You are on page 1of 11

PERLUASAN MAKNA PASAR TRADISIONAL

Navigating Changes Within Traditional Markets

Al Azka Zuraida
Mahasiswa
Prodi Antropologi Budaya, Fakultas Budaya & Media
Institut Seni Budaya Indonesia
081910276706 | zuraidazka@gmail.com

Abstrak
Artikel ini menganalisis perluasan makna pasar tradisional melalui hadirnya warung makan
'kekinian' di Pasar Cihapit, Kota Bandung. Pendekatan etnografis digunakan untuk memahami
perspektif pemilik warung makan, karyawan, dan pengunjung. Data dikumpulkan melalui
observasi partisipatif dan wawancara dengan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa los
dalam Pasar Cihapit tidak hanya diisi oleh pedagang hasil bumi, tetapi juga oleh penjaja
makanan dengan berbagai jenis sajian. Warung Nasi Bu Eha, salah satu warung makan di Pasar
Cihapit, menjadi salah satu yang berperan penting dalam perubahan pasar tersebut. Dalam
analisis menggunakan teori agen dan struktur Giddens, terlihat bagaimana agen-agen yang
terlibat memaknai perubahan dan perluasan makna pasar tradisional. Artikel ini memberikan
gambaran detail tentang warung makan di Pasar Cihapit dan peran mereka dalam mengubah
konsepsi pasar tradisional.
Kata kunci: pasar tradisional, warung makan kekinian, Pasar Cihapit, perluasan makna, agen dan
struktur, Giddens.
Abstract
This article analyzes the expansion of the traditional market's meaning through the emergence of
trendy food stalls in Pasar Cihapit, Bandung City. An ethnographic approach was used to
understand the perspectives of the food stall owners, employees, and visitors. Data was collected
through participatory observation and interviews with informants. The research findings show
that the stalls in Pasar Cihapit are not only occupied by agricultural produce traders but also by
food vendors offering various types of dishes. Warung Nasi Bu Eha, one of the food stalls in
Pasar Cihapit, plays a significant role in the transformation of the market. Through the analysis
using Giddens' agency and structure theory, it is observed how the involved agents interpret the
changes and the expanded meaning of the traditional market. This article provides a detailed
overview of the food stalls in Pasar Cihapit and their role in transforming the concept of a
traditional market.
Keywords: traditional market, trendy food stalls, Pasar Cihapit, expansion of meaning, agency
and structure, Giddens.
Pendahuluan masing-masing daerahnya, meskipun tidak
menutup kemungkinan seiring berjalannya
Pasar dapat didefinisikan menjadi ruang zaman terdapat beberapa produk impor antar
pertemuan antara pembeli dan penjual yang pulau maupun negara.
terlibat dengan aktivitas transaksi atau jual
beli (Machfoedz, 2005 dalam Fatmawati & Melansir dari Aurellia (2022), terdapat
Lantu 2017). Merujuk pada Undang-Undang setidaknya 29 pasar tradisional yang tersebar
No. 7 Tahun 2014, pasar sendiri merupakan di seantero Kota Bandung, salah satunya
tempat usaha yang ditata, dibangun dan adalah Pasar Cihapit. Pasar Cihapit
dikelola oleh pemerintah daerah, swasta, merupakan pasar tradisional yang terletak di
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jl. Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan yang
maupun Badan Usaha Milik Daerah telah menerapkan SNI 8152:2021 (Nurhaliza
(BUMD). Tempat usaha tersebut dimiliki et al., 2023). Ekomadyo et al. (2018)
atau dikelola oleh pedagang kecil maupun mengkategorikan Pasar Cihapit sebagai
menengah, swadaya masyarakat, atau salah satu artefak urban dengan karakter
koperasi serta UMKM yang dapat berupa yang cukup spesifik karena lokasinya yang
toko, kios, los, maupun tenda. berada di antara masyarakat kelas menengah
ke atas di tengah kota. Kondisi geografis
Bangsawan & Sanyoto (2017) tersebut turut memengaruhi jenis komoditas
mengkategorikan fungsi pasar menjadi tiga, yang tersedia di dalam pasar, termasuk harga
yaitu; (1) segi ekonomi, pasar sebagai jualnya yang cenderung lebih tinggi
tempat transaksi komoditas guna memenuhi dibandingkan dengan pasar tradisional
kebutuhan demand dan suplai, (2) segi sosial lainnya di Kota Bandung. Pasar Cihapit
dan budaya, sebagai tempat yang mewadahi telah selesai mengalami revitalisasi di tahun
kesepakatan sosial yang menjadi tradisi 2014, dan semenjak itu, hadir berbagai jenis
dalam suatu masyarakat, dan melibatkan aktivitas di luar fungsinya sebagai tempat
interaksi antara komunitas dalam sektor jual beli yang bersifat rekreasional dalam
informal dan formal, (3) segi arsitektur, skala kecil, sementara, dan informal,
menjadikan pasar sebagai penanda khas membuat pasar tersebut terlihat ‘eksotis’.
daerah tertentu. Ekomadyo et al. (2018) melihat banyak
Devi (2013) sebagaimana dikutip oleh pihak-pihak ‘kreatif’ yang memanfaatkan
Bangsawan & Sanyoto (2017) memaparkan sifat eksotik Pasar Cihapit tersebut untuk
empat ciri utama pasar tradisional. Seperti menguatkan identitas kelompok maupun
definisi yang terkandung dalam keberadaan sosial mereka. Acara-acara
Undang-Undang No. 7 Tahun 2014, pasar kreatif yang mereka gelar seolah-olah
tradisional dimiliki, dibangun, dan/atau menggambarkan mereka sebagai agen sosial
dikelola oleh pemerintah daerah. Pembeda yang merevitalisasi pasar sebagai tempat
yang paling signifikan antara pasar aktivitas ekonomi yang sarat nilai
tradisional dengan pasar modern terletak sosiokultural.
pada eksistensi sistem tawar menawar. Pasar Kontroversi yang terbangun membentuk
modern memiliki sistem harga yang final, sebuah pandangan terhadap Pasar Cihapit
sedangkan pasar tradisional mewadahi sebagai suatu peluang, terutama pasca
aktivitas tawar menawar yang membuat pandemi COVID-19. Sejak awal tahun
hubungan antar pedagang dengan pembeli 2022, berbagai los yang biasanya digunakan
terjalin lebih dekat. Tipe komoditas yang untuk memperjualkan komoditas dalam
diperjualbelikan dalam pasar tradisional bentuk sayur-mayur, buah-buahan, maupun
seringkali diambil dari hasil bumi lokal
sembako, mulai diisi oleh warung makan hubungan timbal balik di mana keduanya
‘kekinian’. Warung makan tersebut tidak dapat eksis secara terpisah. Konsep
menawarkan hidangan yang umumnya dualitas struktur-agensi ini mengindikasikan
jarang ditemui di pasar tradisional, bahwa struktur sosial tercermin dalam
setidaknya di Kota Bandung, seperti taco, pilihan yang dibuat oleh agen selama
gyoza, hingga daging asap. Lambat laun, berinteraksi sosial, sementara agen juga
jumlah warung makan yang mengusung turut membentuk dan mengubah struktur
konsep serupa mulai lahir dan berdampingan sosial. Menurut Giddens, ini adalah sifat
satu sama lain. Terbentuknya komunitas dan rekursif kehidupan, di mana teori ini
hubungan antar pemilik warung makan berupaya mengembangkan kerangka
sebagai pihak penjual, dan pengunjung ontologis untuk memahami aktivitas sosial
sebagai pembeli setelah hadirnya warung manusia.
makan tersebut menjadi suatu fenomena
perubahan sosial yang menarik untuk dikaji Abdulsyani (2007) dalam Mahardika (2015)
lebih lanjut menggunakan konsep agen dan melihat bahwa perubahan adalah sesuatu
struktur oleh Anthony Giddens. yang wajar dalam kehidupan manusia
sebagai bentuk konsekuensi dari hubungan
Berdasarkan ringkasan yang ditulis interpersonal dalam masyarakat. Masyarakat
Hardcastle et al. (2005) tentang teori akan selalu berkembang dengan pola
strukturasi Giddens, Giddens memerhatikan tertentu seiring dengan perkembangan yang
bagaimana manusia menciptakan sistem mereka alami juga, baik berdasarkan hukum
sosial dengan menggunakan aturan dan maupun aturan yang mereka telah ciptakan
sumber daya (struktur) selama berinteraksi sendiri. Dengan itu, Abdulsyani (2007)
(agensi). Dalam proses ini, mereka secara beranggapan bahwa perubahan fungsi
sadar maupun tidak sadar mereproduksi kebudayaan dan perilaku manusia dalam
struktur-struktur tersebut melalui rutinitas masyarakat dari keadaan tertentu tersebut ke
dan kebiasaan yang sering kali dianggap keadaan yang lain merupakan definisi dari
sebagai hal yang sepele. Meskipun hal ini perubahan sosial.
memberikan kebebasan dan juga batasan
dari sistem sosial yang ada, struktur sosial Dalam artikel ini, penulis akan
pada akhirnya akan selalu berubah sebagai mengeksplorasi bagaimana makna
unintended consequences atau konsekuensi konvensional dari pasar tradisional sebagai
yang tidak disengaja dari perilaku dan struktur, turut berkembang seiring dengan
tindakan manusia. Menurut Demartoto hadirnya agen-agen baru seperti warung
(2013), teori ini menempatkan manusia makan ‘kekinian’ dan pengunjung yang
sebagai seorang agen atau aktor yang berupa masyarakat urban. Tujuan dari
memiliki alasan atas perilakunya, dan penelitian ini selain menyajikan sebuah thick
mereka mampu dalam menguraikan alasan description adalah untuk menganalisis
atau justifikasi atas perilaku tersebut secara hubungan struktur dan agen tersebut
berulang-ulang. sehingga dapat memahami kenapa perluasan
makna pada pasar tradisional tersebut bisa
Giddens menekankan bahwa pembentukan terjadi.
agen dan struktur ini bukanlah sepasang
fenomena yang terpisah, melainkan Metode
menggambarkan sebuah dualitas. Dualitas Dalam penelitian ini, metode yang
ini menggambarkan agensi dan struktur digunakan adalah pendekatan etnografis
sebagai dua sisi dari koin yang sama–sebuah untuk memahami perspektif orang-orang di
Pasar Cihapit, termasuk pemilik warung kesimpulan dari bagaimana agen-agen yang
makan, karyawan, dan pengunjung, dalam terlibat memaknai perubahan dan perluasan
aktivitas ekonomi sehari-hari. Data makna pasar tradisional itu sendiri.
dikumpulkan melalui observasi partisipatif
selama 10 hari dari tanggal 9 Oktober
hingga 20 November 2022. Selain itu, juga Hasil dan Pembahasan
dilakukan wawancara dengan informan,
yang terdiri dari pemilik warung makan, a. Warung Makan di Pasar Cihapit
karyawan, pengunjung, dan pembeli di Pasar
Cihapit yang terletak di Jl. Cihapit, Selain pedagang hasil bumi dan kebutuhan
Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung. sehari-hari, los dalam Pasar Cihapit diisi
juga dengan penjaja berbagai sajian
Hasil dari observasi ini pun tidak dapat makanan. Terdapat penganan yang
diharapkan memiliki luaran perspektif yang bersahabat dengan lidah lokal seperti
sama, karena dalam suatu kelompok budaya, Warung Nasi Bu Eha dan Nasi Telur Sumber
perbedaan latar belakang mulai dari kelas Rezeki hingga mereka yang mengemas rasa
masyarakat, gender, jenis pekerjaan, asing dalam mangkuk seperti Konklusi dan
pendapatan hingga pandangan politik pun Mister Pho. Ketika menjajaki sejarah
akan mewarnai bagaimana mereka melihat kehadiran warung makan di Pasar Cihapit,
dan merespons suatu fenomena. Sehingga, salah seorang informan dari Los Tjihapit,
fokus dalam penelitian ini terletak yang kita kenal sebagai Om Bayu,
bagaimana kemunculan warung makan di menyebutkan kalau Pasar Cihapit tersebut
dalam suatu pasar tradisional, dalam hal ini tidak akan ada tanpa keberadaaan dari
spesifik ke Pasar Cihapit, mempengaruhi Warung Nasi Bu Eha.
perluasan makna pasar untuk mereka.
Warung Nasi Bu Eha merujuk kepada
Strategi pertama yang digunakan adalah warung nasi yang berada di satu sudut Pasar
berperan sebagai pembeli untuk langsung Cihapit, dengan dinding berwarna hijau
merasakan dan mengamati lingkungan cerah dan prasmanan berisi lauk pauk yang
kuliner di Pasar Cihapit. Strategi kedua setiap hari silih berganti. Dinding los utama
melibatkan pembicaraan santai dengan mereka yang berwarna pink dengan
pemilik dan karyawan untuk mendapatkan noda-noda hitam menandakan bagaimana
informasi dasar tentang tempat tersebut. warung nasi ini mulai dilahap zaman. Semua
Setelah terjalin hubungan yang baik, strategi kru yang berlalu lalang di dapur
ketiga dilakukan untuk menggali informasi menggunakan kaus oblong merah dengan
mendalam yang telah dituju untuk mencari apron hitam, semua seragam, kecuali untuk
data yang diperlukan. Setelah mendapatkan beberapa karyawan yang bertugas menjaga
informasi dan selesai mengamati sebagai kasir dan mengatur flow pembeli.
pembeli, strategi terakhir adalah
mengobservasi dan melakukan wawancara Warung Nasi Bu Eha buka setiap hari
singkat dengan pengunjung atau pembeli di kecuali Minggu, dari jam 6 pagi sampai
Pasar Cihapit untuk melihat respons dan habis. Terkadang sampai jam 2 siang, tapi
pandangan mereka. bisa lebih cepat terutama saat akhir pekan.
Namun jika beruntung, ada waktu di mana
Data yang telah diperoleh dari observasi mereka buka di hari Minggu. Dalam kasus
tersebut akan dikaji menggunakan teori agen kami, karena para karyawan tengah
dan struktur Giddens sebagai pisau mempersiapkan sajian untuk hari Senin, dan
analisisnya sehingga mendapatkan juga sedang melakukan pengecatan ulang
pada rolling door. Mereka secara teknis Los Tjihapit berangkat dari nama kolektif
tutup, tapi seorang ibu paruh baya yang yang disematkan kawan-kawan untuk kedai
tengah memotong-motong sayuran kopi milik pak Bayu. Sebelum ada kedai
mempersilahkan kami untuk makan, namun kopi ini, pak Bayu menuturkan bahwa ia
dengan menu yang terbatas. sering mengajak teman-temannya ke rumah
namun karena terlalu seringnya membawa
Di kunjungan kedua kami, ibu paruh baya teman ke rumah, akhirnya pak Bayu diusir
tersebut ditemani dengan sosok ibu yang oleh ayahnya sendiri. Bagi beliau membawa
jauh lebih tua di sebelahnya. Mereka berdua teman ke rumah tepatnya garasi, dengan
sama-sama menjaga kasir. Sosok kedua membawa teman ke kedai kopi tersebut
tersebut adalah Ma Eha. Di umurnya yang sama saja tidak ada bedanya, hanya wadah
ke 92, Ma Eha tetap memancarkan aura saja yang berbeda.
tegas, meskipun dengan badannya yang
sudah mulai bungkuk dan pergerakannya Los Tjihapit buka setiap hari dari jam 6 pagi
yang melambat. Tapi dengan gesit, dia sampai dengan jam 3 sore. Setiap hari pak
menangani pelanggan yang hendak Bayu menjaga toko lalu di siang hari
membayar, mengingat harga untuk semua digantikan oleh anaknya, namun pak Bayu
menu yang warungnya sajikan. tidak menjaga toko di hari weekend sebab di
hari itu beliau istirahat dan digantikan oleh
Warung nasi tersebut diwariskan kepada Ma anaknya jika ia mau. Setiap hari pak Bayu
Eha dari kedua orangtuanya ketika dia kerap kedatangan kawan-kawannya
selesai dinas dari Yogyakarta, sekitar tahun sekalipun hari kerja di pagi hari, sebab
1949, dan akhirnya ditangani secara penuh kawan-kawan pak Bayu ada yang bekerja di
di tahun 1960, setelah beliau pensiun. sekitar lokasi Pasar Cihapit sehingga ia
Lokasi warung nasi tersebut awalnya berada melipir dulu untuk menikmati kopi serta
di depan, alih-alih di dalam pasar. berbincang dengan kawan-kawan lainnya
Berdasarkan penuturan Ma Eha, pada saat termasuk pak Bayu sebelum berangkat kerja.
itu pasar masih berbentuk sebagai lapangan,
digunakan untuk memandikan kuda. Lambat Di hari weekend pembeli yang datang
laun, pedagang mulai berkumpul di area semakin banyak, karena tidak hanya
tersebut dan lapangan tersebut lahir menjadi kalangan para pekerja yakni mahasiswa atau
Pasar Cihapit. Becek, dengan jumlah pelajar, sebab di hari Minggu merupakan
pelanggan yang dapat dihitung dengan jari. hari weekend sehingga banyak orang
Baru pada tahun 2008, lokasi warung Ma bepergian ke tempat makan sekedar untuk
Eha berpindah ke dalam Pasar Cihapit. menikmati kopi maupun berbincang dengan
kawan lainnya. Banyaknya pembeli di Los
Los Tjihapit merupakan tempat kedai kopi Tjihapit membuat sebagian orang duduk di
yang didirikan oleh pak Bayu sekaligus tempat lain sembari makan ditempat
pemilik dan pendiri Los Tjihapit. Los tersebut, sehingga pak Bayu tidak hanya
Tjihapit memiliki 2 los atau tempat yang mengantarkan makanan di tempat Los
pertama bagian dekat dengan Nasi Telur Tjihapit saja juga berkeliling untuk
Sumber Rezeki sebagai tempat duduk dan mengantarkan pesanan.
ngopi sekaligus tempat pak Bayu melayani
pembeli, dan satu lagi disebrangnya Uniknya menu minuman yang ada di Los
merupakan tempat kumpulan buku-buku Tjihapit tidak hanya dari pak Bayu namun
milik kawan-kawan pak Bayu yang secara juga ada rekomendasi dari kawan-kawan
sukarela di kumpulkan seperti perpustakaan. yang meminta ditambahkan rempah-rempah,
karena hal tersebut maka ditetapkan menjadi
menu minuman. Di luar itu jika ada pembeli sudah lebih dulu dipatahkan oleh
yang ingin meminta tambahan masih keberadaan Ma Eha yang memang hadir
diperkenankan meski ada biaya tambahan. jauh sebelum pasar juga berdiri. Dia
berargumen bahwa pasar, seberapa terpoles
tampilannya jika tempat tersebut mewadahi
Tidak hanya kegiatan transaksi barang para penjual untuk melaksanakan aktivitas
berupa minuman, banyaknya poster-poster niaga, tetap disebut pasar.
di dinding Los Tjihapit merupakan Tidak hanya makna pasar, kami juga
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh mencoba bertanya terkait aktivitas yang ada
kawan-kawan di Los Tjihapit yang berawal di Pasar Cihapit untuk melihat relasi antara
dari pak Bayu lalu diinisiasi oleh pedagang satu dengan yang lain.
kawan-kawan. Baik kegiatan acara diskusi Menurutnya ada beragam aktivitas, tapi
secara terbuka sehingga umum maupun sebenarnya tidak terlalu penting. Ada
yang privat. beberapa inisiasi seperti arisan, atau aerobik
Disela-sela kegiatannya melayani pembeli, untuk ibu-ibu setiap hari Rabu, sampai
pak Bayu kerap berbincang dan menyapa touring bersama. Terakhir, dia
dengan pembeli yang hadir atau pengunjung menyimpulkan bahwa perspektif orang
Pasar Cihapit. Hal tersebut menunjukkan ‘luar’ terhadap Pasar Cihapit besar
bahwa adanya kedekatan dan interaksi terpengaruhi oleh media sosial, karena
antara pak Bayu maupun pembeli di Pasar esensi pasar menurutnya tetap sebagai
Cihapit. Aktivitas yang terjadi tidak hanya wadah orang berniaga, argumennya tetap
sekedar berbincang tapi kegiatan kolektif sama sejak awal kami wawancara.
pak Bayu dan kawan-kawannya, hal itu Skena kuliner yang terdapat di Pasar Cihapit
ditunjukkan adanya website dan podcast dapat dibilang dinisiasi lewat berdirinya
bernama ‘hanya wacana’ jika ditelusuri isi Nasi Telur Sumber Rezeki pada bulan
dari website www.hanyawacana.com ialah November tahun 2021 yang lalu. Dale
esai-esai dari kawan pak Bayu dan penulis Nugraha dan Samsa, dua founding fathers
lepas, berbeda halnya dengan podcast Hanya dari los kecil yang terletak di dekat pintu
Wacana. Isi podcast tersebut yakni keluar Pasar Cihapit. Di depannya,
berbincang seputar makanan, musik, puisi, berjejeran kursi-kursi karena meja yang ia
Viking Persib, pantomim, dan lainnya lebih miliki hanya mampu untuk mengakomodasi
lanjut juga diskusi buku dengan 2-3 orang saja.
mengundang tokoh-tokoh yang memiliki
pengalaman dibidangnya. Sesuai namanya, tentu menu andalan dari
warung makan ini adalah telur dadar kering
Dalam kesempatan untuk mewawancarai ala warteg di atas nasi panas yang disiram
pemilik Los Tjihapit yakni pak Bayu kami dengan kuah. Pilihan kuah mereka ada tiga,
ingin mengetahui makna pasar menurut jika diurutkan dari yang paling pedas ada
beliau. Baginya pasar itu tempat berniaga rendang, kari dan opor. Selain nasi telur, dia
sehingga tidak ada bedanya antara pedagang juga menyediakan berbagai baceman seperti
sayur, pedagang makanan, sampai ke satu kulit, kikil, usus, ati ampela, atau tahu
pedagang baju, semua sama. Dia melihat dan tempe, yang dipersiapkan oleh Samsa.
bahwa penilaian tim penulis seakan
membedakan pedagang yang lama dengan Satu piring nasi telur dibanderol dengan
yang baru. Jika kuliner dan sayur harga Rp. 10.000,00. Namun, Nasi Telur
dipisahkan, menurutnya argumen tersebut Sumber Rezeki cukup giat mengajak
teman-teman terdekatnya untuk
berkolaborasi dan menciptakan menu-menu
spesial, seperti contohnya nasi telur dengan Tempat makan Mister Pho hampir sama
brisket atau potongan tipis daging sapi asap dengan tempat makan Nasi Telur Sumber
yang berasal dari Carne.id. Rezeki, ada bagian seperti bar yang
menghadap ke pedagang serta
Pada pertengahan pandemi Covid-19 di memanfaatkan kios depan yang tutup untuk
tahun 2021, keputusan Dale dan Samsa menaruh meja dan kursi makan. Lebih lanjut
untuk membuka kedai kecil mereka di pasar tempat makan tersebut bisa dibilang kecil
yang sedang sepi tampak seperti pilihan sebab, mempengaruhi produk makanan agar
yang berbahaya. Namun Dale percaya pada disajikan secara cepat bagi pak Giri.
keinginannya untuk memasak hidangan
sederhana yang dapat dinikmati tidak hanya Sebelum mantap untuk melakukan jualan
oleh pembeli secara umum, tapi juga hal yang dilakukan beliau yakni meneliti
warga-warga pasar. terlebih dahulu potensi di Pasar Cihapit
selama 4 bulan, hal tersebut yang menjadi
Dengan koneksi Dale yang luas di sekitar keyakinan beliau untuk membuka Mister
Bandung, tidak lama Nasi Telur Sumber Pho.
Rezeki pun mulai dikenal. Seniman-seniman
lokal seperti Kamilia Shaumil turut Mister Pho buka setiap hari Selasa sampai
menggaungkan fenomena warung makan Minggu. Weekend dari jam 9 pagi sampai 6
kontemporer di dalam Pasar Cihapit ini sore dan weekday dari jam 10 pagi sampai
membuat banyak pembeli harus mengantri setengah 7 malam. Mister Pho masih
panjang demi mencicipi sajian sederhana terbilang sepi sebab tempat tersebut baru
nan hangat tersebut. buka selama sebulan, sehingga yang datang
tidak terlalu banyak. Jika dilihat dari
Inisiasi Dale dan Samsa ini yang mulai pembeli, rata-rata yang melipir ke Mister
menormalisasi kuliner-kuliner kontemporer Pho yakni anak muda dan keluarga dari
di dalam Pasar Cihapit. Berkat mereka, di berbagai kalangan baik pekerja maupun
awal tahun 2022 Pasar Cihapit selalu penuh pelajar. Tidak ketinggalan setiap weekend
dengan orang-orang yang ingin mengeksplor pak Giri bersama keluarga pergi ke Mister
pengalaman menyantap hidangan di dalam Pho untuk melihat serta makan disana.
pasar.
Dalam kesempatan wawancara dengan pak
Dale pun menuturkan kalau tercipta sebuah Giri salah satu pendiri Mister Pho, beliau
sense of community yang terbangun dari terlihat antusias menuturkan bahwasanya
relasi antar penghuni Pasar Cihapit, terutama Pasar Cihapit ini akan menjadi suatu trend
dengan sesama pemilik atau karyawan seperti negara Jepang yang terdapat kedai
warung makan. makanan di pasar, sehingga beliau berani
buka di Pasar Cihapit.
Mister Pho merupakan tempat makan yang
mengusung konsep asian food yakni Pak Giri berharap, orang-orang di dalam
Vietnam dan healthy drink yang didirikan pasar lebih sadar dan saling mendukung
oleh pak Giri dan dibantu kawan-kawannya. sesama UMKM di sini. Dia menilai
Di Mister Pho beliau fokus ke manajemen penghuni pasar cenderung konservatif, dan
dan resep makanan. Nama ‘Mister Pho’ dia ingin mereka harus bisa modern untuk
mengadopsi nama tempat makanan yang mengikuti perkembangan zaman karena
dulu pernah dibangun yakni Mister Seafood.
dengan tetap konservatif, mereka tidak akan dengan gochujaru atau bubuk cabai khas
memiliki kemajuan. Korea, dan saus mayo chili oil.
Konklusi merujuk kepada satu los kecil di Dengan los yang sempit dan tempat duduk
sebelah tukang plastik, terletak agak jauh yang cukup untuk 4-5 orang, Fauzan terlihat
dari gang yang berjejer dengan warung senang dan percaya diri ketika memasak
makan lainnya. Meskipun begitu, dia tetap untuk pembelinya. Pembawaannya ramah,
menarik perhatian siapapun yang lewat dan dia tidak sungkan untuk membuat
dengan logonya yang disulap menjadi pembeli merasa nyaman lewat
sebuah lampu neon berdiri, sesekali obrolan-obrolan kecil. Meskipun percaya
berkelip. Adalah seorang Fauzan Prama, diri terhadap Konklusi, dia terlihat sangat
juru masak jebolan dapur-dapur dari Dubai, menghormati rekan-rekan sesama pemilik
Denmark sampai Qatar yang menjadikan los warung makan lainnya. Hal tersebut
kecil ini konklusi dari perjalanan karirnya. dicerminkan lewat
rekomendasi-rekomendasi makanan apa saja
Berawal dari visa yang dibatalkan, serta yang harus pembelinya coba ketika berada
pandemi yang menghambat membuat di Pasar Cihapit, dan dia membolehkan
Fauzan makin mantap untuk memasak di pembeli untuk membawa makanan dari luar,
dalam Pasar Cihapit. Hidangan yang ia ataupun sebaliknya. Perhatiannya terhadap
sajikan semua memiliki akar di asian soul pembeli sangat terfokuskan dan atentif, di
food. Menu yang tersedia pada saat itu sela wawancara informal kami dia tidak ragu
terdiri dari: (1) Gyoza–makanan khas untuk langsung menyahut pembeli lain yang
Jepang yang terdiri dari daging ayam hendak memesan meskipun kami sedang
cincang dan kucai lalu dibalut dengan kulit berada di tengah pembicaraan.
pangsit lembut, di panggang di atas wajan
dan disajikan dengan ‘skincare’ atau saus Ia melihat Pasar Cihapit sebagai tempat
rahasia yang terasa seperti campuran kecap yang memiliki perkembangan organik,
asin dan minyak wijen. (2) Bibimbap– terutama ketika berbicara tentang skena
semacam nasi campur khas Korea, terdiri kulinernya. Sebagai perbandingan, dia
dari berbagai lauk-pauk seperti ayam, bercerita tentang Hallway Space, sebuah
sayuran dengan saus gochujang yang tempat di Pasar Kosambi yang cenderung
disantap dengan cara diaduk dalam kaku dan tidak seluwes eksplorasi Pasar
mangkuk. Cihapit. Di sisi lain, dia pun merasa
lingkungan Pasar Cihapit menyambut
Selain menu tetap tersebut, Fauzan pun dirinya dan Konklusi dengan baik.
senang bereksperimen dengan menu
musiman dan menu mingguan. Menu spesial Dari caranya bercerita dan menjawab
tersebut adalah: (1) Erik’s Cheeseburger pertanyaan, Fauzan memaknai pasar tempat
Gyoza–menu musiman yang menggunakan Konklusi-nya berada ini sebagai awal dari
daging sapi cincang dan kulit pangsit warna hal baru yang dapat berkembang secara
kuning, disajikan dengan acar timun, organik jika orang-orang di dalamnya juga
mustard, dan ketchup yang rasanya seperti turut percaya dan berkolaborasi.
memakan burger dalam satu gigitan. (2)
Kimchi Mandu–menu mingguan mereka b. Perluasan Makna Pasar Cihapit
yang terbuat dari isian ayam, udang dan Dari data penelitian tersebut, dapat
kucai dibalut dengan kulit pangsit berwarna diidentifikasi bahwa agen-agen yang
pink dan disajikan dengan kimchi, acar sawi membentuk struktur yakni persepsi terhadap
Pasar Cihapit tersebut terdiri dari para Pekanbaru pun sama seperti itu, hanya
pemilik warung makan seperti Pak Bayu, bedanya menurutnya Pasar Cihapit lebih
Dale, Fauzan, hingga Ma Eha juga para bersih dan indoor.
pengunjung sekalipun.
Mereka memerhatikan bagaimana para
Terdapat dua jenis persepsi yang dapat penjual makanan di dalam Pasar Cihapit
dilihat di sini. Pak Bayu menekankan atas tersebut terlihat benar-benar peduli dengan
fungsi pasar secara tradisional dengan tegas, apa yang mereka buat, bagaimana
yakni tempat untuk berniaga, berjual-beli, pembelinya menikmati makanannya tersebut
antara pedagang dan pembeli, tidak peduli dan juga rasa kebersamaan yang dibangun
pedagangnya berdagang apa atau tampak secara holistik dari satu penjual ke penjual
losnya seperti apa atau bahkan konsekuensi yang lain
lainnya yang datang.
Dari pembicaraan tersebut, dapat dilihat
Pak Giri dari Mister Pho, melihat Pasar bahwa mereka sebagai pengunjung yang
Cihapit sebagai sebuah peluang dalam seringkali menjadi pembeli di dalam Pasar
bisnisnya–menjadikan keeksotisan pasar itu Cihapit merupakan agen yang melihat
sendiri sebagai nilai jualnya, tapi turut bahwa fungsi pasar tradisional atau struktur
menginginkan warung miliknya lebih tradisional dari Pasar Cihapit tersebut tetap
bersinar dari los-los lain yang terdapat di ada, hanya saja di sisi lain terdapat fungsi
situ, sembari mengecap diri superior dan tambahan sebagai tempat makan.
mengatakan bahwa penghuni pasar lainnya
adalah orang-orang yang konservatif dan Agen-agen tersebut, dengan perspektif dan
tidak ingin maju. persepsinya masing-masing melahirkan
kembali sebuah struktur yang spesifik.
Secara tidak disadari, baik Pak Bayu Bukan lagi pasar tradisional, maupun food
maupun Pak Giri yang memiliki perspektif court. Tempat itu mereka bentuk sendiri
berseberangan pun turut membentuk menjadi Pasar Cihapit.
perspektif serta memperluas makna Pasar
Cihapit itu sendiri.
Irdha, Ghina dan Raissa sebagai anak rantau Kesimpulan
yang cukup sering berkunjung ke Pasar Keberadaan warung makan seperti Warung
Cihapit seakan merangkum bagaimana Nasi Bu Eha, Nasi Telur Sumber Rezeki,
pengunjung dari perspektif luar melihat dan Mister Pho membawa variasi sajian
Pasar Cihapit saat ini. Masing-masing dari makanan yang beragam dan menarik minat
mereka terlihat sangat bersemangat ketika pengunjung. Hal ini membuka peluang bagi
diajak membahas Pasar Cihapit, terutama pasar tradisional untuk menawarkan
Ghina, sedangkan Raissa lebih sering pengalaman kuliner yang lebih beragam dan
berpartisipasi ketika membahas pasar di menarik.
awal dan mulai menjadi pasif ketika
membahas tempat makanan, mungkin Pemilik warung makan seperti Ma Eha dari
karena dia belum sempat mencoba warung Warung Nasi Bu Eha dan pak Bayu dari Los
makan di dalam Pasar Cihapit. Tjihapit menjaga hubungan yang erat
dengan pelanggan dan pengunjung pasar.
Lewat jawaban Ghina, dia menjelaskan Mereka tidak hanya berfokus pada transaksi
bahwa Pasar Cihapit tidak membuatnya jual beli, tetapi juga berinteraksi dan
aneh atau kaget karena kebanyakan pasar di berbincang dengan pelanggan. Ini
menciptakan suasana yang ramah dan Bandung, Disertai Jam
menyambut di pasar tradisional,
mengubahnya menjadi tempat yang lebih Operasionalnya. Detikcom.
hangat dan terikat dengan komunitas lokal.
https://www.detik.com/jabar/berita/d
Warung makan seperti Nasi Telur Sumber
Rezeki dan Mister Pho membawa inovasi -6286209/daftar-lengkap-pasar-tradis
dalam penyajian makanan dan minuman.
Mereka menciptakan menu-menu spesial ional-di-bandung-disertai-jam-operas
dan menggabungkan cita rasa tradisional
dengan sentuhan kontemporer. Ini membuka ionalnya
peluang bagi pasar tradisional untuk menjadi
tempat eksplorasi kuliner yang menarik bagi Bangsawan, S., & Sanyoto, Y. W. (2017).
pengunjung.
Adanya kegiatan-kegiatan kolektif seperti MANAJEMEN PEMASARAN DAN
acara diskusi terbuka, aerobik, dan touring
bersama di Pasar Cihapit menciptakan sense REVITALISASI PEMBERDAYAAN
of community di antara pedagang dan
pengunjung. Ini mengubah persepsi orang PASAR TRADISIONAL (1st ed.).
tentang pasar tradisional sebagai tempat
yang hanya berfokus pada kegiatan jual beli Anugrah Utama Raharja.
menjadi tempat yang juga menawarkan
kegiatan sosial dan budaya. Demartoto, A. (2013, February 5). TEORI

Dengan adanya agen dan struktur seperti STRUKTURASI DARI ANTHONY


warung makan yang inovatif, interaksi
antara pemilik warung dan pelanggan, serta GIDDENS. Dr. Argyo Demartoto,
kegiatan kolektif yang terjadi di Pasar
Cihapit, pasar tradisional tersebut dapat M.Si. Diakses Mei 18, 2023, dari
memperluas makna dan peranannya. Pasar
tidak hanya menjadi tempat untuk https://argyo.staff.uns.ac.id/2013/02/
berbelanja kebutuhan sehari-hari, tetapi juga
menjadi tempat yang menyediakan 05/teori-strukturasi-dari-anthony-gid
pengalaman kuliner, mempererat hubungan
sosial, dan menciptakan sense of community dens/
di antara komunitas lokal.
Devi, N. M. W. R. (2013, July 29). PASAR

Daftar Pustaka UMUM GUBUG DI KABUPATEN

Abdulsyani. (1994). Sosiologi: Skematika, GROBOGAN DENGAN

Teori dan Terapan. Bumi Aksara. PENGOLAHAN TATA RUANG

Aurellia, A. (2022, September 12). Daftar LUAR DAN TATA RUANG DALAM

Lengkap Pasar Tradisional di


MELALUI PENDEKATAN BUSINESS AND MANAGEMENT,

IDEOLOGI FUNGSIONALISME 6(1), 101-113.

UTILITARIAN. E-Journal Hardcastle, M.-A. R., Usher, K. J., &

Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Holmes, C. A. (2005). An overview

Diakses Mei 18, 2023, dari of structuration theory and its

http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/3 usefulness for nursing research. Nurs

402 Philos., 2005(4), 223-234.

Ekomadyo, A. S., Santri, T., & Riyadi, A. 10.1111/j.1466-769X.2005.00230.x

(2018). Erratum to: Reassembling Machfoedz, M. (2005). Pengantar

Traditionality and Creativity: A Pemasaran Modern (1st ed.). UPP

Study of Place as Assemblage in AMP YKPN.

Pasar Cihapit Bandung. SHS Web of Mahardika, M. A. (2015). Hubungan Agen

Conferences, 41(2018). dengan Struktur dalam Perubahan

https://doi.org/10.1051/shsconf/2018 Sosial Kelurahan Gundih menjadi

4107008 Kampung Gundih Berseri (Studi

Fatmawati, F., & Lantu, D. C. (2017). Kasus pada Kelurahan. Neliti.

EVALUATION OF Diakses Mei 18, 2023, dari

REVITALIZATION PROGRAM https://media.neliti.com/media/public

CASE : CIHAPIT TRADITIONAL ations/110917-ID-hubungan-agen-de

MARKET. JOURNAL OF ngan-struktur-dalam-peru.pdf

You might also like