Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pesawat Atwood Acc
Laporan Pesawat Atwood Acc
BAB I
PENDAHULUAN
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
berubah setiap saat karena akselerasi yang tetap. Tidak hanya gerakan garis lurus
dan gerakan lurus berubah secara teratur, tetapi prinsip kerja katrol juga
diterapkan. Momen inersia sebuah katrol adalah ukuran dari inersia sebuah katrol
untuk memutar atau mengubah keadaan rotasinya ketika ada momen kekuatan
yang dihasilkan bekerja padanya. Momen inersia katrol ini dapat ditentukan
dengan menggunakan pendekatan konseptual atau melalui eksperimen dan
pendekatan matematika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila beban
tambahan yang diberikan semakin besar maka momen inersia yang dihasilkan
besar, begitu juga sebaliknya (Wahid & Rahmadhani, 2019).
Pesawat atwood diaplikasikan oleh praktikan untuk mempelajari
bagaimana gerak lurus bekerja sedangkan yang masih digunakan secara manual
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengolah data. Hal tersebut
menyebabkan pembelajaran kurang effisien sehingga dirancanglah pesawat
atwood dengan sistem komputasi supaya dapat mempermudah proses pengolahan
data. Sistem komputasi pesawat atwood dirancang untuk mengukur gerak gerak
lurus beraturan menggunakan sensor optocoupler sehingga dapat mendeteksi
putaran dari katrol pada pesawat atwood yang dikirimkan melalui mikrokontroler
untuk ditampilkan pada computer (Nurdiansyah,Dida, 2015).
Pesawat atwood ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang konstan. Jika ditinjau
dari gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka
diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan
mempertahankan kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun, tak
selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui.
Pendekatan newton memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada partikel.
Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui,
maka pendekatan newton sulit diterapkan. Oleh sebab itu, ada cara lain untuk
merumuskan gerak mekanik dengan meninjau sistem tersebut dari energinya. Jika
gaya pada sistem gerak sulit untuk diketahui maka dapat ditinjau pesawat atwood
dengan persamaan lagrange. Persamaan lagrange ini dapat merumuskan sistem
gerak pesawat atwood dengan jelas. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik
untuk menjelaskan penyelesaian masalah gerak dengan persamaan eular-lagrange
untuk merumuskan dinamika sistem sebagai alternatif dari persamaan newton.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
II-x
-x
x
M11
maka massa m2 akan tertarik oleh massa benda m1. Sebaliknya jika massa benda
m1 lebih kecil daripada massa benda m2 (m1 < m2 ) maka massa m1 akan tertarik
oleh massa benda m2.
2.2 Gerak Translasi
Gerak translasi adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis
lurus. Gerak Lurus adalah gerak satu dimensi yang paling sederhana. Di mana
suatu benda bergerak dari satu titik menuju suatu arah dengan kecepatan dan jarak
tempuh tertentu. Gerak lurus disebut juga sebagai gerak linear. Dapat pula gerak
ini disebut suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi
perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dikelompokan menjadi Gerak
Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dibedakan
dengan ada tidaknya percepatan (Wasino et al., 2013).
2.2.1 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
GLB atau gerak lurus beraturan adalah sebuah keadaan dimana sebuah
benda bergerak dalam kecepatan yang tetap atau konstan. Gerak lurus yang
beraturan ini bermula dari sebuah gerak. Gerak sendiri memiliki pengertian
“perubahan posisi objek dari titik awal ke tujuan”.
Di atas kita sudah menyinggung sedikit mengenai hal ini, gerak adalah
perubahan posisi sebuah benda atau objek suatu titik awal objek menuju titik
akhir. Sedangkan untuk GLB, pengertiannya adalah gerak lurus yang memiliki
kecepatan tetap, dan tidak adanya percepatan pada objek. Sehingga nilai
percepatan pada objek yang mengalami GLB adalah nol (a = 0). Sedangkan
pada sisi GLBB benda akan mengalamu perubahan kecepatan.
Kita bisa ambil contoh, jika dalam kurun waktu 1 menit pertama, sebuah
benda menempuh jarak 10 m, maka dalam selang 1 menit berikutnya benda
tersebut juga menempuh jarak 10 m. Walaupun berada pada jalan yang lurus
sebuah mobil tidak akan dapat menempuh jarak yang sama dalam selang waktu
yang juga tetap, sehingga akan sedikit sulit untuk mengalami kejadian GLB ini di
dunia nyata. Karena pasti akan terjadi percepatan atau perlambatan dari sebuah
mobil, hal ini disebut dengan GLBB atau gerak lurus berubah beraturan.
Hubungan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
berupa garis lurus dengan (tan) sudut kemiringan grafikdan menunjukkan wilayah
nilai kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik, semakin besar pula
nilai kecepatanya. Dan begitupun dengan sebaliknya. Itulah hubungan antara
ketiganya, yang saling berkaitan dan tidak dapat dihilangka dari hubungan
tersebut.. Untuk kecepatan rata-rata, perpindahan, dan selang waktu dapat
dinyatakan hubungannya sebagai berikut:
s = v.t ........................................................................................(2.2.1)
Keterangan :
s = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
2.2.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek,
dimana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap. kecepatan dan percepatan selalu memiliki arah yang sama, benda yang
memiliki massa lebih besar apabila dijatuhkan dari ketinggian yang sama akan
tiba terlebih dahulu dibandingkan massa yang lebih kecil ke tanah. Dengan kata
lain gerak benda di percepat. Namun demikian, GLBB juga daapat berarti, bahwa
dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah semakin lambat hingga akhirnya
berhenti. Dalam hal ini benda mengalami perlambatan tetap. Pada umumnya
GLBB didasari oleh Hukum II Newton. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
memiliki percepatan (a) dengan nilai a (+) disebut kecepatan dan a (-) disebut
kecepatan. Contoh gerak lurus berubah beraturan (GLBB) seperti saat mengerem
mobil agar mobil berhenti dan seorang pengendara menurunkan kecepatan di
tikungan. GLBB memiliki ciri utama berupa dari waktu menuju waktu kecepatan
benda berubah. GLBB terjadi pada benda yang bergerak dalam lintasan lurus
(linear) dengan kecepatan yang tidak konstan. Hal tersebut, percepatan GLBB
memiliki percepatan yang konstan. Percepatan GLBB dapat berbventuk positif
dan negatif, atau dipercepat dan diperlambat. Suatu benda yaitu melakukan suatu
gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika percepatanya itu selalu konstan.
Percepatan adalah besara vektor yaitu (besaran yang mempunyai besar dan arah).
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Percepatan konstan adalah atau berarti besar dan arah percepatan selalu konstan
pada setiap saat.
Vt = V0 +at
..................................................................................(2.2.2)
s = V0t + ½ at2
............................................................................................................(2.2.4)
Keterangan:
v0 = Kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
t = waktu (s)
s = jarak tempuh (m)
GLBB dibagi menjadi 2 macam :
1. GLBB dipercepat
GLBB dipercepatan adalah gerak benda yang mempunyai lintasan lurus
dan kecepatannya bertambah secara beraturan. Benda tersebut juga mengalami
percepatan konstan atau tetap terhadap waktu.
Untuk diketahui, lima contoh gerak lurus berubah beraturan dipercepat dalam
kehidupan sehari-hari adalah:
1. Buah durian yang jatuh dari pohon.
2. Gerak benda yang jatuh bebas.
3. Gerak mobil yang menambah kecepatan.
4. Gerak benda meluncur dari puncak bidang miring.
5. Gerak atlet terjun payung dari pesawat terbang.
Semua peristiwa di atas disebut mengalami gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dipercepat karena mendapatkan besar percepatan yang konstan dari
percepatan gravitasi bumi. Sebagaimana yang kita tahu, besar percepatan gravitasi
bumi adalah 9,8 m/s2 atau sering dibulatkan menjadi 10 m/s2. Percepatan
gravitasi inilah yang membuat kelima contoh gerak di atas mengalami
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
2. GLBB diperlambat
GLBB diperlambat adalah gerak pada lintasan lurus dengan kecepatan
yang terus berkurang secara beraturan tiap detiknya. Berkurangnya kecepatan
tersebut secara beraturan disebabkan karena nilai perlambatannya yang konstan.
Disadari atau tidak, ada banyak peristiwa gerak dalam kehidupan sehari-
hari yang termasuk ke dalam contoh gerak lurus berubah beraturan diperlambat.
Cara mengenalinya mudah saja, ketika ada benda yang bergerak dalam lintasan
lurus dan kecepatannya berkurang secara teratur tiap detiknya, maka bisa
dikatakan gerak benda itu sedang mengalami perlambatan atau GLBB
diperlambat.
Untuk diketahui, lima contoh gerak lurus berubah beraturan diperlambat dalam
kehidupan sehari-hari adalah:
1. Benda yang dilempar vertikal ke atas
2. Kelereng yang digelindingkan ke atas pada bidang miring yang licin
3. Bola yang menggelinding di atas pasir
4. Mobil yang direm dengan gaya tetap
5. Peluru yang ditembakkan vertikal ke atas.
Semua peristiwa di atas disebut gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
diperlambat karena mengalami pengurangan kecepatan setiap detiknya dengan
nilai perlambatan yang konstan.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
V = v0 ± at
.......................................................................................(2.2.5)
Keterangan :
v0 = Kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
t = waktu (s)
Untuk menentukan jarak yang ditempuh setelah t detik adalah sebagai
berikut:
s = v0. t ± ½ at2
..................................................................................(2.2.6)
Keterangan :
v0 = Kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
t = waktu (s)
s = jarak tempuh (m)
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persamaan diatas adalah saat
GLBB dipercepat tanda yang digunakan adalah (+).
Untuk GLBB diperlambat tanda yang digunakan adalah (-), catatan
penting yang disini adalah dimana nilai percepatan (a) yang dimasukkan pada
GLBB diperlambat bernilai positif karena dirumusnya sudah menggunakan
tanda negatif. Benda dikatakan bergerak ketika ada gaya yang diberikan
kepadanya sehingga dapat di katakan sebagai sesuatu yang dapat menyebabkan
benda tersebut dapat bergerak (Nova Nurfauziawati, 2010).
2.2.3 Gerak Melingkar Beraturan
Berbagai macam benda-benda yang melakukan gerak dalam orbit lintasan
melingkar. Roda kendaraan, komedi putar di pekan raya menunjukkan gerak
melingkar. Gerak melingkar dengan kelajuan sudut konstan dinamakan gerak
melingkar beraturan.
Suatu benda yang bergerak mengelilingi sumbu dalam lintasan melingkar
disebut gerak melingkar. Elektron dalam atom dimodelkan melakukan gerak
melingkar mengelilingi inti atom. Benda-benda angkasa seperti bulan juga
melakukan gerak melingkar mengelilingi bumi. Bumipun melakukan gerak
melingkar mengelilingi matahari. Pada salah satu rukun haji, yaitu thowaf, para
jamaah haji melakukan gerak melingkar mengelilingi ka’bah. Ketika memahami
gerak melingkar akan menemukan sudut yang dibentuk oleh vector jari-jari yang
dapat menghubungkan antara dua posisi benda yang berbeda dalam suatu
lintasan melingkar itu. (Joehan wahyudi,2017)
Hukum Gerak. Ada tiga hukum newton tentang gerak, yaitu Hukum I Newton,
Hukum II Newton, dan Hukum III Newton.
2.3.1 Hukum I Newton
Hukum I newton menyatakan bahwa Jika resultan gaya yang bekerja pada
benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam
dan benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan
dengan kecepatan tetap. Artinya percepatan benda akan konstan apabila resultan
gaya luar yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Secara matematis
Hukum I Newton dapat dinyatakan dengan :
∑F = 0
.............................................................................................(2.2.7)
Keterangan:
ƩF = Resultan gaya (kg m/s2)
Kecenderungan dari keadaan ini digambarkan dengan mengatakan bahwa
benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan itu, hukum pertama Newton
seringkali dinamakan hukum kelembaman. Hukum pertama dan kedua Newton
dapat dianggap sebagai definisi gaya. Gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah
benda yang menyebabkan benda mengubah kecepatannya, artinya dipercepat.
Arah gaya adalah arah percepatan yang disebabkannya jika gaya itu adalah gaya
satu-satunya gaya yang bekerja pada benda tersebut.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
F = m.a ............................................................................................(2.2.8)
Keterangan:
F = Gaya (N)
m = Massa benda (kg)
a = Percepatan (m/s2)
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
sama dan berlawanan dengan gaya itu. Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah
benda (aksi) maka benda itu akan mengerjakan gaya yang sama besar namun
berlawanan arah (reaksi). Dengan kata lain gaya selalu muncul berpasangan, tidak
pernah ada gaya yang muncul sendirian (Purwanto, 2014).
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
2.4 Gaya
Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu benda. Untuk
melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga mempunyai arti yang
tidaksama, namun keduanya saling berhubungan. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
f = µN .....................................................................(2.2.10)
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
keterangan:
f = Gaya gesek
µ = Koefisien gaya gesek
N = Gaya normal
Gaya gesek dapat terjadi pada benda yang memiliki permukaan halus
maupun kasar. Semakin halus permukaan benda, maka semakin kecil gaya
geseknya. Sebaliknya, semakin kasar permukaan benda maka semakin besar gaya
geseknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya gaya dapat disebabkan
oleh halus atau kasarnya permukaan benda. Pada benda yang memiliki permukaan
licin tetap dapat terjadi gaya gesek meskipun sangat kecil (Hardiansyah, 2021).
2.4.2 Gaya berat
Gaya berat atau biasanya disingkat berat adalah gaya gravitasi yang bekerja
pada suatu benda bermassa. Jika benda tersebut berada di bumi, maka gaya
gravitasi yang bekerja adalah gaya tarik bumi. Dengan adanya gravitasi bumi,
maka kita dapat berdiri tanpa masalah di permukaannya, apabila tidak terdapat
gaya gravitasi bumi, maka setiap benda akan melayang seperti halnya di luar
angkasa tanpa arah karena tidak adanya gaya tarik atau gaya gravitasi bumi yang
bekerja pada suatu benda bermassa yang berada di luar angkasa. Lambang gaya
berat adalah w, singkatan dari weight. Satuan berat adalah Newton (N).
w=m.g
.........................................................................................(2.2.11)
keterangan:
w = Gaya berat (N)
m = Massa benda (kg)
g = Gravitasi bumi (m/s2)
2.4.3 Gaya normal
Gaya normal adalah gaya yang mencegah benda / objek untuk 'jatuh' ke
apapun yang didudukinya. Arah vektor gaya normal selalu tegak lurus ke
permukaan yang bersentuhan /kontak dengan benda. Sebagai contoh, jika ada
balok di atas lantai, maka dikatakan bahwa balok mengalami gaya normal yang
diberikan oleh lantai; dan karena adanya gaya ini, balok tidak jatuh ke lantai. Arah
gaya normal pada balok ke atas tegak lurus terhadap lantai. Ditinjau sebuah kubus
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
di atas bidang datar. Jika kubus tersebut dikenai gaya mendatar, maka kubus
tersebut dimungkinkan dapat menggeser atau mengguling. Jika resultan gaya yang
bekerja tidak nol, ΣF ≠ 0, tetapi resultan momen gaya nol, Στ = 0, maka kubus
akan menggeser. Ketika ΣF = 0 dan Στ ≠ 0, kubus akan mengguling. Sedangkan
kubus akan menggeser dan mengguling, jika ΣF ≠ 0 dan Στ ≠ 0. (Pujayanto,2015)
2.4.4 Gaya sentripetal
Sentripetal merupakan gaya yang bergerak pada objek yang melingkar.
Arah gaya sentripetal selalu mengarah ke pusat lingkaran. Fungsi adanya gaya ini
adalah bisa digunakan untuk mengubah gerak benda tanpa harus mengubah
besaran kecepatan liniernya. Tanpa adanya sentripetal, maka suatu benda tidak
akan bisa bergerak secara melingkar.
Dari pengertian di atas, maka kita bisa memperoleh informasi bahwa benda
bisa bergerak melingkar karena berasal dari gaya sentripetal. Percobaan gaya
sentripetal bisa Anda simak pada bandul yang diikat menggunakan tali lalu
diputar. Pada saat bandul tersebut bergerak Gaya melingkar atau berputar, kondisi
tali berada dalam keadaan tegang sehingga menyebabkan gaya tegangan pada tali.
Gaya tegangan yang dimiliki oleh tali tersebut itulah yang dinamakan sebagai
sentripetal.
Dalam buku-buku fisika di SMA gaya sentripetal telah dibahas akan tetapi
dengan cara beragam, seperti terpaduantara gaya dan percepatannya, terpisah
antara keduanya, atau hanya percepatannya saja. Beragamnya cara penyajian ini
mungkin saja dapat memberikan kebingungan pada siswa karena konsep gerak
melingkar yang lebih mudah dan diajarkan sebelum gaya sentripetal masih cukup
sulit bagi siswa sehingga memerlukan metode pengajaran khusus untuk
mengatasinya. Konsep gaya sentripetal ini dapat pula dirumuskan tanpa secara
eksplisit melalui kinematika gerak melingkar akan tetapi melalui gaya magnetik
dan hukum kedua Newton. Sayangnya, eksperimen untuk mengukur gaya
sentripetal tidak mudah dilakukan. Dalam tulisan ini akan ditunjukkan suatu
eksperimen yang model sederhananya telah tersedia. Pelaku eksperimen diberikan
beberapa pertanyaan untuk memeriksa prekonsepsi mereka terhadap sistem yang
dibahas (S. Viridi, 2015).
2.4.5 Gaya sentrifugal
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Gaya sentrifugal adalah gaya yang bekerja menjauhi sumbu putar ketika
suatu benda melakukan gerak melingkar. Gaya sentrifugal dipengaruhi oleh massa
beban, radius beban dan kecepatan putaran. Penggunaan satu sisi beban dapat
mengakibatkan terjadinya getaran yang tidak dapat ditahan oleh struktur akibat
ketidak-seimbangan atau unbalance. Gaya sentrifugal yang terjadi dapat dihitung
dan diuji menggunakan sebuah alat uji gaya sentrifugal sederhana Gaya tegangan
tali. Gaya tegangan tali ada tegangan tali ketkatali tersebut dalam Keadaan tegang.
2.4.6 Gaya tegangan tali
Gaya tegangan tali adalah gaya yang terjadi pada saat tali dalam keadaan
tegang dan tegangan tali dilambangkan dengan huruf T. Benda yang disatukan
atau dihubungkan dengan bantuan tali, baik secara vertikal ataupun horizontal
akan menghasilkan suatu gaya tegangan tali yang terjadi dan tegangan tali seperti
ini memiliki kegunaan dalam kehidupansehari-hari. pada sebuah gaya tegangan
tali, arah gayanya bergantung pada suatu titik pada benda yang ditinjau dan
arahnya bisa ke atas, bawah, kanan ataupun kiri. Variasi ini juga dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi yang terjadi pada suatu tegangan tali dan suatu tali memiliki
kekuatan tersendiri, tergantung dalam bahan baku pembuatannya. Berat benda
akan selalu berpengaruh, walaupun benda diletakan pada permukaan tanah yang
memiliki titik terendah di bumi. Gaya tegangan tali ada tegangan tali ketkatali
tersebut dalam keadaan tegangan.
2.4.7 Gaya Pegas
Pengertian Gaya pegas adalah gaya tarik yang ditimbulkan oleh pegas.
Pada karet gelang yang direnggangkan dan pada pegas yang direnggangkan atau
dimampatkan, akan timbul gaya kearah benda yang merenggangkannya atau
memampatkannya. Gaya yang timbul tersebut disebut gaya pegas. Gaya pegas
timbul karena adanya sifat elastic/sifat lenting pegas/karet gelang. Sifat elastik
ini dimiliki oleh benda yang apabila diubah bentuknya kemudian dilepaskan,
maka benda itu akan kembali ke keadaan/bentuk semula. Oleh karena gaya pegas
disebabkan oleh sifat elastik atau sifat lenting pegas atau karet gelang maka gaya
pegas juga disebut gaya elastik atau gaya lenting.
Gaya pegas selalu terjadi pada benda lenting yang bentuknya diubah.
Misalnya gaya pegas timbul pada bambu yang dibengkokkan atau busur panah
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
yang ditarik. Gaya pegas dimanfaatkan untuk mengurangi pengaruh dari getaran
pada jalan yang kasar, misalnya pada sepeda motor, mobil, dokar atau sepeda.
2.4.8 Gaya listrik
Terdapat dua jenis gaya yaitu gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Kedua
jenis gaya ini dibagi berdasarkan ada atau tidaknya kontak.
Gaya sentuh adalah gaya yang timbul akibat dari kotnak langsung atau
persentuhan secara fisik dengan benda. Dalam jenis gaya ini, gaya tidak mungkin
ada jika antar benda tidak saling bersentuhan. Contoh gaya sentuh ini adalah gaya
gesek, gaya otot dan gaya pegas. Gaya tidak sentuh adalah gaya yang timbul
akibat adanya medan di sekitar benda sumber gaya dengan benda di sekitarnya.
Walaupun antar benda tidak saling bersentuhan, namun benda disekitar sumber
gaya akan merasakan efeknya, misalnya gaya listrik, gaya magnet dan gaya
gravitasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya listrik
merupakan suatu gaya yang ditimbulkan atau dihasilkan oleh berbagai benda yang
memiliki muatan listrik. Gaya listrik juga dapat diartikan sebagai gaya yang
dihasilkan oleh benda yang memiliki muatan listrik dalam suatu medan listrik.
2.4.9 Gaya Coulomb
Gaya coulomb adalah gaya dasar listrik yang ditemukan oleh seorang
fisikawan asal Perancis bernama Charles Augustin de Coulomb pada tahun 1785.
Pada saat itu Coulomb melakukan percobaan untuk menyelidiki tentang muatan
listrik. Seperti yang kita ketahui, muatan listrik ada yang bersifat positif dan juga
negatif.
2.4.10 Gaya Lorentz
Gaya lorentz ditemukan oleh Herdik Antoon Lorentz pada 1853-1928. Dia
ilmuan asal Belanda yang sangat berkontribusi dalam bidang fisika. Gaya lorentz
sesungguhnya merupakan gabungan antara gaya elektrik dan gaya magnetik di
suatu medan elektromagnetik.
Gaya lorentz dapat timbul karena adanya muatan listrik di suatu medan
magnet. Gaya lorentz memiliki nilai besar dan juga memiliki arah. Pada arah gaya
Lorentz menggunakan aturan tangan kanan dan selalu tegak lurus dengan arah
kuat arus listrik dan induksi magnetik yang ada.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
atau membuka daun pintu, saat itu kita sedang memberikan momen gaya kepada
benda-benda tersebut (Nova Nurfauziawati, 2010).
Dengan memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat mengadaptasi
Hukum II newton untuk diterapkan pada gerak rotasi. Bentuk persamaan Hukum
II newton adalah:
F=m.a
...........................................................................................................(2.2.12)
Keterangan :
F = Gaya (N)
m = Massa benda (kg)
a = Percepatan (m/s2)
Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan momen
inersia, dan percepatan dengan percepatan sudut, akan kita temukan hasil adaptasi
dari Hukum II newton dalam gerak rotasi sebagai berikut:
τ = I.a
..................................................................................................(2.2.13)
Keterangan :
τ = momen gaya (Nm)
I = momen inersia (k g m2)
a = percepatan sudut (rad/s2)
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
disebabkan karena alat yang ada di laboratorium tidak bisa digunakan untuk
melakukan praktikum mengenai Hukum Newton tentang Gravitasi. Hasil
observasi ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran Fisika yang ada di
lapangan masih belum bisa dikatan sesuai dengan hakikat pembelajaran Fisika
dan Kurikulum 2013 dimana peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran
berdasarkan penyelidikan fenomena yang berkaitan dengan materi. Oleh karena
itu perlu adanya alternatif dalam melakukan kegiatan penyelidikan tanpa
menggunakan laboratorium. Alternatif dari kegiatan penyelidikan tanpa
menggunakan laboratorium adalah menggunakan media virtual atau bisa disebut
dengan Virtual Physics Laboratory (VPL).
Menurut Fatik (2012) VPL adalah software pada perangkat computer yang
didisain serupa dengan laboratorium asli. VPL terdiri atas berbagai macam
software. Software tersebut bisa dijalankan secara online maupun offline. Materi
Hukum Newton tentang Gravitasi bisa dipraktikumkan melalui media virtual
berupa software PhET (Physics Education Technology) namun pada software
PhET untuk materi Hukum Newton tentang Gravitasi visualisasi konsep secara
fenomena tidak ada. Software PhET menjelaskan praktikum Hukum Newton
tentang Gravitasi secara matematis. Ketika massa benda diubah, kedua benda
cenderung tidak mengalami reaksi apapun tetapi langsung ditunjukkan nilai dari
tetapan Gravitasi umumnya. Penjelasan konsep secara fenomena masih belum
ada. Berdasarkan identifikasi kelemahan pada PhET maka perlu adanya software
lain yang sejenis dengan PhET yang bisa menjelaskan konsep secara fenomena.
Algodoo adalah salah satu software yang ada di komputer yang juga sama dengan
PhET. Software Algodoo ini juga merupakan media pembelajaran yang berbasis
VPL (Virtual Physics Laboratory). Algodoo juga bisa dijadikan alternatif dalam
proses pembelajaran fisika. Sesuai dengan pernyataan dari Harun, et all (2015)
bahwa pembelajaran yang berbasis Algodoo mengalami respon positif dan
mengalami peningkatan dalam hasil belajar peserta didik. Kegiatan Laboratorium
pada software ini diciptakan sendiri oleh penggunanya. Algodoo hanya
menfasilitasi benda-benda secara virtual dan dilengkapi dengan konsep-konsep
fisika dalam pengaplikasianya. Pada materi Gravitasi Universal, Algodoo
memberikan penyajian visualisai lebih nyata yang dihubungkan dengan reaksi
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
M
g=G 2
...................................................................................(2.2.14)
R
Keterangan :
g = percepatan gravitasi (m/s2)
M = massa benda (kg)
R = jarak antara benda (m)
G = konstanta gravitasi (6,67 x 10-4 Nm2kg).
2.6.2 Teori Percepatan Gravitasi
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
atau garis edar planet me ngelilingi matahari tidak berbentuk lingkaran atau bulat
sempurna. Orbit planet berbentuk elips, karena itu pada saat tertentu planet berada
sangat dekat dengan matahari dan di lain waktu berada sangat jauh dari matahari.
Selain itu, kepler turut juga merumuskan jarak antar planet dan jarak planet
dengan matahari. Rumus dan teori ini disebut dendegan Hukum Kepler. Pada saat
itu, Claudius Copernicus dan Kepler juga belum dapat merumuskan mengapa
planet dan benda langit dapat bergerak mengelilingi matahari dan memiliki orbit
maisng-masing.
4. Isaac Newton Tahun 1680
Isaac newton merupakan ilmuwan penemu gaya gravitasi yang dikenal
dengan hukum newton. Hukum newton dibagi menjadi 3 bagian, dan Hukum
Newton III merupakan hukum yang menyatakan jika gaya gravitasi dipengaruhi
oleh gravitasi gravitasi dan massanya. Hukum gravitasi newton adalah kesimpulan
newton bahwa gaya tarik gravitasi yang bekerja antara dua benda sebanding
dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuatrat jarak
kedua benda. Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri bumi, yaitu benda-benda
ditarik kearah pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap benda-benda ini dinamakan
gaya gravitasi bumi. Besar gaya tarik menarik ini berbanding lurus dengan massa
masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuatrat jarak antar
keduanya.
5. Henry Cavendish Tahun 1789
Jika Isaac Newton menemukan gaya gravitasi dan hukumnya sedangkan
Henry Cavendish merupakan ilmuwan yang menghitung gravitasi –gravitasi. Oleh
karena pada saat itu belum terdapat gravitymeter untuk menghitung percepatan
gravitasi bumi. Maka Cavendish mempercepat gravitasi di beberapa tempat
dengan menggunakan neraca torsi (Nani Herawati, 2018).
2.6.3 Faktor Pengaruh Percepatan Gravitasi
Kuat medan gravitasi atau lebih sering di sebut percepatan gravitasi
merupakan besaran fisika yang banyak digunakan dalam berbagai topik fisika.
Besar percepatan gravitasi yang dialami sebuah benda yang berada pada
ketinggian tertentu diatas permukaan bumi akan sebanding dengan besar massa
bumi dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak benda ke pusat bumi.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
1. Ketinggian
Ketinggian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya
percepatan gravitasi di bumi dan pengaruhnya berbanding terbalik. Semakin besar
jarak benda dari permukaan bumi, maka percepatan gravitasi akan semakin kecil.
Karena itu, di luar angkasa tidak terdapat gaya tarik bumi. Namun ketinggian
tersebut memiliki pengaruh yang signifikan jika mendekati atau lebih besar dari
jari-jari bumi tersebut. Ketika sebuah benda beraada di permukaan bumi, maka
jarak antara benda dengan pusat bumi sama dengan jari-jari bumi sehingga besar
percepatan gravitasi dipermukaan bumi berbanding terbalik dengan kuadrat jari-
jari bumi. Ketika sebuah benda berada pada ketinggian tertentu yang cukup besar,
maka percepatan gravitasi yang dialaminya akan menjadi lebih kecil karena jarak
benda ke bumi menjadi lebih jauh. Jarak benda ke bumi akan menjadi jumlah
ketinggian benda dengan jari-jari bumi. Pengaruh ketinggian hanya dapat di
pengaruhi besar percepatan gravitasi secara signifikan jika ketinggian tersebut
cukup besar mendekati atau lebih besar dari jari-jari bumi . Jiika ketinggiannya
kecil maka tidak akan mempengaruhi besar percepatan gravitasi secara signifikan
karena nilainya tidak akan terlalu berubah (Nani Herawati, 2018).
2. Kedalaman
Faktor pengaruh selanjutnya adalah kedalaman. Kedalaman menunjukkan
sebuah benda yang berada di bawah permukaan laut, yaitu jarak benda dengan
pusat lebih kecil dari jari-jari bumi tersebut. Maka percepatan gravitasi bumi di
kedalaman tertentu lebih kecil, dibandingkan dengan benda-benda yang ada
dipermukaan bumi. Pada poin pertama kita sudah melihat bagaimana pengaruh
ketinggian terhadap percepatan gravitasi bumi. Semakin besar ketinggian benda di
atas permukaan bumi, maka akan semakin kecil percepatan gravitasi bumi yang
dialaminya. Lalu, bagaimana jika benda berada pada kedalaman tertentu di dalam
bumi Apakah percepatan gravitasi bumi pada kedalaman h akan lebih besar
dibanding percepatan gravitasi di permukaan bumi Atau justru akan lebih kecil
dibanding percepatan graviatsi di permukaan bumi Jika bumi kita anggap sebagai
benda homogen yang memiliki massa jenis rata-rata ρ, maka percepatan gravitasi
pada kedalaman h di dalam bumi hanya dipengaruhi oleh bagian bola bumi bagian
dalam yang berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari asli bumi. Misal pada
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
untuk menghasilkan data dengan ketelitian yang baik. Berdasarkan latar belakang
ini, dalam penelitian ini telah dibuat set eksperimen gerak jatuh bebas berbasis
mikrokontroler dengan tampilan PC. Sehingga pengukuran dapat dilakukan secara
otomatis dan data yang dihasilkan lebih teliti dan akurat. Ketinggian benda dalam
penelitian ini diatur menggunakan motor dc. Motor merupakan sebuah
perangkat elektronik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
berfungsi sebaliknya. Polaritas dari tegangan diberikan pada dua terminal
menentukan arah putaran motor sedangkan besar dari tegangan kedua terminal
menentukan kecepatan motor (Y Dasriyani, H Hufri, DY Yohandri, 2014).
Momen inersia adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk
mempertahankan posisinya dari gerak rotasi atau dapat juga diartikan sebagai
kelembaman benda yang berotasi atau berputar pada sumbunya Semakin jauh
posisi massa benda ke pusat rotasinya semakin besar momen inersia benda
tersebut.Aplikatif keilmuan fisika terdapat pada setiap segi kehidupan, mulai dari
yang dasar hingga tambahan. Salah satu yang sering dijumpai adalah penggunaan
katrol sebagai alat bantu memindahkan objek, seperti yang ada pada pelabuhan.
Jumlah katrol memengaruhi gaya yang harus dikerahkan, sehingga untuk objek
yang berat dipilih susunan katrol yang memerlukan gaya yang lebih kecil. Salah
satu konsep keilmuan fisika diatas adalah menggunakan momen inersia. Dalam
percobaan ini akan ada keterkaitan antara percepatan dengan momen inersia pada
sistem katrol serta dapat mengetahui jenis benda apa yang digunakan Momen
inersia adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk mempertahankan
posisinya dari gerak rotasi atau dapat juga diartikan sebagai ukuran kelembaman
benda yang berotasi atau berputar pada sumbunya. Momen inersia adalah ukuran
kelembaman suatu benda untuk berotasi pada porosnya, momen inersia juga
disebut sebagai besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak
translasi. Jika momen inersia besar maka benda akan sulit untuk melakukan
perputaran dari keadaan diam (Siti Nursetia,2018).
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
2.9 Percepatan
a=
Δ v V 2−V 1
.........................................................................................................(2.2.15)
=
Δt t 1−t 2
Keterangan :
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
3.1 Alat
a b c
d e f
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
pada titik C kemudian diletakkan benda di atas silinder tersebut, sementara disisi
yang lain (M1) tetap dipertahankan pada posisinya,dilepaskan silinder M1 agar
silinder M2 bergerak kebawah, dan bersamaan dengan itu, dinyalakan stopwatch
pertama. Ketika silinder M2 menyentuh titik B, stopwatch pertama dimatikan,
sementara stopwatch kedua mulai dinyalakan. Ketika silinder M2 mencari titik A,
dimatikan stopwatch kedua. Di catat waktu tempuh CB dan BA. Di ulangi
kembali prosedur 4 sampai dengan 7 kali sesuai petunjuk Asisten
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
X (cm) T (sekon)
No. Keterangan
CB BA CB BA
Ms = 0,0117
1. 40 60 1,46 1,48 1,50 0,40 0,48 0,46
kg
Mb =0,0157
2. 60 40 1,21 1,22 1,24 1,32 1,36 1,38
kg
ASISTEN
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
BAB V
PENGOLAHAN DATA
Tcb
5.1 Menentukan ∑
n
Tba
5.2 Menentukan ∑
n
Tba1 0 , 40+0 , 46 +0 , 48
Tba 1=∑ = =0 , 44
n 3
2( xcb + xba)
a n=
(Tcb¿¿ 2+2. ( Tbc . Tba )) ¿
( ms+ mb ) a n
gn =
mb
Δ a= (
√ sa 2
sxba
) +( Δxba)2 +¿
Dimana : u=xba2
1
u =2 xba
2
v=2 xcb .tba
1
v =0
( )
1 1 1
δa u . v −u . v
=
δxba v2
2
2 xba . 2 xcb .tba−xba . 0
¿ 2 2
( 2 xcb . tba )
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
2 xba
¿ 2
(2 xcb . ba)
2(0 , 04 +0 , 06)
=
(2 . 0 , 04+0 , 06 . 0 , 44 +1 ,35)
0,2
¿
1,456
¿ 0,137
1
Δxba= x skala terkecil
2
1 −2
¿ x 10
2
−3
¿ 0 , 5 x 10
−3
¿ 5 x 10
¿ 0,005
Dimana : u=xba2
1
u =0
2
v=2 xcb .tba
1 2
v =2tba
2 2 2
0 .2 x cb . tba −xba . 2 .tba
¿ 2
2 xcb . tba
2
xba2 . 2 tba2 (0 , 04+ 0 ,06) . 2(0 , 44+ 1, 35)
¿ =
2 xcb . tba 2 2(0 , 04+ 0 , 06)2 .(0 , 44+1 , 35)2
0 , 01 .3 , 58
¿
0 , 02. 3,204
0,035
¿ =0,546
0,064
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
1
Δxba= x skala terkecil
2
1 −2
¿ x 10
2
−2
¿ 0 , 5 x 10
−3
¿ 5 x 10
¿ 0,005
0 , 01. 0 , 54
¿
0 ,2 . 3,204
0,005
¿
0,640
¿ 0,007
ΔTba=√ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
¿
√
(0 , 44−0 , 44 )2+(1 ,35−0 , 44 )2
2(2−1)
¿
√ 0,828
2
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
¿ √ 0,414
¿ 0,643
Δa= √ ¿ ¿
¿ √ 0,729
¿ 0,853
Δa
KR= ×100 %
2 ( Δa . Ta )
0,853
¿ ×100 %
2(0,853+0,004 )
0,853
¿ × 100 %
1,714
¿ 0,496 ×100 %
¿ 0,496 %
KB=100 %−KR
¿ 100 %−0,496
1=99 ,5 %
Untuk Gravitasi
( ms+mb ) a
g=( )
mb
(0,0117+ 0,0157)0,057
¿( )
0,0157
¿ 0,001
δg
= √¿ ¿
δms
¿¿¿
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
a . ( mb )−( ms+mb ) a . o
¿ 2
( mb)
a
¿
mb
0,004
¿
0,0157
¿ 0,254
1
Δms= x skala terkecil
2
= 0,5 x 10−2
= 5 x 10−3
= 0,005
a . mb−( ms+mb ) a . b
¿ 2
(mb)
a . ( ms+mb ) a
¿
mb
0,0554
¿ = 3,528
0,0157
1
Δmb= x skalaterkecil
2
1 −2
¿ x 10
2
−2
¿ 0 , 5 x 10
−3
¿ 5 x 10
¿ 0,005
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
¿
ms+mb . ( mb )+ ( ms+ mb ) a . o
¿ 2
(mb)
ms+mb
¿
mb
0,0274+0,0157
¿
0,0157
0,0274
¿ =1 , 74
0,0157
𝞓a = √ ¿ ¿
¿ √ (0,057−0 , 86)2 +¿ ¿ ¿
¿
√ (0,803)2+(−0,819)2
2
¿
√ 0,644 +0,670
2
¿
√ 1,314
2
¿ √ 0,657
¿ 0,810
Δg= √ ¿ ¿
¿√¿¿
¿ 4,024
Δa
kr = x 100 %
2(Δata)
0,810
¿ x 100 %
2(0,810+0,004 )
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
0,810
¿ x 100 %
1,628
¿ 0,497 x 100 %
¿ 0,497 %
kb=100 %−kr
¿ 100 %−0,497
¿ 99 , 5 %
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
dengan hasil yang kami dapatkan pada percobaan dimana XBC dengan jarak 0,04
m dan 0,06 m membutuhkan waktu selama 1,48 s dan 1,22 s. Dimana XBA
dengan jarak 0,06 m dan 0,04 m membutuhkan waktu selama 0,44 s dan 1,35 s.
Pada percepatan benda diperoleh nilai 0,057 m/s 2 dan 0,041 m/s2. Serta pada
percepatan gravitasi diperoleh nilai 0,099 m/s2 dan 0,071 m/s2.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
tersebut.
7.2 Saran
PESAWAT ATWOOD