You are on page 1of 6

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


B. Kegiatan Belajar 3 : KONSEP PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM
: MERDEKA

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


Teori Belajar dan Implementasinya dalam Kurikulum Merdeka
Edukasi

Kurikulum Merdeka menjadi solusi alternatif pemerintah untuk


memberikan kebebasan dan wewenang bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan peserta didik dan satuan
pendidikan itu sendiri. Ketertinggalan pembelajaran yang berdampak
pada rendahnya pencapaian kompetensi peserta didik dapat terjadi
karena beberapa hal diluar ekspektasi seperti Covid19. Oleh karena itu,
implementasi Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mempercepat
pemulihan ketertinggalan pembelajaran yang dialami peserta didik serta
menjadi jalan untuk menciptakan perubahan kurikulum nasional yang
lebih baik.

Pembelajaran yang dirancang dalam Kurikulum Merdeka adalah


Konsep (Beberapa pembelajaran intrakulikuler yang beragam dengan memaksimalkan
1 istilah dan definisi) di
KB konten. Kurikulum Merdeka memberi rentang waktu yang cukup pada
peserta didik agar mampu memahami dan memperdalam konsep serta
memperkuat kompetensi. Selain itu pendidik juga diberikan kebebasan
untuk merencanakan strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didiknya. Impelementasi Kurikulum Merdeka tersebut disusun
berlandaskan teori belajar konstruktivisme.

Implementasi Kurikulum Merdeka berdasarkan teori belajar


konstruktivisme mengharuskan pendidik untuk memberi kesempatan
pada peserta didik agar berani mengemukakan pendapatnya dengan
percaya diri tanpa adanya rasa terpaksa. Selain itu, pendidik juga berperan
mendorong munculnya kreativitas dan imajinasi peserta didik agar
mampu memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan.

Hubungan Teori Konstruktivisme dan Implementasinya dalam Kurikulum


Merdeka
Teori belajar terdiri dari berbagai macam seperti teori behaviorisme, teori
kognitivisme, teori humanisme dan teori konstruktivisme. Kurikulum
Merdeka yang secara resmi disampaikan oleh Menteri Kemendikbudristek
dalam YouTube Kemendikbud RI pada tanggal 11 Februari 2021, memiliki
keterkaitan erat dengan teori belajar konstruktivisme.

Teori belajar konstruktivisme menjelaskan bahwa belajar merupakan


proses yang menuntut peserta didik untuk aktif dalam membangun
pengetahuan secara mandiri. Prinsip dasar dalam teori belajar
konstruktivisme yaitu memberi kesempatan peserta didik mengambil
peran utama dalam mengendalikan proses berpikir dan berinteraksi
dengan lingkungan sekitar. Paradigma yang dibangun dalam teori belajar
konstruktivisme menekankan bahwa peserta didik memiliki kemampuan
awal yang berbeda-beda dalam mengkonstruksi pengetahuan baru.
Sehingga peran pendidik adalah menuntun agar proses konstruksi
pengetahuan tersebut dapat berjalan lancar.

Teori konstruktivisme membantu peserta didik menemukan suatu ide


baru berdasarkan pengalaman dan dukungan pengetahuan yang mereka
peroleh sehingga dapat membuat kehidupan peserta didik lebih dinamis
dan pengetahuan pun terus bertambah. Kendati demikian, dukungan dari
lingkungan belajar yang kondusif juga perlu diperhatikan untuk
memaksimalkan hasil yang dicapai oleh peserta didik.

Implementasi Model MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka)


Kampus Merdeka memiliki kebijakan berupa pemberian hak kepada
mahasiswa/mahasiswi untuk mengambil mata kuliah di luar program studi
selama 1 semester dan berkegiatan di luar perguruan tinggi selama 2
semester.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalisasi teori
belajar konstruktivisme dan implementasinya dalam Kurikulum Merdeka
yaitu dengan cara merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif
tanpa mengabaikan efektifitas dan efisiensi di dalamnya. Selain itu,
pendidik juga harus meng-upgrade pengetahuan diri khususnya dalam
bidang teknologi agar pembelajaran menjadi tidak monoton dan
membosankan. Pendidik juga dituntut dapat memberikan contoh yang
lebih konkret dan relevan dengan perkembangan zaman.

Kurikulum Merdeka dalam pandangan teori belajar konstruktivisme sama-


sama menganggap pendidikan sebagai bentuk atau bagian dari
pengalaman yang diperoleh. Implementasi Kurikulum Merdeka yang
berlandaskan teori belajar konstruktivisme ini menekankan aspek
kemerdekaan atau kebebasan pada peserta didik maupun pendidik untuk
mengembangkan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata
yang selanjutnya dihubungkan pada konsep abstrak (teori).
Oleh karena itu, dalam implementasi Kurikulum Merdeka yang
berlandaskan teori belajar konstruktivisme, selain peserta didik, para
pendidik juga dituntut untuk terus belajar berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan sekitar terutama dalam penerapan Kurikulum
Merdeka. Misalnya, dengan melakukan observasi dan narasi dari sesama
guru di satuan pendidikan yang berbeda. Hal tersebut bisa menjadi salah
satu alternatif untuk dijadikan inspirasi dalam mengoptimalkan
penerapan kurikulum merdeka sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
peserta didik.

Implikasi teori belajar konstruktivisme juga dituangkan ke dalam konsep


dasar yang dipakai dalam merancang capaian pembelajaran di Kurikulum
Merdeka. Penyusunan capaian pembelajaran ini dimuat lebih sederhana
sehingga peserta didik memiliki waktu lebih panjang untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan secara lebih mendalam.

Dalam penyusunan capaian pembelajaran yang disusun berdasarkan fase


per fase ini pula pendidik memiliki waktu yang lebih longgar dan leluasa
untuk mengembangkan pembelajaran karena tidak terburu-buru untuk
menyelesaikan konten isi dalam waktu satu tahun seperti halnya di
kurikulum sebelumnya.

Seperti yang telah dijelaskan, dalam teori belajar konstruktivisme, belajar


dianggap suatu proses konstruksi pengetahuan baru yang dilakukan oleh
peserta didik dengan kemampuan awal yang telah mereka miliki, diikuti
pengalaman belajar dan interaksi sosial mereka. Dalam konsep ini, peserta
didik akan dituntun secara aktif menemukan pengetahuan baru
berdasarkan kematangan kognitifnya dengan tujuan membangun
pemahaman dan menciptakan suatu karya berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh.

Ketika peserta didik telah mampu menciptakan karya artinya mereka


sudah memahami dan menguasai kompetensi yang diharapkan. Jika
mengacu pada teori belajar konstruktivisme, kemampuan memahami
telah berada dalam level tertinggi, berbeda dengan taksonomi bloomdi
mana memahami berada di level C2.

Sebagai instrumen penting dalam pelaksanaan pembelajaran, Kurikulum


Merdeka diharapkan menjadi sarana untuk menghasilkan pembelajaran
inklusi, di mana iklim yang tercipta dalam pembelajaran dapat menerima
keberagaman peserta didik dengan segala perbedaan yang dimiliki baik
dalam bidang sosial, agama, budaya dan suku bangsa. Pembelajaran
inklusi yang diharapkan tercermin dalam penerapan profil belajar
Pancasila sebagai upaya untuk mewujudkan tumbuhnya toleransi dalam
kegiatan pembelajaran.
Kurikulum Merdeka juga diharapkan bisa diimplementasikan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, kehadirannya
didukung dalam peraturan dalam perundang-undangan yang bersifat
fundamental. Akan tetapi, meski telah didukung oleh regulasi yang kuat,
keberlanjutan implementasi Kurikulum Merdeka juga memerlukan
adanya dukungan masyarakat/publik beserta para orangtua.

Pengembangan Pembelajaran Melalui Konsep Konstruktivistik dan


Sosiokultural
Menurut teori Konstruktivisme, belajar didefinisikan sebagai proses
pembentukan kontruksi pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri.
Semua ilmu atau pengetahuan yang diperoleh berdasarkan persepsi siswa
itu sendiri.

Keberhasilan Kurikulum Merdeka tidak bisa dilepaskan dari dukungan


orangtua dalam mendampingi anak selaku peserta didik ketika belajar di
rumah. Orangtua diharapkan aktif dalam mencari tahu capaian
kompetensi apa saja yang harus dikuasai sang anak sesuai dengan fasenya.
Untuk mewujudkan kerja sama yang solid antar pemerintah dan peran
orangtua, Kemendikbudristek telah menyediakan buku-buku teks
pelajaran dan informasi detail tentang Kurikulum Merdeka yang bisa
diakses melalui website Kemendikbud.

Satuan pendidikan yang ingin mengimplementasikan Kurikulum Merdeka


dalam kegiatan pembelajaran mereka, tidak diberikan syarat khusus oleh
pemerintah. Selama ada keinginan untuk memperbaiki pembelajaran dan
bersedia mempelajari materi yang disiapkan oleh Kemendikbudristek
maka dipersilakan untuk mencoba penerapan Kurikulum Merdeka. Oleh
karena itu, tidak ada proses seleksi yang diberikan pada satuan pendidikan
yang ingin mencoba Kurikulum Merdeka.

Dengan demikian, penerapan Kurikulum Merdeka dapat dilakukan oleh


setiap satuan pendidikan. Sebelum memutuskan untuk
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, satuan pendidikan terlebih
dahulu mengisi formular pendaftaran dan survey singkat yang telah
dipersiapkan. Mempertimbangkan kesiapan yang berbeda antar satuan
pendidikan, maka Kemendikbudristek akan menyusun pemetaan terkait
kesiapan dan menyediakan bantuan pada satuan pendidikan agar dapat
mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan optimal.
1. Dalam Kurikulum Merdeka, materi-materi yang sulit dipahami
oleh siswa masih mungkin ada. Namun, pendekatan Kurikulum
Merdeka yang menekankan pada kebebasan belajar dan
individualisasi dapat membantu siswa mengatasikesulitan dalam
memahami materi.
2. Penting untuk dicatat bahwa dalam Kurikulum
Daftar materi pada KB
2 Merdeka,fokusnya adalah pada pemahaman yang mendalam
yang sulit dipahami
dan pengembangan kemampuan siswa, dengan memberikan
kebebasan dalam cara mereka mempelajari dan
memahamimateri. Oleh karena itu, dengan bantuan sumber
daya yangtepat dan pendekatan yang sesuai, siswa memiliki
peluangyang lebih besar untuk mengatasi kesulitan dan
memperolehpemahaman yang lebih baik.
Berikut ini adalah beberapa contoh materi yang sering mengalami
miskonsepsi dalam pembelajaran, termasuk dalam konteks
Kurikulum Merdeka:
1. Konsep matematika: Misalnya, konsep pecahan,persamaan
linear, atau perbandingan proporsi seringkali mengalami
miskonsepsi. Siswa mungkin memiliki pemahaman yang salah
atau konsepsi alternatif tentang operasi matematika atau
penggunaan simbol-simbol matematika.
2. Konsep sains: Beberapa konsep sains seperti hukum gerak
Newton, pengantar kimia, atau teori evolusi seringkali sulit
dipahami dan mengalami miskonsepsi. Siswa mungkin memiliki
pemahaman yang salah atau konsepsi alternatif yang
bertentangan dengan konsep-konsep ilmiah yang benar.
3. Konsep sosial dan sejarah: Materi seperti konsep demokrasi,
sistem politik, atau peristiwa sejarah seringkali melibatkan
Daftar materi yang interpretasi yang kompleks dan bisa mengarah pada
sering mengalami
3 miskonsepsi. Siswa mungkin memiliki pemahaman yang salah
miskonsepsi dalam
pembelajaran tentang peristiwa sejarah atau prinsip-prinsip sosial dan politik.
4. Konsep linguistik: Dalam pembelajaran bahasa,konsep-konsep
seperti tata bahasa, sintaksis, atau fonologi bisa sulit dipahami
dan sering mengalami miskonsepsi. Siswa mungkin memiliki
pemahaman yang salah tentang struktur bahasa atau
penggunaan kata-kata.
5. Konsep ekonomi: Materi seperti prinsip-prinsip ekonomi,
penawaran dan permintaan, atau siklus bisnis bisa sulit dipahami
dan rentan terhadap miskonsepsi. Siswa mungkin memiliki
pemahaman yang salah tentang konsep ekonomi atau
mekanisme pasar.
Penting untuk diingat bahwa miskonsepsi adalah hal yang umum
dalam pembelajaran, dan Kurikulum Merdeka dapat
memberikan ruang bagi siswa untuk mengatasi miskonsepsi
mereka melalui eksplorasi, diskusi, dan refleksi diri. Penting juga
untuk mendorong siswa untuk berkomunikasi dan berbagi
pemahaman mereka dengan rekan sekelas dan pendidik untuk
memperbaiki pemahaman yang salah dan memperkuat konsep
yang benar.

You might also like