You are on page 1of 16

TUJUH CORAK PENAFSIRAN AL-QUR’AN

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Studi Qur‟an Hadist

Dosen Pengampu : Dr.Suhadi, M.S.I.

Disusun :

Nina Ulqia Nur Husna (2320110004)


Ridwan (2320110025)
Irfan Jailani (2320110035)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Studi Qur‟an Hadist. Tidak lupa sholawat dan salam tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang kita nantikan
syafa‟at nya di hari kiamat nanti.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang di
berikan oleh Bapak Dr.Suhadi, M.S.I. makalah ini berisi tentang Tujuh Corak
Penafsiran Al-Qur‟an. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan di dalam
makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami.

Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini dari
awal hingga akhir. Semoga Allah Swt senantiasa merindhoi segala usaha kita Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Demak, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2

C. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Pengertian Corak Tafsir ..............................................................................................3

B. Tujuh Corak Penafsiran Al-Qur‟an ...........................................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................12

B. Saran ...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an adalah petunjuk sekaligus ketetapan hukum yang memuat


berbagai prinsip dan kaidah serta dasar-dasar ajaran yang bersifat umum, sehingga
untuk menjabarkannya memerlukan penjelasan atau keterangan yang lebih rinci.
Pada sisi inilah terletak fungsi utama tafsir, sebagai suatu bentuk pemahaman
dalam menerangkan dan mengungkap pengertian sesuatu. Kandungan dan isi dari
Al-Qur‟an tersebut dapat dijadikan bukti bahwa Al-Qur‟an adalah kitab yang
berwawasan luas, karena ayat-ayatnya menghimpun seluruh persoalan yang ada
dialam semesta ini. Tanpa adanya usaha penafsiran, maka dipastikan akan sulit
memahami isi kandungan Al-Qur‟an secara baik, benar, dan terarah.1

Ilmu tafsir ialah ilmu untuk memahami tentang Al-Qur‟an yang diturunkan
kepada Muhammad Saw dari segala aspek penjelasan maknanya, pengistinbatan,
hukum-hukum, dan hikmah-hikmahnya. Secara umum Islam berpandangan bahwa
kajian terkait ilmu tafsir merupakan salah satu ilmu yang paling mulia dan paling
baik. Hal ini dapat di pahami dari perintah Allah Swt untuk merenungkan
dan memikirkan kandungan makna-makna Al-Qur‟an sebagai petunjuk
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Adapun kajian ilmu tafsir berkaitan dengan corak untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an tidaklah
terlepas dari suatu corak yang terdapat dalam kajian tafsir. Sebab ketika para
penafsir ingin menggali dan memahami ayat-ayat Al-Qur‟an tersebut perlu
menguasai macam-macam corak penafsiran Al-Qur‟an ketika memahami
kandungan ayat-ayat Al-Qur‟an secara mendalam. Dalam pembahasan kali ini
penulis akan membahas tentang tujuh corak penafsiran Al-Qur‟an.

1
M. Sabir, Konsep-Konsep Dasar Tafsir, Al-Munir: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, vol.1 no.2
(2019):37. https://doi.org/10.24239/al-munir.v1i02.29.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengetian corak tafsir ?


2. Bagaimana tujuh corak penafsiran Al-Qur‟an ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian corak tafsir.


2. Untuk mengetahui dan memahami tujuh corak penafsiran Al-Qur‟an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Corak Tafsir

Dalam bahasa Arab corak berasal dari kata alwan yang merupakan bentuk
plural dari kata launun yang berarti warna, dalam lisan al-„Arab, Ibnu Manzur
menyebutkan :

Artinya : warna setiap sesuatu merupakan pembeda antara sesuatu dengan sesuatu
yang lain.2

Jadi menurut Ibnu Manzur warna adalah sama dengan jenis dan jika
dinisbatkan kepada orang seperti Fulan mutalawwin, berarti dia memiliki karakter
yang berubah-ubah. Menurut Wilson Munawwir menyebutkan kata laun dalam
Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia sebagai singular dari plural alwan yang
berarti dia memiliki karakter yang berubah-ubah.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat kata corak dalam beberapa arti :
Pertama, berarti bunga atau gambar (ada yang berwarna-warni) pada kain
(tenunan,anyaman dan sebagainya), misalnya kalimat “Corak kain sarung itu
kurang bagus”, “Besar-besar corak kain batik itu”. Kedua, berarti jenis-jenis warna
pada warna dasar (kain, bendera dan lain-lain), misalnya kalimat “Dasarnya putih,
coraknya merah. Ketiga, bermakna sifat (paham, macam, bentuk) tertentu,
contohnya kalimat “perkumpulan itu tidak tentu coraknya”.

Jika kata corak di sambungkan dengan kata-kata lain, maka akan memiliki
arti tersendiri, misalnya “Corak bangunan” maksudnya adalah desain bangunan.
Demikian juga kalimat “Corak kasual” maka berarti corak yang sederhana, hal ini

2
Ahmad Sarwat, Tafsir Bercorak Falsafi & Sufi, (Jakarta: Penerbit Rumah Fiqih Publishing), hal.11.

3
terlihat pada kalimat “Untuk memunculkan corak casual, dipilih kerah yang
dikancing dan berwarna cerah”. Arti corak yang dimaksud dalam pembahasan ini
adalah corak yang berarti warna.

Sementara pengertian tafsir secara etimologi berasal dari kata al-fasru yang
berarti jelas dan nyata, dalam Lisan al-Arab Ibnu Manzur menyebutkan al-fasru
berarti membuka tabir, sedangkan at-tafsir artinya menyibak makna dari kata yang
tidak dimengerti.

Dari definisi tafsir secara etimologi di atas maka tafsir memiliki makna
membuka tabir untuk sesuatu yang kasat mata dan juga berarti menyingkap makna
kata. Tafsir secara terminologi menurut al-Zakashi tafsir adalah ilmu untuk
memahami, menjelaskan makna, dan mengkaji hukum-hukum serta hikmah
hukum tersebut dalam kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Corak penafsiran adalah suatu arah, warna dan kecenderungan pemikiran


atau ide yang mendominasi suatu karya tafsir. Dapat disimpulkan bahwa corak
tafsir adalah ragam, jenis dan kekhasan suatu tafsir, dengan pengertian umum
corak tafsir adalah kekhususan suatu tafsir yang merupakan dampak dari
kecenderungan seorang mufasir dalam menjelaskan maksud ayat-ayat Al-Qur‟an.
Ataupun yang dimaksud dengan corak tafsir adalah ragam dan nuansa khusus
yang mewarnai sebuah penafsiran dan merupakan salah satu bentuk ekspresi
intelektual seorang mufasir ketika menjelaskanmaksud Al-Qur‟an.3

Penentuan corak tafsir, salah satunya dibangun dari wawasan keilmuan


seorang mufassir. Terkadang banyak kitab tafsir yang memiliki lebih dari satu
corak. Oleh karenanya tidak ada corak tunggal, melainkan corak yang lebih
mendominasi dalam kitab tafsir.4 Keberadaan corak dalam sebuah karya tafsir,

3
Ummi Kalsum Hasibuan, dkk. Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran Al-Qur‟an, Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, vol.2 no.2, (2020):242.
https://doi.org/10.32939/ishlah.v2i2.9.
4
Abdul Kholiq, dkk., Mengkaji Corak Tafsir Periode Pertengahan, Jurnal Al Ashriyyah, vol.9 no.01,
(2023):36. https://doi.org/10.53038/alashriyyah.v9i1.162.

4
menunjukkan bahwa Islam sangat mendukung ilmu pengetahuan, baik yang
bersumber dari kalangan timur maupun barat. Meski demikian corak tafsir dapat
diidentifikasi dengan meninjau ittijah (orientasi) dari mufassir, dan itupun sifatnya
hanyalah taqribi (pendekatan dan perkiraan).

B. Tujuh Corak Penafsiran Al-Qur’an

Tafsir Al-Qur‟an memiliki beberapa corak di antaranya adalah corak tafsir


fiqhi, falsafi, ilmi, tarbawi, Akhlaqi, i’tiqadi dan sufi. Berikut penjelasan tujuh
corak penafsiran Al-Qur‟an :
1. Tafsir Fiqhi (Hukum)

Corak tafsir fiqhi adalah menafsirkan Al-Qur‟an yang lebih berorientasi


kepada ayat-ayat hukum yang terdapat dalam Al-Qur‟an atau penafsiran ayat-ayat
Al-Qur‟an yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum fiqh, sedangkan ayat-
ayat yang lain dan tidak memuat hukum-hukum fiqh maka tidak dijadikan sebagai
target dalam penafsirannya bahkan cenderung tidak dimuat sama sekali. Corak ini
sudah ada sejak masa Rasulullah SAW. Sebab ketika para sahabat kesulitan dalam
memahami hukum yang terkandung dalam Al-Qur‟an tersebut, maka sahabat
langsung menanyakan hal itu kepada Nabi dan beliau pun langsung menjawab.

Setelah Nabi Muhammad Saw meninggal munculah permasalan yang


berkenaan dengan hukum-hukum fiqh dan hukum yang dihasilkan ijma’ ulama
sangat terbatas, maka para ulama yang mumpuni dari segi keilmuan dan
ketakwaan melakukan ijtihad dalam mencari hukum hukum-hukum dari berbagai
persoalan yang ada.5

Dari sinilah kemudian muncul para Imam Madzhab seperti Abu Hanifah,
Imam Maliki, Imam Asy-Syafi‟i dan Imam Hambali, yang lantas diikuti oleh para
pengikutnya yang memiliki konsentrasi dalam bidang tafsir, sehingga berdampak

5
Abdul Syukur, Mengenal Corak Tafsir Al-Qur‟an, El-Furqania: Jurnal Ushuludin
dan Ilmu-Ilmu Keislaman, vol.1 no.1,(2015):86.
https://doi.org/10.54625/elfurqania.v1i01.877.

5
pada penafsirannya yang memiliki kecenderungan pada pencarian hukum-hukum
fiqh dalam ayat-ayat Al-Qur‟an.

Di antara karya para mufassir yang memiliki kecenderungan tafsir fiqhi


adalah:

a. Ahkam al-Qur‟an karya al-Jassas yang memiliki corak fiqh madzhab Hanafi
b. Tafsir al-Kabir atau Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razi yang memiliki
corak fiqh madzhab Syafi‟i
c. Al-Jami’ li Ahkam al-Qur‟an karya Abu Abdullah al-Qurtubi yang memiliki
corak fiqh madzhab Maliki
d. Kanzu al-‘Irfan fi Fiqh al-Qur‟an karya Miqdad al-Saiwari yang memiliki corak
fiqh madzhab Ima miyah.
2. Tahfir Falsafi (Filsafat)

Tafsir falsafi adalah tafsir yang dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
menjelaskan ketentuan-ketentuan agama dengan pikiran-pikiran yang telah terurai
dalam filsafat dan menakwilkan kebenaran-kebenaran agama dengan pikiran-
pikiran filsafat.6 Corak tafsir ini muncul akibat tumbuh dan berkembangnya ilmu
agama dan sains di dunia Islam, yang ditandai dengan banyaknya penerjemahan
buku-buku filsafat pada dinasti Abbasiyah. Pada waktu itu buku-buku filsafat
Yunani banyak diterjemahkan dalam bahasa Arab dan saat itu adalah karya Plato
dan Aristoteles.

Kemudian dapat diketahui bahwa seiring berkembangnya ilmu-ilmu


tersebut, terkhusus mengenai filsafat, terdapat pro dan kontra dikalangan ulama
muslimin dalam penafsiran Al-Qur‟an yang bercorak falsafi. Adapun golongan
yang kontra tersebut beranggapan bahwa banyak bertentangan dengan akidah dan
agama selain itu ketika dalam menafsirkan Al-Qur‟an mereka mengesampingkan
tata bahasa Arab dan ilmu balaghahnya. Dan ulama yang pro terhadap corak ini
beralasan bahwa selama penafsiran itu tidak bertentangan dengan norma-norma

6
Ahmad Sarwat, Tafsir Bercorak Falsafi & Sufi, (Jakarta: Penerbit Rumah Fiqih Publishing), hal.16.

6
dalam Islam, sehingga berusaha menggabungkan antara agama dan filsafat serta
menghilangkan pertentangan antara keduanya, maka tidak ada salahnya
melakukan penafsiran tersebut. Cara menggabungkan keduanya adalah dengan
melakukan takwil terhadap nash-nash yang sesuai dengan teori-teori filsafat.
Adapun tafsir yang menggunakan corak ini yaitu tafsir al-Kasysyaf karya Az-
Zamakhsyari, Tanzih Al-Qur’an an al-Matha’in karya Al-Qadhi Abdul Jabbar,
Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin Ar-Razi.

3. Tafsir Ilmi (Ilmu)

Tafsir ilmi adalah tafsir yang memakai pendekatan ilmiah atau membatasi
diri dengan hal-hal yang berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan.7 Corak tafsir
ilmi ini memberikan peluang yang luas bagi mufasir dalam mengembangkan ilmu
pengetahuannya ataupun berbagai potensi keilmuan yang ada dan akan di bentuk
dalam Al-Qur‟an. Perlu diketahui ketika menggunakan corak penafsiran ini adalah
berpegang pada hakikat ilmiah yang dapat dijadikan sebagai rujukan maupun
sandaran, tidak memaksakan diri dalam memahami nash dan tidak sembarangan
dalam menakil nash dengan suatu makna yang diinginkan kesimpulannya. Tetapi
hanya mengambil makna sesuatu dengan pertolongan bahasa dan terkandung
dalam ungkapan tanpa ada paksaan dan sesuai dengan hubungan kalimatnya.

Kitab-kitab tafsir yang menggunakan corak penafsiran ilmi adalah kitab al-
Jawahir fi Tafsir al-Qur’an karangan Thanthawi Jawhari (1287-1358 H) terdiri 13
jilid, 26 juz dan 6335 halaman, kitab al-Tafsir al-Ilmi li al-Ayat al-Kawniyah fi al-
Qur’an karya Hanafi Ahmad dan kitab al-Isyarat al-Ilmiyah fi al-Qur’an al-
Karimkarya Dr. Muhammad Syawqi al-Fanjari.8
Dapat diketahui bahwa corak penafsiran ini muncul seiring dengan
berkembang dan kemajuannya ilmu pengetahuan saat ini dan terdapat suatu

7
Ahmad Suganda, Studi Quran dan Hadis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2018), hal.144.
8
Ummi Kalsum Hasibuan, dkk. Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran Al-Qur‟an, Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, vol.2 no.2, (2020):244.
https://doi.org/10.32939/ishlah.v2i2.9.

7
usaha bagi para pengkaji tafsir untuk memahami ayat-ayat Al-Qur‟an yang
sejalan dengan perkembangan ilmu.
4. Tafsir Tarbawi (Pendidikan)

Kata tarbawi bermakna sesuatu yang bersifat atau mengenai pendidikan,


dari makna ini, tafsir tarbawi berarti tafsir yang digunakan sebagai alat untuk
mengeksplor ajaran-ajaran Islam dalam kaitannya untuk mengembangkan dan
mencapai tujuan pendidikan.

Definisi dari tafsir tarbawi sendiri adalah tafsir yang menekankan kepada
tema-tema dan untuk keperluan tarbiyah (pendidikan Islam), sehingga yang
menjadi fokus pada pembahasan tafsir tarbawi yaitu sistem pengajaran yang ada
dalam Al-Qur‟an, seperti bagaimana Luqman mengajari anaknya untuk tidak
menyekutukan Allah Swt, bagaimana Al-Qur‟an mengajarkan umat Islam untuk
berbuat baik kepada kedua orang tuanya, selama orang tuanya tersebut tidak
mengajak pada kesyirikan.

Contoh dari penafsiran bercorak tarbawi pada surat Luqman ayat 13 :

Artinya : “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya: hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah Swt, sesungguhnya memper-sekutukan Allah Swt adalah benar-benar
kezaliman yang besar”.

Dalam ayat ini, menampilkan sosok seorang tokoh sebagai teladan bagi
umat Islam, seperti sosok Luqman menjadi pemimpin yang bijak bagi keluarga
dan anak-anaknya.9 Luqman berpesan kepada anaknya agar tidak menyekutukan
Allah Swt, karena menyekutukan Allah Swt termasuk kezaliman yang besar. Hal
ini menurut Ibnu Kathir bisa dimaklumi mengingat orang tua merupakan orang
9
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Jakarta: Penerbit
STAIN Ponorogo Press, 2007), hal.111.

8
yang paling sayang terhadap anaknya, maka pantas jika memberikan yang terbaik
untuk anaknya, dan pelajaran pertama yang diberikan oleh Luqman adalah ajaran
ketauhidan dan peringatan agar menjauh dari berbuat zalim kepada Allah Swt.

5. Tafsir Akhlaqi (Akhlak)

Tafsir akhlaqi (al-tafsir al-akhlaqi), yaitu penafsiran yang lebih


cenderung kepada ayat-ayat tentang akhlak dan menurut pendekatan ilmu-ilmu
akhlak. Penafsiran ayat-ayat akhlak hampir dijumpai pada berbagai kitab tafsir
dalam hal ini terutama aliran tafsir bi-al-ma’tsur dan kitab-kitab tafsir tahlili dan
tafsir al-isyari. Namun demikian, tidak berarti tidak ada kitab tafsir yang secara
khusus menggarap ayat-ayat tentang akhlak.

Berikut kitab tafsir tahlili : tafsir al-Nasafi (4 jilid 1374 halaman), karya al-
Imam al-Jalil al-Alamah Ali al-Barakat Abdullah bin Ahmad bin Mahmud al-
Nasafi yang dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an sangat kental dengan hal-hal
yang bersifat etik moral.

6. Tafsir I’tiqadi (Teologis)

Tafsir teologis merupakan salah satu bentuk penafsiran Al-Qur‟an yang


tidak hanya ditulis oleh simpatisan kelompok teologis tertentu, tetapi lebih jauh
merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang sebuah aliran
teologis. Tafsir model ini lebih banyak membicarakan dan meperbincangkan tema-
tema teologis dari pada mengedepankan pesan-pesan pokok Al-Qur‟an.

Seperti layaknya diskusi yang dikembangkan dalam literature ilmu kalam


(teologi Islam), paham-paham teologis menjadi refrensi utama bagi mufassirnya.
Ayat-ayat Al-Qur‟an memiliki konotasi berbeda satu sama lainnya seringkali
dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok teologis sebagai basis bagi penafsirannya.
Ayat-ayat seperti inilah yang memberi peluang dan berpotensi menjadi alat
pembenar atas paham-paham teologis. Kategorisasi ayat yang dipakai Al-Qur‟an

9
sendiri, seperti muhkam dan mutasyabih, merupakan sumber teoretis tentang
perbedaan penafsiran teologis yang dibangun di atas keyakinan-keyakinan.

7. Tafsir Sufi (Tasawuf)

Tafsir sufi adalah tafsir yang ditulis oleh para sufi. Sesuai dengan
pembagian dalam dunia tasawuf tafsir ini juga dibagi menjadi dua yaitu tafsir yang
sejalan dengan tasawuf Nazhari disebut tafsir al shufi al Nadhri, dan yang sejalan
dengan tasawuf amali disebut tafsir al faidhi atau tafsir al isyari.10 Tafsir sufi
Nazari adalah tafsir sufi yang berlandaskan pada teori-teori filsafat. Sedangkan,
tafsir sufi al isyari adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an tidak sama dengan
makna lahir dari ayat-ayat tersebut, karena disesuaikan dengan isyarat-isyarat
tersembunyi yabg nampak pada para pelaku ritual sufistik dan bisa jadi penafsiran
mereka sesuai dengan makna lahir sebagaimana yang dimaksud dalam tiap-tiap
ayat tersebut.

Contoh tafsir sufi Nazari dari penafsiran Ibnu Arabi terhadap surat Al-
Baqarah ayat 115 :

Artinya : “Dan milik Allah Swt timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di
sanalah wajah Allah Swt. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”.

Ibnu Arabi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan, ini merupakan


hakikat, wajhullah ada di setiap arah dimanapun setiap orang menghadapnya,
meski demikian jika ada orang salat menghadap pada selain Kakbah sedangkan dia
tahu arah kiblat, maka salatnya batal, sebab ibadah yang khusus ini tidak
disyariatkan kecuali dengan menghadap pada kiblat yang juga khusus seperti ini,

10
Hadi, Metodologi Tafsir dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer, (Salatiga: Griya Media,
2020), hal.175.

10
apabila dia dalam ibadah yang tidak membutuhkan penentuan seperti ini, maka
Allah Swt menerima cara menghadap orang tersebut.

Contoh tafsir sufi al isyari dari penafsiran al-Taustari terhadap surat Asy-
Syura ayat 78-81 :

Beliau menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan, Dzat yang


menciptakanku untuk menyembahnya memberiku petunjuk untuk mendekat
kepadanya. Dzat yang memberiku makan berupa kenikmatan iman dan memberiku
minum minuman berupa tawakal dan kecukupan. Ketika aku bergerak dengan
yang lain dan untuk yang lain dia melindungiku, dan ketika aku condong pada
syahwat dunia dia mencegahnya dariku. Dzat yang mematikanku kemudian
menghidupkanku dengan dzikir.11

11
Abdul Syukur, Mengenal Corak Tafsir Al-Qur‟an, El-Furqania: Jurnal Ushuludin
dan Ilmu-Ilmu Keislaman, vol.1 no.1,(2015):101.
https://doi.org/10.54625/elfurqania.v1i01.877.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bahasa Arab corak berasal dari kata alwan yang merupakan bentuk
plural dari kata launun yang berarti warna. pengertian tafsir secara etimologi
berasal dari kata al-fasru yang berarti jelas dan nyata, dalam Lisan al-Arab Ibnu
Manzur menyebutkan al-fasru berarti membuka tabir, sedangkan at-tafsir artinya
menyibak makna dari kata yang tidak dimengerti. Corak penafsiran adalah suatu
arah, warna dan kecenderungan pemikiran atau ide yang mendominasi suatu karya
tafsir. Dapat disimpulkan bahwa corak tafsir adalah ragam, jenis dan kekhasan
suatu tafsir, dengan pengertian umum corak tafsir adalah kekhususan suatu tafsir
yang merupakan dampak dari kecenderungan seorang mufasir dalam menjelaskan
maksud ayat-ayat Al-Qur‟an. Tafsir Al-Qur‟an memiliki tujuh corak di antaranya
adalah corak tafsir fiqhi (hukum), falsafi (filsafat), ilmi (ilmu), tarbawi
(pendidikan), Akhlaqi (akhlak), i’tiqadi (teologis) dan sufi (tasawuf).

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami susun, apabila terdapat kesalahan kami


memohon maaf sebesar-besarnya dalam penyusunan makalah ini kami sadar masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan sehingga dalam pembuatan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sarwat, Tafsir Bercorak Falsafi & Sufi. Jakarta: Penerbit Rumah Fiqih
Publishing.

Ahmad Suganda, Studi Quran dan Hadis. Bandung: CV Pustaka Setia, 2018.

Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan.


Jakarta: Penerbit STAIN Ponorogo Press, 2007.

Hadi, Metodologi Tafsir dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer. Salatiga:
Griya Media, 2020.

M. Sabir, Konsep-Konsep Dasar Tafsir, Al-Munir: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
vol.1 no.2 (2019). https://doi.org/10.24239/al-munir.v1i02.29.

Ummi Kalsum Hasibuan, Risqo Faridatul Ulya, Jendri. Tipologi Kajian Tafsir:
Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra Penafsiran Al-Qur‟an, Ishlah:
Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, vol.2 no.2, (2020).
https://doi.org/10.32939/ishlah.v2i2.9.

Abdul Kholiq, Fitroh Ni‟matul Kafiyah, Ibrahim Abdul Jabbar, Mengkaji Corak
Tafsir Periode Pertengahan, Jurnal Al Ashriyyah, vol.9 no.01, (2023).
https://doi.org/10.53038/alashriyyah.v9i1.162.

Abdul Syukur, Mengenal Corak Tafsir Al-Qur‟an, El-Furqania: Jurnal Ushuludin


dan Ilmu-Ilmu Keislaman, vol.1 no.1,(2015).
https://doi.org/10.54625/elfurqania.v1i01.877.

13

You might also like