Professional Documents
Culture Documents
Ebook Um B.arab
Ebook Um B.arab
Isim terangkai dengan huruf alif dan lam( ْ ) َ ا لpada awal kata, guna menunjukan atas
sesuatu yang sudah diketahui ataupun jelas keberadaanya. Contoh kata buku( ) كِتَاٌب.
Pada kata ini tidak terangkai denga huruf alif dan lam diawal kata, menunujukan atas
kata buku yang belum jelas keberadaannya dan masih menimbulkan tanda tanya, buku
) َ ا لْ كِت ب,
yang mana?. Namun jika kata ini ditambahkan alif dan lam menjadi al-kitaab ( ٌَا
maka kata buku ini berati suatu buku yang telah jelas keberadaanya dan dapat diartikan
dengan “buku ini”, atau “buku itu”.
4) Didahului huruf jar Huruf jar adalah huruf yang jika dipasangkan sebelum isim
maka menjadikan isim berakhiran kasrah.
1. min=dari (ْ)َ ل
ك 6. Ka = seperti/bagaikan ( ) َا
2. ila =ke ( َْا
)َ ا 7. Li=kepunyaan/ milik ( ْ) ك
3. ‘An=dari/tentang (َْ ل
) ا 8. Rubba= Terkadang ( ) برٌش
4. ‘ala=diatas/atas ( َل ) اَ ا 9. Hatta = hingga ( َ) احتش
5. fi=di/didalam ( ِ) كِ ل 10. baa’( ٌ
= كdengan)
Contohnya :
1. ُ لَْ اَْ كلُِ = ِك لِ لَْ اَْ كلِ ك+ ِِك ل
2. ُ ُاَ ذاُ = اَ لْ ُاَ ذا+ َْ ل
ا
َْْ لسِْ= كِْاَ َْْ لسْ ك+ َكِْا
3. ِ
Bentuk- bentuk isim didalam bahasa arab dilihat dari segi jumlah terdiri dari tiga
bentuk, yaitu bentuk tunggal( ) بَ لْ اٌُب, bentuk dua ( َ ) بَثاّشdan bentuk jamak ( ٌ) اَ لَ ب. Untuk
merubah bentuk tunggal menjadi dua yaitu dengan menambahkan huruf alif dan
nun( ) َنpada akhir bentuk tunggal dan diberi harkat fathah pada huruf sebelumnya.
Contoh kata ( َاْلٌبbaytun) diubah menjadi اَن
( َا لْت كbaytaani).
Adapun bentuk jamak dan macam-macam jamak dapat dilihat dibawah ini:
- Jamak taksir ( ُ ) اَ لَ بٌ َْت لِ كْْلyaitu jamak yang tidak beraturan. Didalam bahasa indonesia tidak
ada bilangan kata benda, kalau kita menyebutnya seperti satu kursi, dua kursi, lima kursi dan
seterusnya. Maka kata “kursi” tidak berubah bentuknya. Tetapi dalam bahasa arab, bentuk kata
benda berubah sesuai dengan bilanganya contoh :
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa untuk menunjukan atas dua (َ ) بَثاّشyaitu dengan
menambahkan alif dan nun ( )َنpada akhir bentuk tunggal () بَ لْ اٌُب. Sedangkan jamak
taksir, karena tidak beraturan maka sebaiknya jamak jamak ini dihafalkan.
) اَ لَ بٌ لَْ بَذا شُِ َْ اyaitu jamak yang khusus untuk laki-laki (mudzakar).
- Jamak mudzakkar saalim (َْ كْم
Jamak ini termasuk yang beraturan tanda dan cirinya adalah penambahan huruf wau dan nun
( ) ْنpada akhir bentuk tunggalnya. Contoh:
اَ لَ بٌ لَْ بَذا شُِ َْ ا
َْ كْم ٌُبَ لْ ا
بَ لْ كل بَ لْنا بَ لْ كل بم
ْ لْنا
بَُا ك ّر ب ٌ
بَُا ك ّر ب
بَ وْ كَّب لْنا ْبَ وْ كَ ب
Bentuk fi’il
1. Fiil maadhi
Yaitu kata kerja yang menunjukan suatu pekerjaan atau peristiwa yang berlangsung
pada masa sebelum waktu penuturan atau lebih disederhanakan dengan “kata kerja
bentuk lampau”misalnya ( اِتاَلٌبsaya telah menulis)
2. Fiil mudhari’
Yaitu kata kerja yang menunjukan pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada saat
( َ ا لَُ بsaya sedang/akan
dituturkan(sekarang) atau sesudahnya( akan datang ). Contoh ٌا
pergi)
3. Fiil amar
Yaitu kata kerja yang menunjukan tuntutan tercapainya pekerjaan tersebut setelah
masa pengungkapan atau lebih disederhanakan dengan kata perintah.
contoh ( َ ا لِتبٌلtulislah!)
C) Huruf (HARF)
Huruf adalah jenis kata yang berfungsi sebagai kata bantu, yaitu kata yang
mengandung makna yang tidak dapat berdiri sendiri. Maknanya hanya dapat diketahui
apabila bersandingan dengan kata lain, baik isim atau fiil . kata yang termasuk dalam
jenis huruf ini terbagi kedalam beberapa macam sesuai dengan fungsinya yang
mempengaruhi status kata yang dimasukinya. Sesuai dengan fungsi maknanya, terbagi
menjadi tiga macam, yaitu:
- Huruf yang dapat masuk ke isim maupun fiil, dan huruf tersebut tidak mempunyai
kedudukan apa-apa didalam i’rab contoh: kata hal َڶdan ٲserta kata lainya.
- Huruf yang dimaksudkan pada isim, dan huruf tersebut mempunyai fungsi serta
kedudukanya dalam i’rab ( merubah harakah/baris pada akhir kata).
- Huruf yang dikhusukan terhadap fiil dimana huruf-huruf tersebut mempunyai kedudukan
dan fungsi dalam i’rab. Huruf-huruf ini terbagi menjadi beberapa bagaian, diantaranya:
Setiap kata kerja yang terletak setelah huruf-huruf ini, dibaca dengan sukun (dimatikan)
pada akhir kata, contoh :
Barang siapa yang belum paham maka bertanyalah َْاَ لْ ْا لم َا لْ اَ لم ِا للْا لَْ ل
Kalau kamu belajar pasti lulus ٌ ِ ا لّ اَِل ِك لن ِاُ بلر ل
jangan tulis! ااِ ا لِتبٌل
BAB II
MUBTADA DAN KHABAR
A. MUBTADA
1. Pengertian mubtada’
Mubtada’ secara bahasa merupakan bentuk isim maf’ul dari kata َك لَتاُاُ اyang
berarti “permulaan”. Hal itu sesuai dengan kondisinya yang berada diawal jumlah
ismiyah.
Secara istilah mubtada’ adalah isim yang beri’rab marfu’ yang bebas dari amil-amil
lafdhiyah.
2. Contoh mubtada’
3. Macam-macam mubtada’
Ditinjau dari jenis kata, mubtada’ terbagi menjadi 2 macam, yaitu mubtada’ yang
berupa isim dzahir, dan mubtada’ yang berupa isim dhomir.
1. Mubtada’ berupa isim dzahir
Maksud dari dzahir adalah ia nampak jelas, berbanding terbalik dengan dhomir yang
mana ia adalah kata ganti yang bersifat umum.
Contoh mubtada’ berupa isim dzahir:
Kebun itu indah ياْ لَ مِ يَْلٌة لَ مِ يَْلٌة
Masjid itu besar ٌياْ لِْ ميَ ةِ لَِمْ ةي
Muhammad berdiri ٌةِ لَ مِ ةِ َلا مِ ة
Muhammad nabi kita ةِ لَ مِ ةِ َلِمْيَلا
Muhammad utusan Allah ْ يْ ةُ م م
ل ةِ لَ مِ ةِ لٌ ة
4. Syarat-syarat mubtada’
1. pada dasarnya mubtada’ selalu berada di awal kalimat. Namun ada beberapa kondisi
yang mengubahnya dari hukum asalnya. Hal ini akan saya bahas nanti diakhir
pembahasan tentang khabar muqaddam dan mubtada’ muakhor.
2. Pada dasarnya, mubtada’ harus berupa isim makrifat, namun ada beberapa kondisi
yang membolehkan ia berupa isim nakirah, yaitu diantaranya:
1. ketika ia sebagai maushuf (yang disifati)
2. ketika ia disandarkan kepada isim nakirah
3. ketika ia didahului nafii (pengingkaran)
4. ketika ia didahului istifham (kata tanya)
B. KABAR
1. Pengertian khabar
khabar mubtada’ adalah isim yang beri’rab marfu’ yang disandarkan kepada mubtada’
2. Contoh khabar
3. jika mubtada’ berupa isim jamak yang tidak berakal (bukan manusia), seperti ِِْْ
yang berarti rumah, atau ٌ أشَاyang berarti pohon, atau ِ ْْاٌاyang berarti mobil, maka
khabar boleh isim mufrad muannats, dan boleh juga berupa isim jamak muannats.
Contoh:
Mobil-mobil itu bagus ماٌاِة لَ مِْ ليِّة
ْْ لاْ م 1
Mobil mobil itu bagus ماٌاِة لَ مِ يَْلٌة
ْْ لاْ م 2
Pada contoh pertama, khabarnya berupa isim jamak muannats salim, menyesuaikan
dengan mubtada’nya yang juga berupa jamak muannats salim. Sedangkan pada contoh
kedua, khabar berupa mufrad muannats(tunggal bergender perempuan).
4. Macam-macam khabar
1. Khabar mufrad, Ia adalah khabar yang terdiri dari satu kata, contohnya:
2. Khabar ghairu mufrad, khabar ghairu mufrad adalah khabar yang terdiri dari
beberapa kata yang menyerupai kalimat. Ia ada 4 macam, yaitu jar majrur, dzaraf,
jumlah fi’liyah, jumlah ismiyah.
BAB III
MUDHAF DAN MUDHAF ILAIHI
ِ يِْس زُاdari
ت
ِِْسُ س
kata ِا تي ز (=dua orang muslim) –> Mutsanna
ِ يِْس تُوdari
ت kata ِتِ يِْس تُ يو ز (=orang-orang muslim) –> Jamak Salim
2. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan mudhof ilaihi
berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan harakat fathah.
Contoh: َا
( ْل لِ لKedua tanganku)
Asalnya adalah ان
ْل لِ مsebagai mudhof, nunnya dibuang sehingga bentuknya menjadi ْل لِا.
Mengingat ْل لِاberakhiran alif, maka ketika diidhofahkan kepada ya’ mutakallim
menjadi َا
ْل لِ ل.
3. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan mudhof ilaihi berupa ya’
mutakallim, maka ya’ ditulis dengan fathah yang ditasdid.
Contoh: ي
( ةِ لِ م ٌّ مْ مPara pengajarku)
Asalnya adalah: ةِ لِ م ٌّ مْْينلdan ya’ mutakallim
BAB IV
FI’IL, FA’IL DAN MAFULBIHI
A. Fi’il
Fi’il ialah kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri dan disertai dengan
pengertian zaman. Dengan kata lain Fi’il ialah kata kerja.
B. Fa’il
Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang
yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.
Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah disebut fa’il jika tidak terletak
setelah fi’il ma’lum dan tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang
melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il jika terpenuhi dua syarat
di atas.
Contoh fa’il :
ُ( َلا لُ َة يْ ةqoola nuuhun) =Nabi nuh berkata
Kata ُ َة يْ ةmarfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai fa’il karena setelah fi’il
ma’lum.
( مِ لَا لَا لََل اْ ةَِلا مَِةْنلidza jaa akal munaafiquuna)=Ketika para munafik datang kepadamu.
Kata اْ ةَِلا مَِةْنلmarfu’ dengan tanda wau karena ia isim jama’ mudzakkar salim, sebagai
fa’il karena didahului fi’il ma’lum.
Dari kalimat di atas, lafadz jalalah لةbukanlah merupakan fa’il, karena terletak sebelum
fi’il ma’lum, namun pada kata لََلَلterdapat fa’il yang berupa dhomir ْ هyang merupakan
kata ganti dari lafadz jalalah ( لةcek kembali tashrif fi’il madhi), sehingga dhomir ْه
adalah fa'ilnya. I’rob dari dhomir, mabni atas fathah sebagai fa’il.
Ketentuan-ketentuan fa’il
1. Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara langsung atau
dipisahkan dengan isim yang lain.
Contoh :
ِ( لٌ لَ لٌ اْ ةِ يْ مَ ةِْنل مِنل ياْ لِْ ميَ مroja’a almuslimuuna minal masjidi)=para muslimin kembali dari
masjid
Kata اْ ةِ يْ مَ ةِْنلmerupakan isim jama’ mudzakkar salim, marfu dengan tanda wau, sebagai
fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.
2. Jika fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka fi’il ma’lumnya tetap
dalam keadaan mufrod.
Contoh :
ُ( لَاَ لٌ ةَ ةjaa a rojulun)= satu orang laki-laki datang
( لَا لَ لٌ ةَّل منjaa a rojulaani)=dua orang laki-laki datang
ُ( لَا لَ مٌ لَا ةjaa a rijaalun)=para laki-laki datang
3. Jika fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka fi’ilnya juga harus muannats
atau mudzakkar.
Contoh :
ِ مِ يِ لٌألٌ ة
( لَا لَ يjaa at imroatun)=seorang perempuan datang
( ت ل لَ يبه ةtadzhabu maryamu)= maryam pergi
ٌلٌ يب لِ يٌْل ة
شٌة ( َلاْل يqoolat ‘aisyatu)=aisyah berkata
ِ لَاِم ل