You are on page 1of 45

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesawat atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk


mengamati hukum mekanika gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai
dikembangkan sekitar abad ke delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi
g. Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali yang dihubungkan dengan sebuah
katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa beban m 1 dan m2. Selain itu,
pesawat atwood merupakan alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan
menggunakan dua pemberat (massa berbeda) yaitu m1 dan m2 dihubungkan
dengan tali pada sebuah katrol (Ariska, 2019).
Fenomena fisika sangatlah banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari,
salah satunya fenomena gerak jatuh bebas. Fenomena gerak jatuh bebas
merupakan fenomena jatuhnya benda dari keadaan diam pada ketinggian tertentu.
Galileo menyatakan bahwa fenomena benda yang jatuh bebas akan memiliki
percepatan yang sama jika tidak terdapat hambatan. Percepatan ini disebut
percepatan gravitasi (g). Bentuk bumi tidaklah bola sempurna mengakibatkan
besarnya nilai percepatan tidak sama di setiap permukaan bumi. Nilai percepatan
gravitasi pada daerah ekuator g = 9,78 m/s sedangkan pada daerah kutub g = 9,83
m/s2. Percepatan ini selalu mengarah ke pusat bumi. Salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengukur kecepatan dan percepatan gerak benda.
Pesawat atwood adalah rangkaian dua benda yang massanya sama
digantung secara vertikal pada sebuah katrol tanpa gesekan yang massanya dapat
diabaikan. Pada percobaan pesawat atwood menerapkan prinsip-prinsip dari
hukum newton tentang gerak. Ketika benda pertama bergerak naik dan benda
kedua yang diberi bebas tambahan bergerak turun sampai beban tambahan
tersangkut pembatas 1, maka berlaku Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
sedangkan ketika beban kedua meluncur ke bawah sampai pembatas 2 berlaku
Gerak Lurus Beraturan (GLB) (Fisika et al., 2020).

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Intruksi Umum (TIU)


Kami dapat memahami penggunaan pesawat atwood dalam penentuan
tetapan grafitasi.
1.2.2 Tujuan Intruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat menjelaskan peristiwa Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB).
2. Kami dapat menentukan percepatan.
3. Kami dapat menentukan nilai gravitasi.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesawat Atwood

Semua gejala alam dalam mekanika klasik dapat digambarkan dengan


menggunakan hukum-hukum newton tentang gerak. Hukum-hukum newton
menghubungkan percepatan sebuah benda dengan massanya dan gaya-gaya yang
bekerja padanya. Hukum II newton dapat digunakan pada pesawat atwood.
Dalam dunia Fisika terdapat banyak media pembelajaran untuk memahami
teori-teori Fisika yang ada. Salah satu media pembelajaran Fisika adalah pesawat
atwood. Pesawat atwood pertama kali digambarkan oleh George Atwood tahun
(1746-1807) dalam bukunya Atreatise On the Rectilinear Motion and Rotation of
bodies with a Deskription of original Experiments Relative to the Subject yang di
publikasikan pada tahun 1784. Pesawat atwood merupakan salah satu aplikasi
yang sering digunakan selama bertahun-tahun untuk menggambarkan Hukum II
newton. Meskipun prinsipnya sudah tergolong lama, namun sampai saat ini
penelitian-penelitian tentang pesawat atwood terus dilakukan. Pada awalnya,
pesawat atwood digunakan untuk mengukur besaran-besaran mekanika, misalnya
untuk mengukur percepatan jatuh bebas. Perkembangan selanjutnya pesawat
atwood meluas kepada upaya menggali konsep baru yang berkaitan, seperti massa
efektif dan bagian yang berotasi, percepatan gravitasi, kecepatan terminal dan
percepatan negatif-positif.Penelitian tentang pesawat atwood sampai saat ini telah
banyak dilakukan, mulai dari aplikasinya untuk dunia pendidikan pada proses
belajar mengajar kemampuan menggali konsep-konsep fisis pesawat atwood ini.
Pesawat atwood adalah alat eksperimental yang sering digunakan untuk
mengamati hukum-hukum mekanik tentang gerak akselerasi secara teratur. Dalam
percobaan bidang atwood terdapat gerakan lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB). Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan gerakan
garis lurus dengan kecepatan tetap, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak
lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu. Sedangkan gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) adalah gerakan lurus ke arah horizontal dengan kecepatan yang

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

berubah setiap saat karena akselerasi yang tetap. Tidak hanya gerakan garis lurus
dan gerakan lurus berubah secara teratur, tetapi prinsip kerja katrol juga
diterapkan. Momen inersia sebuah katrol adalah ukuran dari inersia sebuah katrol
untuk memutar atau mengubah keadaan rotasinya ketika ada momen kekuatan
yang dihasilkan bekerja padanya. Momen inersia katrol ini dapat ditentukan
dengan menggunakan pendekatan konseptual atau melalui eksperimen dan
pendekatan matematika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila beban
tambahan yang diberikan semakin besar maka momen inersia yang dihasilkan
besar, begitu juga sebaliknya (Wahid & Rahmadhani, 2019).
Pesawat atwood diaplikasikan oleh praktikan untuk mempelajari
bagaimana gerak lurus bekerja sedangkan yang masih digunakan secara manual
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengolah data. Hal tersebut
menyebabkan pembelajaran kurang effisien sehingga dirancanglah pesawat
atwood dengan sistem komputasi supaya dapat mempermudah proses pengolahan
data. Sistem komputasi pesawat atwood dirancang untuk mengukur gerak gerak
lurus beraturan menggunakan sensor optocoupler sehingga dapat mendeteksi
putaran dari katrol pada pesawat atwood yang dikirimkan melalui mikrokontroler
untuk ditampilkan pada computer (Nurdiansyah,Dida, 2015).
Pesawat atwood ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang konstan. Jika ditinjau
dari gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka
diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan
mempertahankan kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun, tak
selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui.
Pendekatan newton memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada partikel.
Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui,
maka pendekatan newton sulit diterapkan. Oleh sebab itu, ada cara lain untuk
merumuskan gerak mekanik dengan meninjau sistem tersebut dari energinya. Jika
gaya pada sistem gerak sulit untuk diketahui maka dapat ditinjau pesawat atwood
dengan persamaan lagrange. Persamaan lagrange ini dapat merumuskan sistem
gerak pesawat atwood dengan jelas. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik
untuk menjelaskan penyelesaian masalah gerak dengan persamaan eular-lagrange
untuk merumuskan dinamika sistem sebagai alternatif dari persamaan newton.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Kinematik adalah ilmu yang mempelajari gerak dengan memperhitungkan


gaya-gaya penyebab dan gaya interaksi (benda dengan memperhitungkan gaya-
gaya penyebabnya dan gaya interaksi (benda dengan tempat benda bergerak
rumusnya gaya gesek bila ada) ( J Purwanto,2013).
Persamaan pesawat atwood yang dicari dengan hukum newton hasilnya
sama jika di cari menggunakan Eular-Lagrange. Persamaan Eular-Lagrange dapat
merumuskan persamaan dinamika sistem yang lebih kompleks dengan jelas tanpa
harus menginventarisai gaya pada sistem gerak tersebut (Ariska, Melly, 2019).
Mesin atwood atau sering disebut pesawat atwood diciptakan pada tahun
1784 oleh matematikawan Inggris George Atwood sebagai percobaan
laboratorium untuk memverifikasi hukum mekanik gerak dengan percepatan
konstan. Mesin atwood adalah demonstrasi kelas yang umum digunakan untuk
memahami hukum II newton tentang gerak. Pesawat atwood ini terdiri dari beban,
yakni massa m1 dan massa m2. Kedua beban tersebut dihubungkan dengan tali
yang bermassa kecil. Tali dihubungkan dengan sebuah katrol dengan massa yang
kecil dan hampir tidak memiliki gaya gesekan. Pesawat atwood bisa dilihat
dibawah ini:

II-x
-x
x

M11

Gambar 2.2.1 Pesawat Atwood (Ariska, 2019)


Jika massa benda m1 dan massa benda m2 sama (m1 = m2 ) maka keduanya
akan diam. Jika massa benda m1 lebih besar daripada massa benda m2 (m1 > m2 )
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

maka massa m2 akan tertarik oleh massa benda m1. Sebaliknya jika massa benda
m1 lebih kecil daripada massa benda m2 (m1 < m2 ) maka massa m1 akan tertarik
oleh massa benda m2.
2.2 Gerak Translasi

Gerak translasi adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis
lurus. Gerak Lurus adalah gerak satu dimensi yang paling sederhana. Di mana
suatu benda bergerak dari satu titik menuju suatu arah dengan kecepatan dan jarak
tempuh tertentu. Gerak lurus disebut juga sebagai gerak linear. Dapat pula gerak
ini disebut suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi
perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dikelompokan menjadi Gerak
Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dibedakan
dengan ada tidaknya percepatan (Wasino et al., 2013).
2.2.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
GLB atau gerak lurus beraturan adalah sebuah keadaan dimana sebuah
benda bergerak dalam kecepatan yang tetap atau konstan. Gerak lurus yang
beraturan ini bermula dari sebuah gerak. Gerak sendiri memiliki pengertian
“perubahan posisi objek dari titik awal ke tujuan”.
Di atas kita sudah menyinggung sedikit mengenai hal ini, gerak adalah
perubahan posisi sebuah benda atau objek suatu titik awal objek menuju titik
akhir. Sedangkan untuk GLB, pengertiannya adalah gerak lurus yang memiliki
kecepatan tetap, dan tidak adanya percepatan pada objek. Sehingga nilai
percepatan pada objek yang mengalami GLB adalah nol (a = 0). Sedangkan
pada sisi GLBB benda akan mengalamu perubahan kecepatan.
Kita bisa ambil contoh, jika dalam kurun waktu 1 menit pertama, sebuah
benda menempuh jarak 10 m, maka dalam selang 1 menit berikutnya benda
tersebut juga menempuh jarak 10 m. Walaupun berada pada jalan yang lurus
sebuah mobil tidak akan dapat menempuh jarak yang sama dalam selang waktu
yang juga tetap, sehingga akan sedikit sulit untuk mengalami kejadian GLB ini di
dunia nyata. Karena pasti akan terjadi percepatan atau perlambatan dari sebuah
mobil, hal ini disebut dengan GLBB atau gerak lurus berubah beraturan.
Hubungan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

berupa garis lurus dengan (tan) sudut kemiringan grafikdan menunjukkan wilayah
nilai kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik, semakin besar pula
nilai kecepatanya. Dan begitupun dengan sebaliknya. Itulah hubungan antara
ketiganya, yang saling berkaitan dan tidak dapat dihilangka dari hubungan
tersebut.. Untuk kecepatan rata-rata, perpindahan, dan selang waktu dapat
dinyatakan hubungannya sebagai berikut:

s = v.t ........................................................................................(2.2.1)

Keterangan :
s = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
2.2.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek,
dimana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap. kecepatan dan percepatan selalu memiliki arah yang sama, benda yang
memiliki massa lebih besar apabila dijatuhkan dari ketinggian yang sama akan
tiba terlebih dahulu dibandingkan massa yang lebih kecil ke tanah. Dengan kata
lain gerak benda di percepat. Namun demikian, GLBB juga daapat berarti, bahwa
dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah semakin lambat hingga akhirnya
berhenti. Dalam hal ini benda mengalami perlambatan tetap. Pada umumnya
GLBB didasari oleh Hukum II Newton. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
memiliki percepatan (a) dengan nilai a (+) disebut kecepatan dan a (-) disebut
kecepatan. Contoh gerak lurus berubah beraturan (GLBB) seperti saat mengerem
mobil agar mobil berhenti dan seorang pengendara menurunkan kecepatan di
tikungan. GLBB memiliki ciri utama berupa dari waktu menuju waktu kecepatan
benda berubah. GLBB terjadi pada benda yang bergerak dalam lintasan lurus
(linear) dengan kecepatan yang tidak konstan. Hal tersebut, percepatan GLBB
memiliki percepatan yang konstan. Percepatan GLBB dapat berbventuk positif
dan negatif, atau dipercepat dan diperlambat. Suatu benda yaitu melakukan suatu
gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika percepatanya itu selalu konstan.
Percepatan adalah besara vektor yaitu (besaran yang mempunyai besar dan arah).
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Percepatan konstan adalah atau berarti besar dan arah percepatan selalu konstan
pada setiap saat.

Vt = V0 +at
..................................................................................(2.2.2)

Vt2 = V02 + 2as ..................................................................................(2.2.3)

s = V0t + ½ at2
............................................................................................................(2.2.4)

Keterangan:
v0 = Kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
t = waktu (s)
s = jarak tempuh (m)
GLBB dibagi menjadi 2 macam :
1. GLBB dipercepat
GLBB dipercepatan adalah gerak benda yang mempunyai lintasan lurus
dan kecepatannya bertambah secara beraturan. Benda tersebut juga mengalami
percepatan konstan atau tetap terhadap waktu.
Untuk diketahui, lima contoh gerak lurus berubah beraturan dipercepat dalam
kehidupan sehari-hari adalah:
1. Buah durian yang jatuh dari pohon.
2. Gerak benda yang jatuh bebas.
3. Gerak mobil yang menambah kecepatan.
4. Gerak benda meluncur dari puncak bidang miring.
5. Gerak atlet terjun payung dari pesawat terbang.
Semua peristiwa di atas disebut mengalami gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dipercepat karena mendapatkan besar percepatan yang konstan dari
percepatan gravitasi bumi. Sebagaimana yang kita tahu, besar percepatan gravitasi
bumi adalah 9,8 m/s2 atau sering dibulatkan menjadi 10 m/s2. Percepatan
gravitasi inilah yang membuat kelima contoh gerak di atas mengalami

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

pertambahan kecepatan setiap detiknya, sehingga disebut sebagai GLBB


dipercepat. Pada saat terjadi percepatan, maka kecepatan akhir akan lebih besar
daripada kecepatan awal, sehingga percepatan yang terbentuk bernilai positif (+).

Gambar 2.2.2 Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB dipercepat


(sumber : Nova Nurfauziawati, 2010)

Gambar 2.2.3 Grafik hubungan antara s terhadap t pada GLBB dipercepat


(sumber : Nova Nurfauziawati, 2010)
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

2. GLBB diperlambat
GLBB diperlambat adalah gerak pada lintasan lurus dengan kecepatan
yang terus berkurang secara beraturan tiap detiknya. Berkurangnya kecepatan
tersebut secara beraturan disebabkan karena nilai perlambatannya yang konstan.
Disadari atau tidak, ada banyak peristiwa gerak dalam kehidupan sehari-
hari yang termasuk ke dalam contoh gerak lurus berubah beraturan diperlambat.
Cara mengenalinya mudah saja, ketika ada benda yang bergerak dalam lintasan
lurus dan kecepatannya berkurang secara teratur tiap detiknya, maka bisa
dikatakan gerak benda itu sedang mengalami perlambatan atau GLBB
diperlambat.
Untuk diketahui, lima contoh gerak lurus berubah beraturan diperlambat dalam
kehidupan sehari-hari adalah:
1. Benda yang dilempar vertikal ke atas
2. Kelereng yang digelindingkan ke atas pada bidang miring yang licin
3. Bola yang menggelinding di atas pasir
4. Mobil yang direm dengan gaya tetap
5. Peluru yang ditembakkan vertikal ke atas.
Semua peristiwa di atas disebut gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
diperlambat karena mengalami pengurangan kecepatan setiap detiknya dengan
nilai perlambatan yang konstan.

Gambar 2.2.4 Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

diperlambat (sumber : Nova Nurfauziawati, 2010)

Gambar 2.2.5 Grafik hubungan antara s terhadap t pada GLBB


diperlambat (sumber : Nova Nurfauziawati, 2010)
Persamaan yang digunakan dalam GLBB sebagai berikut :

V = v0 ± at
.......................................................................................(2.2.5)

Keterangan :
v0 = Kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
t = waktu (s)
Untuk menentukan jarak yang ditempuh setelah t detik adalah sebagai
berikut:

s = v0. t ± ½ at2
..................................................................................(2.2.6)

Keterangan :
v0 = Kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

t = waktu (s)
s = jarak tempuh (m)
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persamaan diatas adalah saat
GLBB dipercepat tanda yang digunakan adalah (+).
Untuk GLBB diperlambat tanda yang digunakan adalah (-), catatan
penting yang disini adalah dimana nilai percepatan (a) yang dimasukkan pada
GLBB diperlambat bernilai positif karena dirumusnya sudah menggunakan
tanda negatif. Benda dikatakan bergerak ketika ada gaya yang diberikan
kepadanya sehingga dapat di katakan sebagai sesuatu yang dapat menyebabkan
benda tersebut dapat bergerak (Nova Nurfauziawati, 2010).
2.2.3 Gerak Melingkar Beraturan
Berbagai macam benda-benda yang melakukan gerak dalam orbit lintasan
melingkar. Roda kendaraan, komedi putar di pekan raya menunjukkan gerak
melingkar. Gerak melingkar dengan kelajuan sudut konstan dinamakan gerak
melingkar beraturan.
Suatu benda yang bergerak mengelilingi sumbu dalam lintasan melingkar
disebut gerak melingkar. Elektron dalam atom dimodelkan melakukan gerak
melingkar mengelilingi inti atom. Benda-benda angkasa seperti bulan juga
melakukan gerak melingkar mengelilingi bumi. Bumipun melakukan gerak
melingkar mengelilingi matahari. Pada salah satu rukun haji, yaitu thowaf, para
jamaah haji melakukan gerak melingkar mengelilingi ka’bah. Ketika memahami
gerak melingkar akan menemukan sudut yang dibentuk oleh vector jari-jari yang
dapat menghubungkan antara dua posisi benda yang berbeda dalam suatu
lintasan melingkar itu. (Joehan wahyudi,2017)

2.3 Hukum Newton

Hukun Newton menghubungkan percepatan sebuah benda dengan


massanya dan gaya-gaya yang bekerja padanya. Galileo menyimpulkan jika tidak
ada gaya yang diberikan pada benda yang bergerak, benda itu akan terus bergerak
dengan laju konstan pada lintasan yang lurus, dan benda akan melambat hanya
jika ada benda yang diberikan padanya. Berdasarkan penemuan ini, Isaac Newton
(1642-1727) membangun teori geraknya yang terkenal dan dirangkum dalam Tiga
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Hukum Gerak. Ada tiga hukum newton tentang gerak, yaitu Hukum I Newton,
Hukum II Newton, dan Hukum III Newton.
2.3.1 Hukum I Newton
Hukum I newton menyatakan bahwa Jika resultan gaya yang bekerja pada
benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam
dan benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan
dengan kecepatan tetap. Artinya percepatan benda akan konstan apabila resultan
gaya luar yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Secara matematis
Hukum I Newton dapat dinyatakan dengan :

∑F = 0
.............................................................................................(2.2.7)

Keterangan:
ƩF = Resultan gaya (kg m/s2)
Kecenderungan dari keadaan ini digambarkan dengan mengatakan bahwa
benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan itu, hukum pertama Newton
seringkali dinamakan hukum kelembaman. Hukum pertama dan kedua Newton
dapat dianggap sebagai definisi gaya. Gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah
benda yang menyebabkan benda mengubah kecepatannya, artinya dipercepat.
Arah gaya adalah arah percepatan yang disebabkannya jika gaya itu adalah gaya
satu-satunya gaya yang bekerja pada benda tersebut.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gambar 2.2.6 Contoh penerapan hukum I Newton


(Sumber : Iwan Ridwan, 2022)
Hal ini menjelaskan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka benda
selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu diberi
gaya luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak maka benda selamanya akan
bergerak, kecuali bila ada gaya yang menghentikannya. Konsep Gaya dan Massa
yang dijelaskan oleh Hukum Newton yaitu Hukum I Newton mengungkap tentang
sifat benda yang cenderung mempertahankan keadaannya atau dengan kata lain
sifat kemalasan benda untuk mengubah keadaannya (Hukum kelembaman).
2.3.2 Hukum II Newton
Hukum II newton menyatakan bahwa Resultan gaya yang bekerja pada
suatu benda akan mengakibatkan terjadinya perubahan momentum. Perubahan
momentum tiap satu satuan waktu yang dialami oleh benda tersebut berbanding
lurus dengan resultan gaya yang bekerja padanya (Purwanto, 2014).

F = m.a ............................................................................................(2.2.8)

Keterangan:
F = Gaya (N)
m = Massa benda (kg)
a = Percepatan (m/s2)

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gambar 2.2.7 Gaya yang bekerja pada bidang miring


(Sumber: Wasino et al., 2013)
Resultan gaya yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan
terjadinya perubahan momentum. Perubahan momentum tiap satu satuan waktu
yang dialami oleh benda tersebut berbanding lurus dengan resultan gaya yang
bekerja padanya.

Gambar 2.2.8 Contoh Penerapan hukum II Newton


(Sumber : Ngadirejo, 2020)
Kesimpulan dari Gambar di atas yaitu arah percepatan benda sama dengan
arah gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding
dengan gayanya. Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga
akan konstan. Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami
percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda mengalami
percepatan maka tentu akan ada gaya yang menyebabkannya.
2.3.3 Hukum III Newton
Hukum III newton menyatakan bahwa Jika suatu benda mengerjakan gaya
(aksi) pada benda lain, maka benda yang dikenai aksi akan melakukan gaya
(reaksi) pada benda pertama yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan gaya
aksi. tidak ada gaya timbul di alam semesta ini, tanpa keberadaan gaya lain yang
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

sama dan berlawanan dengan gaya itu. Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah
benda (aksi) maka benda itu akan mengerjakan gaya yang sama besar namun
berlawanan arah (reaksi). Dengan kata lain gaya selalu muncul berpasangan, tidak
pernah ada gaya yang muncul sendirian (Purwanto, 2014).

Faksi = -Freaksi ................................................................................(2.2.9)

Suatu pasangan disebut aksi reaksi apabila memenuhi syarat :


a. Sama besar
b. Berlawanan arah.
c. Bekerja pada garis kerja yang sama
d. Tidak saling meniadakan, dan bekerja pada benda yang berbeda.

Gambar 2.2.9 Contoh Penerapan hukum III Newton


(Sumber : Mono, 2015)
Hukum pertama dan kedua Newton dapat dianggap sebagai definisi gaya.
Gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda
mengubah kecepatannya, artinya dipercepat. Arah gaya adalah arah percepatan
yang disebabkannya jika gaya itu adalah gaya satu-satunya gaya yang bekerja
pada benda tersebut. Besarnya gaya adalah hasil kali massa benda dengan
besarnya percepatan. Sedangkan massa adalah sifat instrinsik sebuah benda yang

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

mengukur resistansinya terhadap percepatan (Tipler, 1998: 91). Semua gejala


alam dalam mekanika klasik dapat digambarkan dengan menggunakan hukum-
hukum Newton tentang gerak. Hukum Newton menghubungkan percepatan
sebuah benda dengan massanya dan gaya-gaya yang bekerja padanya. Hukum II
Newton dapat digunakan pada persoalan yang sederhana seperti pada pesawat
atwood.
Pesawat atwood ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang konstan. Jika ditinjau
dari gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka
diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan
mempertahankan kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun, tak
selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui.
Pendekatan newton memerlukan.
Informasi gaya total yang beraksi pada partikel. Oleh karena itu, jika dalam
kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui, maka pendekatan Newton
sulit diterapkan. Oleh sebab itu, ada cara lain untuk merumuskan gerak mekanik
dengan meninjau sistem tersebut dari energinya.Jika gaya pada sistem gerak sulit
untuk diketahui maka dapat ditinjau pesawat atwood dengan persamaan
Lagrange. Persamaan Lagrange ini meninjau sistem dari segi energi total, yakni
energi kinetik dan energi potensial. Persamaan Lagrange ini dapat merumuskan
sistem gerak pesawat atwood dengan jelas. Dari latar belakang tersebut penulis
tertarik untuk menjelaskan penyelesaian masalah gerak dengan persamaan eular-
lagrange untuk merumuskan dinamika system sebagai alternatif dari persamaan
Newton. Pada pelaksanaan praktikum pesawat atwood dimana pengukuran
waktunya dilakukan secara manual dengan menggunakan stopwatch dapat
mengakibatkan ketidakakuratan hasil pengukuran. Ketidakakuratan ini disebabkan
oleh jeda selang waktu untuk mengaktifkan dan mematikan stopwatch dan juga
bergantung pada kecermatan praktikan (Wahid, MA 2019)

2.4 Gaya

Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu benda. Untuk
melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga mempunyai arti yang
tidaksama, namun keduanya saling berhubungan. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

pengaruhnya dapat dirasakan. Tarikan dan dorongan yang dilakukan memerlukan


tenaga. Gaya ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Makin besar gaya
dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur
dengan alat yang disebut dinamometer.
Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N). Gaya merupakan salah satu
bagian dari materi dalam ilmu fisika dasar. Satuan simbol yang akan digunakan di
dalam rumus gaya sudah ditentukan oleh hukum fisika. Di dalam ilmu fisika,
gaya adalah tarikan atau dorongan. Gaya dapat menggerakkan benda bebas atau
benda yang tidak terikat. Selain itu, pengertian gaya di dalam ilmu fisika adalah
sebuah besaran yang memiliki besar dan arah tertentu. Gaya adalah sebuah
interaksi yang bila bekerja sendiri akan menyebabkan suatu perubahan keadaan
gerak benda. Gaya dapat mempengaruhi perubahan gerak, posisi atau perubahan
bentuk benda. Gaya merupakan bagian yang tidak dapat terlepas di dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Gaya dapat dimulai dari berbagai hal. Seperti
pergerakan tubuh, memindahkan barang sampai melakukan sebuah pekerjaan.
Dapat dikatakan bahwa gaya adalah sesuatu yang selalu mengiringi aktivitas
manusia. Konsep mengenai pengertian gaya dapat dijelaskan di dalam hukum
gerak Isaac Newton. Terdapat tiga istilah hukum yang ditetapkan di dalam sebuah
karyanya. Karya tersebut Principia Mathematica pada tahun 1687. Berdasarkan
prinsip Newton pertama, benda yang masih diam atau bergerak dengan laju
seragam di dalam garis lurus, akan tetap dalam keadaan seperti itu. Sampai
adanya sebuah gaya yang diterapkan kepadanya. Macam-macam gaya yang
digunakan dalam percobaan Pesawat Atwood:
2.4.1 Gaya Gesek
Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi diantara dua benda yang yang
saling bersentuhan. Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda
atau arah kecenderungan benda akan bergerak. menurut Riyadi gaya gesek adalah
gaya yang ditimbulkan akibat permukaan benda yang saling bergesekan. Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya gesek adalah gaya
yang disebabkan karena adanya gaya yang berarah melawan gerak benda akibat
sentuhan antara dua benda.

f = µN .....................................................................(2.2.10)

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

keterangan:
f = Gaya gesek
µ = Koefisien gaya gesek
N = Gaya normal
Gaya gesek dapat terjadi pada benda yang memiliki permukaan halus
maupun kasar. Semakin halus permukaan benda, maka semakin kecil gaya
geseknya. Sebaliknya, semakin kasar permukaan benda maka semakin besar gaya
geseknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya gaya dapat disebabkan
oleh halus atau kasarnya permukaan benda. Pada benda yang memiliki permukaan
licin tetap dapat terjadi gaya gesek meskipun sangat kecil (Hardiansyah, 2021).
2.4.2 Gaya berat
Gaya berat atau biasanya disingkat berat adalah gaya gravitasi yang bekerja
pada suatu benda bermassa. Jika benda tersebut berada di bumi, maka gaya
gravitasi yang bekerja adalah gaya tarik bumi. Dengan adanya gravitasi bumi,
maka kita dapat berdiri tanpa masalah di permukaannya, apabila tidak terdapat
gaya gravitasi bumi, maka setiap benda akan melayang seperti halnya di luar
angkasa tanpa arah karena tidak adanya gaya tarik atau gaya gravitasi bumi yang
bekerja pada suatu benda bermassa yang berada di luar angkasa. Lambang gaya
berat adalah w, singkatan dari weight. Satuan berat adalah Newton (N).

w=m.g
.........................................................................................(2.2.11)

keterangan:
w = Gaya berat (N)
m = Massa benda (kg)
g = Gravitasi bumi (m/s2)
2.4.3 Gaya normal
Gaya normal adalah gaya yang mencegah benda / objek untuk 'jatuh' ke
apapun yang didudukinya. Arah vektor gaya normal selalu tegak lurus ke
permukaan yang bersentuhan /kontak dengan benda. Sebagai contoh, jika ada
balok di atas lantai, maka dikatakan bahwa balok mengalami gaya normal yang
diberikan oleh lantai; dan karena adanya gaya ini, balok tidak jatuh ke lantai. Arah
gaya normal pada balok ke atas tegak lurus terhadap lantai. Ditinjau sebuah kubus
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

di atas bidang datar. Jika kubus tersebut dikenai gaya mendatar, maka kubus
tersebut dimungkinkan dapat menggeser atau mengguling. Jika resultan gaya yang
bekerja tidak nol, ΣF ≠ 0, tetapi resultan momen gaya nol, Στ = 0, maka kubus
akan menggeser. Ketika ΣF = 0 dan Στ ≠ 0, kubus akan mengguling. Sedangkan
kubus akan menggeser dan mengguling, jika ΣF ≠ 0 dan Στ ≠ 0. (Pujayanto,2015)
2.4.4 Gaya sentripetal
Sentripetal merupakan gaya yang bergerak pada objek yang melingkar.
Arah gaya sentripetal selalu mengarah ke pusat lingkaran. Fungsi adanya gaya ini
adalah bisa digunakan untuk mengubah gerak benda tanpa harus mengubah
besaran kecepatan liniernya. Tanpa adanya sentripetal, maka suatu benda tidak
akan bisa bergerak secara melingkar.
Dari pengertian di atas, maka kita bisa memperoleh informasi bahwa benda
bisa bergerak melingkar karena berasal dari gaya sentripetal. Percobaan gaya
sentripetal bisa Anda simak pada bandul yang diikat menggunakan tali lalu
diputar. Pada saat bandul tersebut bergerak Gaya melingkar atau berputar, kondisi
tali berada dalam keadaan tegang sehingga menyebabkan gaya tegangan pada tali.
Gaya tegangan yang dimiliki oleh tali tersebut itulah yang dinamakan sebagai
sentripetal.
Dalam buku-buku fisika di SMA gaya sentripetal telah dibahas akan tetapi
dengan cara beragam, seperti terpaduantara gaya dan percepatannya, terpisah
antara keduanya, atau hanya percepatannya saja. Beragamnya cara penyajian ini
mungkin saja dapat memberikan kebingungan pada siswa karena konsep gerak
melingkar yang lebih mudah dan diajarkan sebelum gaya sentripetal masih cukup
sulit bagi siswa sehingga memerlukan metode pengajaran khusus untuk
mengatasinya. Konsep gaya sentripetal ini dapat pula dirumuskan tanpa secara
eksplisit melalui kinematika gerak melingkar akan tetapi melalui gaya magnetik
dan hukum kedua Newton. Sayangnya, eksperimen untuk mengukur gaya
sentripetal tidak mudah dilakukan. Dalam tulisan ini akan ditunjukkan suatu
eksperimen yang model sederhananya telah tersedia. Pelaku eksperimen diberikan
beberapa pertanyaan untuk memeriksa prekonsepsi mereka terhadap sistem yang
dibahas (S. Viridi, 2015).
2.4.5 Gaya sentrifugal
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gaya sentrifugal adalah gaya yang bekerja menjauhi sumbu putar ketika
suatu benda melakukan gerak melingkar. Gaya sentrifugal dipengaruhi oleh massa
beban, radius beban dan kecepatan putaran. Penggunaan satu sisi beban dapat
mengakibatkan terjadinya getaran yang tidak dapat ditahan oleh struktur akibat
ketidak-seimbangan atau unbalance. Gaya sentrifugal yang terjadi dapat dihitung
dan diuji menggunakan sebuah alat uji gaya sentrifugal sederhana Gaya tegangan
tali. Gaya tegangan tali ada tegangan tali ketkatali tersebut dalam Keadaan tegang.
2.4.6 Gaya tegangan tali
Gaya tegangan tali adalah gaya yang terjadi pada saat tali dalam keadaan
tegang dan tegangan tali dilambangkan dengan huruf T. Benda yang disatukan
atau dihubungkan dengan bantuan tali, baik secara vertikal ataupun horizontal
akan menghasilkan suatu gaya tegangan tali yang terjadi dan tegangan tali seperti
ini memiliki kegunaan dalam kehidupansehari-hari. pada sebuah gaya tegangan
tali, arah gayanya bergantung pada suatu titik pada benda yang ditinjau dan
arahnya bisa ke atas, bawah, kanan ataupun kiri. Variasi ini juga dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi yang terjadi pada suatu tegangan tali dan suatu tali memiliki
kekuatan tersendiri, tergantung dalam bahan baku pembuatannya. Berat benda
akan selalu berpengaruh, walaupun benda diletakan pada permukaan tanah yang
memiliki titik terendah di bumi. Gaya tegangan tali ada tegangan tali ketkatali
tersebut dalam keadaan tegangan.
2.4.7 Gaya Pegas
Pengertian Gaya pegas adalah gaya tarik yang ditimbulkan oleh pegas.
Pada karet gelang yang direnggangkan dan pada pegas yang direnggangkan atau
dimampatkan, akan timbul gaya kearah benda yang merenggangkannya atau
memampatkannya. Gaya yang timbul tersebut disebut gaya pegas. Gaya pegas
timbul karena adanya sifat elastic/sifat lenting pegas/karet gelang. Sifat elastik
ini dimiliki oleh benda yang apabila diubah bentuknya kemudian dilepaskan,
maka benda itu akan kembali ke keadaan/bentuk semula. Oleh karena gaya pegas
disebabkan oleh sifat elastik atau sifat lenting pegas atau karet gelang maka gaya
pegas juga disebut gaya elastik atau gaya lenting.
Gaya pegas selalu terjadi pada benda lenting yang bentuknya diubah.
Misalnya gaya pegas timbul pada bambu yang dibengkokkan atau busur panah
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

yang ditarik. Gaya pegas dimanfaatkan untuk mengurangi pengaruh dari getaran
pada jalan yang kasar, misalnya pada sepeda motor, mobil, dokar atau sepeda.
2.4.8 Gaya listrik
Terdapat dua jenis gaya yaitu gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Kedua
jenis gaya ini dibagi berdasarkan ada atau tidaknya kontak.
Gaya sentuh adalah gaya yang timbul akibat dari kotnak langsung atau
persentuhan secara fisik dengan benda. Dalam jenis gaya ini, gaya tidak mungkin
ada jika antar benda tidak saling bersentuhan. Contoh gaya sentuh ini adalah gaya
gesek, gaya otot dan gaya pegas. Gaya tidak sentuh adalah gaya yang timbul
akibat adanya medan di sekitar benda sumber gaya dengan benda di sekitarnya.
Walaupun antar benda tidak saling bersentuhan, namun benda disekitar sumber
gaya akan merasakan efeknya, misalnya gaya listrik, gaya magnet dan gaya
gravitasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya listrik
merupakan suatu gaya yang ditimbulkan atau dihasilkan oleh berbagai benda yang
memiliki muatan listrik. Gaya listrik juga dapat diartikan sebagai gaya yang
dihasilkan oleh benda yang memiliki muatan listrik dalam suatu medan listrik.
2.4.9 Gaya Coulomb
Gaya coulomb adalah gaya dasar listrik yang ditemukan oleh seorang
fisikawan asal Perancis bernama Charles Augustin de Coulomb pada tahun 1785.
Pada saat itu Coulomb melakukan percobaan untuk menyelidiki tentang muatan
listrik. Seperti yang kita ketahui, muatan listrik ada yang bersifat positif dan juga
negatif.
2.4.10 Gaya Lorentz
Gaya lorentz ditemukan oleh Herdik Antoon Lorentz pada 1853-1928. Dia
ilmuan asal Belanda yang sangat berkontribusi dalam bidang fisika. Gaya lorentz
sesungguhnya merupakan gabungan antara gaya elektrik dan gaya magnetik di
suatu medan elektromagnetik.
Gaya lorentz dapat timbul karena adanya muatan listrik di suatu medan
magnet. Gaya lorentz memiliki nilai besar dan juga memiliki arah. Pada arah gaya
Lorentz menggunakan aturan tangan kanan dan selalu tegak lurus dengan arah
kuat arus listrik dan induksi magnetik yang ada.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Pada 1895, Lorentz mendapatkan seperangkat persamaan yang


mentransformasikan kuantitas elektromagnetik dari suatu kerangka acuan ke
kerangka acuan lain, yang bergerak relatif terhadap yang pertama, meskipun
pentingnya penemuan itu baru disadari 10 tahun kemudian saat Albert Einstein
mengemukakan teori relativitas khususnya. Lorentz (dan fisikawan Irlandia
bernama G.F. Fitzgerald secara independen) mengusulkan bahwa hasil negatif
dari eksperimen Michelson-Morley bisa dipahami jika panjang dalam arah gerak
relatif terhadap pengamat mengerut. Eksperimen selanjutnya memperlihatkan
bahwa meski terjadi pengerutan, hal itu bukan karena penyebab yang nyata dari
hasil Michelson dan Edward Morley. Penyebabnya adalah karena tiadanya “eter”
yang berlaku sebagai kerangka acuan universal (Agus Sutanto, 2016).

2.5 Gerak Rotasi

Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak melingkar suatu


benda pada porosnya pada suatu lintasan melingkar. Bila sebuah benda
mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku
persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linier.
Momen inersia merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda
yang bergerak rotasi. Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin
malas dia berputar dari keadaan diam, dan semakin malas pula ia untuk
mengubah kecepatan sudutnya ketika sedang berputar. Dinamika rotasi
merupakan bagian dari kajian mekanika klasik yang tergolong kompleks.
Sebagai contoh, dalam ukuran yang sama sebuah silinder yang terbuat dari
sebuah besi memiliki momen inersia yang lebih besar daripada silinder kayu.
Hal ini bisa diperkirakan karena terasa lebih berat lagi bagi kita untuk
memutar silinder besi dibandingkan dengan memutar silinder kayu.
Momen inersia pada gerak rotasi bisa dianalogikan dengan massa pada
gerak translasi. Sedangkan gaya pada gerak translasi dapat dianalogikan dengan
momen gaya pada gerak translasi. Jika gaya menyebabkan timbulnya
percepatan pada gerak translasi maka momen gaya itulah yang menyebabkan
timbulnya percepatan sudut pada gerak rotasi. Saat kita memutar sebuah roda

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

atau membuka daun pintu, saat itu kita sedang memberikan momen gaya kepada
benda-benda tersebut (Nova Nurfauziawati, 2010).
Dengan memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat mengadaptasi
Hukum II newton untuk diterapkan pada gerak rotasi. Bentuk persamaan Hukum
II newton adalah:

F=m.a
...........................................................................................................(2.2.12)

Keterangan :
F = Gaya (N)
m = Massa benda (kg)
a = Percepatan (m/s2)
Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan momen
inersia, dan percepatan dengan percepatan sudut, akan kita temukan hasil adaptasi
dari Hukum II newton dalam gerak rotasi sebagai berikut:

τ = I.a
..................................................................................................(2.2.13)

Keterangan :
τ = momen gaya (Nm)
I = momen inersia (k g m2)
a = percepatan sudut (rad/s2)

2.6 Hukum Newton Tentang Gravitasi

Materi Hukum Newton tentang Gravitasi apabila ditinjau dari hakikat


pembelajaran Fisika dan Kurikulum 2013 maka peserta didik harus melakukan
kegiatan praktikum mengenai Hukum Newton tentang Gravitasi. Secara umum
materi ini di sekolah disampaikan secara teoritis tidak melalui penyelidikan. Hal
ini diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan di MA Darut Taqwa
Pasuruan dihasilkan bahwa pada materi Hukum Newton tentang Gravitasi
pemahaman konsep peserta didik masih dibawa rata-rata dibuktikan dengan hasil
dari ulangan harian pada materi tersebut sangat tidak memuaskan. Penyebabnya
adalah tidak adanya kegiatan penyelidikan pada materi tersebut. Hal ini

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

disebabkan karena alat yang ada di laboratorium tidak bisa digunakan untuk
melakukan praktikum mengenai Hukum Newton tentang Gravitasi. Hasil
observasi ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran Fisika yang ada di
lapangan masih belum bisa dikatan sesuai dengan hakikat pembelajaran Fisika
dan Kurikulum 2013 dimana peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran
berdasarkan penyelidikan fenomena yang berkaitan dengan materi. Oleh karena
itu perlu adanya alternatif dalam melakukan kegiatan penyelidikan tanpa
menggunakan laboratorium. Alternatif dari kegiatan penyelidikan tanpa
menggunakan laboratorium adalah menggunakan media virtual atau bisa disebut
dengan Virtual Physics Laboratory (VPL).
Menurut Fatik (2012) VPL adalah software pada perangkat computer yang
didisain serupa dengan laboratorium asli. VPL terdiri atas berbagai macam
software. Software tersebut bisa dijalankan secara online maupun offline. Materi
Hukum Newton tentang Gravitasi bisa dipraktikumkan melalui media virtual
berupa software PhET (Physics Education Technology) namun pada software
PhET untuk materi Hukum Newton tentang Gravitasi visualisasi konsep secara
fenomena tidak ada. Software PhET menjelaskan praktikum Hukum Newton
tentang Gravitasi secara matematis. Ketika massa benda diubah, kedua benda
cenderung tidak mengalami reaksi apapun tetapi langsung ditunjukkan nilai dari
tetapan Gravitasi umumnya. Penjelasan konsep secara fenomena masih belum
ada. Berdasarkan identifikasi kelemahan pada PhET maka perlu adanya software
lain yang sejenis dengan PhET yang bisa menjelaskan konsep secara fenomena.
Algodoo adalah salah satu software yang ada di komputer yang juga sama dengan
PhET. Software Algodoo ini juga merupakan media pembelajaran yang berbasis
VPL (Virtual Physics Laboratory). Algodoo juga bisa dijadikan alternatif dalam
proses pembelajaran fisika. Sesuai dengan pernyataan dari Harun, et all (2015)
bahwa pembelajaran yang berbasis Algodoo mengalami respon positif dan
mengalami peningkatan dalam hasil belajar peserta didik. Kegiatan Laboratorium
pada software ini diciptakan sendiri oleh penggunanya. Algodoo hanya
menfasilitasi benda-benda secara virtual dan dilengkapi dengan konsep-konsep
fisika dalam pengaplikasianya. Pada materi Gravitasi Universal, Algodoo
memberikan penyajian visualisai lebih nyata yang dihubungkan dengan reaksi

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

alamiahnya dibandingkan dengan software PhET yang hanya menyajikan secara


matematis. Software ini memungkinkan kita untuk memanipulasi atau mengubah
nilai tetapan Gravitasi universal dari suatu benda sehingga dari interaksi dua
benda yang diakibatkan oleh Gravitasi Universal suatu benda tersebut terlihat
ataupun nampak. Kegiatan Laboratorium mengenai Hukum Newton tentang
Gravitasi belum pernah dibuat pada software Algodoo ini. Peneliti
mengembangkan prinsip prinsip kerja pada software yang memakai hokum-
hukum fisika sehingga dapat dibuat kegiatan praktikum mengenai Hukum Newton
tentang Gravitasi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti bermaksud
melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Software Praktikum Fisika
Berbasis VPL Algodoo yang sengaja dilakukan untuk Membelajarkan Konsep
Hukum Newton tentang Gravitasi penyelidikan (AA Rohman, S Admoko. 2017).
2.6.1 Percepatan Gravitasi
Percepatan grafitasi adalah atau disebut juga sebagai kuat medan grafitasi
yang menyatakan suatu besarnya gaya grafitasi yang dirasakan oleh suatu benda
dengan persatuan massa. Kecepatan sudut atau yang juga sering disebut dengan
kecepatan anguler adalah atau merupakan sudut yang ditempuh oleh sebuah titik
yang bergerak di suatu tepi lingkaran dalam satuan waktu (t) tertentu. Gravitasi
bumi adalah gaya tarik bumi pada benda di atas permukaannya ke arah pusat
bumi. Dalam percepatan gravitasi, terdapat beberapa teori yang menemukannya.
Gaya gravitasi merupakan salah satu gaya dalam ilmu fisika yang ditemukan oleh
Isaac Newton. Dari pengertian ini maka kita dapat membuat suatu rumus yang
secara matematisnya adalah sebagai berikut :

M
g=G 2
...................................................................................(2.2.14)
R

Keterangan :
g = percepatan gravitasi (m/s2)
M = massa benda (kg)
R = jarak antara benda (m)
G = konstanta gravitasi (6,67 x 10-4 Nm2kg).
2.6.2 Teori Percepatan Gravitasi

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Sebenarnya, adanya gaya gravitasi yang ditemukan oleh para ilmuwan


sejak lama. Para ilmuwan yakin, selain kekuatan Tuhan yang mengatur seluruh
alam semesta, terdapat pula mekanisme tertentu yang membuat keteraturan.
Keteraturan tersebut meliputi segala sesuatu yang ada di bumi tetap berada di
tempat yang tidak tepat, meskipun bumi bulat, planet dan tidak bersaing
bertabrakan dan lainnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, terdapat beberapa
ilmuwan yang melakukan penelitian tentang alam semesta, berikut beberapa teori
yang disebutkan oleh ilmuwan sebagai dasar teori percepatan gravitasi.
1. Teori Ptolemy atau Ptolemeus Tahun 100 M
Ptomeus menggunakan teori geosentris yang telah digunakan selama
ratusan tahun dengan segala keterbatasan teknologi pada zamannya. Berdasarkan
teori geosentris, disebutkan bahwa seluruh benda langit, termasuk planet dan
matahari mengelilingi bumi sebagai pusatnya. Saat itu Ptolemeus belum dapat
menyebutkan apa yang menyebabkan seluruh benda dapat bergerak dan
mengelilingi. Namun, para ilmuwan telah mengetahui, jika teori geosentris
termasuk bagian dari teori dasar percepatan gravitasi. Dengan penelitian yang
dilakukan, para ilmuwan lain turut membuktikan dan mencari penyebab benda
langit dapat mengelilingi bumi.
2. Teori Copernicus Tahun 1543 M
Selama 1 abad, Teori Ptolemeus tidak terpecahkan, hingga sekitar tahun
1543 Corpenicus mengeluarkan terori terbaru sekaligus mengoreksi teori pertama
dari Teori Ptolemeus. Copernicus melakukan penelitian setelah ditemukannya
teropong sederhana atau teropong pantul atau teropong bintang. Ia menyebutkan
jika seluruh benda langit memang bergerak mengelilingi sesuatu. Menurutnya,
benda langit tidak beredar mengelilingi bumi sebagai pusatnya. Namun seluruh
benda langit dalam tata surya bergerak dan berkeliling dengan matahari sebagai
pusatnya. Namun teori ini cukup lama tidak dianggap dan tidak diakui oelh
masyarakat pada zamannya. Hingga akhirnya, berkat adanya penelitian lain yang
terus berkembang, penelitian teori heliosentris atau teori matahari sebagai pusat
tata surya diakui sampai saat ini.
3. Teori Thyco Brahe dan Johanes Kepler Tahun 1609
Thyco dan muridnya meneliti di bidang bumi dan menemukan jika orbit

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

atau garis edar planet me ngelilingi matahari tidak berbentuk lingkaran atau bulat
sempurna. Orbit planet berbentuk elips, karena itu pada saat tertentu planet berada
sangat dekat dengan matahari dan di lain waktu berada sangat jauh dari matahari.
Selain itu, kepler turut juga merumuskan jarak antar planet dan jarak planet
dengan matahari. Rumus dan teori ini disebut dendegan Hukum Kepler. Pada saat
itu, Claudius Copernicus dan Kepler juga belum dapat merumuskan mengapa
planet dan benda langit dapat bergerak mengelilingi matahari dan memiliki orbit
maisng-masing.
4. Isaac Newton Tahun 1680
Isaac newton merupakan ilmuwan penemu gaya gravitasi yang dikenal
dengan hukum newton. Hukum newton dibagi menjadi 3 bagian, dan Hukum
Newton III merupakan hukum yang menyatakan jika gaya gravitasi dipengaruhi
oleh gravitasi gravitasi dan massanya. Hukum gravitasi newton adalah kesimpulan
newton bahwa gaya tarik gravitasi yang bekerja antara dua benda sebanding
dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuatrat jarak
kedua benda. Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri bumi, yaitu benda-benda
ditarik kearah pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap benda-benda ini dinamakan
gaya gravitasi bumi. Besar gaya tarik menarik ini berbanding lurus dengan massa
masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuatrat jarak antar
keduanya.
5. Henry Cavendish Tahun 1789
Jika Isaac Newton menemukan gaya gravitasi dan hukumnya sedangkan
Henry Cavendish merupakan ilmuwan yang menghitung gravitasi –gravitasi. Oleh
karena pada saat itu belum terdapat gravitymeter untuk menghitung percepatan
gravitasi bumi. Maka Cavendish mempercepat gravitasi di beberapa tempat
dengan menggunakan neraca torsi (Nani Herawati, 2018).
2.6.3 Faktor Pengaruh Percepatan Gravitasi
Kuat medan gravitasi atau lebih sering di sebut percepatan gravitasi
merupakan besaran fisika yang banyak digunakan dalam berbagai topik fisika.
Besar percepatan gravitasi yang dialami sebuah benda yang berada pada
ketinggian tertentu diatas permukaan bumi akan sebanding dengan besar massa
bumi dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak benda ke pusat bumi.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

1. Ketinggian
Ketinggian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya
percepatan gravitasi di bumi dan pengaruhnya berbanding terbalik. Semakin besar
jarak benda dari permukaan bumi, maka percepatan gravitasi akan semakin kecil.
Karena itu, di luar angkasa tidak terdapat gaya tarik bumi. Namun ketinggian
tersebut memiliki pengaruh yang signifikan jika mendekati atau lebih besar dari
jari-jari bumi tersebut. Ketika sebuah benda beraada di permukaan bumi, maka
jarak antara benda dengan pusat bumi sama dengan jari-jari bumi sehingga besar
percepatan gravitasi dipermukaan bumi berbanding terbalik dengan kuadrat jari-
jari bumi. Ketika sebuah benda berada pada ketinggian tertentu yang cukup besar,
maka percepatan gravitasi yang dialaminya akan menjadi lebih kecil karena jarak
benda ke bumi menjadi lebih jauh. Jarak benda ke bumi akan menjadi jumlah
ketinggian benda dengan jari-jari bumi. Pengaruh ketinggian hanya dapat di
pengaruhi besar percepatan gravitasi secara signifikan jika ketinggian tersebut
cukup besar mendekati atau lebih besar dari jari-jari bumi . Jiika ketinggiannya
kecil maka tidak akan mempengaruhi besar percepatan gravitasi secara signifikan
karena nilainya tidak akan terlalu berubah (Nani Herawati, 2018).
2. Kedalaman
Faktor pengaruh selanjutnya adalah kedalaman. Kedalaman menunjukkan
sebuah benda yang berada di bawah permukaan laut, yaitu jarak benda dengan
pusat lebih kecil dari jari-jari bumi tersebut. Maka percepatan gravitasi bumi di
kedalaman tertentu lebih kecil, dibandingkan dengan benda-benda yang ada
dipermukaan bumi. Pada poin pertama kita sudah melihat bagaimana pengaruh
ketinggian terhadap percepatan gravitasi bumi. Semakin besar ketinggian benda di
atas permukaan bumi, maka akan semakin kecil percepatan gravitasi bumi yang
dialaminya. Lalu, bagaimana jika benda berada pada kedalaman tertentu di dalam
bumi Apakah percepatan gravitasi bumi pada kedalaman h akan lebih besar
dibanding percepatan gravitasi di permukaan bumi Atau justru akan lebih kecil
dibanding percepatan graviatsi di permukaan bumi Jika bumi kita anggap sebagai
benda homogen yang memiliki massa jenis rata-rata ρ, maka percepatan gravitasi
pada kedalaman h di dalam bumi hanya dipengaruhi oleh bagian bola bumi bagian
dalam yang berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari asli bumi. Misal pada

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

kedalaman h, maka jari-jari bagian bola bumi yang mempengaruhi percepatan


gravitasi adalah R – h. Karena jari-jarinya lebih kecil dan ukuran bolanya menjadi
lebih kecil, maka massa bumi juga lebih kecil (Nani Herawati, 2018).
3. Letak Lintang
Bumi tidak memiliki bentuk bulat sempurna seperti bola. Dibagian kutub
memiliki garis lintang 0 derajat bumi sedikit pepat dan jari-jari bumi diwilayah
semakin kecil. Jika menggunakan rumus percepatan gravitasi, maka ditemukan
jika percepatan gravitasi di kutub lebih besar dibandingan di khatulistiwa. Itu
artinya, semakin besar percepatan gravitasi di suatu tempat yang dialami benda,
maka akan semakin besar pula beratnya. Sebaliknya, semakin kecil percepatan
gravitasinya, maka akan semakin kecil beratnya. Dengan demikian, berat benda di
bagian ekuator lebih kecil dibanding berat benda di bagian kutub. Jari-jari bumi di
bagian kutub (kutub Utara dan kutub Selatan) lebih kecil daripada jari-jari bumi di
Khatulistiwa sehingga percepatan gravitasi di Kutub lebih besar. Percepatan
gravitasi di kutub sekitar 9,83 m/s2 (Nani Herawati, 2018)
2.6.4 Gerak Jatuh Bebas
Gerak jatuh bebas adalah sebuah gerak jatuh benda pada arah vertikal dari
ketinggian tertentu tanpa kecepatan awal. Galileo menyatakan bahwa untuk gerak
jatuh bebas semua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama jika tidak ada
udara dan hambatan lainya. Percepatan konstan untuk gerak jatuh bebas adalah
percepatan akibat gravitasi bumi (g). Berdasarkan teori, peristiwa gerak jatuh
bebas dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, sehingga nilai percepatan benda pada
saat mengalami gerak jatuh bebas adalah mendekati nilai percepatan gravitasi
bumi. Untuk membuktikan teori tersebut maka perlu dilakukan eksperimen gerak
jatuh bebas. Pengukuran parameter gerak jatuh bebas dalam eksperimen selama
ini masih dilakukan secara manual. Beberapa set eksperimen gerak jatuh bebas
yang telah dikembangkan masih terbatas pada pencatatan waktu secara otomatis.
Pencatatan waktu masih menggunakan stopwatch sedangkan ketinggian benda
masih diatur secara manual. Selain itu, pengolahan data untuk mendapatkan nilai
percepatan gravitasi bumi masih dilakukan secara manual. Hal ini menyebabkan
data hasil pengukuran memiliki ketelitian dan ketepatanyang cukup rendah. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengembangan terhadap eksperimen gerak jatuh bebas

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

untuk menghasilkan data dengan ketelitian yang baik. Berdasarkan latar belakang
ini, dalam penelitian ini telah dibuat set eksperimen gerak jatuh bebas berbasis
mikrokontroler dengan tampilan PC. Sehingga pengukuran dapat dilakukan secara
otomatis dan data yang dihasilkan lebih teliti dan akurat. Ketinggian benda dalam
penelitian ini diatur menggunakan motor dc. Motor merupakan sebuah
perangkat elektronik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
berfungsi sebaliknya. Polaritas dari tegangan diberikan pada dua terminal
menentukan arah putaran motor sedangkan besar dari tegangan kedua terminal
menentukan kecepatan motor (Y Dasriyani, H Hufri, DY Yohandri, 2014).

2.7 Momen Inersia

Momen inersia adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk
mempertahankan posisinya dari gerak rotasi atau dapat juga diartikan sebagai
kelembaman benda yang berotasi atau berputar pada sumbunya Semakin jauh
posisi massa benda ke pusat rotasinya semakin besar momen inersia benda
tersebut.Aplikatif keilmuan fisika terdapat pada setiap segi kehidupan, mulai dari
yang dasar hingga tambahan. Salah satu yang sering dijumpai adalah penggunaan
katrol sebagai alat bantu memindahkan objek, seperti yang ada pada pelabuhan.
Jumlah katrol memengaruhi gaya yang harus dikerahkan, sehingga untuk objek
yang berat dipilih susunan katrol yang memerlukan gaya yang lebih kecil. Salah
satu konsep keilmuan fisika diatas adalah menggunakan momen inersia. Dalam
percobaan ini akan ada keterkaitan antara percepatan dengan momen inersia pada
sistem katrol serta dapat mengetahui jenis benda apa yang digunakan Momen
inersia adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk mempertahankan
posisinya dari gerak rotasi atau dapat juga diartikan sebagai ukuran kelembaman
benda yang berotasi atau berputar pada sumbunya. Momen inersia adalah ukuran
kelembaman suatu benda untuk berotasi pada porosnya, momen inersia juga
disebut sebagai besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak
translasi. Jika momen inersia besar maka benda akan sulit untuk melakukan
perputaran dari keadaan diam (Siti Nursetia,2018).

2.8 Hubungan Hukum Newton Dengan Momen Inersia

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Pada hukum kedua newton menjelaskan tentang yang dikenai gaya


sehingga timbul suatu percepatan benda tersebut yang diakibatkan oleh suatu
gaya. Aapun hukum newton tersebut sudah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan
momen inersia merupakan gerak rotasi yang dipengaruhi pola distribusi massa
terhadap sumbu putar.
Sebagai contoh, sebuah silinder pejal yang jari-jari r dan bermassa m
dijadikan katrol untuk sebuah sumur. Silinder tersebut kemudian diberi tali, lalu
pada salah satu ujung tali digantungi massa dan pada salah satu ujung tali lainnya
dikenai gaya sebesar F. Dari contoh diatas akan jelas hubungan antara hukum
kedua newton dengan momen inersia.

2.9 Percepatan

Percepatan diperlambat artinya arah percepatanya berlawanan dengan arah


kecepatan. Sedangkan percepatan dipercepat artinya arah percepatannya searah
dengan kecepatan. Percepatan merupakan besaran vector, sehingga percepatan
bernilai negatif jika kecepatan suatu benda berkurang dalam selang waktu tertentu
(diperlambat). Percepatan dibagi menjadi percepatan diperlambat dan Percepatan
bernilai positif ketika kecepatan suatu benda bertambah dalam selang waktu
tertentu (dipercepat).
Kejadian dipercepat dan diperlambat dapat kita ilustrasikan pada suatu
mobil yang bergerak. Mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan dan arah
tertentu akan mengalami perlambatan yang arah perlambatannya berlawanan arah
kecepatan. Ketika mobil direm karena hendak berhenti, dan mobil akan dipercepat
dengan arah percepatannya searah kecepatan ketika mobil digas karena hendak
menyusul kendaraan lain di depannya. Gerak buah kelapa yang dari pohonnya
jatuh ketanah akan semakin cepat dan gerak sepeda motor yang kalau di gas
kencang gerakannya akan semakin meningkat.
Percepatan dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut :

a=
Δ v V 2−V 1
.........................................................................................................(2.2.15)
=
Δt t 1−t 2

Keterangan :

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

a= Percepatan rata-rata (m/s),


∆ v = Perubahan kecepatan (m/s),
∆ t=Selang waktu(s),
v 1 = Kecepatan awal (m/s),
v 2 = Kecepatan akhir (m/s),
t 1 = Waktu awal (s)
t 2 = Waktu akhir (s)
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

a b c

d e f

Gambar 2.3.1 Peralatan Pesawat Atwood


(a) Peraga pesawat atwood, (b) Roll meter, (c) Stopwatch, (d) Beban
pemberat, (e) Neraca analitik, (f) Silinder

3.2 Prosedur Percobaan

Pertama-tama kami menimbang M1,M2 dan mb setelah itu, diatur posisi A,


B, C lalu catat jaraknya. Dipasang M1 dan M2 melalui katrol pada Pesawat
Atwood lalu dibiarkan bergerak melintasi C-B-A lalu di letakkan silinder M2

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

pada titik C kemudian diletakkan benda di atas silinder tersebut, sementara disisi
yang lain (M1) tetap dipertahankan pada posisinya,dilepaskan silinder M1 agar
silinder M2 bergerak kebawah, dan bersamaan dengan itu, dinyalakan stopwatch
pertama. Ketika silinder M2 menyentuh titik B, stopwatch pertama dimatikan,
sementara stopwatch kedua mulai dinyalakan. Ketika silinder M2 mencari titik A,
dimatikan stopwatch kedua. Di catat waktu tempuh CB dan BA. Di ulangi
kembali prosedur 4 sampai dengan 7 kali sesuai petunjuk Asisten
BAB IV
TABEL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan


2.4.1 Tabel Hasil Pengamatan

X (cm) T (sekon)
No. Keterangan
CB BA CB BA
Ms = 0,0117
1. 40 60 1,46 1,48 1,50 0,40 0,48 0,46
kg
Mb =0,0157
2. 60 40 1,21 1,22 1,24 1,32 1,36 1,38
kg

Hari/Tanggal Praktikum : Jumat/21 Oktober 2022


Kelompok/Frekuensi : 3B/1
Anggota kelompok : 1.Muhammad Fauzan Ramadhan 09320220028
2.Widya Anastasya 09320220029
3.Muhammad Ikbal 09320220030
4.Adriansyah Hafid 09320220032

Makassar,26 Oktober 2022

ASISTEN

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

(Muhammad Rayhan Al-Qadri)

BAB V
PENGOLAHAN DATA

Tcb
5.1 Menentukan ∑
n

Tcb T 1+T 2+T 3


Tcb=¿ ∑ =
n n

Tcb1 1, 46+1 , 48+1 ,50


Tcb1=¿∑ = = 1,48
n 3

Tcb2 1 ,21+1 , 22+ 1, 24


Tcb 2=¿∑ = =1 ,22
n 3

Tba
5.2 Menentukan ∑
n

Tba T 1+T 2+T 3


Tba=∑ =
n n

Tba1 0 , 40+0 , 46 +0 , 48
Tba 1=∑ = =0 , 44
n 3

Tba2 1 ,32+1 , 36+1 , 38


Tba 2 = ∑ = =1 ,35
n 3

5.3 Persamaan Benda dan percepatan gravitasi

2( xcb + xba)
a n=
(Tcb¿¿ 2+2. ( Tbc . Tba )) ¿

2.(0 , 04+ 0 , 06)


a 1=
0 ,2
(1 , 48¿¿ 2)+ 2. 1 , 48 . 0 , 44= =0,057 ¿
3.492
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

2(0 , 06+0 , 04)


a 2=
¿¿¿

( ms+ mb ) a n
gn =
mb

( 0,0117 +0,0157 ) 0,041 0,0015


g1 = = =0,099
0,0157 0,0157

( 0,0117 +0,0157 ) 0,041 0,0011


g2 = = =0,071
0,0157 0,0157

5.4 Teori Ketidakpastian

5.4.1 Untuk percepatan


2
xCB
1. a= 2
2 XAB . TCB
2
0 , 04 0,004
¿ 2
= =0,004
2. 0 , 06 . 1 ,35 0,218

Δ a= (
√ sa 2
sxba
) +( Δxba)2 +¿

Dimana : u=xba2
1
u =2 xba
2
v=2 xcb .tba
1
v =0

( )
1 1 1
δa u . v −u . v
=
δxba v2

2
2 xba . 2 xcb .tba−xba . 0
¿ 2 2
( 2 xcb . tba )
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
2 xba
¿ 2
(2 xcb . ba)

2(0 , 04 +0 , 06)
=
(2 . 0 , 04+0 , 06 . 0 , 44 +1 ,35)

0,2
¿
1,456

¿ 0,137

1
Δxba= x skala terkecil
2

1 −2
¿ x 10
2
−3
¿ 0 , 5 x 10
−3
¿ 5 x 10

¿ 0,005

Dimana : u=xba2
1
u =0
2
v=2 xcb .tba
1 2
v =2tba

2 2 2
0 .2 x cb . tba −xba . 2 .tba
¿ 2
2 xcb . tba
2
xba2 . 2 tba2 (0 , 04+ 0 ,06) . 2(0 , 44+ 1, 35)
¿ =
2 xcb . tba 2 2(0 , 04+ 0 , 06)2 .(0 , 44+1 , 35)2

0 , 01 .3 , 58
¿
0 , 02. 3,204

0,035
¿ =0,546
0,064
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
1
Δxba= x skala terkecil
2

1 −2
¿ x 10
2
−2
¿ 0 , 5 x 10
−3
¿ 5 x 10

¿ 0,005

Dimana : u=xba2 u 1=0


2 1
v=xba v =4 xbc . tba
2
(sa) u1 . v−u . v 1
=
( stba) v2

0 . ( 2 xcb . tba 2 )−xba2 . 4 xcb . tba


¿
¿¿¿
2
xba . 4 x cb .tba
¿ 2 2
(2 xcb .tba )
2
(0 , 04 +0 , 06) 4 ( 0 , 04+0 ,06 ) 1 , 35
¿
¿¿

0 , 01. 0 , 54
¿
0 ,2 . 3,204

0,005
¿
0,640

¿ 0,007

ΔTba=√ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

¿

(0 , 44−0 , 44 )2+(1 ,35−0 , 44 )2
2(2−1)

¿
√ 0,828
2

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

¿ √ 0,414

¿ 0,643

Δa= √ ¿ ¿

¿ √ (0,137)2 +(0,005)2+(0,546)2 +( 0,005)2 +(0,007)2 +(0,643)2

¿ √ 0,018+0,000025+ 0,298+0,000025+0,000049+ 0,413

¿ √ 0,729

¿ 0,853

Δa
KR= ×100 %
2 ( Δa . Ta )

0,853
¿ ×100 %
2(0,853+0,004 )

0,853
¿ × 100 %
1,714

¿ 0,496 ×100 %

¿ 0,496 %

KB=100 %−KR

¿ 100 %−0,496

1=99 ,5 %

Untuk Gravitasi

( ms+mb ) a
g=( )
mb

(0,0117+ 0,0157)0,057
¿( )
0,0157

¿ 0,001

δg
= √¿ ¿
δms

¿¿¿

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

a . ( mb )−( ms+mb ) a . o
¿ 2
( mb)

a
¿
mb

0,004
¿
0,0157

¿ 0,254

1
Δms= x skala terkecil
2

= 0,5 x 10−2

= 5 x 10−3

= 0,005

a . mb−( ms+mb ) a . b
¿ 2
(mb)

a . ( ms+mb ) a
¿
mb

0,057 . ( 0,0117+ 0,0157 ) 0,057


( )
0,0157

0,0554
¿ = 3,528
0,0157

1
Δmb= x skalaterkecil
2

1 −2
¿ x 10
2
−2
¿ 0 , 5 x 10
−3
¿ 5 x 10

¿ 0,005

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
¿

ms+mb . ( mb )+ ( ms+ mb ) a . o
¿ 2
(mb)

ms+mb
¿
mb

0,0274+0,0157
¿
0,0157

0,0274
¿ =1 , 74
0,0157

𝞓a = √ ¿ ¿

¿ √ (0,057−0 , 86)2 +¿ ¿ ¿

¿
√ (0,803)2+(−0,819)2
2

¿
√ 0,644 +0,670
2

¿
√ 1,314
2

¿ √ 0,657

¿ 0,810

Δg= √ ¿ ¿

¿√¿¿

√ 0,064+ 0,000025+12,446+0,000025+ 3,027+0,656


¿ √ 16,193

¿ 4,024

Δa
kr = x 100 %
2(Δata)

0,810
¿ x 100 %
2(0,810+0,004 )

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
0,810
¿ x 100 %
1,628

¿ 0,497 x 100 %

¿ 0,497 %

kb=100 %−kr

¿ 100 %−0,497

¿ 99 , 5 %

BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data

Tabel 2.6.1 Data Hasil Perhitungan

No XCB XBA TCB TBA A G Keterangan


1 0,04 0,06 1,48 0,44 0,057 0,099 Mb = 0,0157
2 0,06 0,04 1,22 1,35 0,041 0,071 Ms = 0,0117

6.2 Pembahasan Hasil Pengolahan Data

Dari tabel yang dipaparkan di atas membuktikan bahwa semakin besar


jarak, maka waktu tempuh yang dibutuhkan semakin besar. Sedangkan semakin
kecil jarak, maka waktu tempuh yang dibutuhkan semakin kecil. Hal ini sesuai
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

dengan hasil yang kami dapatkan pada percobaan dimana XBC dengan jarak 0,04
m dan 0,06 m membutuhkan waktu selama 1,48 s dan 1,22 s. Dimana XBA
dengan jarak 0,06 m dan 0,04 m membutuhkan waktu selama 0,44 s dan 1,35 s.
Pada percepatan benda diperoleh nilai 0,057 m/s 2 dan 0,041 m/s2. Serta pada
percepatan gravitasi diperoleh nilai 0,099 m/s2 dan 0,071 m/s2.

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti proses praktikum percobaan Pesawat Atwood, kami dapat


menarik kesimpulan bahwa dalam percobaan Pesawat Atwood terdapat gerak
lurus beraturan (GLB) yaitu gerak lurus suatu obyek, dimana dalam gerak ini
kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam
gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu, dan gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) yaitu gerak lurus suatu obyek, di mana kecepatannya berubah
terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap. Serta dalam menentukan
percepatan digunakan rumus dari hukum Newton. Dan untuk menentukan nilai
gravitasi kita harus mengetahui percepatan dan gaya yang bekerja pada benda

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

tersebut.

7.2 Saran

7.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Menjaga kebersihan dan kenyamanan laboratorium, menyediakan alat-alat
praktikum dengan lengkap, dan menyediakan P3K apabila ada yang terluka.
7.2.2 Saran Untuk Asisten
Tetap lebih sabar dalam menghadapi praktikan dan meluangkan lebih
banyak waktunya untuk kegiatan asistensi.
7.2.3 Saran Praktikum
Lebih aktif dalam proses praktikum dan dalam proses pembuatan laporan.

7.3 Ayat yang Berhubungan

“ Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah


dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya” (Q.S l- Isra 17 : 35).
Dalam percobaan yang kami lakukan yaitu Pesawat Atwood kami dapat
menambah wawasan kami dan percobaan ini membuat kami tau cara menghitung
pesawat atwood
DAFTAR PUSTAKA

Ariska, M. (2019). Penyelesaian Dinamika Pesawat Atwood Dengan Persamaan


Eular-Lagrange Sebagai Alternatif Persamaan Newton Pada Fisika Sma.
Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 6(1), 62–69.
https://doi.org/10.36706/jipf.v6i1.7816
Fisika, J. P., Sebelas, U., & Surakarta, M. (2020). Analisis Korelasi Kecepatan
dan Percepatan Saat Gerak Lurus Menggunakan Pesawat Atwood Berbasis
Arduino dengan Sensor Logam. 57–61.
Hardiansyah, I. W. (2021). Penerapan Gaya Gesek Pada Kehidupan Manusia.
INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA, 10(1), 67–70.
https://doi.org/10.20961/inkuiri.v10i1.44531
Nurfauziawati, N. (2015). Laporan praktikum fisika dasar modul 2 pesawat
atwood.
Purwanto, J. (2014). Hukum newton tentang gerak dalam ruang fase tak
komutatif. Journal UIN, X(1), 30–35.
Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, R. S. (2016). 済無 No Title No Title
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

No Title. Laboratorium Penelitian Dan Pengembangan FARMAKA TROPIS


Fakultas Farmasi Universitas Mualawarman, Samarinda, Kalimantan
Timur, April, 5–24.
Wahid, M. A., & Rahmadhani, F. (2019). Eksperimen Menghitung Momen
Inersia dalam Pesawat Atwood Menggunakan Katrol dengan Penambahan
Massa Beban. Jurnal Phi; Jurnal Pendidikan Fisika Dan Terapan, 2(April
2019), 1–7.
Wasino, Maftukhin, A., & Kurniawan, E. S. (2013). Pengembangan Pesawat
Atwood Berbasis Sensor LDR ( Light Dependent Resistor ) sebagai Alat
Peraga GLB Dan GLBB. Radiasi, 3(2), 107–111.

PESAWAT ATWOOD

You might also like