Professional Documents
Culture Documents
Metodologi Pekerjaan Perencanaan Jalan
Metodologi Pekerjaan Perencanaan Jalan
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara,
Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefenisikan suatu konstruksi
bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan
di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk
itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban – beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti tekanan
Setiap pondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang
telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin terjadi. Jenis
pondasi yang sesuai dengan tanah pendukung yang terletak pada kedalaman 10 meter di
daya dukung tanah pondasi. Daya dukung tanah sangat berpengaruh pada bentuk dan
dimensi pondasi serta sistem perbaikan tanah agar diperoleh perencanaan yang optimal
dan efisien.
6
berfungsi untuk meneruskan badan konstruksi atas (upper structure) yang harus kuat dan
aman untuk mendukung beban dari konstruksi atas (upper structure) serta berat sendiri
pondasi.
Untuk dapat memenuhi hal terssebut diatas, dilaksanakan penelitian tanah (soil
tanah berupa perlawanan ujung/konus (cone resistance) dan hambatan lekat (skin
friction) yang di peroleh dari hasil pengujian sondir, jenis dan sifat tanah dari pengujian
pengeboran tanah pondasi serta dari hasil pengujian Laboratorium yang digunakan
Pengujian CPT atau sondir adalah pengujian dengan menggunakan alat sondir
type Dutch Cone Penetration yang mempunyai konus seluas 10 cm2, sudut lancip
kerucut 60o untuk mengukur perlawanan ujung, dan dilengkapi mantel (sleave) yang
berdiameter sama dengan konus dan luas selimut 100 cm2, untuk mengukur lekatan
(friction) dari lapisan tanah. Alat ini digunakan dengan cara ditekan ke dalam tanah terus
Dilihat dari kapasitasnya, alat sondir dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sondir
ringan (2 ton) dan sondir berat (10 ton). Sondir ringan digunakan untuk mengukur tekanan konus
sampai 150 kg/cm², atau kedalam maksimal 30 m, dipakai untuk penyelidikan tanah yang terdiri
dari lapisan lempung, lanau dan pasir halus. Sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500
7
Keuntungan utama dari penggunaan alat ini adalah tidak perlu diadakan
pemboran tanah untuk penyelidikan. Tetapi tidak seperti pada pengujian SPT, dengan
alat sondir sampel tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan langsung ataupun
untuk uji laboratorium. Tujuan dari pengujian sondir ini adalah untuk mengetahui
perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikator dari
kekuatan tanahnya dan juga dapat menentukan dalamnya berbagai lapisan tanah yang
berbeda.
Dari alat penetrometer yang lazim dipakai, sebagian besar mempunyai selubung
geser (bikonus) yang dapat bergerak mengikuti kerucut penetrasi tersebut. Jadi
pembacaan harga perlawanan ujung konus dan harga hambatan geser dari tanah dapat
dibaca secara terpisah. Ada 2 tipe ujung konus pada sondir mekanis yaitu pada (Gambar
2.1) :
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
digunakan pada tanah yang berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya
kecil;
2. Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya
Hasil penyelidikan dengan alat sondir ini pada umumnya digambarkan dalam
bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan tanah dengan
besarnya nilai sondir yaitu perlawanan penetrasi konus atau perlawanan tanah terhadap
perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya per
satuan panjang. Dari hasil sondir diperoleh nilai jumlah perlawanan (JP) dan nilai
perlawanan konus (PK), sehingga hambatan lekat (HL) dapat dihitung sebagai berikut :
A
HL = ( JP − PK ) x ..................................................................................... (2.1)
B
JHL = ∑i =0 JHL
n
................ ................................................................... (2.2)
dimana :
terhadap kedalaman. Hasil akhir dari pengujian sondir ini dibuat dengan
menggambarkan variasi tahanan ujung (qc) dengan gesekan selimut (fs) terhadap
kedalamannya. Bila hasil sondir diperlukan untuk mendapatkan daya dukung tiang,
maka diperlukan harga kumulatif gesekan (jumlah hambatan lekat), yaitu dengan
yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat digunakan untuk menghitung
10
hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi tanah, maka cara pelaporan
hasil sondir yang diperlukan adalah menggambarkan tahanan ujung (qc), gesekan selimut (fs) dan
Standard Penetration Test (SPT) sering digunakan untuk mendapatkan daya dukung
tanah secara langsung di lokasi. Metode SPT merupakan percobaan dinamis yang dilakukan
dalam suatu lubang bor dengan memasukkan tabung sampel yang berdiameter dalam 35 mm
sedalam 305 mm dengan menggunakan massa pendorong (palu) seberat 63, 5 kg yang jatuh
bebas dari ketinggian 760 mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk memasukkan tabung
Tujuan dari percobaan SPT ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah
dari pengambilan contoh tanah dengan tabung sehingga diketahui jenis tanah dan ketebalan tiap-
tiap lapisan kedalaman tanah dan untuk memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan
penetrasi tanah serta menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasa sulit dia
mbil sampelnya. Percobaan SPT ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor, split
hasil pengeboran dari tabung segera dipasangkan pada bagian dasar lubang bor;
11
5. Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan palu
Contoh : N1 = 10 pukulan/15 cm
N2 = 5 pukulan/15 cm
N3 = 8 pukulan/15 cm
pertama merupakan sisa kotoran pengeboran yang tertinggal pada dasar lubang
6. Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke permukaan dan
dibuka. Gambarkan contoh jenis - jenis tanah yang meliputi komposisi, struktur,
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya ort hogonal
ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan
yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat dibawah konstruksi,
sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan
gaya angkat keatas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat yang tinggi yang dipengaruhi
oleh gaya-gaya penggulingan akibat angin. Tiang-tiang juga digunakan untuk mendukung
Pondasi tiang jika di kelompokkan akan lebih mendukung bangunan untuk menahan
gaya angkat keatas pada bangunan-bangunan tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya
Torsi merupakan efek momen termasuk putaran/puntiran yang terjadi pada penampang tegak
lurus terhadap sumbu utama dari elemen. Dan gaya torsi yang terjadi harus lebih kecil dari daya
M T .xi M T . yi
Dimana : Kx = Ky =
Σx 2 + Σy 2 Σx 2 + Σy 2
R = Kx + K y < H ijin
2 2
13
diklasifikasikan atas :
tanah sampai kedalaman yang cukup untuk menimbulkan tahanan gesek pada
memukul kepala tiang dengan palu atau getaran atau dengan penekan secara
hidrolis.
Sebuah tiang bor dikonstruksikan dengan cara menggali sebuah lubang bor yang
kemudian diisi dengan material beton dengan memberikan penulangan terlebih dahulu.
Pada perencanaan pondasi, pemilihan jenis pondasi tiang pancang untuk berbagai
jenis keadaan tergantung pada banyak variabel. Faktor - faktor yang perlu
dipertimbangkan di dalam pemilihan tiang pancang antara lain type dari tanah dasar
yang meliputi jenis tanah dasar dan ciri - ciri topografinya, alasan teknis pada waktu
pelaksanaan pemancangan dan jenis bangunan yang akan dibangun. Pondasi tiang dapat
14
strukturnya
Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah
dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan
ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar
didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana
tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing
dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang
sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu tersebut
dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan
lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti.
akan menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, akan tetapi tetap tidak
akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu biasanya
tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap
tiang. Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah
dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah
15
Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton seperti biasanya. Tiang pancang ini dapat
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang beton bertulang yang dicetak
dan dicor dalam acuan beton (bekisting) yang setelah cukup keras kemudian diangkat dan
dipancangkan. Karena tegangan tarik beton kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,
sedangkan berat sendiri beton besar, maka tiang pancang ini harus diberikan penulangan yang
cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50 ton untuk setiap tiang,
hal ini tergantung pada jenis beton dan dimensinya. Precast Reinforced Concrete Pile
penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat pada (Gambar
2.3).
16
Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang beton yang
dalam pelaksanaan pencetakannya sama seperti pembuatan beton prestess, yaitu dengan menarik
besi tulangannya ketika dicor dan dilepaskan setelah beton mengeras seperti dalam (Gambar
2.4). Untuk tiang pancang jenis ini biasanya dibuat oleh pabrik yang khusus membuat tiang
pancang, untuk ukuran dan panjangnya dapat dipesan langsung sesuai dengan yang diperlukan.
Gambar 2.4 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile (Bowles, 1991)
17
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan cara membuat
lubang ditanah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengeboran. Pada Cast in Place ini dapat
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
2. Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja
maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan dan
18
Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap tekstur
tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
a. Pada tanah yang memiliki tekstur tanah yang kasar/kesap, maka karat yang
terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati
b. Pada tanah liat ( clay ) yang mana kurang mengandung oksigen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena
terendam air;
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang
padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka lapisan pasir tersebut juga
akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition ( keadaan udara
pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari
air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan ter (
coaltar ) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20” ( ± 60 cm ) dari muka air
tanah terendah.
Karat/korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang
yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja
biasa.
19
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang
pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang
dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar,
yaitu :
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam
acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
20
1. Cara penumbukan
2. Cara penggetaran
3. Cara penanaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah dari
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang
keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan
kedalam tanah.
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara
lain :
penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara
konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang
22
menggunakan mekanisme hydraulic jacking foundation system, dimana sistem ini telah
mendapatkan hak paten dari United States, United Kingdom, China dan New Zealand.
Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan pararel dengan tiang
yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang tersebut ditempatkan sebuah
mekanisme berupa plat penekan yang berada pada puncak tiang dan juga ditempatkan
sebuah mekanisme pemegang (grip) tiang, kemudian tiang ditekan ke dalam tanah.
Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara kontiniu ke dalam tanah, tanpa suara, tanpa
Penempatan sistem penekan hydraulic yang senyawa dan menjepit pada dua sisi tiang
menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup presisi dan akurat. Ukuran
diameter piston mesin hydraulic jack tergantung dengan besar kapasitas daya dukung mesin
tersebut. Sebagai pembebanan, ditempatkan balok – balok beton atau plat – plat besi pada dua
sisi bantalan alat yang pembebanannya disesuaikan dengan muatan yang dibutuhkan tiang.
Keunggulan teknologi hidrolik sistem ini yang ditinjau dari beberapa segi, antara lain
adalah :
1. Bebas getaran
23
atau instansi yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang bekerja, maka
teknologi hydraulic jacking system ini akan menyelesaikan masalah wajib bebas
2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan
menggunakan bore piles). Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara
pukulan pancang (seperti pada drop hammer), maka untuk lokasi yang
Seperti kita ketahui bahwa kondisi tanah asli di bawah pondasi yang akan
jenis tanah maupun daya dukungnya. Dengan hydraulic jacking system, daya
dukung setiap tiang dapat diketahui dan dimonitor langsung dari manometeryang
berlangsung.
penahan impack pada kepala tiang pancang seperti pada tiang pancang
24
Dengan tinggi alat yang relatif rendah, hydraulic jacking system ini dapat
digunakan pada basement, ground floor atau lokasi kerja yang terbatas, Alat
sehingga memudahkan untuk dapat dibawa masuk atau keluar lokasi kerja.
1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang yang
pemancangan;
2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah berlumpur
3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 320 ton dan saat
permukaan tanah yang tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan dapat
mengakibatkan posisi alat pancang menjadi miring bahkan tumbang. Kondisi ini
25
ditentukan maka gunakan titik bantu (reference point) selama proses penekanan
tiang kedalam tanah. Lakukan pengukuran as tiang terhadap titik bantu pada
5. Proses awal dari pemasangan tiang dengan sistem tekan, posisikan alat HSPD
unit pada koordinat yang ditentukan, cek keadaan HSPD unit dalam keadaan
rata, dengan bantuan “alat nivo” yang terdapat dalam ruangan operator dibantu
6. Selanjutnya setelah kondisi HSPD unit tepat pada posisinya, tiang (yang telah
diberi marking skala panjang tiap tiang 500 mm) dimasukkan kedalam alat
26
tiang dengan menggunakan 2 cylinder jack, sampai mencapai daya dukung yang
record) tekanan yang timbul dengan kedalaman tiang tertanam. Selama proses
8. Apabila dalam proses pemancangan tiang ternyata tiang tersebut tidak dapat
ditekan lagi, sehingga mengakibatkan tiang terdapat sisa tiatas permukaan tanah,
maka tiang tersebut harus dipotong rata tanah untuk memberikan jalan kerja bagi
ulang posisi tiang, sehingga apabila terjadi pergeseran as tiang terpasang dari
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau Cone Penetration Test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes
27
dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir
ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan
karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah
sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dan
tiang pancang sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung
ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
Dimana :
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode Aoki dan
De Alencar.
ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai
berikut :
28
Dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung
αs
F = qc ( side) .................................................................................... (2.5)
Fs
Dimana :
tiang.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel II.1 dan nilai-nilai faktor empirik αs diberikan
29
Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian
Dimana :
30
q c xAp JHLxK11
Qijin = + ........................................................................(2.7)
3 5
dimana :
Harga N yang diperoleh dari SPT tersebut diperlukan untuk memperhitungkan daya
dukung tanah. Daya dukung tanah tergantung pada kuat geser tanah. Hipotesis pertama
mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh Coulomb yang dinyatakan dengan:
τ = c + σ tan φ .........…………………………………………..…..…(2.8)
dimana :
31
Untuk mendapatkan sudut geser tanah dari tanah tidak kohesif (pasiran) biasanya
1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir bersegi
φ = 12 N + 15 ............................................................................................. (2.9)
φ = 12 N + 15 ............................................................................................. (2.10)
2. Butiran pasir bersegi dengan gradasi seragam, maka sudut gesernya adalah :
Angka penetrasi sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan untuk
memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan antara angka penetrasi standart dengan sudut
32
II.4 berikut :
Tabel II.4 Hubungan antara angka penetrasi standard dengan sudut geser dalam dan kepadatan
relatif pada tanah pasir (Das, 1985)
Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak mempunyai
arti karena hanya mempunyai partikel kasar (tabel II.5). Harga berat isi yang dimaksud sangat
Table II.5 Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah (Sosrodarsono, 1983)
Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah, hal ini berarti
bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir. Tanah dibawah air
mempunyai berat isi efektif yang kira-kira setengah berat isi tanah diatas muka air.
33
2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 – 4 kg/cm² atau harga SPT, N >
15
Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi bukan
merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir lebih dapat
dipercaya dari pada percobaan SPT. Perlu menjadi catatan bagi kita bahwa jumlah
pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai N1 tidak dihitung karena permukaan tanah
Li
Qp = Qp = 40 x N-SPT x x Ap ……………………..……...........….…(2.12)
D
Qs = 2 x N-SPT x p x Li .............………………………………….…..(2.13)
Dimana :
Qp = 9 x cu x Ap .......…………………………………...……….….…(2.14)
Dimana :
Qs = α x cu x p x Li …………………...……………………….…(2.16)
Dimana :
manometer yang tersedia pada alat pancang hydraulic jack. Kapasitas daya dukung tiang
Q=PxA ..............……………………………………………………(2.17)
Keterangan :
= π . 9² cm = 254,57 cm²
= 1269,7 cm²
Tujuan pengujian dinamis ini adalah untuk mengetahui besarnya daya dukung ultimate
tiang pancang tunggal yang dilakukan dilapangan dengan berbagai dimensi dan karakteristik
tiang yang telah ditentukan melalui perencanaan sebelumnya, baik untuk pemilihan tiang
maupun lokasinya.
Beban dinamik akibat tumbukan dari drop hammer pada kepala tiang, akan
menimbulkan regangan pada tiang dan pergerakan relatif (relative displacement) yang terjadi
antara tiang dan tanah sekitarnya menimbulkan gelombang akibat perlawanan atau reaksi tanah.
Semakin besar kekuatan tanah, semakin kuat gelombang perlawanan yang timbul. Gelombang
aksi maupun reaksi akibat perlawanan tanah akan direkam, dari hasil rekaman, karakteristik
gelombang – gelombang ini dianalisa untuk menentukan daya dukung statik tiang diuji,
Saat ini pengujian PDA banyak dilakukan untuk pondasi tiang pancang precast piles,
steel piles, spun piles, menggunakan palu dari alat pancangnya sendiri, sehingga sangat praktis
36
besar sangat menguntungkan, karena proses pengujian sangat singkat (dari persiapan sampai
Untuk menghasilkan beban dinamik pada tiang, digunakan palu yang berfungsi sebagai
alat tumbuk. Berat minimum dari palu yang akan digunakan ditentukan sebesar 1 % dari
perkiraan daya dukung ijin tiang. Sebagai contoh : untuk daya dukung ijin tiang direncanakan
500 ton, dan diambil daya dukung batasnya 200% dari daya dukung ijinnya, sebesar 1000 ton,
maka berat minimum palu adalah 10 ton. Tinggi jatuh palu diambil antara 1 m sampai 2 m,
dipilih ketinggian minimum berupa yang sudah menghasilkan output daya dukung batas tiang.
Pengujian dilakukan 2 sampai 5 kali tumbukan, sedangkan besarnya daya dukung tiang
Terbatasnya berat palu yang dipakai untuk pengujian tiang dengan PDA, menyebabkan
pengujian tersebut banyak diragukan berbagai pihak. Tetapi dengan digunakannya palu berbobot
sangat besar yaitu 11,50 ton (tersedia juga bobot 25 ton) untuk berbagai proyek menyebabkan
dimensi (one dimentional wave) yang merambat pada media yang diuji. Gelombang ini
didapat dengan tumbukan (impact) pada tiang uji, sehingga menghasilkan gelombang
komputer dan sistem elektronik. Apabila instrumen tidak terpasang dengan baik atau
37
1. Instrumen PDA
tumbukan yang diberikan pada tiang, strain transducer dan accelometer ( dipasang
masing – masing 2 buah di kedua sisi tiang untuk mencegah tidak bekerjanya instrument
pada saat penumbukan ), berfungsi merubah regangan dan percepatan menjadi sinyal
elektronik, melalui kabel penghubung akan direkam oleh alat PDA. Dipasang atau
diletakkan pada permukaan bagian atas tiang dengan jarak lebih besar dari 1,5 W – 2 W
dari ujung atas kepala tiang, Dimana W = lebar penampang tiang, untuk mendapatkan
Hasil pengukuran direkam dengan alat computer PDA type PAK dari GRL USA
38
Sebelum pengujian dilaksanakan, telah dilakukan persiapan untuk PDA dengan mencatat
hal – hal yang perlu diperhatikan, yaitu : Pengeboran lubang pada tiang pancang untuk
Tiang pancang uji diberi beberapa kali tumbukan, penumbukan dihentikan jika
telah diperoleh mutu rekaman cukup baik pada komputer dan energi tumbukan (EMX)
relatif cukup tinggi. Kualitas rekaman cukup baik tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
dan accelerometer. Nilai EMX tergantung nilai efisiensi hammer yang dipakai. Hasil uji
dinamis PDA dianalisis lebih lanjut dengan program CAPWAP, didapat perbandingan kekuatan
daya dukung tiang pancang dilapangan termasuk distribusi kekuatan friksi tanah di setiap
Dari beberapa tumbukan pada tiang yang diuji, efisiensi transfer energi hammer
39
Tegangan tekan maksimum (CSX) dan tegangan tarik maksimum (TSX) yang terjadi
pada tiang pancang yang diuji, diukur dekat kepala tiang pada saat pelaksanaan pengujian
dilaksanakan.
Dari hasil pengujian dinamis pada kondisi restrike, analisa daya dukung tiang
Hasil rekaman gelombang akibat tumbukan palu dianalisa lebih jauh dengan
menggunakan Analysis Case Pile Wave Equation Program (CAPWAP), satu paket dengan PDA.
Kombinasi rambatan gelombang pada tiang hasil rekaman PDA dan modelisasi tanah serta
parameternya (Dumping factor, Quake, Material tiang) dan secara iterasi menentukan parameter
tanah lainnya, sehingga grafik gelombang hasil iterasi (signal matching) memiliki korelasi yang
Analisa dengan CAPWAP akan menghasilkan kurva penurunan tiang S versus beban
dan distribusi gaya gesek dan tahanan ujung tiang. Kualitas pengujian PDA dapat dibandingkan
melalui daya dukung ultimatenya dan melalui kurva penurunan tiang versus beban dari uji beban
statik.
Setelah daya dukung ultimate diperoleh melalui analisis CAPWAP, perlu diingat bahwa
daya dukung ultimate tiang pancang tersebut adalah daya dukung ultimate tanah pendukung
40
disesuaikan dengan daya dukung ijin bahan tiang yang digunakan. Karena hasil pengujian ini
hanya untuk tiang pancang tunggal maka efisiensi kelompok tiang harus diperhitungkan sesuai
dengan jumlah, jarak dan susunan kelompok tiang pancang yang terpasang. Penurunan total dan
perbedaan penurunan (differential settlement) secara longterm perlu dihitung lebih mendalam
Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan tiang pancang yang berdiri sendiri
(Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang pancang dalam bentuk
Untuk mempersatukan tiang-tiang pancang tersebut dalam satu kelompok tiang biasanya
di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Dalam perhitungan poer dianggap/dibuat kaku
sempurna, sehingga :
1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan penurunan,
2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang.
41
(a) Untuk kaki tunggal, (b) Untuk dinding pondasi (Bowles, 1991)
42
Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina Marga diisyaratkan
S ≥ 2,5 D
S≥3D
dimana :
S = Jarak masing-masing.
D = Diameter tiang.
Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan
a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan karena
2. Bila S > 3 D
Apabila S > 3 D maka daya dukung tiang mempunyai nilai efisiensi kelompok Eg >1
sehingga daya dukung tiang akan maksimal. Tetapi tidak ekonomis, karena akan
jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka kita dapat menentukan luas
Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah luas
bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas kelompok tiang pancang.
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas bangunan, maka
biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas tiang-tiang pancang.
Beban yang bekerja pada kelompok tiang pancang dinamakan bekerja secara sentris
apabila titik rangkap resultan beban-beban yang bekerja berimpit dengan titik berat kelompok
tiang pancang tersebut. Dalam hal ini beban yang diterima oleh tiap-tiap tiang pancang adalah
44
V
N= ..............……………………………………………………(2.18)
n
dimana :
Gambar 2.10 Beban normal eksentris pada kelompok tiang pancang (Sardjono, 1991).
45
V M y .x i
Qi = ± ..............………………………………..…………(2.19)
n n y Σx 2
dimana :
xi = Absis atau jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang ke tiang nomor-i.
2.9.2.3. Kelompok tiang yang menerima beban normal sentris dan momen yang bekerja
Kelompok tiang yang bekerja dua arah (x dan y), dipengaruhi oleh beban vertikal dan
momen (x dan y) yang akan mempengaruhi terhadap kapasitas daya dukung tiang pancang.
Gambar 2.11 Beban sentris dan momen kelompok tiang arah x dan y (Sardjono, 1991)
46
V M y .x i M x . y i
Qi = ± ± ..............………………………………………(2.20)
n n y Σx 2 n x Σy 2
dimana :
xi,yi = Absis atau jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang ke tiang nomor-i.
Vertiakal dan horizontal seperti beban angin, takanan tanah lateral yang harus didukung
pondasi tiang tergantung pada rangka bangunan yang mengirim gaya lateral tersebut ke
kolom bagian bawah. Jika tiang dipasang vertikal dan direncanakan untuk mendukung
beban horizontal yang cukup besar, maka bagian atas dari tanah pendukung harus
mampu menahan gaya tersebut, sehingga tiang-tiang tidak mengalami gerakan lateral
yang berlebihan.
47
tanah, penanaman ujung tiang kedalam pelat penutup kepala tiang, sifat gaya-gaya dan
besar defleksi. Jika gaya lateral yang harus didukung tiang sangat besar, maka dapat
Untuk tiang dalam tanah granuler (c = 0), Broms (1964) menganggap sebagai
berikut :
2. Distribusi tekanan tanah pasif di sepanjang tiang bagian depan sama dengan 3 kali
3. Bentuk penampang tiang tidak berpengaruh terhadap tekanan tanah ultimit atau
Tahanan tanah ultimit (pu) sama dengan 3 kali tekanan pasif Rankine adalah
didasarkan pada bukti empiris yang diperoleh dari membandingkan hasil pengamatan
dan hitungan beban ultimit yang dilakukan oleh Broms.hasil ini menunjukkan bahwa
pengambilan factor pengali 3 dalam beberapa hal mungkin terlalu hati-hati, karna nilai
banding rata-rata antara hasil hitungan dan beban ultimit hasil pengujian tiang adalah
kira-kira 2/3. Dengan anggapan tersebut, distribusi tekanan tekanan tanah dapat
pu = 3 po K p ………………...............………………….………………... (2.21)
48
Gaya lateral ultimit untuk tiang ujung bebas, dengan mengambil momen terhadap
ujung bawah,
(12 )γdL3 K p
Hu = …………………...….........……...………………… (2.22)
e+ L
dan
Hu
f = 0,82 .…………………...…….........…………………….. (2.24)
dK p γ
persamaan (2.25) menghasilkan Mmak>My, maka tiang akan berkelakuan seperti tiang
panjang. Kemudian besarny Hu dapat dihitung dari persamaan – persamaan (2.24) dan
(2.25), yaitu dengan mengambil Mmak =My. persamaan – persamaan untuk menghitung
Hu dalam tinjauan tiang panjang yang diplot dalam grafik hubungan Hu/(Kpγd3) dan My
/(Kpγd3) ditunjukan dalam gambar 2.13b. Bila tanah pasir terendam air, maka berat
volume tanah (γ) yang dipakai adalah berat volume apung (γ’).
49
(b)
50
sama dengan My akan dipakai lagi. Model keruntuhan untuk tiang – tiang pendek,
sedang dan tiang panjang, secara pendekatan diperlihatkan dalam gambar 2.12 untuk
tiang ujung jepit yang kaku, keruntuhan tiang berupa translasi, beban lateral ultimit
dinyatakan oleh:
51
Persamaan (2.26) diplot dalam bentuk grafik ditunjukkan dalam gambar 2.13a.
gambar tersebut hanya berlaku jika momen negative yang bekerja pada kepala tiang
lebih kecil dari tahanan momen tiang (My). Momen (negatif) yang terjadi pada kepala
Jika Mmak>My, maka keruntuhan tiang dapat digarapkan akan berbentuk seperti
52
Mmak>My) :
momen maksimum yang mampu ditahan tiang (ultimate bending moment). Dari
edalaman f lebih kecil daripada My, jarak f dihitung dari persamaan (2.24). kasus yang
lain, jika tiang berkelakuan seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.14b (momen
2M y
Hu = …………..…………………………………...……………… (2.30)
e+2 f3
Dari persamaan (2.30), dapat diplot grafik yang ditunjukan dalam gambar 2.13b.
granuler (c = 0), nilai banding antara momen lentur hasil pengamatan pengujian
menunjukan angka – angka diantara 0,54 – 1,61, dengan nilai rata – rata 0,93.
53
(b)
H
………..…….………………………...………………………………… (2.31)
n
54
0,93H
yo = ……..………………………………………………... (2.32)
(n h ) (E p I p )
3 2
5 5
nh = koefisien variasi modulus Terzaghi (tanah granuler pasir lembab atau kering
= 2425 kN/m3)
Untuk tiang dalam tanah granuler (pasir, kerikil), defleksi tiang akibat beban
α= h ….......………………………………………….…………..… (2.33)
E I
p p
55
Jika kelompok tiang pancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak padat atau
timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka kelompok tiang
tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan geser umum asalkan
diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya keruntuhan tiang tunggalnya. Akan
tetapi, penurunan kelompok tiang masih tetap harus di pancang secara keseluruhan ke
Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak,
faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan. Terutama untuk jarak
tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah diantara
tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak kebawah oleh akibat beban yang
bekerja. Tetapi, jika jarak tiang-tiang terlalu dekat saat tiang turun oleh akibat beban
tanah diantara tiang-tiang juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang
dapat dianggap sebagai satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok
tiang. Saat tanah yang mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan,
maka model keruntuhannya disebut keruntuhan blok . Jadi, pada keruntuhan blok tanah
Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang pancang
56
Gambar 2.16 Daerah friksi pada kelompok tiang dari tampak samping
57
1. Jumlah tiang, panjang, diameter, pengaturan, dan terutama jarak antara as tiang.
Qg = Eg . n . Qa ……………….......................…………………….……….. (2.34)
Dimana :
yang diusulkan didasarkan pada susunan tiang dengan mengabaikan panjang tiang,
variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat tanah dengan kedalaman dan pengaruh
muka air tanah. Berikut adalah metode-metode untuk perhitungan efisiensi tiang tersebut
adalah:
Eg = 1 − θ
(n'−1).m + (m'−1).n' ……………...……..…………………………… (2.35)
90.m.n'
Dimana :
Eg = 1 –
D
s.m.n'
[ ]
m(n'−1) + n' (m − 1) + 2 (m − 1)(n − 1) ……….....……....….. (2.36)
Dimana:
d = Diameter tiang
Untuk memperoleh kapasitas ujin tiang, maka diperlukan suatu angka pembagi kapasitas
ultimit yang disebut dengan faktor aman (keamanan) tertentu. Faktor keamanan ini perlu
digunakan;
tanah;
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja;
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
Sehubungan dengan alasan butir (4) dari hasil banyak pengujian - pengujian
beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang
(600 mm), penurunan akibat beban kerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10
mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
60
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu) dibagi
dengan faktor aman (F) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak
digunakan untuk perancangan pondasi tiang, tergantung pada jenis tiang dan tanah
Qu
Qa = …..………………………….…….......………….………….…….(2.37)
2,5
keamanan yang tidak sama untuk tahanan gesek dinding dan tahanan ujung. Kapasitas
Qb Q s
Qa = + ………………………………........……………….….……..(2.38)
3 1,5
Penggunaan faktor keamanan 1,5 untuk tahanan gesek dinding (Qs) yang
harganya lebih kecil dari faktor keamanan tahanan ujung yang besarnya 3, karena nilai
puncak tahanan gesek dinding dicapai bila tiang mengalami penurunan 2 sampai 7 mm,
sedang tahanan ujung (Qb) membutuhkan penurunan yang lebih besar agar tahanan
ujungnya bekerja secara penuh. Jadi maksud penggunaan faktor keamanan tersebut
61