Professional Documents
Culture Documents
Modul Bahan Teknik
Modul Bahan Teknik
BAHAN TEKNIK
Oleh :
REZA ARFI FAISAL, M.T.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI BAHAN TEKNIK
2.1 Pengertian
Bahan/material merupakan kebutuhan bagi manusia mulai zaman dahulu sampai sekarang.
Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan kebutuhan bahan seperti pada transportasi, rumah,
pakaian, komunikasi, rekreasi, produk makanan dll.
Perkembangan peradaban manusia juga bisa diukur dari kemampuannya memproduksi dan
mengolah bahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (jaman batu, perunggu dsb). Pada tahap
awal manusia hanya mampu mengolah bahan apa adanya seperti yang tersedia dialam misalnya :
batu, kayu, kulit, tanah dsb.
Dengan perkembangan peradaban manusia bahan–bahan alam tsb bisa diolah sehingga bisa
menghasilkan kualitas bahan yang lebih tinggi. Pada 50 tahun terakhir para saintis menemukan
hubungan sifat–sifat bahan dengan elemen struktur bahan. Sehingga bisa diciptakan puluhan ribu
jenis bahan yang mempunyai sifat–sifat yang berbeda.
Bahan adalah wujud asal benda kerja. Menurut asalnya bahan terdiri dari:
- Bahan alami yang langsung dipakai : kayu, batu
- Bahan alami yang diproses fisika dan kimia : bijih-bijih logam menjadi logam.
- Bahan buatan yang tidak didapat secara alami tetapi dari bahan mentah melalui proses kimia
yang rumit : gelas, seluloid, dll.
3
- Sifat liat adalah kemampuan suatu bahan untuk berubah bentuk dalam skala yang cukup
besar sebelum pecah akibat pembebanan.
- Sifat elastisitas adalah sifat bahan yang setelah pembebanan kembali kebentuk semula.
- Sifat plastisitas (ductilitas) adalah sifat bahan untuk bertahan pada bentuk yang diberikan
melalui pembebanan dari luar.
- Kekerasan adalah tahanan bahan terhadap desakan benda lain. Dalam penggunaan teknis,
intan digolongkan sebagai bahan paling keras, sebalinya natrium dan kalium adalah sangat
lunak.
- Daya hantar panas adalah kemampuan bahan untuk memindahkan panas di dalam
strukturnya. Sifat ini sangat baik pada bahan perak, sebaliknya kurang baik pada baja.
- Sifat muai panas pada berbagai bahan sangat berbeda-beda. Misalnya aluminium
pemuaiannya lebih besar dari pada baja.
- Daya hantar listrik adalah kemampuan bahan untuk menghantarkan arus listrik. Sifat
tersebut dipengaruhi antara lain parameter kisi, garis tengah badan atom, dan jumlah elektron
yang tersedia. Perak dan tembaga termasuk penghantar listrik yang baik, sedangkan paduan
konstantan dan air raksa adalah pengahantar listrik yang tidak baik.
- Massa jenis bahan adalah massanya dalam 1 cm'. Perbedaan antara logam ringan dan berat
didasarkan atas massa jenis. Logam ringan < 5 gr/cm3 dan logam berat >5 gr/cm3.
- Titik cair/lebur suhu tertentu di mana keadaan agregasi bahan berubah dari padat menjadi
cair. Titik cair logam mempunyai arti penting pada pembentukan paduan.
B. Sifat teknis,
- Sifat mampu cor adalah sifat dapat dicairkan dan selanjutnya dituang sedemikian rupa
sehingga benda kerja bebas pori-pori dan gelembung. Besi tuang termasuk mudah dituang,
sebalinya baja sulit dituang.
- Sifat mampu bentuk panas (sifat mampu tempa dan mampu roll) adalah kemampuan bahan
untuk berubah bentuk secara tetap oleh pengaruh beban dari luar yang bekerja di atas batas
suhu tertentu.
- Sifat mampu bentuk dingin (membengkok, cetak dalam) adalah kemampuan bahan untuk
diubah kedalam bentuk yang telah ditentukan, tanpa pemberian panas.
- Sifat mampu las adalah sifat bahan yang dapat disambung dengan cara mencairkan sebagian
bahan itu. Baja dapat dilas dengan baik, sebaliknya besi tuang sulit dilas.
- Sifat mampu mesin adalah kemampuan bahan untuk diubah kedalam bentuk yang telah
ditentukan dengan cara penyayatan. Bahan keras sulit dikerjakan dengan penyayatan tatal
sebab tahanan potongnya terlalu besar, sedangkan bahan lunak juga sulit dikerjakan dengan
penyayatan tatal karena cenderung melumuri alat potong.
- Sifat mampu keras adalah kemampuan bahan (khusus logam besi) untuk dinaikkan
kekerasan alaminya melalui perubahan structure.
C. Sifat kimiawi.
- Sifat tahan korosi; tahanan bahan terhadap serangan air, gas, asam, larutan garam atau bahan
kimia lain.
4
- Sifat tahan panas; sifat bahan yang tetap tahan pada suhu tinggi dan tidak membentuk lapisan
oksida.
2. Logam Bukan Besi (Non Ferro), semua logam yang tidak mengandung unsur besi atau hanya
sedikit mengandung unsur besi. Logam bukan besi dikelompokkan lagi menjadi logam
berat dan logam ringan.
Logam-logam ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu logam berat dan logam ringan.
- Logam berat Adalah logam-logam bukan besi yang mempunyai berat jenis tinggi
(m.j>5000 kg/m3). Logam yang paling penting adalah tembaga (Cu) karena logam ini
banyak juga digunakan dalam bentuk murni, tetapi kebanyakan sebagai paduan tembaga
seperti kuningan dan perunggu. Jenis logam berat yang lain seperti timbel (timah hitam),
timah putih, nikel, dan chrom.
- Logam ringan adalah logam-logam bukan besi yang mempunyai berat jenis rendah
(m.j<5000 kg/m3), terutama Aluminium dan Magnesium.
Aluminium banyak dipakai dalam bentuk murni, tetapi lebih sering sebagai aluminium
paduan. Aluminium banyak juga dipadu dengan silicium (silumin), tembaga (duralium),
dan magnesium.
Magnesium boleh dikata tidak digunakan dalam dunia teknik dalam keadaan tidak
terpadu. Paduan-paduan magnesium dinyatakan juga dengan nama kumpulan elektron.
5
Titanium jarang sekali dipakai dalam dunia teknik, oleh karena sangat mahal harganya.
Ia merupakan bahan yang sangat ringan dengan kekuatan yang tinggi karena itu dipakai
dalam penjelajahan ruang angkasa.
B. Bahan bukan logam, adalah semua jenis bahan yang tidak mengandung unsur logam atau hanya
sedikit mengandung unsur logam. Bahan Non logam dibedakan menjadi :
- Bahan alami, yaitu bahan yang langsung diperoleh dari alam, contohnya kayu, batu,
pasir dan lain-lain.
- Bahan sintetis, yaitu bahan yang diolah secara sintetis dengan cara merubah komposisi
kimianya, contoh : plastik, karet sintetis, damar sintetis dan lain-lain.
Bahan bukan logam adalah mencakup bahan organik yang berasal dari alam (tumbuh-
tumbuhan atau hewan atau bahan yang mengandung karbon). Karet alam, kertas, minyak, gas
alam, kulit, kayu, dan plastik (termo setting dan termoplastik). Mineral-mineral, batu-batuan,
semen beton, keramik, gelas dan grafit (terdiri dari karbon juga, namun memiliki struktur
tersendiri) masuk ke dalam kelompok bahan anorganik. Antara bahan organik dengan bahan
anorganik terdapat perbedaan mendasar. Bahan organik umumnya larut dalam cairan organik
seperti alkohol, akan tetapi sukar larut dalam air. Bahan anorganik umumnya lebih tahan
terhadap panas dibandingkan dengan bahan organik.
6
BAB III
STANDARISASI BAHAN TEKNIK
3.1 Pendahuluan
Standardisasi adalah usaha bersama membentuk standar. Standar adalah sebuah aturan,
biasanya digunakan untuk bimbingan tetapi dapat pula bersifat wajib (paling sedikit dalam
praktik), memberi batasan spesifikasi dan penggunaan sebuah objek atau karakteristik sebuah
proses dan/atau karakteristik sebuah metode.
Hakiki dan tujuan standar ini dapat digambarkan melalui contoh sebagai berikut : jika
seluruh dunia memproduksi kran dan pipa air dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, maka
tidaklah mungkin berbagai pipa saling bersambung karena masing-masing pipa tidak serasi
dengan pipa lainnya. Untuk itu diperlukan adaptor. Bilamana setiap produsen pipa dan keran air
boleh memproduksi pipa semaunya tanpa memperhatikan ukuran pipa produsen lain, maka
hasilnya terjadi kekacauan.
Masing-masing pipa tidak setara (kompatibel) dengan pipa produk lain, terjadi
pembuangan uang, waktu, tenaga; pasaran akan terpecah menjadi segmen-segmen kecil,
masing-masing dikuasai oleh pipa ukuran tertentu. Pada akhirnya akan terjadi kemandegan.
Sebaliknya bila masing-masing produsen membuat pipa dan keran air sesuai dengan ukuran dan
model yang disepakati bersama (ini disebut standardisasi) maka pembakuan tersebut akan
menyederhanakan produksi, memperluas pasar. produk tertukarkan dengan produk lain serta dapat
disambung dengan pipa produk pabrik lain.
Standar berasal dari bahasa Prancis Kuno artinya titik tempat berkumpul, dalam bahasa
Inggris Kuno merupakan gabungan kata standan artinya berdiri dan or (juga bahasa Inggris Kuno)
artinya titik. (Merriam-Webster, 2000) kemudian diserap dalam bahasa Inggris sebagai kata
standard (Pengantar standardisasi, 2009). Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan consensus semua pihak yang
terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan
masa yang akan dating untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (Peraturan Pemerintah,
2000).
Adapun ISO (International Organization for Standardization) membei batasan standar
sebagai …. a document, established by consensus and approved by a recognized body, that
provides, for common and repeated use, rules, guidelines or characteristics for activities or their
results, aimed at the achievement of the optimum degree of order in a given context … Juga
dinyatakan bahwa standar hendaknya berdasarkan artas hasil ilmu pengetahuanm teknologi dan
7
pengalaman yang telah terkonsolidasi dan bertujuan peningkatan manfaat komunitas yang
optimum ( ISO/IEC, 2004). Dari kata standar muncul kata standardisasi artinya proses
merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib
melalui kerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan (Peraturan Pemerintah, 2000).
Standar yang berlaku di sebuah negara sering disebut standar nasional, dikeluarkan oleh
badan standar masing-masing negara. Contoh di Indonesia oleh Badan Standardisasi Nasional
(BSN), American National Standards Institute (ANSI), Deutsches Institute fur Normung (DIN),
British Standard Instiutute (BSI) dll. Pada tingkat internasional dikenal International
Organization for Standardization, lebih dikenal dengan singkatan ISO (periksa bagian akhir
makalah ini) yang mengeluarkan standar ISO.
Standar ISO memberikan manfaat teknologi, ekonomi dan masyarakat sebagai berikut :
1. Untuk bisnis, pemencaran standar ISO memungkinkan pemasok dapat mengembangkan dan
memberikan produk dan jasa sesuai dengan spesifikasi yang diterima di pasar internasional.
Karena itu bisnis yang menggunakan standar ISO mampu bersaing di pasar dunia.
2. Untuk innovator teknologi baru, standar ISO menyangkut aspek terminologi, keserasian atau
kompatibilitas dan keselamatan mempercepat pemencaran inovasi dan pengembangannya
dalam produk yang dapat dimanufaktur dan terpasarkan.
3. Untuk konsumen seluruh dunia, kompatibilitas teknologi sejagad akan tercapai bila produk
dan jasa didasarkan pada standar ISO; dengan demikian konsumen memilihi banyak pilihan.
Misalnya bilai pisau silet berbagai merek namun standarnya sama akan menguntungkan
konsumen karena konsumen dapat memilih berbagai merek namun standarnya sama.
Konsumen juga memperoleh keuntungan karena produsen bersaing untuk memasarkan
produknya.
4. Untuk pejabat bidang perdagangan, standar internasional membuat adanya “lapangan
permainan yang searas’ bagi semua competitor pada pasar yang sama, misalnya para pesaing
8
memasarkan aki yang sesuai dnegan stanbdar internasional di semua negara. Bila ada negara
atau kawasan yang menggunakan standar yang berbeda maka hal itu merupakan hambatan
bagi perdagangan. Standar merupakan sarana teknis bagi penerapan kesepakatan
perdagangan.
5. Bagi pemerintahan, standar internasional merupakan landasan teknologi dan ilmiah yang
mendukung legislasi kesehatan, keselamatan dan lingkungan. Misalnya standar pendingin
udara versi Uni Eropa R2 kini diterapkan pada hampir semua kendaraan bermotor.
6. Bagi negara berkembang, standar internasional yang mewakili consensus internasionakl
menyangkut keadaan tyerkini merupakan sumber tahu bagaimana pengetahuan. Dengan
standar internasional member batasan karakter jasa dan produk yang diharapkan memenuhi
kebutuhan ekspor maka negara berkembang berpacu memenuhi standar internasional.
7. Bagi konsumen, kesetaraan atau konformitas produk dan jasa dengan standar internaisonal
dapat menjamin kualitas, keamananan dan keandalan produk dan jasa.
8. Bagi siapa saja, standar internasional menjamin bahwa angkutan, mesin dan alat yang
digunakan adalah aman.
10
standarisasi yang dibuat oleh JIS berada dibawah pengawasan JISC (Japan Industrial Standard
Comitte), dan hasil dari standard yang telah dibuat dipublikasikan oleh JSA (Japan Standard
Asosiation).
6. DIN (Deutsches Institut fur Normung / German institute for Standardization)
Adalah organisasi nasional Jerman untuk standarisasi. DIN terdaftar secara legal di
Registered German Asosiation (RGA) yang berpusat di Berlin. DIN telah membuat beribu – ribu
standar, salah satunya adalah DIN 476.
DIN 476 adalah standar yang paling dikenal, dan merupakan standar pertama yang
dikeluarkan oleh DIN.
7. SNI (Standar Nasional Indonesia)
Adalah satu – satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan
oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional.
3.5 Contoh Penulisan Standarisasi Baja Karbon menurut AISI - SAE
Standarisasi baja karbon digunakan untuk menggolongkan baja karbon berdasarkan
komposisi kimia, penetapan standarisasi baja karbon menurut American Iron and Steel Institut
(AISI) dan Society of Automotive Enginers (SAE) mempergunakan nomor atau angka dan huruf.
Adapun cara yang ditentukan AISI dan SAE dalam menetapkan standarisasi baja karbon sebagai
berikut :
a. Sistem Angka
1) Angka pertama menunjukkan jenis – jenis baja karbon dan paduannya, contoh :
Angka 1 untuk baja karbon 1xxx
Angka 2 untuk baja karbon dengan paduan nikel 2xxx
Angka 3 untuk baja karbon dengan paduan nikel dan chrom 3xxx
Angka 4 untuk baja karbon dengan paduan molybdenum 4xxx
2) Angka kedua menunjukkan prosen campuran baja yang mendekati
misal : AISI dan SAE 23xx adalah menunjukkan baja karbon paduan nikel dengan campuran
nikel kira-kira 3%.
11
b. Sistem Huruf
Huruf awal memberi arti pada dapur yang digunakan dalam proses peleburan pada
pembuatan baja, yaitu sebagai berikut :
Huruf A untuk baja karbon yang dihasilkan dari dapur Siemens Martin
Huruf B untuk baja karbon yang dihasilkan dari dapur Bessemer
Huruf C untuk baja karbon yang dihasilkan dari dapur Open Heart untuk baja karbon basa
Huruf D untuk baja karbon yang dihasilkan dari dapur Open Heart untuk baja karbon asam
Huruf E untuk baja karbon yang dihasilkan dari dapur listrik
Contoh :
AISI C1050 artinya: material baja karbon yng proses peleburan menggunakan Tungku basic open
hearth, kadar karbon pada baja 0,50%.
Cara penulisan standard :
SAE 1 0 40 :
SAE 5 1 20 :
SAE 2 5 15 :
Nikel (0,15%)
Major alloy Elementer (5% Nikel)
Indicates (2 Nikel Steel)
12
AISI C 5 1 20 :
Table 2.1 Contoh Standar AISI – SAE untuk Baja Karbon dan Paduan
13
Tabel 2.2. Contoh Standard AISI – UNS Tool Steel
14
BAB IV
SIFAT – SIFAT BAHAN TEKNIK
4.1 Pendahuluan
Dalam pemakaiannya, semua partikel dan struktur logam akan terkena pengaruh gaya luar
yang dapat menimbulkan tegangan-tegangan sehingga menimbulkan deformasi atau perubahan
bentuk. Untuk menjaga terhadap akibat yang timbul dari adanya tegangan-tegangan tersebut serta
mempertahankannya pada batas-batas yang diperbolehkan bagi suatu pembebanan, maka
diperlukan pemahaman tentang bahan-bahan yang cocok untuk suatu keperluan dari berbagai
perencanaan.
Pembuatan barang jadi atau setengah jadi, mestinya sudah didasarkan atas sifat-sifat yang
khas dari bahan, baik kekerasanya, keuletannya, kekokohannya, dsb. Pengetahuan yang mendalam
dari sifat- sifat yang khas tersebut didasarkan pada hasil percobaan yang diselenggarakan berbagai
keadaan beban, arah beban, serta dalam waktu pembebanan.
Percobaaan bahan untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki itu dapat dilakukan dengan
beban statis, dinamis, atau kedua-duanya. Percobaan dengan beban statis ialah apabila beban
ditingkatkan secara teratur sedikit demi sedikit. Misalnya pada percoban tarik, percobaan puntir,
percobaan bengkok, dan kompresi. Percobaan dengan beban dinamis adalah apabila beban
ditingkatkan secara cepat dan mendadak. Percobaan berulang-ulang atau fatique (gabungan antara
beban statis dan beban dinamis), ialah apabila bebannya diberikan secara berulang-ulang dan
berubah-ubah arahnya maupun besarnya beban.
15
lainnya, jadi tidak harus mencari bahan lain yang selain kuat juga tahan korosi. Beberapa sifat
mekanik yang penting antara lain :
1) Kekuatan (strength) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis
beban yang bekerja, yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan kekuatan torsi dan
kekuatan lengkung.
2) Kekerasan (hardness) dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk tahan terhadap
penggoresan, pengikisan (abrasi), indentasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat
tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunyai korelasi dengan kekuatan.
3) Kekenyalan (elasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
Bila suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Bila tegangan
yang bekerja besarnya tidak melewati suatu batas tertentu maka perubahan bentuk yang
terjadi hanya bersifat sementara, perubahan bentuk itu akan hilang bersama dengan hilangnya
tegangan, tetapi bila tegangan yang bekerja telah melampaui batas tersebut maka sebagian
dari perubahan bentuk itu tetap ada walaupun tegangan telah dihilangkan. Kekenyalan juga
menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan
bentuk yang permanen mulai terjadi, dengan kata lain kekenyalan menyatakan kemampuan
bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima beban yang
menimbulkan deformasi.
4) Kekakuan (stiffness) menyatakan kemampuan bahan menerima tegangan atau beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal
kekakuan ini lebih penting dari pada kekuatan.
5) Plastisitas (plasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi
plastik (yang permanen) tanpa mengakibatkan fatah. Sifat ini sangat diperlukan bagi bahan
yang akan diproses dengan berbagai proses pembenlukan seperti forging, rolling, extruding
dan lainya. Sifat ini sering juga disebut sebagai keuletan (ductility). Bahan yang mampu
mengalami deformasi plastik cukup banyak dikatakan sebagai bahan yang mempunyai
keuletan tinggi, bahan yang ulet (ductile). Sedang bahan yang tidak menunjukkan terjadinya
deformasi plastik dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan rendah atau getas
(brittle).
6) Ketangguhan (toughness) menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap energi tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi
yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja pada suatu kondisi tertentu. Sifat ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur.
7) Kelelahan (fatique) merupakan kecenderungan pada logam untuk patah bila menerima
tegangan berulang-ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh di bawah batas kekuatan
elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh
kelelahan. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat ini juga sulit
diukur karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.
16
8) Merangkak (creep) merupakan kecendrungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik
yang besarnya merupakan fungsi waktu, pada saat bahan tadi menerima beban yang besarnya
relatif tetap.
Berbagai sifat mekanik di atas juga dapat dibedakan menurut cara pembebanannya,
yaitu sifat mekanik statis, sifat terhadap beban statik, yang besarnya tetap atau berubah dengan
lambat, dan sifat mekanik dinamik, sifat mekanik terhadap beban yang berubah-ubah atau
mengejut. Ini perlu dibedakan karena tingkah laku bahan mungkin berbeda terhadap cara
pembebanan yang berbeda.
17
Gambar 3.1 Tipe pembebanan pada bahan
2) Deformasi Elastis
Besarnya bahan mengalami deformasi atau regangan bergantung kepada besarnya
tegangan. Pada sebagian besar metal, tegangan dan regangan adalah proporsional dengan
hubungan :
3) Deformasi Plastis
Pada kebanyakan logam, deformasi elastis hanya terjadi sampai regangan 0.002. Jika bahan
berdeformasi melewati batas elastis, tegangan tidak lagi proporsional terhadap regangan. Daerah
ini disebut daerah plastis.
18
Gambar 3.2 Kurva regangan - tegangan
Pada daerah plastis, bahan tidak bisa kembali ke bentuk semula jika beban dilepaskan. Pada
tinjauan mikro deformasi plastis mengakibatkan putusnya ikatan atom dengan atom tetangganya
dan membentuk ikatan yang baru dengan atom yang lainnya. Jika beban di lepaskan, atom ini tidak
kembali keikatan awalnya.
19
kimia langsung dan elektro kimia, maka sifat-sifat kimia dari suatu logam sangat perlu diketahui
dalam hal pemilihan bahan untuk suatu konstruksi.
20
BAB V
PROSES PEMBUATAN BESI DAN BAJA
21
Gambar 5.2 Dapur Tinggi
5.2 Proses Pembuatan Baja
Besi kasar dari hasil proses dapur tinggi, kemudian diproses lanjut untuk dijadikan berbagai
jenis baja. Ada beberapa proses yang dilakukan untuk merubah besi kasar menjadi baja.
1. Dapur Baja Oksigen (Proses Bassemer)
Pada dapur baja oksigen dilakukan proses lanjutan dari besi kasar menjadi baja, yakni
dengan membuang sebagian besar karbon dan kotoran-kotoran (menghilangkan bahan-bahan
yang tidak diperlukan) yang masih ada pada besi kasar. Ke dalam dapur dimasukkan besi bekas,
kemudian baru besi kasar, tapi sebagian fabrik baja banyak yang langsung dari dapur tinggi,
sehingga masih dalam keadaan cair langsung disalurkan ke dapur Oksigen. Kemudian, udara
(oksigen) yang didinginkan dengan air dan kecepatan tinggi ditiupkan ke cairan logam. Ini akan
bereaksi dengan cepat antara karbon dan kotoran-kotoran lain yang akan membentuk terak
yang mengapung pada permukaan cairan. Dapur dimiringkan, maka cairan logam akan keluar
melalui saluran yang kemudian ditampung dalam kereta-kereta tuang. Untuk mendapatkan
spesifikasi baja tertentu, maka ditambahkan campuran lain sebagai bahan paduan. Hasil
penuangan ini dapat langsung dilanjutkan dengan proses pengerolan untuk mendapatkan
bentuk/profil yang diinginkan.
22
Gambar 5.3 Dapur Baja Oksigen
23
Gambar 5.4 Dapur Baja Terbuka
3. Dapur Baja Listrik
Panas yang dibutuhkan untuk pencairan baja adalah berasal arus listrik yang disalurkan
dengan tiga buah elektroda karbon dan dimasukkan/diturunkan mendekati dasar dapur.
Penggunaan arus listrik untuk pemanasan tidak akan mempengaruhi atau mengkontaminasi
cairan logam, sehingga proses dengan dapur baja listrik merupakan salah satu proses yang
terbaik untuk menghasilkan baja berkualitas tinggi dan baja tahan karat (stainless steel). Dalam
proses pembuatan, bahan-bahan yang dimasukkan adalah bahan-bahan yang benar-benar
diperlukan dan besi bekas. Setelah bahan-bahan dimasukkan, maka elektroda-elektroda listrik
akan memanaskan bahan dengan panas yang sangat tinggi (+ 7000oC), sehingga besi bekas dan
bahan-bahan lain yang dimasukkan dengan cepat dapat mencair. Adapun campuran-campuran
lain (misalnya untuk membuat baja tahan karat) dimasukkan setelah bahan-bahan menjadi cair
dan siap untuk dituang.
24
Gambar 5.6 Proses Pengolahan Baja
25
BAB VI
PENGUJIAN DESTRUCTIVE TEST (DT)
Pengujian spesimen adalah salah satu tahapan yang sangat penting untuk menjamin mutu
dan kualitas suatu material, komponen atau bahan tertentu untuk memastikan layak digunakan
serta sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan atau tidak.
Ada dua jenis pengujian yakni pengujian yang bersifat merusak struktur fisik bahan
tersebut yaitu berupa uji tarik, uji impak, uji kekerasan dan lain sebagainya. Tujuan dilakukan
pengujian yang bersifat merusak adalah untuk mengetahui sifat dari material atau bahan yang
dilakukan pengujian.
2) Regangan adalah perubahan panjang per satuan panjang dan dapat dihitung sebagai berikut :
Dimana lo adalah panjang awal sedangkan l adalah panjang spesimen setelah mendapat beban
P.
26
Gambar 6.1 Spesimen uji tarik
Gambar 6.2 Kurva tegangan-regangan hasil uji tarik, (a) baja karbon rendah,
(b) baja karbon tinggi (annealed).
E adalah kemiringan kurva tegangan-regangan sampai batas proporsional dan disebut sebagai
Modulus Elastisitas material atau Modulus Young. E adalah merupakan ukuran kekakuan
material pada batas elastisnya.
- Batas elastis (elastic limit)
Titik el pada Gambar 6.2a adalah batas elastis, atau titik dimana bila batas ini terlewati,
material akan mengalami perubahan permanen atau deformasi plastis. Batas elastis ini juga
merupakan tanda batas daerah perilaku elastis dengan daerah perilaku plastis.
- Kekuatan luluh (Yield Strength)
27
Pada titik y, material mulai mengalami luluh dan laju deformasinya meningkat. Titik ini
disebut titik luluh (yield point) dan nilai tegangan pada titik ini didefinisikan sebagai kekuatan
luluh material (Sy). Untuk material yang tidak mempunyai titik luluh yang jelas, kekuatan
tariknya harus didefinisikan dengan menggunakan garis offset. Garis offset ini digambar
paralel dengan kurva elastis dan di-offset sejauh 0,2% dari regangan total pada sumbu
regangan.
- Kekuatan tarik ultimat (Ultimate Tensile Strength)
Tegangan pada kurva tegangan-regangan akan terus meningkat sampai mencapai puncak atau
nilai kekuatan tarik ultimat (Sut) pada titik u. Pada Gambar 6.2 terdapat dua kurva pada
masing-masing gambar. Kedua kurva ini adalah kurva tegangan-regangan teknik (engineering
stress-strain curve) dan kurva tegangan-regangan sebenarnya (true stress-strain curve). Pada
kurva tegangan-regangan teknik, perhitungan tegangan dan regangan dilakukan dengan
menggunakan luas penampang awal, Ao, dan panjang ukur awal, lo, sedangkan pada kurva
tegangan-regangan sebenarnya perhitungan dilakukan dengan memperhitungkan perubahan
luas penampang dan panjang sebenarnya.
- Keuletan (ductility) adalah sifat material yang didefinisikan sebagai kecenderungan material
untuk mengalami deformasi secara signifikan sebelum patah. Adapun ukuran keuletan suatu
material diukurdengan menggunakan persen perpanjangan sebelum patah atau persen
pengurangan luas sebelum patah. Material dengan perpanjangan lebih dari 5% pada saat patah
dianggap sebagai material ulet.
- Kegetasan adalah sifat material yang didefinisikan sebagai ukuran tidak adanya deformasi
sebelum patah. Contoh bentuk patahan spesimen untuk material ulet dan getas ditunjukkan
pada Gambar 6.3
Gambar 6.3 (a) Spesimen baja ulet setelah patah, (b) Spesimen besi cor getas setelah patah
28
lengkap. Contoh bentuk akhir uji tekan untuk material getas dan ulet ditunjukkan pada Gambar
6.4.
Gambar 6.4 Spesimen uji tekan setelah patah, (a) baja ulet, (b) besi cor getas
Gambar 6.5 Spesimen uji tekuk setelah gagal, (a) baja ulet, (b) baja karbon getas
Gambar 6.6 Spesimen uji puntir setelah gagal, (a) baja ulet, (b) besi cor getas.
29
6.5 Uji Kekerasan (Hardness)
Uji keras dilakukan untuk mendapatkan sifat kekerasan material. Kekerasan biasanya dapat
dinyatakan dalam tiga skala yaitu Brinell, Rockwell, atau Vickers. Perbedaan utama dari ketiga
skala ini adalah pada beban dan indentor yang digunakan dalam pengukurannya. Masing-masing
skala ini mempunyai kelebihan dimana Vickers hanya butuh satu setuppengujian untuk semua
material, Rockwell akan memberikan kesalahan operator yang lebih kecil karena tidak perlu
mikroskop, sedangkan Brinell dapat dengan mudah dikonversikan kedalam kekuatan tarik
ultimate-nya.
1) Metode Brinell
Pengujian Brinell adalah salah satu cara pengujian kekerasan yang paling banyak digunakan.
Pada pengujian Brinell digunakan bola baja yang dikeraskan sebagai indentor. Indentor ini
ditusukkan ke permukaan logam yang diuji dengan gaya tekan tertentu selama waktu tertentu
pula (antara 10 sampai 30 detik). Karena penusukan (indentasi) itu maka pada permukaan logam
tsb akan terjadi tapak tekan yang berbentuk tembereng bola. Kekerasan Brinell dihitung sebagai
berikut :
dimana :
P = gaya tekan (kg)
D = diameter bola indentor (mm)
d = diameter jejak indentor (mm)
Tabel 6.1 Nilai aproksimasi kekerasan equivalen dan kekuatan tarik ultimat untuk baja
30
Untuk dapat menghitung kekerasan material, perlu dilakukan pengukuran diameter
indentasi. Pengukuran diameter indentasi ini dilakukan menggunakan mikroskop. Proses
pengujian kekerasan Brinell dan pengukuran diameter indentasi dapat dilihat pada Gambar 6.7
31
2) Metode Rockwell
Pengujian Rockwell termasuk dalam pengujian kekerasan makro. Pengujian metode
Rockwell merupakan pengujian yang paling banyak digunakan secara luas. Hal ini dikarenakan
pengujian dengan metode Rockwell mudah dan cepat untuk dilakukan. Pada pengujian Rockwell
terdapat dua jenis pembebanan yaitu pembebanan mayor dan minor. Pembebanan mayor
merupakan pembebanan utama yang digunakan untuk mendapatkan nilai kekerasan material yang
diuji. Besar pembebanan mayor yang dilakukan bergantung pada jenis indentor yang digunakan.
Sementara pembebanan minor merupakan pembebanan yang digunakan untuk menambah akurasi
pengukuran serta menghilangkan gaya tolak dari spesimen. Pada pengujian Rockwell digunakan
pembebanan minor sebesar 10 kgf dan pembebanan mayor sebesar 60, 100 dan 150 kgf. Pengujian
Rockwell digunakan untuk benda kerja yang tidak memerlukan perlakuan khusus. Hal ini
dikarenakan nilai kekerasan Rockwell bergantung pada kedalaman indentasi yang dihasilkan.
Sehingga diperlukan pembebanan yang lebih rendah untuk mendapatkan hasil pengujian yang
valid. Pada pengujian Rockwell terdapat beberapa macam indentor yang digunakan. Masing-
masing indentor yang digunakan akan menghasilkan nilai kekerasan dengan skala yang berbeda.
Skala untuk pengujian kekerasan Rockwell dapat dilihat pada tabel 6.2.
Tabel 6.2 Skala pengujian kekerasan Rockwell
Simbol Skala Indentor Beban Mayor (kgf)
A Intan 60
B Bola baja 1/16 inchi 100
C Intan 150
D Intan 100
E Bola baja 1/8 inchi 100
F Bola baja 1/16 inchi 60
G Bola baja 1/16 inchi 150
H Bola baja 1/8 inchi 60
K Bola baja 1/8 inchi 150
L Bola baja 1/4 inchi 60
M Bola baja 1/4 inchi 100
P Bola baja 1/4 inchi 150
R Bola baja 1/2 inchi 60
S Bola baja 1/2 inchi 100
V Bola baja 1/2 inchi 150
3) Metode Vickers
Metode Vickers ini berdasarkan pada penekanan oleh suatu gaya tekan tertentu oleh sebuah
indentor berupa pyramid diamond terbalik dengan sudut puncak 136º ke permukaan logam yang
akan diuji kekerasannya, dimana permukaan logam yang diuji ini harus rata dan bersih. Angka
kekerasan Vikers (VHN) didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan. Pengujian
32
Vikers dapat dilakukan tidak hanya pada benda yang lunak akan tetapi juga dapat dilakukan
padabahan yang keras. Bekas penekanan yang kecil pada penggujian Vickers mengakibatkan
kerusakan bahan percobaan relatif sedikit. Pada benda kerja yang tipis atau lapisan permukaan
yang tipis dapat diukur dengan gaya yang relatif kecil.
Keterangan:
P = Beban yang digunakan (kg)
L = Panjang diagonal rata-rata (mm)
θ = sudut antara permukaan intan yang berlawanan = 136°
Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan pada pekerjaan penelitian, karena metode tersebut
memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu, untuk suatu beban tertentu dan digunakan
pada logam yang sangat lunak, yakni DPH-nya 5 hingga logam yang sangat keras dengan DPH
1500.
Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian metode Vickers adalah uji kekerasan
Vickers tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian tersebut lamban,
memerlukan persiapan permukaan benda uji yang hati-hati, dan terdapat pengaruh kesalahan
manusia yang besar pada penentuan panjang diagonal.
33
Lekukan yang benar terbuat dari penumbuk piramida intan harus berbentuk bujur sangkar.
Akan tetapi, penyimpangan yang telah dijelaskan untuk uji brinell sering juga terdapat pada
penumbuk piramida gambar 6.9.a, lekukan bantal jarum pada gambar 6.9.b adalah akibat
terjadinya penurunan logam disekitar permukaan piramida yang datar. Keadaan demikian terdapat
pada logam-logam yang dilunakan dan mengakibatkan pengukuran panjangdiagonal yang
berlebihan. Lekukan berbentuk tong pada gambar 6.9.c mengalami proses pengerjaan dingin.
Bentuk demikian diakibatkan oleh penimbunan ke atas logam-logam disekitar permukaan
penumbuk. Ukuran diagonal pada kondisi demikian akan menghasilkan luas permukaan kontak
yang kecil, sehingga menimbulkan kesalahan angka kekerasan yang besar ada koreksi empiris
untuk menanggulangi pengaruh hal di atas.
34
Gambar 6.10 (a) mesin uji lelah R.R. Moore, (b) Beban dinamik bolak-balik
yang dialami spesimen
Hasil uji lelah material dapat ditampilkan dalam bentuk diagram S-N yang menyatakan
hubungan tegangan dengan jumlah siklus.
Gambar 6.11 Diagram S-N hasil uji lelah untuk material baja
35
Gambar 6.12 Metode Impak Charpy dan Izod
Pada metode Charpy, batang uji diletakkan mendatar dan ujung -ujungnya ditahan ke arah
mendatar oleh penahan yang berjarak 40 mm. Bandul berayun akan memukul batang uji tepat di
belakang takikan. Untuk pengujian ini digunakan sebuah mesin dimana suatu batang dapat berayun
dengan bebas. Pada ujung batang dipasang pemukul yang diberi pemberat. Batang uji diletakkan
di bagian bawah mesin dan batang takikan tepat berada pada bidang lintasan pemukul.
Pada pengujian ini bandul pemukul dinaikkan sampai ketinggian tertentu H. Pada posisi
ini pemukul memiliki energi potensial sebesar WH (W = berat pemukul). Dari posisi ini pemukul
dilepaskan dan berayun bebas, memukul batang uji hingga patah, dan pemukul masih terus
berayun sampai ketinggian H. Pada ini posisi sisa energi potensial adalah WH. Selisih antara
energi awal dengan energi akhir adalah energi yang digunakan untuk mematahkan batang uji.
36
Gambar 6.13 Skematik mesin uji impact
Bentuk penampang batang uji biasanya bujur sangkar 10x10 mm dengan bentuk takikan V
(V-notched) atau U (U-notched, atau key hole). V-notched biasanya digunakan untuk logam yang
dianggap ulet sedang U-notched biasanya digunakan untuk logam yang getas.
37
BAB VII
PENGUJIAN NON DESTRUCTIVE TEST (NDT)
38
akan tetapi perlu pemahaman serta pengamatan yang jeli pada permukaan benda uji tersebut agar
cacat permukaan benda kerja dapat terlihat.
Keuntungan yang didapat dari metode ini antara lain yaitu mudah diaplikasikan, murah,
tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material, komposisi kimianya dan jangkauan pemeriksaan
yang cukup luas. Sedangkan untuk kekurangan dari metode penetrant yakni hanya bisa
diaplikasikan pada permukaan yang terbuka dan tidak mampu diaplikasikan pada permukaan
benda yang kasar dan berpori.
39
Apabila terdapat cacat atau defect yang tegak lurus terhadap arah medan magnet maka akan
dapat menyebabkan kebocoran pada arah medan magnet. Kebocoran pada medan magnet ini
mengindikasikan terdapat cacat pada material. Metode yang digunakan untuk mengetahui adanya
kebocoran pada medan magnet yaitu dengan menaburkan partikel atau serbuk magnet pada
permukaan benda uji. Partikel atau serbuk magnet yang sudah ditaburkan akan berkumpul tepat
pada area yang terdapat kebocoran medan magnet.
40
Prinsip kerja pengujian Ultrasonic test yaitu dengan menembakkan getaran atau gelombang
dengan frekuensi yang tinggi yaitu sekitar 0.25-10 Mhz. Gelombang tersebut akan merambat
melalui benda uji kemudian gelombang tersebut akan dipantulkan kembali apabila gelombang
tersebut mendeteksi cacat yang ada pada benda uji.
Apabila gelombang tersebut merambat pada bidang yang tegak lurus terhadap arah
gelombang, maka gelombang tersebut akan dipantulkan kembali ke sumber gelombang lalu akan
ditampilkan pada layar monitor. Kedalaman cacat dapat diketahui dengan memperhitungkan
selisih waktu yang dibutuhkan oleh rambatan gelombang hingga kembali menuju sumber
golombang tersebut.
41
Gambar 7.6 Radiographic Testing
42
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H,. dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan, Bumi Aksara, Jakarta.
Beumer, B.J., Ilmu Bahan Logam, Jilid I dan II, Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1979.
Sucahyo, B. 1999. Ilmu Logam, PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Surakarta.
Surdia, T. dan Shinroku, 1996. Pengetahuan bahan teknik. Pradya Paramita, Bandung.
William D., Callister Jr., 2004. Materials Science and Engineering., 4th Edition, John Wiley.
43
LAMPIRAN I
Kode sampel
Kontraksi (%)
Keterangan
44
LAMPIRAN II
Rata-rata
45
LAMPIRAN III
G R b h U A0 I
No Cos Cos
(N) (m) (mm) (mm) (J) (mm2) (J/mm2)
1
2
3
Mean
46