You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dosen Pengampuh:
Dr. Ns. Florensa, M.Kep., Sp.J

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Nur azira jalikin (841211007)
Putri kurniawati (841211011)
Safana lola (841214011)

PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYAYAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN 2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan defisit
perawatan diri” ini tepat pada waktunya. Walaupun mungkin secara penilaian makalah ini
masih belum sempurna, tetapi kelompok kami akan terus berusaha untuk memperbaikinya.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa kelompok kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Kepada ibu Dr. Ns. Florensa, M.Kep., Sp.J selaku dosen pengampu di mata kuliah
Keperawatan Jiwa.
2. Kepada orangtua, yang selalu mendoakan.
3. Kepada teman – teman yang selalu mendukung dan membantu dalam pembuatan
makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Kelompok kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kelompok kami miliki. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama didunia
pendidikan.

Pontianak 1 Oktober 2023

Kelompok 10
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian dalam
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala prilaku negatif dan menyebabkan pasien
dikucilkan dan dijauhi oleh orang sekitar. Masalah defisit perawatan diri bisaa
menularkan berbagai macam penyakit kepada penghuni lainnya dan juga tenaga
kesehatan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah
defisit perawatan diri adalah melalui penerapan personal hygiene. Tujuan penerapan
ini adalah untuk mengatahui kemampuan personal hygiene pasien defisit perawatan
diri Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung tahun 2022. Desain karya tulis
ilmiah ini menggunakan desain studi kasus. Subyek yang digunakan adalah 2 (dua)
subyek. Analisis data didapat dengan melihat perubahan kemampuan setelah
diberikan penerapan personal hygiene pada pasien defisit perawatan diri. Hasil
penerapan menunjukkan bahwa setelah dilatih personal hygiene kemampuan pasien
meningkat(Wati s dkk, 2023)
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan diri. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan kemampuan yang dimiliki
oleh ODGJ meliputi kemampuan untuk merawat diri seperti mandi, makan,
berpakaian dan berhias diri. Ketidaktahuan dan ketidakmampuan keluarga akan
mempengaruhi tindakan yang dilakukan pada ODGJ misalnya dalam hal pemenuhan
kebutuhan sehari - hari. Kebutuhan klien meliputi kebutuhan fisik dan psikis,
keduanya perlu diperhatikan dan dipenuhi sesuai porsinya. Pemenuhan kebutuhan
fisik klien ODGJ perlu diperhatikan karena akan berbanding lurus dengan pemenuhan
psikis klien, apabila tidak terpenuhi maka dapat memperburuk kondisi klien.
Penulisan manuskrip ini bertujuan untuk melihat kondisi klien dengan defisit
perawatan diri yang belum meyakini bahwa perawatan diri sangat penting selain
tindakan terapi lain yang berhubungan dengan kesehatan jiwa. Manuskrip ini
menelaah terapi kognitif dan perilaku untuk kasus defisit perawatan diri. Metode ini
dilakukan dengan mereview jurnal yang terkait penerapan terapi kognitif dan
perilaku, defisit perawatan diri dan faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari
pemberian terapi. Pengalaman terbaik dapat diperoleh oleh klien jika klien terlibat
langsung mendapatkan informasi yang cukup tentang pentingnya menjaga kebersihan
diri, mengetahui bagaimana cara melakukannya dan dapat menerapkannya pada
kegiatan sehari – hari(Erlando A, 2019)

B. TUJUAN PENULIS
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan defisit perawatan diri.
b. Tujuan Khusus
Mendeskripsikan pendokumentasian penerapan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan defisit perawatan diri.
BAB II
A. DEFINISI
1. Defisit Perawtan Diri
Defisit Perawatan Diri (DPD) adalah ketidak mampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri, Penyebab dari kurangnya perawatan diri
yaitu : gangguan muskuloskelatal, gangguan neuromuskuler, kelemahan,
gangguan psikologis / psikototik dan penurunan motivasi / minat, yang
menyebabkan penurunan untuk melakukan aktivitas perawatan diri mandi,
berpakaian, makan, toileting serta berhias. Defisit perawatan diri adalah keadaan
dimana seseorang yang mengalami kelainan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan pasien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau nafas serta penampilan tidak rapi. Defisi perawatan diri
merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa (Laia
&Pardede,2022 dalam Mardhianti, 2022).
Deficit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan
eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk, Messakh, & Sukardi, 2018 dalam
Mardhianti, 2022)

2. JENIS-JENIS DEFISIT KEPERAWATAN DIRI


Menurut Sutejo (2019) dalam Mardhianti (2022) jenis – jenis perawatan diri
dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Defisit perawatan diri : mandi Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
2. Defisit perawatan diri : berdandan atau berhias Kurangnya minat dalam
memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau
mencukurkumis.
3. Defisit perawatan diri : makan Mengalami kesukaran dalam mengambil,
ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan
hanya beberapa suap makanan daripiring.
4. Defisit perawatan diri : toileting Ketidak mampuan atau tidak adanya
keinginan untuk emlakukan defeksi atau berkemih tanpabantuan.
3. ETIOLOGI
a. Factor predisposisi (Nurhalimah,2016 dalam Mardhianti, 2022)
1) Biologis , dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit
fisik dan mental yang disebabkan klien tidak mampu melakukan kperawatan
diri dan dikarenakan adanya factor herediter dimana terdapat anggota
keluarga yang mengalami gangguanjiwa.
2) Psikologis, adanya factor perkembangan yang memegang peranan yang tidak
kalah penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi
terganggu. Klien yang mengalami deficit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan klien tidak peduli
terhadao dir dan lingkungannya termasuk perawatan diri.
3) Social, kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam merawatdiri.
b. Factor presipitasi Faktor presipitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri
yaitu penurunan motivasi, kerusakan kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah
yang menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Rochmawati (2013), factor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihandirinya.
2) Praktik Sosial Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personalhygiene.
3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan
uang untukmenyediakannya
4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pad aklien
penderita DM, ia harus menjaga kebersihankakinya.
5) Budaya Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
bolehdimandikan.
6) Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampoo danlain-
lain.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
1) Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak Psikososial Masalah social yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan interaksisocial.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Jalil (2015) dalam Mardhianti (2022), tanda dan gejala defisit perawatan diri
terdiri dari :
a. Data subjektif Klien mengatakan:
1) Malasmandi
2) Tidak mau menyisirrambut
3) Tidak mau menggosokgigi
4) Tidak mau memotongkuku
5) Tidak mauberhias/berdandan
6) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihandiri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BABdanBAKsembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dab BAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yangbenar b. Dataobjektif
a) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kukupanjang.
b) Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi
denganbenar.
c) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, sertatidak
mampuberdandan.
d) Pakaiann tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak
mengkancingkan baju ataucelana.
e) Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, mis:
memakai pakaian berlapis-lapis, penggunaa pakaian yangtidak.

5. MekanismeKoping
Menurut (Sutria, 2020 dalam Mardhianti, 2022), mekanisme koping berdasarkan
penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Mekanisme kopingadaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi
pertumbuhan belajar dan mencapi tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme kopingmaladaptive Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak ingin merawat diri.
6. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaa menurut mardhianti (2022) yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaandiri
b. Membimbing dan menolong klien merawatdiri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

B. Asuhan Keperawatan
Perubahan proses pikir yang menyebabkan ketidakmampuan untuk merawat diri terlihat
sebagai defisit perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa. makan saat mandi,
berhias sendiri, dan membuang buang air besar atau air kecil) secara mandiri
(Erlando,2019).
a. Identitas Klien: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, tanggal
masuk, alasan masuk, nomor rekam medis, dan keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk: Alasan klien atau keluarga tiba di rumah sakit atau dirawat di sana.
Klien sering mengalami masalah seperti senang menyendiri, tidak mau banyak
berbicara dengan orang lain, terlihat murung, terlihat tidak teratur, tidak peduli
dengan diri sendiri, dan mulai mengganggu orang lain.
c. Factorpredisposisi

1) Umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lampau.


2) Penyakit kronis yang diderita oleh klien sehingga tidak mampu melakukan
perawatan diri.

3) Pengobatan sebelumnya dengan hasil yang nihil/ tidak seperti yang diharapkan

4) Harga diri rendah,klien tidak memilki motivasi untuk merawat diri sendiri.

5) Pengalaman dimasa lampau yang kurang menyenangkan, yaitu perasaan ditolak,


direndahkan, dibully dan menjadi saksi penganiayaan.

6) Ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama. Pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan seperti kegagalan, sehingga menimbulkan
frustasi berlebih.

d. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang merupakan


penampilan klienyang kotor dan acak-acakan.

e. Psikososial

1) Genogram Menurut Hastuti (2018), genogram memberi gambaran klien dan


anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuhan.

2) KonsepDiri

a) Citra Tubuh

Persepsi klien tentang tubuhnya, daerah tubuh yang disukai, respon klien mengenai
tubuh yang disukai maupun tidak disukai (Nurhaini, 2018).

b) Identitas Diri

Kaji status dan posisi klien sebelum melakukan perawatan, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya, kepuasan klien menjadi laki- laki atau perempuan (Bunaini,
2020).

c) Peran Diri

Mencakup tugas atau peran klien didalam keluarga/pekerjaan/kelompok maupun


masyarakat, kemampuan klien saat melaksanakan fungsi atupun perannya, perubahan
yang terjadi disaat klien sakit maupun saat perawatan, apa yang dialami klien akibat
perubahan yang terjadi (Ndaha, 2021).
d) Ideal Diri

klien memiliki harapan akan keadaan tubuhnya yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan/sekolah, harapan klien akan lingkungan sekitar,dan penyakitnya
(Grasela, 2021).

e) Harga Diri

Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain sesuai dengan keadaan, akibat pada
klien yang berhubugan dengan orang lain, fungsi peran yang tidak valid dengan
harapan, stigma klien terhadap pandangan atau penghargaan orang lain (Safitri, 2020).

f) Hubungan Sosial

Hubungan sosial klien akan sangat terganggu dikarenakan penampilan klien yang
kotor berdampak pada orang sekitar sehingga menjauh dan menghindari klien.
Terdapat hambatan dalam berhubungan dengan orang lain (Bunaini,2020).

g) klien mengalami gangguan jiwa, nilai spiritualnya, keyakinannya, dan kegiatan


ibadahnya sehingga terganggu untuk melakukan hal yang positif.

h) Status Mental

1) Penampilan: Klien tidak berpakaian dengan baik, tidak tahu cara berpakaian,
dan menggunakan pakaian yang tidak sesuai (Putri, 2018).

2) Carabicara/Pembicaraan: Klien berbicara lambat, gagap, sering terhenti atau


terblokir, dan apatis (Malle, 2021).

3) Aktivitas motorik: Klien biasanya tampak lesu, gelisah, tremor, dan kompulsif
(Putri, 2018).

4) Alamperasaan: Klien biasanya tamoak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya,
rendah diri, dan merasa dihina (Malle, 2021).

5) Afek: Klien tampaknya datar, tumpul, emosinya berubah-ubah, kesepian, apatis,


depresi atau sedih, dan cemas (Putri, 2018).
6) Interaksi saat wawancara: Respon klien saat wawancara menunjukkan sikap atau
peran yang tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain, seperti tidak
kooperatif, mudah tersinggung, dan kurangnya kontak.

8) Proses Pikiran: Klien dapat berpikir secara otistik, dereistik, sirkumtansial,


terkadang tangensial, kehilangan asosiasi, dan kadang-kadang berhenti tiba-tiba.

i) Kebutuhan Pulang Klien

1. Makanan klien kurang, cara makan yang terganggu, dan ketidakmampuan untuk
menyiapkan dan membersihkan peralatan makan. 2. Pakaian klien tidak mau
mengganti pakaian, tidak bisa memakai pakaian yang sesuai, dan tidak berdandan
dengan baik.

3. Mandi: Klien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi, mencuci
rambut, atau menggunting kuku, tubuhnya tampak kusan, dan mengeluarkan bau.

4. BAB/BAK: Klien tidak meletakkan BAB/BAK di temoat tidurnya, dan mereka


tidak dapat membersihkannya.

5. Istirahat: Klien tidak melakukan aktivitas apa pun setelah bangun tidur, dan
biasanya tidak minum obat apa pun.

6. Penggunaan Obat: Jika klien mendapat obat, dia biasanya tidak minum obat
dengan cara yang benar.

j) Mekanisme Koping seperti yang dinyatakan oleh Danyanti (2018), yaitu

1. Adaptif

klien tidak ingin berbicara tidak dapat menyelesaikan masalah dengan orang
lain yang ada, klien tidak mampu mengikuti latihan fisik karena klien selalu lelah

2. Gagal beradaptasi

Menurut Danyanti (2018), klien merespons dengan sangat

klien tidak mau bekerja, terkadang lambat sepenuhnya menghindari orang lain.

3. Problem Psikososial dan Lingkungan

Sebagaimana dinyatakan oleh Danyanti (2018), klien mengalami masalah


psikososial seperti bagaimana berinteraksi lain orang dan lingkungan. Ini karena
kurangnya dukungan keluarga, pendidikan yang buruk, masalah sosial ekonomi
dan kesehatan.

4. Pemahaman

Menurut Danyanti (2018), kekurangan klien terapi diri kadang-kadang


mengalami gangguan kognitif yang menyebabkan ketidakmampuan

membuat keputusan.

k) Sumber Koping: Maryam (2017) menyatakan bahwa sumber koping adalah analisis
strategi dan pilihan koping seseorang. Sumber koping di lingkungan dapat membantu
orang mengatasi stres dan kecemasan. Koping ini digunakan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah.

C. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan Merupakan suatu masalah keperawatan klien mencakup baik
respon adaptif maupun maladaptif serta stressor yang yang menunjang ( Herman &
Kamitsuru, 2015). Diagnosa yang muncul pada defisit perawatan diri :
1) Defisit perawatandiri
2) Harga dirirendah
3) Isolasisosial

1. Tanda dan gejala mayor Defisit perawatan diri

SUBJEKTIF OBJEKTIF
1. Menolak melakukan perawatan diri 1. Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang

2. Harga diri rendah


Data mayor

SUBJEKTIF OBJEKTIF
1. Menilai diri negatf 1. enggan mencoba hal baru
2. Merasa malu/bersalah
3. merasa tidak mampu melakukan apapun 2. berjalan menunduk
4. meremehkan kemampuan mengatasi 3. postur tunuh menunduk
masalah
5. merasa tidak memiliki
kelebihan/kemampuan positif
6. melebih lebihkan penilaian negatif
tentang diri sendiri
7. menolak penilaian positif tentang diri
sendiri

Data minor

SUBJEKTIF OBJEKTIF
1. merasa sulit konsentrasi 1.kontak mata kurang
2. sulit tidur 2. lesu dan tidak begairah
3. mengungkapkan keputus asaan 3. berbicara pelan dan lirik
4. pasif
5. perilaku tidak arsetif
6. mencari penguatan secara berlebihgan
7. bergantung pada pendapat orang lain
8. Sulut membuat keputusan

3. Isolasi Sosial
Data mayor

SUBJEKTIF OBJEKTIF
1.merasa ingin sendirian 1. menarik diri
2. merasa tidak aman di tempat umum 2. tidak berminat/ menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan

Data minor

SUBJEKTIF OBJEKTIF
1.merasa berbeda dengan orang lain 1. afek datar
2. merasa asyik dengan pikiran sendiri 2. afek sedih
3. merasa tidak mempunyai tujuan yang 3. riwayat di tolak
jelas 4. menunjukan permusuhhan
5. tidak mampu memenuhi harapan orang
lain
6. kondisi difabel
7. tindakan tidak bearti
8. tidak ada kontak mata
9. perkembangan terlambat
10, tidalk bergairah/lesu

Pohon masalah

ISOLASI SOSIAL

DEFISIT PERAWATAN
DIRI

HARGA DIRI
RENDAH
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan & kruteria hasil Intervensi keperawatan
1 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri
selama… diharapkn Observasi:
perawatan diri membaik -identifikasi kebiasaan
dengan kriteria hasil aktifitas perawatan diri
1. kemampuan mandi(5) sesuai usia
meningkat -monitor tingkat
2. kemampuan mengenakan kemandirian
pakaian (5) meningkat -identifikasi kebutuhan
3. kemampuan ketoilet alat bantu kebersihan diri,
(BAB/BAK) (5) meningkat berpakaian , berhias, dan
4. minat melakukan makan.
perawatan diri (5) meningkat Tarepuetik:
-sediakan lingkungan
yang tarepuetik (mis.
Suasana hangat, privasi)
-siapkan keperluan pribadi
(mis paepum, sikat gigi,
dan sabun mandi)
-dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri.
-fasilisasi kemandirian
-jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi:
-anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
2 Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…
diharapkan harga diri
meningkat dengan kriteria
hasil
1.penerimaan penilaian
positif terhadap diri sendiri
(5) meningkat
2. berjalan menampakan
wajah (5) meningkat
3. perasaan malu (5) menrun
4. meremehkan kemampuan
mengatasi masalah (5)
menurun
3 Isolasi sisial Setelah dilakukan tindakan Terapi aktifitas
keperawatan selama… Observasi:
diharapkan keterlibatan sosial -identifiksi defisit tingkat
dapat menurun dengan aktifitas
kriteris hasil -identifikasi strategi
1.perilaku menarik diri meninggaktkan partisipasi
menurun(5) dalam aktifitas
2. afek murung/sedih -monitor respon
menurun (5) emosional, fisik, sosial,
3. minat terhadap aktifitas dan spritual terhadap
meningkat (5) aktifitas
4. minat interaksi meningkat
(5) Tarepuetik:
-pasilisasi pokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang di alami
-pasilisasi memilih
aktifitas dan tetapkan
tujuan aktifitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
sikologi, dan sosial
-fasilisasi mmakna
aktifias yang di pilih
-jadwalkan aktifitas dalam
rutinitas sehari hari

Edukasi:
-jelaskan metode aktifitas
fisik sehari hari
-anjurkan cara melakukan
aktifitas yang dipilih
-anjurkan terlibat dalam
aktifitas kelomok atau
terapi

Kolaborasi:
-rujuk pada pusat atau
program aktifitas
komunitas

Implementasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan

You might also like