You are on page 1of 16

MAKALAH

PENGGUNAAN APD DI LABORATORIUM

Nama : JEFFERSON FEBRIAN LISAPALY


Kelas: I A TLM

POLITEKNIK KESEHATAN MALUKU

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
namun hal ini tidak lepas dari bimbingan Bapak dan Ibu Dosen. Melalui makalah ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah mencurahkan dan
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan berbagai kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna untuk
menyempurnakan makalah kami.

Ambon 12 agustus 2022

Jefferson F Lisapaly
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................................4
D. Sistematika....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................5
A. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)............................................................5
B. Jenis Bahaya dan Kecelakaan Dalam Laboratorium.....................................10
C. Sumber-sumber Bahaya Dalam Laboratorium.............................................11
D. Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium Kimia (P3K)……………………14
E. Biological Safety Cabinetry..........................................................................16
BAB III PENUTUP................................................................................................18
A. Kesimpulan ...................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................18
C. Lampiran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui tujuan utama k3 adalah mencegah, mengurangi bahkan menghilangkan
resiko kecelakaan kerja (zero accident). Maksud utama dibutuhkannya k3 adalah untuk
mencegah terjadinya cacat

kematian pada tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan peralatan kerja, mencegah
pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja, dan norma kesehatan kerja
diharapkan menjadi instrumen yg menciptakam dan memelihara derajat kesehatan kerja
Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja. Maka dari itu kita perlu pemahaman mengenai pengertian kecelakaan kerja, jenis-jenis
kecelakaan, sumber kecelakaan, dan penanganan kecelakaan kerja di laboratorium, sehingga kita
dapat mengaplikasikannya secara nyata saat bekerja di Laboratorium.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud Alat Pelindung Diri (APD) dan apa saja Alat Pelindung Diri yang ada
di Laboratorium kimia?
b. Masalah dan kecelakaan apa saja yang terjadi dalam laboratorium kimia saat praktikum?
c. Bagaimana upaya atau tindakan P3K untuk kecelakaan yang terjadi dalam praktikum di
laboratorium kimia?

C. Tujuan

1. Tujuan Khusus : Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) semester I tahun 2014/2015.
2. Tujuan Umum :
a. Penulis ingin memperkenalkan apa itu APD dan bagaimana pentingnya.
b. Sebagai wawasan tambahan informasi serta memperbanyak ilmu pengetahuan khususnya
untuk Teori K3.
c. Untuk lebih memperdalam ilmu dalam Analis Kesehatan.

D. Sistematika

Penulis membuat sistematika laporan sebagai berikut :


1. Pada bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tenteng latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, serta sistematika penulisannya.
2. Pada bab dua adalah pembahasan . dalam bab ini menyebutkan isi dari rumusan masalah
dan manfaatnya.
3. Pada bab tiga penulis mengambil kesimpulan dan saran-saran yang mana merupakan akhir
penutup laporan serta lampiran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alat Pelindung Diri (APD)

1. Dasar Hukum

a. Undang-undang No.1 tahun 1970.


1. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat untuk
memberikan APD
2. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang APD.
3. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk memakai APD.Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-
Cuma.
b. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus
menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
c. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat
mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang
diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja
d. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang
mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars
tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan.

2. Pengertian APD

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang pekerja
untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal
dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata "personal" pada kata
PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya.
APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi
pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan
kimia.
3. Jenis-jenis APD

 Perlindungan Mata Dan Wajah

Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan oleh
pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata dan wajah
dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum
perlindungan mata terdiri dari Kacamata pelindung, GogglePelindung wajah, Pelindung mata
special (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata dan wajah dari
radiasi dan bahaya laser).

 Perlindungan Badan

Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, merupakan suatu perlengkapan yang wajib
dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium dikenal oleh masyarakat pengguna
bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Hal yang perlu diperhatikan ketika
menggunakan jas laboratorium yaitu kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam
kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan kimia dan api sebelum
mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,
lepaslah jas secepatnya. Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan
Jumpsuits. Apron digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan
mengiritasi, yang berbentuk seperti celemek terbuat dari karet atau plastik.Untuk apron yang
terbuat dari plastik, bahwa tidak dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar dan bahan-
bahan kimia yang dapat terbakar yang dipicu oleh elektrik statis, karena apron jenis ini dapat
mengakumulasi loncatan listrik statis. Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini
direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi Bahan dari peralatan perlindungan
badan ini haruslah mampu memberi perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan
bahan kimia, panas, dingin, uap lembab, dan radiasi.
 Perlindungan Tangan
Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila terpapar bahan
kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi solusi tidak hanya melindungi tangan
terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi
perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau rusak, permukaan benda yang kasar atau
tajam, dan material yang panas atau dingin. Sarung tangan harus secara periodik diganti
berdasarkan frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung
tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan
pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi. Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan,
diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua
jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani.
APD tangan dikenal dengan Safety Glove dengan berbagai jenis penggunaanya. Berikut ini
adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk melindungi
dari bahan kimia. Jenis-Jenis Safety Glove antara lain : Sarung Tangan Metak Mesh, Sarung
metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong, Sarung tangan Kulit,
Sarung tangan yang terbuat dari kulit ini akan Melindungi tangan dari permukaan kasar, Sarung
tangan Vinyl dan neoprene Melindungi tangan terhadap bahan kimia beracun, Sarung tangan
Padded Cloth Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran dan Vibrasi,
Sarung tangan Heat resistant Mencegah terkena panas dan api, Sarung tangan karet Melindungi
saat bekerja disekitar arus listrik karena karet merupakan isolator (bukan penghantar listrik),
Sarung tangan Latex disposable Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini
hanya untuk sekali pakai,Sarung tangan lead lined Digunakan untuk melindungi tangan dari
sumber radiasi.

 Perlindungan Pernafasan

Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah lewat
pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan
pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang
memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai
perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan
masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa
jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat
menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.
4. Masalah Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)

 a. Pekerja tidak ingin memakai dengan alasan:


Ø Tidak sadar/tidak mengerti
Ø Panas
Ø Sesak
Ø Tidak enak dipakai
Ø Tidak enak dipandang
Ø Berat
Ø Mengganggu pekerjaan
Ø Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
Ø Tidak ada sanksi
Ø Atasan juga tidak memakai
 b. Tidak disediakan oleh perusahaan
Ø Ketidakmengertian
Ø Pura-pura tidak mengerti
Ø Alasan bahaya
Ø Dianggap sia-sia
 c. Pengadaan oleh perusahaan
Ø Tidak sesuai dengan bahaya yang ada
Ø Asal beli (terutama memilih yang murah)

Beberapa Contoh Masalah APD antara lain :


 Respirator
Ø Penutup muka yang buruk
Ø Sumbatan kerusakan/cacat pada filter
Ø Pemeliharaan yang tidak baik
Ø Tali pengikat longgar/lepas
Ø Tidak nyaman
Ø Psikologis dan kecemasan
Ø Meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati
Ø Menghirup kembali udara yang dihembuskan
Ø Kesulitan komunikasi
 Alat Pelindung Telinga
Ø Resiko infeksi
Ø Kesulitan komunikasi
Ø Merasa terisolasi
Ø Sakit kepala karena jepitan terlalu kuat
Ø Tidak nyaman
Ø Menguranggi kemampuan menduga jarak
Ø Iritasi kulit
 Sarung Tangan
Ø Mungin dapat menangkap bahan kimia
Ø Mengurangi kepekaan tangan dan jari
Ø Kebocoran dari lubang yang tidak diketahui
Ø Mungkin menyebabkan dermatitis (keringat yang berlebihan)
 Alat Pelindung Mata
Ø Dapat membatasi pandangan
Ø Timbul kabut, noda dan goresan kecil
Ø Tidak dapat melihat kerusakan secara visual
Ø Beberapa kaca mata pengaman memungkinkan benda masuk dari samping
B. Jenis Bahaya dan Kecelakaan dalam Laboratorium

Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium kimia adalah :

a. Keracunan`
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti ammonia,
karbon monoksida, benzene, kloroform, dan sebagainya. Keracunan dapat berakibat fatal
ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah yang lebih sering terjadi baik yang dapat
diketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka panjang seperti pada
penyakit hati, kanker, dan asbestois, adalah akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik
dalam jumlah kecil tetapi terus-menerus.
b. Iritasi
Iritasi sebagai akibat kontakdengan bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asamklorida,
natrium hidroksida, gas klor, dan sebagainya. Iritasi dapat berupa luka atau peradangan pada
kulit, saluran pernapasan dan mata.
c. Kebakaran dan Luka Bakar
Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-pelarut
organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alcohol, dan sebagainya. Hal yang sama dapat
diakibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.
d. Luka Kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas kaca. Luka sering terjadi pada tangan atau mata
karena pecahan kaca.
e. Bahaya lainnya
Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu dan pencemaran lingkungan. Jadi
jelas bahwa laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya
apapun sebenarnya dapat atau karena kecerobohan.

C. Sumber – sumber Bahaya dalam Laboratorium

Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yakni :
a. Bahan-bahan kimia yang berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan, dan
cara penyimpanannya. Contohnya: bahan kimia beracun, mudah terbakar, eksplosif,
karsinogenik, dan sebagainya.
b. Teknik percobaan yang meliputi pencampuran bahan distilasi, ekstraksi, reaksi kimia, dan
sebagainya.
c. Sarana laboratorium yakni gas, listrik, air, dan sebagainya.
Ketiga sumber tersebut diatas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada
keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Masing-masing sumber beserta keterkaitannya perlu
dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan setiap kemungkinan bahaya yang mungkin
terjadi sehingga mampu mencegah atau menghindarinya. Selain itu, perlu pula dipahami tentang
alat pelindung diri serta cara penanggulangannya bila terjadi kecelakaan.
D. Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium Kimia (P3K)

Laboratorium merupakan tempat kerja yang berpotensi timbul kecelakaan. Meski kecelakaan
kecil dan ringan, tetaplah merupakan kecelakaan yang bisa jadi menimbulkan efek yang lebih
besar. Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan bisa dari bahan kimia, bahan
biologis, radiasi, aliran listrik, dan lainnya. Semua itu bisa membuat efek yang tidak diinginkan
seperti keracunan, iritasi, ledakan hingga kebakaran.
Berikut ini merupakan tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama (P3K) pada
kecelakaan di Laboratorium kimia :
a. Luka bakar akibat zat kimia terkena larutan asam
1. Kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus
2. Dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya
3. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3 K
4. Kemudian cuci lagi dengan air
5. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
Terkena logam natrium atau kalium
Logam yang nempel segera diambil
Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit
Netralkan dengan larutan 1% asam asetat
Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas
yang telah dibasahi asam pikrat
Terkena bromin
Segera dicuci dengan larutan amonia encer
Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.
Terkena phospor
Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.
b. Luka bakar akibat benda panas
Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran
Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak
berkurang.
c. Luka pada mata
Terkena percikan larutan asam
1. Jika terkena percikan asam encer,
2. Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
3. Dicuci dengan larutan 1% Na2C3
Terkena percikan larutan basa
1. Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
2. Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata
d. Keracunan
Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia.
1. Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban ke
tempat yang berudara segar.
2. Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara menekan bagian
dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban.
e. Shock yang Disebabkan Listrik
Apabila ada kecelakaan yang disebabkan karena aliran listrik, maka matikan arus listrik sebelum
berusaha menolong korban yang terkontak dengan arus listrik. Jika tidak memungkinkan ,
lindungi tangan dengan sarung tangan karet atau material atau wol kering sebelum menyentuh
korban untuk penangan selanjutnya.
f. Jika terjadi kecelakaan laboratorium
Segera menghubungi Badan Layanan/personel seperti :
1. Biological Safety Officer
2. Pejabat laboratorium
3. Engineering/Water/Gas/Electrical
Dan hal yang tidak kalah penting dalam menangani kecelakaan di lab adalah mengetahui cara
penggunaan perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dan alat-alat laboratorium
dalam kasus darurat dan peristiwa yang tidak biasa. Setiap orang yang bekerja di lab harus
mengetahui bagaimana menggunakan semua perlengkapan keselamatan kerja di lab.
Berikut beberapa peralatan darurat yang diperlukan pada saat kecelakaan dengan mengutamakan
kecepatan yaitu :
 Alarm Kebakaran (fire alarm)
Sebagai tanda jika terjadi kebakaran di laboratorium.
 2. Pendeteksi Asap (Smog detector)
Untuk mendeteksi jenis asap yang ada di laboratorium
 Kotak P3K (kid acid)
Kotak yang berisi obat-obatan dan perlengkapan pertolongan pertama seperti : Kain kasa, kapas,
plester, gunting, betadine, alkohol.

 Ventilasi (ventilation)
Ventilasi ini ada 2 macam yaitu ventilasi sentral dan ventilasi lokal, digunakan untuk menjaga
sirkulasi udara.
 Alat dan bahan pemadam kebakaran (fire extinguisher)
Fire extinguisher digunakan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran. Fire extinguisher ini
ada 4 macam berdasarkan zat yang ada di dalamnya dimana penggunaannya didasarkan pada
material penyebab kebakaran.
 Pancuran Keselamatan (shower)
Shower digunakan untuk mandi jika badan terkena tumpahan zat berbahaya.
 Pencuci mata (eye wash)
Pencuci mata digunakan apabila ada zat yang masuk ke mata.
 Pintu Darurat (emergency door)
Pintu darurat digunakan untuk evakuasi cepat dan aman menuju tempat aman atau ke luar
laboratorium jika terjadi kebakaran atau kecelakaan lainnya.
 Selimut Kebakaran
Selimut kebakaran merupakan selimut yang terbuat dari bahan yang tahan terhadap api. Selimut
ini digunakan apabila kita terjebak dalam kebakaran.
Bagaimana pun canggih dan hebatnya cara pertolongan pertama pada kecelakaan di
laboratorium, tetap saja pencegahannya lebih baik. Pencegahan kecelakaan harus dilakukan
sedini mungkin karena lebih mudah dan murah dibandingkan dengan perbaikan dan penggantian
akibat kecelakaan yang sudah terjadi apalagi kerugian akibat kebakaran dan kematian.
Pada dasarnya ada tiga prinsip untuk membuat suatu laboratorium bebas dan aman dari
kecelakaan (accident free operation), yaitu:

 Semua kecelakaan sekecil apapun yang mungkin terjadi, harus dapat dicegah sedini
mungkin.
 Lingkungan kerja termasuk bangunan, alat, sistem, dan sarana laboratorium harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan bahaya kecelakaan.
 Setiap personal yang bekerja di laboratorium harus dilatih agar membiasakan diri bekerja
secara aman, bersih dan disiplin.

Merupakan Pengendalian bahaya mikrobiologi terbaik dengan perancangan Biological Safety


Cabinetry ( BSC ) yang sesuai. Kabinet kelas I digunakan pada tekanan negatif dengan
kecepatan aliran sekitar 75 kaki / menit. Udara dalam kamar dikeluarkan melalui High
Effeciency Particulare Air (HEPA) filter / filter efisiensi partikel udara. Bagian depan dari BSC
kelas I dapat dibuka atau tertutup dengan sarung tangan

E. Biological Safety Cabinetry

lengan panjang. BSC kelas II merupakan aliran udara vertikal dan udara dalam yang disirkulasi
ulang melalui filter HEPA. Kamar beroperasi pada tekanan negatif dengan ruang yang sama ke
depan kabinet kelas I, tetapi pemurnian dengan kontaminasi minimal dari kultur. Kelas I dan II
sama tingkatnya dengan keselamatan personel. Kabinet kelas III harus digunakan pada sebagian
besar agen yang virulen. Ruang tertutup seluruhnya. Isi harus diperlakukan dengan sarung tangan
lengan panjang yang sesuai. Seluruh bahan yang masuk kabinet BSC kelas III harus sudah di
autoklaf atau didekontaminasi. Kabinet Kelas I dan II biasa ditemukan di laboratorim klinik.
Kelas III BSC dibutuhkan pada fasilitas khusus yang mengkultur, seperti Mycobacterium
tuberculosis atau jamur sitemik dan HIV.
Tingkat Biosafety The Center for Disease Control (CDC) dan The National Institutes of Health
mempunyai sistem pengkodeaan dari peningkatan level keamanan dari laboratorium
mikrobiologi dan klinik. Tingkat biosafety (BSL) I yang dibuat untuk laboratorium yang
menggunakan bahan biasanya tidak infeksius terhadap manusia. Bekerja dengan menggunakan
benchtop yang terbuka. Praktek laboratorium yang baik meliputi penggunaan alat pipetasi,
pembersihan tumpahan, desinfetan harian, dan pembuangan limbah yang baik. Laboratorium
klinik seharusnya mengikuti BSL II. BSL II berbeda dengan BSL I pada akses ke tempat kerja
yang seharusnya dijaga ketat dari individu yang belum terlatih dan prosedur yang jelas seperti
aerosol yang menimbulkan infeksi dilakukan di BSC. BSL II efektif dalam pengendalian bahaya
infeksi dari agen yang ada dalam darah pada spesimen laboratorium klinik. Prosedur
bakteriologik secara rutin seperti meletakkan dan mempersiapkan hapusan untuk pengecatan
diselenggarakan dalam BSL II. Pemeriksaan parasit, penelitian bakteri, dan beberapa kultur virus
dan jamur lebih aman bila dengan tindakan pencegahan dalam BSL II. BSL III sesuai dengan
laboratorium yang bekerja dengan agen yang dapat menyebabkan penyakit yang fatal bila
terhirup. Akses ke laboratorium dan aliran dikendalikan secara cermat. Semua prosedur
dilakukan dalam BSC atau alat yang seusai. Pekerja harus memakai pakaian pelindung yang
lengkap. Sebagian kecil laboratorium klinik yang mengkultur jamur sistemik dan tuberkulosis
butuh melanjutkan ke BSL III.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat dibuat kesimpulan sebabai berikut.
Keamanan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan
laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, aman, selamat, dan
produktif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama
yang baik dari semua pihak. Penanggung jawab laboratorium, stake holder laboratorium yang
lain seperti pemilik, karyawan yang bekerja didalamnya dan bahkan pelanggan harus mempunyai
sikap yang sama dalam pelaksanaan keamanan kerja di laboratorium kesehatan. Untuk menjamin
keselamatan diri di laboratorium, salah satu persyaratan adalah pada pemakaian alat pelindung
diri berupa sarung tangan, jas laboratorium dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri
terhadap disiplin pemakaian alat pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan
sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan.

B. Saran

a. Petugas Kesehatan dan non kesehatan sebaiknya disiplin terhadap pemakaian alat pelindung
diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh
diabaikan.
b. Dalam penanganan spesimen perlu diperhatikan cara pemeliharaan/mempertahankan
kualitas kerja (perfomance) pada setiap taraf/langkah dalam keseluruhan rantai prosesnya, agar
nantinya tidak terjadinya kecelakaan kerja.
c. Penyuluhan tentang APD kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi angka
kecelakaan pada saat bekerja dan Penggunaan APD sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga
kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. www.wikipedia,Ensiklopedia Indonesia.com
2. Anonim. Alat Pelindung Diri. Online pada
http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/alat pelindung-diri/ diakses pada April 2010
3. http://intipduniaku07.blogspot.com/2013/05/penyebab-kecelakaan-di-laboratorium.html
4. http://hernichemistry.wordpress.com/2013/04/03/tindakan-p3k-dalam-kecelakaan-labor/
5. http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/2012/12/alat-pelindung-diri-apd-di-laboratorium.html

You might also like