Professional Documents
Culture Documents
Tujuh Corak Penafsiran Al-Qur'an-1
Tujuh Corak Penafsiran Al-Qur'an-1
Disusun :
FAKULTAS SYARIAH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Studi Qur‟an Hadist. Tidak lupa sholawat dan salam tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang kita nantikan
syafa‟at nya di hari kiamat nanti.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang di
berikan oleh Bapak Dr.Suhadi, M.S.I. makalah ini berisi tentang Tujuh Corak
Penafsiran Al-Qur‟an. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan di dalam
makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini dari
awal hingga akhir. Semoga Allah Swt senantiasa merindhoi segala usaha kita Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ................................................................................................................12
B. Saran ...........................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu tafsir ialah ilmu untuk memahami tentang Al-Qur‟an yang diturunkan
kepada Muhammad Saw dari segala aspek penjelasan maknanya, pengistinbatan,
hukum-hukum, dan hikmah-hikmahnya. Secara umum Islam berpandangan bahwa
kajian terkait ilmu tafsir merupakan salah satu ilmu yang paling mulia dan paling
baik. Hal ini dapat di pahami dari perintah Allah Swt untuk merenungkan
dan memikirkan kandungan makna-makna Al-Qur‟an sebagai petunjuk
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun kajian ilmu tafsir berkaitan dengan corak untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an tidaklah
terlepas dari suatu corak yang terdapat dalam kajian tafsir. Sebab ketika para
penafsir ingin menggali dan memahami ayat-ayat Al-Qur‟an tersebut perlu
menguasai macam-macam corak penafsiran Al-Qur‟an ketika memahami
kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an secara mendalam. Dalam pembahasan kali ini
penulis akan membahas tentang tujuh corak penafsiran Al-Qur‟an.
1
M. Sabir, Konsep-Konsep Dasar Tafsir, Al-Munir: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, vol.1 no.2
(2019):37. https://doi.org/10.24239/al-munir.v1i02.29.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa Arab corak berasal dari kata alwan yang merupakan bentuk
plural dari kata launun yang berarti warna, dalam lisan al-„Arab, Ibnu Manzur
menyebutkan :
Artinya : warna setiap sesuatu merupakan pembeda antara sesuatu dengan sesuatu
yang lain.2
Jadi menurut Ibnu Manzur warna adalah sama dengan jenis dan jika
dinisbatkan kepada orang seperti Fulan mutalawwin, berarti dia memiliki karakter
yang berubah-ubah. Menurut Wilson Munawwir menyebutkan kata laun dalam
Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia sebagai singular dari plural alwan yang
berarti dia memiliki karakter yang berubah-ubah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat kata corak dalam beberapa arti :
Pertama, berarti bunga atau gambar (ada yang berwarna-warni) pada kain
(tenunan,anyaman dan sebagainya), misalnya kalimat “Corak kain sarung itu
kurang bagus”, “Besar-besar corak kain batik itu”. Kedua, berarti jenis-jenis warna
pada warna dasar (kain, bendera dan lain-lain), misalnya kalimat “Dasarnya putih,
coraknya merah. Ketiga, bermakna sifat (paham, macam, bentuk) tertentu,
contohnya kalimat “perkumpulan itu tidak tentu coraknya”.
Jika kata corak di sambungkan dengan kata-kata lain, maka akan memiliki
arti tersendiri, misalnya “Corak bangunan” maksudnya adalah desain bangunan.
Demikian juga kalimat “Corak kasual” maka berarti corak yang sederhana, hal ini
2
Ahmad Sarwat, Tafsir Bercorak Falsafi & Sufi, (Jakarta: Penerbit Rumah Fiqih Publishing), hal.11.
3
terlihat pada kalimat “Untuk memunculkan corak casual, dipilih kerah yang
dikancing dan berwarna cerah”. Arti corak yang dimaksud dalam pembahasan ini
adalah corak yang berarti warna.
Sementara pengertian tafsir secara etimologi berasal dari kata al-fasru yang
berarti jelas dan nyata, dalam Lisan al-Arab Ibnu Manzur menyebutkan al-fasru
berarti membuka tabir, sedangkan at-tafsir artinya menyibak makna dari kata yang
tidak dimengerti.
Dari definisi tafsir secara etimologi di atas maka tafsir memiliki makna
membuka tabir untuk sesuatu yang kasat mata dan juga berarti menyingkap makna
kata. Tafsir secara terminologi menurut al-Zakashi tafsir adalah ilmu untuk
memahami, menjelaskan makna, dan mengkaji hukum-hukum serta hikmah
hukum tersebut dalam kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
3
Ummi Kalsum Hasibuan, dkk. Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran Al-Qur‟an, Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, vol.2 no.2, (2020):242.
https://doi.org/10.32939/ishlah.v2i2.9.
4
Abdul Kholiq, dkk., Mengkaji Corak Tafsir Periode Pertengahan, Jurnal Al Ashriyyah, vol.9 no.01,
(2023):36. https://doi.org/10.53038/alashriyyah.v9i1.162.
4
menunjukkan bahwa Islam sangat mendukung ilmu pengetahuan, baik yang
bersumber dari kalangan timur maupun barat. Meski demikian corak tafsir dapat
diidentifikasi dengan meninjau ittijah (orientasi) dari mufassir, dan itupun sifatnya
hanyalah taqribi (pendekatan dan perkiraan).
Dari sinilah kemudian muncul para Imam Madzhab seperti Abu Hanifah,
Imam Maliki, Imam Asy-Syafi‟i dan Imam Hambali, yang lantas diikuti oleh para
pengikutnya yang memiliki konsentrasi dalam bidang tafsir, sehingga berdampak
5
Abdul Syukur, Mengenal Corak Tafsir Al-Qur‟an, El-Furqania: Jurnal Ushuludin
dan Ilmu-Ilmu Keislaman, vol.1 no.1,(2015):86.
https://doi.org/10.54625/elfurqania.v1i01.877.
5
pada penafsirannya yang memiliki kecenderungan pada pencarian hukum-hukum
fiqh dalam ayat-ayat Al-Qur‟an.
a. Ahkam al-Qur‟an karya al-Jassas yang memiliki corak fiqh madzhab Hanafi
b. Tafsir al-Kabir atau Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razi yang memiliki
corak fiqh madzhab Syafi‟i
c. Al-Jami’ li Ahkam al-Qur‟an karya Abu Abdullah al-Qurtubi yang memiliki
corak fiqh madzhab Maliki
d. Kanzu al-‘Irfan fi Fiqh al-Qur‟an karya Miqdad al-Saiwari yang memiliki corak
fiqh madzhab Ima miyah.
2. Tahfir Falsafi (Filsafat)
Tafsir falsafi adalah tafsir yang dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
menjelaskan ketentuan-ketentuan agama dengan pikiran-pikiran yang telah terurai
dalam filsafat dan menakwilkan kebenaran-kebenaran agama dengan pikiran-
pikiran filsafat.6 Corak tafsir ini muncul akibat tumbuh dan berkembangnya ilmu
agama dan sains di dunia Islam, yang ditandai dengan banyaknya penerjemahan
buku-buku filsafat pada dinasti Abbasiyah. Pada waktu itu buku-buku filsafat
Yunani banyak diterjemahkan dalam bahasa Arab dan saat itu adalah karya Plato
dan Aristoteles.
6
Ahmad Sarwat, Tafsir Bercorak Falsafi & Sufi, (Jakarta: Penerbit Rumah Fiqih Publishing), hal.16.
6
dalam Islam, sehingga berusaha menggabungkan antara agama dan filsafat serta
menghilangkan pertentangan antara keduanya, maka tidak ada salahnya
melakukan penafsiran tersebut. Cara menggabungkan keduanya adalah dengan
melakukan takwil terhadap nash-nash yang sesuai dengan teori-teori filsafat.
Adapun tafsir yang menggunakan corak ini yaitu tafsir al-Kasysyaf karya Az-
Zamakhsyari, Tanzih Al-Qur’an an al-Matha’in karya Al-Qadhi Abdul Jabbar,
Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin Ar-Razi.
Tafsir ilmi adalah tafsir yang memakai pendekatan ilmiah atau membatasi
diri dengan hal-hal yang berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan.7 Corak tafsir
ilmi ini memberikan peluang yang luas bagi mufasir dalam mengembangkan ilmu
pengetahuannya ataupun berbagai potensi keilmuan yang ada dan akan di bentuk
dalam Al-Qur‟an. Perlu diketahui ketika menggunakan corak penafsiran ini adalah
berpegang pada hakikat ilmiah yang dapat dijadikan sebagai rujukan maupun
sandaran, tidak memaksakan diri dalam memahami nash dan tidak sembarangan
dalam menakil nash dengan suatu makna yang diinginkan kesimpulannya. Tetapi
hanya mengambil makna sesuatu dengan pertolongan bahasa dan terkandung
dalam ungkapan tanpa ada paksaan dan sesuai dengan hubungan kalimatnya.
Kitab-kitab tafsir yang menggunakan corak penafsiran ilmi adalah kitab al-
Jawahir fi Tafsir al-Qur’an karangan Thanthawi Jawhari (1287-1358 H) terdiri 13
jilid, 26 juz dan 6335 halaman, kitab al-Tafsir al-Ilmi li al-Ayat al-Kawniyah fi al-
Qur’an karya Hanafi Ahmad dan kitab al-Isyarat al-Ilmiyah fi al-Qur’an al-
Karimkarya Dr. Muhammad Syawqi al-Fanjari.8
Dapat diketahui bahwa corak penafsiran ini muncul seiring dengan
berkembang dan kemajuannya ilmu pengetahuan saat ini dan terdapat suatu
7
Ahmad Suganda, Studi Quran dan Hadis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), hal.144.
8
Ummi Kalsum Hasibuan, dkk. Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran Al-Qur‟an, Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, vol.2 no.2, (2020):244.
https://doi.org/10.32939/ishlah.v2i2.9.
7
usaha bagi para pengkaji tafsir untuk memahami ayat-ayat Al-Qur‟an yang
sejalan dengan perkembangan ilmu.
4. Tafsir Tarbawi (Pendidikan)
Definisi dari tafsir tarbawi sendiri adalah tafsir yang menekankan kepada
tema-tema dan untuk keperluan tarbiyah (pendidikan Islam), sehingga yang
menjadi fokus pada pembahasan tafsir tarbawi yaitu sistem pengajaran yang ada
dalam Al-Qur‟an, seperti bagaimana Luqman mengajari anaknya untuk tidak
menyekutukan Allah Swt, bagaimana Al-Qur‟an mengajarkan umat Islam untuk
berbuat baik kepada kedua orang tuanya, selama orang tuanya tersebut tidak
mengajak pada kesyirikan.
Dalam ayat ini, menampilkan sosok seorang tokoh sebagai teladan bagi
umat Islam, seperti sosok Luqman menjadi pemimpin yang bijak bagi keluarga
dan anak-anaknya.9 Luqman berpesan kepada anaknya agar tidak menyekutukan
Allah Swt, karena menyekutukan Allah Swt termasuk kezaliman yang besar. Hal
ini menurut Ibnu Kathir bisa dimaklumi mengingat orang tua merupakan orang
9
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Jakarta: Penerbit
STAIN Ponorogo Press, 2007), hal.111.
8
yang paling sayang terhadap anaknya, maka pantas jika memberikan yang terbaik
untuk anaknya, dan pelajaran pertama yang diberikan oleh Luqman adalah ajaran
ketauhidan dan peringatan agar menjauh dari berbuat zalim kepada Allah Swt.
Berikut kitab tafsir tahlili : tafsir al-Nasafi (4 jilid 1374 halaman), karya al-
Imam al-Jalil al-Alamah Ali al-Barakat Abdullah bin Ahmad bin Mahmud al-
Nasafi yang dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an sangat kental dengan hal-hal
yang bersifat etik moral.
9
sendiri, seperti muhkam dan mutasyabih, merupakan sumber teoretis tentang
perbedaan penafsiran teologis yang dibangun di atas keyakinan-keyakinan.
Tafsir sufi adalah tafsir yang ditulis oleh para sufi. Sesuai dengan
pembagian dalam dunia tasawuf tafsir ini juga dibagi menjadi dua yaitu tafsir yang
sejalan dengan tasawuf Nazhari disebut tafsir al shufi al Nadhri, dan yang sejalan
dengan tasawuf amali disebut tafsir al faidhi atau tafsir al isyari.10 Tafsir sufi
Nazari adalah tafsir sufi yang berlandaskan pada teori-teori filsafat. Sedangkan,
tafsir sufi al isyari adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an tidak sama dengan
makna lahir dari ayat-ayat tersebut, karena disesuaikan dengan isyarat-isyarat
tersembunyi yabg nampak pada para pelaku ritual sufistik dan bisa jadi penafsiran
mereka sesuai dengan makna lahir sebagaimana yang dimaksud dalam tiap-tiap
ayat tersebut.
Contoh tafsir sufi Nazari dari penafsiran Ibnu Arabi terhadap surat Al-
Baqarah ayat 115 :
Artinya : “Dan milik Allah Swt timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di
sanalah wajah Allah Swt. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”.
10
Hadi, Metodologi Tafsir dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer, (Salatiga: Griya Media,
2020), hal.175.
10
apabila dia dalam ibadah yang tidak membutuhkan penentuan seperti ini, maka
Allah Swt menerima cara menghadap orang tersebut.
Contoh tafsir sufi al isyari dari penafsiran al-Taustari terhadap surat Asy-
Syura ayat 78-81 :
11
Abdul Syukur, Mengenal Corak Tafsir Al-Qur‟an, El-Furqania: Jurnal Ushuludin
dan Ilmu-Ilmu Keislaman, vol.1 no.1,(2015):101.
https://doi.org/10.54625/elfurqania.v1i01.877.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bahasa Arab corak berasal dari kata alwan yang merupakan bentuk
plural dari kata launun yang berarti warna. pengertian tafsir secara etimologi
berasal dari kata al-fasru yang berarti jelas dan nyata, dalam Lisan al-Arab Ibnu
Manzur menyebutkan al-fasru berarti membuka tabir, sedangkan at-tafsir artinya
menyibak makna dari kata yang tidak dimengerti. Corak penafsiran adalah suatu
arah, warna dan kecenderungan pemikiran atau ide yang mendominasi suatu karya
tafsir. Dapat disimpulkan bahwa corak tafsir adalah ragam, jenis dan kekhasan
suatu tafsir, dengan pengertian umum corak tafsir adalah kekhususan suatu tafsir
yang merupakan dampak dari kecenderungan seorang mufasir dalam menjelaskan
maksud ayat-ayat Al-Qur‟an. Tafsir Al-Qur‟an memiliki tujuh corak di antaranya
adalah corak tafsir fiqhi (hukum), falsafi (filsafat), ilmi (ilmu), tarbawi
(pendidikan), Akhlaqi (akhlak), i’tiqadi (teologis) dan sufi (tasawuf).
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sarwat, Tafsir Bercorak Falsafi & Sufi. Jakarta: Penerbit Rumah Fiqih
Publishing.
Ahmad Suganda, Studi Quran dan Hadis. Bandung: CV Pustaka Setia, 2018.
Hadi, Metodologi Tafsir dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer. Salatiga:
Griya Media, 2020.
M. Sabir, Konsep-Konsep Dasar Tafsir, Al-Munir: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
vol.1 no.2 (2019). https://doi.org/10.24239/al-munir.v1i02.29.
Ummi Kalsum Hasibuan, Risqo Faridatul Ulya, Jendri. Tipologi Kajian Tafsir:
Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra Penafsiran Al-Qur‟an, Ishlah:
Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, vol.2 no.2, (2020).
https://doi.org/10.32939/ishlah.v2i2.9.
Abdul Kholiq, Fitroh Ni‟matul Kafiyah, Ibrahim Abdul Jabbar, Mengkaji Corak
Tafsir Periode Pertengahan, Jurnal Al Ashriyyah, vol.9 no.01, (2023).
https://doi.org/10.53038/alashriyyah.v9i1.162.
13