You are on page 1of 3

Asesmen Awal Pembelajaran

Sebagai guru, kita sering memulai pembelajaran berdasarkan kemauan sendiri. Kita melakukan
pembelajaran hingga asesmennya tanpa melihat terlebih dahulu kondisi awal murid. Akibatnya selama
proses pembelajaran hingga asesmen yang dilakukan murid tidak mendapatkan hasil yang maksimal.
Bahkan, kita sering menyalahkan murid karena ketidakmampuan mereka mendapatkan nilai yang sesuai
kriteria ketercapaian. Padahal, guru adalah pelaku utama dalam ketidakberhasilan pembelajaran.

Pada semarak merdeka belajar, salah satu hal terpenting yang perlu menjadi budaya pembelajaran
adalah asesmen awal. Guru juga sudah mengetahui tentang pentingnya asesmen awal pembelajaran.
Namun, dalam praktiknya kita masih kebingungan untuk memulai dan memanfaatkan hasil asesmen
tersebut. Oleh karena itu, masih banyak guru yang enggan memulai asesmen awal. Bagaimana Langkah
sederhana penerapan asesmen awal pembelajaran? Yuk, kita baca dan simak praktik baik saya berikut.

1. Merancang Instrumen Asesmen

Buatlah asesmen untuk mengetahui kemampuan awal murid. Rancanglah 10 soal sederhana, dengan
mengambil 2 soal dari dua tingkat/kelas sebelumnya, 6 soal dari satu tingkat sebelumnya dan 2 soal dari
tingkat saat ini dengan materi yang saling berhubungan. Bentuk soal dapat dikreasikan contohnya:
pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, isian, menjodohkan dan esai. Guru juga menyusun angket/survei
memuat informasi seperti kondisi belajar di rumah, keadaan keluarga, gaya belajar, suasana belajar yang
diharapkan, perasaan dan sebagainya.

2. Lakukan Asesmen yang Menyenangkan

Guru memulai proses asesmen kemampuan awal murid yang menyenangkan misalkan dengan
memanfaatkan quizizz, kahoot dan lainnya. Tujuannya agar murid merasa antusias dalam mengerjakan
asesmen. Guru juga bisa menggunakan "kartu perasaan" untuk memulai asesmen agar murid merasa
antusias terlebih dahulu. Kartu perasaan ini berisi informasi perasaan murid pada hari itu dan apa yang
mereka rasakan.

3. Mengisi Survei Kesiapan Belajar


Murid dipandu untuk mengisi angket/survei kesiapan belajar. Survei kesiapan belajar ini menjadi
konfirmasi bagi guru untuk mengetahui kondisi psikologis murid secara sederhana. Guru dapat
memantik murid untuk menuliskan kondisi yang mereka rasakan. Bisa juga dilakukan dengan wawancara
dan sebagainya yang bertujuan memudahkan murid dalam mengisi asesmen kesiapan belajar.

WAKA: Eksplorasi Rasa yang Menyegarkan untuk Jiwa Petualang!

Recommended by

4. Memetakan Kemampuan Awal

Untuk memetakan kemampuan awal, guru dapat menggunakan rentang nilai, Contohnya nilai di bawah
60 termasuk kategori belum berkembang. Untuk nilai 60 -- 70 untuk kelompok layak/cukup dan untuk
nilai 80 -- 100 untuk kelompok cakap/mahir. Pemetaan ini dimanfaatkan guru untuk menentukan
pengelompokan kategori murid. Namun, dalam membentuk kelompok belajar guru tidak boleh
mengelompokkan berdasarkan pemetaan ini. Lebih baik guru membentuk kelompok belajar dengan
ragam kemampuan berbeda, untuk menghindari terbentuknya kelompok pintar dan kurang pintar.

5. Memetakan Kesiapan Murid

Guru memetakan kesiapan belajar, misalnya murid yang kondisi di rumah/keluarganya mendukung
pembelajaran dengan yang tidak, juga kendala yang mereka temui saat belajar. Jika menemukan murid
yang membutuhkan motivasi dalam lingkungan rumah, guru dapat melakukan diskusi lebih dalam
dengan orang tua/wali. Guru juga bisa memetakan berdasarkan minat murid, contohnya: auditori, visual
dan kinestetik.

Refleksi dan Dampak

Dengan melakukan asesmen awal pembelajaran, guru dapat mengetahui kondisi awal murid sebelum
mengikuti pembelajaran. Kita lebih bisa mengidentifikasi setiap murid berdasarkan kebutuhan masing-
masing. Hasil asesmen juga dapat digunakan sebagai bahan dalam merancang pembelajaran
berdiferensiasi. Perancangan pembelajaran mulai dari modul ajar atau rencana pelaksanaan
pembelajaran, asesmen dan metode dapat mempertimbangkan hasil analisis asesmen awal
pembelajaran ini. Bagi murid, refleksi asesmen awal pembelajaran ini membuat mereka merasa senang
dan antusias, contohnya saat menggambarkan perasaan mereka dengan emoticon.

Tips yang Bisa Dilakukan

Agar tidak memberatkan, asesmen awal pembelajaran dilaksanakan secara sederhana dan sesuai
dengan kesiapan murid dan satuan pendidikan. Bentuk asesmen tidak harus tertulis, boleh dalam
bentuk wawancara singkat dan lain-lain. Asesmen awal juga bisa dilakukan saat murid memasuki materi
ajar baru. Misalnya murid menulis hal yang sudah dan belum mereka ketahui tentang materi tersebut.
Guru bisa memanfaatkan fitur Asesmen Murid yang ada di Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai
bahan untuk asesmen kemampuan awal.

You might also like