You are on page 1of 25

KOMPETENSI GURU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Keguruan

Dosen Pengampu :

H. Muh. Nurul Huda, M.A.

Disusun Oleh Kelompok 9 :

Aldelia Yunisa Putri (126205212091)

Devi Nor Anitasari (126205212099)

Lailatul Masruroh (126205211038)

Riska Dwi Kartikasari (126205212122)

Sa’adatin Nisa’ (126205212125)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena telah memberikan
kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat meneyelesaikan makalah yang
berjudul “Kompetensi Guru”.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
memberikan petunjuk kepada umat manusia sehingga manusia dapat terbebas dari zaman
jahiliyah menuju zaman islamiyah.

Selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak pihak lain, oleh karena
itu penulis tidak lupa mengucapkan terimah kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN SATU Tulungagung.


2. Dr. Adi Wijayanto, M.Pd. selaku Kajur PGMI UIN SATU Tulungagung.
3. H. Muh. Nurul Huda, M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi Keguruan. 4.
Teman-teman dan semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk mendeskripsikan “Kompetensi Guru”. Penulis menyadari


bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca makalah ini.

Tulungagung, 17 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................i


KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................1

A. Latar
Belakang ................................................................................................................1

B. Rumusan
Masalah ...........................................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan
Masalah ..........................................................................................2

BAB II .......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

A. Kompetensi
Guru ............................................................................................................3

B. Kompetensi Pedagogik ...................................................................................................


3

C. Kompetensi Kepribadian ................................................................................................


6

D. Kompetensi Sosial ..........................................................................................................


8

E. Kompetensi
Profesional ................................................................................................13

F. Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi


Sosial, dan Kompetensi
Profesional .....................................................................................17

BAB III ...................................................................................................................................19


PENUTUP ..............................................................................................................................19

A. Kesimpulan................................................................................................................ 19

B. Saran .......................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................20


iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia di mana setiap orang
yang telah lahir akan mendapat pendidikan dari orang tuanya. Mendidik seorang anak
sejak kecil adalah bagian dari pendidikan dini yang diberikan oleh keluarga yang
lambat laun akan memperoleh pendidikan di institusi tertentu dan masyarakat.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk memanusiakan manusia, di mana saat ini tugas
seorang guru bukan hanya sebagai pengajar namun juga menjadi seorang pendidik.
Seorang pendidik diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan dan dapat
mencapai tujuan pendidikan. Pendidik adalah seorang manusia yang dengan
kesadarannya mampu mempengaruhi orang lain dengan tujuan transfer pengetahuan
dan karakter. Pembelajaran dengan memberikan pengetahuan yang tinggi tanpa
dibarengi dengan karakter yang baik, maka akan menjadikan ilmu yang diperoleh
kurang bermanfaat. Begitu juga sebaliknya, orang berkarakter tetapi tidak berilmu,
maka sama saja kebermanfaatanya kurang maksimal. Sehingga perlu adanya
keseimbangan antara keduanya.
Peran pendidik dalam menjadikan peserta didik yang berwawasan luas dan
berkarakter sangat penting. Sehingga kualitas pendidik sangat diperhatikan demi
terciptanya peserta didik yang diharapkan. Ada beberapa syarat agar sesorang bisa
dikatakan pendidik. Noeng Muhadjir menyebutkan sebagaimana dikutip oleh Siswoyo
(2013: 117), bahwa prasyarat seseorang bisa sebagai pendidik apabila seseorang
tersebut: (1) memiliki pengetahuan lebih, (2) mengimplisitkan nilai dalam
pengetahuan itu dan (3) bersedia menularkan pengetahuan beserta nilainya kepada
orang lain.
Di era yang serba modern di mana belajar itu mudah dilakukan dengan
berbagai media yang ada, membuat guru sebagai pendidik harus bisa memberikan
pelayanan pendidikan kepada peserta didik sesuai kebutuhan dan jamannya. Dengan
begitu guru harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaran, kemampuan
memberikan teladan yang baik, kemampuan menjadi guru yang profesioanl, dan
kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Dengan kemampuan –
kemampuan yang telah disebutkan tersebut, termuat dalam empat kompetensi guru

1
yaitu, pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Setiap kompetensi tersebut
akan dibahas dalam makalah ini dengan terperinci.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kompetensi pedagogik?
2. Apa pengertian dari kompetensi kepribadian?
3. Apa pengertian dari kompetensi sosial?
4. Apa pengertian dari kompetensi profesional?
5. Bagaimana hubungan antara kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Untuk menjelaskan pengertian dari kompetensi pedagogik
2. Untuk menjelaskan pengertian dari kompetensi kepribadian
3. Untuk menjelaskan pengertian dari kompetensi sosial
4. Untuk menjelaskan pengertian dari kompetensi profesional
5. Untuk menjelaskan hubungan antara kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah orang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar
dan memiliki kemampuan dan kewenangan dalam melaksanakan profesi
keguruannya. Selain itu, kompetensi guru merupakan kemampuan atau kesanggupan
guru dalam melaksanakan tugasnya, melaksanakan proses belajar mengajar,
kemampuan atau kesanggupan untuk benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilannya sesuai dengan sebaik-sebaiknya.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi guru sebagai dimaksud
dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Keberhasilan guru melaksanakan perannya dalam bidang pendidikan sebagian
besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang bersifat
khusus dalam situasi khusus. Karena dengan memiliki guru yang berkompeten, maka
akan berpengaruh juga pada hasil belajar para siswanya.
B. Kompetensi Pedagogik
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Istilah kompetensi pedagogik berasal dari dua kata yaitu ‘kompetensi’ dan
‘pedagogik’. Kata kompetensi dalam bahasa Inggris competency (competence)
yang berarti kecakapan dan kemampuan. Sedangkan pedagogik adalah sesuatu hal
yang berkaitan denga ilmu mendidik (kegiatan belajar mengajar), ilmu tersebut
didukung dengan ilmu filsafat, sosiologi, psikologi dan metodologi pengajaran.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang
meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami
bahwa kompetensi pedagogik guru berkaitan dengan kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas, seperti membuat RPP, memahami mata pelajaran yang
diajarkan, mampu mengelola kelas, dan mampu dalam melakukan evaluasi
pembelajaran.

3
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaaan
pembelajaran untuk kepentingan peserta didik. Salah satu aspek kompetensi
pedagogik adalah pemahaman terhadap peserta didik. 1 Selain itu, juga meliputi
kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan silabus termasuk perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik serta dialogis. Didalamnya terdapat
pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi akhir belajar, dan pengembangan
peserta didik.2
Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang baik, diharapkan guru dapat
menyusun rancangan pembelajaran dan melaksanakannya. Guru diharapkan dapat
memahami landasan pendidikan, mampu menerapkan teori belajar, dapat
memahami landasan pendidikan, mampu menerapkan teori belajar, dapat
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, dan
mampu menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang tepat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pedagogik seorang guru harus
mampu mengembangkan kompetensi dan mengaktualisasikan potensi peserta
didik. Selanjutnya guru juga akan berusaha mencari strategi untuk menggali dan
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.3
2. Aspek Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik.
Kompetensi seorang guru saat ini dapat diukur dengan beberapa kompetensi dan
berbagai indikator yang melengkapinya. Adapun indikator kompetensi pedagogik
yang harus dikuasai guru adalah :
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
b. Pemahaman tentang peserta didik.
c. Pengembangan kurikulum/silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f. Evaluasi hasil belajar
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

1 Dr.Rifma, M.Pd. Optimalisasi pembinaan kompetensi pedagogic guru. (Jakarta: Kencana. 2016). Hal 2
2 M.Gorky Sembiring. Mengangkap rahasia dan tips mengajar, menjadi guru sejati. (Yogyakarta: Best
Publisher. 2008). Hal 39
3 Mulyana A.Z. Rahasia menjadi guru hebat. (Jakarta:grasindo, 2010) hal 105

4
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Seorang guru harus
memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya
yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan
berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan,
pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, system
pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan.
Pemahaman tentang peserta didik. Guru harus mengenal dan memahami siswa
dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya,
kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta
faktor dominan yang memengaruhinya.
Pengembangan kurikulum/silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai
bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru
dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah di
standardisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standardisasi Nasional Pendidikan
(BSNP).
Perancangan pembelajaran. Guru efektif mengatur kelas mereka dengan
prosedur dan mereka menyiapkannya. Jika guru memberitahu siswa sejak awal
bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar dikelas, guru
menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar.
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak dan
remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru, karena mereka pada
umumnya belum memahami pentingnya belajar.
Evaluasi hasil belajar. Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik professional
tergantung pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan, dan
kemampuannya bekerja efektif dalam penilaian.
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep, keterampilan,
dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan.4

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek kompetensi


pedagogik guru pada dasarnya menyangkut beberapa keahlian guru yaitu mampu
menguasai materi, membuat RPP, mampu mengelola kelas, dan mampu dalam
4 Dr. Jejen Musfah, M.A. Peningkatan kompetensi guru, melalui pelatihan dan sumber belajar teori dan
praktis.
(Jakarta: kencana. 2011).Hal 31-39

5
melakukan evaluasi pembelajaran serta mampu mengembangkan
profesionalitasnya sendiri dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

C. Kompetensi Kepribadian

Dalam pengertian terminologis, Muhammad Abdul Khalik menyebutkan


bahwa yang disebut dengan kepribadian adalah sekumpulan sifat yang bersifat akliah
dan perilaku yang dapat membedakan seseorang dengan orang lain.

Dalam pengertian yang lain, kepribadian sering diartikan sebagai a social


stimus value, atau dimaknai sebagai cara orang lain bereaksi, itulah kepribadian
individu. Sementara itu, Abin Syamsudin mengartikan kepribadian sebagai kualitas
perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan. Isjoni dalam salah satu tulisannya menyebutkan bahwa kepribadian
adalah keseluruhan dari individu yang terdiri atas unsur fisik dan psikis. Dalam
makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang (guru) merupakan suatu
gambaran dari kepribadian orang itu, asalkan dilakukan secara sadar.

Guru yang berkelakuan baik sering dikatakan memiliki kepribadian yang baik,
atau disebut juga berakhlak mulia. Sebaliknya, jika guru memiliki perilaku dan
perbuatan jelek, tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa
guru itu tidak memiliki kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang tidak
mulia. Oleh karena itu, kepribadian seringkali dijadikan barometer tinggi dan
rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat.5

Kepribadian pendidik merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar


anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah menegaskan bahwa
kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina
yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi
masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar)
dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan pendidik dalam
menggeluti profesinya meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis.
Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir
yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.

5 Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, “Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru”, (Bandung : Nuansa
Cenndekia : 2011), hlm. 31 - 32

6
Pendidik yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir
dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.6

Menurut undang- undang guru dan dosen adalah kompetensi yang berkaitan
dengan pribadi seseorang guru yang yang mantap, berakhlak mulia, arif dan
berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berahlak mulia. Penjelasan
kompetensi pribadi diatas, yang dijelaskan oleh Undang-Undang guru dan dosen
merupakan indikator-indikator kepribadian seseorang. Kepribadian ini sesungguhnya
abstrak, sukar dilihat secara nyata, yang dapat dilihat atau diketahui hanyalah
indicator atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Kepribadian guru ini
dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam
menghadapi persoalan.7

Adapun yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian guru, sebagaimana


dinyatakan dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir b, dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
siswa, dan berakhlak mulia.8 Memiliki sikap kepribadian yang mantap atau matang
sehingga mampu berfungsi sebagai tokoh identitas bagi siswa, serta dapat menjadi
panutan bagi siswa dan masyarakatnya.9

Dalam proses belajar-mengajar, guru memegang peran sebagai sutradara


sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah terletak keberhasilan proses belajar-mengajar,
untuk itu guru merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar di samping faktor-faktor lainnya. Dengan
demikian, untuk mencapai hal tersebut, guru harus memiliki kemampuan dasar dalam
melaksanakan tugasnya. Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan pribadi
guru itu sendiri. Menurut Cece Wijaya kemampuan pribadi guru dalam proses belajar-
mengajar, ditandai dengan beberapa indikator sebagai berikut :

a. Kemantapan dan Integritas Pribadi


b. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan
6 Rina Febriana, “Kompetensi Buku” (Jakarta : Bumi Aksara, 2019), hlm. 13 - 14
7 Mualimul Huda, “Kompetensi Kepribadian Guru dan Motivasi Belajar Siswa”, Jurnal Penelitian, Vol.11
(Agustus, 2017), 245
8 Ibid,.. hlm. 32
9 Didi Pianda, “Kinerja Guru”, (Jawa Barat : CV Jejak, 2018), hlm.35

7
c. Berpikir Alternatif, Adil, Jujur, dan Objektif
d. Berdisiplin dalam melaksanakan tugas
e. Ulet dan tekun bekerja
f. Berusaha memperoleh hasil kerja yang baik
g. Simpatik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam Bertindak
h. Bersifat Terbuka, Kreatif dan berwibawa10
D. Kompetensi Sosial
1. Pengertian Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial terdiri dari kata kompetensi dan sosial. Umumnya
kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sering artinya disamakan
dengan kemampuan, kecakapan, dan keahlian. Sedangkan dalam kamus lengkap
bahasa Indonesia, sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan.11
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi dengan peserta
didik dan orang yang ada disekitar dirinya. Model komunikasi personal cendrung
lebih mudah diterima oleh peserta didik dan masyarakat. Dalam konteks ini
hendaknya guru memiliki strategi dan pendekatan dalam melakukan komunikasi
yang cendrung bersifat horizontal. 12

Walaupun demikian, pendekatan komunikasi mengarah pada proses


pembentukan masyarakat belajar (learning community). Setiap orang cenderung
menyukai orang-orang yang memiliki kemampuan yang lebih dari yang lainnya
dan setiap orang tentu berbeda kecenderungannya untuk menyukai kemampuan
orang lain, kondisi ini disesuaikan dengan tingkat kedekatan dan jenis pendekatan
antara individu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan sosial guru dan
tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau kemempuan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta
kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi
kehidupan di masa yang akan datang.
Kemampuan sosial tersebut dirinci menjadi beberapa indikator, yaitu :

10 Ibid,.. hlm. 246


11 Sucipto Suntoro. 2007. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Solo : Beringin 55, h. 395
12 Undang-Undang Republik Indonesia Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan

8
a. Bersikap dan Bertindak Obyektif
Bersikap dan bertindak obyektif adalah kemampuan yang mutlak dikuasai
tenaga pendidik. Di samping dikuasai secara kognitif, bersikap dan bertindak
obyektif harus dimiliki guru agar guru selalu berkomunikasi dan bergaul dengan
peserta didik. Guru bukanlah satu-satu sumber informasi (information center) di
dalam kelas. Informasi dapat juga bersumber dari peserta didik. Oleh karena itu,
guru bukanlah sosok yang diposisikan segala-galanya bagi anak didik. Karena
guru tidak selamanya berada di samping peserta didik. Untuk itu, seorang guru
harus menanamkan sikap mandiri kepada anak didik.
Bertindak obyektif berarti guru juga dituntut berlaku bijaksana, arif, dan adil
terhadap peserta didik. Kemudian guru dituntut untuk obyektif dalam berkata,
obyektif dalam berbuat, obyektif dalam bersikap, dan obyektif dalam menilai hasil
belajar. Guru bertindak obyektif dalam berkata. Artinya, guru menyampaikan
informasi sesuai dengan porsi informasi tersebut. Bertindak obyektif dalam
berbuat, guru menunjukkan keteladanan yang sebenar-benarnya. Bertindak
obyektif dalam menilai, guru melakukan tugasnya sebagai “pengadil”, penilai
profesional, dan tidak pilih kasih.
Bersikap dan bertindak obyektif sebagai representasi figur yang menjadi
panutan anak didik. Di sekolah, guru menjadi figur “pengganti “ orang tua.
Sedangkan di rumah, orang tua menjadi figur panutan bagi anak. Hubungan antara
guru, orang tua, dan peserta didik menggambarkan interaksi komunikasi yang
bersifat timbal balik dan sekaligus menggambarkan integrasi peran. Peran
komunikasi multifungsi tersebut merupakan peran harapan dalam proses
pendidikan modern.
Istanti Surviani (2004:33) menyatakan bahwa salah satu bentuk belajar yang
perlu dikembangkan adalah belajar sikap. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
kemampuan menerima, merespon, menghargai, menghayati, dan
menginterpretasikan obyek-obyek, makna-makna, atau nilai-nilai moral dan
agama.
Stimulasi positif akan menentukan tingkat respon, sekaligus partisipasi dalam
proses pembelajaran. Kekuatan stimulasi bergantung pada kemampuan guru dalam
menggunakan bahasa komunikasi. Bila komunikasi berhasil maka respon akan
terwujud dengan aktif. Demikian pula sebaliknya bahwa komunikasi yang negatif
berimplikasi respon yang negatif.

9
b. Beradaptasi dengan Lingkungan
Beradaptasi dengan lingkungan adalah kemampuan yang dituntut pada seorang
guru. Beradaptasi dengan lingkungan berarti seorang guru perlu melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat umumnya. Di lingkungan sekolah, guru diharapkan dapat beradaptasi
dengan teman-teman kolega profesi dan menyesuaikan diri dengan anak dalam
proses pembelajaran. Adaptasi berhubungan dengan konsep diri.
Mulyasa menjelaskan bahwa hubungan interpersonal sesama guru di sekolah
dapat mempengaruhi kualitas kinerja guru. Karena motivasi kerja dapat terbentuk
dari interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Oleh karena itu kehidupan di
sekolah harus dikondisikan agar dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Di samping itu, Sotjipto menguraikan bahwa komunikasi dengan kelompok
sejawat penting dipelihara. Hubungan harus harmonis dan senantiasa menciptakan
dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawaan. Dalam “Kode Etik
Guru” pasal 7 disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial. Ini berati bahwa: pertama, guru
hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam
lingkungan kerja. Kedua, guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat
kekeluargaan dan kesetiakawanan di dalam dan di luar lingkungannya.
c. Berkomunikasi secara Efektif
Kompetensi sosial dapat dilihat dalam berkomunikasi secara efektif. Guru
sebagai inspirator dan motivator dalam proses pembelajaran memiliki peran
penting dalam melakukan komunikasi yang efektif. Maksudnya, guru dituntut
berkomunikasi dan bergaul dengan kolegialnya, anak didik, dan masyarakat
sekitar.
Berkomunikasi akan dianggap efektif bila guru dapat memahami karakteristik
sosial dan lingkungannya. Hubungan dengan sesame profesi lebih didasarkan pada
kebutuhan dan tuntutan yang sama.
Komunikasi merupakan hal yang mutlak diperhatikan dalam proses belajar
mengajar. Dalam melakukan komunikasi bahasa menjadi “alat utama” dalam
melakukan interaksi. Dedi Suherdi menjelaskan bahwa :
1) Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan inlektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi.

10
2) Komunikasi yang efektif menghendaki penggunaan bahasa yang baik dan
benar, yaitu bahasa yang sesuai dengan atuan-aturan kebahasaan dan tuntutan
konteks komunikasi. Dengan demikian, pengetahuan kebahasaan meskipun
tidak harus menjadi fokus tetap harus terajarkan.
3) Komunikasi nyata selalu terjadi dalam konteks alamiah. Karenanya,
pembelajaran (misalnya dalam belajar Bahasa Inggris) hendaknya
dilaksanakan dengan melibatkan peserta didik dan lingkungannya dalam
konteks kehidupan sehari-hari (otentik dan alamiah).
4) Komunikasi sendiri bukanlah tujuan akhir, melainkan merupakan sarana untuk
mencapai tujuan yang lebih hakiki, yakni memenuhi kebutuhan hidup (Suherdi
2007).
d. Empatik dan Santun dalam Berkomunikasi
Sikap empatik dan santun menjadi barometer dalam berkomunikasi. Sikap dan
perilaku serta tutur bahasa akan menentukan atmosphere komunikasi. Soetjipto
menegaskan, seorang guru akan dikatakan profesional apabila ia memiliki citra di
masyarakat. Ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya
(Soetjipto2005:42). Masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah masyarakat
pendidikan yang bergelut dalam dunia pendidikan/persekolahan) maupun
masyarakat pada umumnya.
Sikap empatik dan santun dapat diaplikasikan dalam cara melakukan kritik,
teguran, dan nasehat. Bahasa menjadi solusi alternatif dalam menyampaikan
kritik, teguran, dan nasehat tersebut. Bahkan empatik dan santun menjadi kunci
keberhasilan dalam berkomunikasi baik dengan anak didik, sesama profesi, dan
masyarakat.
Komunikasi menjadi sikap dan tingkah laku verbal berdampak pada
pembentuk sikap dan kepribadian anak. Pola dan bentuk komunikasi yang
digunakan para guru sedikit banyak akan berdampak pada pola dan bentuk
komunikasi yang dibangun peserta didik masa depan. Disinilah letak hubungan
istilah yang berkembang di masyarakat bahwasannya guru adalah sosok yang
“digugu dan ditiru”.
2. Pentingnya Kompetensi Sosial Bagi Guru
Guru dalam pandangan Al-Ghazali mengembangkan dua misi sekaligus, yaitu
tugas keagamaan, ketika guru melakukan kebaikan dengan menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi ini.

11
Sedangkan yang termulia dari tubuh manusia adalah hatinya. Guru bekerja
menyampaikan, membersihkan, menyucikan, dan membawakan hati itu mendekati
Allah Swt. Dimana guru membangun, memimpin, dan menjadi teladan yang
menegakkan keteraturan, kerukunan dan menjamin keberlangsungan masyarakat,
yang keduanya berujung pada pencapaian kebahagian di akhirat. Oleh karena itu,
guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru bertanggung jawab, guru
harus mengetahui serta memahami nilai, moral, dan sosial, serta berusaha
berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan moral tersebut. Guru harus juga
bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah
dan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu guru harus memiliki kelebihan
dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual
dalam pribadinya, dan memiliki kelebihan pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab.
3. Kemampuan Sosial Guru Pendidikan Dasar
Guru Pendidikan Dasar di mata masyarakat pada umumnya akan di mata para
orang tua peserta didik pada khususnya merupakan panutan yang perlu dicontoh
sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis-jenis kemampuan sosial yang harus dimiliki guru pendidikan dasar, adalah
:
a. Keterampilan Berkomunikasi dengan Orang Tua Peserta Didik
Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua peserta didik baik
secara lisan maupun secara tulisan, akan sangat diperlukan oleh guru.
Mengingat peserta didik dan orang tua berasal dari latar belakang, pendidikan
dan sosial ekonomi keluarga yang berbeda, guru pendidikan dasar dituntut
untuk mampu manghadapi secara individual dan ramah. Guru pendidikan
dasar diharapkan dapat memahami peserta didik dan orang tua yang
dihadapinnya, sehingga guru dapat berhubungan secara luwes. Guru-guru
pendidikan dasar selalu siap memberikan bantuan secara individual sesuai
dengan kondisi sosial psikologi guru dan sesuai pula dengan latar pendidikan.
Dengan demikian dapat dijelaskan, bahwa guru dimata masyarakat dan
siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan
13 E Mulyasa. 2007. Standart Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, h. 173

12
dalam kehidupan sehari-hari. Dan guru harus memiliki kemampuan sosial
dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanan proses pemebalajarn yang
efektif. Dalam kemampuan sosial tersebut, meliputi kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik dan mempunyai jiwa yang
menyenangkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria kompetensi sosial
meliputi:
1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, latar belakang, keluarga, dan setatus sosial ekonomi
2) Berkomunikatif secara efektif, empatik dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dengan profesi lain.14
E. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional berasal dari dua kata yaitu kompetensi dan


profesional. Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau
kecakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti
kewenangan/kekuasaan untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Sedangkan
profesional menunjuk pada dua hal, pertama orang menyandang suatu profesi, kedua
penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. 15
Istilah professional, menurut M. Arifin, berasal dari profession, yang mengandung arti
yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang
diperoleh melalui pendidikan sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk
menangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkannya.16

Jadi dari berbagai pengertian di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi
profesional guru ialah kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya, artinya guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut
sebagai guru yang kompeten dan profesional. Kompetensi profesional merupakan
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh seorang yang mempunyai kualifikasi

14 Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers, h.54


15 Heri Susanto, Profesi Keguruan, (Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lambung
Mangkurat), Hal. 53.
16 Umar Sidiq, Etika dan Profesi Keguruan, (Tulungagung: STAI Muhammadiyah), Hal. 2.

13
akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap
jenis dan jenjang pendidikan tertentu.17

Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki


oleh guru. Ada beberapa pandangan ahli tentang kompetensi profesional guru.
Menurut
Cooper terbagi kedalam 4 komponen kompetensi dasar, yakni :18

a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia


b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya
d. Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

Sedangkan menurut Depdibud ada 10 kemampuan dasar guru, yaitu:19

a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.


b. Pengelolaan program belajar mengajar
c. Pengelolaan kelas
d. Penggunaan media dan sumber pembelajaran
e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan
f. Pengelolaan interaksi belajar mengajar
g. Penilaian prestasi siswa
h. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah serta
j. Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk
kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 indikator kompetensi


professional adalah sebagai berikut:20

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.

17 Heri Susanto, Profesi Keguruan, (Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lambung
Mangkurat), Hal. 51.
18 Ibid.
19 Ibid, Hal. 52.
20
Ibid.

14
b. Menguasai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang di
ampu.
1) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.
2) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang di ampu.
3) Memahami tujuan mata pelajaran yang di ampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang di ampu secara kreatif.
1) Materi pembelajaran yang di ampu sesuai tingkat perkembangan peserta didik.
2) Mengolah materi pelajaran yang di ampu secara kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
1) Melakukan refleksi terhadap kinerja dalam rangka
peningkatan keprofesionalan.
2) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
4) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dala, berkomunikasi.
2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

Selain dituntut memiliki kompetensi profesional, seorang guru juga harus


bisa mengembangkan keprofesionalannya. Hal yang harus dikembangkan terkait
dengan pengembangan profesionalannya adalah:20

a. Knowledge (pengetahuan)
Menurut Muhammad Hatta pengetahuan adalah segala sesuatau yang
didapat dari membaca dan pengalaman, serta ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan (analisis). Jadi,
pengetahuan adalah sesuatu yang bisa dibaca, dipelajari dan dialami oleh
setiap orang.
Nurdin (2004:141) Dalam hal pengembangan profesionalisme guru,
menambah pengetahuan adalah hal yang mutlak. Selain itu pengetahuan juga
harus diasah karna pengetahuan tanpa diasah (diamalkan) tidak akan ada
manfaatnya.

20 Ibid, hal. 53.

15
b. Ability (kemampuan)
Kemampuan manusia terdiri dari dua unsur yaitu yang bisa dipelajari,
misalnya pengetahuan dan keterampilan, serta yang alamiah, misalnya bakat.
Seseorang tidak bisa hanya mengandalkan bakatnya saja, karena apabila hanya
mengandalkan bakat tanpa mempelajari dan membiasakan kemampuannya,
maka ia tidak akan berkembang.
c. Skill (keterampilan)
Keterampilan adalah salah satu kemampuan yang dapat dipelajari.
Keterampilan juga merupakan keahlian yang bermanfaat jangka panjang.
Seorang guru yang profesional, dituntut untuk memiliki beberapa
keterampilan, khusus yang menunjang karirnya sebagai guru. Diantaranya
adalah :
1) Guru sebagai pengajar
Guru harus memiliki keterampilan menyampaikan informasi kepada
anak didiknya dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang benar, baik
lisan maupun tulisan.
2) Guru sebagai pemimpin kelas
Guru harus memiliki keterampilan dan memimpin kelompok-
kelompok murid.
3) Guru sebagai pembimbing
Guru harus memiliki keterampilan dalam mengarahkan dan
mendorong kegiatan belajar siswa.
d. Attitude (Sikap Diri)
Sikap diri seseorang terbentuk oleh suasana lingkungan sekitarnya. Sikap
diri ini juga merupakan kepribadian seseorang. Sikap diri yang sangat
diperlukan dalam pengembangan profesionalisme guru diantaranya adalah :
disiplin tinggi, percaya diri yang positif, akrab dan ramah, akomodatif, berani
berkata benar.
e. Habit (kebisaan diri)
Kebiasaan adalah suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan yang
tumbuh dari dalam pikiran. Kebiasaan yang harus dimiliki seorang guru
adalah kebiasaan yang positif, karena kebiasaan guru secara langsung ataupun
tidak langsung juga akan dicontoh oleh siswanya.

16
Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi
profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosia kultural
dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai
kompeten secara profesional, apabila:21
1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan
sebaikbaiknya.
2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
(tujuan instruksional) sekolah.
4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar
dan belajar dalam kelas.
F. Hubungan Antara Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi
Sosial, dan Kompetensi Profesional
Keempat kompetensi tesebut diatas besifat holistik dan integratif dalam
kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi:
1. Pengenalan peseta didik secara mendalam
2. Penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (displinay content) maupun bahan ajar
dalam kurikulum sekolah
3. Penyelenggaaan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut
untuk perbaikan dan pengayaan
4. Pengembangan kepibadian dan profesionalitas secara berkelanjut.

Siswantari (2011) menyebut bahwa rendahnya kompetensi guru


mencerminkan bahwa program sekolah dilakukan dengan seadanya dan belum
diimplementasikan dengan baik, yang penting adalah program yang sudah
direncanakan dapat dilaksanakan meskipun berbagai keterbatasan. Dengan demikian
masih diperlukan upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.22.

Setiap kompetensi memiliki koelasi signifikan dengan kompetensi lainnya,


artinya setiap kompetensi tidak bediri sendiri, namun saling melengkapi untuk
menghasilkan kompetensi yang bekualitas secara utuh. Selain itu, para guru

21 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT Bumi Aksara), Hal. 38
22 Siswantri. (2011). Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 17(5)

17
menyadari pentingnya mengembangkan kemampuan diri sebagai seorang guru untuk
meningkatkan optimalisasi proses pembelajaran. Hal tersebut membuat para guru mau
untuk meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru. Kemampuan yang selama
ini dipahami dan dilakukan oleh guru hanya berdasarkan pengalaman dan instuti saja
sehingga kompetensi yang dimiki oleh guru yang masih belum optimal. Guru
merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Walaupun fasilitas pendidikannya
lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang
berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang
maksimal. Guru tidak saja mendapat pengakuan, tetapi juga dituntut untuk dapat
mengembangkan kemampuannya sesuai standar. Tuntutan akan kemampuan guru
inilah yang mengharuskan berbagai upaya konkrit untuk meningkatkan
profesionalisme guru (Kande, 2011)23.

Dengan demikian, untuk mengoptimalkan fungsi guru yang dianggap sebagai


elemen penting atau ujung tombak dalam pendidikan di sekolah, maka dapat
dilakukan pemberian edukasi atau pelatihan untuk guru agar dapat meningkatkan
kompetensinya sebagai guru. Saud (2009) menyebutkan bahwa cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kompetensi adalah dengan pelatihan (training),
workshop, seminar, diskusi, rapat, symposium, konferensi, melalui media masa
(televisi, radio, Koran dan majalah) dan sebagainnya 24. Kompetensi guru memiliki
efek yang besar terhadap kualitas proses belajar mengajar karena kompetensi guru
menentukan perfoma mereka dalam memfasilitasi siswa untuk berhasil dalam
pembelajaran. Jika dilihat dari beberapa yang terkait dengan kompetensi guru,
menunjukkan adanya pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa (Inayah,
Martono, & Sawiji, (2013).25

23 Kande, F.A.P.M., Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja guru. Jurnal Kependidikan, 41 (2),
175184
24 Saud, U.S. (2009). Pengembangan profesionalitas guru. Jakarta: Gaung Prasada.
25 Inayah, R., Martono, T., Sawiji, H. (2013). Pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar siswa, dan fasilitas
terhadap prestasi belajar. Jurnal Pendidikan Insan Mandiri, 1(1)

18
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kompetensi guru adalah orang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar
dan memiliki kemampuan dan kewenangan dalam melaksanakan profesi
keguruannya. Selain itu, kompetensi guru merupakan kemampuan atau kesanggupan
guru dalam melaksanakan tugasnya, melaksanakan proses belajar mengajar,
kemampuan atau kesanggupan untuk benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilannya sesuai dengan sebaik-sebaiknya.

19
Kompetensi guru bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Sosok
guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Setiap kompetensi tidak berdiri sendiri namun
saling melengkapi untuk menghasilkan kompetensi yang berkualitas secara utuh.
Selain itu, para guru menyadari pentingnya mengembangkan kemampuan diri sebagai
seorang guru untuk meningkatkan optimalisasi proses pembelajaran. Guru merupakan
faktor utama dalam proses pendidikan.
Dengan demikian, untuk mengoptimalkan fungsi guru yang dianggap sebagai
elemen penting atau ujung tombak dalam pendidikan di sekolah, maka dapat
dilakukan pemberian edukasi atau pelatihan untuk guru agar dapat meningkatkan
kompetensinya sebagai guru.
B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah yang berjudul “Kompetensi Guru” ini
dapat bermanfaat untuk lebih mengetahui mengenai, keterampilan menyimak.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya penulis masih banyak kekurangan,
semoga ke depannya dapat menjadi lebih baik lagi. Terselesaikannya makalah ini
semoga dapat bermanfaat untuk kita semua dan menerapkannya dalam pendidikan
dengan keterampilan berbahasa dan sastra Indonesia yang baik. Demikian saran dari
kami, semoga bermanfaat dan dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Febriana, Rina. 2019. Kompetensi Buku. Jakarta : Buku Aksara


Huda, Mualimul. 2017. Kompetensi Kepribadian Guru dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Penelitian. Vol. 11. No. 2. hal. 245 – 246.
Hamalik, Oemar Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: PT Bumi
Aksara
Yovi Anggi Lestari dan Margareta Purwanti. 2018. Hubungan Kompetensi Pedagogik,
Profesional, Sosial, dan Kepribadian pada Guru Sekolah Non Formal X. Jurnal
Kependidikan, Vol. 2, No. 1, hal. 197-208.

20
Kande, F.A (2011)., Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja guru. Jurnal
Kependidikan.
Mulyana A.Z (2010) . Rahasia menjadi guru hebat. Jakarta:Grasindo.
Mulyasa, E (2007). Standart Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Musfah, Jejen (2011) Peningkatan kompetensi guru, melalui pelatihan dan sumber belajar
teori dan praktis. Jakarta: Kencana.
Pianda, Didi. 2018. Kinerja Guru. Jawa Barat : CV Jejak.
Rifma (2016) Optimalisasi pembinaan kompetensi pedagogic guru. Jakarta: Kencana.
Rochman, Chaerul dan Heri Gunawan. 2011. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru.
Bandung : Nuansa Cendekia.
Rusman (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers
R, Inayah., dkk. (2013). Pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar siswa, dan fasilitas
terhadap prestasi belajar. Jurnal Pendidikan Insan Mandiri
Saud, U.S. (2009). Pengembangan profesionalitas guru. Jakarta: Gaung Prasada.
Sembiring, M. Gorky (2008). Mengangkap rahasia dan tips mengajar, menjadi guru sejati.
Yogyakarta: Best Publisher.
Sidiq, Umar, Etika dan Profesi Keguruan, Tulungagung: STAI Muhammadiyah
Siswantri. (2011). Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan.
Suntoro, Sucipto (2007). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Solo : Beringin 55.
Susanto, Heri, Profesi Keguruan, Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Lambung Mangkurat.
Undang-Undang Republik Indonesia Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

21

You might also like