You are on page 1of 26

MAKALAH

FALSAFAH PEREKONOMIAN ISLAM DAN SUMBER


HUKUMNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ekonomi Zakat dan Wakaf

Dosen Pengampu : Mc. Mifrohul Hana, M.E.Sy

Disusun Oleh :

B5ESR

1. Ahmad Jamaludin Khoir (2020210064)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa Shalawat dan
Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW
semoga kelak kita akan mendapatkan syafaatnya, Aamiin.
Adapun tujuan dari penulisan laporan hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Mc. Mifrohul Hana, M.E.Sy sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Zakat dan
Wakaf. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untukmenambah wawasan bagi para pembaca
dan penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mc. Mifrohul Hana, M.E.Sy sebagai
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Zakat dan Wakaf yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baikdalam penulisan maupun
isinya. Kami menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Namun kami telah berusaha sebaik mungkin dan kami mengharapkan para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat menjadi lebih
sempurna.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan
kemanfaatan dan meningkatkan pengetahuan para pembaca dan penulis.
Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.

Kudus, 5 Oktober 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I ........................................................................................................................................ iii

PENDAHULUAN .................................................................................................................... iii

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. iii

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ iii

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... iii

BAB II ........................................................................................................................................ 1

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 1

A. Konsep Dasar Perekonomian Islam .............................................................................. 1

B. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ..................................................................................... 4

C. Falsafah dalam Ekonomi Islam ..................................................................................... 9

D. Sumber Hukum Ekonomi Islam .................................................................................. 14

E. Peran ZISWAF dalam Perekonomian Islam .............................................................. 16

BAB III .................................................................................................................................... 18

PENUTUP ............................................................................................................................... 18

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 18

B. Saran .............................................................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedatangan Islam sebagai agama terakhir merupakan pelengkap dari semua


agama sebeumnya. Dalam seuruh ajarannya Islam tidak hanya terbatas pada masalah-
masalah peribadatan, muai dari syahadat, shalat, puasa ramadhan, hingga manasik haji,
namun Islam datang dengan ajaran yang lengkap meliputi semua tuntunan ibadah,
muamalah, sosial, politik, ekonomi, hukum hingga permasalahan akhlak.
Ekonomi Islam dibangun untuk tujuan suci dituntun oeh ajaran Islam dan
dicapai dengan cara-cara yang dituntunkan pula oleh ajaran Islam.Oleh karena itu, ke
semua hal tersebut saling terkait dan terstruktur secara hierarkis, dalam arti bahwa spirit
ekonomi Islam tercermin dari tujuannya, dan ditopang oeh pilarnya. Tujuan ekonomi
Islam untuk mencapai falah (Islamic values), dan pilar operasional, yang tercermin dari
prinsip-prinsip ekonomi (Islamic principles). Dari sinilah akan tampak suatu bangunan
ekonomi Islam daam suatu paradigma, baik paradigma dalam berfikir dan berperilaku
maupun bentuk perekonomiannya. Pilar ekonomi Islam adalah moral. Hanya dengan
moral Islam inilah bangunan ekonomi Islam dapat tegak. Moralitas Islam berdiri di atas
suatu postulat ibadah. Esensi dan moral Islam adalah tauhid. Implikasi dari tauhid,
bahwa ekonomi Islam memiiki sifat transcendental (bukan sekuler), di mana peranan
Allah dalam seluruh aspek ekonomi menjadi mutlak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar dari perekonomian dalam Islam ?

2. Apa saja prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam ?

3. Bagaimana falsafah dalam ekonomi Islam ?

4. Apa saja sumber hukum ekonomi Islam ?

5. Bagaimana peran ZISWAF dalam perekonomian Islam ?


1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang konsep dasar dari perekonomian dalam Islam.

iii
2. Untuk mengetahui tentang prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam.

3. Untuk mengetahui tentang fasafah dalam ekonomi Islam.

4. Untuk mengetahui tentang sumber hukum ekonomi Islam.

5. Untuk mengetahui tentang Bagaimana peran ZISWAF dalam perekonomian Islam.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Perekonomian Islam

1. Pengertian ekonomi islam

Menurut para ahli, perkataan "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu
"oicos" dan "nomos" yang berarti rumah dan aturan.Jadi, ekonomi adalah aturan-
aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumahtangga,
baik dalam rumah tangga rakyat (volkshuishouding) maupun dalam rumah tangga
Negara (staatshuishouding).1
Dalam bahasa Arab istilah ekonomi diungkapkan dengan kata alIqtisad, yang
secara bahasa berarti kesederhanaan dan kehematan. Berdasarkan makna ini, kata
al-Iqtisad berkembang dan meluas sehingga mengandung makna ilmal-Iqtisad,
yakni ilmu yang berkaitan dengan kesederhanaan atau membahas ekonomi.
Menurut MonzerKahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa
ekonomi syariah adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner
dalam arti kajian ekonomi syariah tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu
penguasaan yang baik dan mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu
pendukungnya juga terhadap ilmu-ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis
seperti matematika, statistik, logika dan ushulfiqih.
Ekonomi islam dapat didefinisikan sebagai perilaku individu muslim dalam
menjalankan setiap aktivitas ekonomi Syariahnya, yang harus sesuai dengan
tuntunan syariat Islam, dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah,
yaitu agama, jiwa, akal, nasab, dan harta.
Secara khusus, ekonomi Islam diartikan sebagai cabang pengetahuan yang
membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumber daya alam yang langka, tanpa mengekang kebebasan individu untuk
menciptakan keseimbangan makro ekonomi dan ekologi

1
Abdullah Zaky Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, 18.

1
yang berkesinambungan. Ilmu ekonomi Islam dapat dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan sosial, yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang diilhami
oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi Islam merupakan bagian dari tata kehidupan yang
berdasarkan pada sumber hukum Islam, yaitu Al-
Qur’an, As-Sunnah, ijma’, dan qiyas.2

Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi ekonomi Islam adalah segala gejala
di masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup atau untuk mencapai kemakmuran berdasarkan
paradigma Islam, yakni suatu ajaran hidup yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah.3
Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqashidasy-syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia
dan akhirat melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat. Para ulama
menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima
jaminan dasar, yaitu: keselamatan keyakinan agama (al-din), kesalamatan jiwa (al-
nafs), keselamatan akal (al-aql), keselamatan keluarga dan keturunan (al-nasl) dan
keselamatan harta benda (al-mal).4Tujuan falah yang ingin dicapai oleh Ekonomi
Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu dunia atau
pun akhirat.5Tujuan dari ekonomi Islam adalah maslahah (kemaslahatan bagi umat
manusia). Yaitu dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-hal
yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan
mengusahakan aktivitas yang secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan
itu sendiri. Aktivitas lainnya demi menggapai kemaslahatan adalah dengan
menghindarkan diri dari segala hal yang membawa mafsadah (kerusakan) bagi
manusia.6
Secara terperinci, tujuan ekonomi Islam dapat dijelaskan sebagai berikut :

2
Catharina Vista Okta Frida, Ekonomi Syariah : Pengantar Ekonomi Islam, (Yogyakarta :
Garudhawaca, 2020), 5.
3
Ahmad Mundir, Perbandingan Sistem Ekonomi, (Surabaya : Kopertais IV Press, 2015), 137139.
4
Afzalurrahman, Doktrin ekonomi Islam Jilid I, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), 84.
5
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam,(Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012), 54.
6
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqhashid Al-
Syariah, (Jakarta : Kencana, 2014), 12-13.

2
a. Kesejahteraan ekonomi adalah tujuan ekonomi yang terpenting. kesejahteraan
ini mencakup kesejahteraan individu, masyarakat dan negara.
b. Tercukupinya kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian,
tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta sistem negara yang
menjamin terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil dibidang
ekonomi.
c. Penggunaan sumber daya secara optima, efisien, efektif, hemat dan tidak
mubazir.
d. Distribusi harta, kekayaan, pendapatan dan hasil pembangunan secara adil dan
merata.
e. Sumber hukum atau landasan hukum ekonomi syariah.7

2. Karakteristik Ekonomi Islam


Terdapat 4 (empat) karakteristik ekonomi islam, yaitu adil, tumbuh sepadan,
bermoral, dan beradab. a. Adil
Adil dimaknai sebagai suatu keadaan bahwa terdapat keseimbangan atau
proporsional di antara semua penyusun sistem perekonomian, perlakuan
terhadap individu secara setara (nondiskriminatif) baik dalam kompensasi, hak
hidup layak dan hak menikmati pembangunan, serta pengalokasian hak,
penghargaan, dan keringanan berdasarkan kontribusi yang diberikan.
b. Tumbuh Sepadan

Ekonomi tumbuh sepadan mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang


setara dengan fundamental ekonomi negara, yaitu pertumbuhan yang seimbang
antara sektor keuangan dan sektor riil, sesuai dengan kemampuan produksi dan
daya beli masyarakat. Pertumbuhan ekonomi tidak harus tinggi atau cepat,
namun stabil dan berkesinambungan. Eksploitasi sumber daya secara
berlebihan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi dalam jangka
pendek, namun tidak berkesinambungan. Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi harus

7
Warkum Sumito, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait (Jakarta : Persada, 2004), 17.

3
memperhatikan keseimbangan alam dan lingkungan serta keberlanjutan
pembangunan antargenerasi.
c. Bermoral

Bermoral atau berakhlak mulia ditunjukkan dengan adanya kesadaran


dan pemahaman setiap anggota masyarakat terhadap kepentingan bersama dan
kepentingan jangka panjang yang lebih penting daripada kepentingan individu.
Moral Ekonomi Islam didasarkan pada kesadaran yang bersumber dari ajaran
agama Islam, bahwa kerelaan untuk mengikuti petunjuk Allah SWT, kerelaan
mengorbankan kepentingan diri, mengedepankan kepentingan pihak lain pada
hakikatnya justru akan membawa diri sendiri kepada kesuksesan yang hakiki
yaitu kesuksesan dunia dan akhirat.
d. Beradab

Perekonomian Islam merupakan perekonomian yang beradab, yaitu


perekonomian yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa seperti tradisi
dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang selama tidak bertentangan
dengan moralitas Islam.

B. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam


didasarkan atas lima nilai universal yakni tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan),
nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma’ad(hasil). Kelima nilai ini
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teari ekonomi
Islam.8

1. Prinsip Tauhid

Tauhid merupakan pondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia menyaksikan


bahwa “Tiada sesuatupun yang layak disembah selain Allah dan “tidak ada pemilik
langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah” karena Allah adalah pencipta alam
semesta dan isinya dan sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan
seluruh sumber daya yang ada. Karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia

8
Adiwarman Karim, Ekonomi Mike Islami, (Jakarta: III T. 2002), 17.

4
hanya diberi amanah untuk memiliki untuk sementara waktu, sebagai ujian bagi
mereka.

Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi
memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-
Nya. Karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan
sumber daya serta manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan
dengan Allah, Karena kepada-Nya manusia ukan mempertanggungjawabkan segala
perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.9
2. ‘Adl

Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dia
tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara dzalim. Manusia
sebagai khalifah di muka bumi harus memelihara hukum Allah di bumi dan
menjamin bahwa pemakaian segala sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan
manusia, supaya semua mendapat manfaat daripadanya secara adil dan baik. Dalam
banyak ayat. Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Islam
mendefinisikan adil sebagai tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Implikasi ekonomi
dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar
keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa
keadilan, manusia akan terkotak-kotak dalam berbagai golongan. Golongan yang
satu akan menzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi eksploitasi manusia atas
manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar daripada
usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.
Keadilan dalam hukum Islam berarti pula keseimbangan antara kewajiban yang
harus dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan kemampuan manusia untuk
menunaikan kewajiban itu. Di bidang usaha untuk meningkatkan ekonomi, keadilan
merupakan “nafas” dalam menciptakan pemerataan dan kesejahteraan, karena itu
harta jangan hanya saja beredar pada orang kaya, tetapi juga pada mereka yang
membutuhkan.10
3. Nubuwwah

9
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam,(Jakarta: Raja Wali Pers, 2007), 14-15.

10
Ibid, 16.

5
Karena sifat rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja
di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu diutuslah para Nabi dan Rasul untuk
menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusiatentang bagaimana hidup yang
baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) keasal-
muasal segala sesuatu yaitu Allah. Fungsi Rasul adalah untuk menjadi model
terbaik yang harus diteladani manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan
akhirat. Untuk umat Muslim, Allah telah mengirimkan manusia model yang terakhir
dan sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman. Nabi Muhammad Saw, Sifat-
sifat utama sang model yang harus diteladani oleh manusia pada umumnya dan
pelaku ekonomi serta bisnis pada khususnya adalah Sidiq (benar, jujur), amanah
(tanggung jawab, dapat dipercaya. Kredibilitas), fathonah (kecerdikan,
kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh
(komunikasi keterbukaan dan pemasaran),

4. Khilafah

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan menjadi khalifah


dibumi artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Karena itu pada
dasarnya setiap manusia adalah pemimpin. Ini berlaku bagi semua manusia, baik
dia sebagai individu, kepala keluarga, pemimpin masyarakat atau kepala Negara.
Nilai ini mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam (siapa
memimpin siapa). Fungsi utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi
antar kelompok termasuk dalam bidang ekonomi agar kekacauan dan keributan
dapat dihilangkan, atau dikurangi.11
Dalam Islam pemerintah memainkan peranan yang kecil tetapi sangat penting
dalam perekonomian. Peran utamanya adalah untuk menjamin perekonomian agar
berjalan sesuai dengan syari’ah, dan untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran
terhadap hak-hak manusia. Semua ini dalam kerangka mencapai tujuan-tujuan
syari’ah untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan
melindungi keimanan, jiwa, akal.
Kehormatan, dan kekayaan manusia.

11
Ibid, 20-21.

6
5. Ma’ad

Walaupun seringkali diterjemahkan sebagai kebangkitan tetapi secara harfiah


ma’adberarti kembli. Dan kita semua akan kembali kepada Allah. Hidup manusia
bukan hanya di dunia, tetapi terus berlanjut hingga alam akhirat. Pandangan yang
khas dari seorang Muslim tentang dunia dan akhirat dapat dirumuskan sebagai:
Dunia adalah ladang akhirat”. Artinya dunia adalah wahana bagi manusia untuk
bekerja dan beraktivitas (beramal shaleh). Namun demikian akhirat lebih baik
daripada dunia. Karena itu Allah melarang manusia hanya untuk terikat pada dunia,
sebaba jika dibandingkan dengan kesenangan akhira, kesenangan dunia tidaklah
seberapa.

Prinsip ekonomi Islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang membangun struktur


atau kerangka ekonomi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Prinsip ini
berfungsi sebagai pedoman dasar bagi setiap individu daamberperiaku ekonomi, namun
agar manusia dapat menuju falah, perilaku manusia perlu diwarnai dengan spirit dan
norma ekonomi Islam yang tercermin dalam Islam. Adapun prinsip dasar ekonomi
Islam, yaitu sebagai berikut :
1. Pengendalian harta individu

Harta individu harus dikendalikan agar terus mengalir secara produktif. Harta
individu tidak boleh ditumpuk, namun keluar mengalir secara produktif ke dalam
aktivitas perekonomian. Aliran harta yang dikeluarkan tersebut dapat berupa
investasi produktif pada sektor rill dalam bentuk zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Dengan mengalirnya harta secara produktif, kegiatan perekonomian akan terus
bergulir secara terus menerus.
2. Distribusi pendapatan yang inklusif

Pendapatan dan kesempatan didistribusikan untuk menjamin inklusivitas


perekonomian bagi seluruh masyarakat. Berdasarkan prinsip ini distribusi
pendapatan dari masyarakat dengan harta melebihi nisab disalurkan melalui zakat
kepada 8 (delapan) golongan yang berhak menerima (mustahik) yaitu :
a. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki sesuatu sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.

7
b. Miskin, mereka yang memiliki harta, namun tidak cukup memenuhi kebutuhan
dasar untuk hidup.
c. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.

d. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
e. Hamba sahaya, budak yang ingin memerdekakan dirinya.

f. Ghorimin, mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam


mempertahankan jiwa dan kehormatannya (izzah).
g. Fiisabilillah, mereka yang berjuang dijalan Allah SWT dalam bentuk kegiatan
dakwah, jihad, dan sebagainya.
h. Ibnus sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada
Allah SWT.
3. Optimalisasi bisnis dan berbagi risiko

Ekonomi syariah menjunjung tinggi keadilan dan menekankan berbagi hasil dan
risiko (risk sharing). Kebebasan pertukaran, di mana kebebasan untuk memilih
tujuan dan rekan dagang sesuai prinsip syariah, pasar sebagai tempat pertukaran,
campur tangan dalam proses penawaran (supply), tidak ada batasan area
perdagangan, kelengkapan kontrak transaksi, dan kewenangan pihak otoritas dan
penegak hukum untuk menjaga kepatuhan atas aturan maupun kontrak.
4. Partisipasi sosial untuk kepentingan publik

Ekonomi Islam mendorong pihak yang memiliki harta untuk berpartisipasi


membangun kepentingan bersama. Misalnya, mewakafkan tanah untuk
pembangunan rumah sakit, membeli Sukuk untuk pembangunan jembatan atau tol
dan sebagainya. Dalam ekonomi Islam pencapaian tujuan sosial diupayakan secara
maksimal dengan menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan bersama
sebagaimana firmanNya:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh
pahala yang besar.” (QS Al Hadid (57): 7).
5. Transaksi muamalat

8
Sejalan dengan nilai-nilai ekonomi Islam yang menjunjung tinggi keadilan serta
kerja sama dan keseimbangan, setiap transaksi muamalat khususnya transaksi
perdagangan dan pertukaran dalam perekonomian, harus mematuhi peraturan yang
telah ditetapkan dalam syariat. Aturan yang lebih khusus dalam mengatur transaksi
perdagangan, telah ditetapkan langsung oleh Rasulullah SAW pada saat Rasulullah
SAW mengatur perdagangan yang berlangsung di pasar Madinah yang esensinya
masih terus berlaku dan dapat diterapkan sampai sekarang.12

C. Falsafah dalam Ekonomi Islam

Kata falsafah atau filsafat berasal dari kata philosophia yang berarti cinta
kebijaksanaan (philein=cinta, dan sophia= hikmah, kebijaksanaan). Filsafat ekonomi
Islam adalah usaha dan pengerahan berpikir dalam rangka menemukan dan
mengembangkan konsep ekonomi yang berdasarkan nilai dan ajaran Islam. Sedangkan
landasan filosofis ekonomi Islam mencakup: tauhid, rububiyah, khilafah, tazkiyah, dan
accountability.13Filsafat ekonomi merupakan prinsip dasar dari sebuah sistem ekonomi
yang dibangun. Dari filsafat ekonomi dapat diturunkan nilai-nilai instrumental sebagai
perangkat peraturan permainan suatu kegiatan.
Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep Triagle : yakni filsafat Tuhan,
Filsafat manusia dan alam. Dimana hubungan manusia dengan Tuhan dirumuskan
dengan Tauhid. Dimana hakikat tauhid adalah penyerahan diri yang bulat kepada
kehendak Illahi, baik menyangkut ibadah maupun muamalah dalam rangka
menciptakan pola kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Prinsip Falsafah
ekonomi islam, yaitu:
1. Tauhid

Dalam pandangan filfasat fundamentalis dari ekonomi Islam adalah tauhid.


Oleh karena itu Teologi ekonomi Islam berbasis pada al-Quran sebagai filsafat
fundamental dari ekonomi Islam. Ada tiga aspek yang mendasari filsafat (tauhid)
terhadap ekonomi Islam. Pertama, dunia serta

12
Dadang Muljawan dkk, Ekonomi Syariah, (Jakarta : Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah,
2020), 6-9.
13
Muslihun Muslim, Filsafat Ekonomi Islam, (Lombok: Pustaka Lombok, 2019), 86-87.

9
semua harta kekayaan yanf terkandung di dalamnya adalah milik Allah dan
menurut kepada kehendak-Nya. Kedua, Allah itu Esa, pencipta segala makhluk
dan semua yang diciptakan harus tunduk kepada-Nya. Sementara itu, ketidak
merataan karunia, rahmat, dan sumber kekayaan alam (ekonomi) kepada
perorangan dan bangsa adalah kelebihan yang diberikan Allah agar mereka sadar
untuk menegakkan persamaan masyarakat (egalitarian) dan bersyukur kepada-
nya. Implikasi dari dokrin ini adalah bahwa antar manusia itu terjalin persamaan
dan persaudaraan dalam kegiatan ekonomi. Ketiga, adanya ketentuan tidak
terputusnya hubungan-hubngan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Hal ini
merupakan kebijaksanaan utama dalam setiap muslim yang berbuat untuk bekal
kehidupan sesudah mati, tanpamelupakan kewajiban-kewajiban, baik kepada
dirinya sendiri, sesama muslim, maupun lingkungan sebagai khalifah Allah di
bumi.14
Hakikat tauhid adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak Ilahi,
baik menyangkut ibadah maupun muamalah. Dalam rangka menciptakan pola
kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, tauhid menjadi dasar seluruh
konsep dan aktifitas umat Islam, baik ekonomi, politik, sosial maupun budaya.15
2. Istikhaf(wakil Allah)

Di antara Nilai-nilai istimewa yang menjadi pusat nilai Ilahiyah dalam


ekonomi adalah nilai yang menetapkan bahwa sesungguhnya manusia adalah
wakil Allah dalam mengelola harta di muka bumi ini. Manusia diciptakan Oleh
Allah sebagai khalifah di Bumi. Manusia telah diberi dengan semua kelengkapan
akal, spiritual, dan material oleh Allah untuk mengemban misi dengan sebaik-
baiknya.16
Seorang Muslim dalam kapasitasnya sebagai makhluk Allah, ia menyadari
bahwa dirinya bekerja di bumi Allah dengan fasilitah yang telah disediakan.
Dengan begitu, ia bekerja dan mengelola fasilitas itu dengan segala daya kekuatan
yang dikaruniai Allah. Hanya saja, dalam

14
Nahruddin Baidan, dkk, Teologi Terapan: Upaya Antisipasi terhadap Hedonisme Kehidupan
Modern, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), 184.
15
Ismail Nawawi Uha, Isu-isu Ekonomi Islam, (Jakarta: VIV Press, 2013), 124.
16
Yusuf Qardawi, peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani Press, 1997),
39.

10
melakukan semua itu harus sesuai dengan koridor yang telah ditentukan Oleh
Allah. sehingga, konsep istikhlah yang di berikan kepada manusia mengandung
tiga faktor utama, yaitu: Pertama, faktor penciptaan yang bertujuan. Segala apa
yang diciptakannya bukan untuk Allah sendiri, karena Dia tidak butuh kepada
sesuatu selain-Nya, tetapi untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya, terutama manusia.
Dengan begitu, kreativitas Allah tidaklah sia-sia atau tanpa ada hikmahnya,
karena endingnya adalah memberi fasilitas kehidupan kepada seluruh ciptaan-
Nya. Sebagai pengejawantahan dari ajaran rahmatan lil ‘alamin, yakni untuk
menciptakan kemakmuran di muka bumi. Mewujudkan kesejahteraan bagi
manusia lahir maupun batin, sebagai bekal pengabdian kepada Allah. Kedua,
fasilitas yang dikaruniakan, agar digunakan dengan sebaik-baiknya guna untuk
memenuhi kebutuhan hidup seluruh manusia. Ketiga, melengkapi ketentuan
rambu-rambu. Jika sekiranya manusia dalam menjalankan misi kekhalifahannya
hanya dengan menggunakan fasilitas akalnya saja, maka manusia tidak akan bisa
menjalankan dengan sempurna. Manusia masih butuh intervensi Allah dalam
membimbing manusia menuju kesuksesan lahir dan batin.
3. Ajaran Ihsan

Fungsi Ihsan dalam agama sebagai alat control dan evaluasi terhadap bentuk-
bentuk kegiatan ibadah, sehingga aktivitas manusia akan lebih terarah dan maju.
Ihsan Merupakan keyakinan manusia dalam perjalanan hidup di dunia yang
didapat dengan berbudi pekerti yang baik, yaitu akhlak. Manusia merasa dirinya
selalu diawasi dan di pantau oleh Allah. Sehingga, Manusia dalam menjalani
kehidupan ini harus berakhlak yang baik. Dengan tindakan ihsan, kehidupan akan
terasa indah dan sempurna dengan berbuat kebajikan yang menyejukkan
masyarakat.17

17
Muhammad Djakfar, Teologi Ekonomi: Membumikan Titah Langit di Ranah Bisnis, (Malang: UIN-
Maliki Pers, 2010), 105-157.

11
Disamping itu, dalam pandangan Syarifuddin mengenai prinsip akhlak
berusaha menjalankan transaksi ekonomi sesuai dengan ajaran
Islam dan menjauhi dari transaksi yang dilarang, diantaranya:18

a. Mengutamakan kepentingan sosial.Hal ini menekankan


pentingnyakepentingan bersama yang harusdidahulukan tanpa
menyebabkankerugian individu.
b. Mengutamakan asas manfaat. Objektransaksi harus memiliki
manfaat,transaksi terhadap objek yang tidakbermanfaat menurut syariat
dilarang.
c. Memegang prinsip suka sama suka(saling rela, ‘antarâḍin). Prinsip
iniberlandaskan pada firman Allah Swt (Qs.An-Nisa:29).
d. Memegang prinsip Milkiah. Hartabenda yang ditransaksikan dimilikisecar
sempurna atau kepemilikan yangjelas.
e. Tiada Paksaan. Setiap orang memilikikehendak yang bebas
dalammenetapkan akad, tanpa tundukkepada paksaan transaksi
apapun,kecuali hal yang diharuskan olehnorma keadilan dan
kemaslahatanmasyarakat.
f. Menjauhi transaksi yang meragukanatau dilarang, akad transaksi harustegas,
jelas dan pasti. Baik benda yangmenjadi objek akad, maupun hargabarang
yang diakadkan itu.
g. Menjauhi transaksi yang merugikanmerugikan diri sendiri maupun oranlain.

Kembali kepada Ihsan, ihsan merupakan tujuan teologi ekonomi Islam


danmenjadi inti Utama diturunkan syariah Islam. Secara umum, ihsan diartikan
sebagai kebaikan dunia dan akhirat. Dengan adanya ajaran ihsan itu akan
menimbulkan akhlak yang baik yang menjadikan kemaslahatan dan kesejarteraan
bagi kehidupan masyarakat.
Iman Ghozali menyimpulkan, maslahah adalah upaya mewujudkan dan
memelihara lima kebutuhan dasar, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Maslahah sebagai vital dalam pengembangan dan pembanguna kesejahteraan
ekonomi Islam. Maslahah adalah tujuan yang

18
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh.Jilid 1.(Jakarta: Kencana, 2011),110.

12
ingin diwujudkan oleh ajaran ihsan sebagai esensi dari kebijakankebijakan syariat
Islam dalam merespon dinamika sosial. Kemaslahatan bagi umat merupakan
landasan utama dalam muamalah, yaitu kemaslahatan yang dibingkai dengan
syariah, bukan semata-mata profit motive dan material rentability sebagaimana
dalam ekonomi konvesional. Para ulama menyatakan “di mana ada maslahah,
maka di situ ada syariah Allah”. Ini berarti segala sesuatu yang mengandung
kemaslahatan, maka di sana ada syariah Allah yang dijalankan.
4. Kesetaraan

Al-Quran mengajarkan kesetaraan dalam hak-hak manusia, termasuk dalam


perekonomian masyarakat. Kedudukan manusia sama di hadapan Allah,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad, “Semua manusia adalah hamba Allah yang
paling dicintai di sisinya adalah mereka yang berbuat baik kepada hambanya”.
Kriteria untuk menilai seseorang bukanlah dipandang dari bangsa, ras, warna
kulit, tetapi tingkat pengabdian dan ketaqwaannya kepada Allah secara vertikal
dan kemanusiaan secara horizontal. Nabi mengatakan “sebaik-baik manusia
adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain”.
Dengan adanya kesetaraan yang menunculkan konsep persamaan derajat,
pelaku bisnis dalam bekerjasama harus dapat mengelolah dan memanfaatkan
sunber daya yang ada dengan baik, tidak saling merusak dan mendhalimi. Dengan
begitu, Islam menolak pengklasifikasian manusia yang berdasarkan kelas-kelas.
Implikasi dari dokrin ini adalah bahwa antara manusia terjalin keseimbangan
dalam kegiatan ekonomi. Dengan adanya keseimbangan, pelaku bisnis dalam
bekerjasama produktif yang merupakan unsur ibadah tentunya dalam melakukan
kegiatan ekonomi ingin mencapai tiga sasaran, yaitu: mencukupi kebutuhan
hidup meraih laba yang wajar dan menciptakan kemakmuran lingkungan sosial
maupun alamiyah. Ketiga sasaran tersebut harus terwujud secara harmonuis.
Apabila terjadi sengketa antara pekerja dan pemodal harus diselesaikan dengan
baik, yakni ada posisi tawarmenawar antara pekerja yang meminta upah yang
pantas dan tingkat laba bagi pemodal untuk melanjutkan produksinya.19

19
Ismail Nawawi Uha, Filsafat Ekonomi Islam, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya), 138144.

13
D. Sumber Hukum Ekonomi Islam

Hukum Islam bersumber pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt
dan hasil ijtihad (akal pikiran manusia). Sumber hukum ekonomi Islam tersebut antara
lain, yaitu sebagai berikut :
1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW. Secara mutawatir melalui malaikat jibril dari mulai surat Al-Fatihah diakhiri
surat An-Nas dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an merupakan dasar
huku ekonomi Islam yang abadi dan asli, dan merupakan sumber serta rujukan yang
pertama bagi syariat Islam, karena di dalamnya terdapat kaidah-kaidah yang bersifat
global beserta rinciannya.
Banyak ayat menyebutkan berbagai macam kebutuhan manusia, baik yang
primer (basic need) maupun yang sekunder. Seperti kebutuhan pangan, yang
diindikasikan dengan menyebutkan pemberian rizki Allah berupa buah-buahan,
binatang ternak, ikan laut, air susu, kebutuhan pakaian dan perumahan. Semua itu
merupakan kebutuhan manusia berupa sandang, pangan, dan papan.
Al-Qur’an tidak saja mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, akan
tetapi mengatur pula hubungan antara penciptanya. Al-Qur’an juga bertujuan untuk
menciptakan keseimbangan antara hubungan kehidupan spiritual dan material. Dan
memerintahkan kepada manusia agar percaya pada hari kebangkitan kembali, hari
kiamat dan ganjaran atau hukuman.
Jadi Al-Qur’an tidak hanya merincikan tentang pentingnya menyusun dan
memelihara hubungan erat dengan tuhan tetapi juga menjelaskan semua yang
mungkin diperlukan untuk memenuhi kehidupan sosial yang lengkap. 20

Al-Qur’an tidak hanya memberi tuntunan dalam bidang keagamaan saja, Al-
Qur’an juga menjelaskan aturan dalam bidang sosial, politik, bahkan juga dalam
bidang ekonomi. Al-qur’an memberikan hukumhukum ekonomi yang sesuai
dengan tujuan dan cita-cita ekonomi islam itu sendiri.

20
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1986), 57.

14
• QS. Ar-Rum:39

“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).”
• QS. Al-Baqarah:278

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.

2. Hadist dan AS-Sunnah

Hadis adalah sumber hukum Islam kedua setelah Alquran yang berupa perkataan
(sunnah qauliyah), perbuatan (sunnah fi’liyah), dan sikap diam (sunnah taqririyah
atau sunnah sukutiyah) Rasulullah yang tercatat (sekarang) dalam kitab-kitab
hadist. 21 Dengan kata lain, di dalam hadits berisikan tentang cerita singkat dan
pelbagai informasi mengenai apa yang dikatakan, diperbuat, disetujui dan tidak
disetujui oleh Nabi Muhammad Saw, dan penjelasan teoritik tentang Alquran.
Sebagai sumber hukum Ekonomi Islam, sunnah memberi gambaran perilaku
Rasulullah dalam melakukan kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari yang
dilakukan beliau, dan sesuai dengan tujuan syar’i. Contoh Hadist tentang kesucian
hak Milik:
Dari Abu Hurairah tentang seseorang yang bertanya pada Rasulullah:

“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada orang yang ingin


mengambil hartaku?”. Beliau menjawab, “jangan kamu berikan hartamu
kepadanya”. Ia bertanya lagi, “jika ia menyerang untuk

membunuhku?. Beliau mrnjawab,”seranglah ia”. Ia bertanya lagi, “bagaimana


pemdapat anda jika bila ia membunuhku?”. Beliau menjawab, “kamu adalah
seorang yang syahid”. Ia bertanya lagi,”bagaimana bila saya membunuhnya?”.
Beliau menjawab, “ia masuk neraka”.

21
Mohammad Daud Ali.Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005),97.

15
3. Ijma’

Ijma’ merupakan konsensus baik dari masyarakat maupun para cendikiawan


agama. Perbedaan konseptual antara sunnah dan ijma’ terletak pada kenyataan
bahwa sunnah adalah pokoknya terbatas pada ajaran-ajaran Nabi dan diperluas
kepada para sahabat karena mereka merupakan sumber bagi penyampaiannya,
sedangkan ijma’ adalah suatu prinsip isi hukum baru yang timbul sebagai akibat
dalam melakukan penawaran dan logikanya menghadapi suatu masyarakat yang
meluas dengan cepat.
Setiap zaman memiliki masalahnya sendiri-sendiri yang tentunya berbeda
dengan zamsn lainnya, termasuk dalam masalah ekonomi. Bahkan bukan hanya
setiap zaman, tetapi setiap kondisi memiliki masalah ekonominya sendiri. Dari
masyarakat ataupun cendikiawan ekonomi islam yang ada dalam kondisi tersebut
melahirkan konsep baru yang sesuai dengan kondisi yang ada tanpa keluar dari
tujuan ekonomi islam itu sendiri.22

E. Peran ZISWAF dalam Perekonomian Islam

Dari fakta sejarah Islam tentang pentingnya peran zakat, infak, sedekah, dan
wakaf (ZISWAF) sebagai keuangan publik dari sektor masyarakat, kita seharusnya
mampu belajar untuk mencari prinsip pokok pengelolaan dana publik tersebut dalam
suatu rangkaian sistem yang utuh dalam perekonomian Islam.
ZISWAF semestinya berperan dalam perekonomian sebagai sektor ketiga,
sebagaimana sektor pasar dan pemerintah. Penerapan regulasi dan

kelembagaan ZISWAF semestinya menjadi bagian integral dari sistem perekonomian.


Penguatan sistem dan kelembagaan keuangan publik perlu diatur pengelolaannya
secara baik (good corporate govermance) dengan bersumber dari a-qur’an dan hadis.
Untuk saat ini telah disusun tata cara pengelolaan zakat dan wakaf dengan
tujuan utama yaitu :

22
http://linafatinahberbagiilmu.blogspot.com/2014/05/sumber-hukum-ekonomiislam.html?m=1,
(diakses pada Jum’at, 6 November 2020), pukul 20.42 WIB.

16
1. Peningkatan kapasitas dan profesionalitas, Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) dan
Organisasi Pengelola Wakaf (OPW) baik pemerintah maupun swasta.
2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam peningkatan pertumbuhan dan
efektivitas Pengelolaan zakat dan wakaf.
3. Adanya sinergi yang efektif antarpemangku kepentingan untuk mengembangkan
zakat dan wakaf secara sistemik, yaitu antara amil, pemerintah, pemberi zakat
(muzaki), penerima zakat (mustahik), pemberi wakaf (waqif), penerima wakaf
(mauquf ‘alaih), pengelola wakaf (nazhir), ulama dan organisasi sosial lain.
4. Peningkatan Pengelolaan zakat dan wakaf bagi pencapaian tujuan sosial ekonomi
pembangunan di suatu negara.
Untuk mencapai tujuan utama tersebut, diperlukan sebuah kerangka institusional
zakat dan wakaf nasional yang komprehensif.Sistem kelembagaan wakaf dan zakat
tidak hanya melibatkan OPZ atau OPW dan regulator semata, namun juga
memerukan dukungan dan sinergi dari kebijakan terkait, misakan kebijakan
perpajakan, asosiasi pengelola, sistem akuntansi wakaf dan zakat, industri keuangan
syariah dan lembaga pendidikan dan penelitian.23
Manfaat dari zakat,wakaf, sedekah, dan wakaf terkait perekonomian masyarakat
sangat jelas. Dalam zakat, wakaf, infaq, dan sedekah terdapat instrument untuk
memberikan perhatian atau bantuan kepada delapan asnaf zakat dan untuk
mewujudkan kesejahteran yang bersifat umum. Hal tersebut dapat dicermati di pos-
pos pendistrubusian, dimana ada penyaluran harta dari orang kaya ke fakir miskin.
Dengan cara seperti ini maka terdapat unsur pemerataan kekayaan, sehingga
kekayaan tidak menggelembung di pihak tertentu, sementara masih ada kemelerataan
di pihak lain.24Adapun salah satu indikasi terkait berhasilnya pemberdayaan zifwaf
adalah menurunnya angka kemiskinan. Hal ini bisa bermakna bahwa jumlah
mustahiq berkurang dan jumlah muzakki bertambah karena meningkatnya tingkat
pendapatan masyarakat25

23
Dadang Muljawan dkk, Ekonomi Syariah, 86-87
24
Almahmudi, Implikasi Instrumen Non-Zakat (Infaq, Sedekah, Dan Wakaf) Terhadap Perekonomian
Dalam Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah
25
Dhany Hermawan dan Atep Hendang Waluya, Peran Zakat, Infaq Dan Sedekah Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di KAbupaten Tanggerang, (UNMUH Tanggerang, 2018)

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekonomi Islam adalah segala gejala di masyarakat yang timbul karena


perbuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk
mencapai kemakmuran berdasarkan paradigma Islam, yakni suatu ajaran hidup yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.Tujuan dari ekonomi Islam adalah maslahah
(kemaslahatan bagi umat manusia). Prinsip dasar ekonomi Islam yaitu sebagai berikut
:
1. Pengendalian harta individu

2. Distribusi pendapatan yang inklusif

3. Optimalisasi bisnis dan berbagi risiko

4. Partisipasi sosial untuk kepentingan publik

5. Transaksi muamalat

Filsafat ekonomi Islam adalah usaha dan pengerahan berpikir dalam rangka
menemukan dan mengembangkan konsep ekonomi yang berdasarkan nilai dan ajaran
Islam.
Hukum Islam bersumber pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt
dan hasil ijtihad (akal pikiran manusia). Sumber hukum ekonomi
Islam tersebut antara lain, yaitu Al-Qur’an, Hadist dan As-Sunnah, dan Ijma’.

ZISWAF semestinya berperan dalam perekonomian sebagai sektor ketiga,


sebagaimana sektor pasar dan pemerintah. Penerapan regulasi dan kelembagaan
ZISWAF semestinya menjadi bagian integral dari sistem perekonomian. Penguatan
sistem dan kelembagaan keuangan publik perlu diatur pengelolaannya secara baik
(goodcorporategovermance) dengan bersumber dari a-qur’an dan hadis.

18
B. Saran

Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa makalah ini tentu belumlah
sempurna dan masih banyakkesalahan serta kekurangan. Maka dari itu, kami sebagai
penyusun makalah ini mohon kritik, saran, dan pesan kepada orang yang berkompeten
dibidangnya, khususnya Bapak Mc. Mifrohul Hana, M.E.Syselaku dosen pengampu,
agar bisa kami jadikan bahan evaluasi sehingga kedepannya nanti kami dapat
mengerjakan tugas yang sejenis dengan baik dan benar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman. Doktrin ekonomi Islam Jilid I. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

1995.

Akhmad Mujahidin. Ekonomi Islam. Jakarta: Raja Wali Pers. 2007.

Al Kaaf , Abdullah Zaky. Ekonomi dalam Perspektif Islam

Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2005.
Almahmudi. Implikasi Instrumen Non-Zakat (Infaq, Sedekah, Dan Wakaf)
TerhadapPerekonomian Dalam Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah.
Baidan, Nahruddin.dkk.Teologi Terapan: Upaya Antisipasi terhadap Hedonisme
Kehidupan Modern.Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2003.
Dhany Hermawan dan Atep Hendang Waluya. Peran Zakat, Infaq Dan Sedekah Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kabupaten Tanggerang. Tangerang:
UNMUH Tanggerang. 2018.
Djakfar, Muhammad.Teologi Ekonomi: Membumikan Titah Langit di Ranah
Bisnis.Malang: UIN- Maliki Pers. 2010.
Fauzia, Ika Yunia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqhashid Al-Syariah. Jakarta : Kencana. 2014.
Frida,Catharina Vista Okta.Ekonomi Syariah : Pengantar Ekonomi
Islam.Yogyakarta : Garudhawaca. 2020.
Hanafi, Ahmad. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam.Jakarta : Bulan Bintang.

1986.

Karim, Adiwarman. Ekonomi Mike Islami. Jakarta: III T. 2002.

Muljawan, Dadang. dkk. Ekonomi Syariah.Jakarta : Departemen Ekonomi dan Keuangan


Syariah. 2020.
Mundir, Ahmad. Perbandingan Sistem Ekonomi.Surabaya : Kopertais IV Press.

2015.

Muslim,Musihun.Filsafat Ekonomi Islam.Lombok: Pustaka Lombok. 2019.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). Ekonomi Islam.

20
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012.

Qardawi, Yusuf.peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam.Jakarta:

Robbani Press. 1997.


Sumito, Warkum.Asas-Asas Perbankan Islam &Lembaga-Lembaga Terkait.

Jakarta : Persada.2004.

Syarifuddin, Amir. 2011. UshulFiqh.Jilid 1. Jakarta: Kencana.

Uha,Ismail Nawawi.Filsafat Ekonomi Islam.Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya.

Uha,Ismail Nawawi.Isu-isu Ekonomi Islam.Jakarta: VIV Press. 2013.


http://linafatinahberbagiilmu.blogspot.com/2014/05/sumber-
hukumekonomiislam.html?m=1, (diakses pada Jum’at, 6 November 2020), pukul
20.42 WIB.

21

You might also like