Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
B5ESR
Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa Shalawat dan
Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW
semoga kelak kita akan mendapatkan syafaatnya, Aamiin.
Adapun tujuan dari penulisan laporan hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Mc. Mifrohul Hana, M.E.Sy sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Zakat dan
Wakaf. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untukmenambah wawasan bagi para pembaca
dan penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mc. Mifrohul Hana, M.E.Sy sebagai
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Zakat dan Wakaf yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baikdalam penulisan maupun
isinya. Kami menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Namun kami telah berusaha sebaik mungkin dan kami mengharapkan para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat menjadi lebih
sempurna.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan
kemanfaatan dan meningkatkan pengetahuan para pembaca dan penulis.
Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II ........................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 1
PENUTUP ............................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
2. Untuk mengetahui tentang prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut para ahli, perkataan "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu
"oicos" dan "nomos" yang berarti rumah dan aturan.Jadi, ekonomi adalah aturan-
aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumahtangga,
baik dalam rumah tangga rakyat (volkshuishouding) maupun dalam rumah tangga
Negara (staatshuishouding).1
Dalam bahasa Arab istilah ekonomi diungkapkan dengan kata alIqtisad, yang
secara bahasa berarti kesederhanaan dan kehematan. Berdasarkan makna ini, kata
al-Iqtisad berkembang dan meluas sehingga mengandung makna ilmal-Iqtisad,
yakni ilmu yang berkaitan dengan kesederhanaan atau membahas ekonomi.
Menurut MonzerKahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa
ekonomi syariah adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner
dalam arti kajian ekonomi syariah tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu
penguasaan yang baik dan mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu
pendukungnya juga terhadap ilmu-ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis
seperti matematika, statistik, logika dan ushulfiqih.
Ekonomi islam dapat didefinisikan sebagai perilaku individu muslim dalam
menjalankan setiap aktivitas ekonomi Syariahnya, yang harus sesuai dengan
tuntunan syariat Islam, dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah,
yaitu agama, jiwa, akal, nasab, dan harta.
Secara khusus, ekonomi Islam diartikan sebagai cabang pengetahuan yang
membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumber daya alam yang langka, tanpa mengekang kebebasan individu untuk
menciptakan keseimbangan makro ekonomi dan ekologi
1
Abdullah Zaky Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, 18.
1
yang berkesinambungan. Ilmu ekonomi Islam dapat dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan sosial, yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang diilhami
oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi Islam merupakan bagian dari tata kehidupan yang
berdasarkan pada sumber hukum Islam, yaitu Al-
Qur’an, As-Sunnah, ijma’, dan qiyas.2
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi ekonomi Islam adalah segala gejala
di masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup atau untuk mencapai kemakmuran berdasarkan
paradigma Islam, yakni suatu ajaran hidup yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah.3
Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqashidasy-syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia
dan akhirat melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat. Para ulama
menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima
jaminan dasar, yaitu: keselamatan keyakinan agama (al-din), kesalamatan jiwa (al-
nafs), keselamatan akal (al-aql), keselamatan keluarga dan keturunan (al-nasl) dan
keselamatan harta benda (al-mal).4Tujuan falah yang ingin dicapai oleh Ekonomi
Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu dunia atau
pun akhirat.5Tujuan dari ekonomi Islam adalah maslahah (kemaslahatan bagi umat
manusia). Yaitu dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-hal
yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan
mengusahakan aktivitas yang secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan
itu sendiri. Aktivitas lainnya demi menggapai kemaslahatan adalah dengan
menghindarkan diri dari segala hal yang membawa mafsadah (kerusakan) bagi
manusia.6
Secara terperinci, tujuan ekonomi Islam dapat dijelaskan sebagai berikut :
2
Catharina Vista Okta Frida, Ekonomi Syariah : Pengantar Ekonomi Islam, (Yogyakarta :
Garudhawaca, 2020), 5.
3
Ahmad Mundir, Perbandingan Sistem Ekonomi, (Surabaya : Kopertais IV Press, 2015), 137139.
4
Afzalurrahman, Doktrin ekonomi Islam Jilid I, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), 84.
5
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam,(Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012), 54.
6
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqhashid Al-
Syariah, (Jakarta : Kencana, 2014), 12-13.
2
a. Kesejahteraan ekonomi adalah tujuan ekonomi yang terpenting. kesejahteraan
ini mencakup kesejahteraan individu, masyarakat dan negara.
b. Tercukupinya kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian,
tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta sistem negara yang
menjamin terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil dibidang
ekonomi.
c. Penggunaan sumber daya secara optima, efisien, efektif, hemat dan tidak
mubazir.
d. Distribusi harta, kekayaan, pendapatan dan hasil pembangunan secara adil dan
merata.
e. Sumber hukum atau landasan hukum ekonomi syariah.7
7
Warkum Sumito, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait (Jakarta : Persada, 2004), 17.
3
memperhatikan keseimbangan alam dan lingkungan serta keberlanjutan
pembangunan antargenerasi.
c. Bermoral
1. Prinsip Tauhid
8
Adiwarman Karim, Ekonomi Mike Islami, (Jakarta: III T. 2002), 17.
4
hanya diberi amanah untuk memiliki untuk sementara waktu, sebagai ujian bagi
mereka.
Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi
memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-
Nya. Karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan
sumber daya serta manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan
dengan Allah, Karena kepada-Nya manusia ukan mempertanggungjawabkan segala
perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.9
2. ‘Adl
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dia
tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara dzalim. Manusia
sebagai khalifah di muka bumi harus memelihara hukum Allah di bumi dan
menjamin bahwa pemakaian segala sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan
manusia, supaya semua mendapat manfaat daripadanya secara adil dan baik. Dalam
banyak ayat. Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Islam
mendefinisikan adil sebagai tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Implikasi ekonomi
dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar
keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa
keadilan, manusia akan terkotak-kotak dalam berbagai golongan. Golongan yang
satu akan menzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi eksploitasi manusia atas
manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar daripada
usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.
Keadilan dalam hukum Islam berarti pula keseimbangan antara kewajiban yang
harus dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan kemampuan manusia untuk
menunaikan kewajiban itu. Di bidang usaha untuk meningkatkan ekonomi, keadilan
merupakan “nafas” dalam menciptakan pemerataan dan kesejahteraan, karena itu
harta jangan hanya saja beredar pada orang kaya, tetapi juga pada mereka yang
membutuhkan.10
3. Nubuwwah
9
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam,(Jakarta: Raja Wali Pers, 2007), 14-15.
10
Ibid, 16.
5
Karena sifat rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja
di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu diutuslah para Nabi dan Rasul untuk
menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusiatentang bagaimana hidup yang
baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) keasal-
muasal segala sesuatu yaitu Allah. Fungsi Rasul adalah untuk menjadi model
terbaik yang harus diteladani manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan
akhirat. Untuk umat Muslim, Allah telah mengirimkan manusia model yang terakhir
dan sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman. Nabi Muhammad Saw, Sifat-
sifat utama sang model yang harus diteladani oleh manusia pada umumnya dan
pelaku ekonomi serta bisnis pada khususnya adalah Sidiq (benar, jujur), amanah
(tanggung jawab, dapat dipercaya. Kredibilitas), fathonah (kecerdikan,
kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh
(komunikasi keterbukaan dan pemasaran),
4. Khilafah
11
Ibid, 20-21.
6
5. Ma’ad
Harta individu harus dikendalikan agar terus mengalir secara produktif. Harta
individu tidak boleh ditumpuk, namun keluar mengalir secara produktif ke dalam
aktivitas perekonomian. Aliran harta yang dikeluarkan tersebut dapat berupa
investasi produktif pada sektor rill dalam bentuk zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Dengan mengalirnya harta secara produktif, kegiatan perekonomian akan terus
bergulir secara terus menerus.
2. Distribusi pendapatan yang inklusif
7
b. Miskin, mereka yang memiliki harta, namun tidak cukup memenuhi kebutuhan
dasar untuk hidup.
c. Amil, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
d. Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
e. Hamba sahaya, budak yang ingin memerdekakan dirinya.
Ekonomi syariah menjunjung tinggi keadilan dan menekankan berbagi hasil dan
risiko (risk sharing). Kebebasan pertukaran, di mana kebebasan untuk memilih
tujuan dan rekan dagang sesuai prinsip syariah, pasar sebagai tempat pertukaran,
campur tangan dalam proses penawaran (supply), tidak ada batasan area
perdagangan, kelengkapan kontrak transaksi, dan kewenangan pihak otoritas dan
penegak hukum untuk menjaga kepatuhan atas aturan maupun kontrak.
4. Partisipasi sosial untuk kepentingan publik
8
Sejalan dengan nilai-nilai ekonomi Islam yang menjunjung tinggi keadilan serta
kerja sama dan keseimbangan, setiap transaksi muamalat khususnya transaksi
perdagangan dan pertukaran dalam perekonomian, harus mematuhi peraturan yang
telah ditetapkan dalam syariat. Aturan yang lebih khusus dalam mengatur transaksi
perdagangan, telah ditetapkan langsung oleh Rasulullah SAW pada saat Rasulullah
SAW mengatur perdagangan yang berlangsung di pasar Madinah yang esensinya
masih terus berlaku dan dapat diterapkan sampai sekarang.12
Kata falsafah atau filsafat berasal dari kata philosophia yang berarti cinta
kebijaksanaan (philein=cinta, dan sophia= hikmah, kebijaksanaan). Filsafat ekonomi
Islam adalah usaha dan pengerahan berpikir dalam rangka menemukan dan
mengembangkan konsep ekonomi yang berdasarkan nilai dan ajaran Islam. Sedangkan
landasan filosofis ekonomi Islam mencakup: tauhid, rububiyah, khilafah, tazkiyah, dan
accountability.13Filsafat ekonomi merupakan prinsip dasar dari sebuah sistem ekonomi
yang dibangun. Dari filsafat ekonomi dapat diturunkan nilai-nilai instrumental sebagai
perangkat peraturan permainan suatu kegiatan.
Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep Triagle : yakni filsafat Tuhan,
Filsafat manusia dan alam. Dimana hubungan manusia dengan Tuhan dirumuskan
dengan Tauhid. Dimana hakikat tauhid adalah penyerahan diri yang bulat kepada
kehendak Illahi, baik menyangkut ibadah maupun muamalah dalam rangka
menciptakan pola kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Prinsip Falsafah
ekonomi islam, yaitu:
1. Tauhid
12
Dadang Muljawan dkk, Ekonomi Syariah, (Jakarta : Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah,
2020), 6-9.
13
Muslihun Muslim, Filsafat Ekonomi Islam, (Lombok: Pustaka Lombok, 2019), 86-87.
9
semua harta kekayaan yanf terkandung di dalamnya adalah milik Allah dan
menurut kepada kehendak-Nya. Kedua, Allah itu Esa, pencipta segala makhluk
dan semua yang diciptakan harus tunduk kepada-Nya. Sementara itu, ketidak
merataan karunia, rahmat, dan sumber kekayaan alam (ekonomi) kepada
perorangan dan bangsa adalah kelebihan yang diberikan Allah agar mereka sadar
untuk menegakkan persamaan masyarakat (egalitarian) dan bersyukur kepada-
nya. Implikasi dari dokrin ini adalah bahwa antar manusia itu terjalin persamaan
dan persaudaraan dalam kegiatan ekonomi. Ketiga, adanya ketentuan tidak
terputusnya hubungan-hubngan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Hal ini
merupakan kebijaksanaan utama dalam setiap muslim yang berbuat untuk bekal
kehidupan sesudah mati, tanpamelupakan kewajiban-kewajiban, baik kepada
dirinya sendiri, sesama muslim, maupun lingkungan sebagai khalifah Allah di
bumi.14
Hakikat tauhid adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak Ilahi,
baik menyangkut ibadah maupun muamalah. Dalam rangka menciptakan pola
kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, tauhid menjadi dasar seluruh
konsep dan aktifitas umat Islam, baik ekonomi, politik, sosial maupun budaya.15
2. Istikhaf(wakil Allah)
14
Nahruddin Baidan, dkk, Teologi Terapan: Upaya Antisipasi terhadap Hedonisme Kehidupan
Modern, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), 184.
15
Ismail Nawawi Uha, Isu-isu Ekonomi Islam, (Jakarta: VIV Press, 2013), 124.
16
Yusuf Qardawi, peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani Press, 1997),
39.
10
melakukan semua itu harus sesuai dengan koridor yang telah ditentukan Oleh
Allah. sehingga, konsep istikhlah yang di berikan kepada manusia mengandung
tiga faktor utama, yaitu: Pertama, faktor penciptaan yang bertujuan. Segala apa
yang diciptakannya bukan untuk Allah sendiri, karena Dia tidak butuh kepada
sesuatu selain-Nya, tetapi untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya, terutama manusia.
Dengan begitu, kreativitas Allah tidaklah sia-sia atau tanpa ada hikmahnya,
karena endingnya adalah memberi fasilitas kehidupan kepada seluruh ciptaan-
Nya. Sebagai pengejawantahan dari ajaran rahmatan lil ‘alamin, yakni untuk
menciptakan kemakmuran di muka bumi. Mewujudkan kesejahteraan bagi
manusia lahir maupun batin, sebagai bekal pengabdian kepada Allah. Kedua,
fasilitas yang dikaruniakan, agar digunakan dengan sebaik-baiknya guna untuk
memenuhi kebutuhan hidup seluruh manusia. Ketiga, melengkapi ketentuan
rambu-rambu. Jika sekiranya manusia dalam menjalankan misi kekhalifahannya
hanya dengan menggunakan fasilitas akalnya saja, maka manusia tidak akan bisa
menjalankan dengan sempurna. Manusia masih butuh intervensi Allah dalam
membimbing manusia menuju kesuksesan lahir dan batin.
3. Ajaran Ihsan
Fungsi Ihsan dalam agama sebagai alat control dan evaluasi terhadap bentuk-
bentuk kegiatan ibadah, sehingga aktivitas manusia akan lebih terarah dan maju.
Ihsan Merupakan keyakinan manusia dalam perjalanan hidup di dunia yang
didapat dengan berbudi pekerti yang baik, yaitu akhlak. Manusia merasa dirinya
selalu diawasi dan di pantau oleh Allah. Sehingga, Manusia dalam menjalani
kehidupan ini harus berakhlak yang baik. Dengan tindakan ihsan, kehidupan akan
terasa indah dan sempurna dengan berbuat kebajikan yang menyejukkan
masyarakat.17
17
Muhammad Djakfar, Teologi Ekonomi: Membumikan Titah Langit di Ranah Bisnis, (Malang: UIN-
Maliki Pers, 2010), 105-157.
11
Disamping itu, dalam pandangan Syarifuddin mengenai prinsip akhlak
berusaha menjalankan transaksi ekonomi sesuai dengan ajaran
Islam dan menjauhi dari transaksi yang dilarang, diantaranya:18
18
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh.Jilid 1.(Jakarta: Kencana, 2011),110.
12
ingin diwujudkan oleh ajaran ihsan sebagai esensi dari kebijakankebijakan syariat
Islam dalam merespon dinamika sosial. Kemaslahatan bagi umat merupakan
landasan utama dalam muamalah, yaitu kemaslahatan yang dibingkai dengan
syariah, bukan semata-mata profit motive dan material rentability sebagaimana
dalam ekonomi konvesional. Para ulama menyatakan “di mana ada maslahah,
maka di situ ada syariah Allah”. Ini berarti segala sesuatu yang mengandung
kemaslahatan, maka di sana ada syariah Allah yang dijalankan.
4. Kesetaraan
19
Ismail Nawawi Uha, Filsafat Ekonomi Islam, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya), 138144.
13
D. Sumber Hukum Ekonomi Islam
Hukum Islam bersumber pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt
dan hasil ijtihad (akal pikiran manusia). Sumber hukum ekonomi Islam tersebut antara
lain, yaitu sebagai berikut :
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW. Secara mutawatir melalui malaikat jibril dari mulai surat Al-Fatihah diakhiri
surat An-Nas dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an merupakan dasar
huku ekonomi Islam yang abadi dan asli, dan merupakan sumber serta rujukan yang
pertama bagi syariat Islam, karena di dalamnya terdapat kaidah-kaidah yang bersifat
global beserta rinciannya.
Banyak ayat menyebutkan berbagai macam kebutuhan manusia, baik yang
primer (basic need) maupun yang sekunder. Seperti kebutuhan pangan, yang
diindikasikan dengan menyebutkan pemberian rizki Allah berupa buah-buahan,
binatang ternak, ikan laut, air susu, kebutuhan pakaian dan perumahan. Semua itu
merupakan kebutuhan manusia berupa sandang, pangan, dan papan.
Al-Qur’an tidak saja mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, akan
tetapi mengatur pula hubungan antara penciptanya. Al-Qur’an juga bertujuan untuk
menciptakan keseimbangan antara hubungan kehidupan spiritual dan material. Dan
memerintahkan kepada manusia agar percaya pada hari kebangkitan kembali, hari
kiamat dan ganjaran atau hukuman.
Jadi Al-Qur’an tidak hanya merincikan tentang pentingnya menyusun dan
memelihara hubungan erat dengan tuhan tetapi juga menjelaskan semua yang
mungkin diperlukan untuk memenuhi kehidupan sosial yang lengkap. 20
Al-Qur’an tidak hanya memberi tuntunan dalam bidang keagamaan saja, Al-
Qur’an juga menjelaskan aturan dalam bidang sosial, politik, bahkan juga dalam
bidang ekonomi. Al-qur’an memberikan hukumhukum ekonomi yang sesuai
dengan tujuan dan cita-cita ekonomi islam itu sendiri.
20
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1986), 57.
14
• QS. Ar-Rum:39
“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).”
• QS. Al-Baqarah:278
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.
Hadis adalah sumber hukum Islam kedua setelah Alquran yang berupa perkataan
(sunnah qauliyah), perbuatan (sunnah fi’liyah), dan sikap diam (sunnah taqririyah
atau sunnah sukutiyah) Rasulullah yang tercatat (sekarang) dalam kitab-kitab
hadist. 21 Dengan kata lain, di dalam hadits berisikan tentang cerita singkat dan
pelbagai informasi mengenai apa yang dikatakan, diperbuat, disetujui dan tidak
disetujui oleh Nabi Muhammad Saw, dan penjelasan teoritik tentang Alquran.
Sebagai sumber hukum Ekonomi Islam, sunnah memberi gambaran perilaku
Rasulullah dalam melakukan kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari yang
dilakukan beliau, dan sesuai dengan tujuan syar’i. Contoh Hadist tentang kesucian
hak Milik:
Dari Abu Hurairah tentang seseorang yang bertanya pada Rasulullah:
21
Mohammad Daud Ali.Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005),97.
15
3. Ijma’
Dari fakta sejarah Islam tentang pentingnya peran zakat, infak, sedekah, dan
wakaf (ZISWAF) sebagai keuangan publik dari sektor masyarakat, kita seharusnya
mampu belajar untuk mencari prinsip pokok pengelolaan dana publik tersebut dalam
suatu rangkaian sistem yang utuh dalam perekonomian Islam.
ZISWAF semestinya berperan dalam perekonomian sebagai sektor ketiga,
sebagaimana sektor pasar dan pemerintah. Penerapan regulasi dan
22
http://linafatinahberbagiilmu.blogspot.com/2014/05/sumber-hukum-ekonomiislam.html?m=1,
(diakses pada Jum’at, 6 November 2020), pukul 20.42 WIB.
16
1. Peningkatan kapasitas dan profesionalitas, Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) dan
Organisasi Pengelola Wakaf (OPW) baik pemerintah maupun swasta.
2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam peningkatan pertumbuhan dan
efektivitas Pengelolaan zakat dan wakaf.
3. Adanya sinergi yang efektif antarpemangku kepentingan untuk mengembangkan
zakat dan wakaf secara sistemik, yaitu antara amil, pemerintah, pemberi zakat
(muzaki), penerima zakat (mustahik), pemberi wakaf (waqif), penerima wakaf
(mauquf ‘alaih), pengelola wakaf (nazhir), ulama dan organisasi sosial lain.
4. Peningkatan Pengelolaan zakat dan wakaf bagi pencapaian tujuan sosial ekonomi
pembangunan di suatu negara.
Untuk mencapai tujuan utama tersebut, diperlukan sebuah kerangka institusional
zakat dan wakaf nasional yang komprehensif.Sistem kelembagaan wakaf dan zakat
tidak hanya melibatkan OPZ atau OPW dan regulator semata, namun juga
memerukan dukungan dan sinergi dari kebijakan terkait, misakan kebijakan
perpajakan, asosiasi pengelola, sistem akuntansi wakaf dan zakat, industri keuangan
syariah dan lembaga pendidikan dan penelitian.23
Manfaat dari zakat,wakaf, sedekah, dan wakaf terkait perekonomian masyarakat
sangat jelas. Dalam zakat, wakaf, infaq, dan sedekah terdapat instrument untuk
memberikan perhatian atau bantuan kepada delapan asnaf zakat dan untuk
mewujudkan kesejahteran yang bersifat umum. Hal tersebut dapat dicermati di pos-
pos pendistrubusian, dimana ada penyaluran harta dari orang kaya ke fakir miskin.
Dengan cara seperti ini maka terdapat unsur pemerataan kekayaan, sehingga
kekayaan tidak menggelembung di pihak tertentu, sementara masih ada kemelerataan
di pihak lain.24Adapun salah satu indikasi terkait berhasilnya pemberdayaan zifwaf
adalah menurunnya angka kemiskinan. Hal ini bisa bermakna bahwa jumlah
mustahiq berkurang dan jumlah muzakki bertambah karena meningkatnya tingkat
pendapatan masyarakat25
23
Dadang Muljawan dkk, Ekonomi Syariah, 86-87
24
Almahmudi, Implikasi Instrumen Non-Zakat (Infaq, Sedekah, Dan Wakaf) Terhadap Perekonomian
Dalam Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah
25
Dhany Hermawan dan Atep Hendang Waluya, Peran Zakat, Infaq Dan Sedekah Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di KAbupaten Tanggerang, (UNMUH Tanggerang, 2018)
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
5. Transaksi muamalat
Filsafat ekonomi Islam adalah usaha dan pengerahan berpikir dalam rangka
menemukan dan mengembangkan konsep ekonomi yang berdasarkan nilai dan ajaran
Islam.
Hukum Islam bersumber pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt
dan hasil ijtihad (akal pikiran manusia). Sumber hukum ekonomi
Islam tersebut antara lain, yaitu Al-Qur’an, Hadist dan As-Sunnah, dan Ijma’.
18
B. Saran
Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa makalah ini tentu belumlah
sempurna dan masih banyakkesalahan serta kekurangan. Maka dari itu, kami sebagai
penyusun makalah ini mohon kritik, saran, dan pesan kepada orang yang berkompeten
dibidangnya, khususnya Bapak Mc. Mifrohul Hana, M.E.Syselaku dosen pengampu,
agar bisa kami jadikan bahan evaluasi sehingga kedepannya nanti kami dapat
mengerjakan tugas yang sejenis dengan baik dan benar.
19
DAFTAR PUSTAKA
1995.
Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2005.
Almahmudi. Implikasi Instrumen Non-Zakat (Infaq, Sedekah, Dan Wakaf)
TerhadapPerekonomian Dalam Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah.
Baidan, Nahruddin.dkk.Teologi Terapan: Upaya Antisipasi terhadap Hedonisme
Kehidupan Modern.Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2003.
Dhany Hermawan dan Atep Hendang Waluya. Peran Zakat, Infaq Dan Sedekah Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kabupaten Tanggerang. Tangerang:
UNMUH Tanggerang. 2018.
Djakfar, Muhammad.Teologi Ekonomi: Membumikan Titah Langit di Ranah
Bisnis.Malang: UIN- Maliki Pers. 2010.
Fauzia, Ika Yunia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqhashid Al-Syariah. Jakarta : Kencana. 2014.
Frida,Catharina Vista Okta.Ekonomi Syariah : Pengantar Ekonomi
Islam.Yogyakarta : Garudhawaca. 2020.
Hanafi, Ahmad. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam.Jakarta : Bulan Bintang.
1986.
2015.
20
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012.
Jakarta : Persada.2004.
21