lingkungannya yang tidak hidup. Setiap ekosistem di dunia ini mempunyai struktur
umum yang sama, yaitu adanya enam komponen seperti tersebut di atas, dan
adanya interaksi antarkomponen-komponen tersebut. Jadi baik itu ekosistem alami
(daratan, perairan) maupun ekosistem buatan (pertanian, perkebunan), semuanya
mempunyai kesamaan. Sering terjadi bahwa proses autotrofik dan heterotrofik,
serta organisme yang bertanggung jawab atas berbagai proses tersebut terpisah
(secara tidak sempurna), baik menurut ruang maupun waktu. Sebagai contoh dapat
disebutkan bahwa di hutan, proses autotrofik, yaitu fotosintesis, lebih banyak
terjadi di bagian kanopi; sedangkan proses heterotrofik lebih banyak terjadi di
permukaan lantai hutan (hal ini terpisah berdasar ruang). Proses autotrofik juga
terjadi pada waktu siang hari, dan proses heterotrofik dapat terjadi baik di siang hari
maupun malam hari (terpisah berdasar waktu). Adanya pemisahan tersebut juga
dapat dilihat pada ekosistem perairan. Pada ekosistem perairan, lapisan permukaan
yang dapat ditembus oleh sinar matahari merupakan lapisan autotrofik. Dalam
lapisan ini proses autotrofik adalah dominan. Lapisan perairan di bawahnya yang
tak tertembus sinar matahari merupakan lapisan heterotrofik. Di dalam lapisan ini
berlangsung proses heterotrofik. Dengan adanya pemisahan berdasarkan ruang dan
waktu tersebut, lintasan energi juga dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Lintasan
merumput (grazing circuit), meliputi proses yang melalui konsumsi langsung
terhadap tumbuhan hidup atau bagian tumbuhan hidup, ataupun organisme hidup
yang lain. 2. Lintasan detritus organik (organic detritus circuit), meliputi akumulasi
7
dan penguraian sampah serta bangkai. Pada umumnya komponen abiotik
merupakan pengendali organisme dalam melaksanakan peranannya di dalam
ekosistem. Bahan-bahan anorganik sangat diperlukan oleh produsen untuk
hidupnya. Bahan-bahan ini juga merupakan penyusun dari tubuh organisme,
demikian juga bahan organik. Bahan organik sangat diperlukan oleh konsumen
(makro maupun mikrokonsumen) sebagai sumber makanan. Produsen dengan
proses fotosintesis adalah merupakan komponen penghasil energi kimia atau
makanan. Merekalah yang menghasilkan energi makanan yang nantinya juga
digunakan oleh konsumen. Kemudian komponen mikrokonsumen atau pengurai
bertanggung jawab untuk mengembalikan berbagai unsur kimia ke alam (tanah),
sehingga nantinya dapat digunakan oleh produsen dan keberadaan ekosistem akan
terjamin. Bilamana peran setiap komponen tersebut tidak dapat berjalan,
kelangsungan ekosistem akan terancam. Demikian pula apabila peran tersebut
berjalan pada kecepatan yang tidak semestinya, misalnya tersendat-sendat,
keseimbangan di dalam ekosistem akan mudah terganggu. Jelaslah bagaimana
masing-masing komponen tersebut berperan di dalam suatu ekosistem, dan
bagaimana keterkaitan komponen yang satu dengan yang lain.
Ekosistem atau sistem ekologi (Anderson,1981) merupakan kesatuan komunitas
biotik dengan lingkungan abiotiknya. Pada dasarnya, ekosistem dapat meliputi
seluruh biosfer dimana terdapat kehidupan, atau hanya bagian-bagian kecil saja
seperti sebuah danau atau kolam. Dalam jangkauan yang lebih luas, dalam
kehidupan diperlukan energi yang berasal dari matahari. Dalam suatu ekosistem
terdapat suatu keseimbangan yang disebut homeostatis, yaitu adanya proses dalam
ekosistem untuk mengatur kembali berbagai perubahan dalam sistem secara
keseluruhan, atau dalam pendekatan yang holistik. Dalam mekanisme
keseimbangan itu, termasuk mekanisme pengaturan, pengadaan dan penyimpanan
bahan-bahan, pelepasan hara makanan, pertumbuhan organisme dan populasi serta
daur bahan organik untuk kembali terurai menjadi materi atau bahan anorganik.
Meskipun suatu ekosistem memiliki daya tahan yang besar terhadap perubahan,
biasanya batas mekanisme homeostatis dapat dipengaruhi bahkan dikalahkan oleh
kegiatan manusia. Misalnya, sebuah sungai yang tercemar oleh pembuangan
limbah yang tidak terlalu banyak sehingga air sungai masih dapat jernih kembali
secara alami. Tetapi jika bahan pencemar yang masuk ke badan air sungai melebihi
kapasitas homeostatis-nya maka sungai akan mengalami penurunan kualitas
peruntukannya bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini daya tampung atau daya
serap alami sudah terlampaui sehingga air sungai mengalami pencemaran.
Sehubungan dengan hal di atas, maka konsep faktor pembatas menjadi hal penting
untuk mengkaji keberadaan (eksistensi) dan pertumbuhan suatu populasi biotik.
Dalam hukum Minimum Liebig dikemukakan bahwa kehidupan sangat tergantung
pada jumlah minimum bahan makanan, sedangkan menurut Hukum Toleransi
Shelford bahwa pertumbuhan dan penyebaran populasi tidak hanya tergantung
pada unsur yang sangat sedikit, tetapi juga dibatasi oleh unsur yang sangat banyak.

8
Organisme memiliki kisaran toleransi yang lebar pada satu faktor lingkungan dan
kisaran yang sempit di lain faktor. Organisme dengan kisaran toleransi yang lebar
untuk semua faktor memiliki penyebaran yang paling luas, demikian sebaliknya.
Hewan pengerat (misalnya tikus) mampu bertahan hidup di berbagai tempat karena
memiliki banyak variasi jenis makanan, sebaliknya Panda dan Koala hanya
memiliki satu atau dua jenis tumbuhan yang menjadi makanannya sehingga
penyebaran kedua hewan ini terbatas pada habitat dan kondisi tertentu pula.
Komponen-komponen ekosistem dapat dibagi berdasarkan ;
Dari segi makanan (trophik)
a. Komponen autrotop (memberi makanan sendiri), disini terjadi
pengikatan energi sinar matahari.
b. Komponen heterotrophik (memakan yang lainnya), disini terjadi
pemakaian, pengaturan kembali dan perombakan bahan-bahan yang
kompleks.
Dari segi keperluan deskriptif
1. Komponen Abiotik, terdiri dari ;
a. Senyawa-senyawa inorganik ( C, H, CO2, H2O dan lainnya) yang
terlibat dalam siklus bahan atau mineral.
b. Senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak dan
seterusnya) yang menghubungkan biotik dan abiotik.
c. Iklim (temperatur, faktor-faktor fisik lainnya)
d. Air
2. Komponen-komponen biomas terdiri dari;
a. Produsen, organisme autotropik, umumnya tumbuhan hijau yang
mampu menghasilkan atau membentuk makanan dari senyawa-
senyawa an-organik yang sederhana.
b. Makro-konsumer atau phagotrof, organisme-organisme
heterotropik terutama hewan yang mencernakan organisme-
organisme atau bagian bahan organik. Mikro-konsumer, saprotrof
(sapro = merombak) atau osmotrop, organisme heterotropik
terutama bakteri dan jamur yang merombak senyawa-senyawa
kompleks dari pada protoplasma mati. Menghisap beberapa dari
hasil perombakan dan melepaskan bahan makanan inorganik yang
dapat digunakan oleh produsen. Menghasilkan senyawa organik
sebagai sumber energi yang dapat menghambat atau meransang
komponen biotik lainnya dalam ekosistem
3. Wiegest dan Owens (1970), membagi heterotrof menjadi;

9
a. Biophag adalah organisme-organisme yang memakan organisme
hidup lainnya.
b. Saprophag adalah organisme-organisme yang memakan bahan-
bahan organik mati.
Dari segi fungsional
a. Lingkaran mineral.
b. Rantai-rantai makanan.
c. Pola-pola keragaman dalam waktu dan ruang.
d. Perkembangan dan evaluasi.
e. Pengendalian (cybernetiks)
Faktor-faktor ekosistem yang merupakan komponen habitat yaitu;
A. Faktor Abiotik
1. Tanah; a. Sifat fisik tanah seperti tekstur, kematangan, porositas,
kapasitas menahan air. b. Sifat kimia tanah seperti pH, kandungan dan jenis
unsur hara (materi)
2. Faktor Iklim Rezim energi, suhu, kelembapan, angin, kandungan
gas/partikel. 3. Faktor air Kecerahan, pH, kandungan unsur.
B. Faktor Biotik;
1. Produsen; tumbuhan hijau, bakteri
2. Konsumen; herbivora, karnivora
3. Dekomposer
C. Faktor Manusia; ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam
Tanah sebagai ekosistem, terdiri atas komponen;
1. Komponen Abiotik; fraksi mineral yaitu sifat fisik dan sifat kimia, kandungan
bahan organik, air tanah, dan atmosfer tanah
2. Komponen Biotik; mikrobiota seperti Algae, Protozoa, Fungi. Mesobiota seperti
Nematoda dan Artipro. Makrobiota seperti cacing, Moluska, Artropoda

Interaksi antar mahluk hidup yang dapat terjadi dalam sebuah ekosistem dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1. Predasi yaitu hubungan antara predator dengan mangsanya. Hubungan
antara tikus dan ular adalah contoh predasi.
2. Kompetisi yaitu hubungan persaingan, seperti hubungan antara pohon
dan rumput yang bersaing mendapatkan unsur hara dan air di dalam

10
tanah.
3. Netral yaitu hubungan tidak saling mengganggu. Contohnya adalah
interaksi pohon dengan ular.
4. Simbiosis yaitu interaksi dua jenis mahkluk hidup yang hidup bersama.
Macam symbiosis diantaranya :
a. Interaksi simbiosis ini ada yang interaksinya saling
menguntungkan (simbiosis mutualisme) dengan contoh
simbiosis antara bunga dan kupu-kupu ;
b. ada yang dalam interaksinya satu organisme mengalami
kerugian sedangkan yang lainnya mengalami keuntungan
(simbiosis parasitisme) contohnya benalu dan pohon
inangnya
c. ada yang dalam interaksinya satu organisme mengalami
keuntungan sedangkan yang lainnya tidak mengalami
kerugian ataupun keuntungan (simbiosis komensalisme)
contohnya ikan hiu dan ikan remora
d. Antibiosis yaitu interaksi dua jenis mahkluk hidup dimana
salah satu mahkluk hidup tersebut mengeluarkan racun
untuk membunuh mahkluk hidup lainnya. Seperti interaksi
antara jamur Penicillium dengan bakteri, dimana jamur ini
mengeluarkan antibiotik yang dapat membunuh bakteri.
• Dalam ekosistem, interaksi bukan hanya antar komponen biotik namun juga interaksi
antara komponen biotik dan abiotik misalnya hubungan antara tanah dan pohon. Pohon
memperoleh unsur hara yang diperlukan untuk tumbuh dari dalam tanah. Disisi lain daun,
ranting pohon yang telah kering dan dibusukkan dapat menambah unsur hara yang ada di
dalam tanah.
• Jika interaksi-interaksi ini terjadi secara dinamis maka ekosistem berada dalam
keseimbangan. Keseimbangan ekosistem ini perlu dipertahankan untuk keberlangsungan
hidup mahkluk hidup didalamnya. Gangguan pada keseimbangan ekosistem akan
memberikan dampak yang buruk.
• Komponen biotik (mahkluk hidup) dan abiotik (komponen tak hidup) saling berhubungan
melalui siklus materi dan aliran energi.
• Siklus materi adalah perputaran materi yang terjadi diantara komponen ekosistem.
Materi yang dimaksud adalah senyawa kimia penyusun tubuh mahkluk hidup seperti air,
karbon, oksigen, nitrogen dan sulfur. Senyawa kimia tersebut berpindah dari komponen
biotik ke abiotik dan kembali lagi ke komponen biotik.
• Aliran energi dalam ekosistem mengalir dan tidak kembali. Energi matahari ditangkap
oleh tumbuhan, kemudian energi tumbuhan digunakan oleh konsumen tingkat pertama,
konsumen tingkat kedua, dan begitu seterusnya. Dari satu tingkat tropik ke tingkat tropik
berikutnya, energi yang berpindah hanya sekitar 10% dari sumber energi yang diperoleh

11
karena sisanya terbuang dalam bentuk panas. Berdasarkan hukum kekekalan energi, energi
hanya berubah bentuk, tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat diciptakan. Di ekosistem
energi panas tidak dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen sehingga energi tidak
kembali lagi ke ekosistem.
• Pada eksosistem terjadi peristiwa makan dan dimakan yang disebut dengan rantai
makanan. Rantai makanan ini saling berkaitan sehingga membentuk jaring-jaring
makanan.
• Piramida makanan adalah diagram yang menampilkan susunan tingkat tropik satu dengan
tingkat tropik berikutnya berdasarkan jumlah atau masa atau jumlah energi pada setiap
tropiknya.
• Tingkat tropik adalah posisi organisme dalam rantai makanan atau jaring makanan.
Tingkat tropik I adalah produsen seperti tumbuhan, tingkat tropik II adalah konsumen I
yang memakan produsen sedangkan tingkat tropik III adalah konsumen II yang memakan
konsumen I.
Keseimbangan suatu ekosistem akan terjadi, bila komponen-komponennya dalam
jumlah yang berimbang. Komponen-komponen ekosistem mencakup : Faktor Abiotik,
Produsen, Konsumen, Detritivora, dan Dekomposer (Pengurai). Di antara
komponenkomponen ekosistem terjadi terjadi interaksi, saling membutuhkan dan saling
memberikan apa yang menjadi sumber penghidupannya. Kita tidak dapat menyangkalnya,
bahwa penyokong kehidupan di dunia adalah diciptakannya oleh Allah mula-mula faktor
abiotik yang menyokong kehidupan tumbuh-tumbuhan sebagai produsen; kemudian
tumbuh-tumbuhan menjadi penyokong kehidupan organisme lainnya (binatang dan
manusia) sebagai konsumen maupun detritivora, dan akhirnya dekomposer (bakteri dan
jamur) mengembalikan unsur-unsur pembentuk makhluk hidup kembali ke alam lagi
menjadi faktor-faktor abiotik; demikian seterusnya terjadilah daur ulang materi dan aliran
energi di alam secara seimbang. Sumber energi untuk kehidupan di bumi adalah energi
matahari, kemudian diikat dan digunakan oleh tumbuhan untuk mensintesis zat-zat
anorganik sederhana menjadi zat-zat organic yang mengandung energi. Kandungan materi
dan energi dari tumbuhan tersebut dipindahkan ke hewan atau manusia melalui proses
rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan, yang akhirnya materi dan energi kembali
beredar lagi ke alam melalui proses pembusukan/perombakan yang dilakukan oleh
dekomposer/pengurai.
Adanya saling ketergantungan antara faktor abiotik dengan faktor biotik, dan hubungan
antarkomponen di dalam faktor biotik sendiri, menunjukkan bahwa kehidupan manusia
bergantung kepada kehidupan makhluk lainnya maupun kehidupan antar manusia sendiri.
Pelajaran ini memberikan petunjuk bahwa manusia tidak bisa menyombongkan diri atau
tidak merasa butuh terhadap lainnya, apalagi manusia sebagai insane sosial sehingga tidak
sepantasnya manusia yang satu membunuh manusia lainnya. Sebagai manusia adalah tidak
berhak mencabut hak orang lain, kecuali kehendak dari Allah.

12
Taman kota yang menyediakan oksigen bagi lingkungan perkotaan dan menyerap
karbondioksida dari pernapasan ribuan manusia yang berbelanja, berjualan, berekreasi,
dan sebagai pekerja lainnya, adalah selayaknya dijaga kelestariannya dan tidak layak
dirusak atau dipetik bunganya oleh para jejaka sebagai tanda cinta kepada kekasihnya.
Beranekaragam tumbuhan yang menyusun taman kota memberikan dampak positif bagi
lingkungan kehidupan kota itu maupun lingkungan lainnya. Belakangan ini diketahui
bahwa berbagai tanaman hias dapat menyerap racun yang ada di udara, air, maupun di
tanah, seperti tanaman hanjuang (Cordylin), rumput kriminil (Alternantera variegate),
balancing, Marantha, Chlorophytum, palem kuning dll. Sungguh indah dan sangat
bermanfaat dari tumbuhan-tumbuhan seperti itu untuk taman rumah, taman sekolah, dan
taman pabrik. Secara filosofi makna sebuah taman sangat penting bagi kehidupan, baik
ditinjau secara kemanfaatannya untuk kebutuhan hidup, sumber inspirasi, ketenangan jiwa
atau hidup, maupun pelajaran yang terdapat pada setiap jenis tanamannya dapat
membangkitkan nilai-nilai praktis, intelektual, sosial, pendidikan, dan nilai religi.
Tumbuhan sebagai komponen produsen dalam ekosistem menjamin kehidupan bagi
organisme lainnya, dan juga komponen ekosistem lainnya. Sekali ekosistem rusak, maka
sulit untuk mengembalikan kepada kondisi asalnya yang seimbang. Sampai sekarang
menunjukkan bahwa hanya planet bumilah yang layak dihuni oleh manusia dan makhluk
hidup lainnya yang dikenal sehari-hari, mengapa kita tidak menjaganya? Adapun
perbedaan dan status berbagai komponen dan unsur-unsurnya dalam suatu ekosistem dapat
dilihat sebagai BDK berikut :

Keterlibatan manusia dalam mempengaruhi suatu Ekosistem dengan


kemajuan ilmu dan teknologi yang tak terkendali bisa menyebabkan terganggunya

13
keseimbangan ekosistem itu. Ketidakbijaksanaan manusia melibatkan diri dalam
kancah kehidupan suatu ekosistem menimbulkan berbagai bencana alam, seperti :
pencemaran lingkungan, 5 kebocoran lapisan ozon yang mengakibatkan kenaikan
panas global bumi, erosi dan ladang kritis/tandus, dan berbagai kerugian yang
menimpa kehidupan manusia sendiri, karena semakin berkurangnya sumber daya
alam dan menurunnya kualitas lingkungan. Faktor abiotik sangat menentukan
dalam sebaran dan kepadatan organisme dalam suatu daerah. Hal ini berkaitan erat
dengan masalah adaptasi dan suksesi organisme terhadap faktor-faktor
lingkungannya. Adaptasi adalah suatu kemampuan makhluk hidup menyesuaikan
diri terhadap kondisi lingkungannya; bisa melalui adaptasi morfologi, fisiologi dan
adaptasi perilaku dari organisme yang berada dalam lingkungan yang
ditempatinya.
Faktor abiotik merupakan penyokong kehidupan makhluk hidup, dimulai
dari tumbuhan sebagai Produsen, kemudian hewan manusia sebagai Konsumen,
maupun organisme lainnya yang berfungsi sebagai Detritivora dan
Dekomposer/Pengurai. Tumbuh-tumbuhan sebagai Produsen tampaknya
merupakan jenis makanan yang pertama ada untuk jenis organisme lainnya,
termasuk oleh manusia. 11 Hubungan faktor Biotik dengan Biotik terjadi, karena
pada dasarnya setiap organisme tidak bisa hidup sendiri, tetapi bergantung kepada
lainnya. Adanya ketergantungan antar organisme ini disebabkan oleh kebutuhan
hidup, seperti mendapatkan makanan, perkembangbiakannya, tempat tinggal
(habitat), dsb.
Pelajaran dari berbagai simbiosis pada makhluk hidup di lingkungan, ada yang bersifat
mutualisme, parasitisme, predatorisme, komensalisme, dan simbiosis antibiosisme, yaitu:

1. Simbiosis Komensalisma, yaitu simbiosis yang bersifat anggota


pasangannya tidak merasa dirugikan, tetapi anggota lainnya diuntungkan.
Misalnya, kehidupan ikan remora (ikan kecil) yang menempel pada tubuh
ikan hiu sewaktu ingin berpindah ke zone perairan lainnya. Ikan hiu ini
tidak menggubris keberadaan ikan remora yang menempel pada tubuhnya.
Beberapa jenis tumbuhan dapat hidup berdampingan sehingga manusia
dapat memanfaatkannya dalam pertanian sistem ganda dan sistem tumpang
sari. Jika ada kehidupan manusia yang kuat ekonominya dapat menjadi
bapak angkat bagi manusia yang ekonomi lemah, maka tampaknya
kemiskinan dalam kehidupan manusia dapat diberantas, dan terciptalah
kehidupan manusia yang adil dan makmur. Allah memperingatkan kepada
manusia yang mendapat rizki yang berlebih diterimanya ada hak bagi
manusia lainnya seperti yang tergolong fakir miskin dan anak yatim-
piatu(Q.S.Al-Mukminun:2-3). 12
2. Simbiosis Mutualisma, yaitu simbiosis yang bersifat saling
menguntungkan. Misalnya, antara golongan algae (ganggang) dengan
jamur yang membentuk lichenes (lumut kerak), baik antara tumbuhan
prokarion dengan tumbuhan eukarion (Cyanophyta dengan Ascomycotina
14
menghasilkan Ascolichenes; contohnya Peltigera) maupun antar tumbuhan
eukarion (Chlorophyta dengan Ascomycotina, contohnya Parmelia; dan
Chlorophyta dengan Basidiomycotina menghasilkan Basidiolichenes,
contohnya Cora pavonia). Bentuk pasangan tumbuhan tingkat rendah ini
menjadi satu kekuatan yang besar menjadi tumbuhan perintis, karena
mereka (lichenes) menjadi mampu hidup di batu-batuan di mana jenis
tumbuhan lain tidak bisa tumbuh di sana. Batuan yang telah ditumbuhi oleh
lichenes akhirnya menjadi lapuk dan berubah menjadi tanah untuk
tumbuhnya jenis tumbuhan lainnya. Bentuk pasangan tumbuhan yang
bersifat kekerabatan atau simbiosis yang saling menguntungkan tersebut
memberikan petunjuk kepada manusia untuk bisa menirunya dalam
kehidupan manusia dan untuk kesejahteraan hidupnya, seperti halnya pada
lichenes yang bersifat simbiosis mutualistis dan diisyaratkan dalam Q.S.Al-
Hujurat:13. Lichenes : (Gk. leichen = lumut kerak, lihens) Suatu organisme
berbentuk thallus sebagi hasil simbiosis antara golongan jamur dengan
algae tertentu, yang dikenal dengan sebutan lumut kerak. Lumut kerak
adalah bukan lumut, hanya ada yang bentuknya mirip lumut hati. Golongan
jamur yang membentuk Lichenes adalah kelas Basidiomycetes dan
Ascomycetes, sedangkan pasangan algae-nya dari golongan Chlorophyta
dan Cyanophyta yang bersel satu. Jamur mengadakan simbiosis dengan
algae, karena ia sendiri tidak dapat berfotosintesis sehingga perlu mendapat
zat-zat makanan dari algae itu, sebaliknya algae bersimbiosis dengan jamur,
karena ia yang tubuhnya bersel satu adalah sangat renta terhadap kondisi
alam sehingga perlu berlindung kepada organisme yang massanya lebih
besar dan memperoleh air secara cukup dari jamur itu. Dengan adanya
simbiosis hidup tersebut, golongan lichens mampu hidup di tempat-tempat
yang makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup padanya, seperti di batuan-
batuan, sehingga dikenal dengans sebutan sebagai organisme perintis bagi
kehidupan di bumi. 13 Bentuk thallus dari Lichenes ada tiga tipe, yaitu: (1)
Tipe Foliose, yaitu: thallusnya serupa lembaran atau memipih cukup lebar
dan mudah dilepaskan dari substratnya; contohnya: Peltigera, Parmelia,
Lobaria, dll. (2) Tipe Fruticose, yaitu: thallusnya berbentuk silindris atau
agak pipih dengan posisi tubuhnya tegak atau menggantung pada suatu
ranting tumbuhan lain; contohnya: Usnea, Cladonia, dan Ramalina, dll. (3)
Tipe Crustose, yaitu: thallusnya berbentuk pipih dan halus melekat dengan
substratnya sehingga dilepaskan dari inangnya; contohnya: Graphis.
3. Simbiosis Parasitisme, yaitu simbiosis yang bersifat salah satu dari
pasangannya ada yang diuntungkan dan yang lainnya dirugikan. Bentuk
simbiosis ini, organisme yang diuntungkan disebut parasit , karena
mengambil keuntungan dari kehidupan organisme lainnya, sedangkan
organisme yang dihisapnya sebagai tempat sumber kehidupan parasitnya
disebut inang atau hospes. Misalnya, antara kehidupan tumbuhan benalu
(Loranthus sp.) dengan tumbuhan pohon lainnya (mangga, alpukat,

15
tanaman teh, dll.). Simbiosis parasitisme antara benalu dengan tanaman teh
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk membuat teh hijau (the anti
kanker), karena tanaman teh ini berdampak membentuk zat semacam
antibody terhadap serangan benalu. Simbiosis parasitisme yang terjadi pada
hewan dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam system pemberantasan
hama secara biologis, yaitu dengan memanfaatkan lalat-lalat Diatraeophaga
strialis (Famili: Tachinidae), jenis lebah tabuhan yang membuat sarangnya
dari tanah adalah hiperparasit terhadap ulat-ulat hama padi, tebu dan
sebagainya.

Berdasarkan cara mendapatkan makanannya dikenal ada dua macam


parasit, yaitu:

a. Parasit sejati ialah parasit yang hidupnya sepenuhnya


bergantung kepada hospesnya, termasuk pula
kebergantungan dalam menyelesaikan daur hidupnya.
Pada golongan tumbuhan yang dikenal sebagai parasit
sejati ialah tumbuhan tali putri (Cuscuta filiformis),
karena ia tidak mengandung klorofil atau tidak dapat 15
berfotosintesis sehingga kehidupannya bergantung kepada
tumbuhan lain. Pada golongan hewan yang bersifat parasit
sejati contohnya, kehidupan lalat Tachinidae terhadap ulat
penggerek batang tebu yang digunakan sebagai tempat
bertelur dan tempat hidupnya larvanya; dengan sifatnya
tersebut lalat ini digunakan sebagai pembeantasan hama
tanaman tebu secara biologis.
b. Semi-parasit ialah parasit yang hidupnya tidak
sepenuhnya bergantung kepada organisme lain, karena ia
sendiri dapat berfotosintesis, hanya sebagian bahan yang
diperlukan bersumber kepada organisme lainnya atau
memerlukan hospes. Contohnya: benalu (Loranthus sp.)
dan paku picisan (Drymoglossum heterophylla).

Berdasarkan jenis hospesnya, dikenal ada beberapa macam parasit seperti:

a. Parasit obligat ialah parasit yang seluruh kehidupannya


memerlukan hospes tertentu, dan hospesnya tidak dapat
digantikan oleh organisme lainnya.
b. Parasit fakultatif ialah parasit yang hidupnya tidak
bergantung pada satu jenis hospes, tetapi dapat berganti-
ganti hospes. Dalam hal hubungan tersebut dikenal ada dua
macam hospes, yaitu:

16
a. Hospes definitif ialah hospes yang digunakan sebagai tempat
melakukan perkembanganbiakan seksual bagi suatu parasit.
Contohnya: nyamuk Anopheles digunakan sebagai tempat
perkembangbiakan seksual (generatif) bagi Plasmodium (penyebab
penyakit malaria).
b. Hospes perantara (karier) ialah hospes yang digunakan sebagai
tempat untuk menyelesaikan satu fase kehidupannya. Contohnya:
siput Limnea javanica digunakan sebagai tempat pembentukan
sporokista dari cacing hati (Fasciola hepatica) sebelum menjadi
cacing dewasanya

~THANK YOU ~

17

You might also like