You are on page 1of 5

NAMA : RESTU

NIM : 0120049

CONTOH KASUS PERCOBAAN, PENYERTAAN


DAN PERBARENGAN TINDAK PIDANA

1. PERCOBAAN (POGGING)
Andik adalah seorang pegawai suatu kantor pos. Andik memiliki niatan untuk
mencuri paket kiriman dikantor poss. Ketika jam kerja selesai dan teman – teman
sekerjanya pulang Andik menyelinap dan bersembunyi dikamar mandi. Saat suasana sepi
dia mencoba memilih paketan untuk di curi. Akan tetapi ternyata kepala kantor Andik
masih belum pulang dan sesaat ketika mau pulang dengan tidak sengaja melihat andik
berada didalam gudang. Karena curiga, kepala kantor pos menanyakan apa yang sedang
dilakukan Andik. Berhubung ketahuan maka Andik tidak jadi mencuri. Karena
kebingungan andik membuat alasan kalau sedang mengecek barang. Namun, kepala
kantor tidak percaya begitu saja. Dan memperkarakan ke meja hijau.
Analisis :
Kasus ini termasuk poging ( percobaan ), hal ini sesuai dengan dasar hukum yakni diatur
didalam KUHP pasal 53 :
1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari
adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-
mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.
2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi
sepertiga.
3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup,
dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.

Hasil identifikasi dalam kasus ini adalah sebagai berikut :


1) Andik berencana untuk mencuri pos paket
2) Andik masuk ke kamar mandi
Hal sudah dianggap sebagai permulaan pelaksanaan melakukan percobaan
pencurian. Karena dengan masuknya andik ke kamar mandi adalah awal dari
pencurian itu.
3) Masuk ke Gudang
Saat masuk ke gudang dan memilih barang sudah merupakan kelanjutan dari
permulaan.
4) Andik ketahuan saat mau melakukan kejahatan
Aksi Andi untuk mencuri pos paket, tapi kejahatan yang dilakukan oleh andik
belum bisa dikatakan sukses atau mencapai sasaran, karena ditengah aksinya
andik udah ketahuan duluan sama kepala kantornya dan kemudian diproses
dimeja hijau.
Dari contoh kasus fiktif trsebut, termasuk serangkaian perbuatan yang telah dilakukan
Andik untuk melaksanakan kehendaknya dengan misi mencuri pos paket.sehingga andik
dapat dikenakan pidana sesuai pasal 53 ayat (1), (2), dan (3). Hukuman yang dapat
dijatuhkan terhadap percobaan ini adalah dikurangi 1/3 dari pidana pokok yang
dijatuhkan oleh hakim. Jika hakim menjatuhkan hukuman 9 tahun penjara, maka
hukuman yang harus dijalani andik adalah 6 tahun hukuman penjara.
2. PENYERTAAN (DEELNEMING)
Suatu ketika Rohim berjalan-jalan di mall bersama temannya Rina. Saat jalan2 dia tertarik
pada sepatu New Era keluaran terbaru dan melihatnya, sepatu itu Rp. 300 ribu. Disaat
bersamaan ada pembeli lain yang akan membeli sepatu tersebut. Karena sakit perut,
Pembeli pergi ke toilet dan menitipkan barang tersebut di toko. Karena uang yang dimilki
Rohim tidak ckup, maka dia ingin mengambil sepatu yang sudah dibayar pembeli lain itu
dengan menyuruh Rina temannya. Dia menyuruh mengambil sepatu yang sudah dibelinya,
padahal yang membeli adalah orang lain. Karena Rina tidak tahu dia langsung mengambil
saja sepatu itu dikasir. Karena pengamanan yang tidak begitu ketat, kasir begitu percaya
saja dan memberikan sepatunya kepada Rina. Tidak lama kemudian pembeli yang sudah
membayar datang dan mengambil sepatu. Seketika itu Rina sudah sampai di depan toko
dan kasir berusaha mengejar dan memberhentikan Rina. Rina ditangkap dan dimintai
keterangan oleh satpam mall. Dan tidak lama kemudian Rohim juga ditangkap saat mau
keluar mall.
Analisis :
Dari contoh kasus diatas, maka Kejahatan tersebut dapat dikenakan kasus pidana
penyertaan yang diatur KUHP pasal 55 dan pasal 56 yaitu hanya pada Rohim saja. Untuk
Rina tidak dihukum berdasarkan pasal 66 KUHP :
Dipidana sebagai pembantu kejahatan:
1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;
2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau ke- terangan untuk
melakukan kejahatan.
Hal di atas karena Rina hanya orang yang disuruh dan tidak tahu kalau dibohongi jika
sepatu tersebut adalah milik Rohim.
Rohim dikenai hukuman sebagaimana pelanggaran yang dilakukan Rina. Hal ini
dikarenakan pelaku atau otak kejahatan adalah Rohim, sehingga Rohim dihukum sesuai
pasal 55 :
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1) mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan;
2) mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
(2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
Kesimpulan
Kasus yang melibatkan lebih dari satu orang pelaku disebut penyertaan, dan biasanya
terdapat dalam kasus perampokan.
Perampokan adalah pencurian yang diketahui oleh orang lain dan mengancam orang
tersebut dengan kekerasan. Pada kasus di atas, pelaku terdiri lebih dari satu orang, dan si
pelaku utama mencuri dengan menggunakan kekerasan.
Penyertaan diatur dalam pasal 55 dan 56 KUHP, sedangkan pembantuan diatur dalam
pasal 56,57 dan 60 KUHP . Menurut pasal 55 KUHP terdapat 4 yang dapat dikategorikan
sebagai pelaku dalam tindakan penyertaan yaitu:
1. Orang yang melakukan (dader)
2. Orang yang menyuruh melakukan (doenpleger)
3. Orang yang turut melakukan (mededader)
4. Orang yang sengaja membujuk (uitlokker)
Untuk setiap orang yang melakukan, menyuruh melakukan, turut melakukan dan
sengaja membujuk memperoleh hukuman yang sama. Turut serta memiliki hal yang
berbeda dengan pembantuan. Dalam perbuatan turut serta mengikat siapapun yang
terlibat dalam tindak pidana tersebut.
Jadi yang dimaksud dengan Penyertaan adalah seseorang yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan kejahatan yang telah
direncanakan sebelumnya oleh pelaku kejahatan.
3. PERBARENGAN (CONCURCUS)

a. Concurcus Idealis (Pasal 63 KUHP)


Karena nafsu yang tidak tertahan karena habis melihat film Porno tadi malam, sebut saja RD
telah meluapkan nafsunya pada anak dibawah umur, sebut saja bunga. Peristiwa ini terjadi
saat bunga dan teman-temanya bernain dilapangan. RD sedang jalan2 meihat pemandangan,
karena keadaan sepi, RD mendekati Bunga, karena hanya dia yang dianggap cantik dan
memiliki tubuh yang agak besar dari teman lainnya, RD langsung melucuti pakaiannya terus
memperkosa gadis 10 tahun itu di depan teman-temannya. Teman-temannya tidak bisa apa-
apa karena sudah diancam RD sebelumnya.
Analisis :
RD telah melanggar tindak pidana, disamping memperkosa dimuka umum (pasal 281) :
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
2. barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan
dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan
dia juga telah melanggar pasal 290 tentang perbuatan cabul yaitu :
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1) barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya
bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2) barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum lima belas tahun atau kalau
umumya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin
3) Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa RD telah melanggar
KUHP pasal 63 mengenai Perbarengan yang berbunyi :
a. Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan
hanya salah satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang
memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
b. Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dalam
aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan.
Maka dapat disimpulkan bahwa hukuman yang dijatukan kepada RD adalah hukuman yang
terberat yaitu pada pasal 290, hukumannya adalah maksimal 7 tahun penjara.

Kesimpulan :
Jadi yang dimaksud dengan Concurcus Idealis adalah seseorang yang melakukan satu
perbuatan tetapi melanggar lebih dari satu pasal dalam KUHP atau UU lainnya, dengan
hukuman yang dijatuhkan adalah yang terberat dari pasal-pasal yang mengaturnya (sistem
absorpsi).

b. Concurcus Realis (Pasal 65 KUHP)


Argo adalah pelaku pencurian dirumah mewah perumahan di Royal Regency. Mereka
tidak hanya mencuri, tetapi memperkosa anak Pemilik rumah yang berumur 17 tahun
dengan menampar terlebih dulu sampai pinsan. Dan juga membunuh satpam dengan
tembakan karena mencoba melawan. Keesokan harinya pelaku dapat dibekuk oleh polisi
setempat. Dan akhirnya pelaku di sidang di pengadilan Surabaya. Para keluarga korban
meminta agar pelaku di hukum berat dengan hukuman mati.
Analisis :
Berdasarkan kasus di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaku Argo telah melakukan
tindak pidana berupa :
1. Pencurian
2. Pemerkosaan
3. Pembunuhan
Pelaku dapat dijerat dengan pasal tentang pencurian yaitu pasal 362 :
Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling
banyak sembilan ratus rupiah.
Dengan hukuman 5 tahun penjara. Ke-2 yaitu tentang pemerkosaan (pasal 290) dengan
hukuman 7 tahun penjara dan pidana pembunuhan (pasal 338) dengan ancaman hukuman
15 tahun penjara.
Berdasarkan ancaman ketiga pidana di atas maka dapat disimpulkan bahwa hukuman
yang diberikan tidak boleh melebihi hukuman terberat (15 tahun) di tambah 1/3 hukuman
terberat (5 tahun ) yaitu 20 tahun. Oleh karena itu, maksimal hukuman yang diberikan
Argo maksimal 20 tahun penjara.
Kesimpulan :
Jadi yang dimaksud dengan Concurcus Realis adalah seseorang yang melakukan tindak
pidana lebih dari 1 kejahatan yang berbeda dan dapat disidangkan sekaligus dalam 1
waktu bersamaan dengan system hukuman pidana tidak boleh lebih dari hukuman
terberat yang ditambah 1/3 dari hukuman terbarat (sistem absorpsi terberat).

c. Perbuatan Lanjutan (Pasal 64 KUHP)


Dio ingin mencuri suatu tumpukan batu bata, akan tetapi Dio tidak sanggup mengangkut batu itu
sekali jalan. Jadi, Dio terpaksa beberapa kali mondar mandir dengan gerobaknya untuk
mengangkut batu bata itu semuanya. Perbuatan mencuri batu bata itu dapat dia selesaikan dalam
interval waktu yang tidah terlalu lama.

Analisis :
Dari hal-hal tersebut maka point yang menjadi pegangan untuk menyebut adanya suatu
perbuatan berlanjut adalah :
Terdakwa melakukan beberapa perbuatan (kejahatan atau pelanggaran) yang sejenis, berasal
dari satu keputusan kehendak dan dilakukan dalam tenggang waktu yang tidak terlalu lama.
Adapun dasar hukum yang sesuai dengan kasus ini diatur dalam pasal 64 KUHP, yang
rumusannya sebagai berikut :
“ jika beberapa perbuatan perhubungan, sehingga demikian harus dipandang sebagai satu
perbuatan yang diteruskan, maka hanya ada satu ketentuan pidana saja yang digunakan
walaupun masing – masing perbuatan itu menjadi kenjahatan atau pelanggaran, jika
hukumannya berlainan, maka yang digunakan ialah peraturan terberat hukuman utamanya ”.
Kesimpulan :
Berdasarkan contoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya perbuatan lanjutan adalah
suatu bentuk perbutan yang berupa kejahatan / pelanggaran yang dilakukan secara berulang –
ulang serta dilakukan oleh seseorang dalam waktu interval yang tidak terlalu lama.

You might also like