Professional Documents
Culture Documents
adamkhoirulll23@gmail.com
ridhoaziz23@gmail.com
riskiaulia1404@gmail.com
Abstract
As the second source of Islamic teachings after the Koran, hadith studies continue
era of globalization. So the hadith was developed to balance it and adapt to the
conditions of the current digital era. Access to hadith research that was previously
Maktabah Syamilah, Lidwa Pusaka, Jawami' al-Kalim and others. With this
progress, people, especially the millennial generation, can make the best use of
the software offered in digital form of hadith books. So that the essence of this
Abstrak
Sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Quran, kajian hadis terus
beradaptasi dengan kondisi era digital saat ini. Akses terhadap penelitian hadits
digunakan sebaik mungkin. Agar intisari hadis tersebut tidak hilang atau hilang
A. PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa hadis merupakan sumber ajaran Islam yang
kedua sesudahnAl Quran. Al-Qur'an tidak dapat dipisahkan dari hadits karena
penjelasan ayatnya mujmal (universal) dan 'amm (umum). Hadis digunakan untuk
membantu menafsirkan Al Quran. Jadi hadis tidak bisa terpisah dari Al-Qur'an.
Baru-baru ini, para ulama mengatakan bahwa studi hadis sedang berkembang di
perkembangannya lebih lama daripada bidang lain, seperti tafsir, fiqh dan tasawuf.
yang lama, dari awal masuk Islam masuk ke Indonesia hingga sekitar akhir abad
20.
yang pesat, baik dari aspek kuantitas, maupun kualitas. Hal ini tampak dari semakin
dan buku-buku yang diterbitkan, tidak lagi bersifat konvensional, tetapi sudah
sosiologis, khususnya setelah tahun 2000-an. Karena itu fenomena baru tentang
masa depan.1
abad ke 14 H. Persoalan ijtihad pada materi di atas terhenti dan tidak ada upaya
untuk mengembangkannya Pada permulaan abad ke-14 H, para ulama hadis mulai
pengetahuan modern sebagai akibat persentuhan antara dunia Islam dengan dunia
Barat. Perlunya kajian ulang terhadap proses pembakuan hadis, tanpa perlu
1
Ramli Abdul Wahid & Dedi Masri, “Perkembangan Terkini Studi Hadis Di Indonesia,” MIQOT
XLII, no. 2 (Juli 2018): 264.
menghilangkan otensitas spritualitas oleh perubahan kehidupan masyarakat modern
dalam era teknologi dan informasi yang begitu cepat. Ulama Timur Tengah yang
tergolong tanggap akan masalah ini, antara lain al-Qasimī, Maḥmūd al-Ṭahān, Abū
Ṣuhbah, Subḥi al-Ṣalīh, Muḥammad ‘Ajjaj al-Khatīb, M.M. Azamī, Musṭafā al-Ṣibā’ī,
maju telah menggerakkan hati umat Islam untuk mendigitalisasi kitab suci dan
bukubuku Islam. Seperti AlQuran sekarang ini sudah tersedia dalam versi digital yang
dilengkapi dengan terjemahan, sound, dan tafsir dari ulama terkenal. Namun,
digitalisasi hadis agak ketinggalan dari digitalisasi Al-Quran. Hal tersebut, antara lain
mengingat hadis memiliki karaktersitik tersendiri dan jumlahnya juga lebih banyak
dari AlQuran.3
Hal ini sebagaimana ditulis oleh Muhammad Afatih Suryadilaga bahwa kajian
dalam studi hadis yang terus mengalami perkembangan seiring dengan adanya
peradaban manusia yang telah berkembang dari masa ke masa yang saat ini sudah
budaya dan wilayah yang ditandai dengan adanya mesin sebagai pengganti tenaga
manusia dan informasi. Sehingga kesadaran atas dunia baru juga merambah ke dalam
menarik di era global dimana kajian agama sudah berkembang dengan baik sesuai
2
Hasep Saputra, “Genealogi Perkembangan Studi Hadis Di Indonesia,” Al Quds 1, no. 1 (2017):
44–47.
3
Hamdan Husein Batubara, “Pemanfaatan Ensiklopedi Hadis Kitab 9 Imam Sebagai Media Dan
Sumber Belajar Hadis,” Muallimuna 2, no. 2 (April 2017): 65.
dengan sifat dari ilmu pengetahuan yang pasti akan selalu mengalami perkembangan.
B. PEMBAHASAN
Dalam sejarahnya hadis memang terlambat untuk dibukukan. Para ahli sejarah
mencatat, hadis baru seabad lebih kemudian dibukukan. Selama itulah hadis
dengan turunnya hadis Nabi Muhammad SAW melalui demonstrasi lisan, tulisan
dan praktek. Mengenai pelestarian hadis Nabi Muhammad SAW, pada saat itu
ada sahabat yang menuliskan hadis-hadis yang didapatnya. Era ini juga dikenal
sebagai era terbentuknya masyarakat Islam. Karena pada masa inilah Nabi
sangat berharga berupa Al-Qur'an dan hadis. Masa ini berlangsung selama 23
tahun, pada masa pemerintahan Nabi Muhammad SAW. dikirimkan oleh Allah
dilaksanakan pada masa pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin (11-40 H). Masa ini
4
Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis Di Era Global,” Esensia 15, no. 2 (September
2014): 200.
ditandai dengan upaya para sahabat dalam menerima dan menyampaikan hadis-
hadis. Hanya cerita tertentu saja yang bisa diterima. Oleh karena itu, tampaknya
sangat sedikit hadis yang tercatat saat ini karena kehati-hatian para sahabat dalam
penting sejak wafatnya Usman bin Affan dan masa-masa setelahnya. Persoalan di
bidang politik lambat laun menjadi persoalan agama dengan munculnya justifikasi
sahabat kecil dan tabiin besar sejak akhir masa Khulafa’ al-Rasyidin hingga awal
masa pemerintahan Munawiyah pada abad pertama Hijriyah. Saat ini, hadis telah
tetapi juga ke Yaman dan bahkan Afrika. Penyebaran hadis ini juga dibarengi
hafalan diwujudkan melalui sarana pendataan. Kitab yang disusun oleh para
ulama pada masa itu dan masih ada hingga saat ini adalah Muwatta' karya Imam
Malik bin Anas. Meski merupakan upaya awal, namun apa yang dilakukan Malik
bin Anas merupakan sesuatu yang baru dan dapat dikaji oleh para ulama di
kemudian hari.
e) Fase penyortiran, pemeliharaan, dan perlengkapan berlangsung
selama satu abad penuh, dari awal hingga akhir abad ke-3 Hijriah. Hadits-hadits
yang tercatat tidak seperti masa-masa sebelumnya, kini ada upaya menyaring
unsur-unsur yang bukan hadits Nabi Muhammad SAW. Hanya beberapa hadis
yang dimasukkan dalam kitab hadis. Buku-buku hadis yang diterbitkan selama ini
antara lain Musnad Ahmad, Qutub al-Sittah, Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim.
dari awal abad ke-4 sampai jatuhnya kota Bagdad pada tahun 656 H. Sejak masa
ini, ulama yang berperan dalam kegiatan hadis dikenal dengan sebutan ulama
hadits yang dikaitkan dengan ulama abad ke-2 dan ke-3 H. Oleh karena itu, gaya
tadwin pada masa itu dan sesudahnya sangat beragam, seperti datangnya
pemeringkatan hadis, spesialisasi hadis, tafsir, dan lain-lain. . Begitu pula Isma'il
bin Ahmad yang mengumpulkan kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim
hadis. Jangka waktu yang relatif lama yaitu dari tahun 656 H hingga sekarang.
jumlah khazanah berkat peran para ulama hadis. Jika ditinjau dari sejarah
perkembangan 'ulum al-hadits, maka periode ini merupakan masa keemasan dan
yang masih mengacu pada hasil karya ulama terdahulu, mutaqaddimin. Karya-
karya ulama pada periode ini antara lain tafsir Sahih al-Bukhari seperti Fath al-
Bari karya al-'Asqalani, 'Umdah al-Qari karya Muhammad ibn Ahmad al-'Aini
dan Irsyad al-Sari karya al-Qastalani. Hal serupa terdapat pada kitab lain seperti
Sahih Muslim, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasa'i dan Sunan Ibnu Majah.5
generasi yang terlibat dalam setiap tahap perkembangan hadis. Oleh karena itu,
terdapat tujuh tahapan. Namun, pada perkembangannya ada juga ulama yang
hanya membagi ke dalam tiga periode saja seperti yang dilakukan oleh
tadwin (sebelum pembukuan), inda al-tadwin (masa pembukuan) dan ba’da al-
berpatokan pada prestasi besar umat Islam dalam menjaga hadis. Tradisi hafalan
ke tradisi tulis oleh ‘Ajjaj al-Khatib dianggap sebagai sesuatu yang penting. Oleh
setiap periodenya.7
Dan dalam menyusun kitab hadis, para ulama tidak hanya mendasarkan
pada aspekaspek ontology, tetapi juga meliputi aspek epitemologi yang berupa
kritik sanad dan matan serta aspek aksiologi yang berupa tujuan penyusunannya
aspek-aspek tersebut disebut ilmu riwayah dan ilmu dirayah. Ilmu riwayah
5
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi syarah hadis dari klasik hingga kontemporer
(Yogyakarta: Kalimedia, 2017), 5–9.
6
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, x.
Lihat juga di M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke Konteks,5-9.
7
M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis, 9.
menekankan pada ketepatan menghimpun segala yang dinisbahkan kepada Nabi
Saw, sedangkan ilmu dirayah lebih menekankan pada faktor diterima dan tidaknya
sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi tersebut.13 Kedua ilmu tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dalam menentukan status hadis. Tetapi dengan
dibukukannya hadis Nabi SAW dan selanjutnya dijadikan rujukan oleh ulama
yang datang kemudian, maka pada periode selanjutnya ilmu hadis riwayah tidak
lagi banyak berkembang. Berbeda halnya dengan ilmu hadis dirayah yang
senantiasa berkembang dan melahirkan berbagai cabang ilmu hadis. Oleh karena
itu, pada umumnya yang dibicarakan oleh ulama hadis dalam kitab-kitab ulumul
ilmuwan hadits dengan sebuah kemasan menarik, hal inilah yang membuat para
ilmuan hadits ingin memasukan kajian hadits dalam era digital hal ini guna
hal ini sebagaimana melihat manfaat internet yang dapat mempermudah tata kerja
dan mempercepat suatu proses suatu pekerjaan, sehingga segala sesuatu dapat
8
M. Zulkarnain Mubhar, “Quo Vadis Studi”, 115.
9
Luthfi Maulana, “Periodesasi Perkembangan Studi Hadits (Dari Tradisi Lisan/Tulisan
Hingga Berbasis Digital)”, Esensia, Vol 17, No. 1, April 2016, 120.
Seiring dengan kemajuan manusia yang ditopang oleh kemajuan teknologi
di masa global saat ini, informasi juga melahirkan sejumlah produk baru yang
dimuat di media dunia, seperti buku dalam format PDF. Atau dalam bentuk
software khusus yang dirintis oleh masyarakat dan pemerhati hadis. Seperti
hadis juga menarik perhatian masyarakat, khususnya remaja milenial, untuk tetap
menjaga minat terhadap kajian hadis dan berbagai bidang keilmuan lainnya. Oleh
karena itu, posisi hadits sebagai sumber ajaran Islam terpenting kedua setelah Al-
hadis sebaik-baiknya agar kajian hadis secara bertahap bisa kembali meraih
hadis juga menarik perhatian masyarakat, khususnya remaja milenial, untuk tetap
menjaga minat terhadap kajian hadis dan berbagai bidang keilmuan lainnya.
sangat dibutuhkan dan didesak untuk terlibat dan memanfaatkan digitalisasi hadis
10
Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis, 202.
secara maksimal, yang pada akhirnya akan membawa pada kebangkitan studi
Pusat Kajian Hadis yang beralamat di Komplek Masjid Baitul Mughni Jl.
tempat kajian dan wahana komunikasi hadis. Persoalan ini dapat dicermati dari
pusat informasi hadis, dan bagaimana beliau berkembang menjadi pusat penelitian
hadis. Tujuan PKH adalah untuk memajukan kajian Al-Qur'an dan Hadits,
Keberadaan PKH dalam kajian hadis secara global dan kemajuan agama
di Indonesia nampaknya menjadi angin segar baru. Hal ini masih didasarkan pada
hal tersebut. Kurangnya minat terhadap kajian hadis di perguruan tinggi Islam
menjadi pertanda kurangnya minat terhadap kajian hadis di Indonesia. Selain itu,
Ahmad mendirikan PKH. Fathullah Lutfi. Dia adalah seorang sarjana dan
salah satu cucu Guru Mughni. Akhir tahun 1800an dan awal tahun 1900an di
11
Siti Syamsiyatul Ummah, ―Digitalisasi Hadis (Studi Hadis Di Era Digital),‖ Jurnal Ilmu Hadis
4, no. 1 (2019): 7.
wilayah Betawi. Gelar masternya berasal dari Jordan University, meskipun dlar Ia
lulus dari National University dengan gelar doktor. Selain mengajar di banyak
tempat Universitas seperti IIQ dan UIN Jakarta Ia juga mengajar di berbagai
universitas di Jakarta. Majelis Ta'lim yang berfungsi sebagai sumber kajian Pada
acara silaturahmi Pagi Hikmah Kitab Sahih Bukhari TVRI. Tindakan ini
menandakan bahwa Lufti Fathullah tidak hanya mengajarkan hadis secara formal
dan menempuh pendidikan tinggi. Selain itu, ia secara pribadi mengajarkan hadis
Jika studi di perguruan tinggi lebih bersifat teoritis, maka secara umum akan lebih
akademisi peneliti hadis, terlalu sering berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini
surga. Oleh karena itu, siswa perlu mempunyai akses seluas-luasnya terhadap
ilmu pengetahuan.12
meningkat, PKH telah menciptakan sejumlah karya, antara lain karya berbasis
Kumpulan Buku Kajian Islam Klasik dan Kontemporer untuk platform Windows.
12
Hidayati Nur Fajriana, Pemikiran Dan Aktivitas Dakwah Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, MA
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), 49.
Sementara itu, tersedia e-book yang berisi 40 ayat Alquran populer dan sering
dikutip yang disusun oleh para imam dan 40 hadis yang mudah diingat dari Sanad
dan Matan. Hadits Sehari Satu, 40 Hadits Tentang Ramadhan, Membuka Pintu
Rejeki Melalui Wirid Pagi dan Sore, Masuk Surga, dan Kajian Tematik Kitab
menawarkan
masyarakat umum dalam rangka mempelajari hadis. Selain itu, aplikasi yang
dibuat oleh PKH lebih bermanfaat bagi masyarakat dari segi substansi.
sedemikian rupa sehingga akses terhadap buku atau bahan cetakan tidak lagi
Salah satu dari beberapa aplikasi hadis berbasis Android yang dibuat
oleh PKH bernama "One Day One Hadits". Namun Lutfi Fathullah adalah penulis
ide di balik aplikasi ini. Bersama dengan program PKH lainnya, program ini dapat
diunduh secara gratis dari Google Play Store dan App Store. Program ini pertama
kali dirilis oleh PKH sebagai pengembang pada tanggal 13 Oktober 2015, dan
terakhir diperbarui pada tanggal 14 Januari 2019. Lebih dari 100.000 orang telah
hal ini dan telah membuat program dengan slogan “Satu Hari, Satu Hadis” yang
lugas, tidak rumit, dan menarik, ideal untuk semua kelompok sosial.
Alhamdulillah, pada awal tahun 1436, program ini efektif diluncurkan. Tim
Penyusun memilih hadis-hadis yang lugas, indah, dan semuanya bersumber dari
Sahih Bukhari, kitab yang diklaim Imam Syafi'i nomor dua setelah Al-Qur'an
dalam hal kesahihannya. Ia akan menerima notifikasi setiap hari dengan ringkasan
hadits untuk hari itu. Kita bisa dengan mudah mempelajari hadis karena setiap
bulannya mata pelajaran hadis selalu baru, dan jika kita bekerja keras, kita bisa
mempelajari 354 hadis dalam setahun. Selain itu, hadis-hadis ini hadir dengan
jika diperlukan.
halnya program lainnya. Fitur menu aplikasi ini diwakili oleh tiga baris yang
terletak di pojok kiri atas halaman beranda. Di dalam Beranda, hadis pilihan,
menampilkan halaman bertema hadis hari ini. Terdapat juga tombol pencarian
hadits dengan ikon gambar kaca pembesar, diikuti kalender Masehi dan hijriah,
serta tombol share yang dapat digunakan untuk berbagi konten di situs media
pilihan yang sebelumnya sudah kita tandai dengan mengklik tombol yang ada di
pojok bawah sebelah kanan. Ketiga, Tombol pengaturan menawarkan sejumlah
(Indonesia/Inggris dan Arab), serta pilihan latar belakang dan warna teks untuk
Satu Hari Satu Hadis‘ ini. Kelima, ombol donasi jika diklik akan menuju ke link
donasi di situs resmi PKH. Keenam, tombol tentang memuat informasi tentang
pengembang aplikasi ini, yaitu alamat PKH dan narahubungnya. Dan ketujuh,
satu fitur utamanya. Hal ini dikarenakan dapat memudahkan setiap pengguna
dalam mencari tema hadis. Fungsi pencarian pada aplikasi ini diwakili oleh
aplikasi akan menampilkan tema-tema yang memuat kata kunci tersebut, bukan
yang terdapat dalam terjemah hadisnya. Sebaliknya, jika kata kunci yang
ditemukan.