You are on page 1of 82

Kestabilan Lereng

By: Althan Silalong B. Buntu


October 2011
Aturan Training

Matikan Telepone.
Bisa di aktifkan Tidak menggunakan
Prosedur Harap agar mulai, dengan mode sandal pada saat
Emergency, Muster istirahat dan silent/diam. Terima training
Point, Rute Evakuasi selesai sesuai telepone anda di luar
waktu (on time) ruangan.

Tetap fokus pada materi Berpartisipasi!


Tanyakan jika kurang Dengarkan dengan baik, Enjoy the training!
jelas hindari diskusi kecil
lainnya.
AGENDA
• Latar Belakang
• Tujuan
• Pemahaman Umum stabilitas lereng
• Penilaian Kestabilan Lereng (Pit & Disposal)
• Monitoring, Kontrol dan Inspeksi Lapangan
• Praktek Tidak Aman
• Penutup
Latar Belakang
• Resiko-resiko yang berhubungan dengan bahaya-bahaya
geoteknik tidak dapat dihilangkan.
• Tetapi, resiko-resiko ini dapat dikendalikan dengan
memanfaatkan secara efektif keterampilan dan common-
sense dari personal tambang
• Kejadian kecelakaan tambang dan insiden berbahaya
berkaitan dengan geoteknik dan kestabilan lereng banyak
dijumpai di lokasi operasional tambang PTI meliputi area
Mine Face/ Pit, MHR, Jalan Akses Tambang dan Disposal.
Tujuan
• Memberikan Pemahaman akan perilaku tanah dan batuan selama
proses penambangan berlangsung
• Memberikan pemahaman dan penyegaran mengenai potensi
bahaya dan resiko geoteknik bagi para Supervisor Mine Operation
• Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan bagi para Supervisor
akan bahaya kelongsoran dan ketidakstabilan lereng di lokasi
aktivitas tambang
• Memberikan pemahaman mengenai kontrol lapangan berkaitan
dengan upaya untuk mengendalikan potensi bahaya geoteknik
Acuan Dasar Kestabilan Lereng
1. Kep\men\555-Decree of mines articlcle 14
Kep\men\555-Decree of mines article 92 (1), (2), (4).
Kep\men\555-Decree of mines article 141.
Kep\men\555-Decree of mines article 144 (1), (2).
Kep\men\555-Decree of mines article 145,240,241
2. MAJOR HAZARD STANDARD-10 PTI → RAC 08, SLOPE
STABILITY
3. Slope Stability Analysis/Design, Construction and
Maintenance/Monitoring Manual- Mine Departement PTI.
Longsoran Dapat Terjadi Di Mana Saja!!!

Direct costs alone to reopen I-40 and


stabilize the slope were on the order of
$10 million.

Longsoran di I-40 Highway Pigeon River Gorge


Sumber: NCGS
Penyebab Lereng Tidak Stabil
• Penambahan Beban (Additional Load- Overload)
• Penggalian/Erosi dikaki lereng
• Hujan dan kenaikan Tekanan Air Pori ( Sesudah
Hujan Lebat atau Hujan Yang berkepanjangan).
• Penurunan /Kenaikan Muka Air yang Cepat
• Getaran (Blasting dll) atau Gempa Bumi.
Jenis-Jenis Longsoran
• Longsoran Bidang (Plane Failure)
• Longsoran Baji (Wedge Failure)
• Longsoran Guling (Toppling Failure)
• Longsoran Busur (Circular failure)
Longsoran Bidang
Longsoran Bidang
Longsoran Bidang
Longsoran Baji
Longsoran Guling
Longsoran Busur
Tanda-Tanda Ketidakmantapan Lereng
• Tension Crack
• Scarp
• Aliran air tidak normal
• Bulge dan Creep
Rekahan Tarik (Tension Crack)
• Rekahan tarik akan terjadi jika material lereng telah
bergerak ke arah pit.
• Perpindahan ini tidak dapat dideteksi dari lantai pit →
Sangat penting untuk secara reguler menginspeksi crest
dari highwall di atas daerah penambangan aktif.
• Akses yang aman harus terus dijaga di daerah yang
langsung berada di lokasi aktif penambangan.
• Inspeksi dengan frekuensi sering mungkin diperlukan
selama periode musim hujan dan setelah peledakan yang
besar.
Scarps
• Scarps terjadi jika material telah bergerak ke
bawah secara vertikal atau hampir vertikal.
• Material dan permukaan scarp dapat tidak stabil
dan harus dipantau secara benar.
Aliran Air Tidak Normal
• Peningkatan aliran air di dalam lereng dapat
menyebabkan pengaruh yang buruk pada lereng.
• Perubahan aliran langgeng pada sumur-sumur
penirisan atau perubahan pada hasil pembacaan
piezometer juga dapat menunjukkan pergerakan
subsurface yang telah memotong muka air tanah
atau lapisan pembawa air.
• Perubahan tekanan air akibat terbloknya saluran
penirisan dapat juga memicu ketidakmantapan
lereng.
Pelendutan (Bugle) / Rayapan (Creep)
• Material yang melendut pada lereng
mengindikasikan adanya rayapan atau pergerakan
subsurface perlahan-lahan dari lereng.
• Indikator lain dari terjadinya rayapan adalah
dengan melihat vegetasi pada area penambangan
→ pergerakan pohon pada crest lereng.
Contoh Kegagalan Geoteknik di PTI
PIT
• Sumasang Pit Failure
• Inalahi Pit Slope Failure
Disposal
• Pakalangkai Disposal Failure
• Triple A Disposal Failure
• Petea Disposal Failure
• Dozer Cat D8 Accident in Inalahi
• Sumasang 17 Disposal Failure
• Petea 09 Disposal Failure
• Anoa 10 Disposal Failure
• Petea B 16 Disposal Failure, etc
Consequences
• Consequences from geotechnical hazards can
include:
1.Reduced safety (human Injury or fatality).
2.Equipment/Property damage
3.Social Issue
4.Inefficient mining
5.Loss of reputation.
So, if we have a high risk, does this mean
we don’t mine?
• Not necessarily.
• We can:
1. Avoid,
2. Protect,
3. Cut off, or
4. Accept the risk so that it becomes of an acceptable
size.
Penilaian Geoteknik (Geotechnical
Assessment)
GEOTECHNICAL ASSESSMENT bertujuan:
• Untuk meyakinkan apakah Engineering Design (pit, disposal, atau geometri cut
& fill pada MHR) telah memenuhi kaidah geoteknik dan memberikan faktor
keamanan yang cukup; juga untuk memberikan rekomendasi mengenai
Engineering Design yang telah diajukan oleh Mine Engineer.
• Sebagai guidance bagi Mine Engineer maupun Mine Operation dalam
mengeksekusi pekerjaan lapangan.
• Mereview kondisi aktual lapangan (baik pit, disposal, maupun pekerjaan cut & fill
lainnya) apakah masih memberikan faktor keamanan yang cukup atau tidak. Jika
tidak, maka diperlukan modifikasi/revisi design yang ditindaklanjuti dengan
pekerjaan perbaikan (remedial work) di lapangan.
Contoh Geotechnical Assessment
Contoh Geotechnical Assessment
Contoh Geotechnical Assessment
Area yang Berpotensi Longsor di PTI
• Hill/Face
• Disposal
• Infrastruktur lainnya
Hill/Face
Apa yang perlu diperhatikan oleh Pengawas?
• Tinggi lereng maks 10m (lereng tunggal)
• kemiringan lereng maks 56o untuk lereng sementara dan 45o
untuk lereng permanent
• sistim drainase,
• Retakan
• Pembebanan berlebih dll (Faktor Keamanan Lereng harus >
dari 1.2 ~ 1.5
• Waspada terhadap mata air/rembesan air pada lereng.
• Waspada pada saat curah hujan yang tinggi dengan waktu
yang lama karena mempengaruhi lereng.
• Pembangunan ditch/selokan adalah suatu keharusan
Kurangi Resiko
• Membuat lereng selandai mungkin
• Melakukan mining/stripping yang baik (tidak overcut)
• Melakukan aktivitas (parkir equipment) pada jarak yang
aman dari lereng.

dibawah lereng – 1.5x tinggi lereng


diatas lereng–1/3 tinggi lereng atau minimal 7m dari tepi
tebing (jika ketinggian tebing 10 m)
DISPOSAL
Tipe Disposal di PTI
• Finger
• Induce Flow
• Semi Induce Flow
Finger (Dyke) Disposal
1. Finger (Dyke) Disposal
Finger disposal adalah disposal yang dibuat maju dengan
bantuan Dozer dan membutuhkan kontinuitas dari civil material
sebagai landasan truck dumping.

25-35o

Catatan: tanda batas dumping untuk truck dipasang di sisi kiri dan di kanan
Semi Induced Flow Disposal
2. Semi Induce Flow Disposal
Semi induce flow disposal adalah disposal yang diperlakukan
sebagai induce flow tetapi truck hanya bisa dumping pada jarak
tertentu yang diperbolehkan (12.5m) dan Tanah Penutup didoring
ke disposal dengan bantuan Dozer.
Perubahan :

1. Posisi batas dumping truck


tidak berubah.
2. Jarak dorong berubah
menjadi 12.5m (dari 7.5m)
3. Tinggi bench dibatasi sampai
30 m (dari yang tidak
terbatas)
4. Menggunakan Dozer D8
untuk pendorongan dan
Dozer D6 untuk menjaga
kemiringan aman dari lereng
disposal
Induced Flow Disposal
3. Induce Flow Disposal
Induce flow disposal adalah disposal yang dioperasikan dengan
memanfaatkan tingginya dumping point (> 15m) dengan slope yang
lebih besar dari 50o. Lokasinya harus berada pada batuan dasar
dan backstop dipasang sebagai lantai dari truck pada saat dumping

Backstop design

Catatan: Sekarang backstop sudah menjadi keharusan (sebelumnya tidak).


Apa yang perlu diperhatikan oleh Supervisor?
▪ Apakah papan nama disposal ada dan sesuai
dengan plan?
▪ Apakah status disposal open/close?
▪ Apakah actual level disposal lebih tinggi dari
plan level?
▪ Apakah arah dumping benar?
▪ Apakah posisi batas dumping & batas tebing
aman dan/atau tidak dimajukan?
▪ Apakah praktek dumping sudah aman dan
tidak melewati batas dumping?
▪ Apakah ada keretakan di lokasi dumping
point?
▪ Apakah dumping point telah padat dan stabil
untuk dilalui?
Other Infrastructure
• MHR
• Screening Station
• Office
• Tower line
• Slagdump
• Stokpile
Screening Station
Slag Dump
INSPEKSI LAPANGAN
Inspeksi Disposal – Weekly Disposal Tour
Inspeksi Pit – Weekly Mining Tour
RAMBU – RAMBU
Rambu Wajib Ada di Setiap Lokasi Disposal

Open/Close Open/Close Nama Disposal Batas Dumping

Peringatan-peringatan Lain
Arah Dumping Batas Tebing
MONITORING SURVEY &
INSTRUMENT GEOTEKNIK
Peralatan Pemantauan
• Jenis peralatan yang dipilih untuk program pemantauan
bergantung kepada permasalahan yang akan dipantau.
• Suatu sistem pemantauan terpadu dapat terdiri atas
peralatan-peralatan yang dapat mengukur perpindahan
massa batuan, parameter-parameter air tanah, dan
tingkat getaran tanah akibat peledakan.
• Perpindahan adalah salah satu besaran primer yang
diukur pada kegiatan pemantauan di tambang.
Patok Survey di Area Pit – Stake Out
SLOPE
GALIAN

DIGUNAKAN SEBAGAI TANDA PIT


1
LIMIT & GEOMETRI CUT JALAN
CU SI M
SI
T: IR
5. IN
76 G
M DA
TO RI
STA 0+25

BE PA

CARA MENGGUNAKAN:
AR KU

3
M

▪ GALI DI DEPAN PATOK MULAI DI NO. 2


▪ KONTROL KEMIRINGAN GALIAN DARI NO. 1 KE
NO. 2
2 ▪ CEK KEDALAMAN GALIAN 5.76 METER DARI NO.
GAMBAR 1
STAKE OUT 3 KE GALIAN TERAKHIR

JANGAN DIRUSAK SEBELUM PEKERJAAN


PENGGALIAN SELESAI

JIKA TDK MENGIKUTI PATOK MAKA:


▪ LONGSOR (SLOPE TIDAK STANDARD)
▪ TDK BISA MENGONTROL GEOMETRI PIT
Patok Survey di Area Pit – Stripping Limit

SLOPE
DIGUNAKAN SEBAGAI TANDA
GALIAN
PENGGALIAN STRIPPING
1
CARA MENGGUNAKAN:
▪ GALI DI DEPAN PATOK MULAI DI NO. 2
▪ KONTROL KEMIRINGAN GALIAN DARI NO. 1 KE
NO. 2
ST
RI

▪ GALI SAMPAI KE TOP ORE


PP
IN
G
LI
M
NO: 1

JANGAN DIRUSAK SEBELUM PEKERJAAN


IT

PENGGALIAN SELESAI

JIKA TDK MENGIKUTI PATOK MAKA:


▪ LONGSOR (SLOPE TIDAK STANDARD)
▪ TDK BISA MENGONTROL GEOMETRI PIT
2
GAMBAR 2
STIPPING LIMIT
Patok Survey di Area Disposal – Control Level

DIGUNAKAN SEBAGAI TANDA


N: 123456789
E: 123456789
Plan : 477.000 m
ELV Actual : 478.246 m
MENGONTROL LEVEL DISPOSAL

CARA MENGGUNAKAN:
Control Level

25/09/2010 ▪ PERHATIKAN PLAN LEVEL DAN ACTUAL LEVEL,


APAKAH ACTUAL LEVEL LEBIH TINGGI DARI
PLAN LEVEL?
▪ BILA YA, MAKA LEVEL DISPOSAL HARUS DI-CUT
UNTUK MENURUNKAN LEVEL SESUAI DENGAN
PLAN LEVEL.

JANGAN DIRUSAK SEBELUM PEKERJAAN


PENGGALIAN SELESAI

JIKA TDK MENGIKUTI CONTROL LEVEL MAKA:


▪ LONGSOR / SUBSIDENCE / FAILURE PADA
DUMPING POINT
▪ TDK BISA MENGONTROL LEVEL DUMPING POINT
Extensometer, Inclinometer & Standpipe Monitoring
Data & Survey Monitoring
Tindakan Yang Harus Dihindari
Praktek Tidak Aman – Melewati Batas Dumping
BATAS
DUMPING

Dump Truck Melewati


Batas Dumping

HINDARI PRAKTEK BERBAHAYA


INI…!!!
Kesimpulan
• Potensi bahaya geoteknik (a/l. longsoran & subsidence) banyak dijumpai
di lokasi tambang yakni di lokasi Pit, Disposal, dan area Cut & Fill pada
akses jalan & MHR.
• Segala potensi bahaya dan kejadian kecelakaan kerja dapat dihindari
dengan cara melakukan praktek kerja yang aman serta mengikuti standard
yang berlaku.
• Segala kelengkapan kerja meliputi patok-patok survey, rambu disposal
(batas dumping, batas tebing, nama disposal, arah dumping, control
level), rambu pit (first cut, batas pit, ajir-ajir, dsb) adalah sebagai alat
bantu untuk memastikan kondisi lapangan sesuai dengan standard/
design dan memenuhi syarat faktor keamanan (safety factor).
• Pastikan segala kelengkapan kerja telah terpasang lengkap di lapangan.
• Pastikan Supervisor & Operator memahami operasi kerja yang aman dan
memenuhi standard serta memahami semua potensi bahaya yang ada di
setiap lokasi kerja.
Ujian
Pengetahuan
Terima kasih
Kontrol Dokumen
Kontrol Dokumen
KEJADIAN LONGSOR PIT GAHARU SAMBARATA MINE OPERATION
Pada Hari Kamis / 27 Juli 2006 jam 15.15 Wita

Kep Men 555K/26/M.PE/1995


Pasal 14 :
Memastikan kondisi kerja yang aman
dan mengambil tindakan yang
diperlukan
Pasal 15 :
Pembagian tugas pengawasan pada
setiap bagian pekerjaan
Triple A Disposal (18 Juli 2001)
Faktor Penyebab:
- Melewati Batas Dumping..???
- Faktor Air..???
- Kuat Geser Tanah pada Dumping
Point Rendah..???
Pakalangkai Disposal (22 Oktober 2004)
Faktor Penyebab:
- Melewati Batas Dumping..???
- Kuat Geser Tanah pada Dumping
Point Rendah..???
Petea Failure (25 Juni 2005)
Faktor Penyebab:
- Melewati Batas Dumping…???
- Faktor Penjenuhan Air…???
- Kuat Geser Tanah pada Dumping
Point Rendah…???
Sumasang Pit (8 Januari 2003)
Faktor Penyebab:
- Ketinggian Bench…???
- Terjadi Saturasi…???
- Kuat Geser Tanah pada Lereng
Rendah…???
Dozer Accident Inalahi (27 Juni 2005)
Faktor Penyebab:
- Kelebihan Level..??
- Dozer Melewati Batas Tebing..??
- Kuat Geser Tanah Rendah..??
Sumasang 17 DP (24 Februari 2008)
Faktor Penyebab :
- Ketingian Level Disposal..??
- Beban Material Lebih Besar
daripada Kuat Geser Tanah…???
- Faktor Penjenuhan Air…???
Petea 09 DP(26 September 2009)
Batas Dumping Faktor Penyebab:
- Melewati Batas Dumping..???
- Daya Dukung Tanah Rendah..???
- Faktor Kejenuhan Air..???

PERHATIKAN BATAS DUMPING


…!!!
Anoa 10 DP (5 Februari 2009)
Faktor Penyebab:
- Melewati Batas Dumping..???
- Daya Dukung Tanah Rendah..???
- Faktor Kejenuhan Air..???

Batas
Dumping

PERHATIKAN BATAS DUMPING


…!!!
Petea B 16 DP (27 Agustus 2010)
Faktor Penyebab:

- Melewati Batas Dumping..???


- Faktor Kejenuhan Air..???
- Daya Dukung Tanah Rendah..???
Analisis Balik – Contoh Kasus Petea B 16
DP

Overview Lokasi Petea B 16 DP


Analisis Balik – Posisi Alat Berat saat Kejadian Subsidence

Situasi Disposal saat Terjadi Failure (Subsidence) Berdasarkan Pengukuran Survey


Analisis Balik – Posisi Alat Berat Tidak Melewati Batas
Dumping
Analisis Balik – Posisi Alat Berat Melewati Batas Dumping
Summary Hasil Analisis Balik Kejadian Subsidence Petea B
16
Tabel Summary Hasil Analysis Balik (Back Analysis)
No. Description Remark
1. Actual Setting
Disposal Name Petea B 16 Semi Induced Disposal at L +637 m Ref No. M10111-DP-M
Type of Disposal Semi Induced – dumping point seated on ex access road to Petea B 15 Disposal
Plan Level RL +637 m (including ballast material)
Operational Dumping
▪ Crest Limit Forward from the original crest as per mutual agreement between MO and ME
▪ Dumping Limit Staked out by field adjustment as per mutual agreement between MO and ME. This dumping
limit is not allowed to be forwarded without any adjustment from ME
▪ Lowest Point RL +625 m, so the height of dumping point reaches 12 m from old access road
▪ Dumping Direction East ward
Civil Material for Ballast Required to smoothing maneuver area referring to reject ballast / civil material
Dumped Material Overburden (OB) material
Drainage System Not available, but no groundwater or saturation issue
2. Dumping Point Position & Risk Matrix FS PTI GTX Result of Geotechnical Back Analysis Review
Section A-A’ :
Dumping Point seated on Dumping Limit 1.22 L4 24(3) This dumping point position is recommended and safe to be
(Sta. 0+080 m) operated.
Dumping Point seated on 10 m Forward from 0.93 H12 48(2) Dumping practices exceeding the dumping point is
Dumping Limit (Sta. 0+090 m) strongly not recommended and must be eliminated.
Section C-C’ :
Dumping Point seated on Dumping Limit 1.41 L4 24(3) This dumping point position is recommended and safe to be
(Sta. 0+050 m) operated.
Dumping Point seated on 10 m Forward from 1.11 H12 48(2) Dumping practices exceeding the dumping point is
Dumping Limit (Sta. 0+060 m) strongly not recommended and must be eliminated.
• Bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang
ada (penggalian, mendorong,
hauling/loading etc)
• Amati area sekitar lereng dengan mengacu
kepada standard kerja yang ada.
• Hindari air kontak langsung dengan material
dari atas dan bawah yang mempengaruhi
lereng

You might also like