Professional Documents
Culture Documents
Lap Gaya Gesek 3b Acc
Lap Gaya Gesek 3b Acc
BAB I
PENDAHULUAN
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
saling bersentuhan. Suatu objek dapat mempercepat, memperlambat, mengubah
arah sebagai respons terhadap suatu gaya. Gaya gesek antara dua buah benda
padat misalnya gaya gesek statis dan kinetis. Gaya gesek dapat merugikan dan
juga dapat bermanfaat. Bila permukaan suatu benda saling kontak, maka
permukaan bergerak terhadap benda lainnya dan menimbulkan gaya tangensial
disebut gaya gesek. Gaya gesekan adalah gaya yang berbanding lurus dengan
kondisi pelumasan pada permukaan (Terhadap et al., 2015).
Besar gaya gesek bergantung pada berat benda (atau gaya normal), besar
gaya gesek tidak bergantung pada luas permukaan kontak, dan gaya gesek kinetis
tidak bergantung pada kecepatan. Salah satu ciri khas dari model yang diajukan
oleh Coulomb adalah dilakukan pemisahan antara gaya gesek statis dengan gaya
gesek kinetis (gaya gesek dinamis). Gaya gesek statis adalah gaya gesek yang
bekerja ketika benda belum bergerak sedangkan gaya gesek kinetis adalah gaya
gesek yang bekerja untuk benda yang telah. Besar gaya gesek statis haruslah sama
dengan gaya “luar” yang bekerja pada benda sehingga terpenuhi syarat . Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa nilai gaya gesek statis bergantung pada gaya
“luar” dan tidak bernilai konstan. Adapun untuk gaya gesek kinetis nilainya relatif
konstan dan biasanya nilainya lebih kecil dari gaya gesek statis maksimum
koefisien gesekan statis dapat di lalakukan terlebih dahulu dengan cara
penimbangan (Tiandho, 2018).
Ada banyak cara untuk mengukur koefisien gesek, antara lain adalah, yang
pertama, dengan cara mengukur gerak benda dibidang datar yang digerakkan oleh
beban lain yang menariknya oleh gaya gravitasi, yang kedua, dengan cara
mengukur gerak benda pada bidang miring. Kedua cara ini mengambil kondisi
ketika benda tepat bergerak, yaitu dimana kondisi saat kesetimbangannya
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi diantara dua benda yang yang
saling bersentuhan. Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda
atau arah kecenderungan benda akan bergerak. Sedangkan menurut Riyadi (gaya
gesek adalah gaya yang ditimbulkan akibat permukaan benda yang saling
bergesekan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya gesek
adalah gaya yang disebabkan karena adanya gaya yang berarah melawan gerak
benda akibat sentuhan antara dua benda (Hardiansyah, 2021).
f = µN
…......................................................................................(3.2.1)
Keterangan :
f = gaya gesek , µ = koefisien gaya gesek , N = gaya normal
Gaya adalah suatu tarikan dan dorongan yang diberikan kepada suatu benda
sehingga benda mengalami perubahan posisi atau kedudukan (bergerak) serta
berubah bentuk. Selain itu, gaya juga dapat diartikan sebagai suatu tarikan atau
dorongan yang dikerahkan oleh sebuah benda terhadap benda lain. Gaya memilki
banyak cabang, salah satunya adalah gaya gesek.
Sejalan dengan itu, secara mikroskopis, gaya gesek disebabkan oleh
interaksi melalui terbangunnya gaya ikat antara molekul-molekul yang berada
dipermukaan suatu benda dengan molekul-molekul pada permukaan benda yang
lain ketika keduanya saling bersentuhan. Benda yang dapat bersentuhan atau
bergesekan ini dapat berupa benda padat, cair, dan gas. Gaya gesek antar benda
padat yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah gesekan antara
tanah dengan sepatu yang kita pakai. Antara benda cair dan padat juga dapat
terjadi gaya gesek, misalya saat kita berenang, maka akan terjadi gaya gesek
antara sang perenang dengan air. Begitu pula gaya gesek antara benda padat
dengan gas. Misalnya gaya gesek yang terjadi pada pesawat terbang. Gaya gesek
memliki arah gerak yang berlawanan dengan kecenderungan benda yang
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
bergerak.
Gaya gesek dapat terjadi pada benda yang memiliki permukaan halus
maupun kasar. Semakin halus permukaan benda, maka semakin kecil gaya
geseknya. Sebaliknya, semakin kasar permukaan benda maka semakin besar gaya
geseknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya gaya dapat disebabkan
oleh halus atau kasarnya permukaan benda. Pada benda yang memiliki permukaan
licin tetap dapat terjadi gaya gesek meskipun sangat kecil. Jika permukaan suatu
benda bergesekan dengan permukaan benda lain, maka masing- masing benda
akan melakukan gaya gesekan satu terhadap yang lain.
Gambar 3.2.1 Gaya gesek pada benda (Alwafi Ridho Subarkah, 2018)
Arah gaya gesekan f berlawanan arah dengan gaya penyebabnya F, dan
berlaku:
1. Untuk harga F < fs maka balok dalam keadaan diam.
2. Untuk harga F = fs maka balok tepat saat akan bergerak.
3. Apabila Fase diperbesar lagi sehingga F >fs maka benda bergerak dan
gaya gesekan statis fs akan berubah menjadi gaya gesekan kinetis fk.
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan
antara titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti
(menggeser).
1. Gaya Gesek Statis
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak
bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah
benda meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya
dinotasikan dengan μs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis. Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang di aplikasikan tepat
sebelum benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan
sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan
gaya normal f = µsfn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat
memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih
kecil dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu
benda akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut
namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum
akan menyebabkan gerakan terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis
tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika benda, sehingga
digunakan gaya gesek kinetis.
Rumus untuk koefisien gesek statik sering dinyatakan dengan μ = tan θ.
Koefisien gesek ( µ ) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya gesek
(F) dengan gaya normal (N), dapat dirumuskan sebagai berikut:
F
µ=
N ………………………………………………………………(3.2.2)
Keterangan:
µ = koefisien gesek, F = gaya gesekan, N = gaya normal (N)
Rumus tersebut merupakan rumus yang digunakan sebagai cara untuk
mengukur koefisien gesek. Apabila kita punya sebuah benda, misalnya buku, lalu
kita ingin mengetahui berapa koefisien gesek statik antara buku dengan
permukaan dari kayu, maka cara mengetahuinya adalah dengan meletakkan buku
tersebut di atas permukaan kayu. Kemudian permukaan kayu itu kita miringkan
(terhadap horizontal) sedikit demi sedikit. Pada saat awal (sudut kemiringan
kecil), buku tidak akan bergerak, tetapi setelah terus dimiringkan, pada sudut
kemiringan tertentu (θ) buku akan mulai mulai bergerak, nah tan θ inilah yang
merupakan nilai μ.
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Fs = µs . N
.........................................................................................(3.2.3)
Keterangan:
Fs = gaya gesek statis maksimum (Kgf atau N), µs = koefisien gesekan
statis, N = gaya normal pada benda (N)
Gambar 3.2.2 Gaya gesek statis pada bidang datar (Hariati Winingsih, 2017)
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Sebuah spesimen dengan berat (w) terletak diatas bidang miring dengan
sudut kemiringan (θ) terhadap horizontal. Gaya gesek bidang miring seperti pada
gambar berikut. Jika suatu benda peluncur diletakkan pada perangkat bidang
miring dengan sudut tertentu seperti pada gambar 3.2.3 maka gaya yang bekerja
pada benda peluncur tersebut berbeda dengan benda peluncur pada bidang datar.
Pada bidang miring arah gaya berat benda peluncur akan tetap vertikal kebawah
dengan persamaan w = m.g, sedangkan arah gaya normalnya tegak lurus keatas
sesuai dengan bidang miring.
Gambar 3.2.3 Benda peluncur pada bidang miring ( Yusfi Budi Hari,2013 )
2. Gaya Gesek Kinetis
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif
satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya
dinotasikan dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis
untuk material yang sama. Dalam pecobaan kali ini akan berlaku hukum Newton
1 dan 2. Perbandingan antara gaya gesek kinetik masksimum dengan gaya
normalnya disebut koefisien gesek kinetik (µk).
fk
µ=
N ……………………………………………………………(3.2.4)
Keterangan:
µ = koefisien gaya gesek, fk = gaya gesek kinetik maksimum(N), N = gaya
normal benda(N)
Harga µk sesungguhnya bergantung pada sifat kedua permukaan yang
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
bersentuhan. Nilainya dapat berharga lebih dari satu, walaupun biasanya harganya
kurang dari satu. Gaya gesek kinetik memiliki lambang fk. Ketika sebuah benda
bergerak pada permukaan benda lain, gaya gesekan bekerja berlawanan arah
terhadap kecepatan benda.
Keterangan :
∑F = resultan gaya (Kg. m/s2)
2. Hukum Newton II
Menyatakan “ percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada
benda berbanding lurus dengan besar gayanya dan berbanding terbalik dengan
massa benda”. Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada
diatas meja kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak.
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Menurut hukum Newton II, perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya
gaya yang arahnya berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak
ada tentulah buku tidak bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya
gesekan. Pernyataan itu dapat ditulis sebagai berikut:
Fgesekan = µN
………………………………………………………(3.2.6)
Keterangan :
F = Gaya, μ = mikro /mu, N = Gaya netral (N)
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
karet keras yang dipasang di setiap ujung ujung sisi penjepit rem. Penjepit
kemudian diikat ke rangka sepeda dengan poros. Pada saat di rem, bantalan
akan dijepit sehingga bergerak ke arah dalam hingga menekan pelek pada
roda. Hal ini menimbulkan gaya gesek yang dapat memperlambat laju
sepeda.
2. Gaya Gesek yang Merugikan
a) Gesekan antara ban kendaraan dengan aspal
Gesekan yang terjadi antara ban kendaraan dengan aspal akan
menyebabkan panas pada ban. Selain itu, gesekan tersebut juga dapat
menyebabkan permukaan ban semakin menipis. Ketika permukaan ban
menipis maka gerigi pada ban akan semakin halus. Sehingga apabila
digunakan, kendaraan akan mudah tergelincir karena gaya geseknya dengan
aspal kecil.
b) Gesekan pada komponen mesin kendaraan
Saat mesin bekerja terjadi proses pembakaran yang menyebabkan
mesin melakukan gerakan mekanik. Dalam gerakan ini, terjadi gesekan
antar komponen mesin. Gesekan yang terjadi antar komponen mesin pada
kendaaan akan menyebabkan mesin cepat panas, aus, dan membuat
penggunaan bahan bakar menjadi boros. Untuk mengatasi ini, diperlukan
pelumas, seperti oli yang berjuan untuk mengurangi gaya gesek yang tejadi
antar mesin kendaraan sehingga mesin tidak mudah panas dan aus.
c) Gesekan antara udara dengan kendaraan
Saat kita mengendarai kendaraan, maka akan terjadi gaya gesek
antara kendaraan yang kita kendarai dengan udara. Gaya yang terjadi
tersebut tentunya akan memengaruhi kelajuan kendaraan. Jika gaya gesek
yang dihasilkan besar, maka akan memperlambat laju kendaraan tersebut.
Untuk dapat mempercepat laju endaraan maka dibutuhkan kinerja mesin
yang ekstra dan bahan bahan bakar yang lebih banyak (Hardiansyah,
2021).
2.6 Percepatan
Akselerasi sebuah objek disebabkan karena gaya yang bekerja pada objek
tersebut yaitu percepatan yang merupakan besaran vektor yakni besaran yang
mempunyai nilai dan arah. Percepatan dapat berupa nilai negatif dan juga
percepatan dapat bernilai positif. Percepatan bernilai negatif jika kecepatan suatu
benda berkurang dalam selang waktu tertentu, sedangkan kecepatan bernilai
positif apabila kecepetan suatu benda bertambah dalam selang waktu tertentu.
Percepatan juga dibagi menjadi dua yaitu percepatan diperlambat dan percepatan
di percepat. Percepatan diperlambat artinya arah percepatannya berlawanan
dengan arah kecepatan, sedangkan percepatan dipercepat artinya arah
percepatannya searah dengan kecepatan. Percepatan merupakan besaran vektor,
sehingga nilainya dapat berharga positif atau negatif. Negatif disebut diperlambat
sedangkan yang bernilai positif disebut dipercepatan.
Kejadian dipercepat dan diperlambat dapat diilustrasikan pada suatu mobil
yang bergerak. Mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan dan arah tertentu
akan mengalami perlambatan yang arah perlambatannya berlawanan arah
kecepatan. Ketika mobil direm karena hedak berhenti, dan mobil akan dipercepat
dengan arah percepatannya searah kecepatan ketika mobil digas karena hendak
menyusul kendaraan lain di depannya (Risya Fauziyyah, 2020).
Bidang miring adalah suatu permukaan datar yang memiliki suatu sudut
dengan salah satu ujungnya lebih tinggi dari ujung yang lain dan merupakan salah
satu jenis pesawat sederhana yang sering digunakan untuk memindahkan sebuah
benda yang sangat berat menggunakan bidang miring, tentu kita harus mengetahui
seberapa besar usaha yang kita butuhkan.
1. Prinsip-Prinsip Bidang Miring Dalam Kehidupan Sehari-hari
Prinsip bidang miring banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa contoh pemanfaatan bidang miring seperti jalan di sekitar gunung atau
pegunungan di buat melingkar-lingkar agar kemiringannya tidak terlalu terjal.
Dengan demikian, kendaraan akan lebih mudah melewatinya. Jika jalan dibuat
lurus dari lembah ke puncak, jalan menjadi sangat curam sehingga
membahayakan kendaraan yang melaluinya. Untuk membelahnya kayu yang
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
besar orang memanfaatkan baji. Bentuk biji yang menggunakan prinsip bidang
miring akan memudahkan orang membelah kayu. Di dalam dongkrak terdapat
uliran yang terbentuk bidang miring uliran ini meringankan kerja ketika dongkrak
sedang di gunakan.
Bidang yang kasar mempunyai gesekan lebih besar dari pada bidang yang
licin. Kasar dan licinnya bidang dinyatakan dengan suatu angka yang di sebut
koefisien gesek (µ). Bidang kasar memiliki koefisien gesek yang besar, sedangkan
d
bidang yang licin sempurna memiliki koefisien gesekan sama dengan nol. Dengan
f dinyatakan dalam newton. Persamaan dua diatas menunjukkan bahwa gaya
gesek tidak di pengaruhi oleh luas permukaan kedua bidang yang bersinggungan.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
a b c
e f
g h
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
peluncur karet, (e) beban peluncur kayu, (f) beban peluncur karpet, (g)
benda pemberat, (h) roll meter
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Asisten
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
BAB V
PENGOLAHAN DATA
1. Menghitung nilai µs untuk keadaan statis pada bidang datar dan bidang
miring
a. Keadaan statis bidang datar pada benda peluncur
mp+ mt
µs =
mb
a. Untuk permukaan kayu
mp+ mt 1
µs1 =
mb
0.025+0.06 0.085
= = = 0,515
0,165 0,165
mp+ mt 2
µs2 =
mb
0,025+0,055 0 , 08
= = = 0,484
0,165 0,165
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
mp+ mt 3
µs3 =
mb
0,025+0 , 06 0,085
= = = 0,515
0,165 0,165
Nilai rata-rata µs
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n
0,515+0,484 +0,515
=
3
1,579
= = 0,526
3
0,025+0,055 0 , 08
= = = 0,423
0,189 0,189
mp+ mt 3
µs3 =
mb
0,025+0,065 0 , 09
= = = 0,476
0,189 0,189
Nilai rata-rata µs
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n
0,449+0,423+0,476
=
3
1,348
= = 0,449
3
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Nilai rata-rata µs
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n
0,531+0,507+0,531
=
3
1,569
= = 0,523
3
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
1,925
= = 0,641
3
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
0,839+0,809+0,869
=
3
2517
= = 0,839
3
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
3 , 44
= 1-
14,495
= 1 – 0,273 = 0,763
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Peluncur Ɵ
1 Kayu 1,72 m 45° 1 0,707 2,393 0,914
2 Karpet 1,72 m 45° 1 0,707 3,19 0,832
3 Karet 1,72 m 45° 1 0,707 1,446 0,763
√( ) ( ) ( )
2 2 2
δµs δµs δμs
∆µs = ( ∆mp )2 + ( ∆t )2 + ( ∆mA )2
δmp δt δmA
1. (δμs
δmp ) =
mp+ mt
mb
Dimana : u = mp + mt uˈ = 1
v = mb vˈ = 0
( δmδμsp ) = uˈv v - vˈ u
2
1 . mb - 0 . (mp+mt)
=
( mb )2
1 . mb
=
( mb ) (mb)
1
=
mb
1
=
0,165
=6,060
1
2. (∆ mp) = x Skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4
= 0,0005
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
3. (δμs
δt ) =
mp+ mt
mA
Dimana : u = mp + mt uˈ = 1
v = mA vˈ = 0
(δμs
δt )
=
uˈ v-vˈ u
v
2
1 . mb - 0 . (mp+mt)
=
( mb )2
1 . mb
=
( mb ) (mb)
1
=
mb
1
=
0,165
= 6,060
mt1 + mt2 + mt3
4. mt =
n
0,0 6 + 0,0 55 + 0,0 6
=
3
0,1 75
=
3
= 0,058
∆t =
√ ( mt1 - mt )2 + ( mt2 - mt )2 + ( mt3 - mt )2
n (n - 1)
=
√ ( 0,06 - 0,0 58 )2 + ( 0,055 - 0,0 58 )2 + ( 0,0 6 - 0,0 58 )2
3 (3 - 1)
√
2 2
( -0,00 2 ) + ( - 0,00 3 ) +(−0,002)2
=
3. 2
=
√ 0,0 00 004 + 0,0000 09+0,000004
6
=
√ 0,0000 17
6
= √ 0,00000 283
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
= 0,00168
5. (δμs
δmA ) =
mp + mt
mA
Dimana : u = mp + mt uˈ = 0
v = mA vˈ = 1
( δμs
δmA ) =
uˈ v - vˈ u
v
2
0 . mA - 1 . (mp + mt)
=
( mA )2
mp + mt
=
( mA )2
0,025 + 0,0 6
=
( 0,165 )2
0,0 86
=
0,0272
= 3,161
1
6. ∆mA = x Skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4
= 0,0005
√( ) ( ) ( )
2 2 2
δμs δμs δμs
∆µs = ( ∆mp )2 + ( ∆t )2 + ( ∆mA )2
δmp δt δmA
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
= 0,0106
∆μs
KR = x 100%
2 (∆μs + μs)
0,0 1 06
= x 100%
2 (0,0 106 + 0, 526 )
0,0 1 0 6 7
= x 100%
2 (0, 5276 )
0,010 6
= x 100%
1,0552
= 0,01011 x 100%
= 0,0101 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,101%
= 99,98 %
∆µs =
√( δμs 2
δmθ )
( ∆θ )2
1. ( δmθ
δµs
) = tan θ = Sin θ
Cos θ
Dimana : u = Sin 45 uˈ = Cos 45
v = Cos 45 vˈ = - Sin 45
( δmθ
δμs
) = uˈv v - vˈ u2
( )
2
1
=
Cos θ
=(
Cos 4 5 )
2
1
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
( )
2
1
=
0,7 07
= (1,414)2
= 1,999
θ1 + θ2 + θ3
2. θ =
n
33 + 33 + 38
=
3
104
=
3
= 34,666
√
2 2 2
∆ θ = ( θ 1−θ ) + ( θ 2−θ ) + ( θ 3−θ )
n(n−1)
√
2 2 2
( 33−34,666 ) + ( 33−34,666 ) + ( 38−34,666 )
=
3 (3−1)
=
√ (−1,666 )2+ (−1,666 )2 + ( 3,334 )2
6
=
√ 2,775 + 2,775 + 11,115
6
=
√ 16,665
6
= √ 2,777
= 1,666
√( ) ( ∆θ )
2
δμs 2
∆μs =
δmθ
= √ ( 1,999 ) 2
( 1,666 )
2
= √ ( 3,996 ) ( 2,775 )
= √ 11,088
= 3.329
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
∆μs
KR = x 100%
2 (∆μs + μs)
3,329
= x 100%
2 ( 3,329 + 0,693 )
3,329
= x 100%
2 . 4,022
3,329
= x 100%
8,044
= 0,413 x 100%
= 0,413%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,413%
= 99,587%
√( ) ( ) ( )
2 2 2
δμs δμs δμs
∆µk = ( ∆θ )2 + ( ∆x )2 + ( ∆t )2
δθ δx δt
δμk 2x
= tan θ− 2
δθ g + t . Cos θ k
Dimana : u = tan θ - 2x uˈ = 2
v = g + t2 . Cos θ k vˈ = 0
δμk uˈ v - vˈ u
= 2
δθ v
2 ( g + t 2 . Cos θk ) - ( tan θ - 2x)
= 2
( g + t2 . Cos θk )
2
= 2
g + t . Cos θk
2
= 2
9,81 + ( 2,39 3 ) . 0,7 07
2
=
9,81 + 5,726 + 0,7 07
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
2
=
1 6,243
= 0,123
1
∆θ = x Skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4
= 0,0005
δμk 2x
= tan θ− 2
δx g + t . Cos θ k
Dimana : u = tan θ - 2x uˈ = 2
v = g + t2 . Cos θ k vˈ = 0
δμk uˈ v - vˈ u
= 2
δx v
2 ( g + t 2 . Cos θk ) - ( tan θ - 2x)
= 2
( g + t2 . Cos θk )
2
= 2
g + t . Cos θk
2
= 2
9,81 + ( 2,393 ) . 0,7 07
2
=
9,81 + 5.726 + 0,7 07
2
=
1 6,243
= 0,123
1
∆mx = x Skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 0,5 x 10-3
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
= 5 x 10-4
= 0,0005
δμk 2x
= tan θ− 2
δt g + t . Cos θk
Dimana : u = tan – 2x uˈ = 0
v = g + t2 . Cos θk vˈ = 2
δμk uˈ v - vˈ u
= 2
δt v
0 ( g + t 2 . Cos θk ) -2 ( tan - 2x)
= 2
(g + t . Cos θk)
- 2 ( tan - 2x)
= 2
(g + t . Cos θk)
- 2 (0,1 - 2 . 1, 7 2 )
= 2
(9,81 + ( 2,393 ) . 0,7 07 )
- 2 (0,1 - 3, 4 4 )
=
9,81 + 4,048
- 2 (- 3,34 )
=
1 3,858
6,68
=
1 3,858
= 0,482
∆t =
√ ( t1 - t )2 + ( t2 - t )2 + ( t3 - t )2
n (n - 1)
√
2 2 2
=
( 2 , 18−2,393 ) + ( 2, 10−2,393 ) + ( 2 , 90−2,393 )
3(3−1)
=
√ (−0,213 )2+ (−0,293 )2 + ( 0,507 )2
6
=
√ 0,045369+ 0,085849+0,257049
6
=
√ 0,388267
6
= √ 0, 0647111
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
= 0,2543
∆µk =
√( δt )
δμs 2 2
(∆ θ ) +( )
δμs 2
δx
2
(∆ x ) + ( )
δμs 2
δt
( ∆ t )2
∆μk
KR = x 100%
μk
0, 12248
= x 100%
0, 914
= 0,134 x 100%
= 0,134%
KB = 100 - KR
= 100 - 0,134%
= 99,86%
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
1 33° 0,649
2 33° 0,649
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
0,693 Kayu
3 38° 0,781
1 30° 0,577
0,641 Karpet
2 33° 0,648
3 35° 0,700
1 40° 0,839
0,839 Karet
2 39° 0,809
3 41° 0,869
Pada keadaan statis bidang datar terdapat tiga buah benda peluncur yaitu
kayu, karpet, dan karet. Pada benda peluncur kayu menghasilkan gaya gesek yaitu
µs = 0,526. Adapun jenis benda peluncur karpet menghasilkan gaya gesek yaitu
µs = 0,449. Pada karet meghasilkan gaya gesek yaitu µs = 0,839.
Pada keadaan statis bidang miring ketiga benda peluncur akan dicari
derajat kemiringannya ketika diberi gaya. Jenis benda peluncur kayu yang
memiliki permukaan halus memiliki kemiringan 38° atau µs = 0,781, benda
peluncur karpet dengan 35° atau µs = 0,641, dan benda peluncur karet memiliki
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
luas permukaan benda, tingkat kemiringan benda dan bahan dari suatu benda.
Semakin luas dan semakin kasar permukaan suatu benda maka koefisien gesek
yang dihasilkan juga besar serta semakin kecil permukaan dan licin pada
permukaan suatu benda koefisien gesek yang dihasilkan semakin kecil.
7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
GAYA GESEK