You are on page 1of 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran Discovery Learning Metode Group Investigation

a. Model pembelajaran Discovery Learning

Metode penemuan (discovery) menurut B.Suryosubroto (2002:192)

adalah suatu metode dimana dalam proses pembelajaran guru

memperkenankan peserta didik menemukan sendiri informasi yang

secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan. Pendapat

serupa diungkapkan Hamzah B.Uno dan Nurdin Mohamad (2012:98)

bahwa metode discovery adalah metode yang mendorong peserta didik

untuk aktif dimana peserta didik didorong untuk menemukan sendiri

pengetahuan atau konsep baru. Hidayati (2004:72) menjelaskan bahwa

discovery adalah suatu kegiatan/pelajaran menemukan konsep atau

prinsip melalui proses mentalnya..

Peran guru dalam metode ini menurut Sri Esti Wuryani

Djiwandono (2006:170) adalah menciptakan situasi dimana peserta

didik dapat belajar sendiri daripada memberikan suatu paket yang berisi

informasi atau pelajaran kepada peserta didik.Guru membantu peserta

didik mengerti konsep-konsep yang sulit dengan menggunakan

peragaan atau gambar-gambar. Ahmad Rohani (2004:37)

menjelaskan bahwa pada discover ypeserta didik diharuskan

8
menemukan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak

diketahuinya melalui pengalaman belajar yang telah diatur dan

diarahkan olehguru.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa metode discovery adalah metode yang mendorong peserta didik

untuk belajar dengan menemukan konsep baru melalui kegiatan antara

lain mengamati, menggolongkan, menjelaskan, dan menarik

kesimpulan. Dalam proses penemuan,guru merupakan pembimbing dan

pengarah belajar yang dilakukan peserta didik serta menyediakan

sumber-sumber belajar yang diperlukan peserta didik.

Metode discovery learning dalam penelitian ini mendorong peserta

didik untuk menemukan konsep melalui proses mengamati,

menggolongkan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Guru

selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik

dalam melaksanakan discovery, dimulai dari membimbing peserta didik

merumuskan masalah dan memberikan alternatif atau langkah-langkah

pemecahannya sampai pada menarik kesimpulan.Selain itu, guru

menyediakan benda-benda konkret, gambar, dan informasi dari buku

untuk membantu peserta didik memahami materi.

1) Langkah-langkah Discovery Learning

9
Abin Syamsuddin Makmun (2007: 232) memberikan enam garis

besar prosedur discovery learning. Berikut penjelasan keenam

prosedur discovery learning :

a) Stimulasi.Gurumulai dengan bertanya atau mengatakan


persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau
mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
b) Perumusan masalah. Peserta didik diberikan kesempatan
mengidentifikasi berbagai permasalahan yang relevan dan
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
c) Pengumpulan data.Untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidak hipotesis itu,peserta didik diberikan
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan dengan jelas, melakukan telaah literatur, mengamati
objek, mewawancarai narasumber, mencoba (uji coba) sendiri,
dan sebagainya.
d) Analisis data. Semua informasi (hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya) diolah serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
e) Verifikasi. Berdasarkan hasil pengolahan datadan tafsiran atas
informasi yang ada tersebut, pertanyaan yang telah dirumuskan
terdahulu itu kemudian dicek apakah terjawab atau tidak.
f) Generali sasi. Tahap selanjutnya, berdasarkan hasil verifikasi
tadi, peserta didik belajar menarik generalisasi atau kesimpulan
tertentu.

2) Kelebihan Model Discovery Learning

Kelebihan metode discovery menurut Sri Esti Wuryani

Djiwandono (2006: 173) adalah menimbulkan keingintahuan

peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajarinya sehingga

dapat memotivasi mereka melanjutkan pekerjaan sampai mereka

menemukan jawaban. Selain itu metode ini mengajarkan

keterampilan menyelesaikan masalah, menganalisis,dan

memanipulasi informasi.

10
Pendapat lain tentang kelebihan metode discovery juga

diungkapkan oleh B. Suryosubroto (2002:201) antara lain

membantu mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses

kognitif peserta didik sehingga pengetahuan yang diperoleh

merupakan pengetahuan yang kukuh,membangkitkan semangat

peserta didik karena peserta didik merasakan jerih payah

menyelidiki.

b. Tipe Model Group Investigation

Penerapan model discovery learning, dapat menggunakan metode

Group Investigation. Trianto (2007: 59) menjelaskan tipe Group

Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling

kompleks, pertama kali dikembangkan oleh Thelan. Dalam

perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari

Universitas Tel Aviv. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur

kelas yang lebih kompleks daripada pendekatan yang lebih berpusat

kepada guru.

Winataputra (2001:75) menjelaskan bahwa Group Investigation

memiliki tiga konsep utama yaitu Penelitian (Discovery), Pengetahuan

(Knowledge), dan Dinamika Kelompok (the dynamic of the learning

group). Investigasi kelompok atau Group Investigation adalah

penemuan siswa yang dilakukan secara berkelompok, dimana siswa

mengalami dan melakukan percobaan dengan aktif yang

11
memungkinkannya menemukan prinsip pembelajaran (Slavin, 2008:

216).

Aurrahman (2009: 153) menjelaskan bahwa kelebihan-kelebihan

dalam tipe model pembelajaran group investigation adalah sebagai

berikut.

1) Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan

2) Melatih berpikir dan bertindak kreatif

3) Dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan

5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan

6) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk

menghadap masalah yang dihadapi secara tepat

Selain kelebihan tersebut, pembelajaran group investigation juga

memiliki beberapa kekurangan sebagai berikut.

1) Membutuhkan keaktifan anggota kelompok dalam melakukan

penyelidikan atau investigasi.

2) Jika seluruh anggota kelompok pasif, maka akan menyulitkan

mereka dalam melakukan kegiatan investigasi.

Sharan, dkk (Trianto, 2007: 60) membagi langkah-langkah

pelaksanaan tipe model pembelajaran group investigation meliputi 6

(enam) fase berikut ini.

1) Memilih topik

12
Peserta didik memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah

masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya

peserta didik diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap

kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada

tugas.

2) Perencanaan kooperatif

Peserta didik dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas,

dan tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik yang telah

dipilih pada tahap pertama.

3) Implementasi

Peserta didik menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di

dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya

memperhatikan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan

hendaknya mengarahkan peserta didik kepada jenis-jenis sumber

belajar yang berbeda, baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara

ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan

bila diperlukan.

4) Analisis dan sintesis

Peserta didik menganalisis dan mensistesis informasi yang diperoleh

pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut

diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan

untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

13
5) Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya

dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar

peserta didik yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan

mereka, dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi

dikoordinasi oleh guru.

6) Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari

topik yang sama. Peserta didik dan guru mengevaluasi tiap

kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan.

Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau

kelompok.

Adapun langkah-langkah group investigation (Suyatno, 2009: 123)

adalah sebagai berikut.

1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

3) Guru memanggil para ketua untuk satu materi tugas sehingga satu

kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari

kelompok lain.

4) Setiap kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif

berisi penemuan.

14
5) Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil

pembahasan kelompok.

6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan

kesimpulan.

7) Evaluasi.

8) Penutup.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaranGroup Investigation merupakan desain pembelajaran yang

melatih siswa belajar secara berkelompok untuk melakukan

penyelidikan terhadap masalah-masalah yang dipelajari, kemudian

mengomunikasikannya kepada orang lain.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation

1) Kelebihan

Adapun kelebihan model pembelajaran Group Investigation menurut

Rusman (2014:222), yaitu:

a) Model pembelajaran Group Investigation kelompok dapat dipakai


guru untuk mengembangkan kreativitas siswa (baik secara
perorangan atau berkelompok),
b) Mengaktifkan siswa dalam belajar.

2) Kelemahan

Kelemahan Model pembelajaran Group Investigation menurut

Sumarmi (2012:132, yaitu:

a) Group Investigation terkadang memerlukan pengaturan situasi


dan kondisi yang berbeda, jenismateri yang berbeda, dan gaya
mengajar yang berdeda pula,
b) keadaan kelastidak selalu memberikan lingkungan fisik yang baik
bagi kelompok,

15
c) keberhasilan model Group Investigation bergantung pada
kemampuan siswa memimpin kelompokatau bekerja mandiri.

16
2. Hasil Belajar

a. Pengertian belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu sebagai

hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Belajar bukan hanya sekadar menghafal, melainkan suatu proses mental

yang terjadi dalam diri seseorang (Rusman, 2013).

Asra dan Sumiati (2009:38) berpendapat secara umum:

Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat


interaksi individu dan lingkungan. Artinya seseorang dikatakan telah
belajar jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan
sebelumnya.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan

belajar merupakan sebuah proses yang terarah dan bermakna. Hasil

yang diharapkan dari belajar ini adalah perkembangan dan perubahan-

perubahan aspek yakni aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar sebagaimana diuraikan oleh Nawawi (Susanto,

2016:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan “tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah

materi pelajaran tertentu”.

Menurut Bloom (Suprijono, 2009: 6-7) hasil belajar mencakup:

Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif adalah


pengetahuan, ingatan, pemahaman, penjelasan, meringkas, contoh,
menerapkan, menguraikan, menentukan hubungan, mengorganisasikan,

17
merencanakan, membentuk bangunan baru, dan menilai. Domain afektif
adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi,
karakterisasi. Domain psikomotor adalah mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosia, manejerial, dan intelektual.

Hasil belajar merupakan produk yang didapatkan dari kegiatan

proses pembelajaran berupa tindakan atau perbuatan, nilai-nilai, dan

juga sikap-sikap. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Gagne

(Suprijono, 2009: 5-6) mengemukakan bahwa hasil belajar itu berupa

1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan


dalam bentuk bahasa, baik lisan maupu tertulis.
2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengorganisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-
konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar

merupakan segala hal yang dipelajari di sekolah baik itu menyangkut

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata

pelajaran yang diberikan kepada siswa.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Wasliman (Susanto:2014:12) berpendapat bahwa hasil belajar yang

dicapai oleh peserta didik merupakan “hasil interaksi antara berbagai

faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal”.

Berikut ini uraian faktor internal dan eksternal:

18
1) Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
siswa yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor internal meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri
siswa yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor eksternal meliputi:
keluarga, sekolah,dan masyarakat.

3. Mata Pelajaran Kearsipan

a. Pengertian Kearsipan

Suatu lembaga atau kantor membutuhkan penyusunan akan halhal

yang dianggap penting, salah satunya adalah dokumen. Oleh karena itu,

kantor harus mempunyai sistem yang baik dalam pengaturan,

penyimpanan, dan perawatan dokumen tersebut, yang lebih dikenal

dengan istilah Kearsipan.

Istilah arsip dalam bahasa Belanda disebut “Archief”. Kata ini juga
berasal dari bahasa Yunani yaitu “Arche” yang berarti permulaan.
Kemudian dari kata “Arche” ini berkembang menjadi kata “Archia”
yang berarti catatan. Selanjutnya dari kata “Archia” berubah lagi
menjadi kata “Ar-chieon” yang berarti Gedung Pemerintahan.
Sedangkan dalam bahasa Latin disebut “Archium”. Pada akhirnya
dalam bahasa Indonesia dipakai istilah “Arsip” sampai sekarang ini
(Sedarmayanti, 2001, 7). Menurut Sutarto (1997; 200) Arsip adalah
suatu warkat yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu
kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan
kembali.
Sedangkan Lembaga Administrasi Negara memberikan rumusan
secara lengkap bahwa “Arsip” adalah segala kertas, buku naskah,
gambaran peta, bagan atau dokumen lainnya. Dimana diartikan sebagai
segala macam bentuk dan sifat aslinya atau salinan serta dengan segala
cara penciptaannya oleh suatu badan sebagai bukti dari pada tujuan

19
organisasi, fungsi-fungsi kebijaksanaan, keputusan-keputusan,
prosedur-prosedur, kegiatan lainnya dari pada pemerintahan karena
informasi yang penting terkandung didalamnya.

Pengertian Arsip di Indonesia, diatur dalam Undang-Undang No.7


tahun 1971 tentang “Ketentuan Pokok Kearsipan” pada Bab I pasal 1
berbunyi sebagai berikut :

1. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga Negara dan


Badan-badan Pemerintahan dalam bentuk corak apapun, baik dalam
keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan
kegiatan Pemerintah.
2. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan swasta
dan/atau perorangan dalam bentuk corak apapun, baik dalam
keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan
kebangsaan.

Dari definisi diatas jelas bahwa Arsip yaitu pusat ingatan bagi
seluruh kegiatan pekerjaan dimana surat/warkat yang diproses
berdasarkan pengklasifikasian atau penggolongan yang disusun,
disimpan dan dipelihara sedemikian rupa selama masih diperlukan.

b. Peran Arsip
Arsip mempunyai peranan sebagai sumber informasi dan sumber

dokumentasi. Sebagai sumber informasi, arsip dapat membantu

mengingatkan petugas yang lupa mengenai suatu masalah. Sebagai

sumber dokumentasi, arsip dapat dipergunakan oleh pemimpin

organisasi untuk membuat ataupun mengambil keputusan secara tepat

mengenai masalah yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu dapat

disimpulkan bahwa peranan arsip adalah sebagai berikut :

20
1) Alat utama ingatan organisasi.

2) Bahan atau alat pembukt ian.

3) Bahan dasar perencanaan dan pengambilan keputusan.

4) Bahan informasi kegiatan ilmiah lainnya.

c. Maksud dan Tujuan Kearsipan

Pekerjaan menyimpan surat atau dokumen-dokumen sering pula


disebut administrasi kearsipan. Adapun pendapat yang mengatakan,
bahwa kearsipan adalah segala kegiatan yang berkenaan dengan
pengurusan arsip-arsip, baik arsip dinas maupun arsip pribadi.
Kearsipan merupakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan
penerimaan, pencatatan, pengiriman, penyingkiran maupun
pemusnahan surat menyurat atau berbagai macam warkat lainnya.
Maksud Kearsipan adalah agar tercipta suatu pengertian atau
pemahaman tata cara yang seragam dalam penyelenggaraan arsip di
lingkungan perusahaan.

Tujuan Kearsipan, yaitu :

1) Sebagai bahan pertanggung jawaban perusahaan tentang

pelaksanan dan pengelolaan perusahaan perlu untuk

mempersiapkan bahan pertanggung jawaban tersebut bagi

perusahaan.

2) Agar unit-unit kerja tidak dibebani dengan penyimpanan arsip yang

tidak perlu lagi.

21
d. Fungsi Arsip

Fungsi arsip menurut Pasal 2 Undang-undang No. 7 tahun 1971


dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Arsip Dinamis . Arsip Dinamis adalah arsip yang diperlukan secara

langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan

kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara

langsung dalam penyelenggaraan adinistrasi Negara. Singkatnya

dapat dikatakan bahwa arsip yang masih digunakan secara

langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari. Selanjutnya arsip

dinamis menurut fungsi dan kegunaannya dibedakan menjadi :

a) Arsip Aktif adalah arsip-arsip yang masih dipergunakan bagi

kelangsungan kerja. Jadi, arsip ini masih ada di tempat-tempat

unit pengelola dalam masa transisi antara aktif dan in-aktif.

b) Arsip Semi Aktif adalah arsip-arsip yang frekuensi

penggunaannya sudah mulai menurun dalam masa transisi

antara arsip aktif dan arsip in-aktif.

c) Arsip in-aktif atau arsip semi statis adalah arsip-arsip yang

jarang sekali dipergunakan dalam proses pekerjaan sehari-hari.

2) Arsip Statis . Arsip Statis yang tidak dipergunakan secara langsung

untuk perencanaan, penyelenggaraan, kehidupan kebangsaan pada

umumnya, maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi

Negara. Singkatnya dapat dikatakan bahwa arsip statis adalah arsip

22
yang sudah tidak dipergunakan secara langsung dalam kegiatan

perkantoran sehari-hari.

Arsip merupakan sesuatu yang bertumbuh terus dan selalu berubah

seirama dengan tata kehidupan masyarakat maupun tata

pemerintahan.

Dua jenis sifat dan arti tersebut menegaskan adanya 2 (dua) jenis

sifat dan arti arsip secara fungsionalnya yakni :

a) Arsip Dinamis, sebagai arsip yang senantiasa masih berubah nilai

dan artinya menurut fungsinya.

b) Arsip Statis, sebagai arsip yang sudah mencapai taraf nilai abadi

khusus sebagai bahan pertanggung jawaban

nasional/pemerintahan.

e. Sistem Kearsipan

Pada dasarnya Kearsipan atau filling adalah kegiatan penyusunan

dokumen, warkat dan arsip pada tempat yang telah ditentukan, sehingga

bila diperlukan dapat ditemukan dengan cepat.

Sistem Kearsipan yang sesuai dengan teori ilmu Kearsipan terdiri

dari 5 macam yaitu :

1) Sistem Abjad Sistem abjad yaitu Sistem abjad yaitu sistem

penyimpanan dan penemuan kembali arsip berdasarkan abjad.

Sistem ini dapat menggunakan abjad nama orang,

organisasi/kantor.

23
2) Sistem Subjek Dalam sistem ini semua naskah/dokumen disusun

dan dikelompokkan berdasarkan pokok soal/masalah

3) Sistem Wilayah Dalam sistem ini susunan arsip diatur berdasarkan

judul nama wilayah/daerah, seperti nama negara, propinsi,

kabupaten, kecamatan dsb.

4) Sistem Nomor Sistem nomor / angka disebut juga kode klasfikasi

persepuluhan. Yang dijadika kode surat adalah nomor yang

ditetapkan oleh unit yang bersangkutan.

5) Sistem Tanggal Dalam sistem ini susunan arsip diatur berdasarkan

waktu, seperti tahun, bulan, dan tanggal. Petunjuk pokoknya adalah

tahun, kemudian bulan dan tanggal

f. Nilai Guna Arsip

Nilai guna Arsip adalah nilai arsip yang didasarkan pada kegunaanya

bagi kepentingan penggunaan arsip.

1) Nilai guna primer adalah nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan

bagi penciptaan arsip itu sendiri, meliputi:

a) Nilai Guna Administrasi

Nilai administrasi dapat diartikan sebagai kebijaksanaan dan

prosedur yang mensyaratkan untuk menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan yang berlaku pada suatu organisasi pencipta arsip-arsip

yang mempunyai nilai kegunaan administrasi antara lain

meliputi :

24
 Arsip yang berkenaan dengan asal-usul suatu organisasi yang

mencakup pula pelaksanaan.

 Arsip-arsip yang berkenaan dengan organisasi, struktur,

instruksi, struktur personalia, daftar pegawai, dan pedoman

kerja lainnya.

 Arsip yang berkaitan dengan fungsi dan pencapaiannya

termasuk arsip-arsip tentang keputusan suatu kebijaksanaan,

perubahan kebijaksanaan, pelaksanaan kebijaksanaan, program

kerja dan lainnya.

b) Nilai Guna Keuangan

Arsip bernilai guna keuangan apabila arsip tersebut berisikan

segala sesuatu transaksi dan pertanggung jawaban keuangan.

c) Nilai Guna Hukum

Nilai kegunaan hukum mengandung pengertian bahwa arsip

tersebut memberikan informasi-informasi yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pembuktian dibidang hukum atau

arsip yang mengandung hak-hak dan kewajiban baik jangka

pendek maupun jangka panjang bagi pegawai instansi

pemerintahan maupun swasta yang menyangkut kontrak, sewa-

menyewa dan masih banyak lainnya.

d) Nilai Guna Ilmiah dan Teknologi

Arsip yang mengandung data ilmiah dan teknologi sebagai hasil

dari penelitian terapan.

25
2) Nilai guna Sekunder adalah nilai arsip yang didasarkan pada

kegunaan bagi kepentingan perusahaan atau kepentingan umum

diluar perusahaan pencipta arsip dan berguna sebagai bahan bukti

dan pertanggung jawaban, meliputi :

a) Nilai guna kebuktian

Arsip yang mengandung fakta dan keterangan yang dapat

digunakan untuk menjelaskan tentang bagaimana suatu instansi

diciptakan, dikembangkan, diatasi, fungsi dan tugasnya serta hasil

atau akibat dari tugas kegiatannya.

b) Nilai guna Informational

Arsip yang bernilai guna informational ialah arsip yang

mengandung berbagai kepentingan bagi penelitian dan sejarah.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Proses pembelajaran yang menyenangkan di kelas dapat membuat siswa

lebih semangat dan aktif dalam belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa

merupakan ciri adanya keaktifan mereka dalam mengikuti

pembelajaran.Salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan

menerapkan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan mereka,

seperti model pembelajaran Discovery Learning dengan metodeGroup

Investigation.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Widayati dan Muhammad

Nursa’ban pada tahun 2012menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

26
Group Investigationmeningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran Geografi

Kelas X SMA Negeri 2 Bantul pada siklus I ke siklus II sebesar 11,25%

masuk dalam kategori baik.

Penelitian serupa dilakukan oleh Matroji pada tahun 2015 dengan hasil

Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dapat

meningkatkan hasil belajar sejarah dari siklus I nilai ulangan harian siswa

berkisar antara 50-85 dengan nilai rata-rata 70.68, terjadi peningkatan nilai

rata-rata siswa sebesar 9.33 dibandingkan dengan sebelum diterapkannya

model pembelajran GI.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa

penerapan model Discovery Learning Tipe Group Investigation dapat

menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. jika

sebuah model pembelajaran diterapkan dengan baik, maka siswa akan lebih

aktif mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

C. Kerangka Pikir

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau

pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut berkaitan dengan

bertambahnya ilmu pengetahuan, keterampilan, minat dan watak. Prestasi

belajar dapat diukur dengan menggunakan tes dan dapat diwujudkan dengan

nilai atau angka. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran kearsipan adalah

salah satu masalah yang dialami oleh siswa Kelas X OTP 1 SMK Negeri 1

27
Tinambung, penyebab munculnya masalah tersebut dipengaruhi oleh dua

faktor utama yaitu faktor guru dan siswa. Faktor guru, yaitu: Dalam proses

pembelajaran kurangnya guru mengembangkan kreatifitas siswa baik secara

kelompok maupun individu, dalam proses pembelajaran guru kurang

melibatkan siswa. Guru adalah pengatur berlangsungnya pembelajaran

sehingga ketika salah mengarahkan siswa maka tidak akan tercapai tujuan

yang ingin dicapai.

Selain faktor yang berasal dari guru, faktor siswa juga sangat berpengaruh

penting dalam proses pembelajaran. Faktor yang berasal dari siswa

diantaranya adalah siswa kurang bekerjasama dan siswa masih belajar

perorangan, serta siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Setelah melihat masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran di Kelas

X OTP 1 SMK Negeri 1 Tinambung, maka untuk mengatasi masalah tersebut

peneliti menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dengan metode

Group Investigation sebagai perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga

hasil belajar siswa pada mata pelajaran mata pelajaran kearsipan pada Siswa

Kelas X OTP 1 SMK Negeri 1 Tinambung,dapat tercapai dan lebih

ditingkatkan. Adapun bentuk kerangka pikir dari tindakan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

28
HASIL BELAJAR RENDAH

GURU PENELITIAN TINDAKAN SISWA


KELAS

MODEL DISCOVERY LEARNING

METODE GRUP INVESTIGASI

MENINGKATNYA HASIL
BELAJAR

Gambar 2.1. Skema kerangka pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan

sebelumya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu bahwa

penerapan model pembelajaran Discovery learning Group Investigation pada

mata pelajaran kearsipan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X OTP

1 SMK Negeri 1 Tinambung.

29

You might also like