You are on page 1of 2

Nama : Restu

NIM : 0120049
Kelas : A
LEGAL OPINION

Kasus :
Mantan Menteri Sosial Juliari Batubara divonis 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta
oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Senin
(23/8/2021). Majelis hakim menilai Juliari terbukti melanggar Pasal 12 huruf a Undang-
Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
diubah dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2001. "Menyatakan terdakwa, Juliari P Batubara secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan
berlanjut, sebagaimana dakwaan alternatif kesatu," ujar Ketua Majelis Hakim Muhammad
Damis dalam persidangan virtual yang ditayangkan melalui akun YouTube Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). "Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana
penjara 12 tahun dan pidana denda Rp 500 juta dengan ketentuan apabila tidak dibayar diganti
pidana kurungan enam bulan," ucap hakim.
Selain itu, hakim juga menjatuhkan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti
sejumlah Rp 14.590.450.000 atau sekitar Rp 14,59 miliar. Jika tidak diganti, bisa diganti pidana
penjara selama dua tahun. Hakim juga mencabut hak politik atau hak dipilih terhadap Juliari
selama empat tahun. Adapun vonis ini lebih berat dibandingkan tuntutan jaksa KPK.
Sebelumnya, politisi PDI Perjuangan itu dituntut 11 tahun dan denda Rp 500 juta subsider enam
bulan kurungan oleh Jaksa KPK. Jaksa menilai Juliari terbukti menerima suap dalam
pengadaan paket bansos Covid-19 wilayah Jabodetabek 2020 sebesar Rp 32,48 miliar.
Selain itu, Juliari juga dituntut pidana pengganti sebesar Rp 14,5 miliar dan hak
politiknya dicabut selama empat tahun. Dalam tuntutannya, jaksa menyebut mantan Mensos
ini memerintahkan dua anak buahnya, yaitu Matheus Joko dan Adi Wahyono, untuk meminta
fee Rp 10.000 tiap paket bansos Covid-19 dari perusahaan penyedia. Minta dibebaskan
Sebelumnya, Juliari Batubara meminta divonis bebas dalam perkara korupsi pengadaan paket
bantuan sosial (bansos) Covid-19 wilayah Jabodetabek tahun 2020. Permintaan bebas itu
disampaikan Juliari saat membacakan nota pembelaan atau pleidoi dalam sidang lanjutan,
Senin (9/8/2021). "Oleh karena itu, permohonan saya, permohonan istri saya, permohonan
kedua anak saya yang masih kecil-kecil, serta permohonan keluarga besar saya kepada majelis
hakim yang mulia, akhirilah penderitaan kami ini dengan membebaskan saya dari segala
dakwaan," ucap Juliari dari gedung KPK melalui video conference kepada majelis halim
Pengadilan Tipikor Jakarta.
Juliari menyebutkan bahwa vonis majelis hakim akan sangat berdampak pada keluarga.
Terlebih lagi, kata Juliari, perannya sangat dibutuhkan sebagai seorang ayah. "Putusan majelis
yang mulia akan teramat besar dampaknya bagi keluarga saya, terutama anak-anak saya yang
masih di bawah umur dan masih sangat membutuhkan peran saya sebagai ayah mereka,"
tuturnya.
Juliari menyebut bahwa dirinya tak pernah berniat untuk melakukan tindak korupsi.
"Sebagai seorang anak yang lahir, saya dibesarkan di tengah keluarga yang menjunjung tinggi
integritas dan kehormatan. Dan tidak pernah sedikit pun saya memiliki niat atau terlintas saya
untuk korupsi," ujar dia. Ia menceritakan bahwa dirinya berasal dari keluarga yang mengabdi
di dunia pendidikan.
Latar belakang itu, sambungnya, membuat ia bersikap kooperatif pada KPK. "Keluarga
saya sejak dulu aktif di bidang pendidikan, khususnya pendidikan menengah. Keluarga saya
salah satu pendiri yayasan pendidikan menengah yang sudah berusia puluhan tahun di Jakarta
dan sudah menghasilkan ribuan alumni," ujar Juliari. "Latar belakang ini yang membuat saya
dengan penuh kesadaran menyerahkan diri ke KPK untuk menunjukkan sikap kooperatif saya
terhadap perkara ini," kata dia.
Isu Hukum :

• Apakah putusan Majelis Hakim sesuai dengan Pasal 12 huruf a Undang-Undang RI


Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
diubah dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2001?
• Apakah yang menjadi pertimbangan Hakim dalam putusan perkara ini?

Sumber Hukum :

• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


• Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang (UU) Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Analisis Hukum :

• Bahwasanya Juliari Batubara telah tebukti melakukan kejahatan tindak pidana korupsi
dan divonis 12 tahun penjara serta denda 500 juta rupiah.
• Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia ternyata tidak membuat para korupsi
berhenti. Dalam beberapa bulan kemaren publik dikejutkan oleh dua kasus korupsi
yang melibatkan menteri, yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan Edy Prabowo,
kemudian ada Mentri Sosial yaitu Juliari Batubara.
• Banyak masyarakat yang mungkin bertanya dimana hati nurani para pejabat yang
telah mendapatkan gaji dan tunjangan yang tinggi berkewajiban mengurus rakyat,
justru malah menyakiti perasaan rakyat, padahal kalau kita lihat hidup mereka sudah
enak tetapi kenapa masih tega untuk menyakiti rakyat, apakah gaji yang diberikan
Negara kepada mereka kurang atau memang dari mereka yang terus merasa kurang
atau bisa dibilang serakah.
• Dalam putusan ini hakim memvonis Juliari Batubara 12 tahun penjara dan denda Rp
500 juta oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada
Senin (23/8/2021). Majelis hakim menilai Juliari terbukti melanggar Pasal 12 huruf a
Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2001.
• Selain itu, hakim juga menjatuhkan pidana tambahan untuk membayar uang
pengganti sejumlah Rp 14.590.450.000 atau sekitar Rp 14,59 miliar. Menurut penulis
Hukuman ini tidak stimpal dengan tindak pidana yang telah ia perbuat. Uang yang ia
korupsi berbanding jauh dengan denda yang ia dapatkan.

Kesimpulan :

Juliari divonis 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta oleh majelis hakim Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Senin (23/8/2021). Majelis hakim menilai Juliari
terbukti melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dalam UU RI Nomor 20 Tahun
2001. Selain itu, hakim juga menjatuhkan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti
sejumlah Rp 14.590.450.000 atau sekitar Rp 14,59 miliar.

You might also like