You are on page 1of 36

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
saling bersentuhan. Suatu objek dapat mempercepat, memperlambat, mengubah
arah sebagai respons terhadap suatu gaya. Gaya gesek antara dua buah benda
padat misalnya gaya gesek statis dan kinetis. Gaya gesek dapat merugikan dan
juga dapat bermanfaat. Bila permukaan suatu benda saling kontak, maka
permukaan bergerak terhadap benda lainnya dan menimbulkan gaya tangensial
disebut gaya gesek. Gaya gesekan adalah gaya yang berbanding lurus dengan
kondisi pelumasan pada permukaan (Terhadap et al., 2015).
Besar gaya gesek bergantung pada berat benda (atau gaya normal), besar
gaya gesek tidak bergantung pada luas permukaan kontak, dan gaya gesek kinetis
tidak bergantung pada kecepatan. Salah satu ciri khas dari model yang diajukan
oleh Coulomb adalah dilakukan pemisahan antara gaya gesek statis dengan gaya
gesek kinetis (gaya gesek dinamis). Gaya gesek statis adalah gaya gesek yang
bekerja ketika benda belum bergerak sedangkan gaya gesek kinetis adalah gaya
gesek yang bekerja untuk benda yang telah. Besar gaya gesek statis haruslah sama
dengan gaya “luar” yang bekerja pada benda sehingga terpenuhi syarat . Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa nilai gaya gesek statis bergantung pada gaya
“luar” dan tidak bernilai konstan. Adapun untuk gaya gesek kinetis nilainya relatif
konstan dan biasanya nilainya lebih kecil dari gaya gesek statis maksimum
koefisien gesekan statis dapat di lalakukan terlebih dahulu dengan cara
penimbangan (Tiandho, 2018).
Ada banyak cara untuk mengukur koefisien gesek, antara lain adalah, yang
pertama, dengan cara mengukur gerak benda dibidang datar yang digerakkan oleh
beban lain yang menariknya oleh gaya gravitasi, yang kedua, dengan cara
mengukur gerak benda pada bidang miring. Kedua cara ini mengambil kondisi
ketika benda tepat bergerak, yaitu dimana kondisi saat kesetimbangannya

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

dipecahkan oleh sedikit kelebihan massa penarik (Hardiansyah, 2021).


1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Intruksi Umum (TIU)


1. Mahasiswa dapat memahami konsep gaya gesek.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengamatan gaya gesek.
1.2.2 Tujuan Intruksi Khusus (TIK)
1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan koefisien gesek statis dan
Koefisien gesek kinetis.
2. Mahasiswa dapat mengamati koefisien gesek dari berbagai macam
benda.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan kaitan antara Koefisien gesek kinetis
Percepatan gerak benda dan percepatan gravitasi.

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya Gesek

Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi diantara dua benda yang yang
saling bersentuhan. Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda
atau arah kecenderungan benda akan bergerak. Sedangkan menurut Riyadi (gaya
gesek adalah gaya yang ditimbulkan akibat permukaan benda yang saling
bergesekan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya gesek
adalah gaya yang disebabkan karena adanya gaya yang berarah melawan gerak
benda akibat sentuhan antara dua benda (Hardiansyah, 2021).
f = µN
…......................................................................................(3.2.1)

Keterangan :
f = gaya gesek , µ = koefisien gaya gesek , N = gaya normal
Gaya adalah suatu tarikan dan dorongan yang diberikan kepada suatu benda
sehingga benda mengalami perubahan posisi atau kedudukan (bergerak) serta
berubah bentuk. Selain itu, gaya juga dapat diartikan sebagai suatu tarikan atau
dorongan yang dikerahkan oleh sebuah benda terhadap benda lain. Gaya memilki
banyak cabang, salah satunya adalah gaya gesek.
Sejalan dengan itu, secara mikroskopis, gaya gesek disebabkan oleh
interaksi melalui terbangunnya gaya ikat antara molekul-molekul yang berada
dipermukaan suatu benda dengan molekul-molekul pada permukaan benda yang
lain ketika keduanya saling bersentuhan. Benda yang dapat bersentuhan atau
bergesekan ini dapat berupa benda padat, cair, dan gas. Gaya gesek antar benda
padat yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah gesekan antara
tanah dengan sepatu yang kita pakai. Antara benda cair dan padat juga dapat
terjadi gaya gesek, misalya saat kita berenang, maka akan terjadi gaya gesek
antara sang perenang dengan air. Begitu pula gaya gesek antara benda padat
dengan gas. Misalnya gaya gesek yang terjadi pada pesawat terbang. Gaya gesek
memliki arah gerak yang berlawanan dengan kecenderungan benda yang

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

bergerak.
Gaya gesek dapat terjadi pada benda yang memiliki permukaan halus
maupun kasar. Semakin halus permukaan benda, maka semakin kecil gaya
geseknya. Sebaliknya, semakin kasar permukaan benda maka semakin besar gaya
geseknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya gaya dapat disebabkan
oleh halus atau kasarnya permukaan benda. Pada benda yang memiliki permukaan
licin tetap dapat terjadi gaya gesek meskipun sangat kecil. Jika permukaan suatu
benda bergesekan dengan permukaan benda lain, maka masing- masing benda
akan melakukan gaya gesekan satu terhadap yang lain.

Gambar 3.2.1 Gaya gesek pada benda (Alwafi Ridho Subarkah, 2018)
Arah gaya gesekan f berlawanan arah dengan gaya penyebabnya F, dan
berlaku:
1. Untuk harga F < fs maka balok dalam keadaan diam.
2. Untuk harga F = fs maka balok tepat saat akan bergerak.
3. Apabila Fase diperbesar lagi sehingga F >fs maka benda bergerak dan
gaya gesekan statis fs akan berubah menjadi gaya gesekan kinetis fk.

2.2 Jenis – Jenis Gaya Gesek

Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan
antara titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti
(menggeser).
1. Gaya Gesek Statis

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak
bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah
benda meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya
dinotasikan dengan μs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis. Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang di aplikasikan tepat
sebelum benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan
sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan
gaya normal f = µsfn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat
memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih
kecil dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu
benda akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut
namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum
akan menyebabkan gerakan terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis
tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika benda, sehingga
digunakan gaya gesek kinetis.
Rumus untuk koefisien gesek statik sering dinyatakan dengan μ = tan θ.
Koefisien gesek ( µ ) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya gesek
(F) dengan gaya normal (N), dapat dirumuskan sebagai berikut:

F
µ=
N ………………………………………………………………(3.2.2)

Keterangan:
µ = koefisien gesek, F = gaya gesekan, N = gaya normal (N)
Rumus tersebut merupakan rumus yang digunakan sebagai cara untuk
mengukur koefisien gesek. Apabila kita punya sebuah benda, misalnya buku, lalu
kita ingin mengetahui berapa koefisien gesek statik antara buku dengan
permukaan dari kayu, maka cara mengetahuinya adalah dengan meletakkan buku
tersebut di atas permukaan kayu. Kemudian permukaan kayu itu kita miringkan
(terhadap horizontal) sedikit demi sedikit. Pada saat awal (sudut kemiringan
kecil), buku tidak akan bergerak, tetapi setelah terus dimiringkan, pada sudut
kemiringan tertentu (θ) buku akan mulai mulai bergerak, nah tan θ inilah yang
merupakan nilai μ.

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Terlihat bahwa nilai sudut θ adalah spesial, tidak bisa divariasikanm


sembarangan, hanya terdapat satu nilai θ untuk koefisien gesek statik antara bahan
kayu dan kayu. Hal ini mengakibatkan bahwa rumus diatas tidak bisa dipahami
sebagai hubungan ketergantungan antara μs terhadap θ. Rumus itu memberitahu
kita bagaimana cara mengukur μ. Pada bidang miring, koefisien gesek statik
diberikan oleh ekspresi μ = tan θ, dimana θ adalah sudut kemiringan. Secara
matematis ini ekuivalen.Dalam pecobaan kali ini akan berlaku hukum Newton 1
dan 2.
Misalkan kita menarik sebuah balok yang berada dalam keadaan diam
dengan sebuah gaya F seperti pada gambar, pada waktu balok masih seimbang,
jika gaya yang kita berikan kecil, gaya gesekan statis itupun kecil. Makin besar
gaya gesekan yang kita berikan, makin besar gaya gesekan statis itu, selama benda
masih seimbang, jika gaya terus diperbesar, akhirnya keseimbangan benda hilang.
Benda bergerak kearah gaya yang kita berikan. Ini berarti gaya gesekan tidakdapat
bertambah besar lagi. Gaya gesekan statis mencapai nilai maksimum. Nilai
maksimum ini disebut gaya gesekan (statis maksimum) untuk kedua permukaan
yang bergesekan. Pada saat gaya gesekan maksimum, benda pada saat tepat akan
bergerak.

Fs = µs . N
.........................................................................................(3.2.3)

Keterangan:
Fs = gaya gesek statis maksimum (Kgf atau N), µs = koefisien gesekan
statis, N = gaya normal pada benda (N)

Gambar 3.2.2 Gaya gesek statis pada bidang datar (Hariati Winingsih, 2017)

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Sebuah spesimen dengan berat (w) terletak diatas bidang miring dengan
sudut kemiringan (θ) terhadap horizontal. Gaya gesek bidang miring seperti pada
gambar berikut. Jika suatu benda peluncur diletakkan pada perangkat bidang
miring dengan sudut tertentu seperti pada gambar 3.2.3 maka gaya yang bekerja
pada benda peluncur tersebut berbeda dengan benda peluncur pada bidang datar.
Pada bidang miring arah gaya berat benda peluncur akan tetap vertikal kebawah
dengan persamaan w = m.g, sedangkan arah gaya normalnya tegak lurus keatas
sesuai dengan bidang miring.

Gambar 3.2.3 Benda peluncur pada bidang miring ( Yusfi Budi Hari,2013 )
2. Gaya Gesek Kinetis
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif
satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya
dinotasikan dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis
untuk material yang sama. Dalam pecobaan kali ini akan berlaku hukum Newton
1 dan 2. Perbandingan antara gaya gesek kinetik masksimum dengan gaya
normalnya disebut koefisien gesek kinetik (µk).

fk
µ=
N ……………………………………………………………(3.2.4)

Keterangan:
µ = koefisien gaya gesek, fk = gaya gesek kinetik maksimum(N), N = gaya
normal benda(N)
Harga µk sesungguhnya bergantung pada sifat kedua permukaan yang

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

bersentuhan. Nilainya dapat berharga lebih dari satu, walaupun biasanya harganya
kurang dari satu. Gaya gesek kinetik memiliki lambang fk. Ketika sebuah benda
bergerak pada permukaan benda lain, gaya gesekan bekerja berlawanan arah
terhadap kecepatan benda.

2.3 Hukum Tentang Gesekan

Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan


pengalaman. Gesekan suatu benda yang menggelinding diatas permukaan dilawan
oleh gaya yang timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan.
Contoh sebuah kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian
diperbesar sudutnya maka kubus akan mulai tergelincir. Dalam percobaan kali ini
akan berlaku hukum Newton I dan II :
1. Hukum Newton I
Menyatakan “ Jika resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol
maka benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang bergerak lurus beraturan
akan tetap bergerak lurus beraturan dengan kecepatan tetap ”. Sesungguhnya
bahwa dalam hukum newton ini memberikan pernyataan tentang kerangka
acuan. Pada umumnya adanya percepatan suatu benda bergantung kerangka acuan
mana ia diukur.
Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda lain didekatnya (artinya
tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus dikaitkan dengan benda dan
dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga kerangka acuan
sehingga suatu partikel tidak mengalami percepatan.
∑F = 0 ........................................................................................( 3.2.5 )

Keterangan :
∑F = resultan gaya (Kg. m/s2)
2. Hukum Newton II
Menyatakan “ percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada
benda berbanding lurus dengan besar gayanya dan berbanding terbalik dengan
massa benda”. Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada
diatas meja kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak.

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Menurut hukum Newton II, perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya
gaya yang arahnya berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak
ada tentulah buku tidak bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya
gesekan. Pernyataan itu dapat ditulis sebagai berikut:

Fgesekan = µN
………………………………………………………(3.2.6)

Keterangan :
F = Gaya, μ = mikro /mu, N = Gaya netral (N)

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Gaya Gesek

Besarnya gaya gesek ditentukan oleh dua faktor yaitu :


1. Kekasaran permukaan benda yang saling bersentuhan
Pada permukaan yang licin besar gaya gesek lebih kecil daripada
gaya gesek yang terjadi pada permukaan yang kasar. Dengan demikian
menarik/mendorong benda di atas lantai semen lebih mudah daripada
menarik/mendorong benda di atas tanah. Kekasaran permukaan benda yang
saling bersentuhan dinyatakan dengan istilah koefisien gesek, makin kasar
permukaan benda yang saling bersentuhan makin besar koefisien
geseknya.
2. Berat benda yang bergesekan.
Menarik/mendorong kursi lebih mudah daripada menarik/mendorong
meja. Hal ini menunjukkan bahwa besar gaya gesek pada benda yang ringan
lebih kecil dari pada besar gaya gesekan pada benda yang lebih berat.

2.5 Penerapan Gaya Gesek dalam Aspek yang Menguntungkan dan


Merugikan

Penerapan gaya gesek dalam kehidupan sehari–sehari seringkali dilakukan.


Dalam penerapan gaya gesek, tentu bukan hanya aspek yang menguntungkan
saja, tetapi besar kemungkinan gaya gesek menimbulkan aspek yang merugikan.
Berikut ini adalah penerapan gaya gesek dalam aspek yang menguntungkan dan
merugikan.

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

1. Gaya Gesek yang Menguntungkan


a) Gaya gesek yang terjadi antara sepatu dengan permukaan tanah.
Saat kita sedang berjalan, terjadi sebuah proses aksi dan reaksi. Ketika
telapak kaki mendorong tanah ke belakang, gesekan yang dikerjakan tanah
pada telapak kaki akan mendorong tubuh ke depan. Apabila tanah dalah
dalam keadaan licin, maka koefisien geseknya kecil sehingga gaya geseknya
pun kecil sehingga tanpa gaya gesek memungkinkan kaki akan terpeleset.
b) Gaya gesek pada roda kendaraan yang bergerigi
Seperti yang kita ketahui bahwa pada umumnya roda memiliki
permukan yang bergerigi atau beralur. Hal ini bertujuan untuk memperbesar
gaya gesek antara roda dengan tanah. Semakin besar gaya gesek maka kecil
kemungkinan roda akan tergelincir khususnya pada tanah atau jalan yang
licin. Jika roda tidak dibuat beralur atau bergerigi, maka gaya gesek yang
dihasilkan akan semakin kecil. sehingga besar kemungkinan menyebabkan
roda mudah tergelincir.
c) Gesekan pada korek api
Salah satu alat yang dapat menghasilkan api adalah korek api. Untuk
menghasilkan korek api, perlu dilakukan gesekan antara pentol korek api
dengan setrip samping kotak korek api. Gesekan yang dilakukan akan
menyebabkan suhu pentol korek naik. Suhu panas tersebut menyebabkan
bahan kimia pada pentol korek dengan setrip akan bereaksi. Suhu panas
yang terus mengalami kenaikan akan menyebabkan korek api terbakar.
d) Gesekan antara amplas dan kayu
Amplas merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan
permukaan benda-benda yang kasar. Amplas memiliki permukaan yang
kasar sehingga ketika amplas digosokkan ke benda yang permukaannya
kasar menghasilkan gaya gesek yang membuat permukaan benda menjadi
halus.
e) Gesekan pada rem kendaraan
Saat kita ingin memperlambat atau menghentikan laju kendaraan, maka
dilakukan sebuah pengereman. Rem sepeda biasanya berupa dua bantalan

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

karet keras yang dipasang di setiap ujung ujung sisi penjepit rem. Penjepit
kemudian diikat ke rangka sepeda dengan poros. Pada saat di rem, bantalan
akan dijepit sehingga bergerak ke arah dalam hingga menekan pelek pada
roda. Hal ini menimbulkan gaya gesek yang dapat memperlambat laju
sepeda.
2. Gaya Gesek yang Merugikan
a) Gesekan antara ban kendaraan dengan aspal
Gesekan yang terjadi antara ban kendaraan dengan aspal akan
menyebabkan panas pada ban. Selain itu, gesekan tersebut juga dapat
menyebabkan permukaan ban semakin menipis. Ketika permukaan ban
menipis maka gerigi pada ban akan semakin halus. Sehingga apabila
digunakan, kendaraan akan mudah tergelincir karena gaya geseknya dengan
aspal kecil.
b) Gesekan pada komponen mesin kendaraan
Saat mesin bekerja terjadi proses pembakaran yang menyebabkan
mesin melakukan gerakan mekanik. Dalam gerakan ini, terjadi gesekan
antar komponen mesin. Gesekan yang terjadi antar komponen mesin pada
kendaaan akan menyebabkan mesin cepat panas, aus, dan membuat
penggunaan bahan bakar menjadi boros. Untuk mengatasi ini, diperlukan
pelumas, seperti oli yang berjuan untuk mengurangi gaya gesek yang tejadi
antar mesin kendaraan sehingga mesin tidak mudah panas dan aus.
c) Gesekan antara udara dengan kendaraan
Saat kita mengendarai kendaraan, maka akan terjadi gaya gesek
antara kendaraan yang kita kendarai dengan udara. Gaya yang terjadi
tersebut tentunya akan memengaruhi kelajuan kendaraan. Jika gaya gesek
yang dihasilkan besar, maka akan memperlambat laju kendaraan tersebut.
Untuk dapat mempercepat laju endaraan maka dibutuhkan kinerja mesin
yang ekstra dan bahan bahan bakar yang lebih banyak (Hardiansyah,
2021).

2.6 Percepatan

Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu.


GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Akselerasi sebuah objek disebabkan karena gaya yang bekerja pada objek
tersebut yaitu percepatan yang merupakan besaran vektor yakni besaran yang
mempunyai nilai dan arah. Percepatan dapat berupa nilai negatif dan juga
percepatan dapat bernilai positif. Percepatan bernilai negatif jika kecepatan suatu
benda berkurang dalam selang waktu tertentu, sedangkan kecepatan bernilai
positif apabila kecepetan suatu benda bertambah dalam selang waktu tertentu.
Percepatan juga dibagi menjadi dua yaitu percepatan diperlambat dan percepatan
di percepat. Percepatan diperlambat artinya arah percepatannya berlawanan
dengan arah kecepatan, sedangkan percepatan dipercepat artinya arah
percepatannya searah dengan kecepatan. Percepatan merupakan besaran vektor,
sehingga nilainya dapat berharga positif atau negatif. Negatif disebut diperlambat
sedangkan yang bernilai positif disebut dipercepatan.
Kejadian dipercepat dan diperlambat dapat diilustrasikan pada suatu mobil
yang bergerak. Mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan dan arah tertentu
akan mengalami perlambatan yang arah perlambatannya berlawanan arah
kecepatan. Ketika mobil direm karena hedak berhenti, dan mobil akan dipercepat
dengan arah percepatannya searah kecepatan ketika mobil digas karena hendak
menyusul kendaraan lain di depannya (Risya Fauziyyah, 2020).

2.8 Pengertian Gerak Bidang Miring

Bidang miring adalah suatu permukaan datar yang memiliki suatu sudut
dengan salah satu ujungnya lebih tinggi dari ujung yang lain dan merupakan salah
satu jenis pesawat sederhana yang sering digunakan untuk memindahkan sebuah
benda yang sangat berat menggunakan bidang miring, tentu kita harus mengetahui
seberapa besar usaha yang kita butuhkan.
1. Prinsip-Prinsip Bidang Miring Dalam Kehidupan Sehari-hari
Prinsip bidang miring banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa contoh pemanfaatan bidang miring seperti jalan di sekitar gunung atau
pegunungan di buat melingkar-lingkar agar kemiringannya tidak terlalu terjal.
Dengan demikian, kendaraan akan lebih mudah melewatinya. Jika jalan dibuat
lurus dari lembah ke puncak, jalan menjadi sangat curam sehingga
membahayakan kendaraan yang melaluinya. Untuk membelahnya kayu yang
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

besar orang memanfaatkan baji. Bentuk biji yang menggunakan prinsip bidang
miring akan memudahkan orang membelah kayu. Di dalam dongkrak terdapat
uliran yang terbentuk bidang miring uliran ini meringankan kerja ketika dongkrak
sedang di gunakan.

2.9 Tingkat Kekasaran Permukaan Benda Yang Bersinggungan

Bidang yang kasar mempunyai gesekan lebih besar dari pada bidang yang
licin. Kasar dan licinnya bidang dinyatakan dengan suatu angka yang di sebut
koefisien gesek (µ). Bidang kasar memiliki koefisien gesek yang besar, sedangkan
d
bidang yang licin sempurna memiliki koefisien gesekan sama dengan nol. Dengan
f dinyatakan dalam newton. Persamaan dua diatas menunjukkan bahwa gaya
gesek tidak di pengaruhi oleh luas permukaan kedua bidang yang bersinggungan.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

a b c

e f

g h

Gambar 3.3.1 Peralatan Gaya Gesek


(a) stopwatch, (b) perangkat bidang miring, (c) anak timbang, (d) beban

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

peluncur karet, (e) beban peluncur kayu, (f) beban peluncur karpet, (g)
benda pemberat, (h) roll meter

3.2 Prosedur Percobaan

1. Untuk Gesekan Statis Bidang Datar


Timbang massa benda dan massa piring, buat susunan seperti gambar,
letakan anak timbanga diatas piring sedikit demi sedikit hingga benda A bergerak
kemudian catat massa anak timbangan tersebut lakukan berapa kali sesuai
petunjuk asisten, lakukan prosedur (2) dan (B) untuk macam benda yang lain.
2. Untuk Gesekan Statis Bidang Miring
Letakkan benda A diatas permukaan bidang B, angkat bidang B perlahan
lahan tepat saat benda A akan bergerak kuncilah bidang B sehingga sudut
kemiringannya tidak berubah dan lakukan pada beberapa kali, lakukan prosedur
(1) dan (2) untuk jenis benda yang lain.
3. Untuk Gesekan Kinetis
Tentukan posisi kemiringan bidang B sesuai dengan petunjuk asisten dan
letakkan benda A diatas permukaan bidang miring B, ukur dan catat kemiringan,
ukur jarak mulai posisi awal yang telah diukur oleh asisten, lepaskan benda A dan
amati waktu yang diperlukan, ulangi prosedur (1) sampai dengan (4) untuk
kemiringan yang berbeda dan jarak yang tetap, ulangi prosedur (5) untuk macam
benda lainnya.

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB IV
TABEL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan

Tabel 3.4.1 Keadaan Bidang Datar Statis


No. Jenis Benda Massa Massa Anak
Peluncur Benda Timbangan (kg) Keterangan
(kg) mt1 mt 2 mt3
1 Kayu 0,06 0,04 0,055 0,06 Mkayu = 0,165
2 Karpet 0,06 0,06 0,055 0,065 Mkarpet = 0,189
3 Karet 0,085 0,085 0,08 0,085 Mkaret = 0,207
Mpiring = 0,025

Tabel 3.4.2 Keadaan Bidang Miring Statis


No Jenis Benda Peluncur Ɵ1 Ɵ2 Ɵ3 Massa Benda (kg)
1 Kayu 33° 33° 38° Mkayu = 0,165
2 Karpet 30° 33° 35° Mkarpet = 0,189
3 Karet 40° 39° 41° Mkaret = 0,207

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Tabel 3.4.3 Keadaan Bidang Miring Dinamis


No Jenis Benda Jarak Sudut Kemiringan Waktu (s)
Peluncur (m) (Ɵ) t1 t2 t3
1 Kayu 2,18 2,10 2,90
2 Karpet 1,27 m 45° 3,19 3,18 3,05
3 Karet 1,42 1,45 1,47

Hari/Tanggal Praktikum : Jumat, 14 Oktober 2022


Kelompok/Frekuensi : IIIB / I
Anggota Kelompok : 1. Muh.Fauzan Ramadhan 09320220028
1. Widya Anastasya 09320220029
2. Muhammad Ikbal 09320220030
3. Adriansyah Hafid 09320220032

Makassar, 14 Oktober 2022

Asisten

( Bintang Arya Pamungkas )

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB V
PENGOLAHAN DATA

4.1 Perhitungan Koefisien Gaya Gesek

1. Menghitung nilai µs untuk keadaan statis pada bidang datar dan bidang
miring
a. Keadaan statis bidang datar pada benda peluncur
mp+ mt
µs =
mb
a. Untuk permukaan kayu
mp+ mt 1
µs1 =
mb
0.025+0.06 0.085
= = = 0,515
0,165 0,165
mp+ mt 2
µs2 =
mb
0,025+0,055 0 , 08
= = = 0,484
0,165 0,165

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

mp+ mt 3
µs3 =
mb
0,025+0 , 06 0,085
= = = 0,515
0,165 0,165
Nilai rata-rata µs
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n
0,515+0,484 +0,515
=
3
1,579
= = 0,526
3

b. Untuk permukaan karpet


mp+ mt 1
µs1 =
mb
0,025+0 , 06 0,085
= = = 0,449
0,189 0,189
mp+ mt 2
µs2 =
mb

0,025+0,055 0 , 08
= = = 0,423
0,189 0,189
mp+ mt 3
µs3 =
mb
0,025+0,065 0 , 09
= = = 0,476
0,189 0,189

Nilai rata-rata µs
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n
0,449+0,423+0,476
=
3
1,348
= = 0,449
3

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

c. Untuk permukaan karet


mp+ mt 1
µs1 =
mb
0,025+0,085 0,105
= 0,207
= 0,207 = 0,507
mp+ mt 2
µs2 =
mb
0,025+0 , 08 0,105
= = = 0,507
0,207 0,207
mp+ mt 3
µs3 =
mb
0,025+0,085 0 ,11
= = = 0,531
0,207 0,207

Nilai rata-rata µs
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n
0,531+0,507+0,531
=
3
1,569
= = 0,523
3

Tabel 3.5.1 Hasil perhitungan pada keadaan statis bidang datar


No Mb Mt Mp µs µs Jenis
Peluncur
1 0,06 0,515
2 0,165 0,055 0,484 0,52 Kayu
3 0,05 0,515 6
1 0,06 0,449
2 0,189 0,055 0,025 0,423 0,44 Karpet
3 0,065 0,476 9
1 0,085 0,531

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

2 0,207 0,08 0,507 0,52 Karet


3 0,085 0,531 3

b. Keadaan statis benda miring pada benda peluncur


a. Untuk permukaan kayu
µs1 = tan Ɵ = tan 33 = 0,649
µs2 = tan Ɵ = tan 33 = 0,649
µs3 = tan Ɵ = tan 38 = 0,781
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n
0,649+0,649+0,781
=
3
2,079
= = 0,693
3

b. Untuk permukaan karpet


µs1 = tan Ɵ = tan 30 = 0,577
µs2 = tan Ɵ = tan 33 = 0,648
µs3 = tan Ɵ = tan 35 = 0,700
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n
0,577+0,648+ 0,700
=
3

1,925
= = 0,641
3

c. Untuk permukaan karet


µs1 = tan Ɵ = tan 40 = 0,839
µs2 = tan Ɵ = tan 39 = 0,809
µs3 = tan Ɵ = tan 41 = 0,869
µs 1+ µs 2+ µs 3
µs =
n

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

0,839+0,809+0,869
=
3
2517
= = 0,839
3

Tabel 3.5.2 Hasil perhitungan pada keadaan statis bidang miring


No Ɵ µs µs Jenis Peluncur
1 33° 0,649
2 33° 0,649 0,693 Kayu
3 38° 0,781
1 30° 0,577
2 33° 0,648 0,641 Karpet
3 35° 0,700
1 40° 0,839
2 39° 0,809 0,839 Karet
3 41° 0,869

2. Menghitung nilai µk untuk keadaan dinamis pada bidang miring


a. Untuk jenis benda peluncur kayu pada jarak
X = 1,72 m
t 1+t 2+t 3
t =
n
2 ,18+2 , 10+2 , 90 7 ,18
= = = 2,393
3 3

Ɵk = 45° Cos Ɵk = 0,707 tan Ɵk = 1


2. x
µk = tan Ɵ – 2
g . t . cos Ɵ
2 . 1, 72
= 1-
9 , 81.5,726 . 0,707
3 , 44
= 1-
39,713
= 1 – 0,086 = 0,914

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

b. Untuk jenis peluncur karpet pada jarak


X = 1,72 m
t 1+t 2+t 3
t =
n
3 ,19+3 ,18+3 , 20 9 ,57
= = = 3,19
3 3
t2 = 0,617
Ɵk = 45° Cos Ɵk = 0,707 tan Ɵk = 1
2. x
µk = tan Ɵ – 2
g . t . cos Ɵ
2 . 1, 72
= 1-
9 , 81.10,176 . 0,707
3 , 44
= 1-
20,693
= 1 – 0,166 = 0,832

c. Untuk jenis peluncur karet pada jarak


X = 1,72 m
t 1+t 2+t 3
t =
n
1, 42+1 , 45+ 1, 47 4 ,34
= = = 1,446
3 3
t2 = 2,090
Ɵk = 45° Cos Ɵk = 0,707 tan Ɵk = 1
2. x
µk = tan Ɵ – 2
g . t . cosƟ
2 .1 , 72
= 1-
9 , 81. 2,090 . 0,707

3 , 44
= 1-
14,495
= 1 – 0,273 = 0,763

Tabel 3.5.3 Keadaan dinamis pada bidang miring


No Benda X Ɵ Tan Cos Ɵ T µk

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Peluncur Ɵ
1 Kayu 1,72 m 45° 1 0,707 2,393 0,914
2 Karpet 1,72 m 45° 1 0,707 3,19 0,832
3 Karet 1,72 m 45° 1 0,707 1,446 0,763

3.1 Perhitungan ketidakpastian pengukuran masing-masing data dengan


tingkat kepercayaan 100 %
a. Teori ketidakpastian pada bidang datar (kayu)
mp + mt
µs =
mb

√( ) ( ) ( )
2 2 2
δµs δµs δμs
∆µs = ( ∆mp )2 + ( ∆t )2 + ( ∆mA )2
δmp δt δmA

1. (δμs
δmp ) =
mp+ mt
mb
Dimana : u = mp + mt uˈ = 1
v = mb vˈ = 0

( δmδμsp ) = uˈv v - vˈ u
2

1 . mb - 0 . (mp+mt)
=
( mb )2
1 . mb
=
( mb ) (mb)
1
=
mb
1
=
0,165
=6,060

1
2. (∆ mp) = x Skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4
= 0,0005

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

3. (δμs
δt ) =
mp+ mt
mA
Dimana : u = mp + mt uˈ = 1
v = mA vˈ = 0

(δμs
δt )
=
uˈ v-vˈ u
v
2

1 . mb - 0 . (mp+mt)
=
( mb )2
1 . mb
=
( mb ) (mb)
1
=
mb
1
=
0,165
= 6,060
mt1 + mt2 + mt3
4. mt =
n
0,0 6 + 0,0 55 + 0,0 6
=
3
0,1 75
=
3
= 0,058

∆t =
√ ( mt1 - mt )2 + ( mt2 - mt )2 + ( mt3 - mt )2
n (n - 1)

=
√ ( 0,06 - 0,0 58 )2 + ( 0,055 - 0,0 58 )2 + ( 0,0 6 - 0,0 58 )2
3 (3 - 1)


2 2
( -0,00 2 ) + ( - 0,00 3 ) +(−0,002)2
=
3. 2

=
√ 0,0 00 004 + 0,0000 09+0,000004
6

=
√ 0,0000 17
6
= √ 0,00000 283

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

= 0,00168

5. (δμs
δmA ) =
mp + mt
mA
Dimana : u = mp + mt uˈ = 0
v = mA vˈ = 1

( δμs
δmA ) =
uˈ v - vˈ u
v
2

0 . mA - 1 . (mp + mt)
=
( mA )2
mp + mt
=
( mA )2
0,025 + 0,0 6
=
( 0,165 )2
0,0 86
=
0,0272
= 3,161

1
6. ∆mA = x Skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4
= 0,0005

√( ) ( ) ( )
2 2 2
δμs δμs δμs
∆µs = ( ∆mp )2 + ( ∆t )2 + ( ∆mA )2
δmp δt δmA

= √ ( 6,060 )2 ( 0,0005 )2 + ( 6,060 )2 ( 0,00 168 )2 + ( 3,161 )2 ( 0,0005 )2


=
√ ( 36,723 ) ( 0,00000025 ) + ( 36,723 ) ( 0,000008 ) + ( 9,991 ) (0,00000025)
= √ 0,00000918 + 0,000 103 + 0,00000 249
= √ 0,000 114

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

= 0,0106
∆μs
KR = x 100%
2 (∆μs + μs)
0,0 1 06
= x 100%
2 (0,0 106 + 0, 526 )
0,0 1 0 6 7
= x 100%
2 (0, 5276 )
0,010 6
= x 100%
1,0552
= 0,01011 x 100%
= 0,0101 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,101%
= 99,98 %

b. Teori ketidakpastian statis pada bidang miring


µs = tan θ

∆µs =
√( δμs 2
δmθ )
( ∆θ )2

1. ( δmθ
δµs
) = tan θ = Sin θ
Cos θ
Dimana : u = Sin 45 uˈ = Cos 45
v = Cos 45 vˈ = - Sin 45

( δmθ
δμs
) = uˈv v - vˈ u2

Cos θ . Cos θ - ( -Sin θ ) . Sin θ


=
( Cos θ )2
2 2
Co s θ+ Sin θ
= 2
Co s θ
= Sec2 θ

( )
2
1
=
Cos θ

=(
Cos 4 5 )
2
1

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

( )
2
1
=
0,7 07
= (1,414)2
= 1,999

θ1 + θ2 + θ3
2. θ =
n
33 + 33 + 38
=
3
104
=
3
= 34,666


2 2 2
∆ θ = ( θ 1−θ ) + ( θ 2−θ ) + ( θ 3−θ )
n(n−1)


2 2 2
( 33−34,666 ) + ( 33−34,666 ) + ( 38−34,666 )
=
3 (3−1)

=
√ (−1,666 )2+ (−1,666 )2 + ( 3,334 )2
6

=
√ 2,775 + 2,775 + 11,115
6

=
√ 16,665
6
= √ 2,777
= 1,666

√( ) ( ∆θ )
2
δμs 2
∆μs =
δmθ

= √ ( 1,999 ) 2
( 1,666 )
2

= √ ( 3,996 ) ( 2,775 )
= √ 11,088
= 3.329

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

∆μs
KR = x 100%
2 (∆μs + μs)
3,329
= x 100%
2 ( 3,329 + 0,693 )
3,329
= x 100%
2 . 4,022
3,329
= x 100%
8,044
= 0,413 x 100%
= 0,413%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,413%
= 99,587%

C. Teori ketidakpastian dinamis pada bidang miring


2x
µk = tan θ− 2
g + t . Cos θk

√( ) ( ) ( )
2 2 2
δμs δμs δμs
∆µk = ( ∆θ )2 + ( ∆x )2 + ( ∆t )2
δθ δx δt
δμk 2x
= tan θ− 2
δθ g + t . Cos θ k
Dimana : u = tan θ - 2x uˈ = 2
v = g + t2 . Cos θ k vˈ = 0
δμk uˈ v - vˈ u
= 2
δθ v
2 ( g + t 2 . Cos θk ) - ( tan θ - 2x)
= 2
( g + t2 . Cos θk )
2
= 2
g + t . Cos θk
2
= 2
9,81 + ( 2,39 3 ) . 0,7 07
2
=
9,81 + 5,726 + 0,7 07

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

2
=
1 6,243
= 0,123

1
∆θ = x Skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4
= 0,0005

δμk 2x
= tan θ− 2
δx g + t . Cos θ k
Dimana : u = tan θ - 2x uˈ = 2
v = g + t2 . Cos θ k vˈ = 0
δμk uˈ v - vˈ u
= 2
δx v
2 ( g + t 2 . Cos θk ) - ( tan θ - 2x)
= 2
( g + t2 . Cos θk )
2
= 2
g + t . Cos θk
2
= 2
9,81 + ( 2,393 ) . 0,7 07
2
=
9,81 + 5.726 + 0,7 07
2
=
1 6,243
= 0,123

1
∆mx = x Skala terkecil
2
1
= x 10-3
2
= 0,5 x 10-3

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

= 5 x 10-4
= 0,0005
δμk 2x
= tan θ− 2
δt g + t . Cos θk
Dimana : u = tan – 2x uˈ = 0
v = g + t2 . Cos θk vˈ = 2
δμk uˈ v - vˈ u
= 2
δt v
0 ( g + t 2 . Cos θk ) -2 ( tan - 2x)
= 2
(g + t . Cos θk)
- 2 ( tan - 2x)
= 2
(g + t . Cos θk)
- 2 (0,1 - 2 . 1, 7 2 )
= 2
(9,81 + ( 2,393 ) . 0,7 07 )
- 2 (0,1 - 3, 4 4 )
=
9,81 + 4,048
- 2 (- 3,34 )
=
1 3,858
6,68
=
1 3,858
= 0,482

∆t =
√ ( t1 - t )2 + ( t2 - t )2 + ( t3 - t )2
n (n - 1)


2 2 2
=
( 2 , 18−2,393 ) + ( 2, 10−2,393 ) + ( 2 , 90−2,393 )
3(3−1)

=
√ (−0,213 )2+ (−0,293 )2 + ( 0,507 )2
6

=
√ 0,045369+ 0,085849+0,257049
6

=
√ 0,388267
6
= √ 0, 0647111

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

= 0,2543

∆µk =
√( δt )
δμs 2 2
(∆ θ ) +( )
δμs 2
δx
2
(∆ x ) + ( )
δμs 2
δt
( ∆ t )2

= √ ( 0,1 23 )2 ( 0,0005 )2 + ( 0,1 23 )2 ( 0,0005 )2 + ( 0, 482 )2 ( 0, 2543 )2


=
√ ( 0, 015 ) ( 0,00000025 ) + ( 0,0 15 )( 0,00000025 ) + ( 0, 232 ) (0,0 6466849 )
= √ 0,00000000 375 +0,00000000375 +0,0 1500308968
= √ 0, 01500309718
= 0,12248

∆μk
KR = x 100%
μk
0, 12248
= x 100%
0, 914
= 0,134 x 100%
= 0,134%

KB = 100 - KR
= 100 - 0,134%
= 99,86%

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data

Tabel 3.6.1 Keadaan statis bidang datar


No Mb Mt Mp µs µs Jenis peluncur
1 0,06 0,515
2 0,165 0,055 0,484 0,526 Kayu
3 0,05 0,515
1 0,06 0,449
2 0,189 0,055 0,025 0,423 0,449 Karpet
3 0,065 0,476
1 0,085 0,531
2 0,207 0,08 0,507 0,523 Karet
3 0,085 0,531

Tabel 3.6.2 Keadaan statis bidang miring


No Ө µs µs Jenis peluncur

1 33° 0,649

2 33° 0,649
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

0,693 Kayu

3 38° 0,781

1 30° 0,577
0,641 Karpet
2 33° 0,648

3 35° 0,700

1 40° 0,839
0,839 Karet
2 39° 0,809

3 41° 0,869

Tabel 3.6.3 Keadaan dinamis bidang miring


No Benda X Ө TanӨ CosӨ T µk
peluncur

1 Kayu 1,72 m 45° 1 0,707 2,393 0,914

2 Karpet 1,72 m 45° 1 0,707 3,19 0,832

3 Karet 1,72 m 45° 1 0,707 1,446 0,763

6.2 Pembahasan hasil pengolahan data

Pada keadaan statis bidang datar terdapat tiga buah benda peluncur yaitu
kayu, karpet, dan karet. Pada benda peluncur kayu menghasilkan gaya gesek yaitu
µs = 0,526. Adapun jenis benda peluncur karpet menghasilkan gaya gesek yaitu
µs = 0,449. Pada karet meghasilkan gaya gesek yaitu µs = 0,839.
Pada keadaan statis bidang miring ketiga benda peluncur akan dicari
derajat kemiringannya ketika diberi gaya. Jenis benda peluncur kayu yang
memiliki permukaan halus memiliki kemiringan 38° atau µs = 0,781, benda
peluncur karpet dengan 35° atau µs = 0,641, dan benda peluncur karet memiliki

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

derajat kemiringan 41° atau µs = 0,839.


Pada keadaan dinamis bidang miring benda peluncur dihitung kecepatan
bendanya. Dimana telah ditentukan sudut kemiringan dan jaraknya yaitu pada
sudut 45° dan pada jarak 1,72 m. Pada benda peluncur kayu waktu yang
dibutuhkan adalah µk = 0,914, pada benda peluncur karpet waktu yang
dibutuhkan yaitu µk = 0,832 sedangkan pada benda peluncur karet waktu yang
dibutuhkan adalah µk = 0,763.

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti praktikum gaya gesek, kami menarik kesimpulan bahwa


gaya gesek merupakan gaya yang terjadi diantara dua benda yang yang saling
bersentuhan dan gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek suatu benda dipengaruhi oleh

GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

luas permukaan benda, tingkat kemiringan benda dan bahan dari suatu benda.
Semakin luas dan semakin kasar permukaan suatu benda maka koefisien gesek
yang dihasilkan juga besar serta semakin kecil permukaan dan licin pada
permukaan suatu benda koefisien gesek yang dihasilkan semakin kecil.

7.2 Saran

1. Saran Untuk Laboratorium


Alat-alat papan bidang miring harap ditambah agar praktikum bisa
dilakukan perkelompok dan tidak digabung.
2. Saran Untuk Asisten
Kami berharap agar asisten selalu sabar dan mengurangi punishment yang
diberikan.
3. Saran Praktikum
Selalu semangat menjalani lab dan selalu menjaga kekompakkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwafi Ridho Subarkah. (2018). No Title 空間像再生型立体映像の 研究動向.


Nhk 技研, 151(2), 10–17.
Hardiansyah, I. W. (2021). Penerapan Gaya Gesek Pada Kehidupan Manusia.
INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA, 10(1), 67–70.
https://doi.org/10.20961/inkuiri.v10i1.44531
Hariati Winingsih, P. (2017). Eksperimen Gaya Gesek Untuk Menguji Nilai
Koefisien Gesekan Statis Kayu Pada Kayu Dengan Program Matlab. Jurnal
GAYA GESEK
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar

Science Tech, 3(2), 121–126.


Terhadap, M., Pelumas, V., & Kekasaran, D. A. N. (2015). Pada specimen halus
dalam kondisi dengan pelumas, semakin kental viskositasnya sudut geseknya
semakin besar. Pada spesimen kasar dengan kondisi pelumas, semakin tinggi
viskositas pelumasnya sudut geseknya semakin kecil. 11(1), 13–18.
Tiandho, Y. (2018). Miskonsepsi gaya gesek pada mahasiswa. Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Keilmuan (JPFK), 4(1), 1.
https://doi.org/10.25273/jpfk.v4i1.1814
Yusfi Budi Hari. (2013). Makalah Koefisien Gesekan.
https://www.scribd.com/doc/181879773/makalah-koefisien-gesekan

GAYA GESEK

You might also like