You are on page 1of 8

1.

Dalam kasus ini, kita dapat mengidentifikasi pendekatan cycle view yang terkait dengan
ekspor ayam hidup asal Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, ke Singapura melalui pelabuhan
Sir Payung, Kota Tanjungpinang. Pendekatan cycle view ini mencakup beberapa tahap
penting dalam proses ekspor tersebut:

Perencanaan
dan Persiapan

Pengumpulan
Dampak Lokal dan
Pengemasan

Pengembangan
Proses Ekspor
Industri

Penerimaan
Pengawasan
di Negara
dan Kontrol
Tujuan

a. Perencanaan dan Persiapan:

Awalnya, terdapat perencanaan dan persiapan dari pihak PT Ciomas Adisatwa (Japfa
Group) untuk melakukan ekspor ayam hidup ke Singapura. Dalam hal ini, mereka
mengidentifikasi peluang pasar, memahami aturan dan regulasi ekspor antar negara,
serta menentukan jumlah ayam hidup yang akan diekspor.

b. Pengumpulan dan Pengemasan:

Ayam hidup asal Kabupaten Bintan dikumpulkan dan dikemas dengan baik dalam
delapan buah kontainer untuk memastikan kesejahteraan dan keamanan hewan
selama perjalanan ekspor.

c. Proses Ekspor:

Setelah proses pengemasan selesai, ayam hidup diekspor menggunakan kapal


barang Legend Gemini dari pelabuhan Sri Payung, Kota Tanjungpinang, menuju
Singapura. Proses pengiriman ini harus mematuhi regulasi kesehatan hewan dan
peraturan internasional terkait ekspor hewan hidup.
d. Pengawasan dan Kontrol:

Selama perjalanan, perlu dilakukan pengawasan dan kontrol terhadap kondisi ayam
hidup di dalam kontainer. Hal ini termasuk aspek kesehatan, kenyamanan, dan
ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan oleh ayam selama perjalanan laut.

e. Penerimaan di Negara Tujuan:

Setelah tiba di Singapura, ayam hidup akan diterima dan melewati pemeriksaan
kesehatan dan karantina di pelabuhan tujuan. Proses ini penting untuk memastikan
ayam hidup memenuhi standar kesehatan yang berlaku.

f. Pengembangan Industri:

Selain proses ekspor, dalam pendekatan cycle view ini juga terjadi pengembangan
industri peternakan ayam di Kabupaten Bintan oleh PT Ciomas Adisatwa. Ini
mencakup usaha untuk meningkatkan produksi ayam hidup dan telur guna
memenuhi permintaan pasar lokal serta meningkatkan ekspor ke Singapura.

g. Dampak Lokal:

Pengembangan industri peternakan ayam tersebut memiliki dampak lokal, seperti


membuka peluang kerja bagi warga tempatan dan meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) melalui kegiatan ekonomi yang terkait.

2. Untuk menetapkan rangkaian distribusi dalam ekspansi ke pasar global, perusahaan seperti
PT Ciomas Adisatwa (Japfa Group) dapat mengadopsi sejumlah langkah strategis berikut:
a. Analisis Pasar:

Lakukan evaluasi menyeluruh terhadap pasar internasional yang dituju. Pahami ciri-
ciri pasar, keperluan konsumen, tren pelanggan, saingan, dan aturan perdagangan
yang berlaku. Ini akan membantu perusahaan mengenali peluang dan hambatan
dalam memasuki pasar tersebut.

b. Pemilihan Tempat Distribusi:

Berlandaskan analisis pasar, tentukan titik distribusi yang strategis. Pertimbangkan


faktor-faktor seperti keterjangkauan terhadap pelabuhan atau pintu masuk negara,
ketersediaan infrastruktur logistik, dan kelancaran distribusi ke pasar lokal.
c. Seleksi Mitra Distribusi:

Pertimbangkan untuk menjalin kerjasama dengan mitra distribusi lokal di negara


sasaran. Mitra distribusi lokal memiliki pengetahuan mendalam tentang pasar,
regulasi, dan budaya bisnis setempat. Ini dapat mempercepat proses penetrasi pasar.

d. Transportasi dan Logistik:

Rencanakan jalur transportasi dan logistik yang efisien dari fasilitas produksi hingga
titik distribusi. Pastikan keselarasan antara jadwal produksi dan jadwal pengiriman.

e. Pengemasan dan Penyimpanan:

Sesuaikan pengemasan produk dengan standar internasional dan peraturan di


negara sasaran. Memastikan pengemasan melindungi produk selama pengiriman
dan penyimpanan.

f. Pengaturan Persediaan:

Pertimbangkan penggunaan sistem pengelolaan persediaan yang efektif. Pastikan


stok barang mencukupi untuk memenuhi permintaan pasar tanpa berlebihan atau
kekurangan yang merugikan.

g. Penyusunan Distribusi:

Putuskan apakah distribusi akan dilakukan oleh perusahaan atau melalui mitra
distribusi. Jika menggunakan mitra distribusi, tetapkan perjanjian kontrak yang jelas
tentang tanggung jawab, kewajiban, dan dukungan yang diberikan.

h. Kepatuhan Aturan dan Kebijakan:

Pastikan perusahaan memahami serta mematuhi seluruh peraturan perdagangan


internasional yang berlaku, termasuk izin ekspor-impor, ketentuan sanitasi, dan
ketetapan karantina.

i. Teknologi dan Pemantauan:

Pertimbangkan penerapan teknologi informasi untuk mengawasi pergerakan produk


dalam rantai distribusi. Ini dapat membantu identifikasi hambatan atau masalah yang
mungkin timbul.

j. Pelatihan dan Penyuluhan:


Melibatkan karyawan dan mitra distribusi dalam pelatihan mengenai proses
distribusi, pengelolaan persediaan, pengemasan, dan peraturan pasar internasional.

k. Evaluasi dan Penyesuaian:

Lakukan tinjauan berkala terhadap prestasi rangkaian distribusi. Identifikasi area


yang perlu ditingkatkan dan sesuaikan strategi sesuai perubahan pasar atau kondisi
bisnis.

l. Rencana Perkembangan Jangka Panjang:

Selain distribusi ke pasar internasional, pertimbangkan juga taktik untuk memperluas


rangkaian distribusi lebih luas di wilayah tersebut dan mencari peluang untuk masuk
ke pasar-pasar baru.

3. Untuk mengantisipasi pertambahan kebutuhan akan produk ayam baik dalam jangka waktu
pendek maupun panjang, perusahaan perlu melakukan peramalan atau forecasting. Dengan
peramalan yang akurat, perusahaan dapat merencanakan produksi, penyediaan stok, dan
strategi pemasaran yang sesuai dengan tingkat permintaan yang diantisipasi. Berikut adalah
ragam bentuk forecasting yang dapat dilaksanakan:

Peramalan Jangka Pendek (Short-Term Forecasting):

 Rata-Rata Bergerak (Moving Average): Metode ini melibatkan perhitungan nilai rata-
rata dari sejumlah periode sebelumnya guna memperkirakan permintaan di masa
mendatang. Sebagai contoh, moving average selama 3 bulan akan menghitung rata-
rata permintaan dari tiga bulan sebelumnya.
 Pelunakan Eksponensial (Exponential Smoothing): Metode ini memberi bobot yang
beragam pada data historis, dengan bobot tertinggi diberikan pada data paling baru.
Pendekatan ini cocok untuk memprediksi tren yang dinamis.
 Peramalan Musiman (Seasonal Forecasting): Metode ini mengenali pola berulang
dalam permintaan seiring musim dan membuat proyeksi berdasarkan pola tersebut.
Hal ini penting untuk produk seperti ayam yang cenderung mengalami variasi
permintaan sepanjang tahun.

Peramalan Jangka Panjang (Long-Term Forecasting):


 Analisis Tren (Trend Analysis): Pendekatan ini melibatkan analisis data historis dalam
jangka panjang untuk mengenali tren pertumbuhan atau penurunan. Hal ini berguna
dalam memperkirakan permintaan jangka panjang.
 Analisis Regresi (Regression Analysis): Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi
kaitan antara permintaan produk dan variabel lain seperti kondisi ekonomi, populasi,
atau tren sosial. Pendekatan ini membantu meramalkan dampak perubahan variabel-
variabel tersebut pada permintaan produk.
 Analisis Skenario (Scenario Analysis): Pendekatan ini melibatkan peramalan berdasarkan
sejumlah skenario potensial. Sebagai contoh, bagaimana permintaan akan mengalami
perubahan jika situasi ekonomi membaik atau memburuk.
 Penelitian Pasar (Market Research): Melalui studi pasar dan analisis, perusahaan bisa
memperoleh wawasan mengenai preferensi konsumen, tren konsumsi, serta potensi
pasar. Informasi ini berguna dalam meramalkan permintaan jangka panjang.

4. Melakukan outsourcing dengan tujuan meningkatkan surplus rantai pasokan dapat


memberikan keuntungan, tetapi juga membawa risiko yang perlu diperhatikan. Berikut
adalah lima risiko yang perlu diidentifikasi dan dievaluasi saat perusahaan memutuskan
untuk menggunakan jasa pihak ketiga:
a. Reliance on Third Parties:

Risiko ini muncul ketika perusahaan sangat mengandalkan pihak ketiga dalam operasi
rantai pasokan. Bila pihak ketiga mengalami masalah atau kegagalan, seperti
penurunan kualitas atau keterlambatan pengiriman, perusahaan berpotensi
menghadapi gangguan serius dalam pasokan produk. Dalam situasi ini, perusahaan
kehilangan kendali penuh atas operasi dan performa pihak ketiga.

b. Quality and Compliance:

Saat perusahaan bergantung pada pihak ketiga untuk memproduksi atau


menyediakan komponen penting dalam rantai pasokan, risiko terkait kualitas produk
dan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat
timbul. Jika pihak ketiga tidak memenuhi standar kualitas atau regulasi yang
diperlukan, reputasi perusahaan bisa terpengaruh dan pelanggan mungkin merasa
tidak puas.

c. Control and Data Security Risks:


Outsourcing bisa melibatkan pemberian akses pihak ketiga terhadap informasi
sensitif atau data operasional perusahaan. Risiko terkait keamanan data dan privasi
dapat meningkat, terutama jika pihak ketiga tidak memiliki kebijakan yang kuat
terkait keamanan informasi. Penyusupan data atau akses yang tidak sah bisa
membahayakan integritas dan kerahasiaan informasi perusahaan.

d. Geopolitical and Sustainability Risks:

Ketika perusahaan bergantung pada pihak ketiga dari negara atau wilayah tertentu,
risiko terkait stabilitas geopolitik dan perubahan kebijakan pemerintah bisa
mempengaruhi pasokan produk. Ketidakstabilan politik, bencana alam, atau
perubahan regulasi perdagangan dapat mengakibatkan gangguan dalam pasokan
dan produksi.

e. Loss of Flexibility and Innovation:

Dalam beberapa situasi, outsourcing dapat mengurangi fleksibilitas perusahaan


dalam menyesuaikan operasi dan inovasi produk. Batasan dalam beradaptasi dengan
perubahan pasar atau teknologi baru dapat terjadi bila perusahaan sangat
tergantung pada pihak ketiga dalam berbagai aspek rantai pasokan.

Analisis Risiko:

Untuk mengatasi risiko-risiko tersebut, perusahaan harus melakukan analisis mendalam dan
manajemen risiko yang efektif. Ini termasuk:

 Memilih pihak ketiga yang andal, memiliki rekam jejak yang baik, dan komitmen
terhadap kualitas dan kepatuhan.
 Menyusun kontrak yang jelas dan komprehensif, mencakup standar kualitas, jadwal
pengiriman, dan mekanisme penyelesaian konflik.
 Terus memantau dan mengawasi kinerja pihak ketiga.
 Memahami dengan baik risiko geopolitik dan keberlanjutan yang dapat
mempengaruhi pasokan dari pihak ketiga.
 Mengambil langkah-langkah keamanan data yang kuat dan mendefinisikan perjanjian
pengelolaan data yang tegas.
5. Perusahaan memiliki peluang untuk mengimplementasikan sejumlah langkah guna mencapai
keberlanjutan dalam rangka rantai pasokan mereka. Berikut adalah beberapa tindakan yang
bisa diambil:
a. Manajemen Lingkungan dan Energi:

Perusahaan bisa mengadopsi praktik yang berfokus pada kelestarian lingkungan


dalam operasionalnya, termasuk penerapan sumber energi terbarukan, pengurangan
limbah, serta penurunan emisi karbon. Pilihan tersebut dapat melibatkan
penggunaan teknologi efisien energi di fasilitas produksi dan pengangkutan, serta
penyelenggaraan pengelolaan limbah yang lebih optimal.

b. Seleksi Bahan Baku Berkelanjutan:

Upaya pemilihan bahan baku yang bersumber dari sumber berkelanjutan dan ramah
lingkungan dapat membantu meminimalisir dampak lingkungan dalam rantai
pasokan. Salah satu contohnya adalah memanfaatkan bahan baku organik atau
bahan baku yang dihasilkan dari praktik berkebun berkelanjutan untuk kebutuhan
produk peternakan.

c. Reduksi Penggunaan Plastik dan Kemasan Berlebih:

Langkah untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai serta kemasan yang
berlebihan dapat dilakukan dengan tekad. Pilihan kemasan yang lebih ramah
lingkungan, misalnya kemasan yang bisa didaur ulang atau yang terbuat dari bahan
ramah lingkungan, bisa diterapkan.

d. Pengembangan Teknologi Berkelanjutan:

Perusahaan bisa mengalokasikan investasi untuk mengembangkan teknologi yang


lebih efisien dan ramah lingkungan. Contohnya, pengembangan sistem pengelolaan
limbah, teknologi pemantauan lingkungan, dan teknologi produksi yang lebih bersih.

e. Pemenuhan Standar Kesejahteraan Hewan:

Bagi perusahaan yang terlibat dalam bisnis peternakan seperti kasus ayam, penting
untuk memastikan bahwa metode-metode peternakan sesuai dengan standar
kesejahteraan hewan yang baik. Ini melibatkan penyediaan kandang yang layak,
asupan pakan dan air yang memadai, serta perawatan yang mengurangi stres pada
hewan.
f. Kolaborasi dengan Pemasok dan Pihak Ketiga:

Kerjasama dengan pemasok dan pihak ketiga di dalam rantai pasokan dapat
memberikan kontribusi positif dalam praktik berkelanjutan. Langkah ini bisa berupa
pelatihan bagi para petani atau peternak mengenai metode-metode berkelanjutan,
serta penilaian dan pemantauan kinerja pemasok terkait aspek keberlanjutan.

g. Pengukuran dan Pelaporan Kinerja Berkelanjutan:

Perusahaan dapat melakukan pengukuran terhadap dampak lingkungan dan sosial


dari operasional mereka, dan secara transparan menyajikan hasilnya kepada
berbagai pihak yang berkepentingan. Langkah ini mampu memicu respons positif
dari pelanggan dan mendorong perusahaan untuk terus meningkatkan praktik
berkelanjutan.

h. Inovasi Produk Ramah Lingkungan:

Perusahaan memiliki potensi untuk merancang produk-produk yang lebih


berkelanjutan, seperti produk organik, barang dengan kemasan minimalis, atau
produk yang memiliki masa pakai yang lebih panjang.

You might also like