Professional Documents
Culture Documents
Kti Yuni Gultom
Kti Yuni Gultom
OLEH :
YUNI HASRI GULTOM
170209080
OLEH :
YUNI HASRI GULTOM
170209080
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Yuni Hasri Gultom
2. Tempat/Tanggal Lahir : Sibabangun, 02 Juli 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jln. Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah
5. Agama : Islam
6. Status : Belum Menikah
7. Anak Ke : 4 dari 4 Bersaudara
8. Pekerjaan : -
9. Kewarganegaraan : WNI
10. No. Telepon : 0822-9706-6368
11. E-mail : yunihasrigultom21@gmail.com
12. Nama Ayah : Raklan Gultom
13. Nama Ibu : Junaida Siregar
14. Pekerjaan : PNS
15. Alamat Orangtua : Jln. Sibabangun,Kabupaten Tapanuli Tengah
Demam dengue (DD) atau dengue hemorrhagic fever adalah penyakit virus yang ditularkan oleh
nyamuk yang saat ini menjadi perhatian utama masyarakat internasional. Demam Dengue (DD)
merupakan salah satu penyakit infeksi yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan
kematian dalam waktu singkat. Hematokrit adalah pemeriksan yang dilakukan untuk mengukur
persentase sel darah merah dalam darah. Nilai hematokrit biasanya meningkat pada hari ketiga dari
munculnya penyakit dan semakin meningkat sesuai dengan proses perjalanan infeksi dengue. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Persentase Hematokrit Pada Penderita Dicurigai Demam
Dengue. Jenis penelitian secara deskriptif.,metode penelitian Automatic dengan menggunakan alat
Hematology Analyzer. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran Persentase Hematokrit
dicurigai Demam dengue di RS Hermina Medan tahun 2020 ditemukan bahwa dari 20 sampel yang
dicurigai Demam Dengue ditemukan 12 sampel (60%) laki-laki dan 8 sampel (40%) perempuan.
Kesimpulan Diperoleh 12 sampel Normal (60%) 4 Meningkat (20%), dan 4 Menurun (20%).
i
ABSTRACT
Dengue fever (DD) or dengue hemorrhagic fever is a mosquito-borne viral disease that is currently of
major concern to the international community. Dengue fever (DD) is an infectious disease that has a
fast course and can cause death in a short time. Hematocrit is a test that measures the percentage of
red blood cells in the blood. The hematocrit value usually increases on the third day of the onset of the
disease and increases according to the course of the dengue infection. The purpose of this study was to
determine the Percentage of Hematocrit in Patients with Suspected of Dengue Fever. This type of
research is descriptive., Automatic research method using a Hematology Analyzer. Based on the
results of research on the Percentage of Hematocrit Percentage of Suspected Dengue Fever at
Hermina Hospital Medan in 2020, it was found that of the 20 samples suspected of dengue fever found
12 samples (60%) were male and 8 samples (40%) were female. Conclusion It was obtained that 12
samples were normal (60%), 4 were increasing (20%), and 4 were decreasing (20%).
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan dan
melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Persentase Hematokrit Pada Penderita Di
Curigai Demam Dengue Di Rumah Sakit Hermina Medan 2020”.
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar D-III
Teknologi Laboratorium Medis. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, S.H, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Yunita Purba, M.Si, selaku Ketua Prodi Teknologi Laboratorium Medis
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Dr. dr. Jenny Ria Sihombing, Sp.PK., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing
penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. dr. Dicky Yuswardi Wiratma, M.Kes, selaku Dosen penguji saya yang telah
memberi masukan dan saran untuk Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Orang tua saya Raklan Gultom dan Ibunda Junaida Siregar tercinta dan abang-
abang dan kakak saya yang tidak pernah luput memberikan kasih sayang,
dukungan dan doa dalam setiap langkah penulis.
iii
Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan
masih terdapat kekurangan. Peneliti menerima masukan berupa kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaar Penelitian........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Dengue ............................................................................... 5
2.1.1 Defenisi Demam Dengue ..................................................... 5
2.1.2 Etiologi................................................................................. 7
2.1.3 Manifestasi Klinis ................................................................ 8
2.2 Darah ............................................................................................... 10
2.2.1 Definisi Darah ...................................................................... 10
2.2.2 Komposisi ............................................................................ 13
2.3 Hematokrit ....................................................................................... 15
2.3.1 Definisi Hematokrit ............................................................. 15
2.3.2 Pemeriksaan Hematokrit ...................................................... 16
v
2.3.3 Macam-macam Cara Pemeriksaan Hematokrit ................... 17
2.4 Kerangkah Konsep .......................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian ............................................................................... 20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 20
3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................ 20
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 20
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................ 20
3.3.1 Populasi................................................................................ 20
3.3.2 Sampel ................................................................................. 20
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 20
3.5 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 21
3.6 Alat dan Bahan ................................................................................ 21
3.6.1 Alat....................................................................................... 21
3.6.2 Bahan ................................................................................... 21
3.7 Prosedur Penelitian .......................................................................... 22
3.7.1 Prosedur Pengambilan Darah Vena ..................................... 22
3.7.2 Cara Kerja Alat Hematologi Analyzer sysmex xp 100........ 22
3.8 Nilai Normal Hematokrit RS Hermina Medan…………………… 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ................................................................................ 24
4.2. Pembahasaan ................................................................................... 26
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan .......................................................................................... 28
5.2. Saran ................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
kasus DD. Tiga kecamatan dengan angka kejadian DD tinggi pada tahun 2015 di kota
padang adalah kecamatan koto tangah dengan 222 kasus, dan kecamatan pada timur
dengan 100 kasus. Penyakit DD memiliki dua perubahan patologik utama, yakni
peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan hemostasis. Pertama, terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan kehilangan volume
plasma pada pembuluh darah sehingga terjadi hemokonsentrasi. Peningkatan
hematokrit sangat banyak ditemukan pada kasus syok sehingga pemeriksaan nilai
hematokrit perlu dilakukan dalam pemantauan kasus penyakit DD. Akibat dari
gangguan hemostasis ini, maka terjadi menifestasi klinis perdarahan.(Kafrawi, Dewi
and Adelin, 2019).
Tahun 2016 merupakan tahun dengan kasus DD tertinggi dalam beberapa
tahun terakhir, jumlah penderita DD di Sulawesi Tenggara yang dilaporkan sebanyak
3.433 kasus, melonjak lebih dari 2 kali lipat dibanding tahun sebelumnya, 33 kasus di
antaranya meninggal dunia (Incidence Rate/Angka Kesakitan 132,5 per 100.000
penduduk dan Case Fatality Rate(CFR)/Angka Kematian = 1,0%, angka ini lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,4% (Sultra, 2016).
Sumatra utara merupakan daerah endemis DD dimana kasus DD terjadi setiap
tahun dari wilayah penyebaran DD semakin meluas. Program pencegahan dan
pengendalian DD (p2 DD) sejak lama telah dilaksanakan untuk menunjang upaya
pengendalian DD disumatra utara namun berdasarkan laporan kasus DD selama 3 (tiga)
tahun 2010-2012 menunjukan bahwa beberapa kabupaten yang pada awalnya tidak ada
laporan kasus DD (daerah bebas DD) menjadi daerah sporadic dan daerah sporadis, dan
daerah sporadic menjadi daerah endemis (Fatmawati and Windarto, 2018).
Demam dengue (DD) atau dengue hemorrhagic fever adalah penyakit virus
yang ditularkan oleh nyamuk yang saat ini menjadi perhatian utama masyarakat
internasional. DD ditemukan di daerah tropik dan subtropik, terutama wilayah urban
dan periurban. DD pertama kali diketahui di Asia Tenggara tahun 1950an tetapi mulai
tahun 1975 hingga sekarang merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak di
negara-negara Asia. Prevalensi penyakit ini secara global meningkat drastic saat ini.
3
5
6
demam berdarah adalah nyamuk aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Penyakit ini
merupakan penyakit yang timbul di Negara-Negara tropis, termasuk di indonesian
(Hidayat, Yaswir and Murni, 2017)
Demam dengue adalah contoh penyakit yang disebarkan oleh vektor. Penyakit
ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia yaitu oleh
nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini hidup di daerah tropis dan berkembang biak
pada sumber air yang mandek (Sezanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2013).
Demam Dengue adalah penyakit berpotensi KLB/wabah yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegypty. Penykait ini menyerang
sebagian besar anak usia <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa
(Dinkes, 2015).
Patofisiologi utama dari DBD adalah manifestasi perdarahan dan kegagalan
sirkulasi. Perdarahan biasanya disebabkan oleh trombositopaty dan trombositopenia,
karena itu perlu dilakukan pemeriksaan trombosit. Peningkatan hematokrit dan
hemoglobin menunjukan derajat hemokonsentrasi,sehingga penting dalam menilai
perembesan plasma. Adanya nilai yang pasti dari pemeriksaan trombosit, hematokrit,
dan hemoglobin untuk setiap derajat klinik DD diharapkan sangat membantu petugas
medis agar lebih mudah untuk membuat diagnosis dan menentukan progresis dari DD
(Ninuk, 2017).
Penyakit Demam Dengue (DD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthtopod-Bone Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes terutama Aedes
aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit ini dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Demam dengue adalah penyakit infeksi oleh virus yang disebakan oleh virus
dengue yang tergolong Arthtopod-Bone Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. Virus ini ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty atau nyamuk aedes
albopictus melalui gigitannya. Proses diatas menyebabkan interferon akan
7
ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas
permukaan laut (Ambarwati dan Nasution, 2012).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Kasus DD ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu demam tinggi dan mendadak
yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan kadang disertai dengan kejang demam,
sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah, nyeri perut kanan atas, atau seluruh bagian
perut, dan perdarahan, terutama perdarahan kulit walaupun hanya berupa uji
tourniquet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga
berupa perdarahan spontan mulai dari ptekie (muncul pada hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan
perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinal masif lebih jarang dan
biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah
syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan subkonjungtiva
terkadang juga ditemukan. Pada masa konvalesen sering kali ditemukan eritema pada
telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba
pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya
penyakit. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa icterus maupun kegagalan
peredaran darah (Ambarwati dan Nasution, 2012).
Masa tunas 3-15 hari tetapi rata-rata 5-8 hari. Gejala klinis timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri di belakang kepala
hebat, suara serak, batuk epistaksis serta disuria. Penyakit biasanya akan sembuh
sendiri dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Maka penyakit ini juga
disebut demam 5 hari. Demam dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab
yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan
dibawah kulit, perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa
muntah darah akibat perdarahan lambung, melena dan juga hematuria masif. Selain
9
perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun
antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi semakin lemah, ujung-
ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat,
kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang
(Ngastiyah, 2012).
Gejala klinis untuk diagnosis DD (menurut patokan WHO, 1975 dalam
Ngastiyah, 2012) adalah :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya
salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya ptekie, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, melena atau hematemesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis di sekitar mulut. Diagnosa penyakit DD dapat dilihat berdasarkan
kriteria diagnose klinis dan laboratoris dengan tanda dan gejala sebagai berikut
(Wijaya dan Putri, 2013):
A. Diagnosa klinis
1. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38-40°C)
2. Manifestasi perdarahan dengan bentuk : uji tourniquet positif, ptekie (bintik
merah pada kulit), purpura (pendarahan kecil di dalam kulit), ekimosis,
perdarahan konjungtiva (perdarahan mata), perdarahan gusi, hematemesis
(muntah darah), melena (BAB darah) dan hematuria (adanya darah dalam
urin).
3. Perdarahan pada hidung.
4. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembuluh darah.
10
2.2 Darah
2.2.1 Definisi Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan intraseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu
sel darah merah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua
belas berat badan dan kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan
45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit
(Pearce, 2009).
11
Darah adalah cairan berwarna merah pekat, berwarna merah cerah di dalam
arteri (sudah dioksigenasi) dan berwarna ungu gelap di dalam vena (deoksigenasi),
setelah melepas sebagian oksigen ke jaringan. Darah bersifat sedikit alkali dan pH-
nya hanya sedikit bervariasi sepanjang kehidupan karena sel-sel badan hanya bisa
hidup bila pH dalam batas normal. Jumlah darah sekitar 5% berat badan, sehingga
volume rata-ratanya adalah 3-4 liter. (Watson,2002).
1. Fungsi Darah
a. Fungsi respirasi
Melalui eritrosit darah memiliki fungsi mengangkut oksigen dari paru-paru
menuju jaringan diseluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari
jaringan menuju paru-paru untuk dikeluarkan. Pengangkutan oksigen dan
karbon dioksida tersebut dilakukan oleh) molekul hemoglobin yang
terkandungan dalam eritrosit (Nugraha, 2015)
b. Fungsi Nutrisi
Karbohidrat, protein dan lemak yang kita makan akan diproses oleh sistem
pencernaan. Di dalam lumes usus nutrisi akan diabsorpsi menuju kapiler-
kapiler darah disekitar usus. Beberapa nutrisi disintesis oleh sel dalam organ
seperti hati. Semua molekul tersebut akan diangkut oleh darah, melalui sistem
kardiofaskuler nutrisi akan didistribusikan keeluruh tubuh (Nugraha,2015).
c. Fungsi Ekskresi
Sel dalam jaringan melakukan metabolisme dan menghasilkan sisa
metabolisme berupa sampah yang tidak digunakan, jika terakumulasi dalam
sel atau organ akan menyebabkan kerusakan sel dan gangguan kesehatan. Sisa
metabolisme akan dikeluarkan oleh sel kedalam darah dan dan diangkut
melalui sistem kardiovaskuler menuju organ ekskresi untuk dikeluarkan
(Nugraha, 2015).
d. Fungsi penyeimbangan
12
dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Jumlah eritrosit jauh lebih besar
daripada unsur darah lain. (Syaifuddin, 2009). Eritrosit berbentuk cakram
bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan
bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat
tipis dan tidak mempunyai inti sel (Tarwoto dan Wartonah, 2008).
Pembentukan sel darah merah (eritrosit) diproduksi dalam sumsum tulang
merah, limpa, dan hati. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua
dihancurkan di limpa 4. Eritrosit beredar didalam tubuh kurang lebih 114
sampai115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit
yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe
yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat
yang terdapat dalam eritrosit yang berguna untuk mengikat oksigen dan
karbon dioksida. Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 –15 gram
dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0mg%
(Gandasoebrata, 2007).
2) Leukosit atau sel darah putih
Leukosit merupakan sel-sel yang berinti, tidak berwarna dan bentuknya lebih
besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit. Leukosit
mempunyai nilai normal 6.000 sampai 10.000 mm³ (Pearce, 2009).
Leukosit terdiri dari dua golongan yaitu leukosit bergranula dan leukosit
tidak bergranula. Leukosit bergranula terbagi menjadi neutrofil, eosinofil
dan basofil. Leukosit yang tidak bergranula terbagi menjadi limposit dan
monosit (Syaifuddin, 2009).
3) Trombosit atau keping darah
Trombosit merupakan sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah.
Terdapat 150.000 sampai 400.000 trombosit dalam setiap mm³ darah.
Memiliki masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-kira 8 hari. Berperan
penting dalam proses penggumpalan darah (Pearch,2009).Trombosit adalah
keping-keping darah berwujud cakram dan tidak berwarna. Trombosit
15
terlihat berbentuk lonjong, seperti batang dan tidak terdapat inti. Trombosit
memiliki peran penting dalam hemostasis yang menempel pada daerah luka
dan menghasilkan trombosit putih yang menutup permukaan cedera dengan
mengisi lubang-lubang dalam dinding pembuluh darah(Syaifuddin,2009)
2.3 Hematokrit
2.3.1 Definisi Hematokrit
Hematokrit dalam kamus kedokteran Webster’s new world (2010)
didefinisikan sebagai jumlah volume darah merah terhadap volume seluruh darah
yang dinyatakan dalam % yang tergantung pada jenis kelamin. Hematokrit adalah
perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit terhadap volume seluruh
darah yang dihitung dalam % (Sutedjo, 2009).
Hematokrit pada dasarnya mencerminkan presentase eritrosit dalam volume
darah total. Nilai hematokrit biasanya meningkat pada hari ketiga dari munculnya
penyakit dan semakin meningkat sesuai dengan proses perjalanan infeksi dengue.
Peningkatan hematokrit menandakan terjadinya kebocoran plasma ke ruang
ekstravaskular. Akibat kebocoran plasma volume darah menjadi berkurang sehingga
dapat menyebabkan syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi. Peningkatan nilai
hematokrit dapat diobservasi secara bersamaan dengan penurunan jumlah trombosit.
Peningkatan nilai hematokrit >20% menjadi dasar objektif terjadinya kebocoran
plasma (Iskandar, 2015)
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti dan
simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia. Kadar hematokrit juga
digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Nilai itu ditentukan dengan
darah vena atau darah kapiler (Gandasoebrata, 2007). Darah utuh disentrifus, partikel
yang lebih berat akan turun ke dasar tabung kapiler dan partikel endapan yang lebih
ringan berada diatasnya. Kadar hematokrit dapat segera diukur. Kadar normal
hematokrit berbeda dalam jenis kelamin. Laki-laki kadar hematokritnya adalah 40%-
16
Menurun
Meningkat Normal
20
21
3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Darah vena mengandung Ethylen Diamine
Tetracetic Acid (EDTA)
22
Tabel 4.1.
Hasil Pemeriksaan Persentase Hematokrit Dicurigai Demam Dengue Dirumah
Sakit Hermina Medan Tahun 2020
24
25
Tabel 4.2
Data-data Hasil Persentase Hematokrit Dicurigai Demam Dengue yang Normal,
Meningkat, Menurun
No Keterangan Jumlah
N %
1 Menurun 4 20
2 Normal 12 60
3 Meningkat 4 20
Berdasarkan tabel 4.2 dari 20 sampel terdapat 4 sampel menurun (20%), 12 sampel
Normal (60%) dan 4 sampel Meningkat (20%).
Tabel 4.3
Hasil Pemeriksaan Persentase Hematokrit Yang Dicurigai Demam Dengue
berdasarkan Jenis kelamin Dirumah Sakit Hermina Medan
Tahun 2020
N % N % N % N %
Laki-laki 8 40 0 0 4 20 12 60
Perempuan 4 20 4 20 0 0 8 40
Jumlah 12 60 4 20 4 20 20 100
4.2 Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian terhadap pemeriksaan Hematokrit terhadap 20
sampel pada penderita dicurigai Demam Dengue di RS Hermina Medan,
Menggunakan Hematologi Analyzer Sysmex XP 100 di Laboratorium RS Hermina
Medan.
Data Tabel 4.2 didapat hasil hematokrit yang menurun 4 sampel (40%) normal
pada penderita sebanyak 12 sampel (60%) dan hematokrit meningkat 4 sampel
(40%).Pemeriksaan Hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti dan
simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia.
Berdasarkan tabel 4.3 peneliti dilakukan dirumah Sakit Hermina dari 20
sampel didapat berdasarkan jenis kelamin yang Dicurigai Demam Dengue Jenis
kelamin laki-laki 12 sampel (60%) dengan Hematokrit Normal 8 sampel (40%) dan 4
sampel Menurun. pada Jenis Kelamin Perempuan 8 sampel (40%) dengan Hematokrit
Normal 4 sampel (20%) dan Hematokrit Meningkat 4 sampel (20%).
Penelitian Kafrawi tahun 2019 di RS Islam Siti Rahmah Padang dengan
jumlah sampel 62 didapatkan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 36 sampel
(58,1%) dan laki-laki 26 sampel (41,9%). Nilai hematokrit biasanya meningkat pada
hari ketiga dari munculnya penyakit dan semakin meningkat sesuai dengan proses
perjalanan infeksi dengue.
Hematokrit pada dasarnya mencerminkan persentase eritrosit dalam volume
darah total.nilai Hematokrit biasanya meningkat pada hari ketiga dari munculnya
penyakit dan semakin meningkat sesuai dengan proses perjalanan infeksi
dengue.peningkatan Hematokrit menandakan terjadinya kebocoran plasma ke ruang
ekstravaskuler.Akibat kebocoran plasma volume darah menjadi berkurang sehingga
dapat diobservasi secara bersamaan dengan penurunan jumlah trombosit.nilai normal
Hematokrit berbeda dalam jenis kelamin laki-laki 40%-54% sedangkan perempuan
nilai normal 36%-46%.(Iskandar 2015)
Hematokrit dapat membantu dokter untuk mendiagnosis atau mengetahui
penyakit yang diderita pasien. pemeriksaan hematokrit digunakan untuk mendeteksi
27
penyakit seperti anemia, leukemia, dehidrasi, atau kekurangan nutrisi. Dokter akan
menganjurkan tes hematokrit bila ada kecurigaan penyakit yang mungkin ditunjukkan
tinggi atau menurunnya sel darah merah. Kadar hematokrit menurun bisa disebabkan
adanya kondisi kesehatan seperti: anemia, pendarahan, leukemia. Sementara kadar
hematokrit yang meningkat dapat menunjukkan penyakit seperti: terjadinya
kebocoran plasma (Davis, 2019)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada pemeriksaan Gambaran Persentase
Hematokrit Dicurigai Demam Dengue di RS Hermina Medan Tahun 2020 ditemukan
bahwa dari 20 sampel yang dicurigai Demam Dengue bahwa:
1 Diperoleh 12 sampel Normal (60%) 4 Meningkat (20%), dan 4 Menurun (20%).
2 Ditemukan 12 sampel (60%) laki-laki dan 8 sampel (40%) perempuan
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan saran sebagai
berikut :
1. Sebaiknya pada penderita dicurigai Demam Dengue dilakukan pemeriksaan
Hematokrit yang dapat memantau perkembangan Derajat klinis penyakit
tersebut.
2. Bagi instusi pendidikan diharapkan menjadi bahan informasi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan untuk Teknologi Laboratorium Medis.
3. Berdasarkan bagi peneliti selanjutnya supaya menambahkan jumlah sampel
pemeriksaan derajat kasus Demam Dengue.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ardina, R. and Rosalinda, S. (2018) ‘Morfologi Eosinofil Pada Apusan Darah Tepi
Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright, dan Kombinasi Wright-
Giemsa’, Jurnal Surya Medika (JSM), 3(2), pp. 5–12.
Ninuk, P. (2017) ‘Kadar Hemoglobin Dan Saturasi Oksigen Pada Montir Sebelum
Dan Sesudah Bekerja’.