You are on page 1of 495

Kolektor E-Book

Dendam Kesumat
karya Widi Widayat
Pembuat Djvu : ......
Edit teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo
Selesai di edit : 24 Agustus 2018,Situbondo
Ebook dipersembahkan oleh PUSTAKA EDULICIOUS
Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel

https://pustaka.edulicious.my.id/

Selamat Membaca ya !!!


***

DENDAM KESUMAT Karya : Widi Widayat Jilid : I


SESUDAH Kadipaten Pati runtuh, wilayah Kadipaten Pati menjadi bagian wilayah
Kerajaan Mataram dengan Raja Sultan Agung. Nama Tumenggung Wiroguno menjadi
amat terkenal. Keberhasilannya mengalahkan Pati, ia dielu-elukan oleh rakyat dan
punggawa Mataram di saat pulang kembali ke Mataram. Ia disanjung tinggi sebagai
seorang pahlawan. Dan oleh keberhasilannya itu, kemudian Tumenggung Wiroguno
mendapat hadiah seorang "gadis tawanan", bernama Rara Mendut. Sesungguhnya
gadis bernama Rara Mendut ini, calon selir Adipati Pragola. Tak mengherankan kalau
Rara Mendut dipuji sanjung sebagai seorang gadis yang cantik jelita bagai bidadari.
Akan tetapi tentang cerita Rara Mendut ini, akan diceritakan kemudian sesudah cerita
"Dendam Kesumat" ini tamat. Dan yang penting kita sekarang, mengikuti kepergian

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Prayoga dan Sarini yang selalu bercanda dengan maut.
Dalam perjalanan mereka meninggalkan Kadipaten Pati itu, mereka nampak rukun.
Pada kesempatan ini Prayoga lalu menceritakan keadaannya selama berpisah. Dan
diceritakan pula tentang kesaktian Ladrang Kuning, yang menyebabkan si Bangkok
Baskara menderita luka dalam. Dan oleh pembelaan Ladrang Kuning yang menuruti
permintaan Mariam itu, menyebabkan Swara Manis yang sudah ditawan menjadi lepas
kemba-li.
Tiba-tiba saja Sarini mencaci-maki kepada Mariam maupun Swara Manis.
mendengar kisah itu. Kalau saja Mariam tidak banyak ulah, dirinya tidak terancam
maut oleh ladrang Kuning di dasarjurang. Kemudian Sarini menceritakan pula
pengalamannya, selama dirawat oleh Kigede Jamus. Hanya dalam waktu tiga hari saja
lukanya sudah sembuh, berkat kesaktian kakek itu.
"Tetapi apakah sebabnya ilmu kepandaianmu maju pesat dalam waktu tidak lama?"
tanya Prayoga yang heran.
"Hi-hi-hik," Sarini cekikikan.
"Lucu sekali. Kakek itu di samping seorang sakti mandraguna juga jujur."
"Apa maksudmu?"
"Hi-hi-hik, dalam tiga hari lukaku sudah sembuh. Tetapi aku masih pura-pura
kesakitan hebat dan merengek-rengek. Dan tiap hari ada-ada saja yang aku keluhkan
kepada kakek baik hati itu. Aku katakan, kalau jantungku lemah, kepala pening, dan
macam-macam yang lain. Di samping aku merengek, akupun menyesalkan mengapa
kakek itu melawan ibu guru, sehingga berakibat akulah yang menderita. Agaknya kakek
itu percaya dan tampak gugup. Kemudian dengan rela ia sedia memberi ilmu tenaga
dalam maupun tenaga sakti kepada diriku. Hi-hi-hik, bukankah aku beruntung?"
"Hem, engkau kurangajar sekali," cela Prayoga.
"Ketahuilah bahwa Kigede Jamus bukan saja seorang tua sakti tetapi juga waskita.
Aku tidak percaya kalau kakek itu percaya saja kepada omonganmu. Aku pikir, karena

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kakek itu seorang pertapa yang tidak ingin membuat dirimu malu, maka kakek itu
pura-pura tidak tahu. Lalu sedia pula memberi pelajaran ilmu kesaktian kepada dirimu.
Hemm, aku tahu, sebabnya kakek itu sedia memberi ilmu kesaktian kepada dirimu,
bukan karena hasil rengekanmu, tetapi karena engkau memang mempunyai bakat yang
baik. Dan karena bagaimanapun engkau merupakan muridnya pula sekali pun tidak
resmi, maka sudah merupakan kewajiban bagi dirimu untuk menghormati kakek itu."
"Apa. tak usah. Huh... engkau sok pintar." damprat Sarini walaupun dalam hati
sependapat.
"Huh, aku tidak membutuhkan wejanganmu. tahu? Kalau aku tak pura-pura sakit,
mana mungkin kakek itu sedia memberi pelajaran?"
"Ya ya sudahlah kalau memang begitu." Prayoga mengalah karena selalu kalah
beradu lidah.
"Tetapi aku bermaksud baik, justru untuk kepentinganmu sendin."
"Tapi aku juga mengerti." Sarini mengamati Prayoga tak berkedip. kemudian ketawa.

Prayoga terkesiap. Selama ini dirinya tidak pernah memperhatikan Sarini, sekalipun
bergaul bertahun tahun. Saat ini sesudah memperhatikan gadis yang sedang mekar ini,
diam-diam hatinya tak dapat membantah bahwa sesungguhnya Sarini seorang gadis
cantik di samping lincah.
"Kakang... aku ingin bertanya." ujar Sarini.
"Apakah mbakyu Mariam tak mau mengakui sudah bertunangan dengan dirimu?"
Ada sebabnya Sarini tiba-tiba menanyakan hal ini. Karena. selama ini Prayoga tidak
pernah menatap dan memperhatikan dirinya. Akan tetapi sekarang, tiba-tiba saja
Prayoga mau memperhatikan.
"Benar..." sahut Prayoga lesu.
"Engkau sedih dan kecewa ?"
"Ya... pada mulanya memang begitu," sahutnya jujur.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Tetapi setelah aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, dia mencintai Swara
Manis aku menjadi sadar."
Jantung Sarini mendadak berdebar mendengar jawaban itu. Ia menundukkan
kepalanya. dan sepasang pipi itu tiba-tiba memerah jambu. Untung juga Prayoga tidak
memperhatikan, sehingga berkuranglah debaran jantung gadis ini. Dan karena
Prayoga tidak bereaksi apa-apa, kemudian Sarini bertanya,
"Kakang, bolehkah aku bertanya?"
Prayoga tercengang. Tidak biasa Sarini bicara seperti ini, agak malu dan ragu.
Selama dirinya bergaul, gadis ini pandai sekali bicara sehingga dirinya selalu kalah
berdebat.
"Apa yang akan kau tanyakan?" Prayoga memperhatikan.
"Ah... tidak jadi saja..." sahut gadis ini.
"Mari cepat-cepat kita pergi dari tempat ini, agar tidak berhadapan dengan musuh "
"Kemana kita harus pergi?"
"Kemanapun jadi. Yang penting aku dapat menyertai perjalananmu."
"Hem..." Prayoga berpikir.
"Kalau kita kembali ke Muria, kemungkinan kita tak dapat bertemu dengan siapapun.
Sebab semua orang takkan sanggup berhadapan dengan peluru meriam itu. Tetapi... "
"Sudahlah kakang, ke manapun jadilah. Yang terpenting, secepatnya kita harus
meninggalkan Pati."
Karena tak tahu ke mana harus pergi, akhirnya dua orang muda ini hanya
menurutkan kakinya melangkah. Celakanya, tak lama kemudian hujan turun lebat
sekali. Dalam usahanya untuk tidak basah oleh hujan, kemudian mereka berlarian
mencari tempat untuk berteduh. Padahal mereka sedang di dalam sebuah hutan. Tak
cukup mereka hanya bernaung di bawah pohon.
Untung juga tak lama kemudian mereka melihat sebuah bangunan tua.
Bentuknya mirip dengan mesjid. berdinding papan kayu. Untung pintu bangunan itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tidak tutup. Mereka cepat menerobos masuk. Ternyata di dalamnya kotor penuh debu
dan atap sebagian banyak tiris (trocoh). Sesudah menebarkan pandang mata ke
sekeliling, pandang mata mereka tertumbuk kepada sebuah meja kayu yang kasar. Meja
tersebut kering, dan lantainya tidak basah oleh genangan air.
"Kakang... marilah kita berteduh di bawah meja itu saja." ajak Sarini sambil menarik
tangan Prayoga.
Meja itu tak begitu lebar. Di samping itu sebelah kiri dan kanan. ditutup dengan
kayu, sehingga bawah meja menjadi sempit. Maka pemuda ini enggan menuruti
permintaan adik seperguruannya.
"Kakang, mengapa enggan? Apakah engkau lebih suka basah oleh air, daripada
berteduh di bawah meja?" desak Sarini.
Karena didesak Prayoga menurut. Tetapi karena sempit. mereka terpaksa duduk
berhimpitan. Dan karena pakaian mereka basah, rasanya juga kurang nyaman.
Agak beberapa lama mereka duduk sambil berdiam diri. Tetapi Sarini yang tidak
betah berdiam diri, kemudian bertanya,
"Kakang... sesudah mbakyu Mariam tidak mencintaimu, bagaimanakah perasaanmu
sekarang? Apakah engkau akan tetap melamunkan dia, atau mengalihkan perhatianmu
kepada gadis lain?"
"Aku sendiri tidak tahu," sahut Prayoga polos.
"Aku sudah mempermainkan engkau sedemikian rupa. Apakah engkau tidak marah
kalau aku menerangkan terus-terang?" Sarini bertanya demikian, maksudnya ingin
membuka rahasia tentang pertukaran benda sebagai tanda tunangan waktu itu.
"Hemm, mengapa aku harus marah? Katakanlah!"
"Hemm... malam itu.... "
"Stt... diamlah. . " tiba-tiba Prayoga mencegah.
Sarini memasang telinga. Ia kemudian mendengar pula langkah kaki orang. Mereka
berdiam diri dan mengamati luar rumah. lalu tampaklah dua orang lakilaki masuk ke

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dalam, dan salah seorang berkata,
"Setan... hujan ini benar-benar tidak tahu aturan."
"Hemm, siapa yang dapat mencegah turunnya hujan? Masih untung kita dapat
berteduh di rumah bobrok ini!" sahut kawannya.
"Ah... tetapi meja itu kering." Kemudian mereka menghampiri meja.
Prayoga khawatir dan bermaksud akan ke luar. Akan tetapi Sarini cepat mencegah.
katanya,
"Jangan. Lebih baik kita tetap sembunyi di sini sambil mendengarkan apa yang
mereka bicarakan. Hem... siapa tahu kita memperoleh keterangan penting dari
pembicaraan mereka?"
"Keparat!" gerutu orang pertama.
"Memperoleh tempat berteduh. tetapi di sana-sini bocor. Apakah tidak lebih baik kita
berteduh di bawah meja saja?"
"Sudahlah, kiranya lebh enak kita duduk di atas meja. Dengan begitu kita akan tahu
keadaan," sahut kawannya.
"Kurangajar!" umpat Sarini dalam hati. Kalau sampai terjadi, mereka menerobos
masuk bawah meja, kehadirannya tentu diketahui orang.
Beberapa jenak kemudian, terdengar mereka bicara,
"Kakang Dasa Muka. Apakah sebabnya Swara Manis mencari dirimu?"
Disebutnya nama Dasa Muka dan Swara Manis, membuat Prayoga dan Sarini yang
duduk di bawah meja menjadi tegang. Kemudian mereka memusatkan perhatian, agar
dapat mendengar dengan jelas.
"Hemm, sepanjang yang aku ketahui, dia sudah terikat janji dengan orang bernama
Darmo Saroyo. Kabar yang aku dengar, antara mereka akan bertanding Ilmu kesaktian
di Gunung Slamet. tidak lama lagi."
Dasa Muka berhenti sejenak, menghela napas panjang.
"Swara Manis tidak mau menggantungkan bantuan gurunya. Ki Hajar Saptabumi,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dan dia akan menghadapi lawan itu dengan kemampuannya sendiri. Di dalam
mempersiapkan diri untuk bertanding itu, kemudian dia teringat kepada diriku. Karena
waktu itu dirikulah yang telah berhasil mencuri pedang pusaka milik Ladrang Kuning.
bernama nyai Baruni. Dia tertarik kepada pedang pusaka itu, dan ingin membelinya."
Sarini kaget sekali dan menyentuh Prayoga. Akan tetapi Prayoga berdiam diri,
agaknya juga mendengarkan penuh perhatian, tentang pembicaraan dua orang itu.
"Ha-ha-ha," orang itu terbahak.
"Siapapun mengakui bahwa kakang Dasa Warna alias Dasa Muka, seorang yang
amat cerdik. Oleh kecerdikanmu, sekalipun, Ladrang Kuning dapat ditipu dan
pedangnya dapat dicuri. Eh eh? aku pernah mendengar bahwa pedang pusaka itu
sebenarnya satu pasang, yang satu jantan dan yang lain betina. Tentunya pedang
pusaka itu hebat bukan main?"
"Tentu saja." Dasa Muka menjawab.
"Pedang pusaka itu tajam bukan main. ibarat dapat memapas baja seperti membelah
lumpur saja. Mungkin di dunia ini. ketajaman pedang pusaka itu tak ada
tandingannya."
"Tetapi selama ini aku belum pernah mendengar, engkau mempamerkan pedang
pusaka yang berhasil engkau curi itu. Sekarang, dapatkah engkau memberi kesempatan
kepada diriku agar aku dapat melihatnya barang sebentar?"
"Hem... tetapi pedang itu sudah lama tidak di tanganku lagi."
"Ehh... aku Bagus Wahono. Aku bukan seorang yang serakah dan melupakan budi
orang. Tetapi mengapa engkau curiga kepada diriku?"
Sarini menyentuh Prayoga lagi sambil berbisik,
"Kakang, orang yang bernama Bagus Wahono itu, laki-laki kurangajar yang
tangannya buntung oleh pedang mbakyu Mariam waktu itu. ... "
Karena khawatir didengar orang, dalam membisikkan kata-kata ini Sarini merapat
Prayoga. Di samping itu bibirnya juga merapat, menyentuh daun telinga kakak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
seperguruannya. Sentuhan bibir yang hangat itu menyebabkan hati pemuda ini
meriang, nikmat, menyebabkan pemuda ini seperti kehilangan kesadaran.
Mereka yang duduk di atas meja tidak menyadari keadaan di bawah meja. Lalu Dasa
Muka menjawab,
"Ah... engkau jangan cepat menuduh diriku tidak percaya. Kalau saja pedang itu
masih di tanganku, mana mungkin aku mempersulit Swara Manis yang sudah
berkali-kali menolong diriku?"
"Hemm... kalau tidak di tanganmu, lalu ke mana sekarang pedang itu pergi? Pedang
tidak mempunyai kaki, tentunya engkau pula yang menyingkirkannya."
"Hemm... ketika itu. sesudah aku berhasil mencuri pedang ladrang Kuning, aku
menjadi bingung sendiri." Dasa Muka menceritakan.
"Sebabnya aku bingung, karena aku menyadari, diriku seorang lemah. Jika tetap di
tanganku, diriku malah diancam oleh bahaya, karena orang yang tahu berusaha
merebut. Sebagai akibat kekhawatiran dan ketakutanku itu, akhirnya aku merencanakan
untuk menyerahkan pedang pusaka kepada Ki Hajar Sapta Bumi. Tetapi hem... celaka...
."
"Apa yang terjadi?" Bagus Wahono kaget.
"Pada suatu hari, datanglah utusan sahabatku yang ingin melihat pedang pusaka
termasyhur itu. Karena sahabat aku tidak ingin membuat dia kecewa, dan terpaksa
pedang itu aku antar sendiri ke sana. Akan tetapi dasar nasib sedang sial. Setiba di
tempat sahabatku, pedang pusaka itu dirampok oleh gerombolan penyamun yang
berdiam di Pegunungan Dieng ...... "
"Ah. .. apakah engkau juga menerangkan begitu kepada Swara Manis?"
"Sudah. Dan aku juga minta pertolongannya, agar Swara Manis dapat merebut
pedang pusaka itu."
Bagus Wahono menghela napas sedih. lalu berkata,
"Tetapi di sana terdapat beberapa gerombolan penyamun. Lalu gerombolan mana

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
yang sudah merampas pedang pusaka nyai Baruni itu?
"Gerombolan rampok itu dipimpin oleh Surogendi"
"Apa? Surogendilo?" Bagus Wahono berseru tertahan.
"Aduh celaka!! mengapa harus berhadapan dengan gerombolan itu?"
"Apakah engkau tahu tentang gerombolan itu?"
"Aku sendiri tidak tahu jelas. Tetapi menurut keterangan orang, gerombolan
Surogendilo itu mempunyai senjata pelindung yang ampuh sekali. Setiap berhadapan
dengan musuh. mereka mengenakan selubung anyaman rotan dari kaki sampai menutup
kepala. Hem rotan itu kebal akan senjata. ..."
Bagus Wahono berhenti sejenak. Sesudah batukbatuk. baru meneruskan,
"menurut kabar, Ingkang Sinuwun Sultan Agung juga pernah mengutus pasukan
prajurit pilihan untuk menindas gerombolan itu. Tetapi yang terjadi kemudian malah
sebaliknya. Bukan pasukan Mataram yang dapat mengalahkan, tetapi pasukan
Mataram itu malah binasa...
"Brak!"....saking marahnya, Dasa Muka menggebrak meja, hingga debu kotoran
yang melekat meja berhamburan ke bawah. Yang celaka Prayoga dan Sarini. mereka
hampir sesak napas oleh debu. Namun demikian mereka tetap berdiam diri dalam usaha
mereka mendengar pembicaraan lebih lanjut.
"Aku percaya, engkau dapat menerangkan lebih banyak tentang gerombolan itu,"
kata Dasa Muka.
"Dengan keteranganmu yang berharga, kelak kemudian hari aku tentu membalas
budi itu."
Bagus Wahono ketawa bekakakan,
"Ha-ha-haha,. .. aku mendengar bahwa Surogendilo seorang raja penyamun yang
rakus akan paras cantik. hem apa lagi kalau masih gadis atau wanita muda. Apabila
dapat menggunakan paras cantik, usaha itu akan berhasil. Namun di samping itu.
setiap orang harus waspada. Karena Surogendilo mempunyai senjata berujut racun

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
yang luar biasa ampuhnya. Orang lain dapat minta racun itu dari Surogendilo, asal
racun itu ditukar dengan gadis cantik."
"Hemm... kalau begitu aku akan memberi saran kepada Swara Manis. Tetapi entah
dia setuju atau tidak."
"Engkau memberi saran apa?"
"Bukankah engkau juga mendengar, Swara Manis telah berhasil memikat gadis ayu
anak Ali Ngumar yang bernama Mariam? Gadis itu cantik jelita bagai bidadari turun
dari kayangan. Kalau saja Swara Manis sedia menukarkan gadis itu dengan pedang
pusaka itu, Surogendilo tentu akan senang sekali dan semua rencana Swara Manis
bakal. ... "
"Bangsat keparat! Jangan lari!" bentak Prayoga tiba-tiba, yang tidak kuat
mendengar pembicaraan mereka itu, yang menyebut-nyebut nama Mariam. Berbareng
dengan ucapannya. terdengar suara brak yang keras. karena menggunakan kepalanya,
Prayoga telah membentur meja.
Bagus Wahono dan Dasa Muka kaget bukan main, seperti disambar halilintar. Oleh
kerasnya guncangan dan rasa kaget. membuat dua orang ini bergulingan di tanah yang
basah oleh air.
Tetapi celakanya saking. Prayoga dan Sarini tidak dapat secepatnya keluar dari
bawah meja. Dalam geramnya Prayoga sudah menghantam meja,
brak. . !!
hingga kayu hancur berkeping-keping. Secepatnya Prayoga menerobos ke luar.
Bagus Wahono yang gerakannya lebih lambat, sudah disambar oleh Prayoga lalu
dibanting ke tanah. Orang itu menjerit nyaring, tergolek di tanah dan tak berkutik lagi.
Prayoga celingukan. tetapi sayang Dasa Muka telah berhasil melarikan diri.
"Sarini! Tahukah engkau ke mana bangsat Dasa Muka pergi?" teriak Prayoga.
"Akupun sudah mencari ke belakang, tetapi tak ketemu." Sarini menjawab.
Mendengar jawaban Sarini dari luar rumah, Prayoga cepat bergerak menuju barat.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tetapi baru saja tiba di tempat itu, tiba-tiba sesosok bayangan langsing berkelebat dan
ternyata Sarini... .
Prayoga heran. Bukankah tadi Sarini menjawab dari arah lain, dan mengapa secara
tiba-tiba sudah berada di tempat ini?
"Kakang. .. engkau tadi berkata, bangsat itu bersembunyi di rumpun ilalang sebelah
rumah. Sekarang manakah buktinya?" tegur Sarini.
"Tetapi bukankah engkau tadi menjawab dari arah lain?" jawab Prayoga heran.
Gagal menangkap Dasa Muka, gadis bawel ini amat mendongkol. Bentaknya,
"Rupanya engkau tadi sudah bertemu setan. Huh, siapakah yang sudah berkata
seperti itu kepadamu?"
Jawaban Sarini itu menyadarkan Prayoga, kemudian melompat dan menyelinap ke
bagian belakang rumah. Namun celakanya di tempat itu ia tidak menemukan orang
yang dicari. Ia meneruskan mencari, memperhatikan kebun belakang rumah. Tetapi
sesudah cukup lama tak juga berhasil, akhirnya pemuda ini menyerah kepada keadaan.
"Aku tidak percaya kalau bangsat itu dapat lolos!" Sarini bersungut-sungut.
"Tetapi kita telah tertipu," sahut Prayoga.
"O. .....apakah tadi aku berkata kepadamu, bahwa bangsat itu berada di sebelah
barat rumah?"
"Ya. ... "
"Hem. .. yang berkata kepadamu tadi bukan lain Dasa Muka sendiri."
"Ah engkau ngoceh tak keruan. Apakah aku ini tolol dan tidak kenal suaramu?"
"Sarini, ketahuilah bahwa Dasa Muka mempunyai kepandaian istimewa yang sulit
ditiru orang. Di samping dia pandai menyamar, juga pandai menirukan suara orang.
Itulah sebabnya dia dapat menirukan suaramu dan suaraku pula. Hem. .. aku pernah
menyaksikan sendiri, ketika bangsat itu menyamar sebagai guru kita. Aku tertipu dan
hampir celaka, karena aku mengira benar bapa Ali Ngumar. Nah, apa yang baru terjadi
sekarang inipun hasil kepandaian Dasa Muka. Akibatnya kita dapat ditipunya."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini menggentak-gentakkan kakinya saking marah. Namun diam-diam gadis inipun
timbul rasa inginnya, untuk dapat mempelajari ilmu menyamar wajah dan menirukan
suara orang.
Setelah usaha mencari Dasa Muka gagal. akhirnya perhatian ditujukan kepada
Bagus Wahono yang terluka berat oleh bantingan Prayoga. Apapula Bagus Wahono
yang sebelah tangannya sudah buntung itu, lengannya yang sebelah patah lagi. Orang
itu pucat lesi, menahan kesakitan hebat sekali.
"Cepat katakan sebenarnya. Di manakah Swara Manis sekarang ini?" bentak
Prayoga.
"Ampunilah aku..." ratapnya.
"Setahuku, sekarang dia di rumah Kadipaten Pati."
"Huh, engkau memang manusia jahat. Lengan tinggal sebelah, tetapi belum juga
berobah menjadi manusia baik...
"Sudahlah," cegah Sarini, sambil menghunus pedangnya.
"Sebaiknya engkau tidak marah-marah seperti itu."
Melihat Sarini menghunus pedang. semangat Bagus. Wahono seperti terbang dan
meratap lagi,
"Ampun ampunilah aku...
Namun Sarini tidak perduli, malah melekatkan mata pedang ke tenggorokan orang
itu. Membuat Bagus Wahono tambah ketakutan dan meratap,
"Ampun... ampunilah aku. ... "
"Berilah keterangan yang jelas. Di manakah tempat tinggal Surogendilo?" hardik
Sarini.
"Kalau aku menerangkan, apakah engkau memberi ampun?"
Melihat keadaan Bagus Wahono, kakak beradik seperguruan ini menjadi kasihan
juga. Lalu Sarini berkala lagi,
"Ya, aku sedia memberi ampun asal engkau menerangkan dengan jujur. Akan tetapi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kalau menipu, kemudian hari datang saatnya aku mencabut nyawamu."
Pedang Sarini masih melekat tenggorokan. namun demikian dadanya terasa agak
longgar. Jawabnya ke mudian,
"Surogendilo dan gerombolannya berdiam di desa Kapucukan, tak jauh dari sumur
Jalatunda. Kekuatan gerombolan itu, sekitar tiga ratus orang."
"Hem... berilah petunjuk lebihjelas lagi."
"Letak desa itu dekat dengan Gunung Jimat!"
Prayoga terkesiap mendengar nama gunung itu. Ia masih ingat, bahwa Ndara
Menggung alias Sampar Mega pernah bercerita tentang gunung itu.
"Gunung Jimat?" tanyanya kemudian.
Mendengar pertanyaan itu wajah Bagus Wahono berobah seketika. Baru beberapa
saat kemudian, ia tampak tenang kembali.
Akan tetapi Sarini yang cerdik dapat menduga kalau Bagus Wahono bohong.
Hardiknya, "Bangsat! Engkau masih berani" bohong?"
"Tidak... tidak!" sahutnya, dan kemudian bersumpah.
"Kalau aku sampai membohong biarlah aku mati disambar halilintar...
Sarini dan Prayoga percaya. Kemudian dua orang muda ini pergi meneruskan
perjalanan. Sesudah dua 0rang muda itu tidak nampak lagi, Bagus Wahono dapat
bernapas lega dan bibirnya tersenyum. Senyum kemenangan karena dengan gampang
telah dapat menipu dua orang muda itu.
Prayoga dan Sarini secepatnya menuju kota Pati. Tujuan mereka tidak lain untuk
bertemu dengan Swara Manis. Dalam hati dua orang itu sangat khawatir akan
keselamatan Mariam. Karena tahu, Swara Manis tidak mencintai Mariam secara tulus.
Kalau Swara Manis setuju akan saran Dasa Muka untuk menukarkan Mariam dengan
pedang pusaka Nyai Baruni, niscaya Mariam akan menderita. Oleh sebab itu mereka
bertekat untuk mencegah. Dan mereka ingin mendahului Dasa Muka yang tentu pergi
ke Pati juga, menemui Swara Manis.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Mereka tiba di kota Pati pada pagi hari. Mereka terharu melihat kota Pati, sesudah
selesai perang dan diduduki pasukan Mataram. Kota itu sekarang menjadi sepi. tidak
bedanya kota mati. Rumah-rumah pintunya tertutup rapat. Yang tampak di jalan hanya
prajurit Mataram bersenjata.
Keadaan kota Pati yang seperti mati itu, menyebabkan Prayoga dan Sarini sulit
memperoleh keterangan tentang Swara Manis. Sedang untuk bertanya kepada prajurit
Mataram, hal itu akan menimbulkan rasa curiga.
"Kakang, waktu kita amat berharga," kata Sarini.
"Menurut pendapatku, jalan yang paling tepat apabila kita dapat menangkap seorang
perwira Mataram, dan kita paksa memberi keterangan."
"Tetapi hal itu sulit terlaksana," sahut Prayoga.
"Seorang perwira akan lebih hati-hati dibanding prajurit biasa, jika berhadapan
dengan orang yang belum dikenal."
"Tetapi aku mempunyai cara yang baik," katanya sambil ketawa.
"Engkau akan berbuat apa?" Prayoga curiga di samping cemas.
"Engkau jangan bertindak sesuka hatimu sendiri."
"Tak usah khawatir," hibur Sarini.
"Percayalah. aku takkan membuat keonaran, tetapi dengan kecantikanku aku akan
memikat perhatian seorang perwira. Bukankah dalam suasana perang ini, setiap
prajurit selalu kehausan akan, wanita?"
Ia terkejut mendengar rencana adik seperguruannya itu. Karena ia khawatir kalau
Sarini berhadapan dengan seorang perwira sakti, sehingga celaka. Akan tetapi karena
tahu akan watak Sarini yang bandel, sekalipun berat hati ia setuju.
"Baiklah. Akan tetapi bagaimanapun engkau harus berhati-hati. Usahakan keadaan
sebaik mungkin, agar tidak sampai terjadi keonaran."
Dengan hati-hati mereka kemudian masuk ke dalam kampung. Secara kebetulan
mereka berpapasan dengan seorang laki-laki penunggang kuda. mengenakan pakaian

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
prajurit Mataram, dan pakaiannya itu indah. Mereka kemudian menduga, laki-laki ini
tentu seorang perwira Mataram.
Dengan gesit Prayoga sudah menyelinap bersembunyi. Ia akan melindungi
keselamatan Sarini kalau diperlukan.
Sarini beraksi, Ia berlagak genit dan dalam melangkah sengaja menonjolkan bagian
tubuh wanita yang kuasa menarik perhatian setiap laki-laki. Setiap saat Sarini
mengerling ke arah penunggang kuda itu penuh arti.
Penunggang kuda itu kaget dan berbareng heran, melihat wanita muda berjalan
seorang diri. Biasanya perempuan takut keluar rumah. Tetapi mengapa gadis ini tidak
takut? Diam-diam perwira Mataram itu curiga. Namun kecurigaannya itu dalam waktu
singkat tersapu, ketika matanya tertumbuk oleh tubuh semampai gadis muda yang
ternyata cantik dan menarik. Sebagai prajurit yang lama berpisah dengan keluarga,
selera kejantanannya menggelegak seperti kuda binal.
Dirinya merasa sebagai seorang perwira prajurit, yang sedang dimanja kemenangan.
Apakah salahnya di kota pendudukan ini menggunakan kesempatan dan kekuasaan?
Setiap laki-laki hampir sama. Apabila memperoleh kesempatan akan digunakan. Maka
ketika jarak sudah semakin dekat, Sarini pura-pura ketakutan. Tubuhnya dibuat
gemetaran dan langkahnya semakin lambat dan menepi. Kebalikannya laki-laki itu
semakin terangsang oleh kepadatan tubuh dan kecantikan wajah Sarini.
"Denok, engkau mau kemana?" tegurnya halus.
Dengan lagak yang dibuat-buat menyerupai orang yang ketakutan, Sarini menyahut
tidak lancar,
"Ndara ndara... sa... saya mau... pergi... ke rumah... embah dukun Ibu.... ibuku sakit...

"Kasihan..." perwira itu memberikan simpatinya.


"Mari kuantar dengan kuda agar lebih cepat tiba di sana."
"Ah ampun rumahnya ti... ti... tidak jauh. ... "

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Perwira Mataram yang dimabuk kemenangan itu tersinggung. Hardiknya,
"Apa? Engkau berani membantah?"
"Ampun ndara ibu sakit... saya mencari pertolongan dukun ...... "
"Ha-ha-ha. . " perwira itu tertawa gelak-gelak.
"Jangan takut, mari aku antar ke sana. Engkau akan lebih aman dalam
perlindunganku, di banding engkau pergi seorang diri."
Sarini pura-pura semakin ketakutan, namun diam diam sudah siap siaga. Sekali
bergerak ia harus dapat merobohkan perwira itu, kemudian dibawa ke suatu tempat
untuk diperas keterangannya. Perwira yang sudah mabuk paras cantik itu tidak
menyadari. sedang berhadapan dengan seekor singa betina. Melihat gadis cantik itu
gemetaran dan ketakutan. ia sudah meloncat dari kuda. Maksudnya jelas, a-kan
menawan gadis cantik itu. lalu dilarikan ke tempat aman.
Kesempatan yang sudah lama ditunggu itu tidak disia-siakan oleh Sarini. Begitu
tubuh perwira itu melayang turun. Sarini segera menyongsong. Dan tahu tahu. tubuh
perwira itu tidak dapat berkutik lagi dan tidak dapat pula berteriak.
Kesempatan yang sudah lama ditunggu itu tidak disia-siakan oleh Sarini. Begitu
tubuh peiwira itu melayang turun, Sarini segera menyongsong. Dan tahu-tahu, tubuh
perwira itu tidak dapat berkutik lagi dan tidak dapat pula berteriak.
Prayoga cepat melompat ke luar dari tempatnya bersembunyi. Dengan sebat tubuh
perwira itu disambar lalu dilarikan berikut kudanya. Karena di dalam kota, ulah
Prayoga itu diketahui prajurit yang lain lalu mengejar.
Sarini menyelinap, menunggu kesempatan baik. Karena Prayoga telah melarikan diri
dengan kuda, dirinya harus pula dapat merampas seekor kuda. Untung tak lama
kemudian, muncul seorang prajurit berkuda. Tanpa membuang kesempatan lagi, ia
melontarkan senjata bandringannya.
"Aduh. . " prajurit itu memekik dan terjungkal dari kuda.
Kuda itu kaget dan meloncat. Dengan tangkas Sarini meloncat, dan secara tepat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
telah berhasil duduk di atas pelana kuda. Akan tetapi ia tidak berani lari searah dengan
Prayoga, khawatir kalau bertemu dengan prajurit yang mengejar. Karena itu Prayoga
menuju ke barat, dirinya menuju ke timur.
Apa yang terjadi diketahui prajurit Mataram yang lain. Mereka segera berteriak dan
melakukan pengejaran. Akibatnya gemparlah suasana di tempat itu. Puluhan prajurit
segera melakukan pengejaran dengan kuda.
Tak lama kemudian Sarini tiba di dalam hutan belantara, dan ia merasa aman. Ia
kemudian meloncat turun dari kuda, lalu celingukan ke sana ke mari. Tibatiba saja
hatinya gelisah dan khawatir. Tadi dengan kakak seperguruannya belum sempat
berunding, di mana harus bertemu.
Karena gelisah, gadis ini menjadi uring-uringan sendiri. Dan tiba-tiba saja, cambuk
dalam tangannya melayang ke pantat kuda itu, tar... kuda melengking nyaring,
meloncat tinggi lalu lari seperti terbang.
Dalam gelisah dan tak tahu apa yang harus dilakukan, Sarini segera menyelinap ke
dalam semak yang rimbun. Harapan satu-satunya agar segera dapat bertemu dengan
kakak seperguruannya. Tetapi belum jauh bergerak, tiba-tiba telinganya menangkap
suara ribut. Ia cepat menduga, suara ribut itu tentu prajurit Mataram yang tadi
mengejar kakak seperguruannya. Timbul hasratnya untuk menghajar para prajurit itu.
Namun di lain saat. teringatlah dirinya sedang menghadapi tugas penting. Karena itu
dirinya harus pandai mengekang perasaan. Yang penting dirinya harus dapat bertemu
dengan Prayoga dan dapat mencari keterangan tentang Swara Manis.
Akan tetapi makin lama ia menjadi semakin kehilangan arah. Tak tahu lagi mana
arah, ia kebingungan, sehingga hatinya semakin gelisah bukan main.
Akan tetapi gadis ini memang bernasib baik. Pada saat dirinya bingung dan
kehilangan arah ini. mendadak ia mendengar suara orang yang terdengar sayup sayup
memanggil namanya. Ia terkejut berbareng gembira. Ia tahu, tentu yang memanggilnya
sekarang ini, kakak seperguruannya. Menduga demikian, secepatnya Sarini menuju ke

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
arah suara itu.
Namun setelah jaraknya tidak jauh lagi, tiba-tiba saja timbul lagi kenakalan dara ini.
Ia ingin menggoda Prayoga, dengan cara memanjat sebatang pohon mangga yang
berdaun rimbun.
"Sarini dimana kau?" Prayoga berteriak memanggil.
Tak lama kemudian terdengar suara derap kuda. Sarini cepat memetik dua butir
mangga, dipegang tangan kanan dan tangan kiri. Apabila Prayoga sudah dekat, ia akan
memberi hadiah buah mangga itu. Tak lama kemudian benar juga, Prayoga lewat di
bawah pohon mangga masih menunggang kuda. Ketika sudah membelakangi, dengan
cekatan Sarini mengayunkan sebutir mangga ke arah punggung, dan yang sebutir lagi
ke arah kaki kuda bagian belakang. Mangga yang disabitkan ke punggung. dilambari
tenaga penuh. Sebaliknya yang diarahkan ke kaki kuda. merupakan sambitan biasa,
dengan maksud kuda itu kaget tetapi tidak cedera.
Prayoga kaget ketika angin tajam menyerang punggungnya. Sebagai seorang
pemuda yang ilmu kepandaiannya meningkat tinggi, timbullah keinginannya untuk
pamer kepandaian, karena menduga bahwa yang menyambit dirinya itu prajurit
Mataram.
Cap...!!
benda yang hampir menyambar punggungnya itu secara tepat dapat ditangkap. Akan
tetapi alangkah kagetnya, ketika tahu benda yang sudah ditangkap itu hanyalah buah
mangga.
Tetapi di saat dirinya terpukau itu, kudanya meringkik keras. Hampir saja Prayoga
terpelanting jatuh dari kuda. Untung ia masih dapat menguasai kuda tunggangnya.
"Hi-hi-hik..." tiba-tiba terdengar suara anak perempuan yang cekikikan, dan
menyusul tubuh ramping melayang turun dari dahan pohon mangga.
'.Kau. apa kerjamu di sini?" tegur Prayoga.
"Apa?" Sarini mendelik.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Sangkamu aku hanya nongkrong saja di pohon itu?"
"Huh nyatanya engkau enak-enak nongkrong di atas pohon. Aku mencari engkau
setengah mati, tetapi nyatanya engkau bersembunyi di sini."
"Apa? Aku enak-enak sembunyi di sini? Huh, engkau memang tolol, dan engkau
seperti orang mabuk jengkol. Huh-huh, sudah salah malah menuduh orang lain yang
bersalah."
"Apa? Masih bertanya? Engkau lari sendiri tanpa memperdulikan aku. Dan engkau
juga tidak memberitahu di mana kita akan bertemu. Apakah tindakan yang begitu bukan
seperti orang mabuk jengkol?"
Prayoga menggaruk lehernya sendiri yang tidak gatal. Setiap adu lidah dengan
Sarini, dirinya selalu kalah saja. Maksudnya akan menegur, nyatanya malah
diberondong oleh Sarini, sehingga dirinya tak dapat membela diri lagi.
Dalam hati Sarini geli, tetapi ia menahan ketawanya. Katanya lagi,
"Coba engkau pikirkan. Kalau saja aku tidak cepat-cepat angkat kaki, bukankah aku
akan celaka? Huh, engkau enak-enak melarikan diri dengan kuda, tetapi aku? Sekarang
setelah dapat menyelamatkan diri dan hendak mencarimu, tahu-tahu engkau malah
menegur. Huh, tolol...
"Ya... aku memang tolol... maafkanlah. ... "
"Hi-hi-hik... di mana sekarang perwira Mataram itu?"
"Tak ada gunanya menahan orang itu. Hem? yang penting sekarang kita berangkat,
waktu amat berharga."
"Berangkat ke mana? Apakah engkau masih tetap tolol dan linglung seperti dulu?"
Prayoga melongo. Sesaat kemudian barulah ia ingat, belum memberi keterangan.
Cepat-cepat ia mengikat kuda, lalu menerangkan,
"Perwira Mataram tadi mengatakan bahwa Tumenggung Wiroguno tidak bersedia
memberi ijin kepada Swara Manis, meninggalkan Pati saat ini. Dia menerangkan, Pati
yang baru diduduki masih memerlukan penjagaan dan pengaturan tata tertib. Namun

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
begitu Swara Manis memaksa akan pergi, sehingga menyebabkan Tumenggung
Wiroguno marah. Saat itu juga Swara Manis diusir dari Pati dan dipecat dari
jabatannya, karena dianggap tidak tunduk kepada pimpinan."
"Hemm..." Sarini geram.
"Dalam usaha mencapai cita-citanya, bangsat itu tidak sayang melepaskan
kedudukannya yang tinggi dalam pasukan Mataram."
"Kalau begitu, dia tentu pulang ke Gunung Slamet?"
"Sudah tentu! Dan marilah kita sekarang cepat-cepat ke sana."
Karena kuda tunggang hanya seekor, akhirnya diputuskan untuk melepaskan saja
binatang itu, dan mereka memutuskan meneruskan perialanan dengan jalan kaki.
Dalam perjalanan ke Gunung Slamet ini, mereka tidak menemui halangan sesuatu.
Hanya ketika mereka tiba di ibukota Mataram, tiba-tiba timbullah niat Sarini yang
setengah ugal-ugalan. Katanya,
"Kakang, kita harus mampir dulu ke Karta."
"Untuk apa?" Prayoga heran.
"Aku akan membuat onar di sana."
"Apa...?" Prayoga kaget dan terbelalak.
"Apakah engkau sudah gila?"
"Siapa bilang aku gila?"
"Kalau tidak gila mengapa engkau hendak membuat onar di sana? Hemm,jangan
gila-gilaan. Engkau harus tahu bahwa di sana banyak orang sakti mandraguna."
"Huh, aku sudah tahu!" sahut Sarini sambil mendelik.
"Sangkamu engkau sendiri yang pintar? Huh-huh, sekalipun banyak orang sakti di
sana, tetapi mereka takkan dapat berbuat apa-apa."
"Tetapi kita diburu waktu. Kita harus cepat menyusul bangsat Swara Manis, untuk
menyelamatkan mbakyu Mariam."
Mendengar nama Mariam disebut-sebut, dara genit ini menjadi tidak senang.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Bagaimanapun, ia paling tidak puas kalau Prayoga lebih memperhatikan Mariam, dan
tidak memperhatikan dirinya. Aih... tanpa disadari, Sarini sekarang sudah main
cemburu. Ia merasa disaingi apabila Prayoga bicara tentang Mariam. Diam diam ia
selalu mengharapkan uluran cinta kasih dari kakak seperguruannya ini, tetapi Prayoga
tidak tahu dan merasa.
Benarkah itu merupakan ulah asmara? Mariam tergila-gila kepada Swara Manis
yang tampan. Tetapi dalam kenyataan Swara Manis tidak mencintai Mariam setulus
hati. Sebaliknya, Mariam tidak menyadari hal tersebut, dan malah menolak cinta kasih
Prayoga, yang sesungguhnya mencintai secara tulus, dan sanggup pula mengorbankan
apapun demi cintanya. Di balik itu, Prayoga tidak menyadari bahwa ada seorang gadis
lain yang mencintai setulus hati, tidak diperhatikan. Siapa gadis itu? Bukan lain Sarini,
adik seperguruannya sendiri.
Karena cemburu dan tidak senang, gadis ini protes,
"Huh, engkau hanya memikirkan keselamatan seorang melulu, dan tidak mau
mengerti perasaan orang lain."
Prayoga yang jujur, tidak dapat menduga maksud Sarini dan menjawab,
"Sarini! Lupakah engkau bahwa mbakyu Mariam itu puteri tunggal bapa Ali
Ngumar? Untuk membalas budi kebaikan guru, kita wajib menyelamatkan puterinya."
"Huh... sangkamu hanya engkau sendiri yang pandai membalas budi guru?" Sarini
ngomel.
"Akupun tahu juga membalas budi guruku."
"Ya, aku percaya. Karena itu kita harus cepat menyusul bangsat Swara Manis dan
berusaha menyelamatkan mbakyu Mariam."
"Huh...pergilah sendiri!" bentak Sarini.
"Sekalipun hanya seorang diri, aku berani masuk kota Karta. Pendeknya, aku belum
puas sebelum berhasil membuat kegemparan di sana. Biarlah mata Raja Mataram yang
sombong itu terbuka, bahwa orang Pati masih sanggup membuat gempar dan gegernya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kota Karta."
Menghadapi kebandelan Sarini, akhirnya Prayoga kewalahan. Sebagai seorang
kakak seperguruan, ia merasa mempunyai tanggung jawab terhadap keselamatan
Sarini. Maka sebelum menyetujui maksud Sarini, lebih dahulu ia bertanya,
"Apakah maksudmu membuat kegemparan di sana?"
"Aku ingin mencuri gajah."
"Mencuri gajah?" Prayoga terbelalak.
"Untuk apa gajah itu?"
"Engkau doyan daging gajah apa tidak?" Sarini menggoda sambil ketawa cekikikan.
Prayoga melongo, lalu bertanya,
"Engkau akan menyembelih gajah?"
Sarini terpingkal-pingkal. Jawabnya kemudian,
"Ih engkau ini memang tolol. Mengapa harus percaya ada orang menyembelih
gajah? Ketahuilah bahwa gajah itu akan kita jadikan sebagai teman seperjalanan. Naik
kuda sudah lumrah. Tetapi kalau naik gajah, bukankah ini merupakan satu hal yang
tidak lumrah"?"
"Hem... berbahaya... Gajah itu tenaganya kuat sekali, dan kita bisa dibanting
hancur... dan mati. ..."
"Engkau takut? Mengapa manusia takut dan kalah dengan binatang? Dan apakah
engkau kalah dengan gajah? Jika engkau memang kalah, lebih baik jangan menjadi
manusia. Buktinya gajah itu tunduk kepada 0rang yang disebut dengan nama Srati."
"Hemm, Sarini. Lebih baik kita tunda dulu maksudmu itu. Tunggu saja sesudah kita
berhasil membereskan bangsat Swara Manis."
"Huh. terserah engkau mau ikut apa tidak. Pendeknya aku tetap akan mencuri gajah
milik Raja Mataram, di kota Karta."
Tanpa menunggu jawaban, Sarini telah lari mendahului.
Prayoga geleng-geleng kepala. Ia sadar benar-benar kewalahan menghadapi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
adiknya yang nakal itu. Hemm, apa boleh buat! Sekarang ia terpaksa harus menyusul.
Sarini tersenyum ketika melihat Prayoga mengikuti. Kemudian ia menunggu, dan
sesudah berdampingan, ia berkata,
"Engkau harus membantu aku, kakang. Kita tangkap dulu sratinya. Sesudah itu baru
kita paksa supaya dia mengajarkan caranya menundukkan gajah."
Prayoga hanya mengangguk setuju dan tidak menjawab. Soalnya, dalam benaknya
sekarang ini, yang terpikir hanyalah Mariam. Bagaimanapun, ia khawatir kalau
Mariam sampai ditukarkan pedang pusaka, oleh Swara Manis.
Tak lama kemudian mereka sudah masuk kota Karta. Kemudian mereka langsung
menuju alun-alun selatan, di mana gajah itu dipelihara dan di kandangkan. Prayoga
langsung mendekati kandang gajah, maksudnya ingin menangkap salah seekor. Tetapi
begitu mendekat, seekor gajah betina sudah menyambar dengan belalainya. Masih
untung Prayoga cepat melompat mundur.
"Kakang... mengapa engkau gegabah?" tegur Sarini.
"Sudah aku katakan, kita harus minta petunjuk dari sratinya lebih dulu. Dengan
petunjuk srati, gajah itu tentu dapat kita tundukkan. Hayo kita cepat ke sana."
Prayoga mengikuti langkah Sarini yang menuju ke rumah kecil, tidak jauh dari
kandang gajah. Agaknya srati atau perawat gajah itu lelah sekali setelah bekerja
sepanjang hari. Walaupun saat itu malam belum larut, dia sudah mendengkur dan tidur
di luar rumah.
Agaknya srati itu sedang mimpi indah dalam tidurnya. Ketika terjaga mendadak,
srati itu gelagapan kaget. Yang pertama ia lihat, seseorang yang belum ia kenal dan
tengah mencekik lehernya. Srati ini ingin menjerit, tetapi sebelum dapat bersuara,
tangan Prayoga telah membungkam mulutnya. Dalam keadaan tidak berdaya, kemudian
Srati tersebut diculik pergi. Sesudah sampai di tempat yang sepi dan jauh dari kota,
Srati itu dilepaskan. Dan begitu lepas, srati tersebut meratap dan beriba,
"Ampun... raden... Apakah maksud raden membawa saya kemari?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
'Tidak perlu takut," hibur Sarini.
"Kami takkan mengganggu selembar rambutmu, asal saja engkau sedia menerangkan
secara jujur."
"Apa yang angger kehendaki?"
"Aku butuh seekor gajah."
"Ah..." Srati itu terbelalak kaget.
"Gajah itu milik Ingkang Sinumm. Ampun... saya tidak berhak. Dan akibatnya
seluruh keluargaku akan celaka. ..."
"Apa sebabnya?" tanya Prayoga.
"Ingkang Sinuwun tentu menuduh aku, sebagai seorang pawang gajah yang tak
pandai mengurus gajah, dan karena itu aku pasti dihukum. Bukan saja diriku, tetapi
keluargaku akan celaka."
Prayoga tersentuh nuraninya. Lalu katanya kepada Sarini,
"Sarini, kasihanilah orang ini. lebih baik kita urungkan saja dan mari melanjutkan
perjalanan."
Akan tetapi Sarini tidak menanggapi. Lalu ia berkata kepada srati tersebut,
"Paman, aku harus mendapatkan gajah itu. Namun sebaliknya akupun tidak ingin
membuat engkau dan keluargamu celaka. Sekarang aku bertanya kepadamu. Dapatkah
engkau memberi jalan yang baik?"
Srati itu justru seorang penakut. Yang terpikir hanyalah diri sendiri dan keluarga,
sedang orang lain tak begitu diperdulikan. Setelah mendengar pertanyaan Sarini,
timbullah niatnya untuk mengalihkan tanggung-jawab kepada atasannya. Ia percaya
bahwa kedua anak muda ini tentu tak akan sanggup memaksa atasannya, Tumenggung
Suradipangga yang sakti.
Memperoleh pikiran ini, cepat-cepat ia menjawab
"Jika angger tetap menghendaki gajah. datanglah kepada ndara Menggung
Suradipangga. Sebab dialah atasanku dan dia pula yang berhak menentukan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
segalanya."
"Tunjukkan di mana rumahnya?"
"Tak jauh dari kandang gajah. Pergilah kalian ke selatan dan sesudah melewati
simpang empat dan dua kali simpang tiga, beloklah ke barat. Rumahnya besar
dikelilingi tembok tinggi."
Prayoga tak sabar lagi. Srati itu segera disambar kemudian dikepit di ketiak dan
dibawa lari. Srati itu ketakutan dan memejamkan mata, karena dirinya serasa terbang.
Srati itu tidak dikembalikan ke rumah, agarjangan membocorkan rahasia. Setelah
tiba di tempat yang dituju, lebih dahulu srati ini ditelikung dan mulutnya disumpal.
Sesudah selesai melumpuhkan srati ini kemudian kakak-beradik itu meloncat ke atas
tembok dan langsung melayang ke atap rumah.
Rumah Tumenggung Suradipangga ini besar dan luas, dengan atap kayu sirap.
Prayoga dan Sarini bergerak hati-hati untuk menyelidiki di mana Tumenggung
Suradipangga berada. Namun mereka tidak mendengar suara apa-apa, kecuali orang
yang mendengkur Hanya di bagian depan. di mana para penjaga bertugas jaga, masih
terdengar suara orang bicara dan tertawa.
Karena sampai cukup lama usahanya tidak berhasil, hampir saja dua orang muda ini
mengurungkan niatnya. Untung sebelum bergerak meninggalkan rumah ini, mata
Prayoga sempat menangkap cahaya penerangan dan suara perempuan.
"Di sana ada penerangan," katanya. Dan Sarini segera mendahului ke tempat yang
ditunjuk oleh Prayoga.
Dengan gerak yang gesit seperti kucing, kakakberadik seperguruan ini menjelajahi
rumah tersebut tanpa diketahui orang. Mereka kemudian berdiri di atas atap dan
kemudian mereka mengintip. Sayang atap sirap itu rapat sekali, hingga mereka tidak
dapat melihat ke dalam.
Pada saat mereka mencari celah-celah atap sirap tersebut, tiba-tiba terdengar suara
tar disusul jerit perempuan kesakitan. Mereka terkejut! Jelas jerit perempuan itu dalam

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
keadaan kesakitan.
"Huh... apakah engkau tetap membangkang dan melawan aku?" terdengar suara
laki-laki yang menghardik garang.
"Ampun ndara jangan menyakiti aku aduh bunuh... bunuh sajalah..." ratap
perempuan itu mengibakan hati.
"Apa?" bentak laki-laki itu.
"Minta dibunuh? Bagus! "
Tar tar... terdengar lagi lecutan cambuk dua kali dan disusul jerit perempuan itu
yang menyayat hati.
Jantung Sarini berdebar keras. Ia segera mengungkit atap sirap itu perlahan. Ketika
terbuka, gadis ini kaget bukan main di samping marah bukan kepalang. Di dalam
sebuah kamar yang agak luas, terdapat seorang perempuan bugil tanpa busana.
Perempuan muda itu berdiri dengan tangan terikat ke atas dan ujung tali diikatkan ke
penglari rumah. Rambutnya yang hitam dan panjang terurai awut-awutan, sedang
tubuh yang kuning halus itu memar dan berlumuran darah oleh lecutan cambuk.
Perempuan muda ini merintih-rintih kesakitan, dan berkali-kali minta dibunuh.
Tak jauh dari perempuan muda yang cantik itu tampak seorang laki-laki dan
perempuan tua, duduk bersimpul di atas lantai. Berulang kali perempuan tua itu
bangkit dengan maksud akan menolong, tetapi lakilaki tua tersebut selalu mencegah.
Dari mulut perempuan tua itu terdengar suara ratapan yang menghimbau,
"0 Allah... ndara Menggung... jangan... menyiksa... Rukmini... Oh... Rukmini...
engkau jangan... keras kepala... Anakku... denok... menyerah sajalah. ... "
"tidak. . !" jerit gadis yang bernama Rukmini itu di sela tangisnya.
"Aku tidak sudi... menjadi selir seorang tua bangka... Aih... biarlah aku mati... saja...
."
Laki-laki tua yang berpakaian indah dan memegang cambuk itu geram sekali.
Sepasang matanya merah membara, menyusuri tubuh gadis Rukmini yang montok dan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bugil itu, sedang dadanya kembang kempis dilanda kemarahan. Hardiknya kemudian,
"Hai... engkau tetap memilih mati. ...?
Tumenggung Suradipangga sudah tidak kenal rasa kasihan lagi. Dengan geram,
tangannya sudah menggerakkan cambuknya lagi, tar... .
"Aduhh. . " jerit gadis itu.
Perempuan tua itu memekik tertahan. Bagaimanapun seorang ibu, pasti tersentuh
hati dan perasaannya, kalau menyaksikan anaknya didera cambuk seperti itu. Ia ingin
mencegah, tetapi ketakutan! Akibatnya ia hanya mcratap-ratap dan meminta ampun.
Sebelum eambuk ganas itu mendarat ke tubuh Rukmini selanjutnya, tiba-tiba
terdengar suara keras di pintu. Sebelum Tumenggung Suradipangga sadar apa yang
terjadi, dua sosok tubuh telah menerobos masuk dan menyerang dari kiri dan kanan.
Tumenggung Suradipangga gugup. Serangan mendadak itu tidak pernah
diduganya,justru rumahnya telah dijaga kuat oleh prajurit. Tetapi walaupun gugup
tidak kehilangan kewaspadaan . Ia terkenal sebagai seorang Tumenggung sakti
mandraguna. Atas serangan itu, ia segera bergulingan menghindarkan diri.
Celakanya dua orang yang menyerang sekarang ini, orang muda gemblengan tokoh
sakti. Sejak semula Prayoga sudah memperhitungakn bahwa Tumenggung itu tentu
akan menghindarkan diri dengan cara bergulingan. Maka begitu Tumenggung
Suradipangga menjatuhkan diri, Prayoga sudah menggunakan ilmu ajaib "Jathayu
nandang papa" ajaran Ndara Manggung, berasal dari Hajar Sapta Bumi. Tidak ampun
lagi. Tumenggung Suradipangga berhasil ditendang punggungnya dan muntah darah.
Pada saat Prayoga menghajar Tumenggung Suradipangga. secepatnya Sarini
menolong Rukmini. Sekali renggut tali itu putus, dan Rukmini bebas. Akan tetapi karena
gadis itu sudah lemah dan menderita, begitu lepas terus jatuh! Untung Sarini tangkas.
Tubuh Rukmini disambar, kemudian gadis yang bugil itu diselimuti dengan kain
panjang yang terhempas di lantai.
Suami-isteri tua yang duduk bersimpuh di lantai itu terkejut melihat hadirnya dua

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
orang muda yang tak dikenal. Saking kagetnya perempuan tua itu memeluk suaminya
dan gemetaran. Tetapi setelah melihat Rukmini dibebaskan dan Tumenggung
Suradipangga dirobohkan, perempuan itu segera menubruk dan memeluk anak
gadisnya sambil terisak.
Sesungguhnya takkan semudah itu Prayoga merobohkan Tumenggung Suradipangga.
apabila Tumenggung itu tidak lengah. Karena bukan saja rumah ini dijaga oleh prajurit
bersenjata, tetapi Tumenggung Suradipangga sendiri seorang sakti mandraguna.
Tumenggung yang sudah berumur setengah abad lebih itu, memang paling ditakuti
oleh para kawula Mataram yang mempunyai gadis ayu dan isteri cantik. Karena
Tumenggung ini terkenal sebagai bangsawan yang tak tahan melihat wajah ayu alias
mata keranjang. Apabila perhatiannya jatuh kepada wanita, usahanya takkan berhenti
sebelum maksudnya tercapai, baik dengan jalan halus maupun kekerasan.
Setiap perempuan atau gadis ayu yang jatuh ke tangan Tumenggung itu pasti celaka.
Yang berani membantah dan menolak kehendaknya akan disiksa seperti yang telah
dialami oleh Rukmini. Akan tetapi sebaliknya yang menyerah kepada buaya ini,
nasibnya tidak lebih seperti bunga. Sesudah habis dihisap madunya, lalu dicampakkan.
Apa yang dilakukan Tumenggung Suradipangga itu berlangsung tanpa seorangpun
berani bertindak, karena orang takut akan akibatnya. Sebaliknya Raja tidak pernah
bertindak karena tidak pernah menerima laporan tentang perbuatan Tumenggung
buaya itu. Semua itu bukan lain karena Tumenggung Suradipangga mempunyai
jaring-jaring yang luas, sehingga apa yang dilakukan selalu aman dan tidak
seorangpun berani melapor kepada Sultan Agung.
Namun sekarang Tumenggung Suradipangga yang biasanya garang itu tidak berkutik
lagi. Dan dengan marah, Prayoga membentak,
"Hai, apa yang kau lakukan ini?"
Maksudnya ingin mendamprat, tetapi karena tidak pandai bicara, yang keluar dari
mulutnya hanya itu saJa.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kalau dalam keadaan biasa, hal itu tentu akan ditertawakan oleh Sarini. Tetapi saat
ini Sarini sedang marah, maka gadis ini menuding Tumenggung Suradipangga sambil
membentak,
"Apakah salah gadis ini dan kau siksa? Engkau seorang bangsawan, tetapi mengapa
perbuatanmu sangat terkutuk? Huh, apakah sebabnya sebagai seorang pembesar,
seorang pemimpin, tidak memberi contoh dan melindungi rakyat, sebaliknya malah
menyalah-gunakan kedudukanmu untuk menindas rakyat?"
Tumenggung Suradipangga seorang angkuh. Walaupun sudah tidak berdaya masih
juga membentak,
"Huh, siapa kamu dan siapa yang memberi ijin masuk kemari? "
Mendengar ucapan yang angkuh itu. Sarini ketawa. Lalu,
"Huh, engkau sudah tak berdaya masih berlagak angkuh. Huh, engkau tadi menyiksa
perempuan itu dengan cambuk. Sekarang aku mau melihat, apakah engkau tahan
terhadap cambukmu sendiri?"
Sarini segera menyambar cambuk terus diayunkan.
Tar... tar! tar... ujung cambuk mendarat ke leher, muka dan punggung. Tanpa malu
lagi. Tumenggung itu menjerit-jerit lalu meratap,
"Auh... sakit... jangan menyiksa, bunuh saja...
Sarini ketawa mengejek,
"Hi-hi-hik, baru tiga kali saja engkau sudah meratap-ratap. Huh. di manakah
kegaranganmu tadi? Katakan, berapa kali gadis itu kau cambuk? Lekas jawab!"
"Ampun... ampunilah aku. ... "
Ratapan Tumenggung Suradipangga itu bukannya membuat Sarini kasihan dan iba,
tetapi malah merangsang kemarahannya. Sebab ia menjadi muak berhadapan dengan
seorang yang wataknya pengecut.
Tar tar. !!
cambuk itu melecut lagi, dan sekarang memukul hidung dan pipi. Tumenggung

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Suradipangga menjerit nyaring, hidung dan pipinya pecah dan darah merah mengucur
mambasahi muka.
Walaupun Prayoga muak atas perbuatan Tumenggung Suradipangga kepada rakyat
yang tak berdaya, akhirnya merasa tidak tega. Agar tidak menderita terlalu lama, kaki
Prayoga bergerak menendang punggung. Akibatnya tubuh orang itu terpental,
membentur tembok kamar dan nyawanya melayang.
Sarini kurang senang dan menegur,
"Kakang. hem, Tumenggung ini sewenang-wenang dan biadab. Aku belum puas
menyiksanya, tetapi mengapa engkau tergesa membunuh?"
Prayoga menatap Sarini, lalu,
"Kita jangan terlalu lama di sini berbahya. Seharusnya kita cepat pergi dari Sini."
Sarini seperti disadarkan. Lalu sambil menolong Rukmini dan orang tuanya,
meninggalkan rumah Tumenggung Suradipangga. Sesudah Rukmini dan orang tuanya
jauh dari rumah terkutuk itu. Prayoga dan Sarini minta diri dan langsung menuju ke
tempat pawang (srati) gajah yang ditelikung.
Setelah sumbat dicopot, srati itu bertanya gugup,
"Ba... bagaimana. ... ?"
"Tumenggung Suradipangga sudah memberi ijin," sahut Sarini.
Dalam hati pawang itu tidak percaya. Sebab tidak semudah itu Tumenggung
Suradipangga memberi ijin kepada orang yang belum dikenal. Akan tetapi karena dua
orang muda ini dapat bergerak gesit, tentunya Tumenggung Suradipangga dikalahkan
dan kemudian takut. Akhirnya apa yang diinginkan Sarini terkabul. Ia memperoleh
seekor gajah betina, dan dengan "cis" (besi berkait) ia dapat menundukkan gajah itu.
Kemudian mereka meninggalkan kota Karta. Gajah yang hanya seekor itu ditumpangi
dua orang. Sarini di depan dan Prayoga di belakang.
Sarini gembira sekali, lalu berkata,
"Bukankah kita sekarang seperti Raja? Hi-hi-hik, sekali tepuk dua lalat. Kita bisa

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menimbulkan kegemparan dan juga dapat membalas Raja Mataram. Hi-hi-hik, kita
tidak usah berpayah lagi jalan kaki."
"Ya... tetapi engkau mencelakakan penjaga gajah yang tak bersalah itu," sahut
Prayoga seperti menyesal atas perbuatan Sarini.
"Siapa yang aku celakakan? Bukankah aku tidak mengganggu dia?"
"Tetapi hilangnya gajah ini. dia tentu dihukum."
"Tetapi sebaliknya kita dapat menyelamatkan gadis itu dan orang tuanya. Dan kita
sudah menghukum pembesar yang tamak dan sewenang-wenang itu. Bukankah
perbuatan Tumenggung keparat itu merugikan rakyat? Kalau dianggap aku
mencelakakan srati gajah itu. tetapi aku berhasil menyelamatkan rakyat dari keganasan
Tumenggung Suradipangga."
Jawaban Sarini itu tepat, membuat Prayoga tak dapat membuka mulut.
Pada malam itu Sarini gembira sekali. Tetapi setelah pagi tiba, kegembiraan gadis
ini lenyap. Sebab hadirnya dua orang muda ini yang menunggang gajah, telah menarik
perhatian orang yang melihat. Hingga kemudian mereka menjadi tontonan orang di
sepanjang jalan. Banyak di antara anak-anak kecil yang mengikuti di belakangnya
sambil bersorak dan menyambit dengan batu.
Kalau anak-anak kecil bertingkah begitu, sebaliknya para pamong desa menjadi
curiga. Binatang gajah bukanlah ternak biasa. tetapi merupakan binatang yang hanya
Raja yang sanggup memelihara. Mengapa dua orang muda ini menunggang gajah?
Karena curiga, mereka segera mengawasi gerak-gerik Prayoga dan Sarini, dan di
samping itu segera lapor ke atasan.
Sarini yang cerdik segera merasakan gelagat yang kurang baik. Kecuali mereka tak
bebas lagi karena jadi tontonan orang, juga menjadi khawatir kalau apa yang telah
dilakukan diketahui orang. Setelah berunding dengan Prayoga, akhirnya mereka
sependapat untuk melepas gajah itu di dalam hutan.
Hari telah sore. Dan tiba-tiba saja timbul rasa sangsi dalam hati Sarini, lalu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bertanya,
"Kakang, apakah kita langsung menuju padepokan Hajar Sapta Bumi? Dan
mungkinkah kita sanggup melawan kakek sakti itu?"
Prayoga menatap adik seperguruannya, kemudian menjawab tegas,
"Bangsat Swara Manis tentu sudah di sana. Kalau kita tidak ke sana, apakah artinya
kita sampai di sini? Jika tidak berani masuk ke sarang harimau. bagaimana kita akan
memperoleh anak macan?"
"Jadi kita harus ke sana?"
"Tentu!"
"Hemm, kalau begitu apabila nanti Swara Manis tidak ada, berikan saja alasan
bahwa kedatangannya kita ke situ, tidak lain untuk mohon doa dan restu Ki Hajar Sapta
Bumi. Aku percaya bahwa sebagai seorang angkatan tua, dia takkan memperlakukan
kita kurang pada tempatnya."
"Kalau Swara Manis berada di sana??
Sarini mengerling lalu sahutnya,
"Mana mungkin dia dapat lari lagi?"
Demikianlah setelah bulat rencana, mereka mendaki Gunung Slamet dan langsung
menuju padepokan Hajar Sapta Bumi. Tak lama kemudian terlihat tembok batu warna
merah darah yang amat menyolok. Itu merupakan pertanda, bahwa tempat itulah
padepokan Ki Hajar Sapta Bumi yang amat termasyhur.
Namun baru saja mereka tiba di luar tembok padepokan, tidak urung hati mereka
berdebar juga. Kemudian ketika mendekati gapura padepokan, dari gardu kecil tempat
penjaga, terdengar suara yang menegur,
"Hai tamu! Apakah keperluanmu kalian datang ke mari?"
Ketika melihat yang menegur itu hanya dua orang bocah cilik, Sarini cepat
mendahului menjawab,
"Adik yang baik, dapatkah engkau menolong aku? Aku ingin bertanya, apakah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
saudara Swara Manis sudah pulang?"
"Aih, jadi kalian mencari kakang Swara Manis? Sayang, sudah lama dia
meninggalkan padepokan ini dan belum pulang."
"Benarkah itu?" Prayoga tak percaya.
Dua orang cantrik itu menatap Prayoga dengan pandang mata yang tajam.
Kemudian sahutnya angkuh,
"Mungkinkah engkau lebih tahu daripada aku yang berdiam di padepokan ini?"
Prayoga menyeringai tak dapat menjawab. Sarini mendongkol tetapi terpaksa
menekan perasaan, lalu berkata dengan ramah,
"Maaf. Sesungguhnya kakakku ini seorang baik, hanya sayang mempunyai cacat
sedikit tolol."
Prayoga melongo tetapi tidak membuka mulut .
Dua orang bocah cilik itu tertawa, lalu berkata,
"Agaknya engkau lebih baik dari dia?"
"Siapakah namamu, adik yang baik?" pancing Sari.
"Aku Bima dan kawanku ini Hudara. Kami merupakan murid angkatan ketiga.
Sedang kakang Swara Manis merupakan kakak seperguruan kami."
Karena yang dicari tidak ada, akhirnya Prayoga dan Sarini pergi meninggalkan
padepokan itu.
Kita tinggalkan dahulu Prayoga dan Sarini, dan lebih bijaksana kalau kita mengikuti
perjalanan Swara Manis yang dicari oleh Prayoga dan Sarini.
Sesudah bertengkar dengan Tumenggung Wiroguna maka Swara Manis dan Mariam
meninggalkan kota Pati. Pendeknya bagi Swara Manis, cita-citanya memperoleh
pedang pusaka Nyai Baruni harus terlaksana. Kalau toh dirinya harus mengorbankan
sesuatu, akan dilakukan. Dan kalau toh Surogendilo minta tukar Mariam, dirinya juga
akan memberikan dengan ikhlas.
Pada pandang mata pertama, Swara Manis memang mencintai Mariam. Akan tetapi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
keadaan Mariam sekarang sudah lain. Ibarat sekuntum bunga, Mariam sudah layu.
Rasa cinta Swara Manis makin lama tambah luntur. Ia merasa muak setelah tubuh
Mariam agak kurus, selalu malas, wajah pucat, banyak kali muntah, tidak suka makan
dan malas berhias diri. Melihat semua itu, lebih cepat dapat berpisah lebih baik.
Sebaliknya Mariam, rasa cintanya kepada Swara Manis semakin mendalam. Karena
itu dirinya tak sanggup berpisah lagi, dan kemanapun Swara Manis pergi, dirinya akan
ikut.
Ketika mereka tiba di luar kota Pati, tiba-tiba Dasa Muka berlarian menghampiri.
Dengan napas terengah, kemudian ia berkata.
"Ah berbahaya sekali."
"Apanya?" Swara Manis kaget.
Dengan berbisik Dasa Muka menceritakan pengalamannya bertemu dengan Prayoga
dan Sarini. Mendengar ini Swara Manis geram sekali. Namun semua itu tidak dapat
mempengaruhi cita-citanya, untuk memperoleh pedang pusaka Nyai Baruni, milik
Ladrang Kuning. Katanya kemudian,
"Bagaimana kabarnya dengan pedang itu?"
Dasa Muka melirik ke arah Mariam, lalu menyahut
"Nanti kita bisa bicara."
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan lebih cepat. Mereka merencanakan akan
bermalam di Demak. Dan untuk mempercepat perjalanan dan lebih aman, kemudian
Swara Manis menyewa sebuah kereta.
Akhirnya mereka menginap di kota Demak. Pada waktu makan Mariam tak mau
makan dan memilih tidur. Hal ini menggembirakan Dasa Muka. lalu berkata,
"Aku sudah menemukan jalan yang baik. Dan sekarang aku hanya menunggu
pcrsetujuanmu."
"Ceritakanlah yang jelas." Swara Manis tak sabar.
Sebelum mengemukakan rencananya, Dasa Muka celingukan. Sesudah tahu bahwa

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dalam ruangan ini tidak ada orang lain kecuali seorang laki-laki jembel yang sudah
mengantuk, malah kemudian tidur mendengkur, ia menjadi lega. Sekarang tidak perlu
takut lagi ada orang lain yang mendengar.
"Surogendilo seorang gagah perkasa dan kebal senjata. Jika digunakan kekerasan,
tipis sekali kemungkinan kita dapat berhasil."
"Akupun mengerti. Tetapi Ladrang Kuning telah bersumpah untuk dapat merebut
kembali pedang pusaka itu. Apabila kita kalah dulu, kita akan kesulitan."
"Benarkah itu?"
"Jangan seperti anak kecil. Pokoknya apabila engkau dapat membantu memperoleh
pedang pusaka itu. aku sedia memberi ilmu kesaktian. Semua itu ajaran kakek guru, dan
engkau boleh memilih mana yang engkau sukai."
"Itulah sebabnya. harus dicari jalan lain. Surogendilo mempunyai kelemahan,
sebagai seorang laki-laki dia haus perempuan cantik. Karena itu jika engkau setuju
kepada usul yang sudah pernah aku rencanakan, hal itu akan lebih baik. Puteri Kilat
Buwono cantik jelita. Aku percaya, Surogendilo suka menukar dengan pedang pusaka
itu."
Swara Manis berdiam diri. Dasa Muka agak khawatir. kalau Swara Manis menolak
rencananya. Namun ia kenal watak Swara Manis. Kalau tak setuju, tentu sudah marah.
Padahal sekarang ini hanya diam. Ini menggembirakan. Lalu berkata lagi,
"Orang berkata dalam kesukaran harus berusaha, dan ada usaha tentu ada harapan.
Kini hari lebaran sudah dekat. Apabila engkau tidak memperoleh pedang pusaka itu,
sulitlah bagimu untuk dapat mengalahkan musuh-musuhmu. Hem, ingatlah pula kata
orang, masa muda kita hanya satu kali dalam hidup. Engkau masih mempunyai hari
depan yang gemilang. Mengapa engkau akan menggantungkan nasibmu kepada
seorang wanita saja? Dan apakah engkau dapat hidup bahagia memperisteri puteri
Kilat Buwono itu?"
Sekalipun tidak dibujuk, Swara Manis justru sudah tidak cinta lagi kepada Mariam,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dan apa pula sekarang sudah hamil. Sampai sekarang dirinya belum menikah, dan
sekalipun Ladrang Kuning setuju, tetapi Kilat Buwono tidak. Manakah hidupnya
kemudian hari bisa bahagia?"
"Lalu bagaimanakah reneanamu selanjutnya?"
"Jika engkau menanyakan rencanaku, ajaklah dia pergi ke Gunung Slamet dengan
alasan menghadap kakek guru untuk minta doa dan restu. Manakah mungkin dia tahu
perbedaan Gunung Slamet dan Pegunungan Dieng? Dan untuk melicinkan jalan,
biarlah malam ini juga aku pergi lebih dahulu untuk bertemu dengan Surogendilo.
Kepadanya akan aku beritahukan maksud kedatanganmu. Dan aku percaya si mata
keranjang itu segera jatuh cinta kepada perempuan itu. Apabila Surogendilo sudah
jatuh cinta. pedang pusaka itu akan segera jatuh ke tanganmu. Nah, sesudah itu siapa
yang sanggup berhadapan dengan engkau?"
"Tetapi Pegunungan Dieng itu luas. lalu di manakah tempat tinggal Surogendilo?"
Dasa Muka tidak menyahut, kemudian ia menulis di atas meja.
"Pergilah engkau ke sana. Sesudah tiba di Goa Jimat, langsunglah menuju utara.
Sebab tak jauh dari tempat itu. Surogendilo dan anak buahnya tinggal. Dan sebagai
tanda agar engkau tidak tersesat di sana tumbuh rumpun pohon rotan berwarna hitam."

Selesai dibaca oleh Swara Manis, cepat-cepat tulisan itu dihapus. Sambil menghapus,
mulutnya berkata,
"Aku sendiri tidak tahu secara jelas. Sebagai kepastian, lebih baik engkau bertanya
kepada penduduk setempat."
Swara Manis memuji sikap hati-hati Dasa Muka. Lebih lagi Dasa Muka pandai sekali
menyamar. Apabila kelak kemudian hari sudah berhasil mempelajari ilmu tatakelahi
tingkat tinggi. tentu akan menjadi seorang pembantu yang bisa diandalkan.
Membayangkan kemungkinan itu. ia segera berkata,
"Kakang Dasa Muka, kalau aku mengusulkan sesuatu, apakah engkau setuju?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Dasa Muka kaget. Namun sebelum ia membuka mulut Swara Manis berkata lagi,
"Jika kakang Dasa Muka menyetujui. aku ingin mengangkat engkau sebagai saudara
angkat. Setujukah engkau?"
"Terimakasih... terimakasih..." Dasa Muka mengucapkan terimakasih
berulang-ulang, karena ia gembira sekali atas ajakan Swara Manis itu. Pendeknya
apabila terikat saudara, dirinya akan lebih aman oleh lindungan Swara Manis.
Demikianlah dua orang yang sama-sama licin, sama-sama durjana dan sama-sama
pengecut itu telah mengangkat saudara. Dan karena sejak semula Dasa Muka sudah
memanggil adi kepada Swara Manis, maka dirinya pula sebagai saudara tua.
Baru saja mereka mengikrarkan sebagai saudara, tiba-tiba masuklah seorang tinggi
besar ke dalam ruangan itu. Begitu orang tersebut masuk. sudah terhambur makian tak
keruan juntrungnya,
"Jahanam! Kurangajar! Engkau memang terkutuk."
Mendengar suara orang itu Swara Manis gugup. Bisiknya,
"Kakang, apakah engkau membawa kedok penutup muka?"
Tanpa menjawab Dasa Muka mengeluarkan selembar kedok penutup muka dari kulit.
Begitu dipakai, pemuda Suara Manis yang pada mulanya tampan itu sudah berubah
menjadi buruk. Sesudah itu barulah ia berani mengangkat kepala dan mengamati orang
tinggi besar itu. Begitu memandang ia menjadi geli dan tak kuasa menahan ketawanya.
"Bangsat! Siapa yang engkau tertawakan?" bentak orang yang baru datang itu.
Dasa Muka tak senang dan ingin membalas. tetapi Sawara Manis mencegahnya.
sehingga Dasa Muka menjadi heran. Tetapi kalau Swara Manis mencegah memang ada
alasannya. Sebab orang tinggi besar itu bukan lain Wasi Jaladara. Namun keadaan
orang itu sekarang ini memang menggelikan. Jenggot yang lebat itu tinggal separo.
Muka sebelah berwarna hitam dan sebelah putih. Sedang rambut kepalanya, separo
kelimis tetapi yang separo masih utuh. Kalau saja dia menggunakan ikat kepala, tentu
kepala yang sebelah itu masih tertutup kain kepala. Akan tetapi karena tidak berikat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kepala. sudah tentu keadaannya menjadi lucu dan menggelikan. Dan siapa yang melihat
takkan dapat menahan ketawanya.
Namun diam-diam Swara Manis berdebarjuga hatinya. Kalau seorang tokoh sakti
seperti Wasi Jaladara ini masih dapat dipermainkan orang, jelas orang yang berbuat
itu sakti sekali. Lalu siapakah dia? Mungkinkah Ladrang Kuning?
Teringat nama ladrang Kuning, peluh dingin mem basahi sekuiur tubuh. Ia bergidik
sendiri kalau membayangkan rencananya sendiri yang keji itu. Kalau sampai diketahui
oleh Ladrang Kuning, tentu wanita itu takkan memberi ampun lagi.
Namun sejenak kemudian pendapat itu dibantah sendiri. Walaupun dalam keadaan
tidak waras, tetapi Ladrang Kuning tidak mempunyai kesempatan berolok olok seperti
itu. Menduga demikian, hati pemuda ini tenang kembali.
Wasi Jaladara kemudian duduk di bangku lain. Begitu duduk ia sudah menggebrak
meja sambil berteriak,
"Hai pelayan! Lekas layani kebutuhanku. Huh, aku butuh kopi panas dan nasi
gudeg."
Mendengar perintah itu. para pelayan penginapan yang sudah mengantuk melonjak
kaget. Dengan tergesa menuju dapur, kemudian menghidangkan pesanan itu.
Saat itu tanpa disadari, Wasi Jaladara mengusap kepalanya dan jenggotnya yang
tinggal separo. Tiba-tiba saja ia marah kembali dan memekik,
"Jahanam, kurangajar! Huh. apakah bukan si budak kecil yang sudah
mempermainkan diriku?"
Tetapi sejenak kemudian ia membantah sendiri de ngan perlahan,
"Ah, tetapi tidak mungkin. Dia justru sudah pergi bersama kawannya ke Dieng.
Manakah mungkin dia bisa memperolokkan aku?"
Setelah berkata demikian. ia tampak tenang. Namun tak lama kemudian Wasi
Jaladara ketawa bergelak-gelak seperti orang tidak waras.
"Ha-ha-ha, agaknya mereka memang sudah saling cinta! Heli-heh-lieh, biarlah hal

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
itu aku tanyakan kepada gurunya. Kalau toh memang benar begitu. aku akan mendesak
agar mereka segera dinikahkan."
Dan setelah berkata seorang diri seperti itu, kembali ia ketawa terkekeh.
Pada mulanya swara Manis dan Dasa Muka mendu ga, tentu Wasi Jaladara sedang
berusaha menghibur diri. Akan tetapi makin lama nada ketawanya seperti earang
menangis. Ketika mereka mengamati, mereka menjadi terkejut. Karena Wasi Jaladara
tertawa tidak wajar. Matanya merah dan mendelik, kaki tangannya bergerak-gerak
terus seperti orang dalam kesakitan.
Sebagai murid Ki Hajar Sapta Bumi, tentu saja Swara Manis menjadi tahu. Wasi
Jaladara telah dicelakai orang lain. Ia telah diserang secara gelap, sehingga Wasi
Jaladara tertawa. karena urat yang menyebabkan ketawa itulah yang diserang orang.
Akibatnya Swara Manis kaget bukan main. Dalam ruangan ini hanya terdapat empat
orang saja. Si jembel di meja lain tetap tidur mendengkur. sedang dirinya maupun Dasa
Muka tidak berbuat. lalu siapakah yang sudah melakukan perbuatan itu?
Namun pada dasarnya Swara Manis memang tidak senang terhadap Wasi Jaladara.
Rasa kasihan hanya sebentar saja menyelinap dalam hatinya. Melihat derita Wasi
Jaladara itu, kemudian dalam hatinya bersorak dan mengejek.
Akan tetapi tiba-tiba Swara Manis menjadi kaget sendiri ketika pinggangnya terasa
nyeri. Cepat-cepat ia mengerahkan semangat melakukan perlawanan, tetapi terlambat.
Mulut sudah terbuka, kemudian sudah tertawa ha-ha-ha-ha ha-ha-ha... terus menerus.
Masih untung dirinya murid gemblengan Ki Hajar Sapta Bumi. Walaupun dalam
keadaan seperti itu. masih dapat berdaya untuk membebaskan diri dari serangan gelap
itu. Yang aneh. begitu Swara Manis tertawa, Wasi Jaladara berhenti tertawa. Mata
Wasi Jaladara melotot, tampak dalam keadaan amat marah.
Dasa Muka yang terkejut bertanya,
"Adi, apakah engkau juga diserang orang secara gelap?"
Belum juga Swara Manis sempat menyahut, Wasi Jaladara sudah menggeram dan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyerang. Tangannya memukul disertai bentakan keras,
"Bangsat! Hampir saja aku dapat kau kelabuhi"
Swara Manis tidak mau menangkis. Tangan menekan meja dan tahu-tahu tubuhnya
melenting di udara. Sedang Dasa Muka yang tahu gelagat jelek cepat menyingkir.
Brak... brak... meja di depan Swara Manis hancur berantakan meniadi sasaran tinju
Wasi Jaladara. Saat itu juga terjadi hiruk-pikuk, pengusaha dan pelayan bingung.
sedang tamu yang semula masih di luar cepat cepat masuk kamar dan tutup pintu.
Karena pukulannya luput, Wasi Jaladara tambah marah. Secepat kilat ia mencabut
senjata tongkatnya, lalu menyerang Swara Manis dan Dasa Muka.
"Bangsat!" teriaknya sambil menyerang.
"Engkau sudah mempermainkan aku, sekarang harus melayani tongkatku ini kalau
memang jantan."
Mendengar ucapan orang itu, Swara Manis menjadi tahu bahwa Wasi Jaladara
belum mengenal siapa dirinya. Sebagai seorang yang cerdik, ia tahu akan watak orang
seperti Wasi Jaladara ini, yang memang kasar. Kepada orang ini tidak ada gunanya
membantah dan memberi alasan. Untuk itu lebih tepat apabila melayani tantangan
orang. Maka ketika tongkat menyabat, ia sudah mengendap ke bawah sambil melesat ke
samping. Lalu orang secepat kilat ia mengembangkan lima jari tangannya untuk
mencengkeram dada orang.
"Bagus!" seru Wasi Jaladara.
"Ternyata engkau tidak lemah."
Sambil berseru, Wasi Jaladara menarik senjatanya lalu mundur tiga langkah ke
belakang. Secara tak sengaja, pantatnya telah menabrak kepala si jembel yang masih
tidur mendengkur. Agaknya si jembel itu seorang tidak waras. Dalam ruangan itu
terjadi keributan dan perkelahian, dirinya masih enak-enak mendengkur Dan sekalipun
kepalanya dibentur pantat, si jembel itu masih tetap tidur mendengkur seperti babi.
Atas serangan Swara Manis, si kasar ini kaget. Tetapi sebagai seorang yang sudah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
luas pengalaman, ia segera dapat mengenal kembali gerakan orang itu yang serupa
dengan ilmu ajaran Hajar Sapta Bumi. Dirinya tidak senang kepada Ki Hajar Sapta
Bumi. Maka walaupun tidak tahu siapa yang dihadapi sekarang ini ia sudah
mencaci-maki kalang-kabut,
"Anak haram! Kiranya engkau begundal dari Hajar Sapta Bumi!"
Selesai mencaci. tongkatnya segera menyambar ke arah Dasa Muka.
Bluk...!!
Dasa Muka yang tak pernah mimpi akan menerima pukulan itu. menjerit nyaring,
"Mati aku. ... "
Swara Manis gugup dan kuatir. Ia masih membutuhkan tenaga Dasa Muka. Karena
itu dirinya harus dapat menyelamatkan saudara angkatnya ini, agar rencananya tidak
berantakan. Karena itu cepat-cepat ia berseru.
"Kakang, lekaslah engkau lari. Aku setuju dengan rencanamu dan rencana itu harus
terlaksana."
Dasa Muka seperti anjing kena gebuk. Begitu Wasi Jaladara sibuk menangkis
serangan Swara Manis, ia cepat melarikan diri. Wasi Jaladara terkejut mendengar
ucapan Swara Manis tentang rencana itu. Walaupun tak tahu apa yang dimaksud
dengan rencana itu, tetapi agaknya tidak asing dengan nada suara Swara Manis. Ia
curiga dan termangu sejenak. Akan tetapi justru kelalaiannya ini, hampir saja dirinya
terpukul oleh Swara Manis.
"Keparat! Siapa engkau?" bentaknya sambil menggerakkan tongkat.
Kalau tadi Swara Manis sampai terpaksa membuka mulut, tidak lain karena dipaksa
keadaan. ia menyesal justru suaranya menimbulkan kecurigaan Wasi Jaladara. Maka
ketika Wasi Jaladara bertanya, ia tak mau menjawab lagi. Sebab di samping kuatir
dikenal Wasi jaladara, iapun mcngkuatirkan kehadiran Ali Ngumar. Untuk
menghindarkan semua ini, ia memutuskan untuk segera menghentikan perkelahian ini.
Secepat kilat ia memungut dua buah sendok garpu. Dengan gesit ia menyelinap ke

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
belakang Wasi Jaladara, lalu menusuk punggung lawan.
"Bagus!" seru Wasi Jaladara sambil mengcbutkan tongkat ke belakang. Untuk
menghindarkan diri, terpaksa Swara Manis melenting ke udara. Akan tetapi celaka...
tiba-tiba ia merasakan kakinya kesemutan. Ia kaget dan sadar, untuk kedua kalinya
diserang orang secara gelap.
Karena kakinya kesemutan dan kaget, tubuh Swara Manis meluncur ke bawah lagi.
Tepat pada saat itu tongkat Wasi Jaldara menyongsong. Untuk menghindari serangan
ini. Swara Manis terpaksa menggunakan tipu jembatan gantung. Ialah melemparkan
tubuhnya ke belakang, di susul dengan gerakan melenting ke samping.
Anehnya, setelah ia berhasil menghindari serangan, telapak kakinya tidak kesemutan
lagi. Karena itu di saat tongkat Wasi Jaladara menyambar lagi, ia menerobos maju dan
menusukkan garpu ke dada lawan. Berbareng dengan itu, si jembel yang enak tidur
tampak mengeliat. Kedua tangannya diangkat ke atas dan jari tangannya ditekuk ke
belakang.
Wasi Jaladara maupun Swara Manis kaget bukan main. Sebab dengan tingkah si
jembel itu. menyambarlah angin keras. Jelas sekali bahwa gerakan menekuk jari tadi
tidak wajar. tetapi merupakan serangan jarak jauh. Akibatnya dua orang ini terpaksa
menghindar dengan mundur tiga langkah ke belakang. Jembel itu setelah bangun
menggerutu,
" Huh, kurangajar! Aku hanya ingin tidur sekejap saja, kamu sudah ribut tak
keruan."
Mengenal si jembel, tiba-tiba saja Wasi Jaladara marah dan membentak.
"Ho. kiranya engkau. Huh, hampir saja aku salah memukul orang tak berdosa."
Ia menutup kata-katanya itu dengan serangan tongkat. Tampaknya si jembel itu tak
acuh, dan malah enak-enak mengatur pakaiannya. Akan tetapi yang aneh, serangan
tongkat yang dahsyat itu berhenti mendadak, dan kemudian malah jatuh dan akan
makan kaki tuannya sendiri. Swara Manis yang menyaksikan amat terkejut. Jelas si

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
jembel itu hanya mengangkat tangannya sedikit ke atas. Akan tetapi mengapa Wasi
Jaladara yang bertenaga raksasa itu tak kuasa lagi memegang tongkatnya? Jelas sekali
si jembel itu seorang sakti. Akan tetapi siapakah orang ini?
"Huh. pengemis busuk! Aku tak mau hidup di bawah satu langit dengan engkau!"
teriak Wasi Jaladara sambil menghindari serangan tongkatnya sendiri. Sesudah
berhasil menyelamatkan kakinya, ia kembali menyerang dengan dahsyat.
Akan tetapi lawannya tetap tak acuh. Ia hanya bangkit dari tempat duduk lalu
melangkah keluar sambil berkata,
" Ada engkau tiada aku. Ada aku tiada engkau! Ha-ha-ha... sama pula dengan
rambut di kepalamu dan tiada rambut di kepalaku. Kalau kupangkas lagi rambutmu
yang tinggal separo itu, aku tentu dapat melihat orang tinggi besar dengan kepala
kelimis seperti kera bangkotan bulunya rontok."
"Keparat... bangsat! Jadi engkaukah kiranya yang sudah mencukur rambutku ini?
Kurangajar! Hampir saja salah duga kepada orang lain!" serunya sambil memburu
keluar.
Dalam kejar mengejar itu, dua orang tersebut terus, saling caci. Gerakan mereka
cepat sekali sehingga dalam waktu tidak lama mereka telah jauh dari kota.
Swara Manis menghela napas lega. Kemudian ia masuk ke dalam kamar yang
disewa. Tampak Mariam tidur lelap sekali sedang lampunya masih menyala. Melihat itu
Swara Manis tak ingin membuatnya kaget, dan menghampiri pembaringan
perlahan-lahan.
Demi melihat wajah Mariam yang cantik jelita, berdebarlah jantung Suara Manis.
Dalam hatinya mengakui memang sulit mencari wanita secantik Mariam. Akan tetapi
pikirannya itu tidak lama menghuni dalam benaknya. Segera diusir oleh kepentingan
lain, yang takkan dapat diabaikan. Katanya dalam hati,
" Hem, di dunia ini tidak kurang jumlahnya wanita cantik. Manusia yang berharta
dan berpangkat, gampang memperoleh sepuluh atau duapuluh wanita cantik. Huh,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
untuk apa aku harus setia kepada perempuan ini, yang belum pernah kawin sudah akan
mendapat anak? Hem, kalau hal ini diketahui orang apakah tidak membuat aku malu
dan menurunkan derajat kehormatanku? Persetan... Kalau tidak kejam, aku sendirilah
yang akan menderita selama hidup. Pedang pusaka Nyi Baruni itu harus di tanganku.
Harus! Hari lebaran sudah dekat. Tanpa pedang pusaka itu kakek guru tentu tidak
bersedia mengajarkan ilmu pedang Samber Nyawa kepada diriku. Dan tanpa ilmu
pedang Samber Nyawa, sulitlah bagi diriku dapat mengatasi lawanlawanku. Huh-huh...
apapun yang terjadi, perempuan ini harus aku serahkan kepada Surogendilo, untuk
memperoleh ganti pedang pusaka."
Tanpa sesadarnya Swara Manis menghentakkan kaki, dan suara gentakan kaki ini
kuasa menyebabkan Mariam terjaga. Begitu melihat kekasihnya, yang masih berdiri di
samping pembaringan, Mariam menegur dengan halus.
"Kakang, apakah sebabnya engkau belum juga tidur?"
Akan tetapi Swara Manis saat ini dalam keadaan gelisah. Ia sadar musuh selalu
mengintai. dan kalau tidak bertindak cepat rencananya bisa gagal. Untuk itu dirinya
harus cepat-cepat pergi dari penginapan ini meneruskan perjalanan. Bujuknya,
" Diajeng, engkau tentu menyadari juga bahwa banyak orang jahat yang berusaha
mencelakakan diriku. Malam ini aku mendapat firasat tidak enak. Oleh sebab itu kita
harus meneruskan perjalanan malam inijuga."
"Mengapa malam begini?" Mariam mengeluh.
Namun ia seorang wanita yang menyerahkan segenap jiwa dan raganya kepada
Swara Manis. Menurut pendapatnya apabila dapat menyenangkan kekasihnya, hatinya
dan perasaannya menjadi bahagia. Maka malam ini walaupun dirinya malas, ia tidak
dapat membantah kemauan Swara Manis. Ia bangkit dan menyisir rambut. Setelah
persiapan selesai, dua orang ini meneruskan perjalanan.
Sekarang kita ikuti dahulu kepergian Wasi Jaladara yang mengejar lawan. Dalam
marahnya Wasi Jaladara mengejar jembel itu dengan maksud memberi hajaran. Tetapi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
celakanya walaupun sudah mengerahkan kepandaiannya lari, dirinya tak juga dapat
menyusul jembel itu. Setelah cukup lama mengejar, dadanya malah kembang-kempis
dan hampir kehabisan tenaga. Akhirnya ia berhenti lalu mencaci-maki,
" Kurangajar! Bangsat busuk! Mengapa tidak kau cukur saja seluruh rambut kepala
dan jenggotku?"
Dari jauh jembel itu ketawa cekikikkan. Jawabnya,
" Heh-heh-heh, tahukah engkau bahwa aku sesungguhnya sudah bosan menjadi
pendeta seperti ini? Aku ingin dapat membebaskan diri dari tugas. Dan untuk itu aku
harus mendapat gantinya, tetapi sampai sekarang belum mendapatkan."
"Tetapi apakah rambut pada kepalamu yang kelimis itu masih bisa tumbuh lagi?"
Wasi Jaladara yang jujur tidak menyadari, sedang berhadapan dengan orang yang
suka berolok-olok, dan suka mempermainkan orang. Itulah sebabnya ia bertanya
tentang rambut. dapat tumbuh atau tidak.
"Kalau bisa tumbuh, lalu apa maksudmu??
Wasi Jaladara tertegun. Namun ia tidak percaya kalau kepala pertapa jembel yang
gundul kelimis itu dapat tumbuh lagi rambutnya. Menduga demikian, katanya mantap,
" Kalau rambutmu benar-benar bisa tumbuh lagi, aku rela rambutku yang tinggal
separo ini engkau cukur semuanya."
Pertapa jembel itu terkekeh.
"Heh-heh-heh, sekali seorang laki-laki sejati mengucapkan kata-kata "Sabda pandita
ratu. Sekali berkata, takkan dijilat lagi," sahutnya.
Pertapa jembel itu ketawa terkekeh. kemudian meraba kepalanya dan berseru,
" Lihatlah!"
Wasi Jaladara berjingkrak kaget. Teriaknya keheranan,
" Hai... engkau ini manusia atau setan?"
Matanya belum lamur. Ia melihat jelas bahwa kepala pertapa tadi gundul kelimis.
Tetapi mengapa sebabnya hanya mengusap dengan tangan, tahu-tahu rambut pertapa

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
itu sudah tumbuh lagi?
"Tadi engkau sudah berjanji bukan? Sekali berjanji tidak dapat ingkar."
Wasi Jaladara yang jujur segera menyahut,
" Baik, cukurlah rambutku!"
Pertapa jembel itu tanpa sungkan lagi, menghampiri Wasi Jaladara dan dengar
tangkas sudah mencengkeram.
"Aduh... aduh. ... setan alas!" Wasi Jaladara berteriak mencaci-maki.
"Aku suruh mencukur, mengapa, kau cabuti?"
"Bukan mencabut, ini mencengkeram. Bagaimana mungkin aku dapat mencukur
tanpa memegang rambutmu?"
Sambil ke tawa terkekeh, pertapa jembel itu melakukan tugasnya mencukur rambut
Wasi Jaladara dengan pisau cukur yang tajam. Hingga dalam waktu singkat. kepala
Wasi Jaladara menjadi gundul kelimis.
Setelah selesai, Wasi Jaladara mengusap kepalanya yang plontos dan oleh tiupan
angin terasa dingin.
Dalam mendongkolnya, lalu orang jujur ini bertanya lagi,
" Hai, engkau ini manusia atau demit?"
"Heh-heh-heh, bukan manusia dan bukan demit. ... "
Wasi Jaladara tersentak kaget. Ia segera teringat bahwa di dunia ini hidup seorang
tokoh sakti yang suka ugal-ugalan. dan terkenal dengan sebutan Jim Cing Cing Geling.
Ia membelalakkan matanya sambil bertanya,
" Kalau tegitu, apakah engkau ini yang disebut Jim Cing Cing Goling?"
"Heh-heh-heh, kalau itu benar, bagaimana maksudmu?"
"Mati aku. ... "
Jim Cing Cing Goling terkekeh gembira sekali. kemudian mengejek,
" Hai bocah tua! Mengapa begitu gundul engkau seperti linglung?"
Karena sudah kalah janji, ia tidak dapat apa-apa. Ia kemudian mengusap kepalanya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
sambil berkata,
" Celaka... bagaimana diriku sekarang ini? Apakah aku tidak menjadi malu kalau
bertemu dengan orang?"
Jim Cing Cing Goling terharu. Tidak terkilas maksud buruk sedikitpun dalam hati
Jim Cing Cing Goling, mencukur rambut dan jenggot Wasi Jaladara ini. Akan tetapi di
balik peristiwa itu, memang mempunyai maksud baik. Ia tahu bahwa orang ini jujur dan
berhati baik. Orang seperti ini amat dibutuhkan oleh masyarakat, yang membutuhkan
perlindungan. Agak sayang, karena mempunyai watak berangasan, sering sekali Wasi
Jaladara berhadapan dengan bahaya.
Kenyataan ini kemudian mendorong kepada Jim Cing Cing Goling untuk menolong.
Tetapi apabila menggunakan cara yang wajar, Wasi Jaladara tentu tersinggung dan
marah. Oleh sebab itu Jim Cing Cing Goling menggunakan cara yang aneh, mencukur
rambut Wasi Jaladara, dan sebagai upahnya akan memberi pelajaran ilmu tongkat
yang hebat, agar orang berangasan tetapi jujur ini menjadi orang sakti mandraguna
dan dapat melindungi masyarakat.
"Heh-heh-heh," Jim Cing Cing Goling terkekeh. lalu hiburnya,
" Tak usah cemas. Pakailah jubah ini, engkau akan berobah menjadi seorang
pendeta. Tetapi jika engkau tak setuju. dan jika engkau mengenakan ikat kepala,
kepalamu yang gundul kelimis bisa engkau tutup."
"Ah benar. Aku bisa menutupi kepalaku yang gundul ini dengan ikat kepala."
"Ya, begitu juga baik. Hemm... sekarang aku ingin bicara dengan engkau. Tadi aku
sempat melihat bahwa ilmu tongkatmu cukup hebat. Kekerasan dan kedahsyatannya
memang sudah bagus tetapi dalam ketenangan dan kelincahan amat kurang. Tetapi
hem... bagaimanakah menurut pendapatmu sendiri?"
Wasi Jaladara kasar tetapi jujur. Berkali-kali dirinya berhadapan dengan lawan, dan
ilmu tongkatnya tak dapat menolong. Apakah salahnya bertemu dengan tokoh sakti ini
dirinya minta petunjuk?

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Aku akan gembira sekali apabila engkau sudi memberi petunjuk kepada diriku!"
katanya kemudian. Lalu tongkatnya segera diserahkan kepada Jim Cing Cing Goling.
Jim Cing Cing Goling menerima tongkat itu sambil terkekeh. Katanya,
" Orang mengatakan, engkau ini seorang yang kasar. Tetapi dengan permintaanmu
sekarang ini, aku menjadi senang."
Ia menatap Wasi Jaladara beberapa jenak. Kemudian ia berkata sungguh-sungguh,
" Wasi Jaladara. ketahuilah bahwa ilmu tongkat yang akan aku ajarkan kepadamu
ini, merupakan ilmu ajaran tokoh sakti jaman Pajang. bernama Pramaneanegara.
Nama aslinya Pramanca, tetapi setelah diangkat sebagai Patih Kerajaan Pajang,
ditambah dengan negara. Ilmu tongkat warisan tokoh sakti itu disebut dengan nama
"Tri Taksaka Kurda". Artinya tiga ekor ular mengamuk. Hemm... keindahan dan
ketangguhanuya ilmu tongkat ini bukan saja terletak pada perbawa kekerasannya,
tetapi juga mengandung kelincahan dan keleluasan. Hemm... sungguh kebetulan
tongkatmu ini beruas tiga. sehingga dapat dijadikan tiga batang tongkat pendek, ini
amat berguna bagi ilmu tongkat "Tri Taksaka Kurda". Nah, sekarang perhatikanlah!"
Dan Wasi Jaladara berdiri sambil memperhatikan. Jim Cing Cing Goling berdiri
tegak. Tongkat diacungkan ke atas perlahan-lahan, dan tampaknya lemah tanpa tenaga.
Tetapi sesudah tangan menyentak turun, Wasi Jaladara terbelalak kagum. Sebab secara
tiba-tiba gerakan menyentak turun tadi, menyebabkan tongkat yang beruas tiga itu
berobah menjadi tiga ruas yang serempak menyerang bersama-sama. Dengan demikian
sekali gerak akan dapat mengundurkan tiga o-rang lawan sekaligus. Tetapi sebaliknya
apabila berkelahi seorang lawan seorang, berarti sekali gerak tongkat itu menyerang
tiga bagian tubuh lawan. Tak salah lagi disebut tiga ular mengamuk.
Memang untung bagi Wasi Jaladara, yang sudah mempunyai dasar kokoh dalam
ilmu tongkat. Karena itu sekali melihat, ia sudah dapat mencatat dalam hati. Sesudah
jurus pertama selesai dimainkan, Jim Cing Cing Goling bergerak pada jurus kedua.
Akhirnya ilmu tongkat yang terbagi 14 jurus itu dapat diselesaikan Jim Cing Cing

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Goling.
Wasi Jaladara yang jujur tak menyembunyikan perasaan, mulutnya berdecak dan
memuji-muji. Akan tetapi berbareng dengan itu, seluruh kemampuannya berpikir
dicurahkan kepada setiap gerak Jim Cing Cing Goling, agar tidak sampai salah
tangkap. Sesudah merasa dapat melakukannya ia bermaksud untuk minta kembali
tongkatnya untuk berlatih.
Celakanya sebelum mulut terbuka, sudah terdengar suara orang berteriak,
" Cing Cing Goling. Berikan tongkat itu padaku. Aha... Ndara Menggung ingin
berlatih. ... "
Belum lenyap gema teriakannya, muncullah seorang tua kerdil dan kepalanya gundul
tanpa ditutup ikat kepala, dengan jenggot yang amat panjang. Dialah Sampar Mega
alias Ndara Menggung, dan sekarang ini ia datang sambil tangannya memegang
sehelai ikat pinggang warna hijau.
"Huh, keparat! Apakah hukumannya orang yang berani mencuri pelajaran orang
lain?" selesai berkata Jim Cing Cing Goling sudah menyambut Ndara Menggung
dengan serangan tongkat.
Wut.. !!
Ndara Menggung melenting ke udara menghindari serangan, lalu dari atas berteriak,

" Cing Cing Goling, kapan engkau mempunyai murid pendeta ini? Aih... tapi
mengapa engkau tidak mengundang aku?"
Jim Cing Cing Goling tidak menyahut, melainkan menggerakkan tongkatnya
sehingga mencelat ke atas.
"Aduh... pantatku...!" teriak Ndara Menggung.
"Jika engkau masih menyerang, aku lepaskan ular sakti Gadung Dahana ini, biar
engkau mampus digigit."
"Dari mana engkau dapatkan ular itu?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Heh-heh-heh, sudah tentu hasil pikiran dan akal Ndara Menggung sendiri."
"Jawab dulu! Hukuman apa yang harus diterima oleh orang yang berani mencuri
ilmu pelajaran orang lain?"
"Ndara Menggung tidak bisa berpikir. Engkau sajalah yang mengatakan."
"Kalau aku yang harus mengatakan, aku kuwatir engkau tak mau tunduk."
Ndara Menggung panas perutnya merasa tak dipercaya. Bentaknya,
" Siapa yang mengatakan bahwa Ndara Menggung bermulut palsu?"
"Bagus! Engkau memang seorang laki-laki sejati dan bermulut mutiara. Sekarang
terimalah hukuman yang akan aku jatuhkan kepadamu. Serahkanlah ular sakti Gadung
Dahana itu kepadaku."
"Kentut..." ejek Ndara Menggung.
"Ha-ha-ha," Jim Cing Cing Goling ketawa mengejek.
"Memang tidak salah kalau orang mengatakan, Ndara Menggung itu manusia
bermulut palsu!"
"Kurangajar! Ambillah!" teriak Ndara Menggung tanpa sadar, seraya melemparkan
ular sakti itu.
Jim Cing Cing Goling cepat meletakkan tongkat, kemudian memandang melayangnya
ular Gadung Dahana yang warnanya hijau itu penuh perhatian. Sebelum sinar itu
melayang datang, dua tangan bergerak. Tangan kiri menjepit leher ular, sedang tangan
kalian memijat bagian dekat pantat. Begitu tertangkap ular tersebut tidak dapat
bergerak lincah lagi, sedang lidah yang merah menjulur keluar.
"Engkau tentu penasaran dengan permintaanku ini, bukan?"
"Tentu!"
"Dan tentu engkau merasa rugi bukan? Karena mencari ular ini tidak mudah?"
"Jangan pura-pura sok suci. Setengah tahun lalu sesungguhnya aku sudah dapat
menangkap ular itu. Tetapi telah diganggu oleh bocah tolol Prayoga. Kalau saja waktu
itu aku sudah berhasil menangkap ular itu, tentu engkau tidak dapat memberi hukuman

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
seperti ini. Huh, semua ini gara-gara pemuda tolol itu. Kalau kemudian hari aku
ketemu, tentu dia akan aku beri hukumanjuga."
Mendengar ini Jim Cing Cing Goling menjadi kuatir juga. Kalau benar si linglung ini
marah dan membalas dendam kepada Prayoga, pemuda itu bukan tandingan Ndara
Menggung. Tetapi ia seorang yang pandai hicara. maka katanya,
" Engkau yang bersalah mengapa orang lain kau kambing hitamkan? Dan mengapa
engkau tidak cepat-cepat memahami ilmu tongkat ini?"
Ndara Menggung segera memungut tongkat. kemudian berlatih. Dari samping Jim
Cing Cing Goling memberi petunjuk mana yang masih kurang dan mana sudah benar.
Apa yang dilakukan oleh Ndara Menggung ini juga banyak membantu Wasi Jaladara
dalam usaha memahami ilmu tongkat tersebut.
Tanpa terasa pagi telah tiba, dan Jim Cing Cing Goling lalu ingat kepada Swara
Manis. Teringat hal itu, lalu ia mengusir Ndara Menggung,
" Hai Ndara Menggung! Ilmu tongkat itu ampuh sekali. Untuk memahami, engkau
harus mencari tempat sepi agar tidak diganggu orang. lekas pergilah sekarang."
Ndara Menggung yang linglung menduga semua itu sungguh-sungguh. Sahutnya,
" Baik, Ndara Menggung segera pergi."
Sesudah Ndara Menggung pergi, Cing Cing Goling memberitahu kepada Wasi
Jaladara tentang apa yang sudah didengarnya di penginapan. Karena itu ia mengajak
Wasi Jaladara kembali ke penginapan untuk menangkap Swara Manis dan Mariam.
Celakanya Swara Manis yang cerdik sudah pergi tadi malam, sehingga usaha mereka
gagal.
"Hayo kita kejar!" ajak Jim Cing Cing Goling kepada Wasi Jaladara. Mereka
menempuh perjalanan cepat. Dalam waktu singkat sudah jauh, tetapi tetap tidak dapat
menyusul Swara Manis.
"Hem, bocah ini licin seperti belut, " desah Jim Cing Cing Goling.
Wasi Jaladara mengiakan, dan kemudian malah menceritakan apa yang sudah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terjadi di Muria. Sedang dirinya sendiri juga merasakan hasil muslihat pemuda itu.
"Sayang..." Cing Cing Goling menghela napas.
"Anak secerdik itu salah jalan."
Jim Cing Cing Goling kemudian bertanya kepada Wasi Jaladara, apakah tahu tempat
gerombolan Surogendilo. Yang dijawab, selaras keterangan Prayoga. gerombolan itu
bermukim di sekitar sumur Jalatunda dan Goa Jimat.
Jim Cing Cing Goling terkejut.
"Benarkah di sana?"
"Ya, apakah engkau sudah tahu tempat itu?"
Jim Cing Cing Goling menggelengkan kepalanya.
"Hanya pernah mendengar saja. Menurut keterangan, penduduk tidak berani tinggal
di sana karena takut akan keganasan Surogendilo."
Wasi Jaladara yang mengkhawatirkan keselamatan Mariam, kemudian mendesak Jim
Cing Cing Goling agar mau menyusul ke sana. Jim Cing Cing Goling setuju. kemudian
mereka melanjutkan perjalanan menuju Dieng.
Dalam perjalanan ini, Jim Cing Cing Goling menggunakan tabung bambu untuk
menyimpan ular berbisa bernama Gadung Dahana itu.
Begitulah, gara-gara Swara Manis yang mempunyai rencana menukarkan Mariam
dengan pedang pusaka, menyebabkan banyak orang menjadi sibuk dalam u-saha
mencegah peristiwa itu. Demikian pula setelah Prayoga dan Sarini tidak berhasil
mencari Swara Manis di padepokan Hajar Sapta Bumi, dengan gerak cepat merekapun
sudah menuju Dieng.
Ketika itu hari sudah sore. Sarini berpendapat lebih baik mencari penginapan di
dalam kota. Sebaliknya Prayoga tidak setuju. karena menginap di kota menyebabkan
perjalanan lebih lambat.
"Tetapi perutku sudah lapar sekali!" Sarini marah.
Prayoga mengeluarkan bekalnya. Nasi jagung kering dengan lauk ikan dendeng.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kemudian sambil tersenyum, dan lauk itu diberikan kepada Sarini.
"Aku tak sudi makan nasi jagung yang sudah kering seperti itu!" pekik Sarini.
"Dan aku ingin makan nasi putih yang hangat, bau harum dengan daging yang segar
dan lezat."
"Sari," bujuk Prayoga.
"Sesudah urusan kita selesai, masih banyak kesempatan bagi kita menikmati
makanan yang mewah. Tetapi urusan kita sekarang ini amat penting, kita harus pandai
menghemat waktu."
"Huh ...urusan apa yang engkau anggap penting itu?"
"Eh, Sari, mengapa engkau menjadi begini? Bukankah engkau juga tahu bahwa saat
ini mbakyu Mariam dalam bahaya? Dan mengapa kita harus berlambat dalam usaha
menolong?"
"Huh? bahaya apa?" Sarini yang nakal pura-pura tidak tahu.
"Apakah engkau sudah berobah menjadi tolol? Bukankah engkau tahu sendiri, bahwa
Swara Manis merencanakan menyerahkan mbakyu Mariam untuk memperoleh ganti
pedang pusaka Nyai Baruni??
Namun Sarini yang memang nakal itu masih juga menggoda.
"Bagaimana engkau bisa tahu kalau Swara Manis menyetujui siasat Dasa Muka?
Huh. andaikata benar setuju, masakan dia dapat mendahului kita? Dan andaikata dia
benar lebih dahulu datang di sana, apakah mbakyu Mariam mau saja diserahkan
kepada 0rang lain?"
Untuk beberapa jenak Prayoga melongo. Sesudah sadar, baru ia menjawab.
'Tetapi bagaimanapun juga, kalau kita belum tiba di Dieng, hatiku tak dapat
tenteram dan takkan dapat tidur pulas."
Mendengarjawaban ini Sarini menjadi sengit.
"Kakang... apakah engkau tidak tahu atau sudah dibutakan oleh cinta. bahwa
mbakyu Mariam hanya mencintai Swara Manis? Huh. sekalipun engkau berhasil

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menolong dan menyelamatkan. dia tentu tak sudi juga menjadi isterimu. Huh-huh...
engkau bagi pungguk merindukan bulan. .. "
Prayoga terpukau sejenak, dan sesudah dapat menguasai perasaannya lalu
menjawab,
" Sari, jangan sesempit itu pikiranmu. Mbakyu Mariam itu saudara seperguruan kita
dan dia juga puteri tunggal guru kita Apakah engkau tidak sanggup membalas budi
kepada guru? Dan apakah kita rela melihat puteri tunggal guru kita dalam bahaya?
Hemm... janganlah engkau menuduh diriku ini bingung, dan berusaha menolong
mbakyu Mariam karena aku gandrung. Tidak! Hemm. .. apakah engkau tidak ingat
keadaanmu sendiri ketika itu? Sekalipun aku tidak bermaksud memperisteri engkau,
tetapi aku menolong engkau dengan mempertaruh kan nyawaku sendiri."
Ulu hati Sarini seperti ditikam pisau belati rasanya, mendengar kata-kata kakak
seperguruannya ini. Hati pedih kemudian menjadi panas dan berkata sengit.
"Kakang. .. huh jangan asal membuka mulut! Siapa yang mempunyai hasrat supaya
menjadi isterimu?"
Tetapi apa yang terucap berbeda dengan apa yang terkandung dalam hati. Sudah
cukup lama gadis ini mengharapkan ucapan kakak seperguruannya, aku cinta
kepadamu. Namun ucapan itu belum juga ia dengar. Akibatnya gadis ini gampang
sekali tersinggung dan cemburu, kalamana Prayoga bicara tentang Mariam. Dalam
marahnya ini, kemudian Sarini menutup mulut tidak mau bicara dalam perjalanan.
Prayoga kaget. Ia tidak merasa mengucapkan katakata yang dapat melukai perasaan
Sarini. Tetapi mengapa gadis ini marah? Cepat-cepat ia melangkah lebih cepat untuk
menuyusul Sarini yang sudah mendahului. Dan sesudah dekat, ia tambah terkejut
karena Sarini menangis... .
"Sari... ah Sari. . " pikirnya.
"Apakah dia? dia mencintai aku?"
Sarini lari sekencang-kencangnya, dan air mata membasahi pipinya. Kini ia menjadi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyesal, bahwa kakak seperguruannya tetap tak mau memalingkan perhatian kepada
dirinya.
Pendeknya, mereka telah mendaki Pegunungan Dieng. Pegunungan yang indah dan
penuh dengan puncak maupun candi. Ternyata perjalanan yang ditempuh sulit. selain
terjal juga penuh hutan belantara. Mereka berusaha mendapatkan tempat menginap.
akan tetapi celakanya tidak bertemu dengan desa. Baru sesudah mereka kepayahan
melintasi belantara, akhirnya mereka melihat beberapa pondok kecil.
"Sari, mari kita tanyakan jalan kepada penghuni pondok itu, " seru Prayoga.
Sarini tidak menyahut. Dara itu berobah menjadi pendiam sesudah perasaannya
tertusuk. Ia berusaha mengikis habis benih asmaranya yang bersemi dalam lubuk
hatinya, tertuju kepada Prayoga. Akan tetapi sungguh sayang. maksudnya ingin
membuang, tetapi hati ini berkata lain.
Karena Sarini tak mau menyahut, ia bertindak sendiri. Ia menghampiri sebuah
pondok, dan berteriak,
" Kulanuwun... kulanuwun. ... "
Tetapi tiada jawaban yang terdengar. Sesudah Prayoga mengulang tiga kali, baru
muncul seorang laki-laki muda sambil bertanya,
" Apakah engkau tersesat jajan?" "
Melihat pakaian tuan rumah. jelas bahwa penghuni ini seorang pemburu. Beberapa
pondok yang dibangun di tepi sungai itu merupakan pondok para pemburu. Prayoga
gembira, karena seorang pemburu tentu luas pengalaman. Karena itu ia segera
bertanya jalan ke Sumur Jalatunda atau desa Kapucukan.
Seketika wajah orang itu berobah tegang.
"Hai, apakah engkau sengaja berolok-olok dengan aku?"
"Tidak!" sahut Prayoga.
Tiba-tiba pemburu itu ketawa tawar dan meraba golok yang terselip di pinggang.
Prayoga terkesiap, namun karena jawaban itu penting bagi dirinya, ia mengulang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
pertanyaannya.
"Jangan ngacau!" bentak pemburu itu.
"Jika engkau nekat, janganlah engkau menyesal jika aku bertindak kasar."
Sarini tak kuasa menahan mulutnya.
"Hemm, suka atau tidak suka memberitahukan, engkau bebas. Tetapi janganlah
engkau main gertak dan membentak-bentak orang. Huh, apakah hanya engkau sendiri
yang tahu daerah ini?"
"Baik, tanyakanlah kepada orang lain !" tantang si pemburu.
Tengah mereka ribut itu, muncullah seorang lakilaki sambil batuk-batuk,
" Kancil, engkau ribut dengan siapa?"
Pemburu muda itu menyahut,
" Ayah, ada dua orang menanyakan jalan ke... ke... Sumur. ... " Yang batuk-batuk itu
seorang tua.
"Paman, kami mohon bertanya, di manakah jalan menuju Sumur Jalatunda?" tanya
Prayoga.
Sarini yang tak sabar cepat menyambung,
" Harap paman sudi memberitahukan secepatnya karena kami mempunyai urusan
penting."
Orang tua itu mengawasi Sarini, beberapa saat kemudian baru berkata,
" Oh... kiranya kalian ini tokoh muda sakti, buktinya membawa pedang. Ya... ya...
kira-kira duapuluh tahun lalu, akupun pernah bertemu dengan seorang muda
bersenjata pedang. Ah... bukan main hebat kepandaiannya. ... "
"Di mana jalan itu?" desak Sarini.
Orang tua itu menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak bersedia memberitahukan
jalan itu. Sebaliknya anaknya tak kuasa lagi menahan rasa mangkalnya,
" Jika engkau memang keras kepala. baiklah! Setelah kalian melintasi sungai Putih
dan sungai Condong, pergilah lurus ke utara. Tempat yang kalian maksud itu letaknya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
di sebelah barat Gunung Nagasari. Akan tetapi... ahh... semua itu hanya keterangan
lain orang. Aku sendiri belum pernah pergi ke sana. ... "
Prayoga dan Sarini tak mau membuang waktu lagi. Setelah mengucapkan
terimakasih segera minta diri.
"Tempat itu angker sekali, janma mara janma mati (manusia yang berani datang
akan mati). Karena itu tidak seorangpun berani datang ke sana. Hemm ..?orang muda
yang aku jumpai 20 tahun lalu. tidak pernah kembali dan tidak pula aku dengar
beritanya." Orang tua itu menggerutu mengantarkan kepergian Prayoga dan Sarini.
Demikianiah mereka berkelana di Pegunungan Dieng sambil menyelidik, beberapa
lama kemudian mereka melintas sungai yang tidak begitu lebar. Mereka menduga
sungai yang dilewati sekarang inilah yang dinamakan orang sungai Putih, karena air
sungai itu warnanya putih. Ketika tengah hari mereka kemudian mengaso sambil makah
siang. Karena yang mereka makan hanya nasi jagung kering dan ikan dendeng bakar,
mereka terpaksa mengisi perut dengan yang mereka miliki itu saja. Untuk minum.
mereka terpaksa minum air sungai, Rasa memang tidak enak, tetapi mereka makan juga
sebagai pengisi perut. Jika tidak, bisa mati kelaparan.
Prayoga mengamati Sarini sejenak. Melihat wajah Sarini selalu cemberut. ia agak
bingung lalu membuka percakapan,
" Sari, makin dekat dengan sarang Surogendilo. kita harus semakin hati-hati."
"Hemm, tak ada gunanya. Mati justru lebih baik." sahut Sarini.
Prayoga terkrsiap. Dengan gugup ia bertanya,
"Mengapa begitu?"
Sarini yang kumat kesedihannya menjawab seenaknya,
"Kalau aku tetap mengatakan begitu, engkau mau apa?"
Prayoga garuk-garuk kepala kemudian bungkam. Mereka tidak bicara lagi. Sesudah
lelah hilang, Sarini mendahului bangkit dan Prayoga mengikuti. Tanpa berjanji mereka
berdua berharap sebelum matahari terbenam, harus sudah dapat mencapai tujuan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tak lama kemudian mereka melihat puncak gunung yang menjulang tinggi. Mereka
menduga, tentu gunung itulah yang disebut Nagasari. Semangat Prayuga bergelora. ia
ingin secepatnya dapat mencapai tempat yang dituju sebelum Mariam tiba.
Akan tetapi harapan mereka tidak terkabul. Baru tiba di sebelah barat Gunung
Nagasari matahari telah silam di barat. Mereka terpaksa beristirahat. karena
meneruskan perjalanan di waktu malam kecuali gelap, udara juga sangat dingin.
Untung mereka menemukan sebuah goa, dapat mereka pergunakan bermalam.
Agaknya Sarini letih sekali. Begitu selesai membersihkan goa, ia mengatur tempat
tidur dengan rumput kering, lalu tidur lelap sekali.
Karena tidak tahu maka secara tidak disadari, Prayoga dan Sarini sudah di wilayah
desa Kapucukan. Sebenarnya sumur Jalatunda dan desa Kapucukan itu masih
dipisahkan oleh hutan belantara yang cukup luas. Nanun karena jarak tidak jauh maka
orang sering menghubungkan dua tempat itu seperti satu tempat.
Prayoga mengamati Sarini yang tertidur pulas itu beberapa kali. Tiba-tiba ia teringat
sikap Sarini beberapa hari ini yang selalu marah-marah. Namun celakanya pemuda ini
menduga lain, ia menduga sebabnya Sarini marah karena tidak dapat makan makanan
yang lezat.
Teringat akan itu timbullah kemudian niatnya untuk mencarikan makanan lezat untuk
adik seperguruannya ini. Tanpa mengenal lelah. ia meninggalkan goa itu berburu
kelinci dan babi hutan yang mungkin bisa diperoleh di hutan itu.
Nasibnya malam ini memang baik. Belum lama pergi ia telah mendapatkan dua ekor
kelinci. Ia gembira dan merencanakan membuat satai kelinci. Dan ia percaya Sarini
tentu gembira.
Akan tetapi di dalam menuju kembali ke goa, perhatiannya tertumbuk kepada sebilah
batu besar yang aneh bentuknya. Permukaan batu itu licin seperti pernah dipangkas
orang. Ia cepat menghampiri dan ternyata berbentuk segi empat. Tiap permukaan batu
ditumbuhi lumut. Diteliti beberapa jenak tetapi tidak ada yang menarik.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Ah... membuang waktu saja!" Prayoga sudah akan pergi, tetapi tiba-tiba
perhatiannya tertarik kepada permukaan bagian belakang. Permukaan itu tidak rata.
Oleh pertolongan sinar bulan, kemudian ia terbelalak. Karena tidak ratanya permukaan
batu itu oleh guratan huruf.
Cepat-cepat ia menghilangkan lumut pada permukaan batu itu. Setelah bersih,
sekalipun agak sulit karena penerangan kurang, ia dapat membaca. Isi tulisan itu
kira-kira demikian.
"Ketahuilah. bahwa di dalam batu ini tersimpan "sari air". Kelak kemudian hari
apabila batu ini berumur 100 tahun. barang siapa yang beruntung. pecahlah lalu
minumlah airnya. Air "tirta sari" ini membuat tubuh ringan seperti bisa terbang dan
akan berumur panjang."
Di bawah tulisan tersebut, yang nampak jelas tinggal angka tahun, 1517. Sedang
siapa yang menulis, tidak tampak jelas sehingga sulit diketahui, siapa yang sudah
menulis itu.
Namun diam-diam Prayoga kagum. Batu itu keras sekali, tetapi dapat digurat oleh
orang hanya dengan jari tangan. Ini membuktikan sampai di mana kesaktian penulis
tersebut. Hanya sayang, tidak diketahui Siapa orangnya.
Bertemu dengan batu berisi "Tirta Sari" ini, menyebabkan Prayoga menjadi lupa
kepada dua ekor kelinci yang sudah berhasil ia tangkap. Cepat-cepat ia lari dan
kembali ke goa. Sarini masih tidur lelap, lalu dibangunkan,
" Sari, bangunlah! Hayo, cepat ikut aku. Hem. aku menemukan batu mustika!"
Tetapi Sarini hanya membuka mata lalu membalikkan tubuh dan tidur lagi. Mungkin
sekali, saking sangat lelah melakukan perjalanan jauh berhari-hari lamanya. Prayoga
yang tak sabar segera mengguncang lengan Sarini sambil mengulangi supaya bangun.
Dan Sarini yang merasa diganggu tidak senang, membentak,
" Apa sebabnya engkau mengganggu orang tidur?"
Prayoga setengah gugup menceritakan apa yang sudah ditemukan. Mendengar ini

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini terbelalak dan tertarik, serunya,
" Jadi pada batu itu terdapat tulisan yang menyebut "Tirta Sari"?"
"Ya."
Dalam soal ilmu membaca dan menulis, Sarini memang lebih berbakat dan lebih
pandai. Ia banyak membaca keropak-keropak maupun wedha (kitab). Dalam keropak
yang pernah ia baca itu terdapat catatan, adanya "Tirta Sari" yang tersimpan dalam
batu hitam. Kalau batu itu dipecah. tirta sari yang terdapat di dalamnya, merupakan
semacam cairan yang berwarna merah kekuning-kuningan, mirip dengan kuning telor.
Kalau tidak cepat diminum, cairan itu akan cepat menjadi keras seperti batu. Catatan
itu tanpa tanda siapa yang memberi tahu. Akan tetapi menurut gurunya, diduga catatan
itu terjadi pada jaman para wali. Gurunya juga membenarkan, bahwa "Tirta Sari" itu
dapat membantu kepada yang minum menjadi berumur panjang dan tubuhnya ringan
sekali. Maka dianjurkan oleh gurunya, agar sambil lalu batu berisi "Tirta Sari" itu
dicari, sebab amat bermanfaat.
Seterusnya diterangkan oleh gurunya, khasiat "Tirta Sari" sama dengan orang
berlatih tigapuluh tahun lamanya dalam ilmu meringankan tubuh. Dan batu mustika
berisi "Tirta Sari" tersebut, jarang didapat di dunia ini.
"Di mana batu itu?" tanya Sarini.
"Marilah ikut aku. Mustika dalam batu yang disebut "Tirta Sari" itu harus engkau
minum."
Prayoga gembira sekali. Lalu mengajak Sarini ke tempat batu ditemukan.
Sebaliknya bagi Sarini, walaupun perhatian kakak seperguruannya ini besar sekali,
dan semua itu untuk dirinya, tetapi diam-diam mengeluh,
" Huh, engkau memang pemuda tolol dogol. Huh, engkau kira aku gembira dengan
"Tirta Sari" itu? Hem, aku baru gembira dan bahagia apabila mendengar ucapanmu,
yang menyatakan cinta kepadaku."
Tetapi ia mengikuti juga kepergian Prayoga. Setelah tiba di tempat batu, Prayoga

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
segera mengerahkan tenaga saktinya untuk memecah batu itu. Sayangnya, batu itu
masih tetap utuh, dan pukulan Prayoga tidak mempan.
"Tidak ada gunanya engkau menghabiskan tenaga!" akhirnya Sarini berkata.
"Menurut dugaanku. batu ini baru bisa pecah apabila dibelah dengan pedang
pusaka. Ah. andaikata guru kita sekarang hadir, kita bisa pinjam pedangnya."
"Kalau begitu, kiranya lebih tepat apabila kita datang kepada gerombolan
Surogendilo lebih dahulu," sahut Prayoga.
"Syukur sekali kalau Swara Manis belum tiba di sana, dan kita berhasil merebut
pedang pusaka itu."
Setelah sepakat, mereka kembali menuju goa tempat mereka menginap. Tetapi baru
beberapa langkah, tiba-tiba mereka mendengar suara ketawa yang amat aneh dan
menyeramkan. Sarini menjadi geram dan takut. lalu tanpa disadari ia telah merapatkan
tubuh kepada kakak seperguruannya.
Namun sesudah ditunggu, suara ketawa yang aneh itu tidak terdengar lagi. Untuk
menghilangkan rasa takut, bertanyalah Sarini,
" Kakang, suara apakah yang terdengar tadi? Suara manusia ataukah setan?"
"Aku sendiri tidak tahu. Tetapi agaknya bukan suara manusia dan bukan setan.
Menurut dugaanku, itu suara binatang hutan."
Baru sampai di situ. suara ketawa yang menyeramkan terdengar lagi. Sekarang
bukan hanya sekali, tetapi malah berkali-kali dan tempatnya berpindah pindah. Karena
takut, dua orang muda ini sudah memperiapkan senjata pedang.
Tiba-tiba Sarini berseru tertahan,
" Ah... agaknya suara itu, suara anak buah Surogendilo yang mengurung kita."
Prayoga tidak menjawab. Ia memperhatikan suara aneh itu, dan melihat kesekeliling.
Tiba-tiba saja ia berjigkrak kaget. ketika melihat beberapa pasang sinar hijau yang
bergerak kian-kemari.
"Sari, hati-hatilah!" Prayoga memperingatkan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tetapi berbareng dengan suara Prayoga, dari semak belukar terdengar suara
berisik. Kemudian menyusul bayangan hitam yang tingginya sekitar satu depa. Mirip
kera tetapi jelas bukan kera karena lebih besar, sedang lengannya panjang hampir
menyentuh tanah.
"Celaka! Sarini... lekas lari. Ah, bayangan itu 0rang utan. Ah, tentu bukan hanya
seekor. Ah... aku tahu sekarang sebabnya para pemburu itu ketakutan datang ke Sumur
Jalatunda. Mereka tahu, di tempat ini banyak orang utan. Lari. kita lari. Kau di depan
dan aku melindungi engkau di belakang."
Sarini terkejut. Ia pernah mendengar cerita tentang orang utan. Binatang itu cerdik,
kulitnya keras dan tenaganya kuat sekali. Menurut kebiasaan, orang utan itu paling
suka hidup berkelompok. Dan apabila sudah menetap di salah satu tempat, binatang itu
tidak mau pergi lagi. Dan setiap kelompok, sedikitnya terdiri tigapuluh ekor.
'Tidak!" bantah Sarini.
"Kalau memang mati, biarlah kita mati bersama-sama."
Berkata demikian Sarini segera mencabut pedang. Oleh sinar bulan, batang pedang
itu mengeluarkan sinar. Binatang yang sudah mengurung itu memperdengarkan suara
ketawa seram. Salah seekor segera melangkahi maju sambil merentangkan sepasang
lengannya, lalu menerkam Sarini. Cepat-cepat dua orang muda ini berpencaran
menghindar.
Setelah terkamannya luput, orang utan itu penasaran dan meraung keras. Karena
tubrukannya luput, tubuh binatang ini terdorong ke depan. Sarini segera menarik
tangan Prayoga diajak bersembunyi.
Karena dua orang muda itu mendadak lenyap, orang utan itu pada marah. Orang
utan itu meraung keras, disusul raungan yang lain.
Lalu muncullah empat ekor orang atau yang besar. Empat ekor itu maju sambil
menjerit-jerit, seperti sedang berunding. Tak lama kemudian empat ekor binatang ini
berpencaran ke empat penjuru, kemudian mencabuti pohon dan menggulingkan batu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"keparat Dasa Muka!" caci Sarini.
"Bangsat itu telah menipu kita. Huh, jika aku sampai mati di tempat ini, aku akan
menjadi setan penasaran dan akan aku cekik leher bangsat itu sampai mampus!"
Tiba-tiba muncul seekor orang utan yang besar. Karena kaget dan gugup Prayoga
sudah menubruk maju dan menyerang dengan pedang. Jaraknya memang dekat sekali,
dan walaupun manusia yang berilmu tinggi sulit untuk dapat menghindarkan diri.
Apapula yang dihadapi sekarang ini hanya seekor orang utan, tentu tidak dapat
membela diri seperti manusia.
"Crak..." mendadak padamlah seketika sepasang warna hijau yang mencoreng.
Karena serangan Prayoga tadi tepat bekali, menembus sebelah mata orong utan.
Setelah serangannya berhasil, buru-buru Prayoga menarik tangan Sarini dan
kemudian diajak bersembunyi lagi.
Orang utan yang terluka itu melengking kesakitan, karena sebelah matanya hancur.
Akibat kesakitan. binatang itu marah. Sambil melengking nyaring itu, sudah
mengangkat batu lalu dilontarkan ke depan. Dan oleh lengking binatang itu, kemudian
berbondonglah temannya yang lain datang ke tempat itu.
Binatang yang sudah buta sebelah matanya itu terus mengamuk. Seekor anak orang
utan yang tidak tahu. datang menghampiri. Akibatnya tubuh kecil itu terpukul, memekik
kesakitan. kemudian terlempar beberapa tombak dan menggelinding ke bawah. Kasihan
juga anak yang masih kecil itu menjadi korban.
Begitu berdatangan, orang utan yang banyak jumlahnya itu segera mengerumuni
yang terluka. Mereka bercuit-cuit riuh. agaknya sedang menghibur dan mencegah
supaya tidak mengamuk lagi. Buktinya begitu dikerumuni. sekarang binatang itu
berhenti mengamuk, lalu duduk di bawah pohon.
Melihat rombongan orang utan itu, Sarini lupa bahaya. Katanya,
" Kakang... orang utan itu serupa dengan-kera, binatang yang cerdik. Mari kita
tangkap seekor saja dan kita pelihara."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Sari, jangan bicara keras!" cegah Prayoga.
Rombongan orang utan itu, sekarang menggantikan pekerjaan yang terluka matanya.
Mencabuti pohon dan menggulingkan batu. Binatang itu ribut tidak keruan. namun
belum juga berhasil menemukan tempat persembunyian Sarini dan Prayoga.
Kalau Prayoga dan Sarini dapat lolos dari kejaran gerombolan binatang itu, bukan
lain berkat ilmu meringankan tubuh sehingga dapat bergerak cepat. Tetapi di samping
itu, juga tertolong oleh keadaan binatang itu sendiri. Matanya tidak dapat
dipergunakan memandang ke kiri dan ke kanan, hanya dapat memandang lurus. Oleh
kelemahannya ini, untuk memandang ke kiri maupun ke kanan harus memutarkan
kepalanya. Dan kalau memandang ke belakang, harus berputar tubuh.
Karena lama sekali tak dapat menemukan Prayodan Sarini, kemudian binatang itu
riuh, agaknya ingin meninggalkan tempat itu. Prayoga dan Sarini gembira. Apabila
binatang itu pergi, mereka lepas dari bahaya. Akan tetapi celakanya Sarini hilang
tiba-tiba, dan Prayoga kaget bukan main. Ketika Prayoga celingukan mencari, aduh
mak? ternyata Sarini yang lancang itu, asyik mendekap seekor orang utan yang masih
kecil.
Kalau saja saat ini dirinya tidak takut gerombolan binatang itu, ingin rasanya ia
berteriak nyaring, untuk mengusir rasa mendongkol dalam dadanya. Siapa orang,
takkan mendongkol, justru nyawa diancam maut, Sarini masih mencari penyakit dengan
menangkap anak orang utan.
Dan celakanya anak orang utan itu tidak mau ditangkap. Binatang itu meronta, dan
setelah berhasil melepaskan diri lalu meloncat pergi. Tetapi Sarini tidak mau
melepaskan dan mengejar. Saking jengkel, Prayoga ikut pula meloncat dari tempatnya
bersembunyi, dalam usahanya melindungi keselamatan Sarini.
Binatang kecil itu bercuit-cuit nyaring memanggil induknya. Agaknya suara cuitan
itu sebagai tanda bahaya. Begitu mendengar cuitan, orang utan besar yang tadi sudah
meninggalkan tempat itu, serentak kembali dan bercuitan nyaring.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Betapa marah gerombolan binatang itu, melihat salah seekor anaknya sedang
dikejar-kejar manusia. Binatang itu menggeram keras, kemudian menerjang Sarini.
Sarini amat terkejut tetapi sudah terlambat. Ia bermaksud kembali ke tempat Prayoga
bersembunyi, tetapi celakanya sudah dikurung oleh puluhan ekor 0rang utan besar, dan
saat itu taringnya yang tajam menyeringai.

*****
PENGANTAR
Cerita ini merupakan kelanjutan dari cerita berjudul "Cinta dan Tipu Muslihat".
Oleh sebab itu cerita ini masih menceritakan tokoh-tokoh Kilat Buwono, Ladrang
Kuning, Prayoga, Sarini dan Swara Manis. Dan dibakar oleh api "Dendam Kesumat",
terjadilah peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan sebelumnya.
Harapan penulis, semoga, cerita ini dapat menjadi sarana penghibur di waktu
senggang,
Terima kasih.

*****

" DENDAM KESUMAT "


Karya :Widi Widayat Jilid : II
**

SARINI yang ketakutan tubuhnya menggigil gemetaran, . Masih untung dalam detik
berbahaya ini otak Sarini masih dapat berpikir. Sambil mengerahkan semangat, ia
menjejak tanah dan tubuhnya melenting tinggi. Tetapi di saat dirinya akan jungkir-balik
di udara, tahu-tahu binatang itu sudah menyusul melenting dan malah lebih tinggi.
"Mati aku..." Sarini mengeluh dan mengurungkan maksudnya, lalu turun ke bumi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
lagi.
Dalam hal kepandaian meloncat, sudah tentu binatang itu lebih tangkas. Tetapi
dalam hal meluncur turun ke bumi, binatang itu hanya menggunakan gerak alamiah,
dan tak bisa setangkas manusia. Pada saat Sarini sudah berdiri di tanah, binatang itu
masih di udara. Kesempatan ini tidak disia-siakan, lalu membuang diri ke samping,
sehingga lolos dari kepungan. Tepat pada saat itu justru Prayoga sudah menghampiri.
Kalau saja mereka terus lari', kiranya masih dapat menghindarkan diri dari bahaya.
Akan tetapi celakanya Sarini sedang kumat kekerasan kepalanya. Begitu lepas dari
bahaya, ia melihat kembali binatang kecil yang tadi sudah berhasil ia tangkap. Melihat
binatang itu Sarini menjadi marah dan ingin menghajar, karena binatang itu pula yang
mencelakai dirinya.
"Mampuslah!" bentaknya sambil memukul.
Prayoga ingin menarik tangan Sarini, tetapi kalah cepat. Anak orang utan itu
melengking kesakitan, dan serempak empat ekor orang utan yang besar sudah
menerjang Sarini, dan salah seekor malah melompat sambil menerkam.
Prayoga dan Sarini menyambut berbareng.
Crak Crak...!!
dua batang pedang berhasil membabat kaki binatang itu. Akan tetapi celakanya
binatang itu tidak apa-apa, dan pedang yang tajam itu tidak dapat melukai kulitnya.
Prayoga amat terkejut. Namun secepat kilat ia sudah menyerang lagi. Pantat
binatang itu sekarang yang dijadikan sasaran, karena menurut pikirannya merupakan
bagian tubuh yang lunak.
Crak... ah... !!
lagi-lagi Prayoga kaget. Karena pantat yang disangka lunak itupun tidak mempan
dipapas pedang. Sebaliknya binatang itu seperti tidak merasakan apa-apa, terus maju
mendekati dan tiba-tiba saja kaki depan sudah menyambar pedang Prayoga. Untung
Prayoga tangkas, sambaran binatang itu luput dan Prayoga mengulangi serangannya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ke arah dada.
Crak...!!
tetapi dada itupun tidak mempan oleh pedang. Tetapi karena serangan ini disertai
tenaga sakti, kuasa membuat binatang itu kesakitan dan meraung. Raungan itu menarik
perhatian delapan ekor orang utan yang lain, lalu serempak maju dan mengurung.
"Sari, kita harus berdekatan!" Prayoga memperingatkan.
Dalam keadaan bahaya seperti sekarang ini, tentu saja Sarini tidak berani sembrono
lagi. Kemudian dengan patuh ia berdiri berdampingan dengan Prayoga.
Orang utan itu sekarang mengepung mereka sambil berpegangan. Tingkahnya tidak
berbeda dengan anak manusia yang sedang main jamuran. Makin lama kepungan
binatang itu makin menyempit.
Prayoga menusuk perut seekor orang utan yang paling dekat. Di luar dugaan, orang
utan itu menjerit keras membelah angkasa. Pengalaman ini menyadarkan Prayoga,
bahwa perut itu kiranya bagian yang terlemah.
Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan, menyerang secara teratur sehingga
gerombolan binatang itu terdesak mundur. Namun ketika serangan mereka sedikit
kendor, lingkaran binatang itu menyempit lagi.
Bagaimanapun, Prayoga dan Sarini masih dalam keadaan letih setelah melakukan
perjalanan berat sehari suntuk. Sebagai akibat belum sempat istirahat ini, maka dalam
waktu singkat mereka sudah kepayahan dan hampir habis tenaga.
Dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba saja Sarini putus-asa. Sesudah menghela napas
panjang, ia berkata,
"Kakang... kita sulit dapat lolos lagi, dan kita akan segera mati. Mumpung masih ada
kesempatan, aku ingin memberitahukan urusan penting kepadamu."
"Sari, jangan berpikir yang tidak-tidak." Prayoga menghibur.
"Guru pernah memberi nasihat, dalam menghadapi bahaya, jangan segera menyerah
dan putus asa. Sekarang. mari kita menghadapi bahaya ini dengan tenaga yang masih

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ada."
Orang utan yang sudah mengurung itu menyerang makin hebat. Celakanya Sarini
sudah putus asa. Ia tidak berusaha melawan, malah hanya menyandarkan tubuhnya
kepada Prayoga.
Pada mulanya Prayoga amat mendongkol, dan akan mendorong. Namun setelah
melihat keadaan Sarini, ia menjadi tidak tega. Karena adik seperguruannya ini dalam
keadaan ketakutan dan lelah.
Gerombolan orang utan itu bergerak maju, tetapi tiba-tiba mereka mundur lagi.
Sesaat kemudian maju, tetapi lalu mundur lagi. Melihat itu Prayoga heran dan tak
mengerti. Akan tetapi sesudah memperhatikan beberapa saat, barulah ia tahu sebabnya.

Binatang itu walaupun bentuknya mirip manusia, tetapi otaknya tidak secerdik
manusia. Mereka tidak dapat memperhitungkan tempat. Ketika maju, lingkar kepungan
menjadi menyempit, sehingga badan mereka berdesakan dan tak dapat maju lagi.
Akibatnya terpaksa mundur lagi. Binatang itu tidak mengerti cara yang tepat,
membiarkan satu atau dua ekor kawannya maju, kemudian menangkap dua orang
lawan itu. Sebagai akibat ketidak-tahuan binatang itu, sudah tentu hal ini
menguntungkan Prayoga dan Sarini.
Sarini yang sudah putus-asa bangkit kembali semangatnya. Akan tetapi mengingat
binatang-binatang itu tidak mempan senjata, dua orang anak muda itu-pun tidak berani
bertindak gegabah. Sebagai akibatnya, binatang itu juga tidak dapat mendekati.
Karena setiap kali maju mereka saling desak, akhirnya binatang itu marah dan
kemudian saling pukul sendiri, karena masing-masing tidak mau mengaku bersalah.
Bluk bluk bluk...!!
binatang itu berkelahi.
Sarini yang cerdik segera dapat memanfaatkan suasana. Ia segera berbisik kepada
Prayoga. Lalu dengan hati_hati mereka menyelinap keluar dari kepungan dan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
seterusnya lari. Karena binatang itu sedang sibuk berkelahi sendiri, maka binatang itu
tidak memperhatikan kalau lawan sudah lolos.
Prayoga dan Sarini menuju utara. Tiba-tiba Sarini memalingkan muka ke belakang
dan melihat seekor anak orang utan mengikuti di belakang.
Padahal anak orang utan itulah yang menimbulkan gara-gara, hingga hampir saja
mereka celaka. Maka melihat anak orang utan ini timbul kemarahan Sarini. Ia
menghampiri dan kemudian memberi hadiah dua kali pukulan. Karena merasa sakit,
anak orang utan itu menjerit jerit kesakitan.
"Minta ampun..." Prayoga mengeluh melihat ulah Sarini yang tak lagi dapat dicegah.

Kekhawatiran Prayoga terbukti. Tiba-tiba muncul seekor orang utan besar sekali.
Hanya dengan beberapa kali lompatan saja, orang utan bangkotan itu sudah tiba di
tempat Sarini dan Prayoga, dan langsung menyerang. Batu-batu beterbangan,
melayang ke arah Prayoga dan Sarini.
Serangan batu besar itu menyebabkan Prayoga dan Sarini sibuk menghindarkan diri.
Berulang kali ujung pedang Sarini menusuk binatang itu, tetapi kulit binatang itu tidak
mempan senjata. Sebagai akibatnya, Sarini sendiri yang kepayahan dan lemas.
Tahu-tahu orang utan itu telah berhasil menyambar pedang Sarini, dan sekali ditekuk
pedang itu patah menjadi dua.
Sarini kaget setengah mati. Tetapi sekalipun begitu gadis ini sudah marah. Ketika
ada dua butir batu melayang kearahnya, batu itu ditangkap langsung disambitkan
kembali ke arah binatang itu, dan tepat ke arah mata.
Namun sayangnya, binatang itu tangkas menghindar, sehingga lemparan batu itu tak
berhasil. Sekalipun demikian binatang itu menjadi marah, menggeram keras lalu
menerkam Sarini sambil menyeringai.
Melihat itu Prayoga kaget sekali. Demi membela Sarini, ia menusuk sekuat-kuatnya
ke arah perut si orang utan. Namun karena gugup, tusukannya meleset. Sekalipun

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
meleset. tetapi tusukan itu cukup membuat binatang itu meraung kesakitan. dengan
marah orang utan itu merebut pedang Prayoga, kemudian dipatahkan menjadi dua.
Tetapi sekalipun kehilangan pedang, Prayoga dapat menyelamatkan Sarini, kemudian
diajak melarikan diri. Sayang sekali, gerak dua orang muda ini tetap saja kalah gesit
dibanding dengan binatang itu. Hanya dengan beberapa kali loncatan saja, orang utan
itu sudah berhasil menyusul.
Saat sekarang, Sarini dan Prayoga sudah tidak mempunyai senjata lagi. Untuk
menghindarkan diri dari serangan orang utan itu. terpaksa mereka menggunakan
kegesitan dan kelincahan agar selamat. Akan tetapi sekalipun begitu, makin lama
mereka menjadi letihjuga. Karena letih dan lelah kemudian gerak mereka menjadi
lambat. Dan beberapa kali binatang itu hampir saja dapat menerkam.
Sekarang ini Prayoga bukan hanya mementingkan keselamatan sendiri. Setiap kali
Sarini terancam oleh binatang itu. Prayoga segera menerjang untuk menolong. Sebagai
akibatnya dalam waktu tidak lama pakaian Prayoga menjadi compang-camping oleh
cakaran kuku orang utan yang tajam. Karena makin lama ia menjadi letih, secara tidak
terduga kuku binatang itu berhasil mencakar pahanya dan terluka.
Darah mengucur dari paha, sakitnya bukan kepalang dan jangan tanya lagi. Dalam
waktu tidak lama, luka itu sudah menyebabkan kaki terasa kaku. Akan tetapi pemuda itu
tetap bertahan diri. Sebaliknya orang utan itu semakin lama semakin ganas. Kalau
bang-kotan itu menyerang dengan ganas, maka Sikecil bercuit-cuit kelas sambil
menonton. Seakan-akan binatang kecil itu sedang bersorak-sorak mengejek kepada
Prayoga yang kesakitan.
Sarini amat mendongkol. Teriaknya,
"Kurangajar engkau! Huh, awas kalau engkau dapat aku tangkap lagi. Huh, akan
aku beset kulitmu biar tahu rasa!"
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba orang utan bangkotan itu tertawa aneh. Nadanya
seperti orang menjerit.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Celaka-!"Prayoga mengeluh.
Prayoga menduga, orang utan itu tentu sedang mengundang kawan-kawannya.
Menghadapi seekor saja sudah cukup memusingkan kepala, apapula kalau berhadapan
dengan beberapa ekor. Tidak urung akan celaka.
Mengingat bahaya yang mengancam, Prayoga cepat bertindak. Ia berpikir harus
mengakhiri perkelahian ini secepatnya, sebelum gerombolan orang utan itu datang
menyerbu. Kemudian sambil meloncat Prayoga menusukkan jari tangan ke mata
binatang itu. Celakanya, serangan itu dapat dihindari secara tepat. Dan serempak
dengan peristiwa itu, terdengarlah suara ketawa yang aneh saling susul. Itulah sebagai
penanda bahwa gerombolan orang utan itu sudah datang.
Melihat bahaya mengancam, Prayoga menjadi kalap. Sambil menahan rasa sakit dan
kaku pada bagian pahanya, sekali-lagi ia menghantam sekuat-kuatnya kepada binatang
itu. Kemudian ia mendorong tubuh Sarini ke belakang dengan maksud agar, adik
seperguruannya itu selamat. Sedang dirinya sendiri, tidak memperhitungkan hidup
maupun mati.
Akan tetapi sungguh sayang, apa yang direncanakan oleh Pray oga ini gagal.
Dirinya sudah lelah dan hampir kehabisan tenaga. Dorongannya kepada Sarini tidak
berhasil, dan Sarini tidak terdorong jauh. Dan-sebagai akibatnya, Sarini sudah berhasil
disambar salah seekor orang utan.
Setelah berhasil menyambar Sarini, orang utan itu mendongak ke angkasa dan
ketawa keras sekali. Prayoga yang kaget sekali terlonggong beberapa saat. Mendadak
pemuda ini kaget sekali, karena dirinya merasa dipeluk dari belakang oleh sepasang
tangan yang kuat dan berbulu .Prayoga gelagapan akan tetapi ia tidak mau berusaha
meronta. Ia berdiam diri karena tahu sekalipun meronta tak berguna. Karena itu ia
membiarkan diri tubuhnya diangkat oleh binatang itu. Dan di saat tubuhnya terangkat
ini, orang utan itu ketawa nyaring.
Diam-diam Prayoga mengerahkan tenaga sakti dalam usaha-mengurangi rasa sakit

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
oleh cengkeraman binatang itu. Akan tetapi pemuda itu memang seorang pemuda baik
hati, tidak memperdulikan dirinya sendiri terancam maut sebaliknya ia malah
memikirkan keselamatan adik seperguruannya. Teriaknya,
"Sari apa yang terjadi dengan engkau?"
Sesungguhnya, Sarini juga mengkhawatirkan keselamatan Prayoga. Akan tetapi
sekalipun demikian, kekhawatiran dua orang muda ini berlainan. Kalau Prayoga
khawatir oleh dorongan rasa kasih kepada adik seperguruannya, sebaliknya
kekhawatiran Sarini oleh rasa cinta kasih yang murni.
Keadaan di tempat itu berobah menjadi riuh. Setelah Prayoga dan Sarini berhasil
ditangkap, binatang-binatang itu melonjak-lonjak kegirangan dan menari-nari. Ketika
itu, Sarini ditangkap oleh orang utan pada kakinya. Sedang tangannya masih dapat
bebas bergerak. Dalam keadaan demikian itu ia menjadi kalap dan menghantam kalang
kabut. Namun celakanya pukulan itu tidak berarti apa-apa bagi binatang itu. Pukulan
itu disambut dengan ketawa dan giginya meringis, seakan sedang gembira dipijati oleh
gadis cantik.
Karena tak berdaya lagi, Prayoga ingin meniru perbuatan Sarini. Namun baru saja
ia mengerahkan tenaga untuk menendang, tiba-tiba terdengar suara orang masuk
lubang telinganya, halus sekali,
"Bocah... jangan bergerak sembarangan."
Prayoga terkejut berbareng girang. Ia tidak asing lagi kepada suara orang yang baru
didengarnya itu. Suara Jim Cing Cing Goling.
Dugaannya memang tepat. Orang yang mengirimkan suara lewat Aji Pameling itu
bukan lain Jim Cing Cing Goling. Ketika Prayoga memalingkan mukanya ke arah
Sarini, ternyata gadis itu sudah berhenti bergerak pula.
Prayoga menduga, bahwa Sarini telah mendapat pula bisikan Jim Cing Cing Goling
lewat Aji Pameling. Tetapi sekalipun demikian ia masih ragu, maka teriaknya,
" Sari, engkau tak usah khawatir lagi. Tak lama lagi paman Cing Cing Goling akan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
datang dan menolong kita."
"Hemm, tak usah kau beritahu, aku sudah tahu. Bukankah kakek Cing Cing Goling
datang bersama paman Jaladara?"
Beberapa saat kemudian muncullah Jim Cing Cing Goling bersama Wasi Jaiadara.
Akan tetapi sebaliknya naluri orang utan itu tajam sekali. Begitu mendengar orang
bicara, binatang-binatang itu curiga dan mencengkeram lebih keras. Dan celakanya,
orang utan bangkotan yang menangkap kaki Sarini, sudah merentangkan tangannya,
agaknya bermaksud akan merobek selankang gadis itu. Tentu saja Sarmi terkejut dan
ketakutan. Ia cepat-cepat mengerahkan tenaganya untuk melawan, namun celakanya
kalah kuat.
"Kakek... tolong... tolong..." Sarini berteriak ketakutan minta tolong kepada Cing
Cing Goling.
Oleh teriakan Sarini itu, Jim Cing Cing Goling telah melesat ke belakang orang utan,
dan dua titik hitam telah menyerang perut orang utan bagian bawah. Binatang itu
memekik nyaring, kemudian berputar untuk mencari si penyerang.
Jim Cing Cing Goling terkejut bukan main. Tidak diduganya sama sekali,
sambitannya tidak dapat merobohkan orang utan itu, dan hanya berhasil membuat
kesakitan saja
"Adi Jaladara!" teriaknya.
"Terimalah bumbung bambu isi ular ini!"
Setelah berteriak, Cing Cing Goling segera melemparkan bumbung bambu itu ke
arah Wasi Jaladara.
Sesudah itu secepat kilat Cing Cing Goling sudah meloncat ke atas lalu menghantam
dada orang utan bangkotan itu. Si orang utan tidak sanggup menerima serangan itu,
dan mundur selangkah. Akan tetapi Cing Cing Goling terus membayangi, dan dengan
gesit telah menghujani pukulan bertubi-tubi.
Duk-duk-duk...!! orang utan itu menjerit kesakitan. Serangan Cing Cing Goling yang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dipusatkan ke perut bagian bawah, menyebabkan orang utan itu lemas, sehingga tak
kuasa lagi mengangkat kaki bagian depan. Kemudian tubuhnya terguling roboh, tak
kuasa lagi bangkit. Agaknya isi perut binatang itu berantakan oleh pengaruh hantaman
Cing Cing Goling.
Melihat kesempatan ini Sarini segera meronta dan menjejak lengan orang utan itu,
dan lepaslah dia dari dekapan binatang yang kuat itu. Namun setelah dapat berdiri di
tanah, Sarini kaget melihat keadaan sekeliling. Ternyata pekik orang utan bangkotan
tadi, dalam usaha memanggil kawan-kawannya. Kemudian berpuluh ekor orang utan
sudah muncul dan berbaris mengurung tempat itu. Seekor diantara binatang itu segera
menubruk dan menelungkupi binatang yang mati. Orang utan itu melengking-lengking
tidak bedanya orang sedang menangisi sesuatu.
Saat ini Prayoga masih belum terlepas dari cengkeraman orang utan. Wajah pemuda
itu merah padam karena mengerahkan tenaga sakti. Melihat itu Sarini yang
khawatir-bertanya kepada Cing Cing Goling,
"Kakek, bagaimana caranya aku dapat menolong kakang Prayoga?"
"loncat dan seranglah mata binatang itu. Mudah mudahan kakakmu bisa lepas!"
Cing Cing Goling memberi nasihat.
Sarini segera meloncat menerjang mata orang utan itu. Sedang Cing Cing Goling
diam-diam membantu dengan menyapu kaki binatang itu.
"Uh...!" Sarini kaget ketika orang utan itu miringkan kepalanya, sehingga tusukan
jari gadis ini luput. Namun di luar dugaan. luput menusuk mata, jari tangan Sarini
mengenai pelipis. Padahal pelipis merupakan bagian paling lemah bagi orang utan.
Maka memekiklah orang utan itu sekeras-kerasnya, dan sebelah kaki depan membalas
mencakar Sarini. Tepat pada saat itu, kaki Cing Cing Goling sudah menyerampang.
Krak... !! dan patahlah sebelah kaki binatang itu, kemudian roboh. Prayoga cepat
meronta. dan terlepas. Begitu lepas dengan geram ia sudah melancarkan pukulan,
sehingga putuslah nyawa binatang itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sambil menyongsong Prayoga yang terlepas dari bahaya, Sarini berkata,
"Kakang, sekarang kita mendapat kawan mati, dua ekor orang utan."
"Ha-ha-ha, " Jim Cing Cing Goling terbahak.
"Siapa bilang kawan mati'? Kita kawan seperjuangan yang harus bahu membahu
menghadapi bahaya. Hayo, jangan diberi kesempatan binatang itu mendekati kita."
Prayoga dan Sarini terbangun semangatnya. Kemudian mereka berempat menghadap
keempat penjuru. Sekarang setelah bebas dari dekapan orang utan, Sarini dapat
mengamati Wasi Jaladara. Melihat orang tua itu gundul pelontos dan jubahnya jigrang
(terlalu tinggi), Sarini geli dan tertawa.
"Sari... awas..." tiba-tiba Prayoga berteriak sambil melancarkan pukulan kepada
orang utan yang tiba-tiba menyerang Sarini.
Pengalaman ini membuat Sarini tidak berani sembrono lagi. Sekarang seluruh
perhatian ditujukan kepada barisan orang utan yang buas itu. Namun anehnya,
binatang itu sekarang tidak berani mendekati mereka. Agaknya binatang-binatang itu
kenal juga akan ampuhnya pukulan Jim Cing Cing Goling.
Tanpa terasa, pagi telah tiba, dan matahari timur menyinarkan cahaya terang.
Sekarang mereka dapat mengamati sekitarnya dengan jelas. Namun demikian karena
semalaman tidak dapat mengaso. empat orang ini menjadi letih dan tenaga hampir
habis. Sebaliknya binatang yang mengepung itu belum tampak lelah dan makin
menunjukkan kebuasannya.
Bagi tokoh tua seperti Jim Cing Cing Goling dan Wasi Jaladara ini, sudah tidak
dapat menghitung berapa kali berkelahi dan menang. Akan tetapi yang mereka hadapi
tidak seperti sekarang ini. Mereka terpaksa harus memeras tenaga habis-habisan. Maka
diam-diam mereka juga khawatir kalau tidak dapat lolos dan harus mengakhiri hidup di
tempat terasing ini.
Jim Cing Cing Goling mengamati sekeliling sambil menghitung. Ternyata jumlah
orang utan itu cukup banyak, tidak kurang limapuluh ekor. Kalau harus menghadapi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terus-menerus, ia tidak tahu sampai kapan tenaganya mampu melawan binatang yang
buas itu.
Tiba-tiba ia memalingkan muka ke arah Prayoga, lalu bertanya,
"Hai Prayoga. Apa sebabnya engkau memberitahu bocah tua Jaladara, di tempat ini
berdiam gerombolan Surogendilo?"
"Bukan aku. Tetapi Dasa Muka!" sahut Prayogasambil melancarkan dua pukulan ke
arah orang utan yang mencoba merangsang maju.
"Hem... engkau sudah tertipu oleh bangsat itu!" Cing Cing Goling memberitahu.
Kemudian ia mengalihkan pembicaraannya kepada Sarini dan bertanya,
"Denok, biasanya otakmu cerdas. Tetapi mengapa engkau juga dapat ditipu oleh
bangsat itu?"
Tetapi Sarini tidak mempunyai banyak waktu untuk menyahut. Sebab saat itu dirinya
sibuk melancarkan pukulan membendung rangsangan orang utan.
Jim Cing Cing Goling insyaf akan keadaan. Menurut pendapatnya, sekalipun datang
bantuan dua orang tokoh sakti, belum mungkin dapat menolong. Namun karena tidak
ingin mengecilkan hati dua orang muda itu, ia tidak mau memberitahukan.
Untuk membuat tidak sepi dan mengurangi rasa tegang, ia berkata lagi kepada
Prayoga. "Hai Prayoga, ternyata benar si kerdil Sampar Mega itu memang linglung.
Hemm, sesudah ularnya berhasil aku rampas, dia lalu menantang aku bertanding pada
tiga bulan lagi. Tetapi kalau sekarang aku menghadapi keadaan begini, mungkinkah
aku masih dapat menunggu tiga bulan lagi?"
"Beberapa bulan lalu ketika dia sedang berusaha menangkap ular Gadung Dahana
di Muria, menjadi gagal oleh perbuatanku yang tidak sengaja, " sahut Prayoga.
"Hemm... paman Cing Cing Goling. ... "
"He-he-he memang dalam waktu tak lama lagi, kita akan binasa di tangan
binatang-binatang itu. Kemudian kita sekalian akan mati penasaran, lalu menjadi Cing
Cing Goling. .. "

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Entah mengapa sebabnya, tiba-tiba saja orang tua ini malah berolok-olok.
Prayoga yang merasa dipersalahkan karena dapat ditipu Dasa Muka, segera
membela diri,
"Paman, hendaknya jangan mentertawakan dulu. Ketika itu memang aku dengar si
Dasa Muka menyebut-nyebut Sumur Jalatunda. Ahh... begitu ingat nama Sumur
Jalatunda, akupun segera teringat bahwa Ndara Menggung pernah pula menyebutnya.
Ketika itu, Ndara Menggung berkata, kalau dirinya berhasil menangkap ular Gadung
Dahana, dia ingin mengajak aku pergi ke SumurJalatunda. Benar benar, memang dia
menyebut Sumur Jalatunda itu. ... "
Bret. .. !! karena perhatian terpecah, bajunya dapat dicakar kuku orang utan dan
tambah robek lagi. Celakanya, kulit lengannya ikut terobek hingga menderita luka pula.
Dengan demikian sekarang paha dan lengannya sudah terluka, sedang pakaiannya
sudah compang camping tak keruan.
"Teruskan, apa kata si kerdil itu lagi?" kata Jim Cing Cing Goling sambil menolong,
menghantam sekuatnya sehingga binatang itu menjerit kesakitan.
Belum sempat Prayoga menyahut, telah didahului Sarini,
"Kakek, menurut pendapatmu, apakah kesaktian kakek sebanding dengan kesaktian
Ndara Menggung?"
Sesungguhnya Jim Cing Cing Goling sedang memeras otak. menghubungkan ular
Gadung Dahana dengan Sumur Jalatunda. Sebab hal itu tentu mengandung rahasia
tertentu.
Ia berjingkrak gembira, mendapat pertanyaan Sarini itu. Sebab tanpa sengaja
pertanyaan Sarini itu justru menolong. Sesudah merasa pasti, ia berteriak,
"Ha-ya? Tuhan memang belum menghendaki kita mati di tempat ini. Heh-heh-heh,
percayalah kita segera tertolong."
Baik Sarini maupun Prayoga telah mengenal Jim Cing Cing Goling yang cerdik dan
banyak akalnya. Maka kakak beradik ini percaya, orang tua itu tentu telah menemukan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
cara mengalahkan gerombolan orang utan. Akan tetapi sebaliknya Wasi Jaladara yang
belum tahu maksudnya, bertanya,
"Apa yang akan engkau lakukan?" Namun Jim Cing Cing Goling tidak menyahut.
Secepat kilat ia menyambar tabung bambu yang tadi malam diserahkan kepada Wasi
Jaladara. Kemudian ia membuka sumbat tabung, lalu dilemparkan ke depan ke arah
gerombolan orang utan.
SS... ss...ss... suara mendesis panjang segera terdengar dari dalam tabung bambu.
Dan tak lama kemudian seekor ular warna hijau dengan kepala merah sudah keluar
dari bumbung.
Begitu ular Gadung Dahana keluar dari bumbung, gerombolan orang utan yang
semula buas dan garang itu. mendadak telah berobah ketakutan seperti manusia
melihat hantu. Seketika buyarlah gerombolan orang utan itu dan lari berserabutan.
Sedang orang utan yang tidak sempat lari, seperti lumpuh tak dapat bergerak, dan
tubuhnya bergoyang seperti menderita kedinginan.
Melihat itu Sarini lupa akan derita. Ia berjingkrak gembira dan berteriak,
"Bagus! Hai ular Gadung Dahana, cepat gigitlah orang utan yang besar itu. Haya,
ternyata orang utan yang kebal senjata itu ketakutan berhadapan dengan seekor ular
yang kecil."
Ular itu berputaran sebentar, kemudian ekornya menekan tanah dan kepalanya
terangkat tegak berdiri. Lidahnya yang merah membara menjulur keluar, dan terdengar
suara desis yang tiada hentinya.
Orang utan yang berdiri paling depan, tiba-tiba saja menjatuhkan diri berlutut
seperti berhadapan dengan orang yang paling dihormati. Dan tiba-tiba ular Gadung
Dahana itu menjulurkan tubuhnya ke depan, lalu memagut si orang utan. Aneh, sekali
pagut orang utan itu roboh di tanah, meregang sebentar, kemudian mati.
Apa yang terjadi memang di luar dugaan sama sekali. Puluhan ekor orang utan itu
tiba-tiba menjadi ketakutan, hanya berhadapan dengan seekor ular Gadung Dahana.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Binatang-binatang berlutut dan berdiam diri seperti para tawanan-menunggu hukuman,
apapun yang terjadi.
Dalam waktu singkat sekali, enam ekor orang utan sudah menggeletak mati oleh
pagutan ular berbisa tersebut. Sekarang semua orang utan yang pada mulanya garang
itu telah berobah sikap. Semua memandang Prayoga dan kawan-kawannya, dan
nampaknya seperti minta dikasihani.
Rupanya Jim Cing Cing Goling dapat menangkap maksud binatang-binatang itu.
Katanya kemudian,
"Hemm... gerombolan orang utan itu memang buas dan ganas. Akan tetapi kalau
orang tidak mengganggu, binatang itupun tidak bakal mengganggu kita. Mengingat itu,
kiranya lebih bijaksana kalau kita bebaskan binatang-binatang ini."
Semua temannya setuju saran Jim Cing Cing Goling ini. Meskipun demikian, Sarini
masih mengajukan syarat,
"Boleh saja kalau binatang itu minta hidup. Akan tetapi aku harus mendapat dua
ekor anak orang utan, maksudku akan aku pelihara."
Di saat mereka sedang bicara itu. lima ekor orang utan telah roboh lagi dan mati.
Setiap ular Gadung Dahana menggigit leher korban, dari leher itu tentu segera keluar
darah berwarna hitam. Itu merupakan pertanda bahwa racun ular itu memang ganas
sekali.
"Percayalah, bahwa semua orang utan ini tidak berani lagi membangkang perintah
kita." Jim Cing Cing Goling berkata, dengan nada yang halus. melihat nasib para
orang utan itu, yang tentu akan mati semua kalau ular Gadung Dahana ini dibiarkan
menggigit terus.
"Dan agaknya Ndara Menggung memang mempunyai rencana untuk menaklukkan
binatang ini, dan ingin mendapat kesempatan pula memelihara. Tidak aneh kiranya
kalau dia berusaha mati-matian untuk bisa memperoleh ular Gadung Dahana ini."
Setelah berkata, ia meloncat maju dan dengan gerakan yang gesit pula, ia

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyambar kepala ular itu dengan tiga batang jari tangan kiri. Kemudian tangan
kanan segera memijat bagian ekor. Beberapa kali ular Gadung Dahana berusaha
mengeliat untuk memberontak. Akan tetapi pijatan jari tangan pada dekat pantat.
menyebabkan ular berbisa itu kemudian lumpuh. Kemudian dengan gampang, ular
Gadung Dahana telah dimasukkan ke dalam bumbung lagi.
Begitu ular yang bisanya jahat sekali itu sudah di dalam tabung bambu,
hiruk-pikuklah semua orang utan yang masih hidup. Hampir semuanya
melonjak-lonjak, nampaknya seperti sedang gembira terbebas dari maut.
Jim Cing Cing Goling segera menyuruh Sarini, supaya memilih anak orang utan
yang disukai. Sarini gembira sekali. lalu maju dan memilih dua ekor diantara belasan
anak orang utan yang ada.
"Hai orang utan. Kamu semua harus tunduk pada dia! Jika kamu berani
membangkang, semua orang utan ini akan aku binasakan!" seru Jim Cing Cing Goling.
Mengerti atau tidak, Jim Cing Cing Goling sudah berkata berisi ancaman. Namun
nyatanya gerombolan orang utan itu tidak ada yang berani membantah, dan tidak
seekorpun yang berani menghalangi Sarini mengambil dua ekor anak orang utan.
Terdorong oleh rasa gembira bahwa keinginannya terkabul, saat itu juga dua ekor
anak orang utan itu dipeluk penuh kasih, kemudian diberi nama Joli dan Jodhang.
"Hai Joli dan Jodhang," serunya gembira
"Hayo, ikut aku pergi! "
Dan di luar dugaan pula, dua ekor anak orang utan itu menurut, lalu mengikuti
Sarini. Sarini menjadi gembira sekali, menari-nari dan ketawa cekikikan membuat Jim
Cing Cing Goling ketawa geli.
Setelah bebas dari bahaya ini, yang pertama kali diingat oleh Prayoga hanya
Mariam. Katanya,
" Sari, kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini, dan segera menuju kawah
Candradimuka. Hemm... aku khawatir akan keselamatan mbakyu Mariam."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Lagi-lagi mbakyu Mariam... mbakyu Mariam. ... " pekik Sarini sebagai protes,
karena tidak senang.
"Sari, apakah maksudmu? Kau harus sadar bahwa kita sudah terlambat satu
malam."
Melihat mereka berbantahan, Jim Cing Cing Go-ling ketawa gelak-gelak.
"Ha-ha-ha-ha, apabila hendak mendaki gunung yang penuh dengan jurang terjal,
kamu harus bertenaga penuh. Hayo, lekaslah kalian bersemadhi untuk mengembalikan
semangat dan tenagamu. Percayalah, sesudah kamu lakukan, perjalanan kita akan
menjadi cepat"
Tanpa-membantah, Prayoga segera meloncat ke salah sebuah batu, kemudian ia
sudah bersemedhi. Melihat cara Prayoga mengatur pernapasan, Jim Cing Cing Guling
mengangguk-angguk, ujarnya,
"Bagus! Engkau sekarang sudah banyak maju."
Sesudah tiga orang itu tenggelam dalam semedhinya, Jim Cing Cing Goling berpikir
keras. Dua ekor anak orang utan ini harus dididik, diajar disiplin, di samping harus
diberi ilmu tata kelahi. Hanya dengan cara demikian, dua ekor anak orang utan ini
mempunyai kegunaan dan manfaat, dipelihara oleh Sarini. Dan dengan demikian, dua
ekor anak orang utan ini pada nantinya akan dapat dijadikan pengawal terpercaya
dalam menghadapi setiap gangguan.
Berpikir demikian, Jim Cing Cing Guling teringat kepada salah satu ilmu tata kelahi
yang dimiliki, dan yang tepat diajarkan kepada dua ekor anak orang utan itu. Ilmu tata
kelahi tersebut bernama "Wanara Sakti". Ia percaya, dua ekor anak orang utan ini akan
dapat mengerti dalam waktu singkat, karena gerakan-gerakannya amat sesuai.
Sambil menunggu mereka yang sedang bersemadhi, Jim Cing Cing Goling segera
memberi pelajaran ilmu tata kelahi kepada Jodang dan Joli. Ilmu tata kelahi "Wanara
Sakti" tersebut terdiri tujuh jurus, dan dengan patuh, Jodhang dan Joli menirukan
gerak Cing Cing Goling.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Pada mulanya memang kaku gerakan Jodhang dan Joli. Tetapi berkat ketekunan Jim
Cing Cing Goling. Jodhang dan Joli dapat berkelahi dengan baik sekalipun belum
sempurna.
Prayoga, Sarini dan Wasi Jaladara menyelesaikan semadhinya hampir berbareng.
Begitu membuka mata, melihat gerak-gerik Jodhang dan Juli, menjadi gembira sekali.
Serunya,
"Hai, dengan memiliki dua ekor orang utan yang kuat seperti itu, berarti kita
mendapat pembantu tepercaya. Ah, kita tidak perlu khawatir lagi menghadapi
pertempuran di Gunung Slamet pada hari Lebaran."
Karena Prayoga gembira, Sarini menjadi gembira juga. Katanya,
"Kakang jika engkau ingin, biarlah si Joli menjadi milikmu."
Di luar dugaan, Prayoga menolak,
"Huh, aku tidak sudi kau suruh memelihara binatang buruk rupa seperti itu."
"Hem, jangan cepat mencela." Sarini menjadi sengit.
"Tunggu beberapa hari lagi, jika aku sudah mendapat kesempatan membelikan
pakaian untuk Joli dan Jodhang. Tentu menjadi berubah keadaannya, dan akan menjadi
sepasang muda-mudi yang gagah perkasa."
Tiba-tiba Jim Cing Cing Goling ketawa terkekeh dan berkata,
"Hai adi Jaladara. Apakah engkau tidak mendengar ucapan bocah perempuan itu?
Dia tadi mencaci engkau seperti orang utan."
Akan tetapi Wasi Jaladara yang sudah mengenal watak Jim Cing Cing Guling yang
suka berseloroh, tidak marah malah tertawa terkekeh juga. Sahutnya kemudian,
" Heh-heh-heh, dia tidak salah. Aku memang mirip orang utan."
Mendengar jawaban Wasi Jaladara ini, Sarini yang semula khawatir menjadi lega
dan tersenyum. beberapa saat lamanya mereka masih menunggu Jodhang dan J0li yang
sedang dilatih ilmu tata kelahi oleh Jim Cing Cing Goling. Sarini yang bawel kemudian
bertanya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Kakek, apakah nama ilmu tata kelahi yang kau ajarkan kepada Joli dan Jodahng?"
"Namanya Wanara Sakti," sahut Jim Cing Cing Goling tanpa berpaling.
"Bagus! Wanara berarti kera, Sakti sama dengan digdaya. Ah, mempunyai Jodang
dan Joli yang sakti, siapa tidak ingin?" Maksud Sarini, agar hati Prayoga tergerak.
Namun celakanya pemuda jujur itu berdiam diri.
Sesudah Jodhang dan Joli dapat bergerak lumayan dalam ilmu tata kelahi "Wanara
Selai". akhirnya Jim Cing Cing Goling lega dan berkata,
"Sudah cukup! Mari kita sekarang meneruskan perjalanan."
Mereka kemudian melangkah menuju Goa Jimat. Tetapi tiba-tiba Prayoga teringat
kepada mustika dalam batu, yang ditemukan kemarin. Hal itu lalu diceritakan kepada
Jim Cing Cing Goling. Orang tua ini begitu mendengar membelalakkan mata, bertanya,

"Benarkah itu?"
"Benar, dan aku merasa pasti!" sahut Prayoga pasti.
"Hemm. mustika dalam batu itu.jauh lebih berguna dan bermanfaat dibanding ular
Gadung Dahana," kata Jim Cing Cing Goling.
"Karena barang siapa yang dapat makan mustika tersebut, tubuhnya bakal menjadi
ringan dan berumur panjang. Hai. mengapa bingung? Kita sekarang sudah mempunyai
Joli dan Jodhang. Suruh saja menggotong batu itu, lain hari dapat diurus. Hayo
sekarang kita secepatnya ke sana sebelum orang lain mendahului. Ah, berbahaya sekali
apabila mustika dalam batu itu sampai jatuh ke tangan orang berwatak jahat."
Dalam hati Prayoga tidak percaya kalau ada orang lain yang tahu tentang batu itu.
Akan tetapi sekalipun begitu, Prayoga menurut juga lalu pergi ke tempat batu mustika.
Belum jauh melangkahkan kaki, tiba-tiba Prayoga berteriak kaget,
"Hai di sana ada orang .?"
Prayoga menuding. Kemudian mereka semua melihat, seorang laki-laki sedang sibuk
membacok batu besar. Orang itu menggunakan sebatang pedang, namun pedang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tersebut memancarkan sinar kehijau-hijauan.
"Ah... Swara Manis!" Sarini berteriak kaget mengenal orang itu.
"Celaka... jelas mbakyu Mariam sudah dijual kepada Surogendilo. Kalau tidak, mana
mungkin Swara Manis dapat memiliki pedang semacam itu?"
Tanpa berkata, Prayoga sudah melesat dengan maksud untuk menyergap Swara
Manis. Namun sayang, sebelum Prayoga sampai di tempat Swara Manis, orang ini
sudah mendengar teriakan Sarini. Ia memalingkan muka dan tampak kaget.
Orang itu memang Swara Manis. Melihat orang datang, Swara Manis mempercepat
usahanya membacok batu itu, agar menjadi kecil. Memang batu gunung yang keras itu
seperti kayu yang empuk, dibacok oleh pedang pusaka. Dalam waktu yang tidak lama,
batu yang semula besar itu sudah menjadi kecil. Sayang, sebelum Swara Manis dapat
menyelesaikan usahanya, Prayoga sudah muncul langsung mendamprat,
" Bangsat Swara Manis. Engkau manusia terkutuk yang sampai hati menukarkan
mbakyu Mariam dengan pedang pusaka. Huh, hari ini engkau harus mampus di
tanganku!"
Swara Manis tidak dapat mengungkiri tuduhan itu. Pedang pusaka di tangannya
sekarang ini, memang hasil usahanya menukar dengan Mariam.
Seperti sudah diceritakan, Swara Manis bersama Dasa Muka mengajak Mariam ke
sarang gerombolan Surogendilo. Letak sarang penyamun itu diantara Ka wah
Candradimuka dan Gunung Jimat. Akan tetapi kepada Mariam, pemuda licin itu telah
menipu dan mengatakan menuju Gunung Slamet tempat tinggal kakek gurunya.
Karena Mariam tidak tahu perbedaan antara pegunungan Dieng dengan Gunung
Slamet, maka perempuan ini tidak sadar sedang ditipu. Setelah tiba di Pegunungan
Dieng, Mariam bertanya,
"Kakang, apakah di daerah ini yang menjadi tempat tinggal kakek gurumu Ki Hajar
Sapta Bumi? Kalau benar lalu di manakah letak padepokan itu? Dan apakah beliau
tahu pula bahwa engkau akan datang?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Tak lama lagi engkau akan sampai di sana, dan engkau akan tahu sendiri," Swara
Manis menghibur.
"Kakang," bisiknya mesra.
"Engkau mengharapkan anak laki-laki atau perempuan, terhadap anak kita
pertama?"
Pertanyaan itu sebenarnya menimbulkan rasa sebal dalam hati Swara Manis. Akan
tetapi karena khawatir rencananya bisa gagal kalau bersikap kurang simpatik, maka
Swara Manis berbalik bertanya,
"Bagaimanakah perasaanmu kalau lahir laki-laki? Dan bagaimanakah pula
sambutanmu kalau anak itu lahir perempuan?"
"Hem... entahlah," sahutnya Mariam, sambil merapatkan tubuhnya kepada Swara
Manis.
"Aku sendiri tidak tahu apakah anak kita akan lahir laki-laki atau perempuan. Tetapi,
kalau saja aku boleh berharap, biarlah anak kita yang pertama nanti lahir laki-laki dan
tampan seperti ayahnya. Ah, jika benar begitu akan aku beri nama Bambang Rama."
"Aih... mengapa engkau beri nama begitu?"
"Kakang, nama itu mempunyai nilai sejarah hubungan kita. Bambang berarti
laki-laki. Ra mengambil sebagian namamu, dari Swara. Sedang Ma mengambil
sebagian namaku, dari Mariam. Bukankah nama seperti ini tepat sekali, dan anak kita
akan selalu ingat bahwa lahirnya di dunia ini dengan perantaraan aku dan engkau?"
"Heh-heh-heh," Swara Manis terkekeh.
"Engkau pandai sekali memilih nama diajeng. Tetapi ah... sesungguhnya aku
berpikiran lain."
"Apa maksudmu?"
"Aku mengharapkan anak kita yang pertama lahir perempuan. Mengapa? Ada alasan
mengapa aku menghendaki perempuan. Karena aku berharap anak kita itu cantik jelita
dan mempunyai budi pekerti yang luhur seperti ibunya. Hemm, kalau saja harapan saya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
itu terkabul, anak perempuan itu akan aku beri nama Larasati."
"lho, mengapa Larasati? Menurut cerita pewayangan, Larasati hanya menjadi
seorang selir dari sejumlah selir Raden Harjuna yang banyak jumlahnya. Apakah
kakang menghendaki anak kita begitu rendah kedudukannya?"
"Heh-heh-heh, diajeng Mariam yang cantik, jangan cepat salah paham. Nama
Larasati itu mengandung makna tenteram. bahagia, tenang dan masih banyak lagi.
Namun sudah tentu aku tidak menginginkan anak kita itu menjadi siteri orang, tetapi
dimadu dengan perempuan lain. Kalau aku menginginkan nama Larasati, karena
Larasati itu seorang puteri prajurit. Engkau seorang wanita yang berilmu tinggi.
Bukankah kitapun berharap agar anak kita kelak kemudian hari menjadi seorang
wanita berilmu tinggi, sehingga tidak sembarangan orang berani menghina?"
Mendengar penjelasan itu Mariam menjadi puas dan tersenyum manis. Mariam
masih tetap saja beranggapan bahwa Swara Manis mencintai dirinya sepenuh hati.
Mariam tidak pernah menduga buruk, bahwa Swara Manis telah menyalah-gunakan
kepercayaannya.
Ketika perjalanan mereka hampir mendekati Kawah Candradimuka, tiba-tiba mereka
dikejutkan oleh sebatang anak panah yang melayang ke arahnya. Cepat cepat ia
mencabut senjatanya untuk menangkis sambil berseru,
"Hai...jangan menyerang aku."
Dari sebelah sana segera terdengar suara hiruk-pikuk, dan sesaat kemudian
terdengar suara orang berseru,
"Apakah adi Swara Manis yang datang?"
Swara Manis kenal suara itu, suara Dasa Muka, saudara angkatnya, ia gembira, lalu
menyahut,
"Aih, kakang sudah tiba di situ? Lalu bagaimanakah dengan masalah kita?"
Sesosok tubuh muncul dari balik batu. Ternyata memang benar Dasa Muka. Orang
ini tersenyum, sahutnya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Pada mulanya dia memang menolak. Akan tetapi sesudah aku bujuk, akhirnya dia
minta tahu barangnya lebih dahulu untuk dilihat."
"Hem,jangan khawatir."
Mariam menjadi tertarik kemudian bertanya,
"Kakang siapakah orang itu dan apapula yang sedang kau bicarakan? Apakah
engkau sedang melakukan jual beli barang, sehingga orang minta lihat barangnya
dulu?"
Sambil tersenyum dan pandangan mesra untuk tidak diketahui kecurangannya, Swara
Manis menjawab halus,
"Diajeng. kakang Dasa Muka bermaksud meminjam sesuatu barang penting kepada
Surogendilo yang tinggal di tempat ini. Engkau tidak perlu repot karena kita tidak perlu
campur urusan."
Mariam cepat menjadi puas atas jawaban itu. Namun ketika ia memandang ke depan,
ia agak terkejut juga. Karena di belakang Dasa Muka tampak tiga orang yang
mengenakan pakaian semacam keranjang dan warnanya hitam. Di waktu malam seperti
saat ini, sepintas pandang orang-orang itu tampak seperti setan gentayangan. Karena
diam-diam merasa takut, Mariam lalu merapatkan tubuhnya kepada sang kekasih.
"Tak usah takut, diajeng," hibur Swara Manis.
"Mereka sahabat-sahabat kakang Dasa Muka. Dan karena kita sudah tiba di tempat
ini, kurang enak rasanya kalau kita sudah tidak singgah barang sebentar. Ah... engkau
tentu senang atas penyambutan mereka yang ramah-tamah. Sedang pemimpinnya yang
bernama Surogendilo, seorang gagah yang amat sopan. Siapa tahu kalau kita datang ke
sana, di saat minta diri mendapat hadiah?"
"Kalau begitu, kita ini belum tiba di tempat kakek gurumu?"
"Memang belum. Kita masih memerlukan waktu untuk tiba di sana."
Seharusnya Mariam curiga menghadapi keadaan ini. Tadi dalam perjalanan Suara
Manis menerangkan sudah sampai wilayah padepokan. Namun sekarang mengatakan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
masih memerlukan waktu, dan perlu singgah di tempat orang. Tetapi sayang sekali
Mariam memang mencintai Swara Manis membuta tuli. Pengalaman yang lalu telah
menjadi gambaran, tentang sikap Mariam yang tidak takut menentang ayahnya dalam
usaha agar dapat hidup berdampingan dengan Swara Manis. Oleh sebab itu walaupun
menghadapi hal yang mencurigakan, Mariam masih tetap percaya penuh kepada Swara
Manis.
Dasa Muka yang mendengar percakapan mereka itu tersenyum. Dalam hati durjana
ini memuji kecerdikan Swara Manis, sehingga rahasia tetap terjaga dan orang yang
akan ditukarkan tetap tidak tahu.
Sambil dikawal oleh tiga orang anak buah Surogendilo, mereka segera menuju
Gunung Jimat. Di lereng gunung ini banyak terdapat goa alam dan goa buatan orang.
Karena goa-goa itu merupakan tempat tinggal Surogendilo dan anak buahnya. Di
bagian bawah dari goa yang berjajar itu, terdapat tanah lapang yang luas. Ketika
mereka tiba di tempat ini, mereka melihat api unggun sedang berkobar-kohar.
Beberapa puluh orang menari-nari dengan iringan gamelan yang merangsang, dan di
antara yang menari itu terdapat pula perempuan.
Dasa Muka langsung mengajak Swara Manis dan Mariam menuju goa yang paling
besar. Goa tersebut keadaannya lain dibanding dengan goa sekitarnya. Goa tersebut
ditutup dengan anyaman rotan, sehingga orang tidak dapat melihat ke dalam.
Dasa Muka cepat memberi salam. Kemudian dari dalam goa terdengar orang
menyahut mempersilahkan tamunya masuk. Sesudah mereka tiba di dalam mereka
terkejut berbareng heran. Karena di dalam goa ini perlengkapannya indah di samping
harganya mahal, tidak bedanya rumah seorang kaya-raya atau juga bangsawan. Di
tengah ruangan terdapat sebuah meja yang dikelilingi kursi rotan, sedang dinding
ruangan itu ditabur dengan hiasan emas dan permata yang harganya mahal.
Seorang tinggi besar menyambut kehadiran mereka dengan ramah. Sebagai seorang
yang licin seperti belut, Swara Manis tahu bahwa Surogendilo ini seorang penjahat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kawakan dan pandai membawa diri. Orang yang belum mengenal akan mengira orang
baik oleh sikap yang ramah dan sopan.
Melihat wajah tuan rumah yang buruk, Mariam menjadi sebal sekali.Ia berbisik
kepada Swara Manis, minta segera pergi,
"Kakang, aku tidak betah menjadi tamu di tempat ini. Marilah kita cepat melanjutkan
perjalanan."
"Diajeng," bujuk Swara Manis.
"Paman Surogendilo telah menerima kehadiran kita dengan ramah dan menghormat.
Tidak pada tempatnya kalau kita membuat dia kecewa dan menduga salah."
Walaupun hati tidak senang, mendengar jawaban Swara Manis itu Mariam tidak
mendesak lagi.
Begitu bertemu dan melihat kecantikan Mariam, diam-diam Surogendilo menjadi
jatuh cinta. Surogendilo mengamati wajah cantik itu tidak berkedip. Dan ketika
memandang ke arah dada, Surogendilo berdebar jantungnya. Ah, ia hampir tidak
percaya akan pandang matanya sendiri. Selama hidup dirinya belum pernah
menyaksikan wanita secantik itu. Ia begitu terangsang dan tergoda oleh kecantikan
Mariam. Karena itu ia segera berbisik kepada Dasa Muka, setuju dilakukan pertukaran.

Orang yang paling gembira saat sekarang ini Dasa Muka. Karena jerih payahnya
datang ke tempat ini tidak sia-sia. Sebagai seorang perantara yang licin tidak kalah
dengan Swara Manis, sebelum Swara Manis dan Mariam datang di tempat ini
segalanya sudah diatur.Ia melarang Swara Manis bicara dengan Surogendilo. Semua
ini dengan maksud agar Mariam tidak menjadi curiga. Sebab sekali Mariam curiga,
semua rencana bisa menjadi gagal. Untuk menjaga rahasia, dalam pembicaraan antara
Dasa Muka dengan Surogendilo itu menggunakan istilah-istilah yang tak mungkin
dimengerti oleh Mariam.
Beberapa saat kemudian muncullah seorang perempuan setengah tua sambil

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
membawa penampan isi minuman. Setelah dihidangkan, Dasa Muka cepat-cepat
mewakili tuan rumah mempersilahkan Swara Manis dan Mariam agar minum.
Didorong oleh rasa haus dan tenggorokan kering, tanpa curiga sedikitpun Mariam
sudah meneguk habis minuman kopi hangat itu.
Setelah Mariam minum kopi, Surogendilo bangkit untuk mengambil pedang pusaka
yang tergantung pada dinding goa. Ketika dihunus batang pedang itu menyinarkan
sinar hijau kemilauan. membuat Mariam terkejut. Ia merasa pedang itu mirip sekali
dengan pedang milik ayahnya. Yang berbeda hanyalah panjangnya. Pedang itu lebih
pendek dibanding pedang ayahnya.
Didorong oleh rasa tertarik, Mariam berusaha untuk bangkit. Akan tetapi tiba-tiba
kepalanya terasa pening. Meskipun demikian ia masih memaksa diri dan berkata,
"Kakang Suara Manis, ah... mendadak saja tubuhku tidak enak rasanya."
Habis berkata Mariam merasakan kepalanya semakin pening dan berat. Bumi yang
dipijaknya serasa berputar dan pandang matanya makin lama semakin menjadi gelap.
Sesaat kemudian ah... tubuh Mariam sudah roboh tidak sadarkan diri lagi.
Tidak disadari oleh Mariam, kopi yang baru saja diminum tadi, sudah dicampur
dengan obat bius. Sebagai akibatnya Mariam menjadi pingsan untuk waktu lama.
Menurut kebiasaan, orang yang terkena oleh bius buatan Surogendilo, akan tidak sadar
selama tiga hari tiga malam.
"Heh-heh-heh," Swara Manis terkekeh gembira sesudah Mariam roboh tidak sadar.
Sungguh hebat ketabahan pemuda ini. Walaupun yang pingsan saat sekarang ini
kekasihnya, dan sedang mengandung calon anaknya pula, ia tidak merasa kasihan sama
sekali. Kemudian ia malah berkata kepada Dasa Muka,
"Kakang, pelaksanaan tukar menukar benda itu, sekarang juga harus sudah
dilaksanakan."
Dasa Muka sebagai juru bicara segera pula menyampaikan permintaan Swara Manis
itu kepada Surogendilo. Tanpa curiga bahwa Mariam sudah hamil, Surogendilo segera

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyerahkan pedang pusaka Nyai Baruni kepada Dasa Muka.
Setelah di tangan Swara Manis, pedang itu diamatinya beberapa saat. Ternyata pada
hulu pedang pusaka itu terukir huruf yang halus, Nyai Baruni.
Sesudah apa yang diharapkan tercapai, Swara Manis cepat minta diri. Sebaliknya
Surogendilo berusaha menahan, dengan alasan sudah malam. Lebih aman apabila
Suara Manis bermalam di tempat ini. Sebagai seorang licin dan licik. ia tidak
memaksakan kehendaknya. Sebab apabila memaksa di samping tuan rumah bisa
kecewa, juga bisa menimbulkan rasa curiga.
Pagi harinya Swara Manis dan Dasa Muka meninggalkan sarang penyamun itu.
Namun sebelum mereka pergi, Surogendilo sempat memberikan undangan, katanya,
"Tiga hari kemudian sesudah si cantik sadar, perkawinan akan segera aku
selenggarakan. Oleh sebab itu aku berharap agar kalian sudi hadir pada malam
pernikahan itu."
Swara Manis dan Dasa Muka mengiakan dan berjanji akan datang. Tetapi janji
tinggal janji, mereka tidak akan kembali lagi ke tempat ini.
Dalam perjalanan menuju Gunung Slamet. sepasang mata Swara Manis melihat
adanya darah kering yang menodai sebilah batu besar. Melihat itu tiba-tiba saja Swara
Manis tertarik dan menghampiri.
Betapa kaget dan berdebar jantungnya, ketika meneliti batu besar itu, ia melihat pula
guratan huruf pada batu tersebut. Ia membaca dengan teliti, dan kemudian tahu bahwa
batu itu berisi "Tirta Sari". Sesuai dengan uraian dari tulisan pada batu tersebut,
Swara Manis menjadi tahu akan khasiat dan kegunaan "Tirta Sari".
Dasa Muka yang tidak tahu maksud Swara Manis, menjadi heran dan bertanya,
"Adi, mengapa engkau malah berhenti di situ? Lupakah engkau bahwa waktu amat
berharga bagimu pada saat ini?"
Tetapi Swara Manis tidak menghiraukan. Pikirnya sedang tercurah kepada "Tirta
Sari" yang tersimpan di dalam batu itu. Dalam hati ia bersyukur, justru saat sekarang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ini dirinya sudah memiliki pedang pusaka. Kemudian menggunakan pedang pusaka itu
untuk membacok batu, pekerjaan tidak sulit dan akan cepat terselesaikan.
Namun sekarang dirinya tertumbuk oleh kehadiran Dasa Muka. Peristiua yang baru
terjadi, pertukaran antara pedang dengan Mariam, orang ini menjadi saksi hidup.
Padahal ia merasa pasti, apabila Mariam sadar dari pengaruh bius, Mariam akan
menolak kehendak Surogendilo yang ingin mengambil sebagai istri. Dan apabila terjadi
demikian, Surogendilo tentu marah. Jika Mariam keras kepala, tentu akan disiksa dan
kalau perlu dibunuh mati. Apabila sampai terjadi demikian, dirinya akan bebas dari
tuntutan siapapun karena tak ada orang yang tahu.
Untuk menutup segala rahasia pribadinya, orang yang bisa menjadi saksi harus
lenyap dari bumi ini. Dalam hatinya khawatir, kalau hal itu tidak dilakukan, peristiwa
pertukaran pedang dengan Mariam bisa bocor. Kalau toh hal itu bisa dirahasiakan,
kemungkinan besar dirinya bakal menjadi sapi perahan Dasa Muka. Karena orang itu
bisa menuntut sesuatu atas dirinya, dengan ancaman akan membocorkan rahasia.
Khawatir dirinya akan menderita rugi kalau Dasa Muka sampai membocorkan
rahasia itu, tiba-tiba timbullah niatnya yang buruk. Sebagai seorang yang juling, licik,
bagi dirinya hal itu bukannya hal yang buruk. Demi kepentingan diri sendiri, walaupun
sudah berjanji mengangkat saudara, Swara Manis masih sanggup pula berbuat curang.

"Kakang, datanglah kemari. Aku menemukan benda luar biasa. Untuk adilnya, benda
ini harus kita bagi berdua."
Dasa Muka mendekati Swara Manis dengan wajah berseri. Akan tetapi setelah
menjadi dekat dan melihat perubahan wajah Swara Manis yang bengis ia kaget dan
curiga. Sahutnya,
"Adi, aku tidak menginginkan bagian benda itu, dan ambillah sendiri."
Swara Manis terkekeh, bujuknya,
"Ah, mengapa kakang menolak rejeki ini?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Dasa Mukapun seorang yang julig dan licik. Pembawaan wajah Swara Manis dapat
ditangkap, dan ia merasa dirinya dalam bahaya. Khawatir dirinya tertimpa bahaya, ia
tidak mau mendekati lagi dan malah berusaha menyingkir. Akan tetapi baru berusaha
memutar tubuh, mendadak matanya menjadi silau oleh sinar hijau yang kemilau dari
pedang pusaka Nyai Baruni. Sebelum sempat berbuat sesuatu, tahu-tahu
tenggorokannya telah tertembus oleh ujung pedang. Tanpa dapat mengerang lagi,
robohlah tubuh Dasa Muka ke belakang. Kemudian kaki Swara Manis menendang,
sehingga tubuh Dasa Muka terlempar beberapa tombak jauhnya.
Walaupun Dasa Muka terkenal sebagai seorang yang kaya tipu muslihat,
kepandaiannya menyamar dan menirukan suara orang tiada duanya di dunia ini, tetapi
berhadapan dengan Swara Manis bukan apa-apa. Dia masih dapat ditipu oleh Swara
Manis, sehingga Dasa Muka tewas di ujung pedang saudara angkatnya sendiri.
Tetapi apabila ditilik dari awal peristiwanya, Dasa Muka bisa disebut menggali
lubang kuburnya sendiri. Kalau saja Dasa Muka tidak membuat rencana pertukaran
pedang pusaka dengan Mariam, kemungkinan besar Dasa Muka tidak akan mengalami
nasib seburuk ini. Dengan demikian bisa disebut, Dasa Muka memetik buah
tanamannya sendiri. Akan tetapi di samping itu, bagaimanapun pandainya orang
menipu ada batasnya juga, begitupun perbuatan jahat.
Setelah menyelesaikan "saudara angka!" yang akan menjadi penghalang ini, Swara
Manis segera menggunakan ketajaman pedangnya. Ternyata oleh ketajaman pedang
pusaka Nyai Baruni, batu gunung yang keras itu dengan mudah dapat dibacok. Namun
sungguh sayang, belum juga Swara Manis bekerja pada taraf akhir, sudah diketahui
oleh Prajoga dan rombongannya.
Batu yang amat besar itu dalam waktu yang tidak lama tinggal sebesar buah nangka.
Saking gugup, ia kemudian menyambar batu tersebut dan dibawa kabur.
Melihat itu Prayoga gugup. Sebab apabila "Tirta Sari" itu sampai dapat
dimanfaatkan oleh Swara Manis, dunia ini bakai diancam oleh bencana. Orang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
berwatak jahat itu akan semakin menjadi jahat dan merajela. Di samping
kekhawatirannya itu, kemarahan pemuda ini meledak. Melihat Suara Manis telah dapat
memiliki pedang pusaka itu jelas, bahwa Mariam sekarang sudah diserahkan kepada
Surogendilo.
Untung bahwa saat sekarang ini Cing Cing Goling hadir. Melihat Swara Manis
melarikan diri, kakek ini sudah bergerak cepat seperti tatit. Saking cepatnya bergerak,
tahu-tahu kakek ini sudah di belakang Swara Manis.
Swara Manis terkejut sekali. Saat ini dirinya sedang membawa batu, dan sudah tentu
beban itu membuat gerakannya tidak gesit. Apabila dirinya sampai tertangkap, jiwanya
akan melayang. Untung ia melihat mayat Dasa Muka yang masih menggeletak di
tengah jalan. Tanpa pikir panjang lagi, ia menyepak mayat itu ke arah Jim Cing Cing
Goling.
Jim Cing Cing Goling seorang cerdik. Namun sekarang ini ia harus mengakui
kelicikan dan tipu muslihat Swara Manis. Melihat melayangnya tubuh seseorang,
melayang ke arah dirinya, ia menduga kalau tubuh itu Swara Manis sendiri.
"Bagus!" serunya sambil meloncat ke samping. Kemudian sambil berputar tubuh, ia
mengirimkan pukulan keras.
Bluk...!!
dada orang itu terpukul tepat. Kemudian roboh tidak berkutik di tanah.
Jim Cing Cing Goling Curiga. Kalau benar Swara Manis tidak semudah itu ia pukul.
Prayoga yang melihat cepat menghampiri, dan ketika tahu siapa yang menggeletak.
Prayoga berseru,
"Ah, bukan Swara Manis, tetapi Dasa Muka."
Jim Cing Cing Goling membantingkan kakinya saking kecewa. Geramnya,
"Bangsat! Hayo kita kejar. jangan sampai lolos."
Mereka berempat segera berpencar diri. Tetapi daerah itu merupakan hutan
belantara dan penuh tetumbuhan liar yang lebat. Swara Manis tidak tampak batang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
hidungnya lagi, hingga mereka menjadi kebingungan.
"Hem, tidak kusangka di dunia ini terdapat pemuda yang licik dan secerdik itu!" puji
Jim Cing Cing Go-ling setelah berkumpul kembali dengan temannya.
Merasa tidak dapat menemukan Swara Manis, akhirnya mereka memutuskan untuk
mencari tempat kediaman Surogendilo saja, guna cepat-cepat menolong Mariam.
Akan tetapi belum juga mereka berangkat, tiba-tiba Joli dan Jodhang tidak mau
bergerak. Hidung dua ekor anak orang utan ini berkembang kempis, nampak sedang
mencium sesuatu.
"Hai, apakah sebabnya kamu bandel tak mau pergi? Minta aku pukul?" bentak Sarini
yang salah duga.
Untung Jim Cing Cing Goling cepat mencegah. Tokoh yang banyak pengalaman ini
sudah menduga, tentu JOli dan Jodhang sedang mencium sesuatu yang mencurigakan.
Dan cenderung kepada dugaan, agaknya Joli dan Jodhang tahu di mana Swara Manis
menyembunyikan diri.
"Hai Joli, dan Jodhang. Bukankah engkau mencium bau orang? Coba tunjukkan di
mana orang itu bersembunyi?" bujuk Jim Cing Cing Goling.
Seperti dapat menangkap maksud Jim Cing Cing Goling. dua ekor anak orang utan
itu segera berlarian ke depan. Dalam waktu jang singkat saja dua ekor binatang itu
telah mengobrak-abrik rumput ilalang yang menghalangi pemandangan. Dan sesudah
itu tampak kemudian adanya mulut goa yang kecil sekali.
"Jagalah baik-baik mulut goa itu, jangan sampai lolos!" perintah Jim Cing Cing
Goling.
Baik Prayoga, Sarini maupun Wasi Jaladara muak di samping amat benci kepada
Swara Manis. Karena itu mereka menjadi gembira sekali dapat menemukan tempat
Suara Manis bersembunyi. Tetapi baru saja mereka akan berpencar, tiba-tiba terdengar
suara Joli meraung kesakitan dan sesaat kemudian binatang itu mundur dengan kaki
depan (tangan) kanan berlumuran darah. Hampir berbareng dengan itu. kemudian

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
muncul pula Swara Manis dari dalam goa.
"Bangsat busuk!" teriak Prayoga geram sambil menyambitkan dua butir batu ke arah
Suara Manis. Tring tring... batu terhantam hancur oleh pedang.
Akan tetapi di saat Suara Manis menangkis lontaran batu, Jim Cing Cing Goling
sudah meloncat dan menghadang di belakang Swara Manis.
Sekarang Swara Manis telah dikurung dari segala penjuru. Pemuda itu berdiri tegak
sambil menjapukan pandang matanya ke sekeliling. Tiba-tiba ia tertawa sambil
menyarungkan pedangnya. Sesudah selesai tertawa, ia mengamati Sarini dengan
pandang mata mengejek.
"Jahanam kau. Siapa jang engkau tertawakan?" bentak Sarini
Suara Manis tidak menjawab, tetapi malah tertawa lagi dan gelak-gelak. Kemudian
sambil menggendong tangan di belakang punggung, ia berjalan hilirmudik.
Seakan-akan ia tidak menghiraukan kepada empat orang dan dua ekor orang utan yang
sedang mengurung dirinya.
Karena Swara Manis tidak membuka mulut, Sarini tambah marah dan mencaci-maki
kalang-kabut. Lidah Sarini yang tajam telah mengungkapkan kebusukan dan perbuatan
jahat yang dilakukan Swara Manis. Puas mengungkapkan kejahatan Swara Manis,
kemudian Sarini menilai Swara Manis sebagai seekor anjing yang jahat.
"Huh. anjingpun bukanlah anjing yang baik. tetapi anjing yang gemar makan apa
saja dan menggerogoti bangkai busuk. Manusia yang tidak mempunyai nilai
kemanusiaan seperti engkau. tidak pantas diberi hidup lagi. Huh-huh, mudah-mudahan
setelah kau mampus di tempatkan di dasar neraka."
Akan tetapi wajah Swara Manis tidak berobah scdikitpun. Ia sudah tidak menggubris
lagi caci-maki orang. Sebaliknya bibirnya malah mengulum senyum mengejek. Baru
sesudah Sarini puas mencaci-maki dan berhenti bicara, Suara Manis membuka mulut,
"Sekarang, apakah maksudmu?"
Sarini tertegun. Di luar dugaan gadis ini, bahwa Swara Manis masih dapat bertanya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
seperti itu. Dalam geramnya, Sarini menjawab lantang.
"Huh, kau harus mati!"
Swara Manis tidak terkejut, sebaliknya malah ketawa gelak-gelak, seperti mendengar
lelucon. Sambil masih berdiri seenaknya ia memandang sekeliling. lalu berkata.
"Ah. kalau memang begitu. silahkan kalian turun tangan sekarang juga."
Sarini benar-benar tak kuasa menahan kemarahannya.Ia kemudian menggerakkan
tangan untuk memukul. Tetapi ketika melihat Swara Manis hanya diam saja, ia
menghardik,
"Jahanam. Mengapa kau diam saja?"
"Heh-heh heh." Swara Manis terkekeh.
"Apakah gunanya aku melawan? Bukankah engkau menyadari, dua tangan tak
mungkin dapat melawan duabelas tangan? Daripada harus sia-sia melawan, bukankah
lebih baik engkau lekas membunuh si anjing kudisan Swara Manis ini? Dengan
demikian engkau tentu akan diagungkan orang sebagai seorang pendekar wanita yang
telah membersihkan dunia ini dari segala manusia-manusia kotor?"
Sarini tak dapat berkutik atas serangan lidah Swara Manis-yang licin. Karena jelas
orang-orang yang sedang mengurung sekarang ini malu kalau dikatakan mengeroyok.
"Hai, di mana mustika batu itu?" tiba-tiba Jim Cing Cing Guling bertanya.
Swara Manis pura-pura kaget, lalu membalas bertanya.
"Perkenankanlah aku bertanya, apakah batu itu milik tuan?"
Akibatnya Jim Cing Cing Goling bungkam tidak dapat menjawab.
"Hemm," Swara Manis meneruskan.
"Apa yang sudah aku baca pada tulisan di batu itu. barang siapa yang berjodoh,
orang itulah yang akan menemukannya. Jika begini keadaannya, apakah wasiat
tersebut hanya omong kosong? Karena sekarang ada orang yang berusaha menguasai
sesudah lebih dahulu ditemukan orang lain."
Saking licinnya Suara Manis merangkai kata-kata, membuat Jim Cing Cing Goling

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terpukau. Karena Jim Cing Cing Goling tidak dapat menjahut, Suara Manis merasa
memperoleh angin dan melanjutkan,
"Bukankah kalian berempat ini bermaksud mengeroyok aku? Kalau benar mengapa
tidak segera kalian laksanakan?"
Tantangan yang garang itu sebenarnya sudah diperhitungkan masak-masak. ia tahu
bahwa empat orang yang dihadapi sekarang ini. orang-orang yang selalu menjunjung
tinggi sopan santun dan tata keperwiraan. Ia sengaja memancing agar mereka
membatalkan maksudnya. Dan apabila kemudian mereka setuju berkelahi satu lawan
satu, inilah yang diharapkan dan akan menguntungkan dirinya.
Prayoga yang polos segera terpancing dan menyahut.
"Hai Suara Manis! Sebagai manusia jangan cepat sombong. Huh, aku seorang diri
yang akan berhadapan dengan engkau."
"Apakah keterangamu dapat aku percaya?" Swara Manis menyahut cepat.
"Mengapa tidak?" sahut Prayoga mantap.
Akan tetapi Jim Cing Cing Goling yang lebih kenal akan kelicikan Swara Manis
cepat mencegah,
"Anak, engkau jangan kena ditipu."
Namun peringatan Jim Cing Cing Goling itu sudah terlambat. Karena Prayoga
sudah menyatakan menerima tantangan Suara Manis.
Suara Manis gembira, sambil tersenyum berkata,
"Kiranya tuan-tuan sudah mendengar sendiri, bahwa pada saat ini segera akan
terjadi perkelahian seorang lawan seorang. Antara diriku dengan salah seorang murid
tuan Ali Ngumar. Karena itu mati dan hidup, terserah kepada nasib masing-masing.
Pihak manapun tidak dibenarkan menuntut balas, karena perkelahian ini secara
ksyatria."
Dengan ucapannya itu jelas Swara Manis bermaksud mencegah Jim Cing Cing
Goling dan kawan-kawannya membantu Prayoga. Si gadis bawel Sarini mendelik

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
marah kepada Prayoga. Sebab ia khawatir kalau kakak seperguruannya itu celaka,
sebagai akibat langkahnya yang gegabah menerima tantangan bertanding.
Sebaliknya Prayoga sudah mantap.Ia tidak perduli kepada Sarini yang marah. Ia
telah bertekat hendak membalas dendam kepada pemuda licik yang telah mencelakakan
Mariam.
Setelah saling berhadapan muka, Prayoga langsung saja menyerang dan Swara
Manis menghindar ke samping, kemudian secepat kilat ia mencabut pedang pusaka
Nyai Baruni. Gerakan Suara Manis itu cepat sekali. langsung menyerang bagian
pinggang.
Prayoga yang polos tidak menyangka sama sekali, bahwa dalam gebrak pertama
saja. Swara Manis sudah menghunus senjata. Karena jaraknya dekat sekali. Prayoga
tak sempat menghindar lagi. Akibatnya, pinggangnya telah tergores ujung pedang.
Goresan itu terasa nyeri, lalu Prayoga mundur ke belakang untuk memeriksa luka.
Karena luka itu hanya kecil saja, Prayoga beranggapan luka itu tidak berbahaya.
Sarini yang menjadi marah-marah seperti nenek bawel. Kalau dapat, ia ingin sekali
membantu dan menghantam hancur kepala Swara Manis yang curang itu. Tetapi
karena sudah terikat perjanjian, ia tidak dapat berbuat apa, dan hanya memaki-maki
saja.
Sebaliknya oleh serangannya yang berhasil, Swara Manis tidak mau memberi
kesempatan lagi kepada lawan. Sambil meloncat maju. ia sudah menikam ulu hati
Prayoga.
Dengan menahan rasa sakit. Prayoga menghindar ke samping dan mengayunkan
tangan kanan untuk memukul kepala. Sedang tangan kiri bergerak membantu untuk
mencengkeram siku lawan. Akan tetapi dengan ketawa mengejek, Suara Manis sudah
merebahkan tubuh sambil menusuk perut Prayoga.
Gerakan Swara Manis ini memang sombong sekali.Ia terlalu percaya kekuatan diri.
Tidak diketahui bahwa Prayoga sudah tahu dan kenal baik gerak tipu itu, ialah salah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
satu jurus dari ilmu "Jathayu nandhang papa".
Karena itu Prayoga tersenyum.Ia bukannya menghindar sebaliknya malah maju dan
menendang. Swara Manis yang semula gembira karena lawan diam saja, tiba-tiba
kaget, karena kaki Prayoga melayang ke arah kepalanya. Kalau ia meneruskan
tusukannya. memang akan berhasil. Akan tetapi tendangan Prayoga itu akan
menghancurkan kepalanya. Oleh sebab itu ia terpaksa menarik kembali serangannya,
lalu dirobah membabat kaki lawan.
Keistimewaan ilmu "Jathayu nandhang papa" memang terletak gerak-gerakannya
yang aneh tidak terduga. Disaat sedang menghindarkan diripun masih pula dapat
menyerang.
Walaupun Swara Manis seorang pemuda yang licin seperti belut. kali ini ia tertipu
oleh Prayoga. Tendengannya tadi hanyalah serangan kosong. Secepat Suara Manis
menghindar, ia meneruskan serangannya dengan jurus yang disebut "Nyapu bebu'.
bebu merupakan bagian debu yang paling halus. Kalau debu saja dapat disapu,
apapula kaki orang.
Bluk...!!
terjungkallah Swara Manis dan---terbanting di tanah.Ia menderita luka yang lebih
parah dibanding hasil serangannya kepada Prayoga.
Kalau Swara Manis sampai menderita begitu, memang tidak mengherankan. Karena
perhatian hanya dipusatkan kepada gerak serangannya, sehingga pertahanan kakinya
kosong. Sebagai akibatnya, kekosongan itu berhasil digunakan Prayoga tepat sekali.
Akan tetapi sayang, saat itu Prayoga merasa pinggangnya yang terluka menjadi
gatal. Hati ingin memeriksa tetapi tidak memperoleh kesempatan karena Swara Manis
sudah menyerang lagi.
Makin lama perkelahian itu semakin menjadi seru dan tegang. Dalam waktu singkat
mereka telah berkelahi puluhan jurus. Untung Prayoga telah mendapat berbagai
macam ilmu kesaktian dari beberapa tokoh sakti. Serangannya tidak semakin kendor,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tetapi semakin dahsyat. Tenaga saktinya juga bergolak di' dalam tubuh, sesudah dirinya
mendapat gemblengan dari Jim Cing Cing Goling.
Namun lewat beberapa saat kemudian, Prayoga menjadi kaget dan bingung sendiri,
karena terasa tenaganya cepat menjadi surut. Padahal saat itu Swara Manis
melancarkan serangannya menyapu kaki.
Tiba-tiba Sarini berteriak,
"Hai kakang. apa sebabnya luka pada pinggang mengeluarkan darah hitam?"
Prayoga terkesiap. Untuk menjaga serangan Swara Manis ke arah kakinya, ia
melepaskan sebuah pukulan. Akan tetapi celakanya begitu memukul, tenaganya terasa
habis.
Agaknya swara Manis mengerti pula keadaan Prayoga.Ia membiarkan pundaknya
terpukul, akan tetapi iapun cepat-cepat menusuk pundak lawan.
"Kurangajar! Mengapa engkau gunakan pedang beracun?" bentak Prayoga.
"Apa?" sahut Swara Manis dingin,
"baru kemarin aku menerima senjata ini. Bagaimana aku dapat melumuri pedang ini
dengan racun? Ha-ha-ha. jiwamu akan segera melayang, mengapa engkau banyak
alasan?"
Jim Cing Cing Goling melihat pula luka pada pundak Prayoga. Setelah Prayoga
mendapat tikaman kedua kalinya, Jim Cing Cing Guling tidak dapat berdiam diri lagi.
Secepat kilat ia melompat lalu mencengkeram tangan Suara Manis. Sekali pijat. Swara
Manis merasakan lengannya kesemutan dan lepaslah pedang di tanah.
Swara Manis tidak gentar malah ketawa terkekeh sambil menyindir,
"Heh-heh-heh. aku sudah berkata, orang gagah memang paling sulit berhadapan
dengan lawan yang mengeroyok."
'Cuhh...!" Jim Cing Cing Goling meludahi muka Swara Manis. lalu hardiknya.
"Engkau menganggap dirimu seorang gagah? Kalau diriku dianggap orang gagah.
huh, dunia ini tentu penuh sesak dengan orang gagah semacam engkau yang terlalu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
jahat."
Swara Manis berusaha menghindar dengan memiringkan kepalanya. Celakanya
sudah terlambat. Mukanya terasa panas sekali oleh semburan ludah. Sadar berhadapan
dengan orang sakti ia berusaha menggunakan kepandaiannya bersilat lidah.
"Bukankah Prayoga tadi sudah berjanji sendiri untuk berkelahi seorang lawan
seorang? Kalau dia kalah itulah salahnya sendiri. Tetapi mengapa sekarang aku yang
harus disalahkan?"
Cing Cing Goling mengendorkan cengkeramannya. Kemudian ia mendorong. dan
tergulinglah Swara Manis sampai peringisan. Jim Cing Cing Guling cepat menginjak
pedang Nyai Baruni sambil mengancam,
"Engkau jangan mencoba lari. lekas ambilkan obat pemunah racun itu."
Ketika Jim Cing Cing Goling memeriksa luka Prayoga. daging sekitar luka sudah
membengkak dan hitam. Jim Cing Cing Guling berusaha memberi pertolongan.
memberi obat pemunah racun. Namun itu hanya sementara sifatnya, dan harus
mendapat pemunah racun yang tepat.
Prayoga tidak kuasa lagi berdiri. dan terlentang di atas tanah. Sarini yang sedih
menggerutu,
"Mengapa engkau tadi sembrono? Kalau kita maju bersama, tak mungkin dia bisa
berkutik. Dan andaikata seorang lawan seorang, seharusnya kakek Cing Cing Guling
yang harus maju. Huh kakang, mengapa engkau tidak mau menyadari. bahwa engkau
bertangan kosong dan dia bersenjata pedang pusaka?"
Prayoga yang merasa bersalah berdiam diri. Sebabnya ia tadi sampai lancang,
didorong oleh perasaan yang sangat benci.
"Sudahlah, Denok, semuanya sudah terjadi karena kemauan Prayoga sendiri. Kalau
memang nasibnya harus mati, ia akan mati dengan hati puas."
"Benar! Para tokoh sakti dan gagah memang selalu menjunjung tinggi akan janji.
Nah sekarang perkenankanlah aku mohon diri! kata Swara Manis sambil melangkahkan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kaki bermaksud pergi.
Akan tetapi Jim Cing Cing Goling tidak memberi kesempatan. dan cepat-cepat
mencegah.
"Aneh," Suara Manis berhenti dan pura-pura heran.
"Bukankah kita tadi sudah saling janji? Bukankah paman juga sudah setuju. siapa
yang kalah tidak boleh dibela dan tak boleh mengganggu gugat?"
"Janji memang berlaku. Tetapi kami berempat takkan mengeroyok dan tidak akan
menuntut balas apabila wakil kami kalah. Tetapi perjanjian itu hanya berlaku pada
kami berempat, dan tidak termasuk dua ekor orang utan itu, bukan?"
Swara Manis melirik ke arah dua ekor binatang itu. Diam-diam ia bersorak dalam
hati. karena tentu dapat menang dalam waktu singkat. Salah seekor tadi telah terluka
oleh pedangnya. Hanya karena lebih tahan, pengaruh itu sampai sekarang belum
tampak. Akan tetapi racun tetap racun, dan sekalipun lambat akan bekerja juga.
"Hemm, yang besar sudah terluka oleh pedangmu. Biar seekor yang kecil saja, yang
melawan engkau sekarang ini."
Setelah berkata. Jim Cing Cing Goling memalingkan kepala ke arah Jodhang.
"Hai Jodhang! Robeklah manusia busuk ini."
Sejak tadi sesungguhnya Jodhang sudah marah, karena Joli menderita luka. Begitu
menerima perintah, Jodhang melangkah dan langsung menghantam Swara Manis.
Sebelum pukulan itu tiba. mendadak Jodhang sudah merobah menjadi tamparan ke
arah kepala. Itulah jurus pertama dari ilmu tata kelahi '"Wanara Sakti" ajaran Jim
Cing Cing Goling.
Swara Manis kaget. Apapula pedangnya sekarang tidak di tangannya. dan terpaksa
ia menghindar ke samping.
Di luar dugaan. Walaupun tubuhnya besar. tetapi Jodhang dapat bergerak lincah
dan tangkas. Serangan pertama luput, serangan kedua sudah menyusul. Dua belah
tangan sudah menghantam kepala Swara Manis.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Melihat gerak-gerik binatang itu, Swara Manis menjadi heran. Jelas bahwa binatang
itu mengenal ilmu tata kelahi. Melawan dengan tangan kosong tidak mungkin. Secepat
kilat ia mencabut senjatanya kipas baja.Ia maju lalu menikam dada binatang itu.
Apabila Jodhang belum mendapat pelajaran dari Cing Cing Goling, mungkin saat itu
sudah roboh. Setelah dua kali serangannya tak berhasil, Jodhang menyusuli dengan
jurus ketiga. Saat itu juga Suara Manis merasakan sambaran angin kuat dari belakang.
Jarak demikian dekat. Tak mungkin lagi menghindar, maka merunduk ke bawah terus
menyelinap di sela kaki Jodhang. Sesudah berhasil, ia memutar tubuh lalu menjerang
punggung Jodhang.
Sungguh sayang walaupun Jodhang sudah belajar ilmu tata kelahi. tetapi ia masih
belum dapat meyakini benar-benar. Ketika tahu musuhnja lenyap mendadak, ia menjadi
kaget dan bingung. Ia tidak berpikir mencari lawan yang menghilang tiba-tiba, tetapi
tetap mainkan jurus keempat ke sasaran kosong. Dan justru Jodhang sibuk sendiri itu,
Swara Manis tidak menyia-miakan kesempatan. lalu menusuk dan berhasil.
Kalau Swara Manis lebih tinggi lagi tenaga, saktinya, Jodhang tentu sudah terluka.
Tetapi karena belum begitu tinggi, Jodhang hanya merasakan kesakitan dan
menggerung. Jodhang menjadi binal, berputar tubuh lalu menerkam. Ia menjadi lupa
kepada ilmu tata kelahi, dan bergerak secara alami menurutkan rasa marah.
Hal ini menguntungkan Swara Manis. Ia segera melancarkan serangan-serangannya.
Akan tetapi tusukan Swara Manis itu tidak dihiraukan oleh Jodhang yang terus
mengamuk. Hal ini membuat Suara Manis sendiri takut. karena kulit binatang itu tidak
bisa dilukai. Ketika melirik ke arah Jim Cing Cing Guling, tokoh sakti itu masih
menginjak pedangnya. Terpikir kemudian lebih baik lari menyelamatkan diri.
Sebelum melarikan diri, ia masih sempat berteriak.
"Hai Prayoga! Dua hari lagi mbakyu perguruanmu Mariam akan kawin dengan
Surogendilo. Apakah engkau tidak ingin hadir pada perkawinan itu?"
"Tunggu!" Prayogo bangkit dan bertanya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Di mana tempat perampok itu?"
"Pergi lari ke utara. Di sana engkau akan segera tiba di bekas kawah gunung yang
bernama kawah Candradimuka. Di sebelah utara kawah itu terdapat gunung lagi
bernama Gunung Jimat. Di tempat itu engkau akan berjumpa dengan batu yang
besarnya sama dengan lumbung padi. Nah, kepala perampok Surogendilo berdiam di
tempat itu."
Prayoga sudah berusaha bangkit berdiri. Tetapi Jim Cing Cing Goling terkekeh
sambil berkata.
'Tak usah buru-buru. Masih kurang dua hari perkawinan itu. dan kita takkan datang
terlambat. Yang penting sekarang. kita lihat saja apakah jahanam itu sanggup melawan
Jodhang.
"Heh-heh. mana mungkin?" sambut Suara Manis sambil menghantam Jodhang.
Sesudah mundur. ia meneruskan,
'Yang jelas. racun pedang itu sekarang sudah bekerja. Jika obat pemunahnya tak
cepat diperoleh, segalanya akan terlambat."
Ucapan Swara Manis itu memaksa Jim Cing Cing Goling untuk memperhatikan
keadaan Prayoga. Luka di pinggang sudah hitam, jelas racun sudah bekerja. Melihat
itu kakek ini tak dapat sabar lagi, membentak.
"Bangsat! Engkau harus ikut pergi ke sana. Sesudah semua urusan selesai, baru
kembali kemari dan lanjutkan perkelahianmu dengan Jodhang. Heh-heh, engkau bisa
mati kelelahan menghadapi Jodhang."
Swara Manis insyaf, untuk melarikan diri sulit dilakukan. Satu-satunya yang dapat
diharapkan hanya mengulur waktu, dari mudah-mudahan terjadi perubahan.
"Janji adalah janji. Pergilah, siapa yang melarang? Hemm, dan mengapa aku harus
khawatir?" sahut Swara Manis seenaknya.
Jim Cing Cing Goling tidak pernah menduga, Suara Manis akan menjawab seperti
itu. Sebagai seorang angkatan tua, ia menyuruh Jodhang mundur lalu menggendong

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Joli yang terluka. Sesudah itu ia mengambil pedang Nyai Baruni sambil berkata,
"Berikan sarung pedang itu."
Swara Manis melemparkan sarung pedang. Dan setelah pedang disarungkan, Cing
Cing Guling menyerahkan kepada Sarini sambil berpesan agar dijaga baik-baik.
Demikianlah akhirnya rombongan ini pergi, dan Swara Manis sebagai penunjuk
ialan.
Perjalanan dilakukan dengan cepat. Karena Jim Cing Cing Goling maupun yang
lain, menghendaki segera dapat tiba di tempat tinggal Surogendilo dan anak buahnya.
Sore hari, mereka tiba ditapal batas tempat kediaman gerombolan Surogendilo.
Gerombolan ini hatihati dalam menjaga sarangnya, dan tidak sembarang orang
diijinkan masuk. Maka tidak aneh rombongan ini segera disambut oleh tiga batang
anak panah beracun. Dengan gampang tiga batang anak panah itu disapu 0leh Wasi
Jaladara, kemudian muncullah tiga orang anak buah Surogendilo.
Melihat Swara Manis datang lagi dan membawa seorang gadis cantik. tiga orang
anak buah Surogendilo hingar-bingar. Karena mereka mengira, Swara Manis datang
lagi untuk menyerahkan gadis cantik.
Jim Cing Cing Goling yang menjadi juru bicara dan memberi penjelasan. Sesudah
tahu rombongan ini akan bertemu pemimpinnya. tiga orang prajurit itu segera
mengawal rombongan menuju sarang.
Ketika rombongan tiba di tanah lapang yang terletak di depan goa tempat kediaman
Surogendilo, mereka menjadi kaget melihat pemandangan aneh dan suara memekakkan
telinga.
Puluhan orang sibuk mengerumuni sebatang tonggak kayu. Pada tonggak itu
terdapat seorang wanita yang kaki dan tangannya terikat. Empat orang laki-laki sibuk
melemparkan tombak. Namun tombak itu hanya menancap pada kanan dan kiri tubuh.
Tetapi bagaimanapun bagi orang yang tidak tabah, hal itu akan membuat hati menjadi
ngeri.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Mbakyu Mariam..." tetiak Prayoga sesudah mengenal kepada perempuan yang
berdiri diikat pada tonggak itu.
Mariam terkejut merasa dipanggil orang dan mengangkat kepalanya. Perempuan ini
tidak tampak ngeri sekalipun pucat, menghadapi tombak yang menyambar di kiri kanan
tubuh.
Mariam memang cepat memperoleh kesadaran, lebih cepat dari orang lain yang
terbius oleh Surogendilo. Cepatnya mendapat kesadaran itu justru menyenangkan
Surogendilo. Dengan begitu dapat kawin lebih cepat.
Tetapi di luar dugaaannya, Mariam menolak dan marah-marah mendengar
bujuk-rayu Surogendilo. Akibatnya Surogendilo marah sekali, Mariam diringkus, diikat
di tonggak kayu, kemudian disuruh membuat takut dengan melemparkan tombak di kiri
dan kanan tubuh Mariam.
Jim Cing Cing Goling tidak dapat tinggal diam. Ia sudah melompat ke tengah
lapangan. Kemudian sekali bergerak, ia telah berhasil merampas empat batang tombak
yang dipergunakan menakuti itu.
Surogendilo marah sekali. Namun demikian ia takut melihat rombongan yang baru
datang itu membawa dua ekor orang utan. Dengan begitu ia sadar, rombongan tamu
tak diundang ini tentu sakti mandraguna.
Setelah itu, Jim Cing cing Goling mendukung Prayoga dibawa ke depan Surogendilo
sambil berkata,
"Berikan obat pemunah racun."
Surogendilo memeriksa luka Prayoga, kemudian tanpa mengucapkan kata-kata sudah
melangkah pergi. Jim Cing Cing Goling khawatir tidak memperoleh obat pemunah
racun. Secepat kilat ia menyambar tangan Surogendilo.
Akan tetapi karena tubuh Surogendilo dilindungi oleh rotan, cengkeraman Jim Cing
Cing Goling tidak dapat memijat urat nadi. Sebaliknya Surogendilo berusaha melawan.
memukul kakek itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Hai. kau berani memukul aku?" teriak Jim Cing Cing Goling sambil menarik
kuat-kuat sehingga Surogendilo terbanting di tanah. Sebelum Surogendilo berhasil
bangkit. Jim Cing Cing Guling sudah bertindak. memuntir tangan orang itu ke belakang
tubuh.
"Ambilkan obat pemunah racun secepatnya!" bentaknya.
"Ampun ampunilah jiwaku," ratapnya.
Jim Cing Cing Goling tertawa, lalu berkata,
"Jika engkau. ... "
Ucapan itu terputus karena kaget mendengar jeritan Sarini. Ketika mengamati ke
arah gadis itu. ia kaget tidak kepalang. Apakah sebabnya? Karena ingin menolong
Mariam. menyebabkan Sarini lengah. lupa mengawasi gerak-genk Swara Manis.
Akibatnya Swara Manis yang licik dan licin itu menyerang Sarini. Karena tak menduga
tidak keburu menghindar. Hingga mukanya kena tampar. dan berbareng itu pedang
pusaka Nyai Banlni sudah di tangan Swara Manis.
Saking terkejut Sarini menjadi pucat. Tetapi tidak kehilangan akal dan melepaskan
serangan dua kali beruntun. Namun celakanya Swara Manis menangkis dengan pedang
pusaka Nyai Baruni. menyebabkan Sarini terpaksa menarik kembali serangannya.
Wasi Jaladara dan Jodhang tidak dapat membantu. Sebab Wasi Jaladara
menggendong Prayoga, sedang Jodhang menggendong Joli, yang dua-duanya telah
terkena racun dari pedang pusaka Nyai Baruni.
Melihat keadaan itu Jim Cing Cing Goling marah sekali dan menggeram seperti
singa. Sambil masih mencengkeram Surogendilo, kakek ini melompat untuk membantu
Sarini. Celakanya anak buah Surogendilo sudah mengurung rapat sekali. Beberapa kali
berusaha menembus namun gagal karena tidak berani bersentuhan dengan senjata
mereka yang beracun.
Ia seorang sakti yang sudah banyak makan asam garam. Akan tetapi selama ini ia
belum pernah merasakan kegelisahan seperti yang terjadi hari ini. Dalam gelisahnya.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ia berteriak,
"Surogendilo! Hayo lekas suruhlah anak buahmu mundur!"
Perlu diketahui, Surogendilo seorang raja penyamun yang selama ini amat ditakuti
orang. oleh karena ramuan racunnya yang ganas dan jahat. Tentu saja sebagai raja
penyamun ia ganas dan sombong. Maka sulit dilukiskan betapa marah Surogendilo.
tidak dapat berbuat apa-apa dalam cengkeraman Jim Cing Cing Goling. Jawabnya
tegas,
"Tidak! Lebih baik aku mati daripada engkau hina begini!"
Dalam hatinya sudah bertekat, ia tidak mau menyerah dan malah akan
memerintahkan anak buahnya supaya mengeroyok orang ini.
Agaknya jawaban Surogendilo yang tegas itu sama dengan perintah. Anak buahnya
segera mengurung rapat sekali dengan senjata berlumur racun. Mereka menggerakkan
tombak yang beracun. dengan maksud agar orang itu segera membebaskan
Surogendilo.
Melihat kebandelan orang-orang itu, habislah kesabaran Jim Cing Cing Goling.
Secara kebetulan di dekatnya terdapat sebuah batu besar. Dalam keadaan gawat
seperti sekarang ini, dirinya harus memamerkan kesaktiannya, agar mereka menjadi
jeri. Sambil mengerahkan tenaga sakti ke telapak tangan. ia memukul batu tersebut.
Prak. batu besar itu segera pecah berkeping keping berselebaran ke seluruh penjuru.
Apa yang dipamerkan Jim Cing Cing Goling itu benar-benar membuat kaget semua
anak buah Surogendilo. Mereka hampir tidak percaya. batu gunung yang keras sekali
pukul pecah berhamburan. Akan tetapi mereka menyaksikan dengan mata dan kepala
sendiri. Ini suatu kenyataan tak terbantah, dan menyebabkan rontoklah keberanian
orang-orang itu. Mereka takut mengalami nasib seperti batu itu. Maka tanpa
diperintah. anak buah Surogendilo sudah mundur.
"Lekas! perintah Jim Cing Cing Goling.
"Perintahkan orang-orangmu mundur dan mengambil obat penawar racun. Huh.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
setelah kamu memberi apa yang aku minta. akan aku beri ampun. Akan tetapi
sebaliknya apabila berani membangkang. kamu semua akan bernasib sama dengan batu
itu!"
Surogendilo sadar, melawan tiada gunanya. Daripada jiwanya melayang, lebih baik
menuruti perintah Jim Cing Cing Goling. Cepat-cepat ia memerintahkan anak buahnya,
agar segera mengambil obat pemunah racun itu.
Jim Cing Cing Goling merasa lega. Tetapi setelah menebarkan pandang mata ke
sekeliling, Suara Manis sudah tidak tampak lagi. Tidak kepalang rasa marah kakek ini.
Sebab ia sadar untuk menangkap pemuda licik itu tidak gampang.
Sesungguhnya dalam hal ini Sarini yang harus bertanggung-jawab, karena
sembrono. Akan tetapi dasar gadis yang selalu merasa benar sendiri tak mau
dipersalahkan. Melihat keadaan yang tidak menguntungkan, ia segera berkata,
"Hayolah kita cepat pergi ke tempat batu mustika. Kita tunggu saja di sana, dan dia
tentu akan datang lagi untuk mengambil batu mustika itu."
"Hemm, kalau orang lain memang mungkin," dengus Jim Cing Cing Guling.
"Tetapi jahanam Swara Manis tentu sudah memperhitungkan kemungkinan itu. Maka
tidak mungkin Swara Manis tergesa ke sana, seperti seekor ular mencari gebuk."
Sarini tidak membantah. Namun demikian gadis ini mencaci-maki kalang-kabut
kepada Swara Manis yang sudah pergi.
Tak lama kemudian obat yang dibutuhkan telah diserahkan. Obat itu memang
benar-benar manjur. Begitu minum obat. Prajoga dan Joli sudah terbebas dari
pengaruh racun.
Agaknya Surogendilo sudah menyadari, telah ditipu oleh Suara Manis. Karena itu
tanpa diminta lagi, ia segera pula membebaskan Mariam.
Namun Mariam memang sudah dibutakan oleh cintanya kepada Swara Manis.
Buktinya begitu bebas ia segera menanyakan kekasihnya.
"Hai. terangkanlah. Kemanakah kakang Swara Manis pergi? Aku tadi melihat dia

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
masih tetap di sini. Akan tetapi mengapa sekarang dia telah pergi tanpa pamit
kepadaku?"
Muak dan jengkel sekali Sarini mendengar pertanyaan itu. Ia ketawa dingin.
kemudian menjawab penuh sindirian,
"Manakah mungkin kekasihmu yang tampan itu berani bertemu lagi dengan engkau?
Huh, dia toh sudah menukarkan dirimu dengan pedang pusaka yang dimiliki paman
Sumgendilo. Anehnya, mengapa sebabnja engkau belum juga mau sadar akan semua
itu?"
Ucapan Sarini ini membuat Mariam kaget. Lalu teringatlah ia akan sikap Swara
Manis ketika dalam perjalanan menuju tempat ini. Akan tetapi kesadarannya itu hanya
sekilas singgah dalam dada, kemudian terusir oleh rasa cinta kasihnya yang tak dapat
ditawar-tawar lagi. Ia bukannja berterimakasih atas peringatan Sarini, tetapi malah
membentak,
"Hai Sari! Engkau jangan asal membuka mulut tidak keruan. Huh-huh. engkau boleh
membenci kakang Suara Manis, akan tetapi aku tidak mungkin."
Wasi Jaladara dan Jim Cing Cing Goling geleng geleng kepala. Mereka tidak
mengerti. japa mantra dan guna-guna apakah yang sudah dipergunakan Suara Manis,
sehingga Mariam tidak bisa terlupakan Swara Manis. sekalipun sadar telah dikhianati.
Sebaliknya Prayoga sana tidak tega melihat mbakyu seperguruannya kalau sampai
celaka di tangan Suara Manis. sudah membujuk.
"Mbakyu Mariam. apabila engkau masih saja berpendirian bahwa Suara Manis
seorang baik. kelak engkau akan menyesal dan merasakan sendiri akibatnya. Sebelum
terlanjur, hendaknya engkau mau mendengar pendapat orang lain."
"Aku tidak butuh nasihatmu, tolol!" bentak Mariam.
"Di saat dia masih hidup. akulah kekasih dan isterinya. Dan kalau dia sudah mati
aku sendirilah jandanya. Huh. mengapa engkau menjadi panas dan tidak senang. aku
memperhatikan kakang Swara Manis? Semua orang harus tahu bahwa ibuku sendiri

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
telah menetapkan, barang siapa yang berani mengganggu huhunganku dengan kakang
Swara Manis, maut sebagai upahnya."
Jim Cing Cing Goling terkejut. Memang mungkin sekali ladrang Kuning yang sudah
setengah gila itu mengucapkan kata-kata dan berpendirian seperti itu. Ia tidak
menghendaki terjadinya perbantahan. Katanya kemudian,
"Sudahlah, kalian jangan berhantahan. Kewajiban kita menolong dan
menyelamatkan sudah selesai. Yang penting sekarang kita harus segera pergi dan
mencari gurumu. Lupakah engkau hari lebaran sudah dekat?"
Wasi Jaladara setuju. Sebagai seorang polos ia menjadi tidak senang kepada
Mariam. Akan tetapi Prayoga masih juga tidak tega dan berusaha membujuk,
"Mbakyu, sebaiknya engkau ikut rombongan kami."
"Huh, siapa yang sudi ikut dalam rombonganmu?"
"Aku dapat berjalan sendiri dan dapat pula menentukan jalan hidupku!" sahut
Mariam angkuh, kemudian berputar tubuh lalu pergi mendahului yang lain.
Jim Cing Cing Goling menghela napas panjang. Katanya perlahan.
"Kalau lahir jahat. masih bisa dimaafkan. Akan tetapi jika kejahatan itu timbul dari
perbuatannya sendiri',seharusnya tidak pantas mendapatkan tempat di duniaini."
"Apa yang dimaksud timbul dari perbuatannya sendiri itu?" tanya Sarini yang
tertarik.
Tetapi Jim Cing Cing Goiing tidak menyahut. Diam diam Sarini mawas diri sendiri.
Ia mencintai Prayoga, tetapi tidak berani berterus-terang. Akibatnya Prayoga tidak
tahu dan dirinya sendiri menderita batin. Apakah perbuatan seperti ini dapat
digolongkan dengan apa yang sudah diucapkan Cing Cing Goiing?
Kemudian Sarini mengangkat kepalanya mengamati Prayoga. Ia melihat Prayoga
tengah merenung. Melihat itu timbul rasa cemburu dalam hati Sarini. Mengapa
Prayoga tetap. saja mencintai Mariam?
Sesungguhnya dugaan Sarini itu salah. Prayoga sudah sadar bahwa rasa cintanya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kepada Mariam salah sasaran, sesudah tahu Mariam tidak mengimbangi cintanya.
Kalau toh ia masih saja memperhatikan Mariam, bukan lain karena Mariam puteri
gurunya dan mbakyu seperguruannya pula.
Akhirnya mereka meninggalkan Gunung Jimat. karena hari lebaran sudah dekat.
Sekalipun janji dan tantangan perkelahian itu hanya antara Swara Manis dengan
Darm0 Saroyo dan Prayoga. akan tetapi perkembangannya menjadi meluas, sebagai
akibat sikap dan tingkah laku Swara Manis sendiri, hingga kemudian banyak orang
yang membenci.
Jim Cing Cing Goling menduga. tentu pihak Hajar Sapta Bumi sebagai kakek Swara
Manis, sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, guna menghadapi penyerbuan
tokoh-tokoh ke padepokannya. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diharapkan, ia
memberi nasihat dan petunjuk kepada rombongannya.
"Denok, sudah tahukah engkau apa yang disebut siasat "kosong itu isi" dan "isi itu
kosong?" tanyanya ke pada Sarini.
Ketika itu Sarini sedang melamun, sehingga menyahut seenaknya.
"Tentu saja tahu."
"Bagus! Karena kita tidak menduga bahwa Swara Manis tidak sebodoh itu, kembali
ke sana mengambil batu mustika itu, maka aku tadi berpendapat, kita tidak perlu
kembali ke tempat batu mustika. Akan tetapi sekarang aku berpendapat lain. Pemuda
licik itu tentu memperhitungkan bahwa kita takkan datang ke sana. Maka aku menjadi
yakin, Swara Manis datang ke sana untuk mengambil batu mustika itu."
"Ya, akupun menduga begitu."
"Akupun setuju kembali ke sana!" Wasi Jaladara memberikan pendapatnya.
Mereka menuju ke tempat batu mustika. Mereka bergerak berpencaran dan hati-hati,
agar tidak diketahui oleh Swara Manis. Dalam usaha menjelidik ini, Sarini
memerintahkan Joli dan Jodhang supaya menggunakan ketajaman penciumannya
mencari Swara Manis. Akan tetapi walaupun mengembang-kempiskan hidungnya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
binatang itu tidak juga menemukan tempat Swara-Manis bersembunyi.
Wasi .Jaladara memberikan pendapatnya,
"Sekalipun orangnya tidak ada, batu mustika itu tentu masih di tempat semula. Kita
harus mencari batu itu dengan berpencar. Tetapi ah, di tempat ini penuh dengan batu.
Kemanakah kita harus mencari? Hem, lebih baik kita tunggu saja di sini sampai
beberapa hari. Percayalah bedebah itu akan datang sendiri."
"Tak mungkin!" Sarini membantah.
Wasi Jaladara Mendelik.
"Eh, mengapa engkau mendelik?" Sarini tak senang.
"Cobalah paman jawab pertanyaanku. Andaikata dia tidak datang, apakah paman
sanggup menunggu sampai setahun atau dua tahun?"
"Kalau hal itu memang perlu. mengapa tak sanggup?" sahutnya. Wasi Jaladara
memang seorang jujur, tanpa berpikir jauh ia sudah menyanggupkan diri.
"Jangankan hanya satu atau dua tahun. Sekalipun sampai limapuluh tahun, aku akan
sanggup menunggu di sini." Sarini ketawa cekikikan.
Setelah berunding beberapa saat. mereka kemudian memutuskan untuk meninggalkan
tempat ini. Karena menunggu di tempat ini berarti membuang waktu, padahal mereka
harus mencari Ali Ngumar secepatnya.
Belum juga mereka berangkat, mendadak mereka terkejut mendengar lengking tajam.
Pertama kali terdengar di tempat jauh, tetapi sesaat kemudian sudah menjadi dekat dan
disusul berkelebatnya sesosok tubuh orang. Berbareng dengan kemunculannya. angin
tajam sudah menyambar ke arah Jim Cing Cing Goling dan teman-temannya. Empat
orang itu cepat menghindar, sedang Jim Cing Cing Goling menghindar sambil
membalas memukul.
Joli dan Jodhang yang tidak kenal bahaya. tidak sempat menghindar. Akibatnya dua
orang utan itu memekik keras dan terlempar.
Pendatang itu bukan lain ladrang Kuning. Begitu tiba tanpa membuka mulut, terus

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
saja melancarkan serangan dahsyat.
Sebenarnya Prayoga dan Sarini ingin memberi hormat kepada ibu guru mereka.
Akan tetapi Jim Cing Cing Goling cepat mencegah, karena orang tua itu sudah melihat
gelagat yang kurang baik.
Dugaan Jim Cing Cing Goling ternyata benar. Di saat Sarini dan Prayoga
berjongkok untuk memberi hormat. Ladrang Kuning ketawa seram sambil
mengayunkan tangan hendak memukul. Tangan kanan menyerang Prayoga. sedang
tangan kiri menyerang Sarini.
Untung Sarini dengan tangkas melesat ke atas menghindarkan diri. Sebaliknya
Prajoga yang kurang waspada, sudah terlempar setombak lebih jauhnya. Masih untung
serangan itu melesat hanya tersambar oleh angin saja, sehingga tidak berbahaya.
Kegagalan Ladrang Kuning menghajar dua orang murid suaminya ini, bukan lain
oleh peringatan Jim Cing Cing GOling. Ia menjadi marah kemudian menuding kakek itu
sambil membentak,
"Hai Cing Cing Goling! Engkau tua bangka yang tidak tahu malu. Engkau tua
bangka yang tidak malu melakukan perbuatan hina. Huh-huh. dosamu tidak mungkin
dapat diampuni. Maka sekarang mintalah pamit kepada sanak keluargamu. Karena
sebentar lagi engkau harus mampus oleh tanganku."
"He-heh-heh. apakah sebabnya engkau mengoceh tidak keruan?" damprat Jim Cing
Cing Goling.
Akan tetapi Ladrang Kuning tidak mau menjawab, dan ia memukul lagi. Sebaliknya
Jim Cing Cing Goling tak mau ditelan mentah-mentah. Ia sudah pernah berkelahi dan
merasakan kesaktian perempuan itu. Mengingat pengalaman yang sudah lalu, ia tak
mau menerima pukulan yang kedua.Ia tak mau menyambut dan menghindari pukulan
itu. kemudian membalas memukul.
"ladrang Kuning, mengapa engkau tak tahu aturan seperti ini?" teriak Jim Cing Cing
Goling.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Akan tetapi ladrang Kuning tak membuka mulut. Ia meneruskan pukulannya dengan
pukulan yang lebih berbahaya. Ia menggunakan dua tangannya memukul berbareng.
Selain cepat dan dahsyat, gerak perobahan dan arah sasarannya tidak terduga.
Jim Cing Cing Goling seorang tokoh kawakan dan sakti mandraguna. banyak
pengalaman dan sudah puluhan kali berkelahi.Ia jarang tandingan. namun menghadapi
serangan Ladrang Kuning ini, ia menjadi kelabakan juga.
Untuk menghindari pukulan ladrang Kuning, ia menjejak tanah dan tubuhnya
melenting tinggi. Tetapi ah. Ternyata ladrang Kuning tetap membayangi.
Jim Cing Cing Goling melancarkan pukulan dari udara. Serangan ini memaksa
Ladrang Kuning harus menangkis karena tidak sempat menghindar.
Krak !! begitu dua tangan berbenturan. keduanya sama-sama berjungkir-balik.
Begitu kaki dua orang itu menginjak bumi. masing-masing sudah berputar tubuh dan
siap berkelahi lagi.
"Jim Cing Cing Goling, dengarlah!" seru Ladrang Kuning.
"Hari ini aku hendak membasmi racun dunia yang mengacau ketenteraman dunia.
Mengapa engkau menuduh aku tidak tau aturan? Huh, terhadap kawanan bangsat yang
keji macam kalian, perlu apa aku menggunakan segala macam aturan yang pantas?"
"Hai Ladrang Kuning. Siapakah yang engkau maki sebagai kawanan bangsat itu?
Anak menantumu itu sendiri yang sesungguhnya pantas memperoleh sebutan itu."
ladrang Kuning berjingkrak, 'Jangan mengoceh tidak keruan. Hayo cepat katakan
terus-terang. Apa yang sudah engkau lakukan terhadap anakku Mariam? Huh.
sekarang kalian harus mengganti jiwa. Tidak seorangpun dari kamu ini, boleh pergi
dari sini."
Setelah berkata, ladrang Kuning menerjang Wasi Jaladara, Prayoga dan Sarini
sekaligus. Serangan itu cepatnya seperti tatit menyambar, sehingga tiga orang itu tidak
sempat menghindar lagi. Tahu-tahu, mereka sudah roboh tidak berkutik lagi karena
menjadi lumpuh.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Habis merobohkan tiga orang itu. ladrang Kuning terus melancarkan serangan
berbahaya kepada Jim Cing Cing Goling. Cepatnya bukan kepalang. sehingga Jim Cing
Cing Goling tidak mungkin dapat menolong kawannya.
Dalam usaha membela diri, Jim Cing Cing Guling mengeluarkan ilmu simpanannya.
Tangan kanan menangkis dan tangan kiri membalas memukul. Tetapi Ladrang Kuning
tak memberi kesempatan lagi. Kalau Jim Cing Cing Goling menangkis dan memukul, ia
juga berbuat demikian. Serangan yang pertama disusul yang kedua. Dan.. pukulan
beradu dengan dahsyat. Tiga jari Ladrang Kuning melengkung ke samping berusaha
mencakar. Tetapi kelima jari Jim Cing Cing Goling merapat menjadi satu untuk
menangkis sambaran tangan, dilanjutkan meninju dada.
Ladrang Kuning tidak berani menangkis. Ia menarik kembali tangannya lalu menjepit
lengan lawan. Begitu Jim Cing Cing Goling menahan tangannya. Ladrang Kuning
sudah meloncat mundur, kemudian mereka berhantam lagi lebih seru.
Perkelahian dua orang tokoh sakti itu tambah seru. Diam-diam Jim Cing Cing
Goling harus mengakui kesaktian wanita itu. Dan yang lebih mengerikan. pukulan
Ladrang Kuning mengandung angin yang dingin sekali. sehingga sulit dibedakan mana
yang kosong dan mana yang isi. Setiap kali berbenturan tangan, Jim Cing Cing Goling
merasakan tenaga sakti yang lembek lebih berbahaya dibanding tenaga keras.
Diam-diam Jim Cing Cing Goling merasa sayang sekali. Kalau saja otak ladrang
Kuning tidak kacau, wanita ini akan menjadi pendekar wanita yang jarang tandingan.
Sementara perkelahian dua orang itu tambah seru, Wasi Jaladara, Sarini dan
Prayoga masih menggeletak di tanah tidak berkutik. Apabila ladrang Kuning
menggunakan kesempatan untuk turun tangan, niscaya tiga orang ini akan mati.
Untunglah Prayoga sekarang bukanlah Prayoga beberapa bulan yang lalu. Semua
itu bukan lain atas jasa Jim Cing Cing Guling, yang sudah memberi gemblengan dalam
hal tenaga dalam maupun tenaga sakti. Justru memiliki tenaga sakti yang lebih tinggi
dibanding yang lain, Prayoga lebih dahulu dapat membebaskan diri dari kelumpuhan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tubuh. Setelah dirinya bebas dari kelumpuhan, ia cepat menolong Wasi Jaladara dan
Sarini. Setelah mereka semua bebas, kemudian mereka bertiga menghampiri dua orang
yang sedang berkelahi itu.
Mendadak Sarini kaget dan menegur,
"Kakang, engkau mau ke mana?"
Prayoga tidak menyahut.Ia melangkah lalu berdiri di tepi gelanggang perkelahian
sambil berseru,
"Ibu, sudilah ibu mendengarkan apa yang akan aku katakan."
Saat itu sebenarnya Ladrang Kuning sedang memusatkan seluruh perhatian, dalam
usaha untuk mengalahkan Jim-Cing Cing Goling. Seruan Prayoga itu mengejutkan
ladrang Kuning, di samping menjadi heran. Mengapakah sebabnya bocah itu dapat
membebaskan diri dari kelumpuhan dalam waktu singkat? Diam-diam dalam hatinya
berpikir,
"Mungkinkah bocah itu mempunyai ilmu ajaib?"
Karena pikirannya terganggu oleh rasa heran, gerakannya menjadi agak lambat.
Wut... hampir saja ia terkena pukulan Jim Cing Cing Goling. Untung ia dapat bergerak
gesit sekali, dalam keadaan yang sulit masih dapat menghindarkan diri dari pukulan
lawan.
Kemudian ladrang Kuning menghampiri Prayoga. Setelah jarak menjadi lebih dekat,
ia dapat memandang Prayoga secara jelas. Tampaklah sepasang mata bocah itu
bersinar tajam sekali, pertanda sudah memiliki tenaga sakti tingkat tinggi. Namun ia
dapat menduga, tenaga sakti pemuda ini bukanlah berasal dari ajaran Ali Ngumar.
"Hai bocah," tegurnya.
"Apakah ilmu yang kau miliki sekarang ini berasal dari ajaran gurumu?"
"Sudah tentu dari guru!" sahutnya mantap. Ia seorang pemuda jujur. Ia tidak merasa
mendapatkan ilmu dari orang lain, kecuali dari gurunya. Sebab Jim Cing Cing Goling
tidak memberi pelajaran, hanya menggembleng dan memberi petunjuk cara melatih

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
diri. Ladrang Kuning beringas. Katanya dingin,
"Hemm. tidak mungkin dalam rumah perguruanmu dapat memberikan pelajaran ilmu
tenaga sakti seperti itu jahatnya!"
Prayoga tercengang keheranan. Untung Jim Cing Cing Goling cepat menolong,
"Hai ladrang Kuning! Engkau jangan bicara sembarangan. Apakah sebabnya engkau
selalu mencari perkara dengan suamimu?"
"Jawablah cepat. Di mana engkau menyembunyikan anakku . Mariam? Huh, awas
jika berani membohong, kalian takkan mampu pergi dari tempat ini." Ladrang Kuning
mengancam.
Sarini yang mendongkol dan ringan mulut, tak kuasa lagi menahan kembaran,
"Wah wah, sungguh ucapan yang tak kepalang tanggung."
Ladrang Kuning mengamati Sarini tajam. Belum lama berselang dirinya telah ditipu
mentah-mentah. Hatinya panas dan kemarahannya berkobar lagi.
"Hai budak perempuan kecil. Dari empat orang ini, engkaulah yang bakal mati
pertama kali!" ancam Ladrang Kuning.
Sesudah mengancam, tangan wanita sakti ini terulur untuk mencengkeram lengan
Sarini. Saking gugupnya, Sarini menjejakkan kaki, sehingga tubuhnya melenting tinggi
di udara. hingga berhasil menghindarkan diri.
Akan tetapi betapapun, tingkat kepandaian Sarini masih kalah jauh dibanding
dengan Ladrang Kuning. Kalau tadi sampai terjadi serangannya luput. Karena ladrang
Kuning memandang rendah kepada gadis itu.
"Bagus!" serunya geram.
"Kiranya engkau membanggakan ilmu kepandaianmu. sehingga berani lancang
menjual anakku Mariam."
Sambil mendamprat, ladrang Kuning bergerak maju dengan gesit. Usahanya
berhasil, sambil mencengkeram ia juga memukul punggung.
Sarini kaget sekali. Ketika merasakan punggungnya sakit. Jelas Ladrang Kuning tadi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyerang dari depan, tetapi mengapa punggungnya sakit? Dalam keadaan seperti ini.
ia sadar. Kalau berkeras meronta akan menderita lebih hebat. Karena itu ia memilih
tangannya dicengkeram oleh Ladrang Kuning. sehingga pergelangan tangannya sudah
dapat dicengkeram wanita itu. Tanpa membuka mulut, Ladrang Kuning sudah
mengangkat tangan kanan dengan maksud memukul kepala gadis itu.
Prayoga terkejut sekali. Untuk menolong sudah tidak mungkin lagi. tetapi berdiam
diri juga tidak mungkin. Untung sekali di tempat ini terdapat Jim Cing Cing Goling,
yang kemudian berteriak nyaring,
"Tunggu dulu!"
"Tua bangka!" bentak Ladrang Kuning.
"Engkau hendak menipu diriku dengan cara apa lagi? Huh, sesudah satu persatu di
antara kamu mati, maka engkaulah merupakan giliran yang terakhir."
Jim Cing Cing Goling tidak menggubris ancaman itu, berkata,
"Hai Ladrang Kuning. Kalau kami dapat menunjukkan tempat anakmu perempuan
itu, lalu bagaimana?"
"Hemm, semua itu harus menunggu sampai aku dapat menemukan Mariam. dan
bertanya sendiri kepada anakku tentang peristiwa yang dialami, dan sesudah itu aku
baru dapat mengambil keputusan. Hem, sekalipun begitu aku sudah tahu bahwa semua
yang sudah terjadi. bukan lain merupakan tipu muslihat budak perempuan yang hina
ini. Huh, mengingat akan dosanya, lebih tepat kiranya apabila hukuman untuk bocah ini
aku laksanakan sekarang juga."
"Heh-heh-heh, sayang sekali engkau dapat ditipu orang.... "
"Apa?" tukas ladrang Kuning memutuskan ucapan Jim Cing Cing Goling.
"Siapa yang menipu aku?"
"Hem, aku ingin mendengar jawabanmu. Siapa yang sudah memberitahu kepadamu
bahwa kami berada di sini?"
"Tidak ada orang lain kecuali anak menantuku Swara Manis."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Wasi Jaladara yang polos tetapi membenci Suara Manis yang banyak tipu
muslihatnya menggeram marah. Namun sebelum membuka mulut, Jim Cing Cing
Goling sudah mendahului.
"Heh-heh-heh, bocah itu memang sangat licin. Karena Swara Manis takut datang
sendiri ke mari, maka telah menipu engkau dengan meminjam tanganmu."
"Ngacau saja. Tidak mungkin aku dapat ditipu orang!"
"Orang biasa memang sukar menipu engkau yang cerdik sekali." Jim Cing Cing
Goling berusaha memuji Ladrang Kuning.
"Akan tetapi manusia seperti Suara Manis, tidak sulit menipu dirimu. Nah. sekarang
dengarkan dahulu ceritaku ini."
Jim Cing Cing Guling segera menceritakan peristiwa yang telah terjadi secara
ringkas. Diceritakan bahwa Swara Manis telah datang kepada Surogendilo, lalu
menukarkan Mariam dengan pedang pusaka Nyai Baruni milik Ladrang Kuning. Tetapi
dalam usahanya menutupi perbuatannya, Swara Manis malah menuduh Sarini dan yang
lain telah menjual kepada Surogendilo. Padahal mereka datang ke tempat tinggal
Surogendilo, dalam usahanya menolong Mariam.
Kemudian Jim Cing Cing Goling menutup keterangan dengan memberikan bukti
bukti. Katanya,
"Hai Ladrang Kuning! Jika engkau masih juga belum percaya akan keteranganku ini,
engkau dapat kami tunjukkan bukti-bukti. Batu mustika yang dibacok oleh pedangmu
Nyai Baruni masih di tempat ini. Dan itu... mayat Dasa Muka masih menggeletak.
Semua itu bukan lain sebagai hasil perbuatan Swara Manis."
"Tetapi mengapa dia memberi keterangan lain kepada diriku, dan menerangkan
kalianlah yang sudah menukarkan anakku Mariam dengan dua ekor orang utan itu?"
"Mengapa engkau hanya percaya kepada keterangan palsu dari manusia busuk
macam Swara Manis?" kata Sarini yang tak kuasa lagi menahan mulutnya .
ladrang Kuning mendelik marah. Hardiknya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Jadi maksudmu, aku harus hanya mendengar dan percaya akan keteranganmu?"
Karena ngeri dan takut, Sarini tidak berani membuka mulut lagi.
Prayoga yang kemudian memberanikan diri, berkata,
"Ibu, untuk membuktikan keterangan paman Cing Cing Go-ling, biarlah aku
sekarang berusaha menemukan batu mustika itu."
Sesudah berkata, Prayoga melangkah pergi untuk mencari.
"Baik, apabila engkau berhasil menemukan batu mustika itu, barulah aku dapat
mempercayai keterangan kalian. Hemm, bagaimanapun aku tidak dapat percaya, Swara
Manis berani menipu diriku. Ketika aku bertemu dengan dia, dia menerangkan akan
pergi ke Gunung Slamet untuk mengundang Hajar Sapta Bumi, dengan maksud agar
dapat menolong Mariam."
"Ha-ha-ha," Jim Cing Cing Goling ketawa bekakakan.
"Itu satu bukti lagi kebohongannya. Jika benar dia bermaksud menolong anakmu
Mariam, tentunya begitu bertemu dengan engkau, kiranya sudah cukup kuat untuk
menyelamatkan Mariam. Karena dengan tenagamu, jelas Surogendilo tidak mungkin
sanggup menghadapi. Akan tetapi apakah sebabnya Swara Manis tidak ikut dirimu dan
tetap pergi menuju Gunung Slamet?"
Ladrang Kuning terbungkam mendengar keterangan ini. Dalam hatinya dapat
menerima alasan Jim Cing Cing Goling. Dan menurut penilaiannya sendiri. siapa lagi
manusia di dunia ini yang sanggup berhadapan dengan diriku mengadu kesaktian?
Karena terpengaruh, cengkeramannya menjadi kendor. Namun Sarini masih juga
belum dapat melepaskan diri, lalu beriba,
"Ibu, kakang Prayoga sudah pergi mencari bukti itu. Sekarang saya berharap,
hendaknya ibu dapat membebaskan aku."
Tanpa menjawab Ladrang Kuning sudah mendorong. Akibatnya tubuh Sarini
terhuyung beberapa langkah. Sekarang setelah dirinya bebas, dara genit ini tidak
berani sembarangan membuka mulut. Khawatir dirinya celaka di tangan ladrang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kuning. Yang dapat dilakukan sekarang tinggal menunggu kembalinya Prayoga yang
sedang mencari batu mustika.
Akan tetapi sampai matahari tenggelam di barat dan cuaca gelap, Prayoga belum
juga muncul kembali. Karena khawatir Wasi Jaladara minta persetujuan untuk
menyusul Prayoga, dan diijinkan oleh Ladrang Kuning. Memang bukan pekerajaan
yang gampang mencari sesuatu di tempat ini. Karena tempat ini merupakan hutan yang
lebat, dan semak belukar menutup lapisan tanah.
Yang masih tinggal di tempat hanya Jim Cing Cing Guling, Sarini dan Ladrang
Kuning, Joli dan Jodhang. tidak nampak, agaknya dua ekor binatang itu ketakutan
kepada Ladrang Kuning atau sedang mencari pengisi perut.
Cukup lama mereka menunggu. Akan tetapi Prayoga dan Wasi Jaladara belum juga
muncul kembali. Keadaan ini membuat Ladrang Kuning curiga. Wanita tidak waras
otaknya ini, kemudian ketawa-ketawa sendiri, akan tetapi nadanya mengejek.
Mendengar nada ketawa perempuan itu, Sarini menghampiri Jim Cing Cing Goling,
lalu berkata lantang,
"Kakang Prayoga dan paman Jaladara selama ini merupakan orang-orangjujur dan
dapat dipercaya. Agaknya mereka bertekat menemukan batu tersebut sampai ketemu.
Tetapi mengingat keadaan, usaha mencari itu tidaklah mudah. Ahh, kasihan juga
mereka yang sudah bersusah payah, kalau masih juga tidak dipercaya."
Jim Cing Cing Goling tertawa terkekeh. Dalam hati memuji kecerdikan Sarini yang
sudah menyindir Ladrang Kuning.
"Huh,jangan bergembira dulu!" hardik Ladrang Kuning.
"Kalau ternyata mereka lari, nyawamu berdua sebagai gantinya."
Berhadapan dengan Ladrang Kuning yang selalu ingin menang sendiri, Jim Cing
Cing Goling tak dapat mengalah lagi, lalu berkata,
"Hai Ladrang Kuning, dengarkanlah! Engkau tak dapat menahan diriku lebih lama
lagi karena aku masih mempunyai urusan lain yang lebih penting. Tetapi apabila

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
engkau masih penasaran, baiklah kita tetapkan saja waktu yang lebih baik untuk
bertanding. Untuk kepentingan itu kita undang seluruh tokoh sakti, agar dapat
menyaksikan siapa di antara kita yang lebih sakti. Hemm, mati dalam perkelahian yang
disaksikan oleh para tokoh sakti, lebih berharga dibanding mati konyol."
"Engkau akan pamer ilmu kesaktian apa lagi?" tanya Ladrang Kuning dengan nada
meremehkan.
"Tentu saja masih banyak."
Tetapi Ladrang Kuning sambil menuding pundak Jim Cing Cing Goling yang pernah
dapat dilukainya. lalu berkata mengejek,
"Tangan siapakah yang pernah melukai pundakmu itu?"
"Dan siapakah yang pernah berhasil merampas benda dari tanganmu?" balas Jim
Cing Cing Guling.
ladrang Kuning terbakar lagi kemarahannya. Kemudian ia menantang,
"Jika engkau ingin mengadu kesaktian, sekarangpun jadi! Mengapa harus mencari
waktu lain? Hi-hi-hik, apakah engkau masih akan berusaha mencari ilmu kesaktian?"
"Baik, aku terima tantanganmu!" sambut Jim Cing Cing Goling.
"Aku ingin sekali mengenal ilmu kesaktian nenek Naga Gini."
"Hemm, silahkan memulai."
Karena sudah terdesak, apa boleh buat. Mau tidak mau sekarang harus melayani
tantangan ladrang Kuning untuk bertanding. Tetapi sebelum dua orang itu bergebrak
tiba-tiba tampak berkelebat sesosok bayangan. Semula mereka menduga pendatang itu
Prayoga, maka mereka cepat memanggil. Namun ternyata kemudian yang hadir
seorang tokoh tua kerdil, yang bukan lain Ndara Menggung alias Sampar Mega. Begitu
tiba, kakek kerdil ini sudah berteriak,
"Heh-heh-heh, Cing Cing Goling. Aku sudah menduga bahwa sesudah engkau
mendapat ular Gadung Dahana, engkau segera pergi ke tempat ini. Huh-huh, engkau
sudah menipu diriku dengan dalih supaya melatih ilmu tongkat itu. Hayo, alasan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
apakah yang akan kau kemukakan?"
"Hai Ndara Menggung, cepatlah ke mari. Cepat, sekarang engkau akan aku
perkenalkan dengan Ladrang Kuning yang sangat masyhur itu."
"Huh, aku sudah tahu."
Tiba-tiba Sarini berkata seorang diri,
"Hemm, mengapa lama sekali mereka tidak kembali? Kalau begitu sebaiknya aku
pergi menyusul."
"Huh, engkau akan melarikan diri?" bentak Ladrang Kuning yang menjadi curiga.
"Denok, jangan pergi dan jangan membiarkan dirimu dihina orang," Jim Cing Cing
Goling memberi nasihat.
Lalu ia memalingkan muka ke arah Ndara Menggung, berkata,
"Hai Sampar Mega. Ilmu permainan tongkat itu sebenarnya masih kurang satu jurus.
Hem, engkau ingin mempelajari atau tidak?"
"Sudah tentu!" Ndara Menggung gembira sekali, lalu mengibaskan tongkat di
tangannya, yang sesungguhnya milik Wasi .Jaladara.
"Nanti dulu! Engkau harus mengerjakan perintahku lebih dulu."
"Lekas berikan perintah itu, dan akan aku laksanakan."
"Pergilah engkau mencari dua orang sahabatku. Yang seorang bertubuh tinggi besar
dengan kepala gundul, dan berpakaian seperti pendeta. Seorang lagi masih muda, dan
engkau sudah kenal bernama Prayoga. Mereka tadi pergi dalam usaha mencari benda
berharga di sekitar tempat ini. Tetapi sayang sekali, mereka sudah lama pergi belum
juga datang kembali."
Biasanya si kerdil ini menerima perintah tanpa pikir lagi. Namun sekali ini Ndara
Menggung tidak mau. Ia mendelik dan berteriak.
"Huh, engkau tak mau pergi sendiri, dan sekarang aku kan perintah pergi. Huh, aku
tahu. Engkau akan menipu aku lagi, bukan?"
"Sampar Mega. Aku tidak pergi karena ada orang yang melarang. Karena orang itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
curiga kalau aku melarikan diri."
"Hai, siapa yang melarang? Kalau memang ada biarlah aku yang mewakili engkau
untuk memukulnya dengan tongkat ini." Sambil berkata Ndara Menggung sudah
menggerakkan tongkatnya.
Jim Cing Cing Coling yang merasa mendapat kesempatan baik, tidak menyia-nyiakan
kesempatan ini.Ia ingin mendapat bantuan Ndara Menggung untuk melawan Ladrang
Kuning. Sambutnya cepat,
"Hai, engkau akan memukul orang itu? Huh, engkau jangan sombong dan membuka
mulut sembarangan. Aku kuatir engkau yang akan menerima pukulannya."
"Gila! Siapa sudi? Hayo, cepatlah orang itu suruh datang ke mari!" tantangnya
mantap.
Jim Cing Cing Goling menunjuk ke arah Ladrang Kuning, lalu jawabnya,
"Dialah orangnya."
Ndara Menggung cepat melompat tanpa membuka mulut, langsung memukul kepala
Ladmng Kuning dengan tongkatnya.
Menyaksikan lagak orang kerdil yang angin-anginan itu, Ladrang Kuning marah
sekali. Serunya merendahkan.
"Huh, telor busuk macam engkau, masih berani menjual lagak didepanku?"
Tanpa kesulitan ladrang Kuning sudah dapat meng hindarkan diri, dan serangan
pertama itu luput. Tetapi Ndara Menggung pantang mundur. Ia melancarkan
serangannya yang ke dua sambil berteriak,
"Heh-heh, si telor busuk ini memang tidak mau menjual lagak kepadamu. Akan tetapi
hendak menyuruh engkau merasakan pukulan tongkatku ini satu kali saja!"
Ladrang Kuning mendongkol, lalu bergerak ke samping. Celakanya Ndara
Menggung mengejar dan serangan susulannya ke arah pinggang.
Sesudah dua orang itu berkelahi seru, Jim Cing Cing Goling cepat-cepat menarik
tangan Sarini sambil berkata,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Hayo, mereka kita cari. Kita sekarang bebas, dan biarkan dua orang itu saling
cakar sendiri."
Sarini memuji kecerdikan Jim Cing Cing Goling. Tetapi sebaliknya Ladrang Kuning
amat mendongkol menghadapi orang kerdil ini. Beberpa kali ia berusaha lolos untuk
mengejar, akan tetapi Ndara Menggung selalu menghalangi dengan sambaran
tongkatnya.
Karena tongkat yang menyerang dirinya sulit diterobos, Ladrang Kuning berseru
mengancam,
"Telor busuk! Usahakan jangan sampai bertemu aku lagi kemudian hari. A-pabila
sampai bertemu, engkau akan mampus."
Mendengar ancaman ini, inginlah Sarini membalas mencaci-maki. Untung sebelum
gadis ini sempat membuka mulut, Jim Cing Cing Goling sudah mencegah. Menurut
kakek itu, tidak ada gunanya melayani Ladrang Kuning, yang penting dapat lolos
secepatnya.
Sulit digambarkan betapa marah dan penasaran Ladrang Kuning, orang yang akan
dibunuh dapat melarikan diri, gara-gara munculnya orang kerdil ini. Sudah tentu
segala kemarahannya lalu ditimpakan kepada Ndara Menggung. Celakanya ia
berhadapan dengan orang linglung, yang sulit diajak bicara. Malah kakek kerdil itu
berkata merendahkan,
" Rasakanlah satu kali saja pukulan tongkatku ini. Sesudah engkau berhasil aku
pukul, engkau akan aku biarkan pergi meninggalkan tempat ini."
Manakah mungkin Ladrang Kuning menyediakan dirinya untuk dipukul orang? Dia
seorang wanita sakti dan angkuh. Dia pantang mengaku kalah kepada lawan, dan
manakah mungkin sedia mengalah kepada kakek linglung ini?
Dalam penasarannya, Ladrang Kuning tidak lagi bermaksud mencari kesempatan
lolos. Ia harus dapat menghajar kakek sinting ini biar kapok. Ia lalu membalikkan
tangan kiri, sedang tangan kanan bergerak memukul tongkat yang tengah menyambar.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Trang ...tongkat Ndara Menggung terpental.
Ndara menggung sangat terkejut. Ia tak pernah menyangka tongkatnya dapat
ditangkis dengan tangan. Ndara Menggung tidak menyadari bahwa ladrang Kuning
telah menggunakan-ilmu meminjam tenaga. Akibatnya tongkat yang mental itu
membalik dan hampir memukul dada Ndara Menggung. Untung Ndara Menggung
termasuk tokoh sakti, dan menguasai berbagai macam ilmu tata kelahi. Ia cepat
memiringkan tubuh, lalu terhuyung ke samping menggunakan ilmu Jathayu Nandang
Papa. Begitu bebas dari ancaman tongkat. ia cepat menggerakkan tongkatnya lurus ke
depan untuk menyerampang betis Ladrang Kuning.
Diam-diam ladrang Kuning Kagum juga menghadapi sepak terjang orang kerdil ini.
Sadar keadaan ia tidak berani meremehkan. Untuk mengalahkan orang kerdil ini,
dirinya harus mencurahkan seluruh perhatian dan kesaktian.
Sesudah berhasil menghindar. Ladrang Kuning merendahkan tubuh dan berbareng
itu ke lima jari' tangannya menyambar tongkat lawan. Akan tetapi kakek linglung itu
tidak mau membiarkan tongkatnya dirampas-orang. Secepat kilat ia telah melenting
kemudian menghantam kepala Ladrang Kuning.
ladrang Kuning tambah penasaran sambarannya luput. Padahal ia tadi sudah yakin,
sambarannya tentu berhasil. Saking marah. Ladrang Kuning telah memekik nyaring
sambil menyalurkan tenaga sakti lewat suara.
Pekikan itu menyebabkan Ndara Menggung tertegun sejenak. Tetapi mulutnya
mengomel penuh rasa sesal,
"Kurangajar! Mengapa engkau tidak mau aku pukul sekali saja? Jika aku tak
berhasil memukul engkau, celakalah aku. Huh, aku diejek oleh Jim Cing Cing Goling."
Bagaimanapun, kakek kerdil itu setengah linglung. Sekalipun sakti, otaknya tidak
dapat bekerja secara wajar, ia tidak menyadari bahwa pekikan Ladrang Kuning itu
amat berbahaya. Ndara Menggung hanya merasakan sambaran angin yang dahsyat.Ia
menggerakkan tongkatnya. memukul ke samping. Tetapi ah, Ladrang Kuning seperti

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
lenyap di telan bumi.
Di saat Ndara Menggung belum menyadari keadaan, tahu-tahu ia merasakan
punggungnya sakit sekali, dan hawa yang amat dingin telah menerobos masuk ke tulang
dan sungsumnya.
Ia mengeluh dan buru-buru mengerahkan tenaga sakti untuk melawan. Ketika
membalikkan tubuh, ternyata ladrang Kuning telah berdiri di depannya dan sepasang
mata perempuan itu menjinarkan cahaya hijau seperti sepasang mata harimau.
Ndara menggung menggigil. Tetapi bukan karena takut, melainkan oleh pengaruh
hawa dingin yang menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Akan tetapi dasar kakek
linglung. Walaupun sudah terluka, ia belum juga menyadari telah dipedaya oleh Cing
Cing Goling. ia sudah terluka, tetapi ia masih juga mengoceh,
"Hemm, perempuan ini benar-benar sakti, dan Jim Cing Cing Goling berkata
sebenarnya. Huh, aku tak dapat memukul sebaliknya aku malah kena pukul. Ah, tetapi
masih sembilan kali. Sekarang aku ingin bertanya, terus berkelahi apa tidak?"
Melihat wajah Ndara Menggung sudah kehijau hijauan, tetapi mulutnya masih juga
mengoceh tidak keruan, Ladrang Kuning tidak mau menggubrisnya lagi. Kemudian ia
berputar tubuh, lalu melangkah pergi tanpa menoleh lagi.
Ternyata Ndara Menggung memang seorang sakti dan ulet. Sekalipun separo tubuh
bagian kiri sudah dalam keadaan mati rasa, tetapi separo bagian kanan masih dapat
bergerak normal. Karena ditinggalkan oleh ladrang Kuning, kakek kerdil ini amat
mendongkol dan berteriak.
"Hai... tunggu dulu! Rasakan dulu tongkatku ini, sekali saja sudah cukup!"
Sambil berteriak, kakek kerdil ini mengayunkan tongkatnya. Ladrang Kuning tidak
pernah mimpi bahwa orang kerdil itu masih mampu bergerak dan menyerang. Karena
tak pernah diduganya. ia menjadi lengah.
Crak... !!
tumitnya terpukul dan hilanglah keseimbangan tubuh perempuan itu, dan saat itujuga

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ladrang Kuning roboh terduduk. Kendati telah menderita luka cukup parah, masih juga
membuat tumit ladrang Kuning terluka berat, tulangnya patah.
Setelah berhasil memukul Ladrang Kuning, kakek kerdil ini tampak puas. Ia segera
mundur beberapa langkah. Akan tetapi ah... iapun tak mampu lagi berdiri dan
kemudian jatuh terduduk di atas tanah, sedang napasnya memburu tak keruan.
Dahulu selama masih bersama suaminya, Ladrang Kuning tidak pernah mengalami
kekalahan dalam setiap perkelahian, oleh bantuan suami. Hingga bersama Kilat
Buwono, dirinya berhasil menjagoi dunia dengan sepasang pedang yang tak pernah
terkalahkan. Akan tetapi sekarang, berhadapan dengan Ndara Menggung, dirinya
menderita luka oleh tongkat. Hal ini membuat perempuan itu merenung-renung,
menyesal berbareng kecewa. Kendati luka itu tidak berbahaya. namun hal ini akan
memaksa kepada dirinya untuk istirahat beberapa hari. guna menyembuhkan lukanya.

*****

"'DENDAM KESUMAT"
Karya : Widi Widayat Jilid : III
LUKANYA ini menimbulkan kekhawatiran dalam hatinya, kalau Ndara Menggung
kemudian hari membual kepada orang, telah berhasil melukai dirinya. Akan tetapi
ketika melihat Ndara menggung duduk di atas tanah sambil memejamkan mata, ia
menjadi lega.
Ia tahu, kakek kerdil itu telah menderita luka parah oleh pukulan hawa dingin.
Setelah menderita luka separah itu, tidak mungkin kakek itu dapat selamat, tanpa
bantuan orang lain. Dengan begitu sudah dapat dipastikan, kakek kerdil ini akan tamat
riwayatnya.
Akan tetapi kendati tahu keadaan Ndara Menggung, perempuan ini masih juga

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
merasa penasaran akibat kakinya kena pukul. Kendati kakek kerdil itu akan binasa,
tetapi Ladrang Kuning ingin mempercepat kematian kakek itu. Untuk melaksanakan
maksud ini, tidak ada jalan lain kecuali melakukan pukulan jarak jauh.
Namun pada saat ladrang Kuning akan melancarkan pukulan itu, tiba-tiba Ndara
Menggung membuka mulut dan berseru,
"Hai Ladrang Kuning. Pukulanmu sungguh hebat. Apakah engkau bersedia memberi
petunjuk ilmu tersebut kepada diriku?"
Ladrang Kuning tertegun. Tangan yang sudah siap memukul diturunkan lagi.
Menurut pendapatnya, membunuh orang macam itu tidak ada gunanya. Kemudian ia
tidak perduli lagi, memijit-mijit kakinya, dan tak lama kemudian ladrang Kuning telah
pergi.
Karena tak digubris, Ndara Menggung memejamkan mata lagi, lalu mengerahkan
tenaga sakti untuk melawan pengaruh hawa dingin yang menyerang separo tubuhnya.
Kita tinggalkan dahulu kakek kerdil ini, dan kita ikuti kepergian Sarini dan Jim Cing
Cing Goling. Setelah dua orang ini tiba di tempat yang tumbuh rumput tinggi, mereka
tertegun. Di depan mereka sekarang terbentang sebuah telaga yang cukup luas. Airnya
biru kehijauan, menandakan bahwa telaga itu amat dalam.
"Ya ampun... ke manakah perginya dua orang tolol itu? Batu mustika tak dapat
diketemukan, orang itupun malah tak kunjung muncul lagi." Sarini bersungut-sungut
dan kesal.
Jim Cing Cing Goling tidak menggubris.Ia meneruskan penyelidikannya, lalu
teringatlah ia kepada Swara Manis yang lari ke arah ini. Katanya kemudian,
"Eh, siapa tahu Swara Manis melempar batu ke telaga?"
Sarini juga setuju kepada pendapat kakek itu.
"Ahh..." Jim Cing Cing Goling berseru seperti orang terkejut.
"Mungkinkah Prayoga dan Jaladara mempunyai dugaan seperti kita, kemudian
mereka terjun ke telaga ini"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini terbeliak kaget. Dugaan itu mungkin benar, tetapi sesaat kemudian ia
membantah,
"Tidak! Sebab apabila mereka terjun ke telaga, tentu sudah muncul kembali. Hemm...
tetapi kalau tidak... mungkin mereka mendapat kecelakaan di tempat ini. ... "
Jim Cing Cing Goling menjadi gelisah juga mendengar dugaan Sarini itu. Tetapi
sebagai orang tua, ia cepat menghibur,
"Engkau jangan menduga seperti itu. Siapa tahu mereka benar-benar-takut kepada
ladrang Kuning?"
Akan tetapi Sarini seorang gadis berotak cemerlang dan tidak dapat ditipu. Tanpa
terasa air matanya sudah bercucuran. kemudian berkata,
"Tak mungkin! Kakang Prayoga bukan seorang penakut. Aku menduga telaga ini
dihuni setan ganas yang telah menyeret kakang Prayoga ke dasar telaga. Ah akulah
yang sudah mencelakakan dia "
Sarini terisak-isak.
"Apa maksudmu?" tanya Jim Cing Cing Goling. Tanpa malu-malu lagi ia sudah
menerangkan.
"Dalam perjalanan kemari, aku selalu marah-marah kepada dia, karena dia tidak
tahu bahwa sebenarnya aku sudah jatuh cinta kepada dia. Sepanjang perjalanan aku
selalu mengomel, hingga kemudian kakang Prayoga menemukan batu mustika itu. Ah!
kalau sekarang kakang Prayoga celaka dan mayatnya juga hilang. .. bukankah aku yang
menyebabkan dia tewas.... ?"
Diam-diam Jim Cing Cing Goling sedih sekali, apabila dugaan itu benar terjadi. Ia
sayang sekali kepada pemuda itu, karena jujur dan perwira. Sejak lama ia sudah
memutuskan untuk membimbing pemuda itu agar menjadi pemuda harapan bangsa.
Tetapi kalau sekarang Prayoga tewas, sudah tentu hal ini membuat dirinya kecewa.
Karena Jim Cing Cing Goling berdiam diri, Sarini menjadi makin sedih.
Terbayanglah wajah Prayoga yang ketololan, tetapi berwatak jujur, berani dan penuh

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tanggung-jawab. Sulit bagi dirinya menemukan seorang pemuda seperti Prayoga.
"Huh-huk-huk..." Sarini tak kuasa lagi menahan tangisnya.
"Kalau kakang Prayoga mati, aku bersumpah takkan kawin selama hidup. Aku akan
menjadi wadat, dan sebagai perawan suci sampai mati ...?"
Jim Cing Cing Goling yang gemar berolok-olok itu, hampir saja tertawa,
mentertawakan Sarini. Namun karena khawatir gadis itu marah, ia mengurungkan
ketawanya lalu menghibur,
"Sudahlah denok, jangan menangis. Kalau benar bocah itu sudah tewas, sekalipun
engkau tangisi takkan hidup kembali. Tetapi sebaliknya kalau dia masih hidup,
bukankah air mata dibuang sayang?"
Sarini menjadi malu kemudian berhenti menangis. Namun hal itu hanya sebentar. ia
sudah menangis lagi,
"Huk-huk-huk... jika kakang Prayoga benar mati... aku akan menangis terus sampai
mati... "
"Hemm, Prayoga dan Jaladara bukan laki-laki lemah. Mereka tidak mungkin mudah
putus asa. Dan tidak mustahil kiranya dua orang itu sedang bersembunyi di suatu
tempat." Jim Cing Cing Guling sengaja berteriak nyaring. Menurut pendapatnya kalau
dua orang tersebut masih di sekitar tempat ini, akan mendengar kemudian membalas.
Tetapi celakanya kendati Jim Cing Goling berkali-kali berteriak, tidak juga ada yang
menyahut.
Mendadak Jim Cing Cing Goling tertegun. Ia tidak mendengar lagi suara Ladrang
Kuning dan Ndara Menggung berkelahi. Kalau mereka sudah berhenti berkelahi, tentu
dua orang itu sudah pergi. Kemudian kakek itu memungut sebutir batu dilemparkan ke
telaga. Dari suara telaga itu jelas bahwa air telaga memang amat dalam.
"Kau bisa berenang?" tanyanya. Sarini menggeleng.
"Eh. gurumu jago berenang, mengapa engkau tak bisa?" Sarini berdiam diri.
Kakek itu mengamati Sarini, lalu berkata,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Sarini, percayalah kepadaku. Menurut firasatku, kakak seperguruanmu itu belum
mati. Maka menurut pendapatku, sebaiknya kita pergi mencari gurumu saja. Sesudah
ketemu, kemudian kita pergi bersama-sama ke Gunung Slamet. Bukankah hari raya
Lebaran sudah dekat?"
Sarini setuju.
Kemudian mereka menuju kembali ke tempat semula. Jim Cing Cing Goling melihat
Ndara Menggung duduk bersila di tanah. Sepasang matanya terpejam, tubuhnya
gemetaran dan napasnya kembang kempis.
Melihat itu Jim Cing Cing Goling sangat terkejut.Ia mengerti Ndara Menggung
menderita luka dalam dan gawat.
"Aih... akulah yang sudah mencelakakan dia," serunya.

Kemudian ia menghampiri dan bertanya,


"Kenapa engkau. ... ?"
Saat itu Ndara Menggung sedang berjuang mati matian dalam usaha melawan hawa
dingin yang menyerang dalam tubuhnya. Satu-satunya orang yang diharapkan hadir,
tidak lain Jim Cing Cing Goling, karena ingin menyampaikan sesuatu. Maka begitu
mendengar teguran Jim Cing Cing Goling, kakek kerdil ini gembira dan berkata,
"Cing Cing Goling, perempuan itu benarbenar sakti. Aku terluka oleh pukulannya,
tetapi aku juga berhasil memukul sekali. Dia pergi terpincang-pincang dan lucu sekali...
ha-ha-ha. ... "
Jim Cing Cing Goling menghela napas dan menyesal. Ia tahu bahwa Ndara
Menggung bukanlah tanding ladrang Kuning yang setimpal.
"Engkau dapat memukulnya satu kali, tetapi engkau sendiri?"
Ndara Menggung menunjuk ke arah bahu kirinya, dan Jim Cing Cing Goling terkejut.

"Hai... pundakmu terpukul oleh Ladrang Kuning?" Buru-buru ia memijat jalan darah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
pada punggung. Kemudian ia dapat merasakan denyut jantung yang amat lemah.
Dalam hatinya timbul rasa sangsi, apakah dirinya dapat menolong?
Kendati demikian Jim Cing Cing Goling segera menyalurkan tenaga sakti ke dalam
tubuh Ndara Menggung, dengan maksud untuk menolong.
"Hai... Cing Cing Guling," Ndara Menggung bersungut,
"Engkau jangan menyiksa aku seperti ini. Huh... aku tidak takut mati. Tetapi engkau
jangan membuat tubuhku panas dingin seperti ini. Ah... sebelum aku sampai di akhirat...
aku sudah tele-tele. ... "
Jim Cing Cing Goling semakin trenyuh.Ia menyesal mengapa kakek ini harus
menderita karena perbuatannya.
Sekarang ia semakin tahu kendati linglung. tetapi Ndara Menggung jujur. Untuk itu
semakin besar tekatnya untuk dapat menolong kakek ini.
"Sampar Mega!" katanya kemudian.
"Kalau tenaga sakti kita persatukan, tentu akan mampu mengusir hawa dingin yang
jahat itu. Hayo, jangan bicara lagi dan kita kerahkan tenaga sakti bersama-sama."
Ndara Menggung mengangguk. Jim Cing Cing Goling teringat Sarini, lalu berkata,
"Denok, aku akan menolong sahabatku yang baik ini. Tetapi tentu memerlukan waktu
sedikitnya setengah bulan. Sekarang terserah kepada engkau sendiri, menemani aku di
sini atau pergi lebih dulu."
ia berhenti kemudian menghela napas panjang. Lalu,
"Tetapi setengah bulan kemudian, kendati Sampar Mega sembuh, tenagaku maupun
tenaganya bakal berkurang. Untuk itu tinggalkan Joli dan Jodhang di sini. Hemm,
engkau sudah membawa ular Gadung Dahana. Jika perlu ular sakti itu dapat engkau
gunakan sebagai senjata. Setuju?"
Sarini menggeleng.
"Tetapi aku takut ular."
Jim Cing Goling tertawa,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Mengapa takut? Pijatlah ekornya, dan ular itu akan menurut kepadamu. Kendati
begitu, ingat! jangan sampai kulitmu tertusuk oleh duri kulitnya yang tajam, engkau
bisa keracunan. Jika menghadapi lawan tangguh dan engkau kewalahan, lepaskan saja
ular itu. Percayalah engkau akan menang dan lawan akan binasa. Apakah engkau
sudah paham dan mengerti?"
Sarini tanpa ragu menyambut tabung berisi ular. Dalam hati gadis ini memang tidak
kunjung padam harapannya, bahwa kakak seperguruannya masih hidup dan sekarang
sedang menyembunyikan diri. Kalau dugaannya ini benar, tentu dirinya akan dapat
bertemu dengan kakak seperguruannya itu di Gunung Slamet.
Sebelum pergi, Jim Cing Cing Goling masih berpesan,
"Dalam perjalanan nanti, ular itu berilah makan. Cukup engkau beri seekor katak
untuk lima minggu. Akan tetapi yang paling digemari ular Gadung Dahana itu, kutu
bambu."
"Kutu bambu?" Sarini kaget.
Sebenarnya Sarini amat jijik kepada binatang sebangsa kutu. Akan tetapi demi
kepentingan ular itu, ia bertanya bagaimanakah ciri dari kutu yang dimaksud. Jim Cing
Cing Goling sudah akan menerangkan. akan tetapi tiba-tiba hawa dingin dalam tubuh
Ndara Menggung menyerangnya kuat sekali. Karena terpaksa, ia harus berdiam diri
dan mengerahkan tenaga sakti untuk melawan.
Setelah ia berhasil menekan rangsangan hawa dingin tersebut. ia segera
menerangkan tentang cara untuk mencari kutu untuk makanan ular. Sesudah itu,
kemudian memberi pesan,
"Jika tidak ada halangan, sebelum hari Lebaran engkau sudah akan tiba di Gunung
Slamet. Engkau jangan lancang masuk, dan tunggu saja di luar padepokan. Di samping
itu dalam perjalanan engkau harus pandai menjaga diri, jangan mencari onar dan
keributan."
Sarini menyanggupkan diri kemudian minta diri. Tetapi sekalipun sudah membekal

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ular sakti, namun Sarini masih khawatir kalau dikeroyok gerombolan orang utan.
Karena itu ia tidak langsung menuju ke barat, tetapi menuju ke selatan. Pergi seorang
diri seperti sekarang ini, dirinya merasa bebas.
Hari sudah petang ketika Sarini tiba di Magelang, Perutnya perih sekali dan minta
isi.Ia bergegas masuk sebuah warung. Pemiliknya menyambut dengan hormat dan
wajah berseri.
Akan tetapi mendadak Sarini terkejut sendiri, kemudian menjadi ragu. Memang ada.
sebabnya ia menjadi ragu. Karena dirinya tidak mempunyai uang sepeserpun. Selama
ini, Prayoga sebagai kakak seperguruannya yang selalu mencukupi kebutuhannya
dalam perjalanan.
Akibat tidak membekal uang sepeserpun itu, kaki yang sudah masuk ke ambang pintu
ditariknya cepat cepat. Tentu saja pemilik warung keheranan dan kecewa.
"Maafkan aku yang salah masuk," Sarini memberi alasan.
"Tetapi bukankah nona dapat membaca papan nama di atas itu?" pemilik warung
menegur karena mendongkol.
Tetapi Sarini seorang gadis yang selalu tangkas apabila bicara. Sahutnya,
"Habis, kalau memang salah masuk, apakah tidak boleh? Bukankah aku tadi sudah
menerang kan kalau salah masuk dan minta maaf? Dan bukankah terjadinya peristiwa
ini engkau tidak menderita rugi apaapa? "
Jawaban itu membuat pemilik warung ketawa gelak gelak saking geli. Sarini yang
merasa ditertawakan mendongkol sekali, dan kalau tidak ingat pesan Jim Cing Cing
Goling, mulut pemilik warung itu tentu sudah ia tampar agar perot.
Gadis ini cepat masuk salah satu gang agak sempit. Perutnya melilit-lilit tak sanggup
lagi menahan lapar. Ia tak tahu kemana harus pergi. Yang penting secepatnya harus
menjatuhi warung tersebut, agar hidungnya tidak dirangsang oleh bau ikan goreng
yang baunya gurih dan membangkitkan selera itu.
Kemudian ia teringat akan nasihat orang-orang tua. Apabila perut terasa lapar,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
perut perlu diikat kencang kencang. Teringat nasihat itu kemudian ia melakukannya.
Akan tetapi walaupun perut terasa agak sakit, rasa lapar yang melilit-lilit itu tidak juga
berkurang. Akibatnya ia menjadi bingung sendiri, tak tahu apa yang harus dilakukan.
Tak lama kemudian tibalah ia di dekat sebuah rumah tembok yang besar. Dari dalam
rumah itu terdengar suara cukup ramai, kemudian seorang laki-laki kusut keluar dari
mmah sambil menghela napas panjang.
Lalu terdengar pula laki-laki itu mengeluh,
"Kalah lagi! Setiap hari aku selalu kalah. Kapankah aku mendapat kesempatan
memperoleh kemenangan?"
Sarini tertarik, lalu menghampiri dan bertanya,
"Apa sebabnya engkau mengeluh seperti itu? Lalu apakah kerja mereka di dalam
rumah ini?"
"Apa? Tak usah..." tiba-tiba laki-laki itu menghentikan ucapannya, ketika melihat
yang bertanya seorang gadis cantik. Wajahnya yang murung mendadak berubah cerah,
kemudian cengar-eengir sambil menjawab,
"Di situ orang pada berjudi. Apakah engkau ingin masuk?"
Sarini tahu bahwa judi merupakan perbuatan maksiat. Tidak terhitung jumlahnya
manusia yang mendadak miskin akibat judi. Namun demikian Sarini tertarik, katanya,
"Ya, aku ingin melihat keadaan."
Sarini tidak mempunyai uang sepeserpun. Namun ia tidak takut untuk masuk dan
berjudi. Karena yang terpenting ia bertujuan untuk menghajar bandar judi.
Orang tersebut gembira sekali. Baru sekali ini sajalah seorang gadis, lagi cantik
masuk ke dalam rumah judi yang penuh laki-laki. Karena tertarik, laki-laki ini lupa
akan kekalahannya, kemudian mengikuti Sarini masuk ke rumah judi lagi.
Rumah itu cukup luas, dan terbuka, Ia melihat puluhan orang berkerumun di sekitar
meja. Di tengah, seorang laki'-laki duduk di dekat meja sambil
mengguncang-guncangkan kaleng kecil dan menimbulkan suara kerontangan. Tak lama

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kemudian kaleng itu diletakkan di atas meja, dan laki-laki itu berseru,
"Pasang baru! Tidak perlu ragu! Yang ingin cepat kaya, silahkan pasang dalam
jumlah besar!"
Melihat pemandangan itu, sebenarnya Sarini muak. Tangannya gatal, ingin
mengobrak-abrik sarang judi yang membuat orang sengsara itu. Akan tetapi ia teringat
nasihat Jim Cing Cing Goling agar tidak membuat onar. Maka walaupun muak. ia
menahan diri.
Saat itu tiba-tiba laki-laki tadi berseru,
"Pak Joyo! Lihatlah kemari. Ada tamu baru yang akan pasang besar."
Hampir berbareng, semua orang berpaling. Mereka menjadi terkejut ketika melihat
seorang gadis muda dan cantik. Tentu saja peristiwa ini amat menarik dan
mengherankan. Selama ini tidak seorangpun perempuan masuk ke rumah judi ini,
sekalipun yang sudah nenek-nenek. Oleh sebab itu semua orang menjadi tertarik dan
ingin menyaksikan gadis ini berjudi.
Sarini tidak menghiraukan mereka semua. Untung ia seorang gadis tabah dan berani,
walaupun seorang diri dan menjadi pusat perhatian puluhan pasang mata lakilaki,
tetapi ia tidak menjadi gentar. Untuk menghilangkan rasa canggung, ia sudah
berteriak,
"Hai pak Joyo, hari ini engkau laris sekali."
Kemudian Sarini menghampiri meja judi. Tidak perduli beberapa pasang laki-laki
berduit wajahnya cerah dan cengar-cengir mengandung maksud. Tidak perduli pula
beberapa wajah laki-laki itu masam dan murung akibat kalah, dan tidak perduli
beberapa orang merasa heran dan curiga. Ia langsung mengambil batu mustika
pemberian Prayoga, yang mestinya diberikan kepada Mariam. Benda itu ditawarkan
kepada pak Joyo. Dan setelah meneliti sejenak, pak Joyo menawar sepuluh ringgit.
Akan tetapi Sarini tidak ingin menjual benda kenang kenangan itu, dan minta digadai
sepuluh ringgit. Pak Joyo membayar permintaan Sarini, dan selesai membayar pak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Joyo melemparkan batu mustika tersebut ke atas. Ketika batu mustika itujatuh,
terdengarlah suara nyaring sekali.
"Kurangajar!" caci Sarini.
"Jika benda itu sampai pecah, engkau akan tahu rasa!"
Akan tetapi si bandar hanya nyengir dengan pandang mata yang mengejek.
Kemudian ia memegang kaleng itu lagi dan diguncangkan. Setelah kaleng itu diletakkan
lagi di atas meja, ia berkata nyaring,
"Siapa cepat akan dapat. Hayo tidak perlu ragu. Saya akan melayani dengan senang
hati, baik pasangan besar maupun pasangan kecil."
Di atas meja terdapat gambar enam macam. berbentuk persegi empat. Di dalamnya
terdapat gambar merah berbentuk bulat, diawali dengan satu bulatan sampai enam
bulatan. Gambar di atas meja itu keadaannya sama dengan gambar pada dadu di
dalam kaleng. Apabila permukaan dadu tersebut menunjukkan gambar dua bulatan
atau angka dua, maka yang pasang pada angka tersebut akan menang.
Sarini pasang gambar dua. dan uang sepuluh ringgit dipasangkan semua. Akan
tetapi sungguh sial, gambar yang keluar bulatan tiga.
Sarini marah dan mengancam,
"Jangan kau ambil batu mustika itu. Jika nekat, engkau akan tahu sendiri!"
Pak Joyo menyeringai, lalu sahutnya,
"Barang yang sudah dipertaruhkan di tempat judi, sekalipun milik raja apabila kalah
harus diambil yang menang. Apa sebabnya engkau melarang aku memiliki benda ini?
Bukankah aku membayar pula apabila aku kalah?"
Jawaban bandar itu tepat dan menyebabkan Sarini tak dapat mengelak. Akan tetapi
ia tidak ingin kehilangan benda pemberian Prayoga itu. Kemudian ia mencari akal
untuk dapat pasang lagi. Tiba-tiba saja ia teringat kepada ular Gadung Dahana yang
disimpan di dalam tabung bambu, yang tergantung di punggungnya. Tabung itu
diambil, lalu berseru,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Di dalam tabung bambu ini, terdapat benda hidup yang amat berharga. Dan benda
hidup ini akan aku pertaruhkan dengan harga yang tinggi."
"Setelah melihat, kami sedia menilai harganya," sahut pak Joyo.
"Tidak! Engkau akan ketakutan jika benda ini aku keluarkan."
"Aku tidak takut."
"Sungguh? Engkau tidak takut?"
"Aku tidak takut."
Sarini menyentik sumbat tabung bambu. Begitu terbuka dan melihat sinar terang.
ular Gadung Dahana segera merayap keluar tabung. Buru-buru Sarini memencet leher
ular. Hingga ular kaget dan kesakitan, lalu menyabatkan ekornya. Akibatnya tabung
bambu terlempar, dan celakanya jatuh tepat memukul seorang laki-laki yang gundul
kepalanya.
"Mati aku?"jerit orang itu.
Pak Joyo yang semula garang itu, wajahnya mendadak berobah pucat. Serunya
gugup,
"Ahh... ahhh... jangan bergurau! Rumah judi ini untuk pertaruhan uang dan bukan
untuk tempat main ular."
"Siapa yang bergurau? Katakanlah sekarang juga. Engkau berani menggadai ular
ini berapa ringgit?"
Tiba-tiba seorang laki-laki berwajah buruk mendekati dan bertanya,
"Benarkah engkau akan menjual ular galak itu?"
"Aku tak ingin menjual. Aku hanya akan menggadaikan ularku ini dengan harga
seribu ringgit." Sarini menyahut.
Di luar dugaan, orang berwajah jelek itu setuju dan berkata,
"Pak Joyo, aku setuju dengan harga itu. Jika engkau menang, ular itu akan aku
miliki. Dan kalau engkau yang kalah, akulah yang akan membayar seribu ringgit."
Sebagai seorang Bandar judi yang selalu hati-hati agar tidak kalah, Joyo ragu. Ia

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tidak segera menyetujui kehendak orang jelek itu. Namun si jelek agaknya dapat
menduga keraguan Joyo, lalu berkata dengan angkuh.
"Apakah engkau khawatir aku tidak mempunyai uang sebanyak itu?"
Setelah berkata, si jelek mengambil pundi-pundi yang semula tergantung di pundak
tertutup oleh baju. Ketika pundi-pundi itu dibuka, ternyata isinya uang emas. Apabila
dinilai, jelas uang emas itu lebih seribu ringgit.
Pak Joyo heran! Selama membuka tempat perjudian ini, dirinya belum pernah
dikunjungi orang berwajah seburuk itu, tetapi sangat kaya. Sebaliknya Sarini tidak mau
perduli. Setelah mendapat persetujuan harga seribu ringgit, ia segera memasangkan
semuanya pada angka 4.
Semua orang melengak heran dan geleng-geleng kepala. Apakah gadis cantik ini
sudah gila? Melihat keadaannya jelas gadis ini bukan penjudi. Tetapi mengapa
sebabnya berani bertaruh begitu banyak?
Menghadapi pasangan seribu ringgit untuk satu nomor inipun, pak Joyo tegang dan
berdebar. Karena apabila angka 4 benar-benar keluar, dirinya harus membayar 6 x
1000 ringgit, berarti 6000 ringgit. Satu jumlah yang sangat besar, yang belum pernah
ia bayarkan kepada siapapun. Karena tegang dan khawatir, maka di saat membuka
tutup dadu, tangannya gemetaran. Setelah penutup itu terbuka, ternyata yang keluar
memang angka 4.
Wajah Joyo pucat mendadak. Celaka! Sekarang baru ingat bahwa dirinya tadi lupa
mengguncang kaleng, sehingga angka yang keluar masih tetap 4 seperti tadi. Akan
tetapi karena semua itu sudah terlanjur dan merupakan kesalahan sendiri, maka
pasangan Sarini harus dibayar penuh. Joyo bandar membayar 50 ribu ringgit, sedang
si muka buruk membayar 10 ribu ringgit. Sambil membayar, si muka jelek membujuk
agar Sarini sedia bertaruh lagi. Siapa tahu nasib lagi untung dan akan memperoleh
kemenangan banyak.
Terpikat juga hati Sarini oleh bujukan itu. Bukankah dirinya sudah menang banyak?

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tadi ia tidak mempunyai uang sepeserpun. Tetapi sekarang dirinya telah dapat
menebus batu mustika yang digadaikan 10 ringgit. Dengan begitu, sekarang dirinya
masih mempunyai uang 5990 ringgit. Terlalu banyak. Kalau uang itu semua ia
pasangkan, ia akan memperoleh bayaran enam kali. Akan tetapi kalau dirinya harus
kalah, tidak kehilangan apa-apa, karena memang tidak bermodal.
Di saat Sarini sedang menimbang-nimbang ini, si wajah buruk berkata,
"Tetapi apabila engkau kalah, engkau harus menyerahkan ular itu kepadaku."
Sarini terkejut. Ular Gadung Dahana merupakan ular yang luar biasa manfaatnya.
Bukankah gerombolan orang utan yang ganaspun dapat ditundukkan? Dalam pada itu
dirinya juga teringat akan pesan Jim Cing Cing Goling, agar ia menjaga ular itu secara
hati-hati. Sebab dapat dijadikan senjata apabila berhadapan dengan orang lebih sakti.
"Tidak! Aku tak mau bertaruh lagi!" sahutnya kemudian.
Penolakan itu menyebabkan si wajah buruk berdiam diri, karena tak dapat
memaksakan kehendaknya.
Tetapi karena Sarini menang banyak sekali, dan dalam jumlah besar yang hadir di
tempat tersebut banyak menderita kalah, kemudian mereka mengerumuni Sarini sambil
membujuk agar gadis itu sudi memberi persen. Malah orang gundul yang tadi
kepalanya terpukul oleh tabung bambu ikut pula minta persen, sambil mengusap-usap
kepalanya yang benjol, dan menyerahkan tabung bambu kepada Sarini.
Tabung itu disambut dengan senang hati, kemudian ular dimasukkan ke dalam
tabung. Sebagai hadiahnya, orang gundul itu diberi uang seratus ringgit. Jumlah yang
amat banyak, tetapi hal itu tidak dipikirkan oleh Sarini.
Tiba-tiba saja kumatlah watak Sarini yang suka ugal ugalan. Lalu ia berolok-olok
kepada si kepala gundul,
"Hai gundul. Jika engkau bersedia aku ketuk kepalamu tiga kali lagi, engkau aku beri
hadiah 50 ringgit."
"Baik, ketuklah kepalaku," sahut orang itu sambil memasang kepala.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini ketawa cekikikan, gembira sekali. Sekarang dirinya kaya uang, dan dapat
mempermainkan orang. Kesempatan seperti ini sulit dicari. Dengan gembira ia
mengetuk kepala gundul itu tiga kali, lalu memberi hadiah 50 ringgit. Sekarang dirinya
baru tahu pengaruh akan uang di tengah masyarkat.
Dalam gembira, Sarini segera berseru.
"Hayo, siapa lagi yang mau kuketuk kepalanya tiga kali? Akan aku beri hadiah 50
ringgit lagi."
Tawaran yang gila-gilaan itu membangkitkan keinginan orang untuk menyediakan
kepalanya dipukul tiga kali. Karena uung 50 ringgit itu besar sekali kegunaannya
dalam hidup. Uang tersebut cukup untuk kebutuhan keluarga dalam waktu satu tahun.
Karena orang saling berebut untuk diketuk, maka dengan gembira Sarini membagi
ketukan. Suasana tempat perjudian itu menjadi amat riuh, karena semua orang ingin
memperoleh bagian. Sebaliknya Sarini yang gembira, lupa menghitung berapakah
orang yang telah diketuk.
Sebaliknya orang berwajah buruk itu agaknya menghitung. Tiba-tiba ia terseru, agar
Sarini berhenti,
"Hai berhenti dulu dan hitunglah. Berapa orangkah yang sudah engkau ketuk
kepalanya?"
Ketika Sarini menghitung mereka yang sudah diketuk kepalanya, ternyata berjumlah
121 orang. Dengan demikian uang yang dimiliki tidak cukup untuk membayar.
Namun untuk tidak mengurangi wibawa, walaupun uang kurang Sarini tetap pada
janjinya. Yang belum dibayar diminta agar bersabar dahulu. Katanya,
"Jangan ribut! Semua akan aku bayar beres. Tetapi tunggu dulu, aku akan bertaruh."

Si wajah buruk tersenyum gembira. Katanya,


"Sekarang engkau inginjudi langsung dengan Joyo atau dengan aku?"
"Bagaimanakah maksudmu?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Akupun sanggup menjadi bandar. Akan aku bayar enam kali dari jumlah
pasanganmu, jika engkau menang. Sebaliknya jika engkau kalah, harus menyerahkan
ular itu kepada diriku."
"Baik. Mari kita mulai."
Joyo segera mengguncang dadu. Dan Sarini pasang pada angka 4 lagi. Semua orang
tidak berani ikut pasang, mereka cukup puas menonton. Bukankah uang yang mereka
miliki sekarang pemberian gadis itu. Akan tetapi dalam hati, semua orang
mengharapkan Sarini menang. Perlunya yang belum kebagian ketukan, ingin menerima
hadiah 50 ringgit.
Akan tetapi sesungguhnya kemenangan yang diharapkan Sarini itu tidak gampang.
Sarini hanya berpegang kepada satu angka, sebaliknya si wajah buruk berpegang
kepada lima angka.
Namun dari semua orang itu, yang paling tahu hanyalah Joyo sebagai pengguncang
dadu dan yang ahli dalam berjudi. Ia menekan kaleng, sehingga dadu tidak dapat
berbalik. Maka ketika kaleng itu dibuka, gemparlah ruangan tersebut, karena angka
yang keluar tetap 4, berarti Sarini menang lagi.
Terpaksa si wajah buruk harus membayar enam kali dari pasangan Sarini yang
jumlahnya 1000 ringgit. Setelah menerima uang, Sarini segera memberi hadiah kepada
orang-orang yang tadi belum dibayar, lalu Joyopun diberi hadiah seribu ringgit.
Wajah semua orang berseri. Akan tetapi si wajah buruk bersungut-sungut, kemudian
membentak Joyo,
"Hai Joyo! Ternyata engkau berani main curang ya?"
"Siapa yang curang?" sahut Joyo.
"Tuan sudah kalah, mengapa menyalahkan aku?"
Si wajah buruk mengepal tangannya, tampak amat marah. Tetapi agaknya masih
dapat menahan kemarahannya, kemudian mengajak berjudi lagi.
Akan tetapi Sarini tidak mau lagi berjudi, malah mem bentak,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Huh, siapa sudi berjudi lagi dengan engkau?"
Setelah membentak, Sarini menggebrak meja judi. Karena gebrakan itu disertai
tenaga sakti, maka beberapa biji uang perak yang berceceran di meja, telah melesak ke
dalam kayu. Semua orang terperanjat. Yang penakut cepat lari menghindar, khawatir
terjadi sesuatu. Joyo bandar terbelalak, dan tahulah sekarang bahwa gadis cantik yang
dihadapi sekarang ini bukan gadis sembarangan.
Namun si wajah jelek tenang-tenang saja. Ia malah meloncat ke atas meja judi.
Sarini terkesiap, karena melihat sesuatu yang menonjol dari balik baju orang itu. jelas
senjata.
Setelah di atas meja, si wajah buruk menerkam Joyo bandar. Yang diterkam
berusaha menghindar, tetapi tak berhasil. Seketika Joyo bandar merasa kesakitan,
keringat dingin membasahi seluruh tubuh.
"Cepat ! Panggil pak de'." teriak Joyo.
Yang dimaksud pak de, bukan lain guru Joyo sendiri, yang selama, ini menjadi
pelindung di saat terancam bahaya.
Joyo bandar berusaha meronta. Tetapi makin kuat meronta, si wajah buruk
memperkuat cengkeramannya, tak lupa mencaci,
"Huh, engkau memang bangsatjahat!" Sarini terkejut mendengar cacian itu, lalu
berseru,
"Hai Swara Manis. Engkau juga di sini?"
Si wajah buruk terkejut dan buru-buru merobah nada suaranya,
"Hai, siapakah yang kau panggil? Jangan pergi dulu, kita berjudi lagi sampai semua
uangku habis."
Sarini keheranan.Ia tadi mendengar suara Swara Manis itu dengan jelas. Namun
mengapa orangnya tidak tampak? Ia menyelidik dan menebarkan pandang mata ke
sekeliling. Tetapi hasilnya sama saja, tidak melihat Swara Manis.
Karena tak ketemu, Sarini kembali tenang, dan saat itu si wajah buruk masih

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
mencaci,
"Hayo katakan terus terang. Engkau masih senang hidup atau memilih mati sekarang
juga?"
Tiba-tiba terdengar suara orang yang parau,
"Hai, siapa yang berani mengacau rumah ini? Huh, apakah engkau tak mau
memandang mata kepada si Kerbau Dungkul?"
Sarini memalingkan muka dan melihat seorang lakilaki gemuk, setengah tua, keluar
dari pintu. Melihat munculnya si Kerbau Dungkul, beberapa orang menjadi khawatir
dan bergumam,
"Celaka! Si wajah buruk akan tamat riwayatnya."
Akan tetapi belum juga orang tahu apa yang terjadi, si gemuk dan berjuluk Kerbau
dungkul sudah berteriak mengaduh dan tubuhnya terlempar kembali ke pintu. Ternyata
si wajah buruk dapat bergerak tangkas sekali menendang, lalu dengan garang telah
menjinjing tubuh Joyo bandar, membuat Joyo bandar, tak dapat berkutik.
"Ingat baik-baik! Siapapun tidak boleh meninggalkan tempat ini!" bentaknya. Lalu
sambil memandang tajam kepada Joyo, ia mengancam,
"Hai Joyo. Engkau mau mengaku telah curang atau tidak?"
Joyo bandar sadar berhadapan dengan orang sakti, karena gurunya keok dalam
sekali gebrak. Akan tetapi kalau dirinya mengakui perbuatannya, tidak mungkin!
Pengakuan itu berarti orang takkan percaya lagi kepada dirinya, sehingga rumah judi
ini takkan ada orang yang mau berkunjung. Karena itu Joyo tetap menyangkal tuduhan
main curang.
Sarini menimbang-nimbang. Kalau Joyo bandar mengakui kecurangannya, dirinya
terlibat di dalamnya, dan harus mengembalikan seluruh uang yang telah dimenangkan.
Daripada ribut-ribut, gadis ini memilih untuk cepat mengambil langkah seribu!
Ia cepat menyelinap di antara orang banyak, lalu keluar. Ia cepat menyusuri gang,
agar terhindar dari laki-laki wajah buruk itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Yang menggembirakan hatinya, sekarang dirinya mempunyai uang cukup banyak.Ia
melangkah penuh semangat. Dan kemudian teringatlah ia kepada pemilik warung tadi.
Ia akan menuju ke sana untuk membalas.
Di saat Sarini melangkah di ambang pintu, pemilik warung sudah menyambut dengan
sindiran,
"Hendaknya tidak salah lagi masuk ke warung kami ini."
Sarini mendengus dingin,
"Hemm, suruh pelayanmu menyediakan meja besar dan bersih. Sebab aku akan
pesan makanan dalam jumlah banyak."
"Bukankah yang sudah tersedia itu sudah lebih dari cukup? " sahut pemilik warung
dengan angkuh.
"Apa?" bentak Sarini sambil membanting sekantung uang emas ke meja.
Pemilik warung kaget. Akan tetapi ketika matanya melihat ada sekeping uang emas
yang menggelinding keluar dari kantung, mendadak saja sikapnya berobah seratus
delapan puluh derajat. Wajah yang semula masam, sikap yang angkuh, sekarang
menjadi ramah sekali,
"Maafkan den, ah, segera saya siapakan meja besar. ... "
Tergesa sekali pemilik warung memanggil pelayan un tuk menyediakan meja
simpanan yang besar dan bersih. Melihat itu Sarini bangga. Uang emas yang
menggelinding jatuh dimasukkan lagi ke dalam kantung, Tak lama kemudian Sarini
dipersilahkan masuk ke dalam ruang lain. Dan begitu duduk, ia berkata garang,
"Jangan banyak mulut. lekas sediakan makanan yang paling enak."
Seorang pelayan masih berusaha menawarkan beberapa macam masakan istimewa,
antara lain soto ayam.
"Huh, tolol! Siapa yang doyan soto ayam? Huh daging orangpun aku suka makan!"
bentak Sarini.
Pelayan itu terbelalak. Dalam hati timbul tafsiran, apakah gadis muda dan cantik ini

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
agak sinting? Kalau tidak mengapa sanggup makan daging orang?
Tak lama kemudian pelayan datang membawa hidangan bermacam-macam. Karena
perut memang sudah sangat lapar, begitu diatur di atas meja Sarini mulai melahap, ia
menyambar sosis, dan karena enak dalam sekejap tiga biji sudah masuk ke dalam perut.

Perlu diingat bahwa semenjak meninggalkan Pati, pergi bersama Prayoga, ia belum
pernah merasakan makanan enak. Sebab Prayoga selalu menolak makan di warung,
dan menjanjikan apabila tugas telah selesai akan pesta. Karena itu sehari-hari hanya
makan nasi jagung dengan dendeng kering. Tidak mengherankan kalau sekarang gadis
ini makan tanpa pikir. Tahu-tahu perutnya kenyang sekali dan dada terasa sesak.
Pemilik warung tak mau melewatkan kesempatan baik ini, untuk mengeruk
keuntungan sebesar-besarnya. Tamu yang membawa uang banyak itu, harus jatuh ke
dalam tangannya. Dan kalau memang perlu, ia akan menaikkan harga dari biasanya.
Oleh sebab itu kepada pelayan ia memerintahkan agar menyediakan makanan yang
paling lezat dan paling mahal.
Di luar tahu pemilik warung, sebenarnya gadis ini tidak senang kepada pemilik
warung itu, karena pemilik warung ini mempunyai watak rakus dan angkuh. Akibat
perasaannya yang tidak senang itu, kemudian timbullah pikiran Sarini yang akan
membuat pemilik warung itu menderita malu.
"Pelayan!" teriaknya.
"Ya den," sahut pelayan.
"Ingin pesan apa lagi?"
"Panggil pemilik warung kemari."
Pemilik rumah makan bergegas keluar menemui Sarini. Begitu berhadapan, dengan
tersenyum ia bertanya,
"Den rara memanggil aku?"
"Ya. Apakah warungmu ini merupakan yang terbesar dan paling pandai menyediakan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
makanan?"
"Benar!" sahut pemilik warung bangga.
"Kami dapat menyediakan makanan apa saja."
"Engkau sedia segala macam makanan?"
"Tentu! Apakah den rara akan menyelenggarakan pesta?"
Sarini cekikikan. Kemudian,
"Tidak! Aku hanya akan pesan makanan yang lumrah saja, agar engkau menyediakan
telor ayam mata sapi yang masih baru."
"Jangan khawatir, itu amat mudah bagi kami."
"Hemm, jangan sombong!"
"Tidak sombong. Bukankah membuat telor mata sapi itu gampang sekali?"
"Engkau ahli bikin telor mata sapi?"
"Tentu!"
"Bagus! Buatkan telor mata sapi, dan harus dibagi menjadi dua. Setiap bagian harus
berisi kuning telor yang sama banyaknya. Awas, jika engkau tak dapat menyediakan
pesananku ini, engkau harus memberi ganti rugi kepadaku 10 ringgit. Tetapi sebaliknya
apabila engkau bisa membuatkan apa yang aku pesan ini, aku akan memberi hadiah 25
ringgit kepada setiap orang di warung ini."
Pemilik warung kaget. Telor ceplok, dalam menggoreng hanya setengah matang saja.
Apabila harus dipotong menjadi dua. bukankah kuning telor itu akan mengalir keluar?
Berani tidak mungkin.
"Bagaimana?" desak Sarini ketika pemilik warung itu lambat menjawab.
"Bisa atau tidak? Huh, engkau tadi membanggakan diri sebagai rumah makan paling
jempol di kota ini. Mengapa hanya menyediakan pesanan sederhana seperti itu saja
tidak sanggup? Huh, jika engkau memang tidak sanggup. papan nama di depan itu
harus engkau turunkan, kemudian engkau menutup warung ini."
Pemilik warung menimang-nimang. Gadis ini cantik dan membekal uang banyak.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Apakah tidak mungkin gadis ini puteri bangsawan yang sedang menyamar sebagai
kawula biasa? Kalau dugaannya benar, dirinya akan celaka apabila puteri ini marah.
Kalau lapor kepada ayahnya, dirinya akan kehilangan mata pencaharian membuka
rumah makan.
Menduga begitu, ia tidak berani membantah.Ia menyanggupkan diri, kemudian
memimpin langsung para koki, agar telor ceplok yang dipesan puteri itu dapat
dipenuhi. Akan tetapi celakanya walaupun ia sudah memimpin sendiri penggorengan
itu, tidak juga berhasil. Setiap telor ceplok yang dipotong menjadi dua, kuning telornya
segera mengalir keluar.
Pemilik warung itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan penasaran, setelah 25
butir telor digoreng belum juga berhasil. Para koki sudah tidak sanggup melakukannya,
karena tak tahu apa yang harus dilakukan. Akibatnya, pemilik warung itu datang
kepada Sarini dan menyerah kalah,
"Den rara, kami telah mencoba sampai duapuluh lima butir tetapi tak juga berhasil.
Kiranya lebih baik kalau telor itu tak usah diparo saja."
"Tidak!" sahutnya angkuh. Dalam hati gembira sekali, karena dirinya sekarang
dapat membalas keangkuhan pemilik warung.
Pemilik warung itu menjadi sedih dan malu. Ia tadi membanggakan diri dapat
melayani pesanan masakan apa saja. Namun nyatanya sekarang gagal melayani
pesanan telor ceplok. Keadaan itu menarik perhatian beberapa 0rang langganan, lalu
bertanya tentang sebabnya. Setelah memperoleh penjelasan pemilik warung, para tamu
itu ikut membujuk Sarini agar membatalkan saja pesanan itu.
"Kalau ada orang sanggup membuat telor ceplok seperti itu, bagaimana?" tantang
Sarini sambil menyapukan pandang matanya ke semua orang.
"Kami setuju papan nama rumah makan ini diturunkan."
"Bagus! Aku sendiri yang akan mengerjakan, dan kalian dapat menyaksikan sebagai
saksi mata."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Pemilik warung beserta beberapa orang langganan segera menuju dapur. Para koki
menyingkir, tetapi segera didamprat oleh Sarini.
"Tolol! Mengapa hanya membuat telor eeplok saja tidak becus?"
Sarini menyambar sebutir telor lalu dipecah dan dimasukkan ke tempat menggoreng
yang minyaknya sudah panas. Berbareng itu tangan kiri menyambar pisau, lalu
dipanaskan di atas api. Setelah telor itu setengah matang, cepat diambil. Kemudian
menggunakan pisau dapur yang sudah membara, dibelahlah telor ceplok itu. Oleh
pengaruh pisau yang panas. kuning telor mengental dan tidak mengalir. Dengan begitu
Sarini berhasil membuat dua potong telor ceplok yang bagian kuningnya sama banyak.
Pemilik warung, pelayan, koki dan para tamu yang menyaksikan menyeringai.
Ternyata membuat telor ceplok seperti itu tidak sulit, hanya memerlukan akal yang
cerdik. Akan tetapi Sarini tidak perduli. Dengan langkah lebar, ia menuju luar. Lalu ia
menurunkan papan nama rumah makan seperti janji semula. Pemiliknya tidak berbuat
apa-apa, karena sudah kalah janji.
Setelah puas dan memperolokkan pemilik rumah makan yang angkuh dan sombong,
itu, Sarini cepat pergi dengan hati yang puas dan geli. Dengan macam-macam akalnya,
ia dapat makan kenyang. semua masakan pilihan yang mahal harganya, tetapi tidak
kehilangan uang sesenpun.
Ketika itu telah malam. Jika meneruskan perjalanan tentu akan kemalaman di jalan.
Karena itu ia memutuskan untuk bermalam saja di kota ini. Untuk itu ia cepat mencari
rumah penginapan.
Agaknya peristiwa yang terjadi di rumah makan tadi, secara cepat telah tersebar ke
seluruh kota. Buktinya ketika Sarini masuk ke dalam sebuah rumah penginapan, baik
pengurus maupun pelayannya menyambut hormat sekali, dan tidak ingin dipermalukan
oleh gadis cantik ini. Sarini hanya tersenyum saja. Setelah memperoleh kamar ia mandi
dan ganti pakaian. Akan tetapi ketika dirinya kembali masuk ke dalam kamar. pengurus
rumah penginapan, telah datang dan memberitahu,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Den rara, tadi ada seorang laki-laki wajahnya buruk dan menanyakan kamar-mu.
Aku menjadi curiga, karena itu hendaknya engkau hati-hati."
Sarini minta penjelasan pengurus rumah penginapan. Si pengurus segera
memberitahukan tentang ciri-ciri orang yang mencari. Keterangan itu membuat Sarini
tahu, bahwa orang laki-laki itu bukan lain penjudi yang telah kalah dengan dirinya.
Khawatir ular Gadung Dahana sampai lepas dari tangannya, ia segera
menyembunyikan tabung itu di bawah bantal. ia memang lelah sekali. karena beberapa
hari tidak dapat tidur nyenyak. Karena itu dalam waktu singkat gadis ini sudah pulas
tidur. Akan tetapi panca inderanya sudah amat terlatih. Sekalipun tidur pulas,
telinganya tetap peka. Tiba-tiba ia mendengar suara mencurigakan, dan ketika pandang
matanya tertuju ke jendela, ia berseru tertahan. Ternyata jendela itu sudah terbuka dan
ia melihat secercah sinar memancar ke dalam kamar.
Tetapi sinar itu segera lenyap karena Sarini bersuara. Khawatir kalau ular Gadung
Dahana lepas dari tabungnya, ia segera memeriksa bawah bantal. Namun ternyata
tabung itu masih tetap di tempat dan ular itupun masih tetap di dalam.
Akibat terbangun, ia menjadi sulit tidur kembali. Mendadak teringatlah ia kepada
Prayoga. Timbul pertanyaan, kemanakah perginya kakak seperguruan itu? Ia cukup
kenal akan watak Prayoga maupun Wasi Jaladara. Maka dirinya tidak percaya kalau
dua orang itu menggunakan akal licik dalam usahanya melarikan diri. Dan ia juga
tidak percaya kalau dua orang itu sudah mati.
Teringat-kepada orang itu, teringatlah pula ia akan tantangan Swara Manis kepada
Darmo Saroyo untuk berkelahi di Gunung Slamet. Ia berharap mudah-mudahan kakak
seperguruannya dan Wasi .Jaladara sudah tiba di gunung itu, untuk ikut serta
menyaksikan pertandingan itu.
Tiba-tiba suara yang mencurigakan pada jendela itu terdengar lagi dan secercah
sinar tampak lagi. Sinar itu warnanya hijau, mirip dengan sinar pedang Nyai Baruni
yang dikuasai Swara Manis.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini amat terkejut. Itulah kiranya Swara Manis, ataukah salah seorang kawannya
yang akan bermaksud jahat terhadap dirinya? Hem, kurangajar... dampratnya dalam
hati. ia pura-pura tidur mendengkur. Maksudnya untuk memancing penjahat itu. Akan
tetapi ia telah berbuat berlebihan. Penjahat itu bukanlah penjahat tolol. Begitu
mendengar Sarini mendengkur, penjahat itu malah surut dan tak jadi masuk kedalam
lewat jendela. Penjahat itu tak percaya, gadis semuda itu tidur mendengkur.
Sarini menjadi kaget sendiri ketika suara itu tiba-tiba lenyap. Sesungguhnya ia sudah
siap menerkam apabila tamu tak diundang itu berani masuk. Saking gemasnya ia
menyambar bantal terus dilontarkan keluar jendela. Begitu jendela terbuka lebar, iapun
sudah meloncat keluar kamar.
Rumah penginapan itu bertingkat dua. Maka begitu keluar kamar, Sarini telah
berada di atas genteng rumah sebelah. Ia memandang sekeliling, dan ia tidak melihat
seorangpun.
Akan tetapi ketika Sarini akan kembali ke dalam kamar, tiba-tiba ia merasakan
sambaran angin ke arah kepalanya. Belum sempat ia membalikkan tubuh, suara angin
itu sudah hampir menyentuh tubuhnya.
Sarini amat terkejut. Selama mendapat gemblengan Kigede Jamus, ia telah
memperoleh kemajuan pesat tentang ilmu meringankan tubuh. Tetapi ternyata orang itu
dapat membayangi, dan jelas bukan orang sembarangan.
Ia mendengus sambil mengendapkan tubuh ke bawah. Begitu senjata penyerang
gelap lewat di atas kepalanya, secepat itu pula ia membalikkan tangan dan membalas
memukul.
Serangan Sarini itu tidak terduga cepatnya. Orang itu tidak sempat menghindar dan
prak... !!
sebuah genteng yang diinjak pecah. Pada kesempatan ini Sarini dapat membalikkan
tubuh.
Begitu berhadapan, ia mengenal kembali orang berwajah buruk yang dijumpai di

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
rumah judi. Namun yang mengejutkan, orang berwajah buruk itu sekarang
menggenggam hulu pedang pusaka Nyai Baruni.
"Hai, dari mana engkau memperoleh pedang itu?" bentaknya.
Sebagai jawaban, si wajah buruk membalingkan pedang dan menyerang lagi.
Melihat gerakan orang, ia terkejut! Namun sejenak kemudian ia telah membentak
marah.
".Iahanam busuk! Ternyata engkau Swara Manis!"
Namun orang itu tidak menjawab. Serangannya makin gencar, dan tidak segan untuk
membunuh. Menghadapi serangan gencar ini Sarini menjadi sibuk. Terpaksa harus
mengerahkan kepandaian untuk menghindar.
Menghadapi lawan yang berpedang pusaka, tidak mungkin dirinya dapat membela
diri tanpa senjata. Secepat kilat Sarini mencabut tabung bambu yang tergantung di
punggungnya.
Si wajah buruk terkesiap. Agaknya kenal juga akan bahayanya ular Gadung Dahana.

"Siapakah engkau sebenarnya? Jika tak mau mengaku awas, tentu aku lepaskan ular
sakti ini!" Sarini mengancam.
Si jelek tertegun. Ia tidak menyerang lagi dan bertanya,
"Mengapa engkau kenal Swara Manis?"
"Jahanam itu dibenci semua orang."
"Tetapi sebenarnya adi Swara Manis tidak sejahat itu."
"Engkau kakaknya?"
Si wajah buruk mengangguk. Akan tetapi tahu-tahu sudah menggeliat seperti mau
roboh ke arah Sarini. Dan inilah serangan berbahaya ke arah dada.
Sarini kaget dan malu sekali. Cepat ia menghindarkan tetapi tiba-tiba tangannya
terasa sakit, karena tangan kiri orang itu sudah berhasil mencengkeram tabung ular.
Sekarang Sarini baru insyaf bahwa apa yang baru terjadi merupakan tipu serangan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sedang sasaran yang sebenarnya untuk merebut tabung bambu. Dalam marahnya
Sarini menggunakan ilmu ajaran Kigede Jamus. Sepasang kaki diangkat dan serempak
ditendangkan berturut-turut. Berbareng dengan serangannya itu, tangannya menarik ke
belakang sekuat tenaga.
Akan tetapi si wajah jelek berkeras merebut ular itu.
Karena dua orang sama-sama mengerahkan tenaga dan tarik menarik, tabung bambu
itu tak kuasa bertahan dan" pecah, kemudian putus. Sebagai akibatnya dua-duanya
terhuyung ke belakang. Masing-masing masih memegang separo bagian tabung bambu,
sedang ular Gadung Dahana yang terlepas bergerak di tanah sambil menjulurkan lidah
yang merah.
"Jahanam! Ternyata engkau jahat pula seperti adikmu! Jika ularku ini sampai lepas,
sebagai penggantinya adalah nyawamu!" Sarini mencaci-maki dan mengancam. Namun
si wajah buruk tidak menjawab dan menyerang dengan pedangnya. Sarini terpaksa
menarik tangannya. Saking marah. Sarini menyambitkan potongan tabung bambu tadi
ke arah lawan, disusuli serangan dahsyat. Sedang si wajah buruk terpaksa mundur
menghindarkan diri.
Si ular Gadung Dahana mengangkat kepalanya, siap menggigit orang yang berani
mendekati.
"Gadung Dahana! Gigitlah jahanam itu!" teriak Sarini.
Akan tetapi celakanya ular itu bukannya menurut perintah, sebaliknya malah
berputar menghadapi Sarini. Ular itu mempunyai daya ingatan yang kuat sekali. Ketika
dikurung dalam tabung bambu yang sempit, beberapa kali ular itu mendengar suara
Sarini. Begitu gadis ini membuka mulut, ular Gadung Dahana segera mengenal, bahwa
orang inilah yang sudah menyiksa dirinya.
Sarini insyaf akan keganasan clan jahatnya ular ini. Sekalipun tabah, ia kaget dan
takut. Buru-buru ia bersiap untuk lari. Celakanya ular itu sudah melesat dan akan
memagut dadanya. Dengan gesit Sarini menghindar ke samping, tetapi tidak urung

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ujung bajunya tergigit.
Ular semakin marah. Sekarang menyerang lagi lebih ganas. Untuk menghindarkan
diri. terpaksa Sarini melenting tinggi di udara. Untung si ular tak dapat melenting
setinggi itu, sehingga sambarannya luput. Akan tetapi begitu kakinya menginjak tanah,
si ular sudah menyerang lagi. Hanya berkat kelincahan tubuhnya, Sarini masih dapat
menghindarkan diri dari serangan ular.
Menyaksikan Sarini setengah mati menghadapi ular, si wajah buruk ketawa
mengejek. Sarini amat mendongkol, tetapi apa harus dikata justeru sekarang ini dirinya
sedang menghadapi serangan Gadung Dahana. Meskipun demikian dengan pengerahan
tenaga, ia dapat melompat ke samping si wajah buruk.
Ular Gadung Dahana terkenal sebagai ular berbisa yang kecil tetapi amat
berbahaya. Gerakannya lincah dan racunnya ampuh. Semua ini membuat semua
binatang hutan tidak berani melawan. Harimau sekalipun, a-kan lemas tak sanggup
melawan, kemudian menurut saja dipagut sampai melayang jiwanya. Akan tetapi
menghadapi Sarini, serangannya selalu gagal. Membuat uiar ini marah sekali, sambil
mendesis sudah siap lagi menyerang.
Si wajah buruk tak membiarkan Sarini mendekati dirinya. Tetapi celakanya sebelum
berbuat, Sarini sudah mendahului menyerang. Ketika si wajah buruk hendak
menangkis, Sarini sudah menyelinap ke belakang dengan gesit.
Bagaimanapun cerdiknya, ular itu tetap binatang. Ular itu tak dapat membedakan
antara Sarini dan wajah buruk. Karena Sarini lenyap, maka si wajah buruk yang
diserang.
Si wajah buruk terkesiap dan kelabakan setengah mati, ia memutar pedangnya untuk
melindungi diri. Sayangnya ular itupun lincah, sehingga selalu dapat menghindarkan
diri dari sambaran pedang.
Ternyata ular itu dapat bergerak maju dan mundur, dan sungguh merupakan seekor
ular yang luar biasa. Tetapi si wajah buruk tidak ingin membunuh ular itu, maka

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bacokannya dialihkan kepada Sarini. Karena tak bersenjata, Sarini terpaksa melompat
menghindar. Tetapi justru gerakannya ini membuat Sarini dalam bahaya. Begitu
bergerak, ular Gadung Dahana segera menyerang. Pada saat bersamaan, si wajah
jelekpun sudah menyerang dengan pedangnya. Dengan demikian, Sarini terhimpit oleh
serangan dari depan dan belakang.
Berhadapan dengan seekor ular saja Sarini sudah kelabakan setengah mati. apa pula
sekarang harus menghadapi serangan pedang pusaka. Sekalipun sukar, tetapi Sarini
pantang menyerah. Walaupun sulit ia masih dapat terhindar dari bahaya. Akan tetapi
serangan yang kedua hampir saja dirinya terpagut ular.
Belum sempat Sarini bernapas longgar, si wajah jelek sudah membacok
punggungnya, sedang si ular menyerang dari depan. Sarini bingung. Satu-satunya jalan
untuk lolos hanya melenting tinggi ke udara. Di udara, ia pijakkan kaki kanan ke kaki
kiri dan dengan meminjam tenaga injakan itu, ia dapat melenting lebih tinggi lagi.
Ketika meluncur turun, ia gembira sekali melihat si ular sedang menyerang si wajah
buruk.
Secepat turun ke tanah, ia cepat melompat ke atas genteng lalu bersembunyi. Ia
mendekam di tempat gelap dan melihat perkelahian antara si ular dan si wajah buruk.
Walaupun si buruk bersenjata pedang pusaka, namun si wajah buruk tidak dapat
bergerak leluasa. Kendati si ular harus waspada menghindari tabasan pedang, tetapi
gigitan si ular bisa mendatangkan maut.
Sarini berharap agar ular itu dapat memagut lawannya. Dalam usaha membantu si
ular, kemudian Sarini memecahkan genteng, kemudian pecahan genteng itu disambitkan
ke punggung si wajah buruk. Kalau orang itu menghindarkan diri dari sambaran
genteng, dirinya akan terancam oleh gigitan ular. Sebaliknya kalau tidak menghindar,
tentu punggungnya sakit.
Perhitungan Sarini memang tepat. Saat itu si wajah buruk memusatkan perhatiannya
kepada ancaman ular.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tetapi serangan ular itu cepat dan berbahaya. Ia terpaksa mundur dan buk...
punggung si wajah buruk tersambit oleh pecahan genteng. Akan tetapi yang terjadi
kemudian, Sarini menjadi terkejut sendiri. Orang itu tidak memperhatikan sambitan
genteng, dan perhatian tetap dipusatkan kepada serangan ular. Melihat kenyataan itu
kemudian Sarini sadar. Sebagai kakak seperguruan Swara Manis, tentunya orang itu
dapat membuat tubuhnya menjadi kebal. Hingga sambitan itu hanya menimbulkan
sedikit sakit dan pedas serta tidak membahayakan.
Meskipun menyadari orang itu kebal, tetapi Sarini tetap menyambit dengan pecahan
genteng. Orang itu tidak berani berpaling karena serangan ular itu amat berbahaya.
Sebagai akibat sambitan pecahan genteng yang terus menerus memukul punggung itu,
bagaimanapun juga menyebabkan rasa sakit. Ia, mendongkol sekali di samping
penasaran. Lalu menggunakan kepandaiannya, ia membuang tubuh ke belakang, dan
dengan tangkas meloncat ke atas genteng, langsung menyerang Sarini.
Serangan ini tidak terduga dan membuat Sarini kaget setengah mati. Dalam
gugupnya Sarini membuang diri ke belakang, untuk menghindarkan diri dari sambaran
pedang pusaka.
Karena sambaran pedangnya luput, orang itu menggunakan tangkai pedang untuk
memukul dada. Gerakannya cepat tidak terduga, sehingga Sarini sulit dalam usaha
menghindarkan diri. Akan tetapi di saat berbahaya itu ia tidak kehilangan akal.Ia
memperberat tubuhnya, brak... genteng yang diinjak pecah dan tubuh Sarini terperosok
ke dalam rumah.
"Maling ! Maling...!" teriak seorang perempuan pemilik rumah. Sarini cepat bangun.
Tanpa memperdulikan pemilik rumah, ia sudah menerobos keluar. Begitu di luar, Sarini
meloncat kembali ke atas genteng.Ia melihat si wajah buruk sedang mengulurkan
lengan ke bawah, seakan sengaja membiarkan tangan agar digigit ular. Tetapi ular
Gadung Dahana itu tidak mengerti, tangan itu sengaja dipasang atau tidak, melihat
lengan terulur, secepat kilat ular itu menyambar untuk menggigit.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini gembira, dan menduga orang itu akan melayang jiwanya akibat pagutan ular.
Namun apa yang terjadi kemudian membuat Sarini terperanjat. Ternyata orang itu
dapat menggerakkan tangannya cepat sekali, dan tahutahu leher ular telah dapat
ditangkap, kemudian dikibaskan. Tidak secara sengaja gerakan itu menyentuh mukanya
sendiri dan tiba-tiba kedok penutup mukanya jatuh, dan ular itu menyambar lalu
menggigit kedok tersebut.
"Jahanam Swara Manis!" pekik Sarini yang kaget, setelah tahu siapa yang dihadapi.
Swara Manis tidak perduli dan ketawa panjang. Sesaat kemudian tubuhnya melesat
ditelan gelap malam.
Sekarang Sarini baru teringat peristiwa siang tadi. Di rumah judi. ia mendengar
suara Suara Manis, ia kecewa dan menyesal sekali, mengapa siang tadi otaknya tak
dapat bekerja dengan baik, sehingga dapat dikelabuhi Swara Manis.
Dua macam benda penting, jatuh ke tangan Swara Manis. Dan celakanya, baik
pedang pusaka Nyai Baruni maupun ular Gadung Dahana itu dapat direbut oleh Swara
Manis dari tangannya. Ia malu dan marah sekali. Secepat kilat ia mengejar. Akan tetapi
Swara Manis sudah lenyap. Ia menjadi bingung sekali. Akhirnya ia kembali ke kamar
dengan maksud segera tidur. Namun matanya tak mau terpejam. Maka esok paginya
kemudian Sarini cepat eepat meninggalkan penginapan langsung ke Gunung Slamet.
Beberapa minggu lalu ia pernah datang ke Gunung Slamet, bersama Prayoga. Maka
setiba di kaki Gunung Slamet, ia ingat pesan Jim Cing Cing Goling agar berhatihati.
ingat pesan orang tua itu. ia tidak berani datang langsung ke padepokan Hajar Sapta
Bumi.
Keterangan penduduk yang ditanya, semua menerangkan belum seorangpun tamu
datang ke padepokan. Namun gadis ini khawatir kalau dirinya terlambat datang.
Kemudian timbullah niatnya untuk mendahului yang lain, menyelidiki keadaan. Siapa
tahu dirinya dapat merebut kembali dua macam benda penting itu. Dan dengan begitu
ia tidak menjadi malu, sebab dengan jerih payahnya sendiri dapat merebut kembali dari

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tangan Swara Manis.
Sarini memang tabah dan cerdik. Sayang sekali sekarang ini dirinya sudah tidak
membekal senjata. Sangat berbahaya masuk ke padepokan Hajar Sapta Bumi tanpa
senjata. Terpikir kemudian untuk membuat dua macam senjata, bandringan dan
pedang.
Pandai besi yang diminta membuat pedang dan bandringan, menerima dengan
senang hati karena upah yang diterima amat banyak. Agar gadis yang pesan itu puas,
dicarikan bahan yang amat baik. Dengan semangat menggelora. pandai besi itu dengan
pembantunya bekerja keras. Sore hari dua macam senjata itu sudah selesai, walaupun
baru pagi harinya Sarini memesan.
Akan tetapi Sarini seorang cerdik. Walaupun yang dipesan itu nampak baik. tetapi
belum puas sebelum mencobanya. Untuk menguji ketangguhan senjata itu, dengan
menggerak-gerakkan tangan seperti menghadapi lawan. Setelah beberapa kali dirubah
dan diperbaiki oleh pandai besi itu, akhirnya Sarini puas.
Hari sudah menjelang malam ketika Sarini berangkat menuju padepokan ki Hajar
Sapta Bumi. Kendati masih agak jauh, Sarini sudah dapat melihat tembok batu merah
yang menjadi pagar padepokan.
Setelah jaraknya menjadi dekat, ia melihat banyak 0rang hilir keluar lewat pintu
padepokan. Ia cepat memanjat sebatang pohon yang rindang dan bersembunyi agar
kehadirannya tidak diketahui orang. Sambil duduk di atas pohon. pikirannya bekerja. Ia
sadar bahwa padepokan ini amat luas dan dikelilingi tembok batu yang tinggi dan
kokoh. Tidak gampang untuk menyelidiki keadaan. Dan ia sadar pula padepokan itu
tentu penuh dengan orang sakti, murid-murid Ki Hajar Sapta Bumi.
Di saat ia sedang menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan, mendadak ia
mendengar suara dahan bergerak dari pohon lain di dekatnya. Cepat-cepat Sarini
mempersiapkan bandringannya. Namun sejenak kemudian terdengar suara parau
perlahan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Kakang, rupanya padepokan ini kelak kemudian hari jatuh ke tangan Swara Manis.
Huh, kendati aku dan engkau merupakan paman gurunya, tetapi tidak mungkin dapat
memperoleh rejeki seperti dia."
Sarini kaget, dan membatalkan gerakannya. Kemudian ia memasang telinga agar
dapat mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan.
"Simbar! Engkau iri dan penasaran? Engkau tahu, dia toh mempunyai payung
agung. Huh, karena itu sebaiknya kita melihat dahulu. Huh, kalau kita tampil berempat,
apa yang akan diputuskan guru?"
Orang itu berhenti dan mendehem. Sejenak kemudian ia melanjutkan,
"Kemarin Jayeng Katon dan Murjangkung sudah membisikkan kepadaku. Guru
sudah pasti akan menurunkan ilmu pedang Samber Nyawa kepada Swara Manis."
Sarini cepat dapat memastikan, bahwa orang yang sedang bicara ini, murid Ki Hajar
Sapta Bumi. Tetapi yang membuatnya heran mengapa bersembunyi di atas pohon?
"Hem, benarkah itu? Aku kurang percaya! Bukankah kita yang sudah lebih lama
mengabdi kepada guru, dan sampai sekarang belum mendapatkan pelajaran ilmu
pedang itu?"
"Engkau boleh percaya dan boleh tidak. Akan tetapi guru memang pilih kasih.
Tahukah engkau bahwa baru kemarin bocah itu pulang sambil membawa pedang
mustika? Aku memang tidak tahu bagaimana cara bocah itu mendapatkan pedang
pusaka. Akan tetapi setelah bocah itu minta kepada guru, langsung saja dikabulkan."
Sarini menghela napas perlahan, khawatir didengar orang. Tetapi dari pembicaraan
ini, Sarini sudah tahu bahwa dua orang tersebut terhitung paman perguruan Swara
Manis. Mereka tidak puas akan sikap guru mereka. Dan kalau paman gurunya saja
tidak senang, ini merupakan bukti bahwa Swara Manis memang orang jahat.
ia sudah pernah mendengar, bahwa empat orang paman guru Swara Manis itu,
disebut Catur Sardula atau empat ekor macan padepokan. Mereka itu bernama
Sontrang Jiwa, Simbar Kemlaka, Jayeng Katon dan Murjangkung. Empat orang ini

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
merupakan tulang punggung padepokan, dan bisa diduga tentang ketinggian ilmu
mereka. Hanya yang membuat Sarini bertanya, apa sebabnya Swara Manis disebut
mempunyai payung agung?
Tak lama kemudian terdengar Sontrang Jiwa berkata lagi,
"Entah apa sebabnya. Kendati ibunya sudah meninggal lama sekali, tetapi guru tetap
sayang dan selalu membela boeah itu."
Tiba-tiba Simbar Kemlaka terkekeh. Lalu,
"Huh, memang si kuda binal itulah yang menjadi gara-gara. Kalau saja sebagai
seorang isteri setia, tentu saja kakang Aji Murdapa tidak berumur pendek. ... "
ia menghentikan kata-katanya yang belum selesai, kembali terkekeh. Sesudah puas
tertawa, barulah ia melanjutkan,
"Heh-heh-heh, sesudah kakang Murdapa meninggal, kemudian guru melanggar
pantangan sendiri, menerima bocah itu sebagai muridnya."
"Simbar!" hardik Sontrang Jiwa.
"Hati-hati sedikit membuka mulut! Bukankah engkau sendiri juga sudah tahu, kalau
guru takkan senang kalau ada orang mengungkit-ungkit kembali kematian kakang
Murdapa? Engkau akan celaka kalau hal ini sampai didengar guru."
Simbar Kemlaka tidak takut malah ketawa mengejek,
"Heh-heh-heh, jika guru sudah melarang, apakah orang bisa ditipu? Tak ada asap
tanpa api. Dan benda busuk kendati disembunyikan tetap saja menyebarkan bau busuk.
Aku ingin bertanya kepadamu, adakah seorang perempuan tidak menangis dan tidak
sedih ditinggal mati suaminya?"
"Dan hal itu terjadi," sambung Simbar Kemlaka.
"Ibu Swara Manis tidak menjadi sedih oleh meninggalnya suami. Malah yang
membuat orang heran, setelah suaminya meninggal, setahun kemudian perempuan itu
melahirkan anak. Hayo, siapa mau percaya kalau anak itu keturunan suami yang sudah
meninggal? Huh, tak perduli guru seorang sakti mandraguna. Tetapi setelah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Berhadapan dengan perempuan cantik, tak tahan juga. Orang menyebut Swara Manis
sebagai cucu murid Ki Hajar Sapta Bumi. Akan tetapi orangpun tahu hubungan
sesungguhnya antara Swara Manis dengan guru... "
Wajah Sarini mendadak merah mendengar itu.Ia malu, tetapi menahan diri justru
apa yang didengar sekarang ini, mempunyai sangkut paut dengan Swara Manis.
Tiba-tiba saja ia teringat ejekan Darmo Saroyo kepada Swara Manis, yang menyebut
ibu dan anak bersama-sama belajar kepada seorang guru. Buktinya ketika itu Swara
Manis marah sekali dan menantang Darmo Saroyo untuk berkelahi. Dan bukannya
terjadinya tantangan untuk berkelahi pada hari Lebaran ini,juga merupakan ekor dari
ejekan itu?
Ketika itu dari jauh terdengar suara kentong. Dan Sarini dapat menduga, kentong itu
dari Padepokan.
Sarini benar. Kentong itu merupakan tanda dari padepokan. memanggil semua
murid. Karena itu Sontrang Jiwa dan Simbar Kemlaka lalu meloncat turun dari pohon,
kemudian menuju padepokan.
Sarini belum berani beranjak dari tempat persembunyiannya. Ia akan tetap
menunggu sampai malam larut, dan semua penghuni padepokan sudah tidur.
Akhirnya sudah tengah malam. Sarini melompat turun langsung menuju pintu
gerbang padepokan, sekalipun sunyi sepi.
Sekarang timbul rasa penyesalannya, ia datang seorang diri. Padepokan ini tentu
dijaga ketat, sulit dirinya dapat menerobos masuk. Akan tetapi sebaliknya kalau harus
mundur. dirinya malu. Kemudian dengan berindap ia mengitari tembok padepokan
sambil meneliti. Tembok itu tingginya setombak lebih, kokoh dan licin, hingga tak
mungkin dapat dipanjat orang.
Namun Sarini sudah nekat. Menggunakan ilmu meringankan tubuh ajaran Kigede
Jamus, gadis ini segera melenting ke atas. Gerakannya ringan dan indah. Setelah
berjungkir-balik dua kali, ia dapat melayang turun di dalam tembok tanpa suara.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini terbelalak setelah berdiri di dalam padepokan. Karena bentuk rumah maupun
ruang dalam padepokan ini mempunyai bentuk yang sama. Lalu kemana dirinya harus
mencari tempat tinggal Swara Manis?
Di saat dirinya sedang menimbang-nimbang ini. tampak setitik cahaya penerangan.
Ia menjadi nekat. Mana mungkin bisa mendapat anak macan kalau tak berani masuk
sarang macan? Dengan gerakan ringan tetapi tetap berhati-hati, gadis ini melangkah
ke arah lampu bersinar. Tetapi setelah melewati beberapa ruangan, mendadak saja
Sarini bingung dan kepalanya pusing. Ia tidak tahu apa sebabnya, yang jelas begitu
masuk tidak tahu arah lagi.
Menghadapi kenyataan ini, barulah Sarini sadar telah tertindak gegabah. Kalau saja
dirinya patuh akan peringatan Jim Cing Cing Goling, menunggu sesudah teman-tmanya
datang, takkan berhadapan dengan kesulitan seperti ini.
Akan tetapi Sarini belum kehilangan kesadaran.Ia cepat berusaha keluar
meninggalkan padepokan. Tetapi celakanya ia sudah salah arah. Kendati sudah
berputarputar cukup lama, belum juga ia menemukan tempat semula masuk. Celakanya
lagi, lampu yang tadi tampak berkelip-kelip itu sekarang lenyap.
Sarini bingung dan gelisah. Mendadak dari arah belakang angin serangan
menjambar tubuh. Buru-buru ia melangkah maju untuk menghindari serangan. Namun
ia menjadi kaget sekali. Karena sebatang peadng sudah melintang di depannya.
Dalam keadaan terkejut, Sarini tidak kehilangan kesadaran. Setelah melihat yang
mengancam itu hanya anak kecil, cepat menggerakkan tangan mendorong, dengan
maksud menagkap bocah itu. Celakanya dugaannya salah. Bocah itu dapat bergerak
tangkas. Sekali surut ke belakang. bocah itu sudah menhilang. Sarini akan mengejar.
Tetapi tiba-tiba dari belakang sesosok tubuh kecil sudah menusuk dengan pedang.
Sarini kaget. Tetapi ketika ia mengulurkan tangan untuk merampas, mendadak dari
arah belakang ada serangan.
Ia tak sudi ditekan mentah-mentah, di samping tidak ingin menimbulkan keonaran.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Secepat kilat ia menjejakkan kaki dan melenting ke atas.lalu hinggap diatas atap.
Namun celaka! Baru saja kakinya menginjak atap, tiba-tiba atap itu bergerak ke bawah.
Ia terperanjat sekali dan berusaha mempertahankan keseimbangan tubuh. Tetapi
walaupun sudah berusaha sekuatnya, tak urung tubuhnya terperosok ke bawah.

Bluk !!
tubuhnya terbanting keras. Belum juga dirinya dapat bergerak, tahu tahu atap yang
bergerak tadi sudah kembali seperti semula.
Sarini terlongong keheranan menghadapi peristiwa yang baru dialami. Di samping
itu juga kagum bukan main, atas kepandaian Ki Hajar Sapta Bumi dalam mengatur
perangkap. Sekarang dirinya baru sadar, bahwa semua bangunan dalam padepokan ini
penuh dengan jebakan dan perangkap.
Untuk beberapa jenak lamanya Sarini berdiam diri, dalam usahanya menenangkan
kembali pikirannya. Kemudian ia memandang sekeliling dan melihat dirinya dalam
sebuah kamar berukuran sempit, tanpa jendela dan pintu. Dengan kekuatannya ia
berusaha mendorong dinding itu, tetapi dinding itu kokoh seperti baja. Ia menjadi
gelisah. Kemudian ia mencoba menghantam dinding kamar dengan bandringan. Namun
dinding itu tidak apa-apa, dan hanya menerbitkan suara yang mendengung.
Berkali-kali ia menghantam dinding kamar dengan bandringan. Tetapi sia-sia
belaka, dan yang diperoleh hanya lelah. Akhirnya menyerah kalah, berdiam diri agar
tidak kehabisan tenaga. Berbahaya kalau dirinya kehabisan tenaga, kemudian ada
bahaya mengancam.
Belum lama Sarini menghentikan usahanya membobol dinding, terdengar olehnya
dinding bagian atas bergerak, dan tampaklah pintu kecil. Sarini cepat menyembunyikan
diri dan mempersiapkan bandringannya. Tak peduli siapapun yang datang, akan
disambut dengan serangan.
Anehnya, cukup lama ia menunggu, tidak juga seorangpun masuk. Hatinya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
berdebaran tegang, dan tibatiba telinganya menangkap suara ketawa bocah. Sarini
mengerutkan alis. Dalam hati bertanya-tanya, siapakah bocah yang sedang tertawa di
luar kamar?
"Masuklah dulu!" terdengar suara bocah yang menganjurkan.
"Ah tetapi melihat potongan tubuhnya, orang tadi seorang perempuan. "
"Ah... jangan-jangan bukan manusia, tetapi kuntilanak ..."jawab suara yang lain.
"Huh, lekaslah masuk. jangan banyak alasan. Kakek Guru bisa marah dan menuduh
kita sebagai penakut ..."
Sarini tersenyum setelah mengenal suara bocah itu, dan berseru,
"Bukankah kalian adik Sutirto dan Sucitro? Hayo, cepatlah masuk. Mengapa takut?
Apakah engkau sudah lupa kepada diriku?"
Mendadak suara di balik dinding lenyap setelah Sarini memanggil. Sarini
mengulangi beberapa kali, baru kemudian nampak kepala seorang bocah. Tak salah
lagi, ternyata bocah yang sudah ia kenal.
Setelah masuk, Sucitro menyalakan lampu. Sarini pura-pura marah, hardiknya,
"Hai adik Sucitro! Apa sebabnya engkau menjebak aku seperti ini?"
Dasar bocah. ia menjadi kikuk dan malu menghadapi Sarini yang sudah ia kenal. Ia
tidak menjawab pertanyaan Sarini, lalu berseru memanggil Sutirto.
"Hai Tirto! Apa sebabnya engkau tak cepat menyusul kemari? Ah celaka... kita sudah
salah tangkap. Ternyata yang kita tangkap mbakyu Sarini, yang tempo hari datang
mencari kakang Swara Manis."
Sarini cepat-cepat menyambung,
"Adik Sutirto! Apakah benar engkau tidak sudi bertemu dengan aku, dan tidak sudi
pula datang ke mari?"
Tak lama kemudian menerobos masuk lewat jendela kecil itu, seorang bocah dengan
wajah yang agak malumalu, lalu menjawab,
"mBakyu Sarini mencari kakang Swara Manis? Tetapi apakah sebabnya engkau

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
datang kemari di waktu malam seperti ini? Hem...untung mbakyu bertemu dengan kami.
Kalau saja bertemu dengan orang lain, apakah tidak runyam?"
Dalam usaha agar tidak dicurigai, ia tidak marah disebut mencari Swara Manis.
Jawabnya kemudian,
"Ya. Aku memang mencari kakang Swara Manis, karena ada urusan sangat penting.
Tadi aku menduga, sesudah aku datang ke mari. tentu ada orang yang akan
memberitahukan kepada dia. Tidak kuduga sama sekali, kalian malah menyambut
kehadiranku dengan serangan-serangan. Malah kemudian kalian menjebak diriku ke
kamar sempit ini."
Sarini memang gadis yang pintar bicara. Dirinya sendiri yang bersalah, tetapi
dengan cerdiknya malah menyalahkan orang lain.
Dua bocah mengamati Sarini, kemudian Sucitro berkata,
"Ah, mbakyu jangan cepat menyalahkan kami, dan marah! Kami harus tunduk
kepada peraturan padepokan. Bila seseorang berani masuk ke mari secara gelap, tentu
akan ditangkap dan ditahan. Tentang hukumannya? Yang akan menentukan paman
Sontrang Jiwa, mBakyu, engkau harus tahu. Bahwa atap padepokan ini dilengkapi
dengan alat perangkap. Yang warna atapnya hijau, di dalamnya terdapat alat jebakan
berbahaya. Tetapi yang warnanya merah, tidak diberi perangkap."
Sucitro tanpa ditanya sudah memberi keterangan, tidak lain bocah ini menduga,
kalau Sarini salah seorang pacar Swara Manis. Sekalipun masih kecil, mereka sudah
mendengar pula tentang sepak-terjang Swara Manis, yang banyak mempunyai pacar
gadis cantik.
Barang tentu Sarini amat gembira. Tetapi ia berusaha menyembunyikan perasaan,
katanya,
"Jika begitu, cepat antarkan aku ke tempat kakang Suara Manis. 0 ya, apakah kalian
belum mendengar rencana hari lebaran?"
"Kakang Swara Manis masih menghadap kakek guru," sahut Sucitro.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Menurut keterangan sedang sibuk menerima pelajaran pedang Samber Nyawa."
Sucitro menyambung,
"Kemarin kakang Swara Manis sudah memberi pesan. Kami harus menolak kalau
ada orang yang mencari dia. Karena itu, maafkan kami tidak berani melanggar pesan
itu."
"Kalian tahu apa!" hardik Sarini yang pura-pura urusan ini sangat penting.
"Urusan yang menyangkut kalah dan menangnya pihak padepokan ini. Kalian
hendaknya tidak membanggakan diri kakek gurumu sebagai orang sakti mandraguna.
Sebab keterangan itu hanya dongeng tidak masuk akal. Apakah kalian belum pernah
mendengar cerita raja Alengka yang bernama Dasamuka di dalam cerita wayang?"
Sarini berhenti sejenak untuk memperoleh kesan. Setelah dua orang bocah itu
mengangguk, Sarini melanjutkan.
"Dasamuka atau Rahwanaraja terkenal sebagai orang sakti mandraguna dan
memiliki aji Pancasona. Karena memiliki aji Pancasona, walaupun mati dapat hidup
kembali sebelum sampai pada takdir. Hem, karena memiliki aji Pancasona itu Rahwana
tidak takut mati, dan tidak takut kepada siapapun. Akan tetapi kendati demikian, tidak
urung kerajaan Alengka dapat dihancurkan oleh prabu Ramawijaya. Dasamuka yang
tidak dapat mati, ditimbun dengan gunung oleh Hanoman. Begitulah akhir dari
kehidupan raja Alengka."
Sutirto dan Sueitro tertarik juga mendengar cerita Sarini itu. Mereka minta supaya
Sarini meneruskan.
"Hem, yang lebih mudah kalian ingat, tentang gunung ini," Sarini melanjutkan.
"Bukankah gunung ini tinggi? Tetapi kendati sudah tinggi, masih ada awan di
atasnya. Dan di atas awan masih ada lagi bintang, sedang di atas bintang masih ada
lagi angkasa. Betapapun saktinya seseorang, namun tentu masih ada yang lain yang
lebih sakti. Tahu?"
Sarini berhenti sejenak, mengambil napas, kemudian melanjutkan,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Jika seseorang membanggakan diri sebagai manusia tak terkalahkan, dia itu orang
gila dan sombong. Pada suatu ketika orang itu akan tertumbuk kenyataan tak terbantah.
Nah, ketahuilah pada hari Le-baran ini, Gunung Slamet akan kebanjiran tamu tokoh
sakti. Antara lain Ali Ngumar dengan julukan Kilat Buwono, Ladrang Kuning, Kigede
Jamus. Jim Cing Cing Goling, dan masih banyak lagi. Apakah kalian hanya akan
mengandalkan kesaktian Ki Hajar Sapta Bumi seorang saja? Hem, itu berbahaya! Oleh
karena itu aku datang ke mari pada malam ini, tidak lain untuk menyampaikan urusan
sepenting ini."
Terpikat oleh obrolan Sarini. akhirnya dua bocah itu percaya bahwa kehadiran
mereka merasa terpanggil hatinya untuk memberitahukan rahasia padepokan ini, agar
tidak tersesat jalan menuju ke tempat kakek gurunya.
Dua bocah itu lalu mengajak Sarini keluar dari kamar. Sesudah di luar, Sucitro
menerangkan,
"mBakyu, apabila engkau sampai pada tiang berwarna kuning, beloklah ke kiri.
Sesudah itu engkau akan sampai pada pendapa yang luas. Sedang di samping pendapa,
akan tampak olehmu ruangan yang luas. Nah. di situlah kakang Swara Manis tengah
menerima pelajaran ilmu pedang Sumber Nyawa dari kakek guru."
Ia berhenti sejenak, setelah mengamati Sarini ia meneruskan,
"mBaky u, kami tidak dapat mengantar engkau ke sana. Karena malam ini kami
bertugas berjaga. Tetapi terimalah tanda rahasia ini. Kalau ada orang yang
menghadang diperjalanan, tunjukkan tanda rahasia ini tentu beres. Semua orang
padepokan tahu, bahwa tanda rahasia ini berarti kehadiran mbakyu di sini memang
sudah seijin kakek guru."
Bocah yang masih hijau itu memang belum mengenal tipu muslihat. Mereka
merupakan murid Simbar Kemlaka, dan biasanya kalau berdinas jaga selalu teliti. Akan
tetapi sekarang dengan gampang dapat ditipu oleh Sarini, bukan karena sudah pernah
bertemu. Ketika itu, dua bocah ini memperoleh kesan yang baik terhadap Sarini. Maka

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kemudian mereka percaya, bahwa kehadirannya di padepokan ini memang mempunyai
kepentingan langsung dengan Swara Manis.
Sarini mengangguk sambil tersenyum. Katanya,
"Nan ti sesudah aku ketemu kakang Swara Manis, akan aku laporkan kebaikan kalian
kepadaku. Bukankah kalian akan bangga pula jika mempunyai seorang kakak
seperguruan yang sakti mandraguna seperti dia?"
"Ya! Sudah amat lama sekali kami mengharapkan memperoleh pelajaran ilmu
Jathayu nandang papa yang hebat itu," sahut Sutirto.
Sarini menyanggupkan diri, untuk memintakan kepada Swara Manis tentang
keinginan bocah itu. Kemudian ia pamit untuk pergi, dan sambil melangkah Sarini
memperhatikan sekeliling. Benar seperti yang sudah diterangkan bocah itu. Setiap tiga
buah kamar, tentu terdapat tiang yang warnanya kuning. Dari tiang tersebut ia
membelok ke kiri. Tetapi tiba-tiba seseorang telah menegur.
Sarini terperanjat! Ia mendengar suara tetapi tidak melihat orangnya. Sarini tidak
mau membuka mulut, lalu menunjukkan tanda rahasia pemberian Sucitro, lalu ia
melangkah meneruskan perjalanan. Baru beberapa langkah pergi ia mendengar suara
orang dari arah belakang,
"Aneh! Mengapa perempuan?"
Sarini kaget. Untung sekali segera terdengar suara lain yang menyahut,
"Engkau mengapa rewel seperti paling kuasa di sini? Peduli apa perempuan atau
laki-laki. Kalau dia sudah membawa tanda rahasia padepokan, merupakan bukti
meyakinkan, tak bisa diragukan lagi. Hem, sudahlah! Kita tidak perlu usil. Kakak guru
bisa benci kepadamu dan tak mau lagi menurunkan ilmu pedang Samber Nyawa yang
termashur itu."
Diam-diam Sarini memperoleh kesan, bahwa Hajar Sapta Bumi memang pilih kasih.
Orang tua itu selalu memanjakan Swara Manis, sehingga menimbulkan rasa tidak puas
di antara murid dan cucu murid sendiri.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini melangkah terus tanpa gangguan. Karena di tempat orang menegur tadi,
sebenarnya merupakan pos penjagaan paling ketat. Yang berjaga bisa melihat orang
yang lewat, sebaliknya orang yang lewat tak dapat melihat yang sedang jaga.
Walaupun seterusnya sering kali bertemu dengan orang meronda. tetapi pemuda itu
tidak mengganggu setelah melihat tanda rahasia.
Akhirnya sampailah di pendapa yang dituju. Pendapa yang luas itu sepi, sedang
penerangan tidak begitu terang, sehingga memberi kesan menyeramkan. Karena tidak
menghendaki bertemu dengan orang-orang yang tidak diharapkan. Sarini mempercepat
langkah masuk pendapa, langsung menuju ke samping. Jantungnya berdebaran, setelah
mendengar suara denting pedang.
Menduga Swara Manis di dalam ruangan itu, Sarini berjingkat mendekati agar tidak
menimbulkan suara. Tetapi kemudian jantungnya tambah berdebar, ketika melihat
semua pintu ruangan tersebut tertutup rapat.Ia mendekati jendela, lalu mengintip ke
dalam, akan tetapi baru saja ia mengintip. ia sudah mundur ke belakang seperti dipagut
ular.
Jantungnya semakin berdetak keras. Di saat mengintip, belum juga melihat sesuatu,
matanya telah tertumbuk sepasang mata yang sinarnya berkemilauan dan berapi
menatap dirinya. Menduga dirinya telah diketahui orang, maka cepat-cepat ia surut
mundur.
Akan tetapi benarkah dugaannya itu? Tidak!Ia terlalu hati-hati, sehingga sampai
keliru duga. Sebenarnya saja, sepasang mata itu tidak memandang dirinya. Kalau ia
merasa dipandang, tidak lain memang sepasang mata itu luar biasa. Hingga seluruh
ruang seakan-akan dikuasai 0leh pancaran mata yang tajam itu.
Mendadak dari dalam ruangan terdengar suara Swara Manis,
"Kakek! Apakah jurus yang aku gerakkan tadi sudah benar?"
Tidak terdengar suara jawaban. Yang terdengar kemudian hanyalah suara sambaran
pedang yang amat cepat.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini tak kuasa menahan sabarnya lagi. Ia mengintip lagi di sela kayu jendela. Yang
nampak pertama kali olehnya, lagi-lagi sepasang mata yang luar biasa itu. Tetapi kali
ini ia tidak menghiraukan lagi dan terus mengamati keadaan dalam ruang tersebut.
Sekarang ia baru mengerti jelas, Swara Manis sedang bergerak dengan pedang pusaka
Nyai Baruni. Ilmu pedang yang dimainkan itu aneh sekali gerakannya. di samping
perobahannya sulit diduga. Menurut penilaiannya, ilmu-pedang itu memang luar biasa.
Tak heran disebut ilmu pedang "Samber Nyawa". Sebab lawan yang kurang hati-hati,
nyawanya akan disambar dan melayang. Kemudian Sarini melihat sebuah kursi besar
beralas kulit harimau. Kursi itu diduduki seorang laki-laki tua berwajah buruk. Mulut
lebar, hidung melesak, rambut yang tidak tertutup ikat kepala warnanya kemerahan,
sedang kulit tubuhnya hitam legam. Orang tua itu mengenakan pakaian dengan warna
merah darah. Melihat semua itu Sarini cepat menduga orang tua inilah kiranya yang
disebut Ki Hajar Sapta Bumi, dan terkenal sakti mandraguna. Menilik sinar mata yang
luar biasa tajamnya itu, memang cukup membuktikan bahwa laki-laki tua itu berilmu
tinggi.
"Swara Manis! Di dalam pertemuan di hari Lebaran nanti, engkau harus menang
dan tidak boleh kalah. Apakah engkau mengerti?" kata kakek berwajah jelek itu
perlahan, tetapi berwibawa,
"Mengerti, guru?" sahut Swara Manis.
Hajar Sapta Bumi menghela napas pendek. Lalu,
"Ketahuilah, sesudah engkau berhasil meyakinkan ilmu pedang Samber Nyawa ini,
kepandaianmu lebih tinggi dari semua pamanmu. Dengan begitu aku harapkan, engkau
tidak menyia-nyiakan harapan ayahmu almarhum."
Swara Manis menghentikan gerakan pedangnya. Lalu sambil menatap kakek
gurunya, ia bertanya,
"Kakek, aku masih ingat kata-kata kakek waktu itu. Bahwa orang yang menggunakan
senjata ular hidup, yang dilatih semacam tongkat lemas atau cambuk hebatnya tidak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terkira. Apakah ular sakti Gadung Dahana itu, belum memenuhi syarat untuk maksud
tersebut?"
Hajar Sapta Bumi ketawa lirih, ia mengangguk sambil berkata,
"Apa yang engkau kemukakan memang tepat. Akan tetapi dalam perkelahian nanti,
apabila di pihak lawan terdapat banyak tokoh sakti, sudah tentu aku tak dapat berpeluk
tangan."
Kakek itu berhenti sejenak, sesudah mendehem lalu melanjutkan,
"Ilmu teisebut memang belum tiba saatnya aku belikan kepadamu. Tetapi juga belum
terlambat aku ajarkan kepadamu, apabila engkau telah berhasil meyakinkan ilmu
pedang Samber Nyawa. Tetapi hem, kiranya dari semua ilmu itu yang terlebih penting,
adalah mustika dalam batu yang kau laporkan itu. Engkau harus dapat memeproleh
mustika dalam batu itu, untuk kepentingan dirimu sendiri."
Swara Manis menatap kakek gurunya, kemudian menjawab mantap,
"Mustika batu itu telah aku lemparkan ke dalam telaga, karena itu tidak mungkin
orang dapat menemukannya."
"Di daerah Dieng memang banyak telaga besar maupun kecil," kata Hajar Sapta
Bumi.
"Dengan keterangan itu, aku setengah dapat memastikan, bahwa telaga yang
menyimpan mustika batu itu, telaga Merdada, merupakan telaga luas dan airnya amat
dalam. Telaga itu memang aneh, warna airnya hijau. Dahulu, ketika muda akupun
sudah pernah datang ke sana."
Sarini terpikat perhatiannya. Dalam hati ingin sekali mendapat penjelasan lebih
lanjut dari Hajar Sapta Bumi. Akan tetapi celakanya, orang tua itu tidak melanjutkan
lagi.
Diam-diam Sarini mendongkol. Tiba-tiba teringatlah ia akan nasib Prayoga dan
Wasi Jaladara yang hilang secara aneh di Dieng. Teringat pemuda yang dicintai,
tibatiba saja hatinya menjadi gundah. Pikirannya melayang, dan ia lupa menguasai

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
pernapasannya.Ia terlupa bahwa saat sekarang sedang di dalam sarang harimau dan
tengah pula mengintip tempat berbahaya.
Bagi orang biasa, teriakan napas Sarini itu memang takkan dapat didengar. Akan
tetapi bagi telinga Hajar Sapta Bumi yang sakti amat peka sekali. Jangan lagi
pernapasan orang, melarangnya daun keringpun dapat didengar jelas.
Hajar Sapta Bumi terkejut merasa diintip orang dari luar. Seketika wajahnya
berubah menjadi bengis, tetapi celakanya Sarini tidak menyadari keadaan.
Akan tetapi naluri wanita lebih tajam dibanding lakilaki.Ia seperti mendapat firasat
adanya sesuatu yang akan terjadi. Secepat kilat ia melenting ke udara. Tepat di saat
dirinya melambung ke udara itu, sebilah benda melayang ke luar jendela dan
menyambar bawah telapak kaki, kemudian melesak ke dalam dinding kayu.
Sarini tambah gugup, ia menyadari kehadirannya diketahui orang. Cepat-cepat ia
melarikan diri ke luar. Tetapi mendadak ia seperti membentur benda lunak. Ketika
mengangkat kepala, celaka... ia telah membentur tubuh Hajar Sapta Bumi.
Sarini gugup berbareng takut. Di luar dugaannya, orang tua itu sudah bergerak gesit
dan menghadang dirinya. Buru-buru ia berputar tubuh untuk lari. Tetapi pada saat itu
Hajar Sapta Bumi membuka mulut seperti tertawa. Yang aneh, tidak terdengar suara
apa-apa. Hanya sesaat kemudian Sarini merasakan telah digempur oleh tenaga dahsyat
yang tidak nampak.
Dalam usahanya menyelamatkan diri, Sarini nekat meloncat ke atas. Tetapi ketika
tubuhnya di udara, ia seperti dilanda badai dahsyat dan tubuhnya dihempas seperti
layang-layang putus talinya. Kalau saja tidak terhalang oleh tembok batu, tentu dirinya
telah melayang entah ke mana.
Buk...!! tubuhnya terbentur tembok, sakitnya bukan kepalang. Cepat-cepat ia
mengerahkan semangat untuk menahan rasa sakit. Dan tepat pada saat Sarini jatuh ke
lantai, terdengarlah suara yang tak asing lagi, suara Swara Manis,
"O... adik Sarinikah, yang berkunjung ke mari?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kendati dalam hati benci setengah mati kepada laki laki' itu, aku tak jadi mati digigit
ular Gadung Dahana.
Ketika itu Sarini telah berdiri dan bersandar tembok. Hajar Sapta Bumi masuk ke
ruangan lagi sambil memerintah.
"Swara Manis. Tangkap dulu budak perempuan itu."
Swara Manis mengiakan, kemudian dengan cepat telah menabaskan pedangnya ke
lengan Sarini. Tampaknya Sarini sudah putus-asa dan tak mau melawan. Akan tetapi
sebenarnya sedang mencari daya untuk lolos.
Melihat Sarini menyerah tanpa daya, Swara Manis menghentikan gerakannya
menabas. Hal itu selaras dengan maksud hatinya, agar gadis itu takut oleh
gertakannya.
"Sarini, serahkan tanganmu untuk aku ikat."
Sarini mengulurkan dua tangan lurus ke depan, dan tampaknya benar-benar sudah
menyerah.
Berhadapan dengan Sarini yang cantik, tiba-tiba saja kumat penyakit Swara Manis
yang suka mempermainkan perempuan. Kendati Sarini kalah cantik dengan Mariam,
akan tetapi Sarini seorang gadis yang menyenangkan.
Sebagai laki-laki yang tak malu mempermainkan perempuan, menghadapi Sarini
yang tak berdaya ini timbullah nafsu jahatnya. Pedang segera dipindah ke tangan kiri,
kemudian tangan kanan terulur untuk memegang dada... .
Sarini hampir pingsan menahan rasa malu dan marah. Tetapi dalam keadaan
terpojok, ia belum mau menyerah kalah.Ia menggerakkan tangan ke depan, dan gaya
serangannya aneh. Mendorong tidak dan memukulpun tidak. Akan tetapi sebenarnya
ilmu tersebut aneh dan berbahaya, ilmu tangan kosong ajaran Kigede Jamus.
Crak! Siku lengan Swara Manis sudah dicengkeram sepenuh tenaga. Saat itu juga
Swara Manis merasakan lengannya lemas tak bertenaga lagi. Jari yang semula
menggenggam hulu pedang Nyai Baruni terbuka, kemudian pedang itu sudah berpindah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ke tangan Sarini.
Gadis itu gembira sekali dan menggerakkan pedang untuk menyerang. Akan tetapi
mendadak ia merasakan pergelangan tangan kirinya sakit sekali dan hilang tenaga.
Ternyata Swara Manis sudah bergerak tidak kalah sebatnya membalas mencengkeram
pergelangan tangan kiri Sarini.
"Awas! Jika tak kau lepaskan tanganku, akan kupapas dengan pedang ini." Sarini
membentak.
Swara Manis terkenal penuh tipu daya dan licik. Ancaman Sarini ini tidak membuat
Swara Manis menyerah, tetapi makin memperkuat cengkeraman, sambil menggerakkan
tangan kiri untuk merebut pedang.
Akan tetapi kali ini Sarini tak dapat ditipu. Pedangnya bergerak untuk menabas
lengan Suara Manis, sehingga Suara Manis terpaksa meloncat mundur dengan wajah
pucat.
Sarini tak melepaskan kesempatan baik ini.Ia melompat dan menikam kaki. Jaraknya
amat dekat, dalam keadaan seperti ini Swara Manis harus memilih satu di antara dua.
Ia harus menyerahkan Kaki untuk dibabat, atau selamat tetapi kehilangan pedang.
Dua-duanya amat merugikan, tetapi tentu saja swara Manis memilih kehilangan
pedang. Dalam hatinya percaya, tidak mungkin Sarini dapat lolos apabila berhadapan
dengan kakek gurunya.
Akan tetapi Swara Manis memang licik dan licin. Walaupun harus kehilangan
pedang, ia harus dapat melampiaskan kemarahannya. Dalam meloncat ke belakang, ia
menggunakan jari tangan untuk menusuk pergelangan tangan Sarini. Akibatnya
memang hebat. Sarini merasakan aliran hawa yang keras menyerang aliran darah,
sehingga seperti mati rasa.
Untung Sarini bukan gadis penakut.Ia bukan menyerah malah makin menjadi kalap.
Dengan sisa tenaga yang masih ada, ia menikamkan pedangnya. Swara Manis terkejut
bukan main dan memiringkan tubuh menghindarkan diri. Akan tetapi tidak urung

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
lengan kiri tergores dan mengeluarkan darah.
Dalam keadaan seperti ini Sarini tidak takut mati. Kalau toh mati, harus bersama
dengan lawan. Dengan mengerahkan tenaga, ia menabas lengan Swara Manis.
Swara Manis kaget sekali. Kalau menghindar, tentu cengkeramannya ke pergelangan
tangan Sarini akan lepas lagi. Tetapi sebagai seorang licin, ia cepat menemukan akal.Ia
menarik tangan Sarini, sehingga apabila tetap menabas, pedang itu akan membuntungi
lengan sendiri.
Celakanya Sarini tak dapat ditipu. Cepat-cepat ia membalikkan siku menahan
pedang, dan secepat kilat pedang bergerak membabat lawan.
Swara Manis terkejut lagi. Tentu saja laki-laki ini tidak sedia tubuhnya menjadi
mangsa pedang.Ia menyelinap ke samping sambil menekuk lengan Sarini ke belakang.
Bagaimanapun dengan akal ini. Sarini meringis ke belakang.Ia menggerakkan pedang
ke belakang, tetapi Suara Manis dengan lincah selalu menghindar.
Sarini tambah kalap, ia memilih mati daripada harus menderita malu.Ia cepat
mengangkat pedang ke depan. Maksudnya membabat tubuhnya sendiri, dan dengan
bcgitu Swara Manis yang di belakangnya juga akan ikut mati.
Akan tetapi bukan Swara Manis kalau tak dapat menduga maksud Sarini.
Cepat-cepat ia melesat ke depan Sarini. kemudian bermaksud meringkus Sarini hidup
hidup sesuai perintah kakek gurunya.
Setelah di depan Sarini, dengan gerakan kilat ia berusaha merebut pedang. Akan
tetapi tidak kalah cepatnya, Sarini sudah membabatkan pedang.
Swara Manis belum ingin mati.Ia melepaskan cengkeramannya dan meloncat
mundur. Namun setelah lepas dari cengkeraman, semangat Sarini menyala. Cepat ia
memburu, sedang Swara Manis yang menjadi ketakutan ingin melarikan diri. Akan
tetapi belum juga sempat lari, tiba-tiba terdengar suara Hajar Sapta Bumi dari dalam
ruangan,
"Anak, apakah engkau sudah selesai?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Dapat dibayangkan betapa bingung Swara Manis saat ini. Yang terjadi dirinya tak
dapat menangkap Sarini, malah kehilangan pedang. Sebagai muridnya, ia mengenal
watak Hajar Sapta Bumi. Kendati wajahnya buruk, tetapi pribadinya tinggi dan selalu
mengindahkan keperwiraan. Karena itu apabila hal ini diketahui kakek gurunya, tentu
akan dipandang tidak berguna.
"Ya, hampir selesai!" sahut Swara Manis.
Sambil menyahut ia menerjang. Untuk menghadapi lawan yang berpedang, ia
menggunakan senjata kipas andalannya.
Pada mulanya-Sarini tertegun mendengar suara Hajar Sapta Bumi. Tetapi ketika
Suara Manis menyerang lagi, ia cepat menangkis dan akan melarikan diri. Celakanya
Swara Manis tak mau kehilangan pedang pusaka Nyai Baruni. Segera digunakan ilmu
Jathayu nandang papa. sehingga Sarini menjadi bingung.
Sarini sekarang mati kutu. Berulang kali ia ingin lari, tetapi selalu dibayangi oleh
serangan lawan. Kendati ia menggunakan pedang pusaka, namun menjadi sibuk juga
menghadapi serangan lawan yang gencar.
Karena sulit lari, Sarini menjadi marah. Cepat ia memindahkan pedang ke tangan
kiri. lalu mempemiainkan ilmu pedang Bumi Gonjing, ajaran Ladrang Kuning.
Serangan pertama dengan tusukan ke arah tenggorokan.
Ilmu pedang Bumi Gonjing sudah terkenal hebatnya sejak belasan tahun lalu. Begitu
digunakan, keadaan cepat berubah. Kalau tadi Swara Manis yang selalu menyerang,
sekarang berbalik diserang. Bahkan bukan hanya diserang, tetapi hampir kalah.
Melihat hasil serangannya, Sarini berdebar hati. Ia menyusuli lagi dengan serangan
gencar. Swara Manis kelabakan, terpaksa harus mundur sampai setombak lebih.
Sungguh sayang, Sarini tetap membayangi. Maju dua langkah ke depan, Sarini
mengayunkan pedang untuk membelah tubuh Swara Manis. Untuk menghindarkan diri
Swara Manis mundur. Tetapi tiba-tiba Sarini hendak melarikan diri.
Belum juga berhasil, sesosok tubuh telah melayang ke arahny a. kemudian

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
pundaknya sakit akibat cengkeraman tangan yang kuat.
"Aduh !" Sarini memekik tertahan, dan bukan main kagetnya setelah tahu, dirinya
dicengkeram oleh Hajar Sapta Bumi.
Kakek itu memang heran, mengapa cukup lama Swara Manis belum juga membawa
gadis itu ke dalam ruangan. Karena curiga ia keluar, dan betapa terkejutnya ketika
mendengar suara senjata berdencing. Kemudian kagetnya bertambah lagi, ketika
melihat murid kesayangannya bukan sedang meringkus Sarini, akan tetapi malah
keadaan berbahaya oleh serangan lawan.
Sarini merasakan tenaganya habis, kemudian trang, pedang Nyai Baruni lepas dari
tangannya. Begitu Hajar Sapta Bumi mendorong, Sarini terhuyung ke depan. Masih
untung kakek itu tak mau mencelakakan orang muda, dan mendorong hanya perlahan.
Kalau menggunakan tenaga , tentu nyawa Sarini sudah melayang.
Hajar Sapta Bumi heran mengapa pedang Nyai Baruni sampai jatuh ke tangan
Sarini. Ketika Swara Manis memungut pedang itu dengan wajah berseri, ia cepat
menegur,
"Hai, Swara Manis! Mengapa pedang itu sampai dapat direbut oleh dia?"
Dalam hati Swara Manis mengeluh. Kalau berterus terang, kakek gurunya akan
mencaci-maki. Sebaliknya kalau tidak, bukti sudah berbicara. Namun demikian ia tidak
kurang akal, jawabnya,
"Ketika cucu agak lengah, dia sudah menyambar pedang yang aku letakkan di atas
tembok."
"Hem, mustahil!" kakek itu tak percaya.
Sarini mempunyai kesan lain terhadap Hajar Sapta Bumi, setelah dirinya tadi tidak
dicelakai. Setelah mendengar kakek itu menghela napas, Sarini menggunakan
kesempatan untuk mendamprat Swara Manis,
"Hai Swara Manis! Apakah engkau sekarang sudah berobah menjadi manusia tidak
tahu malu? Huh, jika tidak aku rebut dari tanganmu, mana mungkin engkau bermurah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
hati memberikan pedang itu kepadaku?"
Mendadak wajah Swara Manis pucat. Sebaliknya sepasang mata Hajar Sapta Bumi
menyala dan beringas. Melihat itu Swara Manis ketakutan setengah mati, dan
buru-buru memberi keterangan.
"Kakek, hendaknya tidak mudah percaya keterangan orang lain. Dia memang
sengaja membakar hati kakek agar marah. Mungkinkah dia dapat merebut pedang dari
tanganku?"
Sarini ketawa mengejek. Hajar Sapta Bumi menatap dengan tajam, lalu bertanya,
"Bocah! Siapa gurumu? Dan mengapa pula malam begini engkau menyelundup
masuk ke mari?"
Pertanyaan itu memberi sarini untuk merangkai siasat. Ia memberi hormat, kemudian
menjawab,
"Saya yang rendah ini murid bapa Ali Ngumar dari Muria. Aku dititahkan guru
menghadap kakek di sini, dengan untuk memperoleh penjelasan dan ketetapan waktu
perkelahian pada hari Lebaran nanti."
Sarini memang cerdik. Ia tahu bahwa dalam tata kesopanan yang lazim di antara
para tokoh sakti, kendati dua pihak sedang bermusuhan, tetapi seorang utusan tidak
boleh dibunuh dan dihina. Oleh karena itu ia segera mengaku sebagai utusan gurunya.
Hajar Sapta Bumi menghela napas pendek. Diam-diam bersyukur, Swara Manis tidak
berhasil menangkap gadis ini. Kalau sampai ditangkap, tentu padepokan ini akan diejek
dan direndahkan orang.
Meskipun demikian kakek ini tidak lekas percaya, tanyanya,
"Adakah engkau membawa surat dari gurumu?"
Sarini tertegun sejenak. Tetapi sebagai gadis cerdik, cepat ia menjawab,
"Ucapan para tokoh angkatan tua lebih berharga dari emas. Janji akan selalu
ditepati, mengapa masih harus dengan surat?"
Jawaban Sarini ini tepat sekali. Celakanya ia lupa bahwa Swara Manis yang licin

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
saat ini hadir.Ia mengamati gerak-gerik Sarini, kemudian ketawa dingin sambil berkata,

"Kakek, lebih baik tidak cepat percaya ocehan gadis ini. Memang benar dia salah
seorang murid Ali Ngumar. Tetapi nyatanya, rombongan Ali Ngumar belum datang,
dan mengapa sudah dapat mengirim utusan? Apa pula tentang perkelahian pada hari
Lebaran itu sudah jelas, sekalipun perjanjian yang kita buat hanya lisan saja. Tentunya
sudah tidak ada lagi masalah yang harus diperbincangkan."
Swara Manis berhenti dan mencari kesan. Karena kakek gurunya tidak membuka
mulut, ia melanjutkan,
"Aku menduga tentu ada sesuatu yang terselip di balik peristiwa ini. Aku menduga
Ali Ngumar dan sekutunya iri dan dengki oleh keharuman nama kakek. Karena itu
kedatangan mereka ke mari tentu mempunyai maksud yang lain lagi. Kiranya malah
tidak mustahil, kalau mereka memang bermaksud untuk merebut padepokan ini."
Ucapan Swara Manis ini kuasa membakar hati Hajar Sapta Bumi. Mendadak alisnya
berkerut, dan sepasang matanya berobah membara.
Sarini terkesiap untuk sejenak. Namun gadis yang tabah ini kemudian ketawa dingin,
katanya,
"Hai Swara Manis! Sungguh engkau curang. Karena takut ditegur oleh kakek
gurumu, engkau telah berdusta. Bukankah begitu? Padahal yang nyata, pedang pusaka
tadi aku rebut dari tanganmu, dan bukan aku ambil dari atas tembok."
Ia marah, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa, karena Swara Manis telah kenal akan
watak kakek gurunya. Ternyata kemudian kekhawatirannya terbukti. Terdengar
suaranya yang agak bengis.
"Swara Manis! Tidak perduli dengan maksud apa bocah ini datang ke mari ' malam
ini. Akan tetapi ucapannya yang dapat merebut pedang dari tanganmu, sungguh
memalukan sekali. Huh, mana mungkin pedangmu bisa direbut? Untuk membuktikan,
ingin aku melihat barang sebentar. Buktikan, gadis ini dapat merebut pedangmu atau

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tidak."
Lega hati Swara Manis mendengar keputusan kakek gurunya. Ia tadi memang lengah,
sehingga pedangnya dapat direbut. Akan tetapi sekarang kalau harus berhadapan,
manakah mungkin pedangnya dapat direbut?
Ia memang licik. Ia tidak memberi kesempatan kepada Sarini membuka mulut lagi.
Secepat kilat ia telah menggunakan pedang menyerang ulu hati, dengan ilmu pedang
Samber Nyawa.
Ilmu pedang Samber Nyawa terdiri 49 jurus, dan semuanya merupakan jurus
serangan yang saling susul. Dan sebagai seorang ahli urat tubuh manusia, arah
sasaran serangan ilmu pedang ini untuk menyerang urat tubuh berbahaya. Dan karena
ilmu pedang itu memang hebat, maka Ki Hajar Sapta Bumi baru sedia mengajarkan
apabila Swara Manis memiliki pedang pusaka.
Jurus serangan pertama yang dilancarkan Swara Manis kepada Sarini itu,
tampaknya memang seperti menikam dada. Tetapi begitu pedang melayang tiba, ujung
pedang sudah beralih ke urat tenggorokan lawan. Dengan perubahan yang cepat tak
terduga itu, lawan akan menjadi bingung dan kacau pertahanannya.
Sarini sendiri sebenarnya belum jelas akan maksud Hajar Sapta Bumi yang
menyuruh Swara Manis berkelahi lagi dengan dirinya. Akan tetapi dalam hati, Sarini
sudah dapat menduga, kalamana berhasil merebut pedang Swara Manis, dirinya akan
dibebaskan.
Menduga demikian Sarini tidak gentar menghadapi serangan Swara Manis. Ketika
ujung pedang mengarah tenggorokan, ia miringkan kepala menghindar. Hingga ujung
pedang Swara Manis hanya terpaut sedikit sekali dengan leher.
Swara Manis gembira sekali. Segera ia mengungkitkan ujung pedang untuk menusuk
urat leher. Tetapi tidak kalah cepatnya, Sarini sudah merendahkan tubuh sehingga
tikaman itu luput. Sebelum Swara Manis sempat menyusuli serangannya, Sarini sudah
membalas serangan dengan ilmu pedang Bumi Gonjing.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Swara Manis gugup. Namun hanya sejenak, kemudian ia mentertawakan
kebodohannya sendiri. Bukankah sekarang ini dirinya memegang pedang pusaka? Dan
mengapa pula harus bingung menghadapi lawan yang hanya menggunakan pedang
biasa?
Menyadari kedudukannya lebih kuat, setelah menghindar ia mengangkat pedang
untuk mematahkan pedang lawan. Sarini terkejut sekali, akan tetapi sudah terlambat.
Trang... patahlah pedang Sarini. Hampir berbareng dengan itu, terdengar Swara Manis
berteriak kaget, dua pihak melompat mundur. Tahu-tahu, pedang Nyai Baruni sudah
pindah ke tangan Sarini.
Sarini memang cerdik.Ia mengumpankan pedangnya agar dipatahkan. Tetapi
kesempatan itu dipergunakan untuk dapat merebut pedang lawan.
"Sekarang jelas bukan, bahwa aku dapat merebut pedangnya?" seru Sarini ditujukan
kakek itu.
Swara Manis penasaran dan akan maju menyerang lagi. Akan tetapi ia terpaksa
mundur kembali, oleh sabatan pedang Nyai Baruni.
"Swara Manis, berhentilah!" perintah kakek itu.
Dalam menilai apa yang sudah terjadi, kakek ini tahu bahwa kepandaian gadis itu
tidak berlebihan. Akan tetapi yang luar biasa kecepatan tangannya dalam merebut
pedang.
Sekarang atas hasilnya yang gemilang itu, Sarini menjadi gembira. Ia menyadari,
tidak mungkin dapat pergi dengan membawa pedang Nyai Baruni. Karena itu pedang
segera diletakkan di lantai, lalu berkata,
"Aku segera mohon diri karena urusan telah selesai."
Hajar Sapta Bumi yang memegang teguh keangkuhannya sebagai tokoh sakti, tak
dapat berbuat apa-apa. Kemudian untuk menjaga kedudukannya agar tidak turun di
mata orang lain, ia malah memerintahkan Swara Manis agar mengantar Sarini sampai
di luar padepokan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Wajah Swara Manis merah padam saking malu. Namun ia tidak berani membantah
perintah kakeknya, lalu mengantarkan Sarini keluar padepokan. Sarini tak ingin
melewatkan kesempatan untuk memperolok, ujarnya,
"Swara Manis, maafkan. Malam ini aku telah berbuat kurang sopan kepadamu."
Swara Manis tak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya meringis malu.
Setelah keluar dari pintu gerbang, Sarini cepat-cepat meninggalkan padepokan itu.
Bagaimanapun ia khawatir, walaupun Hajar Sapta Bumi takkan mengganggu, tetapi ia
khawatir terhadap murid-muridnya.

****

SESUDAH Muria berantakan oleh penyerbuan pasukan Mataram, Ali Ngumar


berpisah dengan si Bongkok Baskara maupun Wasi Jaladara dan tokoh yang lain.
Akibat dari hancurnya Muria itu, Ali Ngumar amat sedih. Maka sesudah berziarah dan
mohon diri ke makam Sunan Muria, cepat-cepat Ali Ngumar meninggalkan gunung itu.
ia menuju ke Pati. Harapan satu-satunya, sekalipun Muria hancur, tetapi Pati selamat,
dan masih mempunyai kesempatan untuk memupuk kekuatan untuk memukul balas
kepada Mataram.
Akan tetapi alangkah kaget dan sedihnya, ketika pada kenyataannya, Pati sudah
jatuh ke tangan pasukan Mataram, dan Adipati Pragolaitu telah gugur dalam usaha
memeprtahankan bumi Pati.
Ali Ngumar tidak lama di kota Pati.Ia teringat akan kesanggupannya untuk
menyampaikan berita kepada Resi Sempati di Tuban, tentang meninggalnya
Wirodigdoyo.
Kemudian betapa terkejut Resi Sempati ketika mendengar berita dari Ali Ngumar,
bahwa Wirodigdoyo sebagai murid terkasih dan sekaligus anak angkatnya itu, telah
meninggal di tangan Swara Manis. Karena marah dan dendam, kemudian Resi Sempati

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
mengajak Ali Ngumar untuk langsung menuju Gunung Slamet, guna membalas dendam
matinya Wiradigdoy0.
Tidak seorangpun tahu nama kakek ini sebelum menyebut dirinya dengan nama Resi
Sempati. Dan sebabnya orang memberi julukan kepada kakek ini Resi Sempati, karena
setiap kali berkelahi, kakek ini seperti tumbuh sayap dan dapat bergerak gesit sekali
laksana burung. Apa pula senjatanya berujut sarung tangan berkuku panjang seperti
cakar burung, maka nama Resi Sempati paling cocok sebagaijulukan kakek ini.
Dua orang tokoh ini menempuh perjalanan dengan perahu, menyusuri Bengawan
Solo. Mereka memilih jalan air, tidak lain demi kelancaran dan keamanan dalam
perjalanan.
Yang dimaksud agar lancar dan aman itu, karena Mataram masih meneruskan
perang, memerangi para Bupati di wilayah timur dalam usahanya menegakkan
kedaulatan nya. Padahal baik Ali Ngumar maupun Resi Sempati, termasuk musuh
Mataram. Karena itu dalam menuju Gunung Slamet ini mereka tidak ingin terlibat
perkelahian dengan prajurit Mataram.
Hari sudah sore ketika perahu yang ditumpangi dua tokoh ini sampai di Ngawi.
Tiba-tiba dari hulu meluncur sebuah perahu cepat sekali. Tampak seorang laki-laki
mengemudikan perahu menggunakan galah. Dan tukang perahu ini tampak galak dan
garang. Setiap bertemu dengan perahu yang mengganggu perjalanannya, tentu
menggunakan galah tersebut untuk mendorong. Hingga banyak perahu yang pecah dan
atau penumpangnya tenggelam di air.
Ali Ngumar dan Resi Sempati marah sekali menyaksikan kesewenangan itu.
Seolah-olah tukang perahu itu sendiri saja, yang kuasa atas sungai ini. Sehingga para
nelayanpun harus menjadi korban.
Tak lama kemudian perahu itu jaraknya sudah dekat sekali dengan perahu yang
ditumpangi Ali Ngumar dan Resi Sempati. Dan karena marah atas perbuatan tukang
perahu yang sewenang-wenang itu, Ali Ngumar sengaja melintangkan perahunya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menutup jalan.
Sesudah jaraknya menjadi dekat, baru tahulah Ali Ngumar, penumpang perahu yang
sewenang-wenang itu.Ia belum lupa kepada tokoh bernama Gondang Jagad, yang
pernah berhadapan dengan Darmo Saroyo di atas panggung pertandingan di desa
Mayong.
Kalau Ali Ngumar mengenal Gondang Jagad, sebalik nya tokoh ini tidak mengenal
Ali Ngumar. Ketika melihat ada sebilah perahu yang melintang menghalangi jalan,
tanpa membuka mulut Gondang Jagad sudah menggerakkan galahnya untuk
mencongkel perahu orang supaya terbalik.
Sebelum Ali Ngumar bertindak, Resi Sempati sudah tertawa dingin dan sekali
bergerak. tubuhnya sudah melayang dan hinggap di atas galah Gondang Jagad.
Dengan pengerahan tenaga pada kaki, membuat lengan Gondang Jagad yang
memegang galah itupun terkulai.
"Kurangajar!" bentak Resi Sempati.
"Apakah maksud mu mengganas di sungai ini?"
Gondang Jagad yang tidak menyangka itu terbelalak kaget. Orang yang menginjak
galahnya hanja seorang laki-laki kurus dan pendek. Akan tetapi mengapa, memiliki
tenaga yang begitu hebat? Akan tetapi sebagai tokoh sakti, Gondang Jagad tidak
menjadi gentar.Ia mengibaskan tangannya lalu membalas,
"Kunyuk tua bangka tak tahu diri. Apa sebabnya engkau mengganggu kesenanganku
di sungai ini?"
Gerakan Gondang Jagad memang hebat juga. Ketika tangan mengibas, galah berikut
Resi Sempati yang menginjak sudah terlempar setombak lebih.
Ketika itu perahu Ali Ngumar dan perahu Gondang Jagad sudah merapat. Akan
tetapi karena yakin Resi Sempati sanggup mengatasi Gondang Jagad, ia tidak
membantu dan hanya menonton, sambil menurunkan jangkar. Hampir berbareng
dengan turunnya jangkar, muncul dari rumah perahu dua orang kakek, ternjata Lintang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Trenggono dan Sambang Buwono.
Kalau bukan Resi Sempati. mungkin sekali sudah tercebur dalam sungai. Akan tetapi
Resi Sempati yang seperti memiliki sayap itu, ketika telapak kakinya menyentuh air
dengan gerakan yang sangat indah tubuhnya sudah melenting di udara. Kemudian
seperti burung garuda, tahu-tahu kakek itu sudah berdiri di atas rumah perahu.
"Adi Ali Ngumar!" serunya.
"Ternyata mereka itu 0rang-orang jahat."
Sebelum Ali Ngumar sempat membuka mulut, Lintang 'Trenggono sudah berseru
mengejek,
"Hai Ali Ngumar! Apakah engkau memang ingin mencari perkara dengan kami?"
Ali Ngumar tidak menjawab. Sebaliknya Resi Sempati menatap tiga orang tersebut
dengan mata merah berapi. Serunya,
"Adi Ali Ngumar! Siapakah mereka ini?"
"Tiga tokoh dari Kendeng," jawab Ali Ngumar perlahan.
"Hem, bukankah mereka ini begundal-begundal raja Mataram? Oho, amat kebetulan.
Kita tidak boleh membiarkan mereka lolos lagi."
Gondang Jagad ketawa menghina, lalu berteriak.
"Ha-ha-ha, orang macam engkau bisa berbuat apa kepada kami?"
Agaknya tiga tokoh Kendeng ini tidak menghendaki tertahan lama di tempat ini.
Gondang Jagad mengangkat tangan untuk menabas rantai jangkar yang mengait
perahunya. Akan tetapi dengan ketawa mengejek, Resi Sempati sudah meloncat dan
menginjak rantai jangkar dengan sebelah kakinya. Lalu dengan kecepatan kilat, kaki
yang lain sudah bergerak menendang tangan lawan.
Gondang Jagad tak membiarkan tangannya ditendang orang, dan cepat menarik
tangannya untuk kemudian memukul betis orang. Tetapi dengan menggunakan rantai
yang bergoyang itu, Resi Sempati melenting ke udara, dan pukulan Gondang Jagad
mendapat angin.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Buru-buru Gondang Jagad surut ke belakang. Tetapi mendadak ia merasakan
kepalanya disambar angin keras. Temyata angin keras itu hasil tamparan tangan Resi
Sempati.
Lintang Trenggono dan Sambang Buwono kaget. Serentak mereka bergerak
menolong dengan menghantam Resi Sempati yang masih di udara.
Dalam keadaan melayang di udara, tampaknya Resi Sempati tentu akan menderita
kerugian. Akan tetapi ternyata jago itu benar-benar seperti burung terbang di udara.
Nyatanya dapat bergerak maju dan mundur dan melayang. Karena takut kepalanya
dihajar, Sambang Buwono dan Lintang Trenggono terpaksa menghindarkan diri.
"Bangsat! Mengapa engkau mencuri senjata sarung tangan milik anakku?" bentak
Resi Sempati ketika melihat sarung tangan Wirodigdoyo terselip di pinggang Lintang
Trenggono.
"Tanyakan sendiri kepada Ali Ngumar," sahut Lintang Trenggono dingin.
"Apakah senjata itu engkau rampas dari Prayoga? Dan di manakah dia sekarang?"
Teriak Ali Ngumar kaget.
Lintang Trenggono tertawa terkekeh,
"Heh-heh-heh, apa sebabnya sebagai guru engkau tak tahu ke mana muridnya
berada? kalau gurunya sendiri tidak tahu, mengapa malah bertanya kepada kami?
Heh-heh-heh, apakah sekarang bocah itu sudah menjadi orang utan di Dieng sana?"
Sesungguhnya, ucapan Lintang Trenggono itu hanya olok-olok. Karena ia tahu juga.
di pegunungan itu berkeliaran orang utan. Namun ternyata bahwa olok-olok itu
menjadi kenyataan. karena Prayoga memang berada di sana.
Ali Ngumar yang tidak merasa sedang diejek, bertanya,
"Mengapa dia di sana? Tahukah engkau, apa yang dikerjakan bocah itu?"
Akan tetapi Resi Sempati yang menjadi sedih teringat kepada Wirodigdoyo yang
sudah mati, tak dapat bersabar lagi. Dan karena sarung tangan itu di pinggang Lintang
Trenggono, ia menjadi marah kepada orang itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sambil meraung seperti harimau, jago Tuban sudah mengenakan sarung tangan
berkuku panjang seperti garpu.
Sret-sret-sret dan laksana seekor burung garuda, ia sudah menyerang tiga orang
lawan.
Ketiga tokoh Kendeng itu tak pernah mimpi berhadapan dengan lawan yang luar
biasa gerakannya. Karena perahu itu kecil, untuk menghindar menjadi sulit. Di
samping itu, merekapun menjadi khawatir kalau tugas yang sedang mereka pikul
menjadi berantakan untuk kepentingan Mataram.
Tanpa berjanji. mereka segera berusaha lolos.
Plung plung...!!
mereka meloncat ke dalam air bengawan Solo.
"Mau lari ke mana kalian?" teriak Resi Sempati sambil menyusul terjun ke dalam air.
Dengan gesit kakek ini meluncur di permukaan air, lalu menyambar pinggang Lintang
Trenggono, kemudian dilempar ke perahu. Kepalanya terbentur kayu, dan Lintang
Trenggono kesakitan.
Resi Sempati tidak puas.Ia masih ingin menangkap yang lain. Namun celakanya dua
orang itu sudah menghilang tak keruan. Akhirnya kakek ini harus puas dengan hasil
yang diperoleh. Kemudian ia meloncat ke perahu, dan dengan gerakan sebat sudah
menyambar sepasang sarung tangan yang terselip di pinggang Lintang Trenggono.
Kakinya kemudian terayun. dan tubuh Lintang Trenggono sudah terlempar ke sungai.
Resi Sempati menjadi keheranan ketika melihat Ali Ngumar berdiri seperti patung,
dan pandang matanya ke depan seakan kosong. Ia menghampiri, kemudian bertanya,
"Adi. Engkau sedang memikirkan apa?"
Ali Ngumar menghela napas pendek, jawabnya,
"Senjata sarung tangan itu semula di tangan muridku. Akan tetapi mengapa sudah
pindah ke tangan mereka? Tadi mereka mengatakan, muridku saat ini di dataran Dieng.
Mendadak saja aku khawatir, jangan-jangan anak itu dalam bahaya."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Resi Sempati dapat menyelami perasaan Ali Ngumar. Karena hari Lebaran masih
cukup panjang, akhirnya Resi Sempati memberi saran,
"Sebaiknya kita menuju ke sana, untuk membuktikan benar dan tidaknya ucapan
orang."
"Benar. Mari kita ke sana!"
Akhirnya mereka meneruskan perjalanan dengan perahu. Setelah sampai di desa
yang banyak tumbuh pohon Sala , mereka mendarat lalu meneruskan perjalanan lewat
darat.
Mereka menggunakan ilmu jalan cepat, hingga dalam waktu singkat mereka telah
tiba di dataran Dieng. Kehadiran dua orang kakek itu di tempat ini, terpaut beberapa
waktu dengan kepergian Sarini. Kalau saja Sarini menunda waktu kepergiannya, tentu
bertemu dengan gurunya dan takkan mengalami nasib sial.
Ali Ngumar menghela napas panjang mengetahui keadaan di tempat ini, wilayahnya
luas sekali, sulit baginya untuk dapat menemukan Prayoga. Karena bingung ke mana
harus mencari, Ali Ngumar menjadi sedih. Akan tetapi kemudian secara kebetulan
mereka bertemu dengan pemburu yang pernah ditanya Sarini dan Prayoga.
"Ya benar. Beberapa hari yang lalu, seorang pemuda dan seorang gadis telah datang
ke tempat ini," jawab pemburu itu ketika ditanya Ali Ngumar.
"Kemudian masih ada empat orang yang lain datang ke mari, seorang gadis cantik,
seorang pemuda, seorang laki-laki tinggi besar dan seorang lagi sudah setengah tua."
Atas keterangan pemburu itu, Ali Ngumar cepat dapat menduga bahwa mereka yang
telah disebut tadi, antara lain Prayoga, Sarini dan wasi Jaladara. Kemudian timbul
pula dugaannya, bahwa kedatangan mereka ke tempat ini, tentu di tempat ini terjadi
peristiwa penting.
Resi Sempati dan Ali Ngumar mengamati dataran yang luas itu penuh selidik. Namun
karena dataran ini penuh belantara, mereka sulit juga untuk dapat mengetahui dalam
jarak jauh.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ketika itu matahari sedang cerah dan memancarkan sinarnya yang gemilang.
Tiba-tiba mereka melihat berkelebatnya bayangan orang. Oleh bentuk tubuhnya,
mereka cepat dapat menduga bahwa orang itu tentu wanita.
"Siapa itu?" teriak Resi Sempati.
Yang amat kaget Ali Ngumar. Melihat bentuk tubuh dan pakaiannya, jelas yang
berkelebat tadi anaknya sendiri, Mariam.
"Berhenti!" teriak Ali Ngumar.
Dugaan Ali Ngumar tidak salah. Perempuan yang berkelebat tadi memang Mariam.
Ia seorang gadis yang angkuh dan tinggi hati. Kendati dirinya ditolong oleh rombongan
Jim Cing Cing Goling dari tangan Surogendilo, namun gadis itu tak sudi ikut mereka.
Ia kemudian menerobos belantara menurutkan langkah kaki. Karena tak tahu arah
akhirnya tersesat. Akhirnya ia lelah, dan untuk mengisi perut mencari buah yang ada.
Sambil duduk melepaskan lelah itu, yang terbayang dalam benaknya tidak lain
laki-laki yang dicintai, Swara Manis.Ia ingat, dirinya diajak ke tempat Surogendilo.Ia
dipaksa minum teh, tetapi setelah minum kepalanya pening, lalu tak ingat apa-apa lagi.
Ketika dirinya sadar Swara Manis sudah tak ada lagi. Dalam hatinya timbul rasa
heran, apakah sebabnya? Apakah Swara Manis sampai hati meninggalkan dirinya?
Kalau saja Mariam mau sadar, tentu segera dapat menduga bahwa dirinya sengaja
dijerumuskan oleh Swara Manis, ke jurang celaka. Akan tetapi karena Mariam hanya
menurutkan hati dan pendapat sendiri. dalam mencintai orangpun membabi buta. Jelas
sudah berkali-kali Swara Manis berbuat jahat kepada dirinya. Akan tetapi menurut
anggapannya, Swara Manis seorang laki-laki paling tampan, laki-laki pilihan, dan di
dunia ini tak ada yang lain.
Mariam sedang hamil muda. Pengaruhnya bermalasan dan banyak tidur. Oleh
hembusan angin yang semilir dan oleh pengaruh pegunungan yang sejuk dan sepi,
akhirnya ia tertidur.
Semalam ia tidur lelap sekali sekalipun di alam terbuka. Ia baru terjaga dari

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tidumya, setelah matahari cukup tinggi. Perutnya merasa lapar, maka cepat-cepat ia
mencari apa saja yang dapat digunakan sebagai pengisi perut. Akan tetapi setelah
kenyang, ia menjadi malas untuk pergi.
Baru setelah matahari semakin tinggi, timbul niat dalam hatinya untuk meneruskan
perjalanan. Namun belum jauh melangkah, ia melihat dua orang laki-laki tengah
berjalan. Darahnya tersirap ketika melihat, salah seorang dari laki-laki itu ayahnya
sendiri. Cepat-cepat ia menyelinap berusaha menyembunyikan diri. Untung ia
menemukan sebuah batu berlobang, kemudian menerobos masuk. Tetapi pada saat itu,
tiba-tiba terdengar teriakan ayahnya yang menyuruh berhenti.
Mariam tambah takut. Ia menerobos terus dan makin lama semakin dalam. Kemudian
ia baru sadar bahna lobang itu merupakan mulut goa alam. Namun Mariam sendiri
tidak menyadari, bahwa dirinya sekarang ini masuk ke dalam goa panjang, yang
disebut Gangsiran Aswatama.
Dalam cerita wayang, Aswatama membuat terowongan di bawah tanah ketika
berusaha masuk ke dalam keraton Astina, sesudah perang Bratayuda selesai. Dalam
usaha membuat terowongan untuk masuk ke dalam keraton Astina itu, Aswatama
mendapat bantuan ibunya, seorang bidadari bernama Dewi Wilutama.
Kendati di dalam tanah, Aswatama dapat melihat secara jelas, karena ada sinar
terang yang memancar dari arah belakang, ia menjadi heran dari manakah asal
pancaran sinar yang terang itu? Karena heran timbullah keinginannya untuk melihat.
Ia menjadi lupa akan pesan ibunya, jangan memalingkan muka ke belakang selama
membuat terowongan di bawah tanah.
Ahh... Aswatama menjadi kaget. Ternyata Dewi Wilutama dalam keadaan telanjang
bugil. Sinar terang yang memancar itu berasal dari buah dada ibunya sendiri. Karena
Aswatama melanggar pesan ibunya, Dewi Wilutama menjadi malu dan marah.Ia lenyap
tiba-tiba, sehingga Aswatama kegelapan di dalam terowongan. Itulah menurut cerita ki
dalang dalam pewayangan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Di dataran Dieng ini memang banyak diketemukan sesuatu yang dikenal dalam cerita
wayang. Di sana terdapat delapan candi. Ialah Candi Dwarawati. Candi Arjuna, Candi
Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, Candi Gatutkaca dan
Candi Bima. Di samping itu terdapat pula sebuah puncak yang disebut dengan nama
Bisma, dan ada tempat yang disebut dengan nama Parikesit.
Sesaat setelah Mariam masuk ke dalam gangsiran Asisatama, terdengar suara Ali
Ngumar,
"Heran. Kemanakah bocah tadi?"
Lalu terdengar suara orang menyahut, dari mulut Resi Sempati. Dalam usahanya
menemukan Mariam, Resi Sempati sudah meloncat ke dahan pohon.
Mariam semakin ketakutan. ia terus merangkak masuk lebih dalam lagi. Yang
mengherankan kalau semula goa itu sempit, makin ke dalam semakin menjadi lebar.
Karena Mariam masuk terus ke dalam. akhirnya ia tidak mendengar lagi suara orang
dari luar, dan ia duduk sambil menghela napas.
"Hemm," Resi Sempati menghela napas pendek.
Aku tadi melihat seorang perempuan dengan rambut terurai dan berlarian."
Ali Ngumar terkesiap.Ia menduga, orang yang dimaksud isterinya sendiri, Ladrang
Kuning. Sejak berpisah di Muria. dirinya tak lagi berjumpa. Kiranya kehadiran Mariam
di tempat ini disertai ibunya.
"Kakang Resi, marilah kita meneruskan perjalanan," ajaknya kemudian. Ada
sebabnya memang, tidak ingin bertemu dengan isterinya di tempat ini.
Kendati Resi Sempati bermukim di Tuban, tetapi ia sudah mendengar pula tentang
kepergian isteri Ali Ngumar. Mendengar ajakan Ali Ngumar, kemudian ia bertanya,
"Mungkinkah wanita yang bergerak cepat tadi isterimu?"
Ali Ngumar menghela napas panjang. Sahutnya,
"Dugaanmu benar. Telah lebih 10 tahun dia berhasil meyakinkan ilmu tinggi, hingga
kesaktiannya di atas kita. Sayang wataknya sekarang menjadi aneh. ... "

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ali Ngumar menghela napas lagi tampak masgul. Kemudian ia menuturkan apa yang
telah terjadi dengan anak perempuannya, Mariam. Gadis itu terpikat oleh bujukan
swara Manis, dan celakanya malah didukung ibunya.
"Kalau begitu aku harus dapat bertemu dengan bocah kurangajar itu," kata Resi
Sempati.
"Tetapi hem, kalau dia sudah menjadi menantumu, tentu saja aku takkan dapat
membalaskan sakit hati muridku."
Ali Ngumar tertawa sedih, sahutnya,
"Jangan khawatir! Aku akan membantu."
Kemudian mereka melanjutkan usaha mencari Mariam. Di saat mereka sedang
menyelidik, tiba-tiba mereka mendengar suara binatang mengaum. Tetapi mereka
0rang sakti, tak takut kepada binatang buas. Akan tetapi belum jauh mereka melangkah,
mereka mendengar pekik yang nyaring dan aneh. Sesaat kemudian muncullah seekor
orang utan.
Ali Ngumar tahu apa yang harus dilakukan, tidak boleh sembrono. Cepat-cepat ia
mencabut pedang lalu menyerang binatang itu. Ternyata orang utan itu si Joli, piaraan
Sarini. Begitu dirinya disambar pedang, Joli cepat memutar tubuh lalu lari
terbirit-birit.
Ali Ngumar dan Resi Sempati mengejar. Belum jauh mereka mengejar mereka
terkejut melihat Ndara Menggung dan Jim Cing Cing Goling yang duduk bersila di atas
rumput. Peluh bercucuran dari tubuh Ndara Menggung, sedang Jim Cing Cing Goling
lebih banyak memejamkan mata, dan di atas kepalanya tampak uap putih.
Ali Ngumar pernah bertemu Jim Cing Cing Goling, ketika kakek ini menolong Sarini.
Sebaliknya Resi Sempati yang banyak mengurung diri di rumahnya, belum kenal
dengan dua tokoh itu. Kendati begitu, mereka tak dapat berpeluk tangan melihat
ancaman maut di depan mata. Jelas sekali Ndara Menggung terluka dan Jim Cing Cing
Goling berusaha menolong. Maka tanpa diminta, Ali Ngumar segera mengulurkan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tangan, kemudian menempelkan telapak tangan ke punggung Ndara Menggung. Resi
Sempati tak mau ketinggalan. Ia segera pula menempelkan telapak tangannya ke dada
Ndara Menggung.
Jim Cing Cing Goling membuka mata, dan melihat Ali Ngumar lalu menegur,
"Kilat Buwana! Apa sebabnya watak isterimu berobah ganas?"
"Hemm," Ali Ngumar menghela napas.
"Kiranya kakang Cing Cing Goling sudah tahu sebabnya."
Resi Sempati terbelalak.
"Jadi kaukah Jim Cing Cing Goling?"
Jim Cing Cing Goling terkekeh,"Heh-heh-heh. aku sudah lupa namaku sendiri.
Sekarang memang lebih tepat aku disebut Jim Cing Cing Goling. Karena heh-heh-heh,
aku memang sebangsa Jim dan demit. ... "
Resi Sempati terkejut, lalu katanya,
"Aku sudah lama mendengar nama saudara yang termasyhur."
"Bukankah saudara yang disebut orang Resi Sempati?"
Resi Sempati mengangguk.
"Hemm, bukankah saudara juga ingin hadir dalam pertempuran di Gunung Slamet?
Tetapi hem, yang membuat aku jengkel memang si tua kerdil ini. Karena tidak becus,
membuat orang lain menjadi sibuk."
"Cing Cing Goling" hardik Ndara Menggung yang sudah mulai kurang sakitnya.
"Engkau jangan ngoceh seenakmu sendiri. Mungkin engkau sudah berhasil memukul
perempuan itu. Akan tetapi aku tidak kalah olehmu, dan juga dapat memukul."
"Ndara Menggung!" damprat Cing Cing Goling.
"Apakah engkau tak dapat menekan mulutmu dahulu?"
Ndara Menggung menurut. Memang sesudah mendapat pertolongan dari tiga orang
sakti, hawa dingin yang menyerang tubuhnya banyak berkurang. Tiga orang itu
meneruskan pertolonganya . Ketika malam tiba, Ndara Menggung sudah mulai dapat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
berdiri. Kemudian pada esok pagi, Ndara Menggung sudah sembuh.
Penyaluran tenaga murni, telah menyebabkan separo dari tenaga mereka hilang.
Untuk memulihkan memerlukan waktu berhari-hari. Guna mengisi waktu, Jim Cing
Cing Goling menuturkan pengalamannya masuk ke sarang gerombolan Surogendilo,
kemudian berhasil menolong Mariam yang sudah ditipu oleh Swara Manis. Ali Ngumar
menggigit bibir dalam usahanya menahan marah mendengar nasib anaknya.
Ndara Menggung seperti tidak perduli, lalu ngoceh sendiri,
"Tuhan memberi sepasang mata kepada diriku. Jika tak dapat menyaksikan
keramaian di padepokan Sapta Bumi, aku akan penasaran."
Sesudah mereka cukup beristirahat, lalu mereka sepakat untuk menuju ke telaga
Merdada. Akan tetapi sekalipun lama mereka menyelidik, tak juga dapat menemukan
jejak Prayoga dan Wasi Jaladara. Pada akhirnya mereka sampai pada dugaan; bahwa
Prayoga dan Wasi jaladam tentu sudah meninggalkan Dieng. Lalu, empat orang inipun
meninggalkan Dieng menuju Gunung Slamet.
Di pihak lain, Mariam yang takut kepada ayahnya terus masuk lebih dalam lagi pada
gangsiran Aswatama. Setelah beberapa lama di dalam. Mariam menduga. tentu
ayahnya sudah pergi, dan ia ingin keluar kembali. Tetapi... ia tak lagi dapat
menemukan jalan di mana ia tadi masuk. Ternyata terowongan itu mempunyai lorong
yang bercabang-cabang.
Mariam menjadi gelisah. Apabila tak dapat keluar, dirinya akan mati terkubur di
tempat ini. Akhirnya ia nekat menurutkan langkah kaki tanpa tujuan. Akan tetapi
walaupun kakinya terasa penat, ia tak juga tiba di mulut goa. Malah tak lama lagi
terowongan itu keadaannya berobah, kadang sempit dan kadang luas, sedang
sekelilingnya penuh batu tajam.
Karena usahanya tak berhasil, akhirnya perempuan ini putus asa, lalu menjatuhkan
diri sambil menangis tersedu-sedu.
Entah sudah berapa lama ia menangis. Tiba-tiba ia terkejut karena mendengar suara

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
gema orang menangis di sekitarnya. Ia menjadi ketakutan. Tidak disadari bahwa gema
itu berasal dari tangisnya sendiri. Saking takut, tanpa pikir panjang lagi ia melangkah.
Ia terus mengambil jalan lurus, tidak mau membelok pada jalan bercabang.
Tak lama kemudian ia mendengar suara air mengalir. Maju beberapa langkah lagi,
kakinya terasa dingin. Ternyata kakinya sudah terendam air. Saking haus, tidak perduli
lagi air bersih atau kotor, ia sudah minum sepuasnya. Dan sesudah minum, ia
merasakan tubuhnya menjadi segar.
Ia melangkah terus, tetapi ternyata tanah menurun dan air semakin dalam. Namun ia
tak perduli dan melangkah terus. Tak lama kemudian, secercah sinar terang menerangi
kegelapan. Perempuan ini gembira. Secercah sinar itu tentu berasal dari lubang yang
menembus keluar. Dengan harap-harap cemas ia melangkah terus. Tetapi tanah
semakin licin dan air semakin dalam. Tiba-tiba air membasahi pusarnya. Mariam
menjadi ragu, kembali atau terus.

*****

"DENDAM KESUMAT"
Karya :Widi Widayat
Jilid : IV

***

TETAPI akhirnya Ia memutuskan untuk terus, daripada harus mati terkubur di


lubang itu.Ia nekat melangkah maju, dan kemudian hatinya lapang. Ternyata air tidak
semakin dalam, tetapi malah dangkal. Karena itu hatinya gembira bukan main.
Akan tetapi tiba-tiba ia menjadi kaget dan ketakutan. Di sebelah sana air

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bergelombang. Lalu Siapakah yang sudah mondar-mandir dalam air disana?
Hampir saja ia menjerit ketika melihat mahluk aneh mirip manusa. Pundaknya
terendam di air. Tetapi yang mengerikan, pada dua belah pundak itu tumbuh dua
kepala.
"Berkepala tiga?" desis Mariam.
Jantungnya berdetak keras dan tubuh menggigil. Dirinya tak mungkin dapat
menyelamatkan diri lagi, berhadapan dengan mahluk aneh berkepala tiga. Dan
tiba-tiba saja ia teringat akan dongeng si bongkok. bahwa setan-setan itu berbentuk
aneh. ada kalanya seperti manusia. ada kalanya berkepala anjing dan sebagainya.
Teringat dongeng itu.Ia makin bergidik ketakutan. lesulah niatnya untuk kembali ke
jalan semula, dari pada harus berhadapan dengan mahluk aneh itu.Ia beringsut
perlahan. dengan maksud agar gerakannya tidak diketahui oleh mahluk itu.
Sambil beringsut mundur, Ia memperhatikan setan berkepala tiga yang ditakuti. Satu
kepala pada pundak kanan dan yang lain di pundak kiri. Tetapi yang lebih aneh lagi
kepala yang dipundak itu dapat berpindah bergantian tempatnya. Mariam terbelalak.
"Mungkinkah itu? Kepala setan dapat berpindah tempat"
Rasa herannya kemudian mengurangi rasa takut Mariam sendiri. Ia kembali
beringsut sambil menatap tajam memperhatikan.
Sesungguhnya gerakannya perlahan sekali. Akan tetapi gerak kakinya menimbulkan
gelombang. Dan gelombang itu kemudian menyadarkan setan berkepala tiga, kemudian
berpaling.
Darah Mariam tersirap mendadak. Sepasang mata setan itu berkilat-kilat dan tajam
sekali. Tetapi ketika bertemu pandang, setan berkepala tiga itu kemudian mundur dan
hilang.
Berhadapan dengan kenyataan itu, rasa takutnya hilang dan memandang berani.
Jelas bahwa setan takut kepada manusia. Buktinya malah mundur dan menghilang.
Lalu timbul keinginannya untuk mengejar. Tak lama kemudian tibalah di ujung

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terowongan. Akan tetapi setiba di tempat itu, ia mengeluh,
"Mati aku. "
Di tempat ini terdapat terowongan dan sinar matahari menerobos masuk memberi
penerangan. Sekarang baru menyadari bahwa terowongan itu dari arah atas, hingga
tidak mungkin dirinya dapat mendaki setinggi itu. _
Selama hidup dirinya belum pernah berhadapan dengan kesulitan seperti yang
dihadapi sekarang. Ia menjadi amat sedih, putusasa, dan akhirnya tangisnya
meledak,.seperti anak kecil.
Tiba tiba terdengar suara benda tercebur dalam air dan tenggelam. Mariam
tersentak kaget. Lalu sadarlah ia sekarang di tempat yang terang sedang setan
berkepala tiga itu di tempat gelap. Dengan begitu setiap saat setan itu dapat
mengganggu dirhnya. Menyadari keadaan, tanpa pikir panjang lagi ia kembali masuk
ke dalam terowongan yang airnya dangkal. Pakaiannya basah kuyup. dan ia mulai
merasa kedinginan.
Sambil menyelusuri terowongan.Ia tambah gelisah dan putusasa. Kalau sampai tak
dapat memperoleh jalan keluar. berarti dirinya akan mati bersama calon manusia
dalam kandungannya.
Mariam menghela napas sedih. Tetapi tarikan napas ini ternyata malah menarik
perhatian si setan berkepala tiga. Tetapi ketika itu Mariam bersembunyi di tempat
gelap. Akibatnya sekarang berbalik setan berkepala tiga itulah yang takut kepada
Mariam.
Setelah beberapa lama hatinya tegang. Tiba-tiba pecahlah ketawa seram yang
panjang dan nyaring. seperti geli kepada dirinya sendiri. Mengapa? Ternyata Ia tadi
ketakutan oleh bayangan perasaannya sendiri. Mahluk yang disangka setan berkepala
tiga itu ternyata seorang manusia biasa. Dan yang semula dikira kepala tumbuh pada
pundak itu ternyata hanya sebutir batu. Karena batu itu berpindah dari pundak kiri ke
pundak kanan, tampaknya batu itu seperti kepala yang dapat berpindah tempat.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tetapi walaupun sekarang tahu berhadapan dengan manusia. dalam hatinya masih
bertanya. Siapakah orang itu? Jahatkah? Baikkah? Tetapi yang jelas dirinya sekarang
memperoleh teman terkurung di tempat ini.Sehingga rasa ketegangan menjadi banyak
berkurang.
"Hai, siapa di situ?" tiba-tiba terdengar orang berteriak.
mendengar suara orang. Mariam terkejut berbareng girang. Dampratnya.
"Hai. tolol! Benarkah engkau adik Prayoga? Aku Mariam! Engkau jangan salah
duga kepada diriku."
Selama hidup Mariam tidak senang kepada Prayoga. Akan tetapi dalam keadaan
seperti ini, semua Itu harus ia kesampingkan dahulu.
Prayoga juga kaget tetapi amat gembira. Serunya,
"MBakyu..-. ah aku tadi agak takut kalau ada orang lain. Tetapi tadi aku memang
kenal dengan tarikan napasmu. Hanya saja aku tadi tidak percaya, engkau masuk ke
goa ini."
Tentu saja Mariam malu kalau berterus terang, sebabnya masuk goa ini karena takut
kepada ayahnya. Karena itu dengan cerdik.Ia cepat bertanya,
"Berceritalah dahulu mengapa engkau di sini? Tahukah engkau nama goa ini? Dan
mengapa pula terowongan ini banyak sekali simpangannya? Hayolah kita keluar dari
tempat sembunyi. dan kita dapat Saling bercerita."
Prayogo menghela napas. Lalu terdengar pemuda itu bertanya,
"mBakyu, apakah di situ tak ada air, apakah tidak kedinginan?"
"Air di sini dangkal dan berangin. Karena itu dingin juga."
"Angin?" Prayoga kaget tetapi juga gembira.
"Ya angin berhembus. Ah. nampaknya engkau gembira?"
"Ah, mbakyu bisa menduga aku gembira? Lalu Swara. ... "
"Ayo. .. katakan di mana dia sekarang?" tanya Mariam.
"Siapa yang kau tanyakan?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Siapa lagi kalau bukan kakang Swara Manus? Apakah sangkamu aku sudah
mengalihkan perhatian kepada pria lain?" Mariam mendongkol.
"Ah..." Prayoga menghela napas.
"Aku sendiri tidak tahu di mana dia sekarang."
Mariam mcndongkol. Namun dalam kesulitan sekarang ini, dirinya membutuhkan
bantuan Prayoga. Karena itu katanya,
"Prayoga! Sebaiknya kita cepat berusaha dapat keluar dari tempat ini."
Prayoga segera menerobos ke tempat Mariam. Begitu tiba di dekat Mariam, ia
merasakan hembusan angin seperti telah disebutkan oleh Mariam.
"mBakyu, jangan terburu. Sekarang ceritakanlah dahulu dari mana engkau tadi
masuk ke mari?"
Mariam terkesiap. Ia kenal adik seperguruannya ini, selamanya selalu gugup
berhadapan dan bicara dengan dirinya. Tetapi mengapa sekarang tidak?
Karena itu Mariam menjadi ragu dan bertanya,
"Betulkah engkau adik seperguruanku Prayoga?"
"Ha-ha-ha" Prayoga tertawa.
"Sudah tentu! Hem, engkau tentu kedinginan. Sesudah engkau menceritakan dari
mana masuk goa ini. kita segera keluar dari tempat ini."
Apa boleh buat.
Mariam tak dapat menolak lagi, kemudian bercerita.
"Dan sekian banyak lorong tembusan dalam goa yang kau lalui, mana sajakah
terdapat angin berhembus?" desak Prayoga.
Tetapi Mariam tidak dapat menceritakan semuanya. Ia hanya menceritakan apa yang
dapat ia ingat saja.
"mBakyu! Tahukah sebabnya aku sampai masuk kesini?" tanya Prayoga.
Mariam menggelengkan kepalanya.
"Bukan lain gara-gara bangsat Swara" .!

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Prayoga!" tukas Mariam keras.
Biasanya Prayoga takut sesudah dibentak Mariam.
Tetapi sekarang tidak. Pemuda ini malah terkekeh, lalu,
"Tahukah engkau, karena dia merampas mustika dalam batu dan disembunyikan,
kemudian paman Cing Cing Goling menyuruh aku mencarinya?"
"Apa itu mustika dalam batu?" tanya Mariam.
"Apakah seperti yang pernah diceritakan ayah'?"
"Benar! Ketika itu aku melihat Swara Manis keluar dari celah batu. Lalu aku
menerobos masuk. Sebagai akibatnya. berhari-hari lamanya aku tak dapat keluar lagi
dan tempat ini."
"Huh, ternyata engkau sendiri tak dapat keluar dari sini'" Mariam bersungut.
"Apa gunanya banyak mulut dan membuang waktu?"
"Hendaknva mbakyu tidak cepat putusasa." Prayoga menghibur.
"Bukankah ketika engkau masuk ke dalam celah batu di luar tadi, engkau merasakan
adanya angin berhembus?"
Mariam tidak perduh lagi. Namun demikian ia mengiyakan sekenanya saja. Menurut
pendapatnya apakah gunanya banyak mulut, kalau Prayoga juga tak tahu jalan ke luar"

Akan tetapi Prayoga tidak perduli, lalu berkata lagi,


"Ketika aku kebingungan mencari jalan keluar, secara tak terduga aku malah
berhasil menemukan batu mustika itu di dalam goa yang amat kecil. Aku menduga,
tentu Swara Manis yang sudah menyembunyikan di situ. Yang aneh, dia bisa keluar dan
mengapa aku tidak bisa. Sehari suntuk aku berputaran mencari jalan keluar tetapi tetap
tak dapat. Ah, kalau aku sampai terkurung di tempat ini, makin terbukti kalau Swara
Manis memang amat cerdik. Ya, kecerdasannya jauh di atas manusia biasa"
"Sudah tentu!" Mariam cepat menyahut dengan bangga.
"Siapapun mengakui, kakang Swara Manis amat cerdik."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Tetapi sayang sekali, kecerdikannya itu di pergunakan untuk maksud tidak baik."
Mariam penasaran. Namun sejenak kemudian ingat, tak ada gunanya berbantahan
dalam kesulitan seperti ini. Tanyanya kemudian,
"Engkau tadi mengatakan sudah dapat memecahkan kesulitan kita. Sekarang coba
kau terangkan secara jelas."
"Hem. tetapi aku sendiri belum yakin. mBakyu lebih pintar dibanding aku. Tetapi
menurut dugaanku, di mana lorong yang terasa ada hembusan anginnya, kalau diturut
tentu menuju jalan keluar."
" Ah. kau benar!"
"Sekarang aku menjadi yakin, bahwa sebelumnya Swara Manis tentu menghadapi
kesulitan seperti kita. Tetapi karena otaknya cerdas, dalam waktu Singkat sudah
berhaSil menemukan ialan keluar. Sebaliknya aku harus terkurung di sini berhari-hari.
Lalu mbakyu berapa lama?"
Mariam agak malu. Wataknya yang tinggi hati tak mau kalah dengan Prayoga.
Jawabnya kemudian.
"Tetapi pendapatmu belum tentu benar. Yang penting harus kita coba lebih dahulu."
Prayoga sendiri sudah ingin dapat keluar dari goa ini. Tanpa membuka mulut ia
segera mengajak Mariam menyusuri lorong yang dihembus angin. Mariam berjalan di
depan. sedang Prayoga mengikuti di belakangnya. Tiba-tiba timbul kesadaran dalam
hati pemuda ini. Bahwa cinta Mariam tidak dapat dihalangi oleh apapun.
Mendadak timbul pikiran Prayoga, saat sekaranglah waktu yang tepat untuk
mengembalikan benda yang pernah diterima, sebagai tanda pengikat pertunangan
waktu itu. Menurut pendapatnya, dengan pengembalian ini berarti janji sudah batal,
tetapi bukan dirinya yang mulai.
"mBakyu" katanya,
"Aku akan mengembalikan benda kepadamu."
"Benda apa?" Mariam kaget.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Prayoga segera mengambil kupu-kupu sutera yang disimpan dalam saku bajunya.
Langsung diberikan kepada Mariam.
Mariam heran dan bertanya,
"Dari mana engkau memperoleh peniti kupu-kupu milikku ini?"
Prayoga melongo heran. Pikirnya,
"Benarkah mbakyu Mariam tidak tahu menahu tentang benda itu?"
Tanpa malu lagi Prayoga segera menceritakan apa yang sudah terjadi waktu Itu.
Kemudian jelasnya.
"mBakyu, waktu Itu sebagai penukar janji, telah aku berikan kepadamu sebutir batu
mustika pemberian guru."
Mariam mengejek,
"Huh.mungkin yang datang kepadamu waktu itu. kalau bukan peri tentu wewe
gombel. Huh, jelas ketika itu aku pergi bersama ayah dan di tengah perjalanan. aku
bertemu dengan kakang Swara manis. ..." '
"Benarkah pada malam itu engkau tidak berada di Mayong?"
"Apakah perlunya aku bohong kepadamu?"
"Tetapi kalau aku mimpi atau bertemu dengan peri, mengapa peniti kepunyaanmu ini
berada di tanganku? Sebaliknya kalau tidak mimpi, lalu siapakah yang sudah
mempermainkan diriku ini?"
"Huh, Siapa lagi kalau bukan si Sarini?"
Prayoga terkesiap. Sekarang baru sadar akan kenyataan.
Beberapa saat kemudian sesudah mereka meLeWati banyak jalan persimpangan yang
membingungkan. akhirnya tibalah mereka pada lorong sempit yang terdapat banyak
angin berhembus.
"Nah, inilah ialan keluar!" Prayoga melonjak-lonjak saking gembira. Tetapi
kemudian ia mengaduh kesakitan karena kepalanya terbentur langit goa.
Tak lama kemudian mereka sudah berhasil membebaskan diri dari goa celaka itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Akan tetapi mereka kepayahan harus berputar. di dalam goa yang panjang itu cukup
lama, dan direndam air pula.
Ketika mereka keluar dari goa. hari telah malam. Bintang di langit bertaburan,
langit membiru, akan tetapi tiada bulan menghias angkasa. Dahulu, apabila berduaan
dengan Mariam. pemuda bernama Prayoga ini tentu berubah mengadi seorang yang
gugup dan bingung. Karena sikap Prayoga yang seperti itu, maka Mariam menganggap
adik seperguruannya ini seorang pemuda tolol dan banyak kali mentertawakan. Akan
tetapi sekarang keadaan sudah lain. Prayogo tidak seperti tikus berhadapan dengan
kucing.
"MBakyu." ia membuka percakapan.
"Sekarang engkau. akan ke mana"
Sesungguhnya tujuan Mariam, tidak ada lain kecuali akan mencari Swara Manis.
Namun apabila berterus-terang kepada Prayoga, ia merasa malu, di samping khawatir.
Bagaimanapun ia tahu akan Sikap Prayoga terhadap Swara manis. Sikap Prayoga tidak
berbeda dengan Sikap ayahnva, yang membenci Swara Manis. Teringat akan sikap
Prayoga itu. maka Mariam menyahut dengan angkuh.
"Hem. engkau tidak perlu mengurus diriku." _
Setelah menjawab, Mariam lalu bangkit dan melangkah pergi. Tidak perduli.
sesungguhnya ia masih payah.
"mBakyu... tunggu!" teriak Prayoga.
"Ada apa lagi?" Mariam memalingkan muka dengan perasaan tak senang.
"Seorang diri melakukan perjalanan. Aku menpaadi khawatir apabila engkau
berhadapan dengan orang jahat."
Apa yang diucapkan Prayoga itu keluar dari hati yang tulus, menghawatirkan
keselamatan puteri gurunya. Akan tetapi celakanya Mariam salah terima. Ia merasa
direndahkan oleh adik seperguruannya, dan takkan mampu mengahadapi orang jahat.
Menduga demikian, Mariam ketawa lalu berkata,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Huh terimakasih atas perhatianmu. Namun aku masih mempunyai tangan dan kaki,
tidak membutuhkan pertolonganmu. Apabila ada orang yang berani mengganggu
diriku, aku akan sanggup mengataSi seorang diri."
Di damprat seperti itu, Prayoga kaget dan termangu. . Mariam tidak perduli lagi,
kemudian berputar tubuh melangkah pergi dengan cepat. Melihat Sikap kakak
seperguruannya itu, Prayoga tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mengikuti dengan
pandang matanya, sampai hilang ditelan oleh rimbun daun. Kemudian dengan hati
yang lapang, Prayoga sudah meloncat ke dahan pohon. lalu tidur.
Esok pagi sekali ia telah bangun, lalu bergegas menuju Gunung Slamet. Dalam
perjalanan ini, otaknya selalu dipenuhi pertanyaan, bagaimanakah akhir perkelahian
antara Jim Cing Cing Goling dengan Ladrang Kuning.
Di tengah belantara seperti sekarang ini, sulit mengenal arah. Karena Gunung
Slamet terletak di sebelah barat, ia menjadi nekat menuju ke barat. Tetapi justru
perbuatannya ini membuat Prayoga salah arah. ia tidak sadar lewat di samping
Gunung Gajahmungkur, kemudian lewat di samping Gunung Pengamun-amun. Sesudah
tengah hari, tibalah Prayoga di dekat Gunung Jimat.
"Hai..." Prayoga kaget sendiri.
"Mengapa aku tiba di sarang Surogendilo?" '
Namun diam-dian ia merasa heran juga, karena apa yang terbentang di depannya
sekarang ini berbeda dengan apa yang sudah dilihatnya tempo hari. Pada lereng
gunung itu sekarang tidak terdapat lagi goa-goa tempat kediaman Surogendilo. Sama
sekali tidak disadari oleh Prayoga, bahwa dirinya sudah keliru menduga. Sarang
gerombolan Surogendilo itu bukan di lereng gunung sebelah utara, akan tetapi
pinggang gunung sebelah selatan.
Tetapi bagaimanapun juga hati Prayoga terhibur. Karena pada pinggang gunung ini
terdapat jalan setapak yang dibuat oleh manusia. Cepat-cepat ia melewati jalan
tersebut menuruni gunung. Namun belum lama ia melangkah, mendadak sebatang anak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
panah menyambarnya.
Prayoga terkejut. Kemudian teringatlah ia akan keterangan Jim Cing Cing Goling,
bahwa gerombolan Surogendilo itu mahir sekali tentang racun. Teringat itu ia tidak
berani menangkis, melainkan hanya menghindar ke samping.
"Hai, apa sebabnya tanpa bertanya sudah akan membunuh orang?" teriaknya.
Empat anak buah Surogendilo muncul dari tempat persembunyiannya, lalu
menghadang jalan. Mereka lidak membual mulut, dan hanya mengamati Prayoga penuh
selidik dan curiga.
"Minggir! Aku masih mempunyai urusan amat penting!" teriaknya lagi. Dan berkat
kemajuannya dalam ilmu tenaga dalam, maka teriakan Prayoga kini terdengar amat
nyaring.
Empat orang anakbuah Surogendilo yang menghadang itu terkejut sekali. Mereka
merasakan anak telinganya seperti ditusuk-tusuk. Tanpa membuka mulut lagi mereka
segera berpencar diri, lalu melepaskan anak panah lagi.
Prayoga menjadi marah atas tingkah laku gerombolan ini yang ganas dan
memusuhi.Ia cepat mematahkan ranting pohon, kemudian diputar sebagai kitiran. Anak
panah yang, menebar menyerang dirinya jatuh berhamburan menancap pada pohon di
dekatnya. Kemudian secepat kilat ia sudah meloncat lalu menyabet empat orang itu.
Akan tetapi karena anakbuah Surogendilo ini dilindungi oleh rotan, maka mereka
tidak menderita. Namun demikian mereka merasakan kulit tubuhnya panas, sehingga
mereka menjadi marah. Seperti dikomando mereka telah mencabut golok yang
bentuknya aneh. Bentuknya seperti pedang panjang akan tetapi ujungnya bengkok.
Sebenarnya Prayoga tidak ingin melukai dan mencelakakan mereka. Ia hanya
bermaksud memberi peringatan saja, karena tanpa bertanya sudah melepaskan anak
panah beracun. Sekarang setelah mereka menyerang, ia mengangkat ranting pohon
untuk menangkis. Tiba tiba orang itu merubah gerak serangannya. Pedangnya
bergerak turun dan secepat kilat membabat kaki. '

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Agak gugup juga Prayoga mendapat serangan ini. Cepat-cepat ia menekankan ujung
ranting ke tanah lalu melenting ke udara. Kemudian ia baru melayang turun dalam
jarak beberapa langkah jauhnya.
Diam-diam Prayoga merasa heran iuga akan ilmu tata kelahi anak buah
Surogendilo. Ternyata ilmu pedang Kala Prahara yang sakti tak berdaya menghadapi
ilmu mereka. Dari manakah sumber ajaran ilmu mereka itu"
Di saat ia merenung untuk memecahkan rahasia ilmu golok orang tersebut. salah
seorang sudah maju menabasnya lagi. Tetapi kali ini Prayoga sudah siap-siaga. Ia tak
mau menghindar, dan hanya memiringkan tubuhnya. Prayoga tidak bergerak lagi dan
hanya menunggu apa yang akan dilakukan orang itu. Ternyata setelah babatannya
luput, orang itu memekik nyaring dan tiba-tiba menurunkan goloknya sambil membabat
kaki lagi dengan gaya gerakan yang pertama.
Prayoga tersenyum.Ia melenting ke atas. Pada saat golok lewat di bawah kakinya,
dengan gerakan yang indah ia melayang turun dan menginjak golok lawan ke tanah.
Agaknya anakbuah Surogendilo sudah terlatih disiplin ketat. Bahwa golok itu sama
dengan nyawa sendiri. Maka walaupun goloknya diinjak Prayoga dan tak mampu
menariknya, orang itu tetap tak mau melepaskan senjatanya.
Melihat kawannya dikalahkan, tiga orang yang lain segera membantu dan
menyerang. Tetapi dengan senjata ranting pohon. Prayoga menghadapi mereka tanpa
rasa takut. Ia sudah berpengalaman. Tak sudi memukul tubuh, tetapi pergelangan
tangan sebagai sasaran.
"Aduh..." salah seorang memekik tertahan, goloknya terlepas, kemudian tubuhnya
terhuyung ke belakang.
Secepat kilat Prayoga menyambar golok orang, kemudian melancarkan serangan
menurut ajaran Ndara Menggung. Tring-tring-tring, golok mereka berterbangan jatuh
ke tanah, ketika mereka mencoba untuk menangkis.
Setelah memperoleh hasil, Prayoga ingin menunjukkan kepandaiannya. mematahkan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
keberanian mereka. Batu mustika dikepit di bawah ketiak, kemudian menggunakan dua
belah tangan, dalam waktu Singkat telah dapat merebut semua golok. Tangan kiri
bergerak. dua batang golok terbang cepat sekali, dan menancap ke dalam batang pohon
lebih separonya.
Empat orang itu terlongong keheranan melihat apa yang terjadi. Namun sebenarnya
yang melongo heran bukan empat orang itu saya. Prayoga sendiripun menjadi heran
berbareng kaget. '
Prayoga tidak pernah mimpi kalau sekarang dapat bergerak jauh lebih gesit, dan
tenaganyapun bertambah.
Empat orang itu sekarang mati kutu dan tak berani berlagak lagi. Sebaliknya
Prayoga yang tidak ingin bermusuhan. lalu berkata,
"Antarkan aku kepada rajamu Surogendilo."
Memang ada maksud mengapa tiba-tiba Prayoga ingin mengunjungi Surogendilo.
Soalnya ia amat tertarik kepada ilmu golok yang tadi dipergunakan oleh empat orang
itu.
Wajah empat orang itu berobah mendengar ajakan Prayoga. Kemudian salah
seorang berkata.
"Ah, kalau tadi tuan memberitahukan kepada kami akan bertemu dengan ki Suro,
tentu saja akan kamu sambut dengan baik. Ah, mari, kami antar menghadap ke sana.
Akan tetapi sebelum pergi, harap tuan sudi mengembalikan golok kami."
Prayoga tidak membantah. Dua batang golok yang maSih di tangan, diserahkan
kepada pemilik masing masing. Sedang dua orang yang lain, cepat menghampiri pohon,
dengan maksud untuk mencabut sendiri golok yang menancap di batang pohon itu.
Namun, kendati sudah mengerahkan segenap tenaganya, dua orang itu tak mampu
menarik goloknya.
"Mari kutolong" ujar Prayoga ramah. Lalu tanpa memperdulikan mereka, ia
mengerahkan tenaga. Tanpa kesulitan, dua batang golok itu dapat dicabut secara

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
berbareng.
Empat orang anakbuah Surogendilo itu kagum bukan mam. Sekarang mereka
benar-benar tunduk. Lalu dengan sikapnya yang hormat, mereka mengantarkan
Prayoga untuk bertemu dengan Surogendilo.
Surogendilo belum lupa kepada Prayoga, pemuda dari rombongan tamu yang sudah
membebaskan "mempelai" wanita Mariam. Diam-diam ia mendongkol sekali atas
peristiwa itu, justru dirinya sudah kehilangan pedang pusaka. dan perempuan cantik itu
tak jadi dimiliki. Dan sekarang pemuda ini berani datang lagi seorang diri. Sungguh
kebetulan. Ia akan menghajar pemuda kurangajar ini, agar hatinya menjadi puas.
Segera ia memerintahkan semua anak buahnya mundur. Lalu dengan mata berapi, ia
menatap Prayoga. Bentaknya,
"Apa maksudmu datang ke mari?"
Prayoga kaget. Ia tidak mempunyai kepentingan lain, kecuali ingin bertanya tentang
ilmu golok yang dipergunakan empat orang tadi. Karena tertarik, lalu timbul niatnya
untuk mengetahui sumber ilmu tersebut.
Sambil membungkuk penuh hormat, kemudian Prayoga menjawab,
"Kyai, kedatanganku ke mari tidak mempunyai maksud apa-apa, kecuali hanya ingin
minta keterangan tentang ilmu golok yang dipergunakan anak buahmu tadi. Apabila
paman tidak berkeberatan. aku ingin mendapat keterangan tentang ilmu tersebut."
Wajah Surogendilo berubah seketika, katanya ramah,
"Maaf, karena tak tahu tuan akan berkunjung, aku tak sempat menyambutmu secara
layak. Mari, Silahkan masuk, dan kita minum teh dahulu untuk menghilangkan rasa
haus."
Prayoga mengikuti, kemudian menyambut cangkir teh yang diberikan. Tetapi
tiba-tiba ia mencium bau harum pada teh tersebut. Harum bukan bau teh tetapi bau
yang lain. ia batal minum, lalu melirik kepada tuan rumah.
"Apakah angger curiga kalau teh itu dicampur dengan racun?" katanya ramah, tidak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyebut tuan lagi tetapi "angger". Lalu ia merebut cangkir yang dihidangkan kepada
Prayoga, dihirup hampir separo. Sesudah itu dikembalikan kepada Prayoga, lanjutnya,
"Minumlah! Setelah engkau minum, akan aku ceritakan asal-usul ilmu golok itu."
Sebagai pemuda jujur ia menjadi malu. Cangkir diterima dan siap untuk minum,
karena memang haus sekali. Akan tetapi pada saat bibirnya melekat pada bibir cangkir,
ia sempat melirik ke arah para penyamun itu. Seketika timbul keraguannya, karena
wajah Surogendilo tampak berobah menjadi beringas dan sepasang mata itu mendelik
kepada dirinya.
Sebagai tamu yang baik, sulit untuk membatalkan minum. Untung ia segera teringat
kepada ilmu yang pernah diberikan oleh Ndara Menggung.Ia mengerahkan tenaga
murni ajaran kakek Linglung itu. Hawa murni meluap ke tenggorokan. Setelah itu tanpa
ragu-ragu lagi, ia meneguk teh tersebut sampai habis. Akan totapi teh tersebut tidak
masuk dalam perut, dan berhenti di tenggorokan oleh hambatan tenaga murni.
"Ikutlah aku!" seru Surogendilo gembira, setelah pemuda itu minum teh yang
disuguhkan. Akan tetapi anehnya Surogendilo memekik nyaring beberapa kali, dan
sejenak kemudian puluhan anakbuahnya sudah hiruk-pikuk sambil menari tak keruan.
Pada kesempatan orang tidak memperhatikan dirinya, Prayoga cepat muntahkan air
teh yang tadi diminum. Tetapi sekarang ia merasakan tenggorokannya gatal, dan
Prayoga kaget. Jelas bahwa teh tadi telah dicampur dengan racun. Untung dirinya tadi
waspada. kalau tidak, dirinya tentu menjadi korban racun.
Tak lama mereka berjalan, mereka sudah mencapai puncak gunung yang ditumbuhi
pohon. Yang tumbuh di Situ hanyalah rumput dan batu-batu hitam. Menurut
pendapatnya, ada yang istimewa pada puncak gundul ini. Tetapi yang aneh,
Surogendilo ber5ikap sangat menghormat, seperti sedang masuk ke tempat keramat dan
suci.
Tiba-tiba Surogendilo berlutut di atas tanah. Mulutnya komat-kamit seperti sedang
mengucapkan doa. Diam-diam Prayoga heran melihat apa yang dilakukan raja

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
penyamun itu.
Tidak lama kemudian Surogendilo meloncat bangun. Dengan gerakan cepat sekali ia
mencabut goloknya, dan gerakan diteruskan untuk menabas, lalu diteruskan dengan
gerakan menghantam ke bawah.
Gerakan itu mirip sekali dengan apa yang tadi telah ia lihat, ketika anak buah
Surogendilo menyerang dirinya. Karena itu, tiba-tiba Prayoga bertanya,
"Dapatkah paman menerangkan tentang sumber ilmu golok istimewa itu?"
"Angger sanggup bersumpah?"
"Sumpah?"
"Ya! Engkau harus bersumpah. Dalam sepuluh hari engkau tak boleh menerangkan
dan membocorkan kepada Siapapun, tentang apa yang sudah angger ketahui saat
sekarang ini."
Prayoga heran. Apa sajakah maksud Surogendilo mengajukan syarat seperti itu?
Untuk sejenak Prayoga terpaku diam. Akan tetapi sebagai seorang pemuda jujur dan
berwatak sederhana pula, merasa tidak enak kalau menolak permintaan itu. Menurut
pendapatnya, kalau tidak sedia bersumpah. berarti telah tidak menghormati
kepercayaan orang. Terpikir demikian, tanpa ragu lagi ia mengucapkan sumpah.
Wajah Surogendilo berseri. Kemudian ngajak Prayoga melangkah maju beberapa
langkah lagi, dan kemudian berseru,
"Lihatlah!"
Surogendilo menuding ke arah sebuah batu hitam berukuran besar dan licin.
"Ada apakah dengan batu Itu?" tanya Prayoga yang heran sambil memperhatikan
batu tersebut.
Mendadak Surogendilo menabas bagian atas batu hitam tersebut. Prayoga kaget.
Sekarang baru sadar kalau permukaan batu tersebut ditutup dengan tanah liat. Karena
itu hanya sekali tabas semua tanah liat itu rontok.
Setelah mengamati batu tersebut, Prayoga terkesiap. Pada permukaan batu itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terukir gambar sebatang golok yang melengkung. Mirip dengan golok Surogendilo dan
anak buahnya. Sedang di bawah lukisan golok tersebut, terukir huruf yang rapi
menerangkan tentang ilmu golok tersebut. Antara lain diterangkan, golok menyerang
tubuh bagian atas, tetapi pada saat golok menyerang setengahnya. arah gerakan
berobah menyabat kaki orang.
"Cepat bersihkan semuanya. Ini ilmu golok yang istimewa," kata Prayoga.
Surogendilo terkekeh, sahutnya,
"Tak ada yang lain. Hanya terdiri satu jurus ini saja."
Prayoga tak percaya.Ia mengamati teliti sekali. Namun kemudian terbukti,
keterangan Surogendilo benar. _
"Entah sejak kapan ilmu golok ini dilukis orang," Surogendilo berkata.
"Bagi kami. ilmu golok ini dapat kami pergunakan secara memuaskan, apabila
berhadapan dengan binatang buas."
Beberapa saat lamanya Prayoga mengamati deretan huruf itu sambil memutar otak.
Tiba-tiba terbayanglah bentuk tulisan yang sama pada batu mustika yang ia bawa.
Kalau demikian jelaslah yang menciptakan ilmu golok luar biasa itu, sama pula
orangnya dengan yang menulis pada batu mustika. Hanya yang membuat dirinya heran,
mengapa hanya terdiri satu jurus?
Tenggorokannya yang semula gatal itu sekarang sudah menghilang.Ia menjadi
heran. Sebenarnya teh tadi dicampur racun atau tidak?
Prayoga meneliti lukisan golok pada batu hitam tersebut. Dan diam-diam ia dapat
menangkap sari keindahan gaya dan gerak ilmu golok itu. Tetapi sekalipun demikian, ia
masih pula ragu.
"Paman, benarkah ilmu golok ini hanya terdiri satu jurus?"
Surogendilo mengangguk.
"Ah, tetapi mengapa ilmu golok ini tanpa nama?"
"Ada' Lihatlah di balik batu itu."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Prayoga mengikuti Surogendilo, menuju ke balik batu. Ternyata di permukaan itu
terdapat lukisan huruf yang rapi dan berbunyi,
"Ilmu golok tunggal."
Prayoga semakin keheranan. Mengapa hanya terdiri satu jurus?
"Angger, batu bertulis ini hanya aku seorang saja yang tahu. Kalau sekarang kau
kuajak ke mari. bukan lain karena aku ingin mendapat bantuanmu untuk memberi
penjelasan."
"Sayang Sekali, aku sendiri tidak dapat menerangkan." Prayoga mengakui dengan
jujur.
Namun Surogendilo menjadi tak kecewa atas jawaban itu. Ia memperoleh kesan,
kalau pemuda yang dihadapi sekarang ini jujur dan dapat dipercaya. Maka diam-diam
Surogendilo berobah menjadi suka.
"Tidak apa." katanya.
"Kalau sekarang belum bisa. renungkanlah beberapa hari lagi. Aku berharap,
engkau sudi menginap beberapa hari di sini."
Karena masih mempunyai waktu cukup, Prayoga menerima tawaran itu. Maka
selama tiga hari lamanya, Prayoga tinggal di sarang penyamun itu. Setiap saat ia
selalu merenungkan rahaSia ilmu golok tunggal itu, namun karena otaknya tidak
cerdas, walaupun merenung tiga hari tiga malam tak juga menemukan jawabannya.
Dan akhirnya tanpa malu lagi, ia mengakui kegagalannya.
"Paman, maafkan aku. Sesungguhnya aku mempunyai janji kepada seseorang untuk
bertanding ilmu pada hari Lebaran di Gunung Slamet. Mengingat waktu amat
mendesak. dengan berat hati aku terpaksa minta diri. Akan tetapi paman, percayalah,
setelah aku berhasil memecahkan rahaSia ilmu golok itu. aku tentu datang ke mari lagi
dan memberitahukan kepadamu."
Surogendilo mengangguk-angguk, kemudian menjawab,
"Baiklah! Akan tetapi engkau harus selalu ingat akan sumpahmu."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Jangan khawatir."
Akhirnya Prayoga minta diri, lalu meneruskan perjalanan ke Gunung Slamet. Dalam
melakukan perjalanan seorang diri ini, tiada hentinya ia selalu merenung, memikirkan
tentang rahaSia ilmu golok itu.
Singkatnya, Prayoga telah sampai di padepokan GunungSlamet. Dari jauh ia Sudah
melihat di depan pintu gerbang padepokan, banyak orang berkerumun. Di saat ia masih
bertanya tanya, tiba tiba ia kenal suara Sarini yang berteriak,
"Paman Saroyo! Engkau jangan mau ditipu!"
Mendengar itu Prayoga segera menduga, bahwa pertandingan sudah diawali, maka
cepat-cepat ia mendekati. Akan tetapi tiba-tiba ia menjadi gelagapan, karena Sarini
sudah menjemput kemudian memeluk dirinya.
"Sarini, ah, jangan membuat aku malu!" hardiknya lirih. .
"Huh, aku gembira dapat bertemu lagi dengan engkau, tetapi engkau malah
mendamprat. Kau ini gimana sih, pergi plesir tidak mau mengajak aku. Mengapa
engkau baru datang sekarang" Dan kemana sajakah selama ini"
" Ah, engkau tidak tahu. Semua orang gelisah dan khawatir memikirkan dirimu yang
menghilang tanpa berita."
Ucapan Sarini ini bagai burung sedang berkicau, sulit untuk dihentikan, sehingga
Prayoga berdiam diri.
Prayoga yang kenal watak adik seperguruannya ini mengalah. kemudian jawabnya,
"Tak usah khawatir, nanti semuanya akan aku ceritakan."
Ia cepat menuju ke tempat kawan-kawannya. Kemudian ia melihat Jim Cing Cing
Goling, Darmo Gati, Si Bongkok Baskara, dan seorang lagi yang belum ia kenal. Baru
setelah diperkenalkan, ia tahu nama orang itu, ReSi Sempati.
Di sana. di gelanggang yang terdiri dari sepetak tanah datar. Darmo Saroyo dan
Swara Manis sedang berkelahi seru sekali. empat orang murid Hajar Sapta Bumi hadir
menyakSikan, sedang Hajar Sapta Bumi sendiri tidak tampak. Rupanya tokoh sakti itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tetap memegang teguh keangkuhannya sebagai seorang sakti angkatan tua dan dan
merasa tanpa tanding.
Sesudah mengetahui sekeliling, Prayoga segera mengahdap kepada gurunya. Dengan
Ali Ngumar, bukan saja sebagai guru tetapi juga sebagai pengganti orang tuanya.
Setelah memberi hormat, Prayoga cepat menyerahkan batu mustika yang dibawanya,
sambil berkata,
"Guru, batu mustika ini telah berhasil aku pecah. Sekarang murid mohon petunjuk."
Diluar dugaannya, Ali Ngumar hanya mendengus. Dan betapa kagetnya pula. ketika
melihat wajah gurunya yang tampak gelisah, dan demikian pula Jim Cing Cing Goling,
Si Bongkok maupun Resi Sempati.
Prayoga heran. Menurut pendapatnya, kepandaian Darmo Saroyo setingkat dengan
Swara Manis. Dan kalau toh Darmo Saroyo kalah, masih ada dirinya yang akan maju.
Menghadapi Swara Manis. ia yakin tentu dapat mengatasi. Dan andaikata Hajar Sapta
Bumi muncul, empat orang tokoh sakti itupun akan dapat menghadapinya.
Karena Ali Ngumar diam tak acuh, Prayoga tidak berani bertanya lebih lanjut. Ia
segera menghampiri Sarini, kemudian berbiSik,
"Sarini, tahukah sebabnya mengapa guru tampak resah" Apakah pihak lawan
memang lebih kuat?"
"Entahlah!" Sarini mengangkat bahu.
"Kalau aku bicara, engkau mengatakan cerewet. Maka lebih baik aku tutup mulut
saja."
"Sarini" Prayoga kaget.
"Ada apa"
Agaknya Jim Cmg Cmg Goling menangkap juga kasak-kusuk dua orang muda itu,
kemudian tegurnya.
"Jebeng, mana Wasi Jaladara?"
"Paman Jaladara?" Prayoga kaget.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Aku tahu, tetapi ada apa?"
"Sesaat engkau pergi mencari batu mustika itu, Wasi Jaladara kemudian menyusul.
Apakah engkau tidak tahu'?" ular Jim Cing Cing Goling.
Keterangan itu segera mengingatkan Prayoga kepada pengalamannya terkurung
dalam penjara air. Jika Wasi Jaladara menyusul jejaknya. tentu dia juga mengalami
kesulitan di dalam air itu.
"Celaka!" Prayoga mengeluh.
Jim Cing Cing Goling buru-buru bertanya, sedang Prayoga segera menuturkan
pengalamannya selama di dalam goa dan hampir saja tidak dapat keluar lagi.
Ali Ngumar terperanjat juga mendengar pembicaraan itu, demikian pula beberapa
tokoh yang lain. Sebagai seorang yang sudah luas pengalaman, Ali Ngumar segera tahu
bahwa yang sudah diceritakan muridnya itu. tentu goa berisi air yang disebut
GangSiran Aswatama.
"Ah, tentang itu kita rundingkan nanti saja. Sebab saat ini kita sedang menghadapi
pertandingan yang belum dapat diduga bagaimana kesudahannya." Jim Cing Cing
Goling kemudian mencegah.
Karena terlambat datang, Prayoga memang tidak tahu apa yang sudah terjadi. Baru
saia ingin bertanya, tiba-tiba terdengar Sarini 'menjerit. Cepat-cepat ia memalingkan
muka ke belakang.
Apa yang sudah terjadi? Ternyata saat itu Swara Manis sedang menusuk ke arah
tenggorokan Darmo Saroyo. Karena Sarini tahu bahwa pedang yang digunakan Swara
Manis itu pedang pusaka Nyai Baruni, maka gadis itu menjadi khawatir sekali dan
menjerit.
Sebenarnya saja dalam beberapa bulan ini. Darmo Saroyo sudah berusaha untuk
bisa bertemu dengan gurunya. Tetapi karena Kigede Jamus sulit dicari, usahanya
belum berhasil. Dan karena terdesak oleh pertandingan yang sudah dijanjikan,
terpaksa ia langsung menuju Gunung Slamet. Ketika tiba di tempat ini, ternyata Ali

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ngumar dan beberapa tokoh lain sudah tiba pula di padepokan Hajar Sapta Bumi.
Seperti diketahui, pertandingan secara ksyatria itu akan terjadi antara Swara Manis
melawan Darmo Saroyo dan Prayoga. Tetapi karena Prayoga terlambat datang, maka
yang maju lebih dahulu Darmo Saroyo.
Darmo Saroyo menyadari bahwa pertempuran ini penting sekali artinya. Karena itu
ia berkelahi dengan hati-hati sekali. Dan apa pula Ia tahu, Swara Manus bersenyata
pedang pusaka yang amat tajam. Mengingat itu dalam berkelahi ini Darmo Saroyo
tldak berani menggunakan cambuknya untuk menangkis. Setiap tusukan ujung pedang
lawan,Ia sambut dengan gerakan membuang diri ke samping atau membalas dengan
menyabat leher orang.
Sebaliknya Swara Manus selalu bersikap mengejek, karena yakin tentu dapat
mengalahkan lawan. Setelah tusukannya ke arah tenggorokan luput, Ia membalikkan
pedang dan membabat pinggang. Berbareng itu ia menggeser kaki ke samping untuk
menghindar sambaran cambuk. Gerakan itu tampaknya lambat. Akan tetapi
scsungguhnya mengandung pertahanan kokoh dan sulit ditembus lawan.
Mereka yang hadir juga setengah memastikan, sulitlah Darmo Saroyo dapat
memperoleh kemenangan. Tetapi bukan hanya yang menonton, Darmo Saroyo sendiri
menginsyafi keadaannya. Kelemahan dirinya tidak lain, karena ia bersenjata cambuk,
sedang lawan bersenjata pedang pusaka. Masih untung, cambuknya lebih panjang dari
senjata lawan. Dan di samping itu Ilmu cambuknya kaya dengan gerak tipu dan
perobahan tak terduga. Dengan cambuknya itu,Ia dapat memaksa lawan terpisah jauh.
Maka setiap lawan mendesak maju cepat-cepat Ia melesat ke belakang sambil
menghujani serangan cambuk.
Akan tetapi Swara Manis bukan pemuda bodoh.Ia cukup cerdik di sampmg licik.
Sudah tentu pemuda itu tahu cara lawan berkelahi.
tiba tiba ia melemparkan pedangnya ke udara. Begitu tangannya menyambut pedang
itu, sudah ketawa mengejek,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Darmo Saroyo! Mengapa engkau tak maju dan menyerang lagi?"
Setelah berkata,Ia melangkah maju tetapi saat kemudian mundur lagi. Sikap Swara
Manis congkak sekali di samping merendahkan lawan. Apa yang dilakukan itu memang
disengaja untuk memancing kemarahan Darmo Saroyo. Untung sekali Darmo Saroyo
dapat menahan diri dan tak terpengaruh gerak-gerik lawan. Tanpa membuka mulut ia
menggerakkan cambuknya, dan gerakan itu dibarengi dengan meluncur majunya
Darmo Saroyo. Gerakan ini salah satu jurus ilmu cambuknya yang istimewa,
bersatunya orang dengan senjatanya.
Akan tetapi sekarang Swara Manis sudah memiliki ilmu pedang Samber Nyawa yang
sakti dan ganas. Di tambah lagi menggunakan pedang pusaka Nyai Baruni. Sekarang
dirinya seperti seekor harimau tumbuh sayap, dan ia tidak takut kepada siapapun.
Begitu cambuk lawan menyerang, ia menyabat kalang-kabut. Sepintas pandang,
gerakannya kacau-balau tak keruan, tetapi pada hakekatnya salah satu jurus istimewa
ilmu pedang Samber Nyawa yang hebat tidak kepalang.
Karena lawan menyambut dengan pedang pusaka, cepat-cepat Darmo Saroyo
menarik kembali serangannya. Kalau pedang lawan itu pedang biasa. tentu ia sanggup
menghadapi. Akan tetapi berhadapan dengan pedang pusaka, kalau kurang hati-hati,
cambuknya akan terbabat putus.
Darmo Saroyo meloncat ke samping sambil mengancam dengan cambuk. Merupakan
satu gerak tipu untuk menggertak musuh agar menghindar pergi.
Akan tetapi celakanya Swara Manis tidak mau melepaskan kesempatan baik ini. Ia
memutarkan pedangnya mtuk melindungi kepala, dan di saat lain dengan gerakan tatit,
ia menikam dada lawan. Darmo Saroyo kaget. terpaksa meloncat mundur.
Prayoga yang memperhatikan perkelahian itu mengerutkan alis. Sebaliknya gadis
ceriwis Sarini mendongkol sekali dan mencaci-maki,
"Hem. hanya mengandalkan pedang tajam saja, mengapa menjadi sombong?"
Namun ia segera menghentikan cacian itu, karena tiba-tiba ia teringat bahwa pedang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
pusaka itu milik ibu gurunya, Ladrang Kuning.
Swara Manis sudah mengembangkan ilmu pedangnya. Pedang itu berkelebat kian
kemari dengan gencar. Makin lama semakin hebat mendesak lawan..
Darmo Saroyo sibuk. Betapapun ia berusaha merobah kedudukan, ia selalu gagal
untuk menempatkan diri sebagai pihak penyerang. Saat itu ia hanya dapat bertahan
untuk menyelamatkan diri agar lawan jangan sampai dapat menembus pertahanannya.
Tampaknya Swara Manis tidak takut menghadapi senjata lawan. Malah berulang kali
ia sengaja hendak mengadu senjata. Siasat itu menyebabkan Darmo Saroyo Sibuk
setengah mati. Sebab di samping harus menjaga agar senjatanya tidak tertabas putus,
iapun menjaga agar tidak dilukai lawan. Dalam keadaan seperti. itu ia terpaksa harus
main mundur.
Perkelahian semakin tambah seru. Yang tampak dalam gelanggang, hanya segulung
lingkaran sinar hijau tengah merangsang lingkaran sinar kuning. Dalam sekejap saja,
mereka sudah berkelahi ratusan jurus.
Makin lama Swara Manis semakin garang. Mulut tidak putusnya mengeyek. Darmo
Saroyo tidak membuka mulut, tetapi pantang menyerah. Akan tetapi kalau kalah,
kekalahannya bukan kalah sakti melainkan kalah unggul senjatanya. Hingga kekalahan
itu bukanlah kekalahan wajar

Beberapa saat kemudian Darmo Saroyo menjadi nekat. Maju selangkah ia


mengulurkan tangan kiri dan berbareng itu menghantamkan cambuknya ke arah lawan.
Dengan tindakan itu, Darmo Saroyo sudah tidak memperdulikan lagi pertahanan
dirinya..
Diam-diam Swara Manis gembira dalam hati. Kelengahan lawan ini tak dapat
dilewatkan Sia-Sia. Tetapi agar tidak mengingatkan lawan akan kelengahan itu,
sengaja ia tak mau menusuk dada, melainkan membabatkan pedang ke cambuk lawan. '
Justru tidak segera menusuk dada ini, merupakan keuntungan Swara Manis.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Bagaimanapun Darmo Saroyo bukan tokoh rendah, tetapi perbuatannya mengandung
maksud tertentu.
Perhitungan Swara Manis tepat sekali. Darmo Saroyo memang membuka Siasat agar
dadanya ditusuk. Karena bersiasat, maka gerakan cambuknya hanya sekedar ancaman
kosong. Maka di luar dugaan Darmo Saroyo, bukan Swara Manis yang terpancing,
tetapi dirinya sendiri yang menderita rugi. Sebelum ia sempat menarik pulang
cambuknya, tring... putuslah cambuknya, terbabat oleh pedang Swara Manis.
Setelah cambuknya putus. Darmo Saroyo kalap. Cambuk yang tinggal separo bagian
itu dipergunakan menghantam ubun-ubun lawan. Akan tetapi Swara Manis lebih
tangkas. Ia dapat mendahului menusuk paha. Dan seketika Darmo Saroyo merasakan
pahanya perih sekali, lalu melompat mundur.
"Adi Saroyo! Mundurlah!" teriak Ali Ngumar.
Sesudah gurunya berteriak, Prayoga melompat ke tengah gelanggang sambil
menampar. Seketika Swara Manis merasakan sambaran angin yang dahsyat.Ia ketawa
mengejek, kemudian menyabatkan pedangnya.
Prayoga cepat menarik tangannya, kemudian mengganti dengan tendangan keras ke
arah siku lengan. Swara Manis terperanjat dan mundur selangkah. Diam-diam ia
merasa heran, mengapa hanya beberapa bulan saia, pemuda saingannya ini sudah
maju pesat dalam ilmu.
_ Ali Ngumar tidak kalah gembiranya melihat kemayuan muridnya itu. Dalam dua
serangan tadi, kendati dengan tangan kosong, tetapi sudah dapat memaksa lawan
mundur. Melihat itu Ali Ngumar menjadi mantap.
Sambil berteriak ia mencabut pedang pusaka Kyai Baruna lalu dilemparkan.
"Hai Prayoga. Gunakanlah pedangku ini!"
Prayoga gembira bukan main mendapat kepercayaan menggunakan pedang pusaka
milik gurunya. Pedang pusaka itu disambut dengan wajah berseri sambil mengucapkan
terimakasih.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Swara Manis, mari kita mulai lagi!" tantangnya mantap.
Tetapi Swara Manis segera mengejek,
"Kita hanya berjanji bertanding ilmu kesaktian, dan tidak beradu tajamnya mulut.
Jika memang mau menyerang Silahkan."
Prayoga tak ingin berbantah. Maju selangkah, ia merangkapkan pedang di depan
dada. Kemudian ia menurunkan ke bawah dan secepat kilat teracung ke atas, diimbangi
oleh gerakan tangan kiri. Itulah jurus pertama ilmu pedang Kala Prahara yang disebut
"Prahara Bayu".
Sinar pedang pusaka Kyai Baruna sedikit berbeda dengan sinar pedang Nyai Baruni.
Kalau Nyai Baruni memancarkan sinar hijau bercampur kuning, Kyai Baruna
memancarkan sinar hijau bercampur merah.
Serangan jurus pertama itu ditujukan ke tenggorokan lawan. Gerakannya indah dan
mantap. Melihat itu Swara Manis terkesiap kaget. Kemudian sambil memiringkan
kepalanya, ia menggerakkan pedangnya untuk membalas dan membacok pundak lawan.

Karena tikamannya luput, Prayoga cepat menurunkan pedangnya, tring... sepasang


pedang pusaka itu saling bentur. Dering yang nyaring disusul oleh api berpijaran
sekitarnya. Dua lawan cepat melompat mundur untuk memeriksa pedang masing
masing. Ternyata tidak cedera sedikitpun.
Dua orang muda itu kemudian berhadapan lagi.
Anehnya swara Manis Tidak maju dan malah mundur. Sebaliknya Prayoga tetap
berdiri di tempatnya, tegak seperti batu karang.
Semua orang menahan napas dan hati berdebar menunggu perkembangan
perkelahian itu. Di antara mereka, yang paling puas Ali Ngumar. Dengan
memperhatikan gerak gerik Prayoga, ia tahu bahwa muridnya itu sekarang telah
berhaSil menyingkap intisari ilmu pedang Kala Prahara. Dengan gerakan yang mantap
dan tenang itu, Ali Ngumar dapat berharap muridnya akan dapat memenangkan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
pertandingan.
Beberapa saat kemudian tiba-nba Swara Manis menyerang maju. Masih belum dekat,
sudah memutarkan pedangnya cepat sekali seolah pedang dan orangnya menjadi satu.
Prayoga hanya mengamati gerakan lawan sambil melintangkan pedang di depan dada,
Sikapnya tenang sekali.
Kira-kira setombak jauhnya dari Prayoga, tiba-tiba Swara Manis menghentikan
putaran pedangnya secara mendadak. Prayoga terkeSiap. Karena tiba-tiba Swara
Manis telah melancarkan serangan berantai. Menyerang kepala, dada dan kaki.
Di antara yang menonton, Sarini yang paling tegang dan gelisah.Ia mengikuti
perkelahian itu penuh perhatian. Sebab ia menduga, setelah terjadi adu kekerasan, ia
menduga dua orang itu akan berkelahi mati matian.
Prayoga menangkis ke atas, tetapi secepat kilat Swara Manis beralih menyerang
pinggang sehingga Prayoga harus surut selangkah ke belakang.
Dalam hal keindahan gerak, ilmu pedang Samber Nyawa tidak menang dengan ilmu
pedang Kala Prahara . Tetapi yang menguntungkan Swara Manis, ,justru ilmu pedang
Samber Nyawa lebih gampang dipelajari. Didukung oleh otaknya yang cerdas, dalam
waktu singkat ia sudah dapat memahami.
Dan sesungguhnya. semakin sedikit jumlah jurusnya, lebih banyak gerak
perobahannya. Semua ilmu tata kelahi sama saja, baik tangan kosong maupun dengan
senjata. Demikian pula ilmu pedang Kala Prahara yang jurusnya hanya sedikit, gerak
perubahannya sukar dipelajari. Karena baik serangan tipu maupun sesungguhnya,
harus disesuaikan keadaan.
Ketika maSih di Muria, Prayoga memang belum pernah berhadapan dengan lawan
tangguh. Baru setelah meninggalkan Muria, ia mengalami perkelahian beberapa kali.
namun hanya melawan prajurit Mataram. Pengalamannya berkelahi dengan orang
sakti masih belum banyak. Hal ini berbeda dengan Swara Manis yang sudah banyak
pengalaman.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kendati begitu perkelahian ini berlangsung sengit sekali. Sesudah Prayoga mundur
ke belakang, Swara Mams menjadi penyerang. Pedang Nyai Baruni bergerak seperti
kilat menyambar, dan tahu-tahu dada Prayoga terancam lima bayangan smar pedang.
Padahal saat itu Prayoga sedang memperbaiki kedudukan kakinya. Belum sempat
membalas menyerang, malah sudah diancam oleh serangan berbahaya. Maka untuk
menyelamatkan diri, terpaksa menggunakan pedangnya melindungi dada.
Swara Manis berteriak keras. Serangan berikutnya dilancarkan bertubi-tubi. Akan
tetapi sayangnya, Prayoga dapat mempertahankan diri secara rapat sekali.
Karena serangannya gagal, Swara Manis kagum juga dalam hati. Tetapi ia tak mau
menunda waktu. Swara Manis melesat ke belakang lawan kemudian menikam. Oleh
serangan ini Prayoga tak mau berputar tubuh. Ia hanya mencondongkan tubuh ke
depan, kemudian menghantamkan pedangnya ke belakang lewat atas punggung.
Tetapi kali ini Prayoga harus membayar mahal. Pada saat pedang Prayoga
menangkis, sengaja Swara Manis membenturkan pedangnya. Akibatnya Prayoga kaget
sendiri dan cepat-cepat mengerahkan tenaga saktinya. Akan tetaplah, celaka... ternyata
benturan Swara Manis itu hanya tipu muslihat. Akibatnya Prayoga tak sempat lagi
menarik tenaganya dan hampir tenerembab.
Swara Manis tak mau memberi kesempatan bernapas. Pedang itu ditusukan ke depan,
untuk menusuk punggung. Prayoga menjejakkan kaki melesat ke depan. Tetapi belum
sempat berbalik tubuh, Swara Manis sudah mengikuti seperti bayangan. Kemanapun
Prayoga bergerak, ujung pedang itu tetap mengancam punggung. Dengan begitu,
sulitlah bagi Prayoga untuk memutar tubuhnya.
Akibatnya dalam gelanggang berlangsung kejar mengejar berputar gelanggang.
Prayoga berloncatan mati-matian, dan Swara 'Manis dengan enaknya membayangi.
Kalau saja Prayoga terlambat sedikit, tentu punggungnya akan menjadi mangsa pedang
lawan.
Menyaksikan itu Sarini gelisah setengah mati. Diam-diam ia menyiapkan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bandringannya dan akan meloncat ke gelanggang. Untung sekali Ali Ngumar dapat
mencegah, sehingga Sarini urung maju. Sarini tunduk akan tetapi marah sekali.Ia
penasaran terhadap Swara Manis yang licik dan penuh tipu muslihat itu.
Setelah berusaha beberapa kali gagal, Prayoga menyesali diri sendiri mengapa
sembrono. Sungguh perbuatan yang bodoh terus berlencatan ke depan. Mengapa tidak
meloncat ke samping saia, justru dirinya juga paham akan ilmu Jathayu nandang papa"

Memperoleh pikiran demikian, secepat kilat ia meloncat lagi ke depan, disusuli


dengan gerakan membuang diri ke samping. Begitu tangan kiri menekan tanah,
sepasang kakinya sudah bergerak menendang kaki Swara Manis.
Lawannva kaget sekali. Buru-buru ia menggerakkan pedang membabat ke bawah.
Tetapi kali ini ia tertipu. Tendangan Prayoga itu hanya ancaman kosong. Ketika
pedang lawan membabat ke bawah,Ia menekankan tangan kiri ke tanah,lalu sepasang
kakinya melayang ke atas dan berjungkir-balik ke belakang. Hasilnya, Ia sudah berdiri
tegak berhadapan dengan lawan.
Semua orang menjadi kagum. Lebih-lebih pihak Ali Ngumar, saking gembira mereka
bertepuk tangan. Sedang pihak padepokan Hajar Sapta Bumi, yang diwakili oleh empat
orang murid dan disebut Catur Sardula merasa kagum juga.
Setelah lepas dari ancaman lawan, Ia sudah bergerak dengan jurus Prahara Segara.
Sebelum lawan sempat menangkis,Ia sudah merobah dengan gurus Prahara Bayu lagu.
Sekali bergerak dua macam serangan saling susul, sehingga lawan tak sempat
membalas. Sekarang Prayoga tak mau memberi hati. Kemudian Ia menyusuli serangan
dengan jurus Udan Prahara lalu Lindu Prahara.
Akibatnya Swara Manis mati kutu!
Keistimewaan Ilmu pedang Kala Prahara itu, jurus yang menyusul selalu lebih hebat
dari jurus yang lewat. Sekarang sesudah sempat menyerang, Prayoga benar-benar
garang. Dan sesudah menggunakan jurus ke empat, ia menyusuli dengan jurus ke lima

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Prahara Dahana. Pedang Prayoga membabat kaki Swara Manis, tetapi tiba tiba
gerakan itu berhenti setengah jalan.
Swara Manis menduga memperoleh kesempatan baik, untuk membalas menyerang
lawan. Pedang pusaka Nyai Baruni digerakkan ke atas untuk menyerang. Celakanya
gerakan Prayoga yang terhenti itu hanya sekejap mata. Belum sempat Swara Manis
menggerakkan pedang, Prayoga sudah menikam tenggorokan. Saking terkejut dan
gugup, Swara Manis merendahkan tubuh. Tetapi cret... ujung pedang Prayoga berhasil
menikam ikat kepala Swara Manis, sehingga robek. Kemudian secepat kilat pedang
diungkit. sehingga ikat kepala itu lepas, Lalu dilanjutkan dengan serangan
menggunakan jurus ke enam bernama Guntur Prahara.
Akan tetapi sayang sekali, kali ini Prayoga melakukan kesalahan besar. Dengan
jurus Itu ia bermaksud menusuk rusuk lawan. Dan untuk beralih kepada jurus itu,
Prayoga harus berhenti sejenak karena pedangnya membutuhkan waktu untuk
dilingkarkan ke bawah.
Mendapat kesempatan Itu. Swara Manis melompat ke belakang. Tetapi andaikata
Prayoga tadi menggunakan lurus ke enam Guntur Prahara dengan membabatkan
pedangnya ke bawah, tentu kepala Swara Manus sudah terbelah menjadi dua, atau
setidak-tidaknya dapat membelah bahu. Maka kendati mengucurkan keringat dingin,
tetapi Swara Manis lolos dari maut.
Ketika Swara Manus meloncat mundur, Prayoga tak mau memburu. Sikap itu jelas,
sampai di manakah kejujuran dan keperwiraan Prayoga dalam menghadapi lawan. Ia
tak mau mendapat kemenangan secara murah.
Sebaliknya Swara Manis menjadi amat gembira karena lawan tak mau mengejar
dirinya. Cepat ia meraba ke belakang leher dan mencabut tabung bambu. Melihat Itu
Sarini dan Jim Cing Cing Goling tahu maksud orang.
"Awas! teriak Sarini.
"Dia menggunakan ular Gadung Dahana!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Prayoga terkesiap. Dalam hatinya heran sekali, mengapa ular sakti itu jatuh ke
tangan Swara Manis.
Swara Manis tersenyum mengejek, kemudian katanya,
"Prayoga! Ilmu pedangmu memang hebat. Ayo, sekarang majulah!"
"Baik!" sahut Prayoga.
Ketika Itu tiga sosok bayangan berkelebat masuk padepokan. Prayoga memalingkan
muka ke arah gurunya dan Jim Cing Cing Goling. Dan tampak dua tokoh itu
mengerutkan kening, sedang merenungkan sesuatu. Keti ka Prayoga memandang Swara
Manis, orang itu tersenyum berseri.
Tak lama kemudian tiga sosok bayangan tadi sudah keluar dari padepokan.
Kemudian ternyata mereka itu Gondang Jagad, Sambang Jagad, Sambung Buwono dan
Lintang Trenggono. Hadirnya tiga tokoh itu disambut oleh Catur Sardulo penuh
hormat. Kemudian mereka bertujuh meninggalkan tempat, masuk kembali ke
padepokan. Dan tidak lama kemudian tampak Simbar Kemlaka keluar lagi dari pintu
gerbang padepokan, sambil berseru kepada Swara Manis,
"Hai Swara Manis! Kakek gurumu memerintahkan supaya pertempuran ini
dihentikan dahulu, dan engkau harus menghadap secepatnya."
' Swara Manis mengiakan. Setelah mengembalikan tabung ular ke belakang
punggung, ia memberi hormat kepada semua tamu sambil berseru.
"Aku mohon hendaknya kalian tidak pergi dahulu. Percayalah bahwa sebentar
kemudian aku kembali, kemudian menyelesaikan perkelahian ini."
Prayoga yang jujur tidak dapat mengejek Swara Manis yang menghentikan
perkelahian. Sedang Ali Ngumar dan Resi Sempati tidak mau mengurusi persoalan
kecil, dan mereka hanya ketawa dingin. Akan tetapi sebaliknya si Bongkok Baskara dan
Jim Cing Cing Goling tidak dapat tinggal diam lalu membalas,
"Sudah tentu kami takkan pergi sebelum memperoleh hasil. Huh, dan engkau jangan
mencoba untuk lari!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tanpa berjanji, dua tokoh itu sudah melompat ke depan terus mencengkeram. Yang
seorang dari sebelah kiri dan yang seorang lagi dari sebelah kanan.
Swara Manis sudah pernah merasakan cengkeraman si Bengkok. Diam~diam ia
menyesal mengapa mulutnya lancang, sehingga menyebabkan mereka marah. Sekalipun
kakek gurunya keluar. juga takkan keburu menolong dirinya, dan tentu dirinya akan
disiksa kalau sampai bisa ditangkap.
Karena ngeri akan bayangan derita itu, Swara Manis cepat memutarkan pedangnya.
lalu lari terkencing kencing masuk ke dalam padepokan. Ketika tiba di pintu gerbang,
terdengar olehnya suara orang ketawa terpingkal-pingkal. Ia memberanikan diri
memalingkan muka ke belakang. Ternyata dua orang tokoh tadi hanya menggertak saja.
sebab nyatanya tidak mengejar.
Lebih-lebih Sarini. Gadis ini ketawa cekikikan sambil memegang perutnya yang kaku.
Setelah agak reda ketawanya, ia berteriak mengejek,
"Bagus... hi-hi-hik... Swara Manis memang pandai sekali dalam ilmunya bajing
kecepit... eh... bajing loncat. ..."
Swara Manis tak dapat berbuat apa-apa kecuali geram. Diam-diam dalam hati
berjanji, apabila mendapat kesempatan akan menghajar gadis itu setengah mati.
Sesudah mengejek Swara Manis, ia menyongsong kakak seperguruannya, dan
menegur,
"Kakang, apa sebabnya engkau tidak mau menghajar dia sampai babak belur?
Padahal engkau tadi memperoleh kesempatan untuk menghajar manusia busuk itu."
Sebelum Prayoga sempat menyahut, Jim Cing Cing Goling mendahului,
"Prayoga memang seorang pemuda jujur, tidak seperti engkau. Kendati perempuan,
tetapi engkau tidak kenal takut."
Sarini meringis, merasa disindir.
"Hem, persoalan yang terjadi hari ini berkembang menjadi besar, dan ternyata tidak
hanya terbatas soal Swara Manis saja!" Si Bongkok berkata.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Sebagai akibat menolong Ndara Menggung, sekarang ini tenaga adi Ali Ngumar,
Cing Cing Goling maupun ReSi Sempati belum pulih. Dan sayangnya Kigede Jamus
yang kita harap, sampai sekarang belum juga-muncul. Akan tetapi sebaliknya,
tokoh-tokoh yang jelas sebagai begundal Mataram, sekarang sudah berkumpul di smi.
Menilik gelagatnya, kita akan berhadapan dengan kesukaran."
Prayoga kaget sekali. Ia belum lupa akan pertempuran melawan pasukan Mataram
di Muria. Apakah sekarang Swara Manis sedang mengatur perangkap untuk menjebak
tokoh-tokoh sekutu Pati?"
Darmo Saroyo mempunyai kekhawatiran yang sama. Maka kemudian ia minta ijin
kepada Ali Ngunar, untuk menCari gurunya. Kemudian lanjutnya,
"Andaikata usahaku gagal mencari guru, sedikitnya aku akan memperoleh
kesempatan untuk mengumpulkan sisa anak buahku, kemudian aku gerakkan ke mari."
"Adi Saroyo," ujar Ali Ngumar.
"Menurut pendapatku. usahamu tidak banyak harapan terwujud. Di sana
anakbuahmu tentu sudah bubar, dan mungkin malah sudah ada yang takluk kepada
Mataram. Yang tidak menyerah kepada mataram, sulit untuk dibangkitkan semangatnya
lagi karena sudah patah harapan."
Darmo Saroyo kemudian mengangguk, dapat menyetujui pendapat Ali Ngumar.
Sambung Si Bongkok,
"Aku menduga sama sekali, kalau Raja Mataram memperhatikan kita yang hanya
terdiri beberapa gelintir manusia tak berguna ini."
"Memang sudah dapat diduga, Mataram akan menghancurkan setiap pihak yang
berani menentang kekuasaannya!" sahut Ali Ngumar.
Sesudah menghela napas, sambungnya,
"Yang membuat aku heran apakah sebabnya Hajar Sapta Bumi Sampai hati
melibatkan diri dalam persoalan ini. Hem, agaknya karena menurutkan nafsu hati ingin
menang, sampai tidak sadar diperalat oleh kaki tangan Mataram.'

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Darmo Gati yang sudah cacat dan sejak tadi hanya berdiam diri, memberikan
pendapatnya,
"Kakang Ngumar, menurut pikiranku yang picik ini apakah tidak lebih baik kita
cepat-cepat meninggalkan tempat ini? Kelak kemudian hari apabila kita sudah dapat
menghimpun kekuatan. kita maSih dapat datang ke mari lagi."
Si Bongkok cepat-cepat menyanggah,
"Saudara Darmo Gati. Hendaknya kita jangan menjadi ketakutan dan melarikan diri.
Sebab kita tidak tahu, hidup kita ini sampai kapan. karena itu apapun yang tertadi, kita
harus sedia berhadapan dengan kenyataan tak terbantah."
Mendengar ucapan si Bongkok yang jantan itu. Darmo Gati yang sudah cacat hanya
dapat menghela napas.
Sekarang Prayoga baru mengerti sebabnya, mengapa wajah gurunya dan beberapa
tokoh yang lain tampak tegang. Hanya yang membuat dirinya bertanya-tanya, mengapa
gurunya dan tokoh-tokoh sakti ini, tampak gentar menghadapi kekuatan Haiar Sapta
Bumi?
"Siapakah yang paman maksudkan dengan kaki tangan Mataram yang dikirim ke
mari itu?" tanya Prayoga.
"Yang kita maksud, tokoh yang masuk bersama Hajar Sapta Bumi tadi," sahut Jim
Cing Cing Goling.
"Tokoh itu suami-isteri sakti mandraguna dari daerah Gunung Kidul. Dan kalau
berkelahi, mereka selalu maju bersama-sama."
ReSi Sempati ingat, lalu berkata,
"Apakah bukan sepasang tokoh yang diberi julukan oleh orang Gendruwo Semanu?"
"Benar! Apakah saudara pernah mendengar hal-ihwal suami-isteri itu?" tanya Cing
Cing Goling.
Tiba-tiba Resi Sempati menggeram, katanya,
"Paman guruku binasa di Madiun melawan suami-isteri itu. Bagaimanapun dendam

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ini harus dapat kubalas."
Pada saat mereka sedang sibuk bicara itu, tiba-tiba Sontrang Jiwa muncul dari pintu
gerbang. Kemudian dengan hormat, ia berkata.
"Guru memperSilahkan kalian masuk ke dalam padepokan. Kebetulan hari ini kami
menerima tamu yang lain, sehingga dengan terpaksa pertandingan kita tunda sampai
esok pagi. Maka apabila kalian tidak menolak, kami mengundang kalian sudi masuk
kedalam padepokan."
"Jangan tertipu!" seru Jim Cing Cing Goling cepat.
Semua anggota rombongan Ali Ngumar tahu dan cepat berpaling ke arah Jim Cing
Cing Goling, karena heran.
Untuk tidak menimbulkan kecurigaan, Jim Cing Cing Goling cepat menjelaskan,
"Menurut keterangan yang aku peroleh, padepokan Hajar Sapta Bumi penuh dengan
alat jebakan. Setiap ruangan merupakan semacam barisan yang sulit dilawan."
"Tetapi kalau tak berani masuk ke goa harimau, bagaimanakah kita bisa
mendapatkan anak macan?" bantah Darmo Saroyo.
Jim Cing Cing Goling menatap Darmo saroyo, lalu ujarnya,
"Saudara Saroyo! Menurut pendapatku lebih baik engkau melaksanakan niatmu tadi.
Kalau engkau bertemu dengan Kigede Jamus, memang itulah yang kita harapkan. Akan
tetapi kalau tidak, cobalah engkau kumpulkan sisa anakbuahmu dan secepatnya
gerakanlah ke mari!"
Setelah dipikir. kemudian Ali Ngumar juga setuju. Karena usaha mencari Kigede
Jamus itu penting sekali. Demikian pula usaha mengumpulkan Sisa pasukan Pati.
Karena para tamu seperti tidak memperdulikan, Sontrang Jiwa tidak sabar lagi dan
mengejek,
"Apakah kalian takut masuk ke dalam padepokan kami?"
Jim Cing-Cing Goling mendongkol sekali dan mendamprat,
"Huh, engkau hanya bocah kemarin sore, berani jual lagak di depanku. Kami masih

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menunggu beberapa orang sahabat. Mengerti?"
Sontrang Jiwa ketawa bergelak-gelak, dirinya disebut bocah kemarin sore.
Bagaimanapun dirinya berusia 50 tahun, dan di padepokan ini, merupakan orang ke
dua. Mengapa dirinya direndahkan? Saking mendongkol,
Sontrang Jiwa mengejek,
"Oho, kiranya kalian ini hanya manusia gagah palsu alias manusia pengecut! Sudah
sampai di sini, tetapi masih juga tak berani masuk! Ha-ha-ha. ... " '
Ejekan itu menusuk perasaan Jim Cing Cing Goling, Resi Sempati dan si Bangkok.
Tanpa membuka mulut tiga orang ini sudah melesat masuk lewat pintu gerbang.
Prayoga dan Sarini mengikuti di belakangnya. Hanya Ali Ngumar dan Darmo Gati
yang melangkah seenaknya, sedang Darmo Saroyo sendiri segera pergi untuk mencari
gurunya.
Tujuh orang dari pihak Ali Ngumar masuk lewat pintu gerbang. Mendadak dari arah
belakang terdengar teriakan nyaring,
"Hai minggir! Mengapa berkerumun di tengah pintu?"
Ali Ngumar memalingkan muka dan kaget berbareng gembira. Tegurnya,
"Diajeng Wulan, engkau juga hadir ke mari?"
Teguran Ali Ngumar itu halus, akan tetapi Ladrang Kuning tak menghiraukan tegur
sapa suaminya. Perempuan aneh itu memang tampak marah sekali. Namun karena
mereka sudah tahu watak tabiat perempuan ini, tidak seorangpun membuka mulut.
Ladrang Kuning menyapu mereka dengan pandang mata berapi. Kemudian ia
menuding Sontrang Jiwa, hardiknya,
"Hai, bukankah engkau penghuni padepokan ini? Hayo, cepat laporkan kepada tua
bangka Sapta Bumi dan Swara Manis, bahwa aku datang!"
Sontrang Jiwa yang belum kenal Ladrang Kuning, menjadi marah gurunya
dicaci-maki tua bangka. Apapula dirinya merasa sebagai orang ke dua di padepokan
ini, tentu tak dapat membiarkan orang menghina seenak sendiri. Sambil mendelik

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sontrang Jiwa menuding,
"Perempuan busuk! Jangan ngoceh....."
Plak. . ! Belum selesai Sontrang Jiwa mendamprat, pipinya sudah ditampar. Dan
seketika Sontrang Jiwa merasakan pipinya panas seperti dibakar.
Padahal Ladrang Kuning hanya menampar seenaknya. Kalau tadi menggunakan
tenaga lebih besar, mungkin Sontrang Jiwa menderita luka parah.
Sontrang Jiwa merasakan sakit, separo mukanya panas dan mulut terasa asin. Ketika
meludah ternyata mulutnya berdarah, dan dua buah gigi sudah tanggal. Bukan main
marahnya orang ini. Dengan kalap ia mengangkat tangan untuk membalas, tetapi
tiba-tiba Swara Manis berhasil mencegahnya,
"Jangan! Ibu ini kawan sendiri!"
Sambil berseru mencegah, Swara Manis sudah menghampiri Ladrang Kuning,
kemudian membungkuk dan memberi hormat. Katanya,
"Ibu, anak menghaturkan sembah bekti."
Setelah memberi hormat, ia menghampiri Mariam yang ikut bersama ibunya, lalu
menyapa,
"Aih. .. diajeng Mariam juga datang ke mari. Ah, tentu ibu sendiri yang telah dapat
menolong dari sarang penyamun ganas itu. Diajeng, betapa sedihku mengingat
peristiwa itu, sehingga aku tak enak makan dan tak enak tidur."
Rasa ragu yang semula menghuni dada Mariam, tiba-tiba menghilang melihat sikap
dan kata kata merdu dari Swara Manis. Ia menjadi lupa akan derita yang pernah
dialami, selama di sarang Surogendilo. Kemudian tanpa menghiraukan orang lain,
Mariam sudah menubruk, kemudian menangis terisak isak sambil memeluk Swara
Manis.
"Hai, Mariam! Bukankah engkau mencurigai dia?" tegur ibunya.
Akan tetapi Mariam seperti tidak perduli lagi kepada ibunya. Ia seperti seperti
seorang musafir di padang pasar, yang tiba-tiba menemukan sumber air. Maka Mariam

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
merasa aman dalam pelukan Arjuna-nya. dan lupa akan kecurigaannya kepada Swara
Manis yang sudah mencelakakan dirinya. Dan tiba-tiba saja, ia sekarang malah
berbalik dan menuduh orang-orang yang tak bersalah. Katanya,
"Ibu! Kecurigaanku tidak lain sebagai akibat hasutan mulut-mulut berbisa dari
orang-orang yang membenci kakang Swara Manis! Huh, tetapi buktinya, kakang Swara
Manis memang tidak sejahat tuduhan orang orang itu."
Tercekat juga hati Swara Manis mendengar kata-kata Mariam itu.
Akan tetapi Swara Manis seorang julig dan penuh tipu muslihat. Ia tahu belaka kunci
kemenangannya, tidak lain terletak pada diri Mariam sendiri. Sebagai scorang yang
julig. ia pura-pura terkejut,
"Ah diajeng Mariam, benarkah engkau mencurigai diriku? Dan apakah alasan untuk
menuduh diriku berbuat kurang baik? Lalu Siapakah kiranya orang yang sudah
memfitnah diriku itu?"
"Kakang," jawab Mariam manja.
"Memang ada 0rang yang mengatakan, engkau telah menjual dan menukarkan aku
dengan pedang pusaka milik Surogendilo. Benarkah itu?"
"Benar!" Ladrang Kuning menyambung.
"Aku mendengar engkau telah berbuat seperti itu?" '
Jantung Swara Manis berdebar keras. Tetapi sebagai manusia licik, ia cepat
menutupi dengan ketawanya yang bergelak gelak. Katanya kemudian,
"Betapa Cinta dan kasihku kepada Mariam, cuma Tuhan saja yang tahu. Kalau aku
sampai berani mengkhianati, biarlah aku binasa seperti bukan manusia, hancur di
lembah tidak menginjak bumi!" _
Mendengar pernyataan Swara Manis . Ladrang Kuning menjadi terpengaruh dan
percaya. samasekali tidak menyadari bahwa dirinya berhadapan dengan seseorang
laki-laki julig dan licin seperti belut. Bagaimana mungkin terjadi, hancur di lembah
tidak menginjak bumi '

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Jangan lagi Ladrang Kuning yang cara berpikirnya sudah tidak wajar lagi. Sedang
mereka yang hadirpun banyak yang tidak menyadan arti ucapan Swara Manis itu.
Akan tetapi Jim Cing Cing Goling, Prayoga dan Sarini menjadi marah sekali. Bukan
mendengar sumpah istimewa itu. Akan tetapi karena Swara Manis telah memutar
balikkan kenyataan dalam usahanya mempengaruhi Ladrang Kuning. Saking
marahnya, tiga orang ini tak dapat membuka mulut. Sedang Ali Ngumar yang tidak
disapa oleh isterinya sendiri, hanya berdiam diri dengan wajah keruh.
Swara Manis yang cerdik, cepat menyadari akan bahayanya kalau Ladrang Kuning
berkumpul dengan rombongan Ali Ngumar.
"Ibu," bujuknya.
"Anak telah berhasil menemukan pedang Nyai Baruni. Sekarang pedang itu anak
Simpan, dan segera akan anak persembahkan kepada ibu. Sayang sekali, saat ini kakek
guru sedang menerima dua orang tamu. Karena itu silahkan istirahat di dalam dahulu,
agar anak dapat melayani."
Berhadapan dengan Swara Manis yang licik, Ladrang Kuning segera tertipu dan
terpikat. Apa pula melihat, Mariam tak mau berpisah lagi dengan Swara Manis. Di
samping itu, dalam hati Ladrang Kuning masih mendendam kepada Jim Cing Cing
Goling. Padahal suaminya sekarang malah bersekutu dengan orang itu. Maka tanpa
menghiraukan lagi suaminya, ia sudah mengikuti Swara Manis masuk ke dalam
padepokan.
Ali Ngumar, Jim Cing Cing Goling hanya dapat menghela napas panlang. Dengan
hadirnya Ladrang Kuning dalam kelompok Hajar Sapta Bumi, sekarang mereka merasa
bertambah berat.
Sebenarnya Sontrang Jiwa masih mendongkol sekali dengan sikap Swara Manis yang
tidak menghargai dirinya itu. Namun karena tak berani melanggar perintah gurunya, ia
tidak dapat berbuat apa apa. Kemudian mengajak para tamu masuk ke dalam rumah
samping.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Di sinilah ruang tunggu bagi para tamu," katanya sinis.
"Akan tetapi aku mengharap, kalian jangan berusaha melarikan diri."
Jim Cing Cing Goling cepat membalas,
"Jangan banyak mulut. Lekas kau obati lukamu itu dengan beras kencur."
Merah padam wajah Sontrang Jiwa, kemudian tanpa membuka mulut meninggalkan
tempat itu.
Setelah berada di dalam padepokan, Sarini amat memperhatikan setiap
ruangan.karena menurut keterangan Jim Cing Cing Goling tadi, setiap ruangan
merupakan suatu barisan yang penuh jebakan. Lebih lagi se sudah ia teringat
keterangan Sucitro dan Sutirto, bahwa atap bangunan dipasangi jebakan. Di samping
itu setelah bertemu dengan tiang bercat kuning lalu membelok ke kiri akan segera
sampai di pendapa.
Akan tetapi sekarang ia terkejut. Tiang yang ada sekarang catnya merah dan tidak
satupun yang kuning. Melihat ini Sarini khawatir kalau rahaSia yang diceritakan
Sucitro dan Sutirto bocor, kemudian cepat-cepat merobah warna tiang.
Rumah samping di mana para tamu itu istirahat, terdiri dari tiga ruangan dengan
alat yang serba bagus. Tak lama kemudian datanglah seorang cantrik yang melayani
tamu.
Sarini menyambar lengan salah seorang cantrik, ke mudian bertanya tentang Sucitro
dan Sutirto.
"Siapa Sucitro dan Sutirto itu?" cantrik itu malah bertanya. ' _ Dengan demikian
cantrik itu belum kenal dengan SUCltro dan Sutirto. Kendati begitu, Sarini
menerangkan,
"Ketika aku masuk padepokan ini, aku bertemu dengan mereka."
Prayoga terkeSiap. Logat bicara orang ini bukan Logat Banyumasan, tetapi lebih
halus. Jelas mereka bukan cantrik sesungguhnya, tetapi orang lain yang menyamar
sebagai cantrik. Untuk memenuhi pesan gurunya, Prayoga cepat mengajak Sarini

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kembali. Akan tetapi baru akan membuka mulut, Sarini sudah melompat ke depan dan
menghantam dengan bandringannya.
Sarini mengira, dua orang cantrik itu hanya cucu murid Ki Hajar Sapta Bumi. Dan ia
yakin, sekali bergerak tentu dapat merobohkannya.
Trang... !! tiba-tiba Sarini merasakana lengannya kesemutan, ketika salah seorang
cantrik itu menangkis. Bandringan melesat ke atas, sehingga ia harus buru-buru
menekan, agar bandringannya kembali turun ke bawah.
"Ha-ha-ha-ha. mau kembali atau tidak?" ejek mereka sambil ketawa dingin. Namun
demikian mereka tidak menyerang.
Prayoga yang kenal gelagat segera yakin bahwa. dua cantrik itu memang palsu.
Sahutnya,
"Kembali boleh saja. Tetapi mengapa engkau menggunakan kekerasan?"
Prayoga memberi isyarat kedipan mata kepada Sarini. Dan gadis ini terpaksa
menurut, kemudian kembali menuju ke arah lain. Namun di ujung jalan lain itupun
mereka dihadang oleh cantrik yang lain. Ketika berbelok ke arah lain, mereka kembali
dihadang cantrik yang logat bahasanya bikan orang Banyumas.
Akhirnya Sarini sadar, dan tak mau mencoba lagi ke tempat lain. Kemudian mereka
menuju kembali ke ruangan yang disediakan. Begitu masuk dan bertemu dengan Ali
Ngumar, Sarini sudah melapor,
"Bapa, padepokan ini penuh dengan prajurit Mataram yang menyamar sebagai
cantrik."
Prayoga cepat menyambung dan menuturkan apa yang sudah dilihat dan dialami.
Mendengar itu Ali Ngumar dan kawan-kawannya saling pandang. Sesaat kemudian Jim
Cing Cing Goling berkata,.
"Keadaan semakin menjadi jelas. Mereka telah menyiapkan kekuatan besar untuk
menumpas kita. Karena itu kita harus tenang dan bersiap menghadapi segala
kemungkinan."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Jim Cing Cing Goling berhenti sejenak mencari kesan. Ketika melihat semua orang
memperhatikan, ia melanjutkan,
"Dalam rombongan kita yang maSih lemah hanya Prayoga dan Sarini. Maka aku
usulkan agar mustika dalam batu itu diberikan saja kepada mereka berdua.
Mudah-mudahan dengan cara itu kekuatan kita akan dapat bertambah dalam waktu
Singkat."
Saran Jim Cing Cing Goling itu disetujui semua 0rang. Pada mulanya Prayoga
memang menolak. Tetapi sesudah ditegur gurunya, ia tak berani membantah.
Ali Ngumar segera mencabut pedang pusaka Kyai Baruna dari pinggang Prayoga.
Setelah menyuruh Sarini memegang batu mustika itu, ia lalu mengupas dengan
hati-hati. Sesudah bentuknya menjadi keCil, kemudian batu itu dilubangi. Lalu
menebarkan bau semerbak harum, dan cepat-cepat memerintahkan Sarini agar minum
separo bagian.
Gadis itu menempelkan bibir ke lubang. Sekali sedot, air harum dalam batu itu
meluncUr masuk kekerongkongan. Kemudian Sarini merasakan tulang dan
persendiannya nyaman. Lalu cepat-cepat mengerahkan hawa murni dalam tubuhnya,
agar daya air itu meresap sekujur tubuh.
Batu itu kemudian diserahkan kepada Prayoga, dan pemuda ini cepat menyedot.
Akan tetapi hanya sebentar dan pemuda ini meringis. Ternyata air dalam batu itu sudah
habis disedot oleh Sarini, dan ia tinggal mendapat angin. .
Jim Cing Cing Goling cepat menghibur,
"Agaknya memang sudah suratan takdir. engkau tak kebagian air mustika itu. Tetapi
engkau tidak kecewa, bukan? Justru yang sudah menghabiskan adik seperguruanmu
sendiri?"
Prayoga tersenyum, lalu jawabnya setulus hati.
"Biarlah. Memang sudah pada tempatnya air mustika itu untuk Sarini, karena dia
yang paling lemah di antara kita."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Semua orang kagum dan memuji. Ketika mengamati Sarini, tampak wajah gadis itu
kemerah-merahan dan memancarkan Sinar kuning yang gemilang. Tampaknya seperti
keringat, tetapi jelas bukan keringat.
Saat itu Sarini merasakan seluruh tubuhnya mengeluarkan hawa panas, hingga
dalam waktu beberapa lama tampaknya seperti setengah sadar. Baru sesudah tubuhnya
kembali nyaman, ia meloncat bangun dan berseru,
"Ah, benar-benar nyaman sekali. Aku merasa seperti memperoleh kekuatan baru.
Kakang Prayoga, apakah engkau tidak merasakan apa-apa?"
Atas pertanyaan itu jelas Sarini tidak menyadari kalau Prayoga tidak memperoleh
bagian. Baru sesudah Prayoga memberi penjelasan, Sarini tampak malu dan menyesal,
"Maafkan aku kakang. Aku tidak sengaja menghabiskan air itu. Menurut perkiraanku
semula, air itu cukup banyak seperti air kelapa."
"Sudahlah, tak perlu banyak omong. Asal engkau berjanji takkan menghina kakang
seperguruanmu lagi seperti yang telah dilakukan oleh mbakyu seperguruannya, itu
sudah lebih dari cukup!" Jim Cing Cing Goling mulai menggoda.
Wajah Sarini kemerah-merahan karena malu. Tetapi saat itu ia merasakan tubuhnya
ringan sekali. Kalau 'ia menyalurkan darah dan pernapasan, ia merasa lebih lancar
tidak seperti biasanya. Agaknya dalam waktu tidak lama, baik tenaga murni maupun
tenaga sakti dalam tubuh gadis ini, telah bertambah maju. Di dalam kegembiraannya,
ia tak lupa mengucapkan terimakaSih kepada Prayoga. '
Ketika itu hari sudah sore. Sayup-sayup terdengar suara kentongan dipukul tiga kali.
Keadaan dalam padepokan tetap sunyi sepi, dan pihak tuan rumah tidak munCul
menemui tamu. Tiba-tiba dari luar ruangan terdengar suara orang berseru lantang,
"Guru mengundang kalian supaya masuk ke dalam ruang besar di bagian belakang"
Benar-benar merupakan sikap tidak sopan. Mengapa mempersilahkan tamu dengan
cara seperti itu? Diam diam Jim Cing Cing Goling mengirimkan suara lewat Aji
Pameling kepada kawan-kawannya, yang tak dapat didengar orang lain,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Kita harus waspada menghadapi siasat licik Hajar Sapta Bumi yang sombong dan
angkuh itu."
Ali Ngumar mengerti maksud Cing Cing Goling. Lalu menyahut dengan keras,
"Baiklah! Harap saudara menunjukkan Jalan bagi kami."
Kendati tenaga murni Ali Ngumar berkurang banyak sekali akibat menolong Ndara
Menggung, tetapi karena sedang marah, suaranya terdengar nyaring sekali.
Ketika membuka pintu Catur Sardula sudah menunggu di luar. Ali Ngumar
melangkah paling dulu, disusul yang lain, sedang yang terakhir Jim Cing Cing Goling.
Tujuh anggota rombongan Ali Ngumar mengikuti Catur Sardula. Dan selama berjalan
itu, mereka selalu memperhatikan dan mengingat-ingat apa yang sudah dilalui. Akan
tetapi setelah berbelok dua kali. kaburlah pengetahuan mereka tentang arah. Mereka
bingung dan tak ingat lagi jalan yang sudah mereka lalui. Semua yang tampak saat itu,
baik lorong, serambi, tiang, perabot dan warna cat, adalah sama dan sulit dibedakan.
Padepokan Hajar Sapta Bumi memang amat luas. Halamannya luas, bangunan
rumahpun luas dan kokoh. Sesudah berjalan agak lama, dan entah sudah berbelok
berapa kali, mereka melewati ruangan kecil. Tetapi beberapa saat kemudian mereka
sudah tiba di ruangan yang luas dengan lantai batu warna hijau. Pada ujung ruang
yang mirip dengan paseban atau pendapa itu, terdapat sebuah meja besar dan panjang.
Di sekitar meja itu sudah duduk Hajar Sapta Bumi, Ladrang Kuning, Mariam, Swara
Manis, Gondang Jagad, Lintang Trenggono dan Sambang Buwono. dan masih ada lagi
sebuah kursi yang kosong
Tujuh orang itu menghadapi hidangan yang penuh di atas meja. Walaupun tahu
rombongan tamu datang, mereka tak acuh. Ali Ngumar yang memang terlatih sabar,
tidak merasa apa-apa atas sambutan dingin itu. Kendati begitu, hatinya merasa heran
juga mengapa suami-isteri yang disebut dengan nama Gendruwo Semanu tidak
tampak?
Catur Sardulo menghampiri Hajar Sapta Bumi dan bicara. Mungkin sedang memberi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
laporan kepada gurunya. Akan tetapi setelah mendapat laporan, kakek itu tetap tak
perduli dan malah mengangkat cangkir sambil berkata kepada Ladrang Kuning,
"Guna menghormat kedatangan nimas Ladrang Kuning, marilah kita minum
bersama."
Semua orang yang duduk mengitari meja itu semua menyambut dengan gembira.
Mereka' mengangkat cangkir masing-masing dan meneguk minunan di dalamnya.
Sedang Catur Sardulo masih tetap berdiri tegak di tempatnya. Mereka tidak berani
mundur sebelum mendapat ijin guru mereka.
Ali Ngumar dan kawan-kawannya merupakan tokoh ternama. Sudah tentu mereka
mendongkol sekali mendapat perlakuan tidak patut seperti ini. Resi Sempati yang paling
tidak kuasa menahan perasaan. tiba-tiba tangannya menekan sebuah kursi,
"Krak..." tangan kursi itu patah lalu disambitkan ke _arah meja hidangan.
Jim Cing Cing Goling dan si Bongkok tanpa berjanji, bersama-sama menggerakkan
tangan menampar kayu yang disambitkan Resi Sempati. Dengan dorongan tenaga sakti
dari tiga tokoh itu. barang tentu kayu tersebut meluncur cepat sekali. Apabila sampai
menyentuh meja, seluruh hidangan yang tersedia akan berantakan.
Akan tetapi baik Hajar Sapta Bumi maupun Ladrang Kuning seperti tidak
mengacuhkan luncuran kayu itu. Sambil mengangkat cangkir masing masing, mereka
Siramkan teh ke udara. Siraman itu secara tepat menyemprot kayu yang meluncur tadi.
Siraman teh dari Ladrang Kuning dan Hajar Sapta Bumi itu dilambari tenaga sakti
tingkat tinggi. Sebenarnya kalau menilai soal tenaga sakti, Jim Cing Cing Goling
setingkat dengan Ladrang Kuning. Sedang si Bongkok bersama Resi Sempati dapat
menghadapi Hayar Sapta Bumi. Akan tetapi sayang sekali pada saat sekarang ini,
sebagian besar tenga sakti Jim Cing Cing Goling terkuras habis akibat menolong
Ndara Menggung. Karena itu begitu disembur air teh, kayu kursi tersebut segera
menyeleweng miring dan kemudian jatuh ke lantai.
Dalam adu tenaga sakti, dengan percobaan ini segera dapat diketahui tentang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kekuatan masing-masing. Tetapi hal itu tak mungkin bisa terjadi, kalau Ladrang Kuning
tidak muncul secara tiba-tiba, lalu terpikat oleh tipu muslihat Swara Manis, agar
berpihak kepada Hajar Sapta Bumi. Dan menghadapi peristiwa tidak terduga ini. yang
paling sedih dan menderita tidak lain Ali Ngumar.
"Diajeng Wulan... kau..." Akan tetapi saking sedih dan menderita, ia tak dapat
melaniutkan ucapannya. Dan celakanya pula Ladrang Kuning pura-pura tidak
mendengar.
Ali Ngumar menyadari bahwa sudah berkembang tidak seperti yang diharapkan.
Beberapa waktu lalu ia mondar mandir ke sana ke mari dalam usahanya mengajak
sahabat berpihak kepada dirinya menghadapi Hajar Sapta Bumi. Karena itu
menghadapi perkembangan buruk seperti sekarang ini, dirinya harus dapat menempat
kan diri sebagai Seorang tokoh terhormat. Dan ia malu kalau masih dipengaruhi oleh
hubungan suami-isteri, ayah dan anak. Semua itu harus tidak ada lagi.
Setelah sadar akan kedudukkannya, tiba-tiba saja dadanya yang semula terhimpit
derita dan duka itu, menjadi longgar. Rasa derita sekarang lenyap, dan sekarang
dirinya dalam keadaan wajar.
"Saudara Hajar Sapta Bumi, bukankah engkau mengundang kami kemari?" serunya
lantang.
"Akan tetapi mengapa engkau menyambut kehadiran kami macam ini? Aku hampir
tidak percaya menyakSikan kejadian hari ini, bahwa Ki Hajar Sapta Bumi yang
namanya masyhur. diagungkan sebagai seorang SUCI yang membangun padepokan,
maSih dibelenggu oleh sifat sombong dan menyimpang dari adat kesopanan."
Tidak disadari oleh semua tamu ini. bahwa apa yang terjadi sesuai dengan Siasat
Swara Manis. Maksud Swara Manis. apabila suasana menjadi panas, dengan mudah
tinggal meledakkan.
Akan tetapi Hajar Sapta Bumi bukan Swara Manis. Ia selalu mengagungkan diri
sebagai tokoh sakti dan kedudukannya tinggi. Bahkan Raja Mataram sendiripun sering

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
minta pendapat dan bantuannya. Sebagai akibat hubungan yang dekat dengan Rala
Mataram itu. ia mabuk kehormatan.
Kendati begitu masih ada sifat yang patut dipuji. Ia malu kalau dicela orang berbudi
rendah. Mendengar teguran Ali Ngumar ini' ia menjadi malu. Kemudian bangkit dari
kursinya dan berseru,
"Cepat Siapkan sebuah meja perjamuan lagi."
Dalam waktu singkat. perintah itu sudah dilaksanakan. Kemudian ia mempersilahkan
tamunya duduk.
Ali Ngumar dan rombongannya lalu duduk. Jarak antara mereka dengan meja tuan
rumah hanya terpisah kira-kira satu tombak. Kalau secara tiba-tiba Hagar Sapta Bumi
menyerang, sukarlah untuk menghindarkan diri. Namun demikian Ali Ngumar tidak
khawatir sedikitpun.
"Sarini, engkau mendongkol tidak?" tanya Cing Cing Goling.
"Huh, hampir meledak!" sahut dara ini bersungut.
"Kakek itu besar kepala dan sombong!"
"Maukah engkau melepaskan rasa mengkalmu itu?"
"Sudah tentu!"
"Baiklah! Engkau seorang anak perempuan, dan dia seorang kakek. Aku berani
bertaruh, dia takkan mau merendahkan diri membalas perbuatanmu. Apabila gurumu
sampai marah, akulah yang bertanggung jawab."
Sarini seorang gadis yang tabah dan berani. Sedang Cing Cing Goling seorang tokoh
yang pandai mengganggu dan memperolok orang. Ibarat "tumbu ketemu tutup", alias
cocok sama sekali.
Sarini segera mempersiapkan bandringannya, mengikuti Jim Cing Cing Goling
menghampiri meja Ali Ngumar. Begitu dekat dengan meja, tiba-tiba memutar tubuh lalu
berseru nyaring.
"Kakek Hapar Sapta Bumi, ibu guru dan mbakyu Mariam!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ketiga orang itu terkejut dan mengangkat kepala. Mariam yang merasa malu sendiri,
cepat-cepat menundukkan kepala lagi. Sedang Ladrang Kuning dan Hajar Sapta Bumi
begitu melihat yang memanggil hanya bocah perempuan, hanya mendengus.
Tetapi pada saat dua tokoh itu lengah. tangan sarini bergerak dan bandringan
melayang di sisi punggung Gondang jagad dan Lintang Trenggono, hingga ujung
bandringan itu menyelonong di bawah meja. Ketika tangan Sarini menarik. bluk... bola
bandring an menghantam bawah meja.
Prang... prung... oleh hantaman bola bandringan dari bawah meja, semua cangkir.
mangkok, piring, bakul nasi dan tempat sayur sudah berhamburan dan kuah panas
tumpah ke sana ke mari.
Huuuuh... huuuuh... buru-buru Hajar Sapta Bumi meniup dengan mulutnya untuk
menghalau kuah gulai panas yang menyemprot ke mukanya. Namun tidak urung,
rambut dan kepalanya terpercik oleh" kuah gulai panas.
Ladrang Kuning lebih tangkas. Ia melesat ke samping dengan gesit, sambil menarik
Mariam, sehingga yang basah hanya pakaiannya saja.
Yang paling runyam Swara Manis, Gindang Jagad, Lintang Trenggono dan Sambang
Buwono. Muka dan rambut empat orang ini berlepotan dengan gulai, air teh, nasi dan
beberapa macam hidangan yang lain.
Tiba-tiba tiupan mulut Hajar Sapta Bumi itu melanda. Dalam keadaan marah, kakek
ini meniup dilambari tenaga sakti tingkat tinggi. Karena itu hamburan ludahnya
berbahaya seperti senjata tajam. Dan celakanya Lintang Trenggono, Gondang Jagad
dan Sambang Buwono berhadapan dengan Hajar Sapta Bumi. Akibat nya merekalah
yang menjadi korban. Sudah berlepotan segala macam hidangan, masih terserang oleh
ludah kakek itu, sehingga muka mereka panas.
Aduh-aduh... dan tiga tokoh Kendeng itu roboh bergulingan di lantai, sambil
mengaduh kesakitan. Masih untung Swara Manis tangkas. Mendengar suara tiupan
mulut, ia cepat meloncat menghindar ke samping, dan selamat.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini mempunyai keberanian, kelincahan dan kecerdasan otak. Apa yang telah
terjadi pada meja tuan rumah itu dilakukan cepat sekali sehingga tidak diketahui orang.
Cepat melempar bandringan, cepat pula menarik kembali. Dan seperti tidak terjadi
sesuatu, gadis ini sudah duduk dengan tenang.
Melihat hasil dari pengacauan Sarini, perut si Bongkok seperti dikilik-kilik. Demikian
pula Jim Cing Cing Goling maupun yang lain tak kuasa menahan ketawanya. Malah Ali
ngumar yang biasanya tidak suka bergurau itu kali ini tak kuasa menahan rasa gelinya.
Ali Ngumar melirik kepada muridnya. Sarini dapat menangkap maksud gurunya. Iapun
kemudian ketawa cekikikan agar rombongan tuan rumah tidak menduga kalau yang
sudah berbuat tadi dirinya.
Hajar Sapta Bumi dan Ladrang Kuning merupakan tokoh sakti. Dengan cepat
mereka dapat menguasai rasa kagetnya. Begitu mendengar gelak ketawa para tamu.
mereka segera menduga peristiwa yang baru terjadi, sebagai akibat perbuatan tangan
jahil dari mereka. Diam diam mereka menjadi malu, karena sama sekali tidak tahu
siapa yang sudah mengacau. Karena malu, maka mereka menahan marah.
Kemudian Hajar Sapta Bumi memerintahkan Swara Manis agar menggotong tiga
tokoh Kendeng itu ke dalam. Mereka memang cukup menderita. Tiupan dari mulut
kakek itu membuat muka tiga tokoh Kendeng menderita luka melonyoh di samping
terluka oleh tulang-tulang ayam yang ikut tertiup. Dengan terjadinya peristiwa Ini jelas,
mereka harus dirawat sampai sembuh dan membutuhkan waktu beberapa hari.
Sesudah itu Hajar Sapta Bumi memerintahkan menyiapkan hidangan baru. Tempat
duduk tiga tokoh Kendeng yang kosong, sekarang diisi oleh Catur Sardula.
Sesudah keadaan kembali tenang, Jim Cing Cing Goling berseru keras,
"Denok Sarini! Memang hanya cara itu sajalah yang patut untuk memperlakukan
orang tak tahu sopan. Sekarang lekas cuci tangan, dan nanti aku akan memberi selamat
kepadamu dengan secangkir kopi."
Jelas bahwa dengan teriakannya itu, Jim Cing Cing Goling bermakSud untuk

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
memberitahukan kepada tuan rumah dan rombongannya, bahwa sudah melakukan
perbuatan menggegerakan tadi bukanlah rombongan Ali Ngumar tetapi hanya bocah
ingusan yang tak ternama. Dan itu merupakan perlambang halus kepada tuan rumah
bahwa bocah itu harus dapat dimaafkan, kalau tuan rumah memang tahu akan
kedudukannya sebagai angkatan tua.
Hajar Sapta Bumi ketawa bekakakan, lalu sambil mengangkat sebuah cangkir, ia
berseru,
"Kisanak Ali Ngumar, aku sudah lama sekali mendengar tentang suami-isteri dari
Gunung Muria, terkenal sebagai sepasang pusaka yang tiada tandingan di jagad ini.
Sebagai tuan rumah, ijinkanlah aku memberi selamat kepadamu dengan secangkir
kopi."
Hayar Sapta Bumi meletakkan cangkir kopi di telapak tangan, lalu seperti
menggenggam. Akan tetapi ketika tangan terbuka, wut... tahu-tahu cangkir yang keCll
itu sudah melayang ke udara dan bergerak perlahan ke arah Ali Ngumar.
Apa yang dilakukan oleh tuan rumah bukan lain bermaksud, untuk membalas dendam
agar Ali Ngumar malu. Karena gerakan cangkir berisi kopi tersebut, didorong oleh
tenaga sakti yang hebat keliwat-liwat.
Ali Ngumar menyadari pula akan hal ini. Apabila dirinya menyambut cangkir itu,
lengannya bisa patah. karena itu untuk sesaat ia tertegun, ragu untuk menyambut atau
tidak. Kalau menyambut jelas kemungkinan lengannya patah oleh dorongan tenaga
sakti.'Namun sebaliknya kalau tidak menyambut. tuan rumah tentu berhasil
mengalahkan Ali Ngumar, atau setidaknya menyebabkan malu. Lebih lagi, tempat
duduk Ali Ngumar tepat berhadapan dengan kursi tuan rumah.
Sekalipun perlahan, tetapi hanya beberapa kejap cangkir itu sudah datang di depan
Ali Ngumar. Melihat itu Ali Ngumar sudah memutuskan untuk menyambut. dan lebih
berharga mati daripada harus menderita malu. Akan tetapi di saat akan mengerahkan
seluruh sisa tenaganya yang Sudah terperas oleh Ndara Menggung, tiba-tiba terdengar

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Jim Cing Cing Guling ketawa nyaring dan berkata,
"Akupun akan membalas kebaikan tuan rumah dengan mempersembahkan secangkir
kopi."
Selesai berkata, dari tangannya menyentik cangkir kopi. Hebatnya cangkir itu justru
membentur cangkir yang dikirim Hajar Sapta Bumi. Akibatnya dua buah cangkir itu
berhenti sebentar. Kemudian cangkir Cing Cing Goling melayang ke samping, dan
cangkir tuan rumah menuju Ali Ngumar.
Namun karena sudah terbentur oleh cangkir yang dijentik Cing Cing Goling, daya
kekuatan cangkir itu tinggal separo.
Ali Ngumar segera menyambut cangkir tersebut. Tetapi begitu jari tangan
menyentuh, ia merasakan lengannya kesemutan dan nyeri. Dalam usaha menutup
keadaan, ia segera menghirup habis kopi tersebut, kemudian cangkir diletakkan di
meja.
Cangkir yang dikirim Jim Cing Cing Goling telah melayang datang ke arah Sapta
Bumi. Kakek itu mengulurkan tangan untuk menyambut. Tetapi di saat cangkir itu
hampir tersentuh jari tangan, tiba-tiba sudah pecah.
Jim Cing Cing Goling memang cerdik, dalam usaha mengirimkan cangkir. Waktu
saling berbenturan, cangkir itu tidak pecah. Tetapi setelah melayang kepada tuan
rumah. tiba-tiba pecah. Sudah tentu hal ini membuat kagum semua orang, karena
diam-diam sudah terjadi pertandingan ilmu yang tinggi.
Apa yang dilakukan oleh Jim Cing Cing Goling secara cerdik ini .dapat memperolok
tuan rumah. Karena sesungguhnya tenaga sakti Jim Cmg Goling ini sejajar dengan
Hajar Sapta Bumi, Ladrang Kunlng maupun Kigede Jamus. Hanya karena beberapa
hari yang lalu menolong nyawa Ndara Menggung, ia sudah banyak kehilangan tenaga
murni.
"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sebenarnya saja dalam meyakinkan ilmu maupun umur. Hajar Sapta Bumi lebih tua
dibanding Jim Cing Cing Goling. Sebab jauh sebelum Sultan Agung menduduki tahta
Kerajaan Mataram, kakek ini sudah mempunyai nama harum. Pada jaman
Panembahan Senopati, ia pernah mendapat kehormatan diundang ke Mataram. Di kota
Plered, Hajar Sapta Bumi telah membuat sekalian orang kagum dan hormat. ketika
dilakukan pertandingan ilmu kesaktian di atas panggung pertandingan yang
diselenggarakan Panembahan Senopati. Maksud pertandingan waktu itu, dalam
usahanya untuk mengumpulkan tokoh-tokoh sakti agar bersedia membantu Mataram.
Untuk memperkuat usaha Panembahan Senopati, dalam usaha menaklukan para Bupati
dan Adipati yang tidak tunduk kepada Mataram.
Kalau saja waktu itu Hajar Sapta Bumi mau, Panembahan Senopati malah
menawarkan kedudukan "senapati" perang". Akan tetapi Hajar Sapta Bumi tak sedia,
dan lebih suka menetap di gunung Slamet.
Sebagai tokoh yang mempunyai riwayat besar, sudah tentu Hajar Sapta Bumi tak
mau mengalah diperolok orang. Secepat kilat ia menyambar cangkir yang sudah mau
pecah tersebut, lalu disedot ke mulut. Sesaat kemudian mulutnya menyembur, pecahan
cangkir itu berhamburan menancap pada tiang pendapa.
"Hebat! Bagus sekali!" puji Cing Cing Goling secara tulus, sekalipun tadi ia berolok,
Tetapi pujian itu kemudian ditambah dengan kata-kata.
"Hanya sayang, kurang keras dalam mendidik murid, sehingga seorang cucu murid
telah berani menodai nama baik padepokan Gunung Slamet." '
Sungguh tajam mulut orang ini, di samping memuji juga mencela.
Prayoga dan Sarini masih merasa dirinya rendah dalam ilmu, melongo kagum
melihat semua itu. Kalau tidak menyaksikan sendiri. ia tentu tidak percaya bahwa di
jagad ini banyak terdapat ilmu kesaktian yang hampir sulit dipercaya.
Ia hanya ketawa dingin. Lalu memalingkan muka kepada Cing Cing Goling.
jawabnya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Ha-ha-ha, kisanak telah memberi serangkir kopi kepadaku, dan aku mengucapkan
terimakasih. Sekarang akupun membalas kehormatan itu. lewat cucu muridku."
Hapar Sapta Bumi memberi isyarat dengan sudut mata kepada Swara Manis.
Pemuda inipun cepat menangkap maksud kakek gurunya. Namun demikian, diam diam
timbul rasa heran, mengapa dirinya yang diperintahkan untuk mewakili?Cangkir berisi
kopi segera dijentik ke arah Jim Cing Cing Goling. Menyusul Hajar Sapta Bumi
batuk-batuk. Serangkum angin meniup dan terhentilah cangkir itu di udara. Sekarang
Swara Manis baru menyadari bahwa kakek gurunya secara diam-diam membantu
dirinya, untuk mempermalukan Jim Cing Cing Goling.
Kalau cangkir itu diarahkan kepada Ali Ngumar yang jujur, tentu maksud Hajar
Sapta Bumi akan berhasil. Akan tetapi karena yang dituju Jim Cing Cing Goling yang
cerdik, belum tentu bisa berhasil". Baru mendengar namanya saja, sudah Jim Cing
Cing Goling. Nama itu diberikan orang, karena dia memang licin seperti belut. Karena
itu ia segera tahu. bahwa sikap Hajar Sapta Bumi ada udang di balik batu. Hanya
sejenak Ia merenung, dan ketika mendengar Sapta Bumi batuk-batuk, ia sudah tahu
maksud kakek berambut merah itu.
"Kalau yang memberi hidangan murid angkat ketiga dari padepokan Gunung Slamet,
angkatan kedua dari Gunung Muria yang layak menyebutnya." sambil berseru,
menggunakan matanya ia memberi isyarat kepada Sarini dengan kedipan mata. Setelah
berkata ia menampar, dan cangkir itu segera menyeleweng ke samping lalu melayang
ke arah Sarini. .
Sebagai seorang dara yang cerdik, Sarini dapat menangkap maksud Jim Cing Cing
Goling. Begitu cawan melayang kepadanya, ia segera menekan sandaran kursi lalu
suit... tubuhnya melayang ke atas, menyongsong cangkir yang melayang datang.
Sarini mempunyai dasar latihan yang Cukup baik dari Ali Ngumar. Kemudian
mendapat gemblengan lagi dari Kigede Jamus. Ditambah lagi ia sudah beruntung,
minum air dan batu mustika yang menyebabkan tubuhnya tambah ringan dan tenaga

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
saktinyapun bertambah. Begitu bergerak. ia seperti tumbuh sayap dan dengan amat
ringan melayang ke udara.
Melihat cangkir itu melayang kencang, ia menunggu dulu sampai cangkir itu
meluncur ke bawah. Sambil menunggu. tiba tiba terlintas keinginannya untuk
mengetahui sampai di mana khasiat air mustika dalam batu yang telah diminum. Pada
saat itu juga ia menginjakkan kaki kanan ke atas telapak kiri. Kemudian dengan
meminjam tenaga pijakan itu, Ia mengeliat ke atas. Heran! Mendadak saja tubuhnya
meluncur ke atas lebih sedepa. Cepat ia menekuk tubuh ke depan menyongsong
datangnya cangkir. Seperti burung elang mematuk ayam. mulutnya segera menghirup
kopi itu. Kemudian sambil mengulurkan tangan ia menyambut cangkir terus turun ke
tempat duduknya.
Gerakan gadis itu tidak menimbulkan suara sedikipun. ia melayang naik turun seperti
seekor burung, indah dan sedap dipandang. Walaupun Ladrang Kuning seorang sakti,
di luar kesadarannya ia berseru memuji kepandaian dara itu. Sebaliknya Mariam
tersipu-sipu dan berbiSik ke telinga ibunya. Melihat itu Swara Manis cepat menduga,
tentu kekasihnya iri kepada Sarini. Hiburnya kemudian,
"Diajeng Mariam. itu hanya permainan anak-kanak, dan tak perlu dikagumi.
Beberapa bulan lagi kita berduapun akan lebih tinggi dari dia, sesudah nendapat
bimbingan ibu dan kakek guru."
Mendengar kata-kata Swara Manis itu, Mariam menjadi puas. Baginya apabila
sudah selalu dapat bersanding dengan Swara Manis, dirinya sudah sangat puas. Itulah
sebabnya Mariam membuta tuli bagai orang linglung. Sudah jelas dirinya ditukarkan
dengan pedang dan diberikan kepada Surogendilo. Dirinya dapat membebaskan diri
atas pertolongan Jim Cing Cing Goling dan rombongannya. Namun setelah
dipengaruhi Swara Manis, dia malah berbalik menuduh Jim Cing Cing Goling dan
teman-temannya sudah berbuat jahat.
Mendadak ada seorang cantrik memberi laporan,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Ki Marga Dibya dari Lodaya. Ki Lembu Jaler dari Panaraga, Ki Sawer Lanang dari
Babad dan Ki Jimbun Seto dengan tiga saudaranya dari Wonogiri, telah tiba di
padepokan."
Mendengar ini buru-buru Ali Ngumar bangkit untuk menyambut kehadiran para
sahabatnya itu. Memang mereka sangat diharapkan kehadirannya. Dan tokoh-tokoh itu
segera diajak duduk pada meja baru, dan tak lama kemudian hidangan sudah
disediakan.
Hari mulai malam. Akan tetapi karena Hajar Sapta Bumi masih tetap duduk di
tempatnya, Ali Ngumar cepat menduga tentu malam ini tidak seorangpun diberi
kesempatan tidur.
Dugaan Ali Ngumar itu memang benar. Perjamuan diselenggarakan tanpa mengenal
waktu dan berlangsung terus-menerus. Akhirnya dua hari dua malam telah lalu, namun
perjamuan masih tetap berlangsung terus dan tidak seorangpun meninggalkan tempat.
Akhirnya Mariam dan Catur Sardula padepokan Gunung Slamet tak tahan lagi.
Sekarang tinggal mereka yang ilmunya sudah tinggi saja, masih sanggup terus
bertahan.
Pada hari ke tiga, sahabat-sahabat Ali Ngumar berdatangan lagi sehingga ruangan
yang semula luas itu, kini hampir penuh dengan meja.
Kemudian pada hari ke empat tiba tiba Hajar Sapta Bumi berdiri. Setelah mengamati
sekeliling, ia berkata ditujukan kepada Ali Ngumar,
"Kisanak Ali Ngumar. Apakah semua sahabat yang kau undang sudah datang
semua?"
"Ya, semua sudah hadir," sahut Ali Ngumar.
"Adakah pesan dari kisanak?"
Hajar Sapta Bumi mendengus. Ratusan pasang mata para tamu terpusat kepada tuan
rumah. Setelah batuk-batuk sebentar, Hajar Sapta Bumi berseru,
"Pertandingan pada hari ini, sebenarnya akan berlangsung antara murid anggota ke

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tiga padepokan melawan Darmo Saroyo dan murid Kisanak Ali Ngumar. Hemm,
tantangan secara ksyatria sudah jamaknya terjadi dalam pergaulan. Tetapi anehnya,
mengapa kisanak Ali Ngumar begitu getol mengundang sekalian puluh tokoh sakti untuk
hadir ke mari? Apakah kisanak Ali ngumar mempunyai tujuan lain untuk
menghancurkan padepokan kami?"
Ali Ngumar yang Sudah makan asam garam, tahu akan maksud ucapan itu. Jelas
tuan rumah ingin mempengaruhi semua tokoh yang hadir, bahwa dirinya mengandung
maksud buruk untuk merebut padepokan Gunung Slamet.
"Kisanak hajar Sapta BUmi," jawabnya mantap.
"Aku berharap agar engkau tidak salah faham. Tidak pernah terlintas dalam benak
kami, mempunyai maksud dan tujuan seperti itu. Ketahuilah bahwa kedatangan kami,
tidak lain untuk menyelesaikan dendam kesumat para pejuang 'terhadap murid kisanak
yang bernama Swara Manis itu. Yang kedua, sesudah urusan ini selesai, kami hendak
membangun kesatuan dan persatuan guna membela hak dari ancaman Raja Mataram
yang serakah. Hem, tetapi persoalan itu tidak ada hubungan apapun dengan padepokan
kisanak."
Ia berhenti mengambil napas. Setelah melihat semua orang memperhatikan, ia
meneruskan.
"Sekarang, marilah kita kembali menyelesaikan persoalan pokok ialah tentang diri
Swara Manis. Biarlah semua tokoh yang hadir di sini dapat mendengar tentang
perbuatan murid kisanak itu: Dengan tipu muslihat yang rendah dan keji, dia sudah
melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kami. ... "
Sebenarnya ucapan ini ditujukan kepada Swara Manis. Akan tetapi menurut
perasaan dan pendengaran Hajar.'Sapta Bumi, tiap patah kata seperti duri tajam yang
menusuk ulu hatinya. Seketika wajahnya berobah, kemudian berseru nyaring,
"Huh, sungguh gagah perwira kisanak rela menjual nyawa kepada Pati. Apakah
keuntungan kisanak berbuat begitu?" '

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ali Ngumar menengadah kemudian ketawa nyaring. katanya tandas,
"Menentang kerajaan Mataram yang serakah, merupakan suara hati setiap orang
yang menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran. Selama Mataram sewenang-wenang
menindas kepada pihak yang tak mau tunduk, selama itu pula kami akan tetap berjuang
sampai titik darah penghabisan. Akan tetapi sebaliknya kalau Mataram bertindak adil
dan bijaksana, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatannya, kami bersedia
membantu demi perdamaian dan ketenteraman rakyat seluruh Nusantara!"
Kata-kata Ali Ngumar yang tandas. tegas dan lantang itu mendapat sambutan tepuk
tangan seluruh kawannya.
Namun Hajar Sapta Bumi menyambut ucapan Ali Ngumar itu dengan ketawa dingin.
Lalu jawabnya,
"Kata kata itu tiada gunanya diuraikan di tempat ini. Sekarang marilah kita
selesaikan persoalan pokok. Dan bagaimanakah persoalan itu akan kita selesaikan ?"
Ali Ngumar merenung beberapa saat. Ia menyadari bahwa tanpa kekerasan,
persoalan itu takkan segera selesai. Sebaliknya apabila menggunakan kekerasan.
sekalipun jumlah rombongannya cukup banyak, hanya sedikit saja yang berguna dalam
menghadapi musuh sakti.
Kekuatan tuan rumah bertambah kuat lagi karena mendapat tambahan tenaga
Gendruwo Semanu. Bahkan bukan hanya itu. Menurut Sarini, tiga hari lalu,
dipadepokan ini sudah berkumpul pasukan Mataram pilihan, dan mereka menyamar
sebagai cantrik.
Ratusan pasang mata. tertuju kepada Ali Ngumar yang belum mengambil
keputusan.Namun bagaimanapun juga ia merasa bertanggung jawab dan menyadari
pula, bahwa sekali salah langkah akan hancurlah para pejuang yang terhimpun di
tempat ini. Hancurnya Pati dan gugurnya Adipati Pragola, merupakan pukulan hebat
bagi nya. Ia tidak ingin peristiwa itu terulang lagi dalam perjuangan melawan
Mataram.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Beberapa-saat kemudian sesudah menimbang secara seksama, ia berkata,
"Dalam pertempuran empat hari lalu antara muridku dengan Swara Manis belum
selesai. Kiranya dua pemuda itu baik diberi kesempatan untuk menyelesaikan
pertandingannya."
Mendengar kata kata gurunya itu, Prayoga segera bangkit. Akan tetapi tiba tiba
Hajar Sapta Bumi berseru mencegah,
"Tunggu dulu!" _
Ketika semua hadirin heran, tuan rumah itu melaniutkan dengan garang,
"Bagaimanakah kalau menang dan bagaimana pula kalau kalah?"
Jim Cing Cing Goling tidak. sabar lagi. Serunya,
"Kalau Swara Manis kalah, engkau jangan berharap kalau bocah itu masih
bernyawa lagi. Sebab semua orang membenci setengah mati pemuda jahanam itu."
"Kalau dia yang menang?" balas Sapta Bumi .dengan angkuh.
"Terserah kepadamu!"
"Baiklah! Swara Manis! Keluarlah ke gelanggang!"
Swara Manis segera bangkit. Ketika itu ia mengenakan pakaian indah, terbuat dari
bahan sutera. sehingga makin tampan dan ganteng. Wajahnya berseri, akan tetapi
sikapnya angkuh.
"Kakang swara Manis," pesan Mariam mesra.
"Engkau harus hati hati."
Sarini segera berteriak nyaring, ditujukan kepada Prayoga,
"Kakang, engkau jangan memberi kesempatan dapat bernapas lagi."
Prayoga sendiri menyadari bahwa saat sekarang ini ia memikul beban amat berat.
Keselamatan puluhan orang di tempat ini, semua dalam tangannya. Mengingat itu
dirinya harus hati-hati melawan Swara Manis yang licik, dan berjanji tidak mau ditipu.
Dua pemuda yang menjadi satru bebuyutan itu sudah berhadapan di tengah
gelanggang. Masing masing sudah menghunus pedang pusaka, Kyai Baruna dan Nyai

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Baruni.
"Bersiaplah!" teriak Prayoga memperingatkan.
Prayoga memang pemuda tak pandai bicara. Apa pula saat sekarang ini mengemban
tugas berat. Setelah memperingatkan, ia meloncat maju dan menikam. Tring, Swara
Manis menangkis dengan pedang. Agaknya ia memang meremehkan lawan. karena
sikapnya sombong dan angkuh. Akan tetapi Prayega tak ambil pusing, ia harus dapat
mengatasi Swara Manis hari ini.
Cepat sekali Prayoga menarik pedangnya, lalu diputar menjadi segumpal Sinar,
tahu-tahu ujungnya sudah menikam tenggorokan Swara Manis.
Swara Manis bersiul nyaring. Ia berputar menghindari. tidak tahu bahwa apa yang
dimainkan Prayoga itu ilmu pedang Kala Prahara. Maka itu ia sengaja jual aksi di
depan puluhan pasang mata.
Tak mengherankan kalau Swara Manis congkak dan bersikap seperti ini. Karena
sudah beberapa kali Swara Manis berhadapan dengan Prayoga, sehingga dirinya
sudah cukup paham gerak dan perobahan pedang lawan. Ia memperhitungkan bahwa
jurus pertama yang disebut Prahara Bayu itu biasa saja dan tidak mempunyai
keistimewaan. Dengan berani, ia sengaja menempatkan diri dalam jarak yang dekat
sekali dengan pedang lawan. Maksudnya, ia hendak mempamerkan kelincahan dan
kegesitannya bergerak.
Tetapi ketika Prayoga membalikkan tangan, Swara Manis menjadi terkejut bukan
main. Matanya tiba-tiba Silau oleh gemerlap ribuan bintang berhamburan memenuhi
tiap penjuru. Sekarang ia baru gelagapan dan cepat meloncat keluar dari taburan sinar
pedang itu.
Sayang ia terlambat, dan terpaksa ia menangkis dengan pedang. Akan tetapi tiba-tiba
Prayoga merobah gerakannya. Pedang Kyai Baruna menyambar laksana tatit,
tahu-tahu muncul dari belakang punggung. Cret... Karena tidak menduga sama sekali.
bahu Swara Manis tertikam. Darah merah menyembur. sakitnya bukan main.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Baru dalam tiga gebrak,. Swara Manis sudah terluka.
Para penonton kagum dan bersorak gembira. Ali Ngumar sendiri terpukau. Ia tidak
pernah mimpi bahwa dalam waktu singkat muridnya telah berhasil melukai lawan. '
Sesungguhnya Prayoga sendiri juga gembira sekali memperoleh hasil itu. Namun ia
tetap tenang dan tak menunjukkan sikap sombong. Begitu maju ia sudah mengirimkan
lagi serangan menggunakan jurus ke tiga disebut Nawa Prahara, atau hujan badai.
Tetapi sekarang Swara Manis sudah berhati hati. Ia tak berani lagi meremehkan
lawan. Belum juga lawan datang, ia sudah merendahkan tubuh dan memutar pedang
Nyai Baruni. Sebuah lingkaran warna hijau segera menyongsong serangan Prayoga.
Tring tring-tring !! belasan kali terjadi benturan sepasang senjata pusaka itu.
Pcrekelahian berlangsung seru sekali sehingga dalam waktu Singkat puluhan jurus
sudah dilewati. Sepintas pandang timbullah kesan dua orang pemuda itu berkelahi
mati-matian. Akan tetapi dalam pandangan tokoh-tokoh sakti seperti Jim Cing Cing
Goling, Resi Sempati dan lain-lain, diam-diam timbul rasa heran dan curiga. Demikian
pula Ali Ngumar, ia memperoleh kesan bahwa di balik perkelahian seru itu terselubung
sesuatu tidak wajar.
Ternyata pandangan tokoh-tokoh ini tidak salah. Kira-kira tujuh jurus kemudian,
barulah dua orang muda itu mundur dan berpencaran. Wajah Prayoga tampak
keheranan. Sebaliknya Swara Manis ketawa menyeringai bagai iblis.
Beberapa saat kemudian. Prayoga memutar pedangnya dan menikam. Tetapi
anehnya dalam membela diri, Swara Manis seperti orang sinting. ia menggerakkan
pedangnya tanpa mengingat lagi akan permainan ilmu pedang. Ia mengangkat pedang,
kemudian menebas ke bawah. Prayoga yang tak menduga sama sekali, tak keburu
merobah gerakannya. Tring... dua batang pedang saling berbenturan lagi.
Prayoga menurunkan pedang ke bawah membabat paha, tetapi Swara Manis cepat
melintangkan pedang lalu mengungkit ke atas. Tring, kembali dua pedang berbenturan.
Rupanya Swara Manis sengaja membenturkan pedangnya itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Hal itulah yang membuat semua orang heran. Apa seSungguhnya maksud Swara
Manis? Apabila hal itu di maksud untuk menghabiskan tenaga lawan, tentu Swara
Manis kecelik. Tenaga dalam dan tenaga sakti Prayoga sudah maju pesat setingkat
lebih tinggi dibanding Swara Manis. Akan tetapi kalau tidak bermaksud membuat lawan
lelah, apa yang tersembunyi?
Pada saat semua orang masih keheranan dan berusaha memperoleh jawaban, lagi
lagi di gelanggang terjadi beberapa kali benturan pedang.
Akhirnya betapa jujur dan sederhana cara berpikir Prayoga, menjadi curiga juga. Ia
menduga Swara Manis mempunyai tujuan tertentu,
Hajar Sapta Bumi yang menyaksikan perkelahian itu tersenyum puas. Sedang pihak
Ali Ngumar mengerutkan alis berpikir.
Beberapa jurus lagi telah lewat, Prayoga menjadi sadar benar benar maksud lawan
yang tampaknya kalap itu. Ia percaya kekuatannya menang dari lawan. Mengapa
dirinya harus menurutkan siasat lawan? Mengadu senjata memang baik, tetapi
bilamana perlu untuk melindungi keselamatan diri. Kalau sengaja membenturkan
pedang untuk mengadu senjata, tentu saja akibatnya merugikan diri sendiri.
Prayoga dalam tenaga sakti dan tenaga dalam menang setingkat. Jika ia
mengimbangi siasat lawan menghantamkan senjata kepada senjata lawan, tentu runtuh
juga pedang Swara Manis.
Berpikir demikian ia mengambil keputusan, untuk mengadu tenaga keras. Ia tak mau
menghindar lagi. sebaliknya malah menghantam pedang lawan. Akibatnya dering
benturan senjata makin nyaring. Letikan api berpijaran ke sekeliling.
Prayoga menggerakkan pedangnya dengan jurus Guntur Prahara. Tetapi diserang
secepat ini, lagi-lagi Swara Manis melintangkan pedangnya.
"Bagus!" seru Prayoga sambil mengerahkan tenaga ke lengan kanan, dan
menggerakkan pedang sekuatnya.
Akan tetapi di luar dugaan. Begitu pedang saling melekat, secepat kilat Swara Manis

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menarik pedangnya ke bawah sehingga Prayoga terhuyung maju. Kendati begitu tidak
gugup, ia masih dapat menindih pedang lawan.
Swara Manis yang cerdik tak menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Ia tahu bahwa
tenaga lawan sudah terbuang percuma dan sekarang baru berusaha menghimpun
kembali. Sebelum lawan sempat mengerahkan tenaga, ia mendahului menangkiskan
pedangnya ke atas dengan sekuat tenaga. Berbareng dengan itu, ia menggunakan dua
jari kiri untuk menusuk ulu hati.
Prayoga kaget bukan main. Ia ingin menghindar tetapi tak keburu lagi. Untung ia
tidak gugup. Pada saat kedua pedang melekat, ia mengerahkan tenaga menindih
pedang lawan. Akibatnya Swara Manis merasakan lengannya kesemutan. Karena
lengan kanan kesemutan, tangan kiri yang akan menyerang menjadi batal.
Akan tetapi Swara Manis memang seorang licin bagai belut. Secepat kilat .ia
mengembangkan lima jari tangan lalu mencengkeram siku tangan kanan Prayoga.
Cengkeraman itu luar biasa. Telunjuk, jari tengah dan jari manis sudah menguasai urat
pada Siku lawan.
Saat itu Prayoga justru sedang mengerahkan tenaga untuk menindih pedang lawan.
Sedikitpun tidak menduga, Swara Manis menggunakan siasat seperti itu. Untuk
menolong diri, terpaksa ia mengangkat tangan kiri menabas. Tetapi sebat sekali Swara
Manis menarik lengan kiri ke belakang, sehingga tebasan Prayoga mengenai tempat
kosong
Karena menggunakan dua tangan sekaligus, perhatian Prayoga terpecah.
Kesempatan itu tak disia siakan Swara Manis. Cepat ia mengerahkan seluruh tenaga
sakti ke arah pedang dan berbareng itu sudah menendang.
Prayoga menghindar ke samping sambil membalas memukul dada lawan. Tetapi saat
itu Swara Manis sudah memperhebat gerakan pedangnya, sehingga Prayoga
merasakan tangan kanannya yang menindih tadi menjadi kesemutan. Pada saat ia
mengerahkan tekanan pada pedang lawan, tangan kiri Swara Manis sudah menangkis

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tangan Prayoga yang hendak memukul dada. Tidak berhenti sampai di situ,. Swara
Manis melanjutkan gerakan untuk memukul siku lengan.
Prayoga menggerakkan sikunya untuk menghindar, tetapi Swara Manis nekat. Ia tak
menghiraukan lagi apakah nanti tubuhnya dipukul lawan. Dengan nekat ia meneruskan
pukulan dan berhasil memukul siku Prayoga. Saat itu juga lengan kanan Prayoga
kesemutan. Kemudian sekali gentak Swara Manis berhasil mengungkit pedang Prayoga
hingga terlempar ke udara.
Prayoga kaget sekali. Cepat-cepat miringkan tubuh lalu lima lari tangannya
menyerang untuk mencengkeram dada, sedang tangan kiri menghantam pundak.
Aduh... Swara Manis mengerang kesakitan, dan tahu tahu pedangnya sudah terpental
jatuh. Prayoga bergerak geSit, sekali tendang lawan terbang keluar gelanggang.
Tepat pada saat pedang Swara Manis melayang ke udara, sesosok bayangan melesat
dan menyambar pedang itu. Ternyata yang berbuat Ladrang Kuning. Melihat
pedangnya yang sudah lama hilang itu, ia tampak berseri.
Sebaliknya pedang pusaka Kyai Baruna, dengan sebat sudah disambut oleh Resi
Sempati.
Sekarang dua orang muda itu tak bersenjata lagi. Dan agaknya pundak Swara
Manis. yang dipukul Prayoga sakit sekali dan sulit digerakkan. Dengan demikian, kalau
dinilai secara jujur, Prayoga yang menang. Akan tetapi celakanya Swara Manis tak
perduli. Karena menyadari juga perkelahian hari ini, besar sekali artinya bagi diri
sendiri.
Tiba-tiba mariam berdiri dan mengambil pedang dari tangan ibunya. Teriaknya,
"Kakang Swara Manis. maukah engkau menerima pedang pusaka ini lagi?"
Sarini tak mau kalah, lalu berteriak,
"Kakang Prayoga, ambil kembali pedang Kyai Baruna. Lukislah luka memanjang
pada muka manusia jahanam itu!"
Prayoga belum sempat menyahut. Swara Manis sudah mengawab garang,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Diajeng Mariam, sudahlah. Aku tak perlu lagi pedang itu. Pedang yang sudah lepas
dari tangan, memalukan sekali kalau digunakan."
Mendadak Jim Cing Cing Goling mendesis,
"Celaka"
Sarini terkejut dan minta keterangan.
"Jelas bangsat itu mendesak dengan ucapan. agar dua pihak tidak menggunakan
pedang lagi. Entah ilmu apa yang masih disimpan bangsat itu, hingga tampak
memastikan kemenangannya?"
Tiba tiba jantung Sarini berdetak keras. Wajahnya mendadak pucat dan dada sesak
seperti ditindih sesuatu. Jim Cing Cing Goling berbalik heran. Gadis ini sudah ia kenal
tabah, berani dan cerdik. Mengapa tiba tiba seperti ketakutan?
Jim Cing Cing Goling mengalihkan pandang matanya ke gelanggang. Dan melihat
dua orang muda itu masih bertatap pandang. Nampaknya sedang mencari kesempatan
untuk menyerang.
Akan tetapi sebenarnya saat ini Swara Manis sedang menghimpun tenaga sakti ke
lengan kanan untuk memulihkan tenaganya. sesudah dipukul Prayoga. Sebaliknya
Prayoga juga tidak hentinya menggerakkan siku kanan. _
Kesempatan ini digunakan Cing Cing Goling untuk bertanya,
"Sarini! Apakah sebabnya engkau ketakutan?"
"Aku... aku telah membuat kakang celaka. ... "
"Mengapa? Katakan lekas! Masih ada waktu untuk mencari daya."
"Ular... ular Gadung Dahana. ... "
Ali Ngumar dan tokoh lainnya terkejut. Ketika mereka memandang ke gelanggang,
ternyata Swara Manis sedang mengenakan sarung tangan warna hitam.
''Prayoga! Lekas lepas bajumu!" teriak Jim Cing Cing Goling gugup.
Prayoga heran dan gugup mendengar suara Jim Cing Cing Goling, tetapi dilakukan
juga. Tepat pada saat Prayoga menanggalkan baju itu, Swara Manis telah mencabut

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tabung bambu dari belakang punggung. Sekali sentil, sumbat tabung lepas dan
menjulurkan kepala ular Gadung Dahana yang sakti itu.
Swara manis mencengkeram kepala ular dengan jari tangan, sehingga ular itu
mengangkat kepala seperti akan menyerang Swara Manis. Tetapi dengan sebat, Swara
Manis mengibaskan tangan sambil maju ke depan.
Kibasan itu membuat ular tak dapat menggigit tetapi juga tidak kesakitan. Begitu
terkibas ke depan dan melihat Prayoga. mata ular yang ganas itu dapat menghindar
tepat dan cepat.
Sadarlah Prayoga mengaapa tadi Jim Cing Cing Goling memerintahkan dirinya
membuka baju. Dengan baju itu. Prayoga mendapat senjata hebat. Dengan di lambari
tenaga sakti, ia dapat menghalau ular Gadung Dahana. '
Gelanggang yang semula tenang sekarang menjadi hiruk-pikuk. Orang-orang tak
dapat menahan mulut, mencaci-maki Swara manis.
Swara Manis' pura-pura tuli. Serangan pertama gagal, ia maju beberapa langkah,
Kemudian terhuyung ke samping, dan tiba-tiba sudah meloncat di belakang Prayoga.
Dan berbareng itu ular Gadung Dahana sudah dikibaskan ke punggung lawan, dan
serangan itu terjadi tidak terduga.
Karena keburu tak memutar tubuh, Prayoga menggunakan juga tata kelahi Jathayu
nendang papa ajaran Hajar Sapta Bumi. Tubuhnya terhuyung ke samping kemudian
secepat kilat kakinya menyapu kaki Swara Manis.
Swara Manis ketawa mengejek. Ular sakti itu ditarik ke bawah agar menyerang paha
Prayoga. Apabila paha Prayoga dapat tergigit, tidak mungkin dapat ditolong lagi dan
nyawa melayang.
Namun usaha Swara Manis belum berhasil. Dia geram sekali. lalu ular dikibaskan
lagi ke depan. Rupanya ular itu menjadi buas sekali sesudah beberapa kali dilecutkan.
Belum juga tangan Swara Manis mendorong ke depan, ular itu sendiri sudah
merangsang Prayoga. Cepat sekali gerakan ular itu hingga Prayoga belum sempat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
mengebutkan bajunya. Ret... ular itu membenamkan giginya ke celana Prayoga.
Saking kagetnya, Ali Ngumar dan kawan-kawannya berdiri, sedang Sarini sudah
menjerit dan tubuhnya melesat maju,
"Kakang Prayoga. ... "
"Manusia iblis macam begitu mengapa masih diberi hidup?!" teriak suara parau dan
sesosok tubuh gemuk sudah meloncat ke gelanggang sambil menghunus golok.
Yang terjadi sebenarnya tidak separah dugaan orang. Memang celana prayoga bisa
tergigit robek. tetapi tidak menyentuh kulit dan daging. Sekalipun kaget dan mandi
peluh, tetapi Prayoga maSih selamat.
Laki-laki 'gemuk yang meloncat ke gelanggang. karena muak terhadap Swara Manis,
segera mengangkat golok untuk membelah tubuh Swara Manis. Tetapi tepat pada saat
itu bayangan merah meluncur cepat sekali.
Prayoga dan Sarini yang mengenal bahaya, cepat berloncatan menghindar.
Sebaliknya laki-laki gemuk tadi masih di tempatnya. Entah apa yang terjadi
sesungguhnya, tahu-tahu laki-laki itu menjerit. tubuhnya terlempar ke pinggir
gelanggang dan tak berkutik.
Peristiwa mengejutkan semua orang. Tetapi kemudian mereka tahu sebabnya, bahwa
bayangan merah tadi bukan lain Hajar Sapta Bumi untuk menolong Swara Manis.
Menyusul kemudian seorang laki-laki meloncat ke tengah gelanggang. Kemudian
menubruk orang gemuk tadi sambil menangis tersedu-sedu.
Sekarang Ali Ngumar baru tahu bahwa orang gemuk yang menjadi korban Hajar
Sapta Bumi tadi, Klantang Mimis dari Semeru. Sedang yang menangis itu adik
seperguruannya, bernama Sendang Prahara.
Melihat Sapta Bumi sudah turun ke gelanggang, rombongan Ali-Ngumar sudah
berdiri dari tempat duduknya.
Hajar Sapta Bumi ketawa dingin. Serunya,
"Hanya satu lawan satu, tak diperbolehkan seorang tampil membantu. Huh, orang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
gemuk itu berani melanggar tata tertib pertandingan. Apalagi terus berusaha
membunuh. Kalau dia sendiri yang mati, bukan lain kesalahannya sendiri."
Sesungguhnya Sendang Prahara adalah tokoh ternama. Kalau sekarang ia bersama
kakak seperguruannya datang ke Gunung Slamet, bukan 'lain terdorong oleh semangat
membela Wilayah timur dari penyerbuan Mataram. Karena itu ia marah sekali saudara
seperguruannya telah mati. Tanpa kenal takut, ia sudah berteriak,
"Kakek bangsat! Bayarlah jiwa kakangku!"
Ia menutup kata-katanya dengan terjangan, menusuk dengan sepasang pedang
pendek. Rombongan Ali Ngumar kaget, tetapi mereka tak dapat mencegah lagi.
Hajar Sapta Bumi tenang berdiri di tempatnya. Ketika sepasang pedang pendek itu
menusuk dadanya, ia baru menggerakkan tangan dan sepasang pedang itu sudah
pindah ke tangannya.
Kalau Sendang Prahara menyadari dan menghentikan serangannya, tentu tidak
mengalami nasib serupa dengan Klantang Mimis. Tetapi ia sudah terlanjur dirangsang
kemarahan. Tekatnya tak lain mengadu jiwa.
Ia menggerakkan tinjunya menghantam dada Hajar Sapta Bumi. Tetapi alangkah
terkejutnya ketika tinju itu seperti menghantam kapuk dan lengannya terkulai lemas.
Akan tetapi pengalaman ini tidak membuat peri. Ia tidak mundur, tetapi malah
menampar muka dengan tangan yang lain.
Kali ini Hajar Sapta Bumi tak mau membiarkan orang yang kurangajar terhadap
dirinya. Sekali menyambar, Sendang Prahara sudah dilemparkan. Beberapa tokoh
berusaha memberi pertolongan, tetapi sudah terlambat. Lemparan Hajar Sapta
Bumi'itu bukan lemparan biasa melainkan istimewa. Ketika jatuh di lantai, Sendang
Prahara sudah tak bernyawa lagi.
"Siapa lagi yang berani-mati membantu dua orang muda yang sedang berkelahi
sekarang ini, akan mengalami naSib seperti dua orang itu. Nah siapa saja yang tak
puas dengan langkahku ini, silahkan tampil. Sekalipun sudah tua, aku masih sanggup

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
melayani bermain main beberapa jurus."
Gema suara kakek itu Berkumandang memenuhi seluruh padepokan. Tetapi tiada
seorangpun yang menyahut. Mereka agaknya insyaf, bukan tandingan Hajar Sapta
Bumi.
Hanya seorang tokoh yang saat sekarang sedang menimbang nimbang, ialah Ali
Ngumar. Ia mempertimbangkan, sampai sekarang tenaga saktinya belum pulih. Dan
dalam keadaan seperti sekarang ini, sulit dirinya memperoleh kemenangan. Namun
kemudian hatinya memutuskan, kalah dan menang itu urusan belakang. Sekarang
menghadapi perbuatan sewenang-wenang dari tokoh Gunung Slamet yang angkuh dan
sombong. Menghadapi kenyataan ini hatinya memberontak dan tak dapat berdiam diri.

***

"DENDAM KESUMAT"
Karya : Widi Widayat
Jilid : V

YANG seorang, karena bersalah melanggar peraturan memang sudah patut


menerima hukuman. Akan tetapi terhadap orang ke dua, mengapa harus diperlakukan
sekejam itu?" protes Ali Ngumar nyaring.
Hajar Sapta Bumi ketawa bergelak-gclak. Sahutnya kemudian,
"Bukan salahku. jika orang itu harus mati Oleh tingkahnya sendiri. Apakah sekarang
kisanak tidak puas terhadap tindakanku?"
hajar Sapta Bumi mempunyai perhitungan cukup teliti. Ia tahu walaupun Ali Ngumar
bukan tergolong tokoh paling sakti dalam rombongannya, akan tetapi Ali Ngumar
mempunyai Wibawa besar sekali. dan semua 0rang menganggap sebagai pemimpin
rombongan. Oleh karena itu kalau Ali Ngumar dapat dibunuh. semua 0rang akan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menjadi berantakan dan ketakutan. Bukan hanya itu. Kalau dirinya dapat membunuh
Ali Ngumar. Raja Mataram akan memuji.
Memang sejak semula Hajar Sapta Bumi bermaksud memancing Ali Ngumar agar
maju ke gelanggang. Ternyata sekarang menerima tantangan itu. Maka hal ini amat
menggembirakan hati Hajar Sapta Bumi.
Jim Cing Cing Goling dan si Bongkok insyaf akan pentingnya kedudukan Ali Ngumar
dalam membangun barisan pejuang menentang Mataram. Mereka terkejut dan gelisah
ketika mendengar Ali Ngumar menerima tantangan Hajar Sapta Bumi. Mereka yakin
Ali Ngumar pantang mundur, dan ternyata benar. Karena itu mereka bergegas
menghadang dengan tangan untuk mencegah. Akan tetapi sayang sekali Ali Ngumar
sudah bulat tekatnya. Ia menggunakan pedang Kyai Baruna untuk membabat, dan
setelah dua orang itu menghindar. ia sudah meloncat ke gelanggang.
Jim Cing Cing Goling menjadi gugup. Dalam keadaan seperti itu, ia tak mau tunduk
lagi kepada segala macam peraturan. karena itu ia cepat meloncat mengikuti Ali
Ngumar. Akan tetapi celakanya Ali Ngumar melintangkan pedangnya sambil
membentak,
"Berhenti! Siapapun tidak boleh ikut!"
Jim Cing Cing Goling kaget setengah mati.
"Kendati peraturan saat ini bukan lagi sifatnya mengadu kepandaian dan kegagahan,
tetapi peraturan dan tata tertib tetap ada, " kata Ali Ngumar garang. Siapapun tak
boleh melanggar. Dan hendaknya saudara saudara tenang dan menonton, jangan
berusaha melibatkan diri."
Jim Cing Cing Goling tak dapat berbuat apa-apa lagi, kemudian terpaksa harus
kembali ke tempat duduk. Tetapi bagaimanapun juga, setelah ia berbisik dengan si
Bongkok, keduanya mempunyai pendapat yang Sama bahwa Ali Ngumar terlalu teguh
dalam menduduki sikapnya sebagai ksyatria gagah.
Semua mata terpusat kepada Ali Ngumar dan Hajar Sapta Bumi yang berdiri

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
berhadapan di gelanggang. Swara Manis yang dipaksa berhenti berkelahi sudah
menyimpan kembali ularnya, sedang Prayoga juga sudah menyingkir.
Ali Ngumar melintangkan pedang sambil berkata penuh hormat,
"Kisanak. Hajar Sapta Bumi, mari kita mulai!"
"Silahkan saudara mulai lebih dahulu." sahut Hajar Sapta Bumi.
Suasana saat itu tegang sekali. Karena semua orang insyaf, Ali Ngumar takkan
sanggup mengataSi kakek berambut merah itu. _
Prayoga seperti cacing kepanasan. gelisah, geram dan marah. ia mengamati
Mariam, tetapi hatinya menjadi tambah sedih ketika melihat perhatian Mariam hanya
tertuju kepada Swara Manis, dan tidak menghiraukan keadaan ayahnya sendiri.
Berbeda dengan Ladrang Kuning. Kendati mata wanita itu menyinarkan pandang
mata tawar kepada suaminya, namun mau tak mau memperhatikan.
"Maaf!" seru Ali Ngumar sambil meloncat maju dan menikam.
Hajar Sapta Bumi merangkap telapak tangan di depan dada, kemudian merendahkan
tubuh lalu membalas menyerang untuk menghantam dada. Ali Ngumar menarik kembali
pedangnya sambil mundur selangkah. Pedang diputar dalam bentuk lingkaran,
kemudian sinar bergulung menggunakan jurus Nawa Prahara, lalu menyerang.
Akan tetapi Hajar Sapta Bumi tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Kemudian
ketika tangannya bergerak menghantam ke depan, serangkum angin dahsyat
membentur. Seketika Ali Ngumar merasakan tangannya kesemutan, sehingga
pedangnya hampir lepas. Buru-buru ia mengerahkan tenaga dan memegang hulu
pedang erat-erat. Tetapi peristiwa itu menyebabkan ujung pedang menyeleweng.
Hajar Sapta Bumi tidak tahu kalau Ali Ngumar baru saja menghamburkan tenaga
saktinya untuk menolong Ndara Menggung. Maka ketika melihat tingkat kepandaian Ali
Ngumar hanya seperti itu, ia ketawa bergelak-gelak sambil mengejek,
"Ha-ha-ha-ha, tak pernah aku sangka hanya seperti ini. Dugaanku semula orang
yang menamakan dirinya Kilat Buwono itu, benar-benar sakti mandraguna dan dapat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bergerak seperti kilat. Oh. nyatanya hanya sebuah nama kosong melompong!"
Karena pedangnya menyeleweng ke samping, dada Ali ngumar terendam oleh
pukulan lawan. Untuk menyelamatkan diri, terpaksa mundur beberapa langkah.
Hajar Sapta Bumi melanjutkan ejekannya lagi,
"Kilat Buwana! Ternyata engkau hanya bernama kosong, sedang kepandaianmu tak
melebihi sebuah jariku saja!"
Ejekan itu membuat hatinya panas. Lebih lagi rombongan Ali Ngumar.
Akan tetapi sekalipun panas, tidak seorangpun berani maju membantu. Mereka takut
kalau Ali Ngumar sampai marah.
Karena memperoleh angin, Hajar Sapta Bumi tak sungkan lagi. Sekali tubuhnya
melesat ke depan, ia sudah menerjang lagi. Untung saat itu Ali Ngumar segera
menyambut dengan tiga serangan berantai.
Hajar Sapta Bumi tidak berani sembrono. Ia berhenti sebentar untuk mengirim
pukulan jarak jauh. Akan tetapi dengan sebat sekali Ali Ngumar sudah meneruskan
serangannya berantai lagi.
Sebagai seorang sakti mandraguna luas pengalaman, berkelahi beberapa saat Hajar
Sapta Bumi segera tahu. bahwa tenaga dalam dan tenaga sakti lawannya sekarang ini
dalam keadaan lemah. Oleh karena itu ia cepat melesat maju ke samping, kemudian
menghantam.
Namun Ali Ngumar sudah bersiap diri. Ketika sambaran pukulan lawan datang,
dengan cepat ia menurunkan pedang terus menikam. Hajar sapta Bumi ketawa dingin.
Ia membalas memukul dua kali. Pukulan itu dahsyat sekali, bisa menghancurkan batu.
Maka tidak mengherankan kalau saat itu Ali Ngumar merasakan dirinya seperti dilanda
oleh tenaga gempuran yang maha dahsyat. Sebagai akibatnya kuda-kuda kaki Ali
Nguma' tergempur dan terpaksa melesat ke samping.
Hajar Sapta Bumi tak mau memberi hati lagi. Ia memburu maju untuk mencengkeram
tangan lawan. Untuk menghindari, Ali Ngumar kembali mundur. Tetapi Hajar Sapta

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Bumi nekat dan tak mau menarik kembali tangannya. Kakinya malah bergerak maju
dan menggerakkan tangan untuk memukul. Diburu oleh tinju lawan, Ali Ngumar
terpaksa main mundur sambil memutarkan pedangnya untuk melindungi diri.
Berturut-turut sudah belasan langkah mundurnya, hingga hampir separo gelanggang
dilewati.
Hajar Sapta Bumi tambah sombong dan tekebur. ejeknya lagi.
"Ha-ha-ha-ha, entah dengan cara bagaimana Kilat Buwana dapat memperoleh nama
harum sebagai tokoh sakti. Mungkinkah hanya dengan bualan kosong dan orang
percaya?"
Sejak mulai berkelahi tadi, sebenarnya Jim Cing Cing Goling sudah mendongkol atas
sikap tuan rumah yang sombong dan merendahkan Ali Ngumar.
Sebagai seorang cerdik, sambil menonton otaknya bekerja mencari akal. Ia melirik ke
arah Ladrang Kuning, dan ia melihat bahwa perempuan itu menundukkan kepala
tampak tidak puas.
"Semalam menjadi suami-isteri, akan terkenang selama hidup!" pikir Jim Cing Cing
Goling.
Apa yang dipikirkan Jim Cing Cing Goling itu ternyata juga mempengaruhi pikiran
Ladrang Kuning, sekalipun keadaannya tidak wajar. Berdirinya Ladrang Kuning di
pihak tuan rumah tidak lain oleh pengaruh tipu muslihat Swara Manis, karena
menyangka Ali ngumar memusuhi anak sendiri. Akan tetapi bagaimanapun juga, kasih
cinta antara suarm-isteri, belum terhapus dari lubuk hati perempuan ini. _
Ketika Ali Ngumar semakin menjadi payah dan gerak pedangnya menladi semakin
lambat seperti tertindih oleh tenaga yang kuat sekali, Jim Cing Cing Goling tidak sabar
lagi.
"Ki Hajar Sapta Bumi," teriaknya.
"Engkau memang benar! Kilat Buwana memang hanya sebuah tong kosong' belaka!"
Tentu saja seluruh kawannya kaget mendengar teriakan itu. Sebaliknya Hajar Sapta

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Bumi gembira sekali karena merasa mendapat dukungan dari kawan Ali ngumar
sendiri. Seketika timbul kesan dalam hati kakek ini, rombongan Ali Ngumar menjadi
kecewa melihat kepandaian Ali ngumar yang sebenarnya hanya kosong melompong.
Setelah tahu bahwa Ali Ngumar hanya kosong, maka mereka berbalik haluan.
Kakek itu garang, kemudian sahutnya lantang,
"Sudah tentu setiap yang aku ucapkan tidak terbantah."
Jim Cing Cing Goling gembira siasatnya berhasil. Secepatnya ia berteriak lagi,
"Tetapi yang membuat aku tak habis mengerti, mengapa Kigede Jamus pernah
dikalahkan?"

Sambil mendesak Ali Ngumar, kakek berambut merah itu menjawab,


"Kalau peristiwa itu terjadi, tentunya Kigede Jamus sendiri juga hanya tong kosong."

"Tetapi kiranya tak mungkin!" teriak Cing Cing Goling.


"Mengapa tidak mungkin?"
"Aku tahu belaka, sepasang pedang Kala Prahara dan Bumi Gonjing itu. telah
menggetarkan jagad puluhan tahun lamanya. -Aku tak percaya kalau dianggap tong
kosong belaka. Bukankah dahulu pernah menjadi buah bibir, Kilat Buwana dan
Ladrang Kuning, merupakan sepasang pedang yang tak ada tandingnya lagi? Hemm,
apakah kisanak belum pernah mendengarnya?" '
Ki Hajar Sapta Bumi yang tinggi hati dan menganggap dirinya sendiri paling sakti
tanpa lawan, menjadi lupa kalau pada saat ini hadir pula Ladrang Kuning. Maka tanpa
sadar orang tua ini sudah mengejek lagi.
"Huh. sebutan impian kiranya. Kilat Buwana dan Ladrang Kuning menguasai jagad?
Huh, jagad manakah yang pernah dikuasai? Huh-hu-huh, menurut pendapatku, mereka
itu tidak lebih hanya bakul tempat nasi!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Jim Cing Cing Goling gembira siasatnya termakan. Untuk mematangkan suasana. ia
berseru lagi seolah tidak ' percaya,
"Hai kisanak. Engkau jangan bermulut besar! Seluruh tokoh sakti di bawah langit
ini, dahulu gemetar apabila mendengar nama Kilat Buwana Ladrang Kuning. Sampai
sekarang belum terdapat sepasang suami isteri yang sakti seperti mereka."
Hajar Sapta Bumi makin bernafsu.Menurut pendapat nya kalau tidak dapat
menghancurkan nama Ali Ngumar. tentu sulit untuk mempengaruhi sekalian orang agar
berbalik membantu Mataram.
"Huh, hanya orang gila saja yang menganggap mereka, Kilat Buwana Ladrang
Kuning sakti mandraguna. Huh, hanya manusia berhati tikus saja yang gentar
berhadapan dengan mereka. Huh... muak aku."
Agaknya Ladrang Kuning sudah tak kuasa lagi menahan perasaan, mendengar
ocehan Hajar Sapta Bumi yang amat merendahkan dan menghina dirinya. Tiba-tiba
Ladrang Kuning berdiri, wajahnya berobah menyeramkan dan sepasang matanya
mencorong berkilat-kilat.
Jim Cing Cing Goling tidak menyia nyiakan kesempatan baik ini. Ia ketawa terkekeh
untuk membangkitkan kemarahan Ladrang Kuning, kemudian teriaknya lagi,
"He-heh-heh, kisanak benar. Memang bukan hanya Kilat Buwana yang tak berguna,
tetapi juga Ladrang Kuning!"
Hebat sekali pengaruh tajamnya ucapan Jim Cing Cing Goling ini. Terbukti
perasaan wanita itu cepat terbakar, lalu lupa kepada persoalannya dengan suami yang
sudah belasan tahun tanpa penyelesaian.
Tiba-tiba terdengar suara lengking nyaring. Disusul teriakan Ladrang Kuning,
"Tua bangka Sapta Bumi! Coba engkau lihat, siapa yang berdiri ditempat ini?"
"ibu, mau apa?" Mariam terkejut dan berusaha mencegah.
"Ibu, jangan..." Swara Manis ikut mencegah.
Akan tetapi Ladrang Kuning sudah marah. Bentaknya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Diam!"
Jim Cing Cing Goling yang sudah berhasil membakar kemarahan Ladrang Kuning,
cepat berteriak lagi,
"Huwaduh, kisanak benar. Ladrang Kuning tidak bedanya Kilat Buwana. Namanya
hanya kosong melompong tak ada harganya!"
"Tutup mulutmu!" bentak Ladrang Kuning marah.
Tetapi Jim Cing Cing Goling yang pandai bersiasat itu, cepat mendekap-kepala
sendiri sambil berteriak teriak,
"Huwaduh, mengapa engkau malah marah kepada diriku? Bukan aku yang berkata,
tetapi kisanak yang berrambut merah itu. Huh, semua orang mendengar dan dapat
dijadikan sakSi. Jika engkau memang bukan kosong, hayo, marahilah kepada 'orang
yang sudah menghina dirimu itu. Dan kalau kepadaku, engkau salah alamat."
Api kemarahan Ladrang Kuning seperti ditiup lesus membakar makin hangus.
Teriaknya nyaring,
"Hai, tua bangka Sapta Bumi! Mengapa mulutmu berani menuduh yang tidak tidak?
Apakah engkau memang sengaja menghina diriku?"
Untuk beberapa jenak Hajar Sapta Bumi tak dapat menjawab, karena serba salah.
Kalau diam tak menyahut, berarti harga dirinya akan turun. Kalau menyahut tentu akan
berhadapan dengan Ladrang Kuning. Di antara dua pilihan, akhirnya ia memilih
memegang kehormatan. Apa yang harus ditakutkan? Dia hanya seorang wanita, tak
mungkin melebihi suaminya. Mcnduga demikian, jawabnya,
"Kalau aku memang berkata begitu, apakah engkau akan marah?"
"Bagus!" sambut Ladrang Kuning sambil mempersiapkan pedang Nyai Baruni, lalu
melangkah maju dua langkah.
"Sekarang biar matamu terbuka. Bahwa waktu itu kami dapat mengalahkan Kigede
Jamus."
Selesai berkata, selingkar sinar hijau melayang dan langsung menyambar punggung

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Hajar Sapta Bumi. Ternyata Ladrang Kuning dapat bergerak cepat sekali seperti
burung menyambar. Begitu meloncat ke gelanggang sudah menyerang dengan ilmu
pedang Bumi Gonling, dipilih yang hebat.
Karena perhatiannya terpecah melayani pembicaraan dengan Ladrang Kuning maka
tekanan Hajar Sapta Bumi terhadap Ali ngumar menjadi mengendor. Tepat pada saat
Ladrang Kuning menyerang, Ali Ngumar juga membalas menyerang dengan jurus
berbahaya.
Sudah lebih sepuluh tahun sepasang ilmu pedang Kala Prahara-Bumi Gonjing
lenyap dari percaturan masyarakat. Sekarang sekali muncul bersatu padu untuk
menggempur tokoh sakti Hajar Sapta Bumi yang telah lancang menghina sepasang
pedang suami isteri itu.
Pada saat sekarang ini keadaan sudah jauh berlainan. Kepandaian Ladrang Kuning
sudah setingkat lebih tinggi di banding suaminya sendiri. Karena ia telah berhasil
mempelaiari ilmu peninggalan nenek Nagagini. Demikian pula Ali Ngumar, setelah
berpisah dengan isterinya melatih diri dengan tekun. Tidak mengherankan kiranya
kalau serangan suami isteri itu sekarang jauh berlainan jika dibanding belasan tahun
lalu.
Ketika itu Hajar Sapta Bumi menghantam ke depan untuk menghalau pedang Ali
ngumar. Akan tetapi ia merasa punggungnya disambar angin dingin. Ujung pedang
Ladrang Kuning hampir menusuk punggung. Untuk tidak celaka. Hajar Sapta Bumi
mengurungkan serangannya, kemudian dengan gesit melenting lurus lebih setombak
tingginya
Karena gebrak pertama dirinya hampir celaka, dirinya sekarang tak berani
memandang rendah. Ia tak berani menghadapi mereka dengan tangan kosong. Maka di
saat dirinya melayang di udara, ia sudah menghunus senjatanya. Warnanya hitam
legam, panjangnya hanya setengah depa. Tetapi besarnya selengan orang dewasa.
Kegembiraan Ali ngumar sulit dilukiskan sesudah isterinya maju membantunya. Di

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
saat Ki Hajar Sapta Bumi melayang di udara, Ali ngumar menggunakan kesempatan
untuk menyapa isterinya,
"Diajeng Rasa Wulan. ... "
Mendengar panggilan yang mesra itu, terkenang Ladrang Kuning akan
kebahagiaannya ketika ia masih hidup berdampingan dengan Ali Ngumar, lebih dua
belas tahun lalu. Namun kenangan itu hanya sekejap melintas dalam relung hatinya,
karena saat itu Hajar Sapta Bumi sudah meluncur turun ke bumi dan langsung
menyerang dengan senjata aneh.
Ladrang Kuning alias Rasa Wulan cepat memiringkan tubuh dan secepat kilat sudah
membalas serangan dengan tikaman. Tetapi senjata di tangan Hajar Sapta Bumi itu
hanya ancaman kosong. Begitu Ladrang Kuning menikam, buru buru kakek ini memutar
tubuh lalu menyerang Ali ngumar.
Kakek itu memang cerdik. Ia tahu bahwa kepandaian Ali Ngumar lebih lemah
dibanding isterinya. Maka ia memusatkan serangannya kepada Ali ngumar, untuk
memperoleh kemenangan.
Perhitungan Hajar Sapta Bumi memang tepat. Andaikata ia tak berbuat begitu, Ali
Ngumar akan melancarkan serangannya sesuai dengan jurus pedang yang tengah
dimainkan oleh Ladrang Kuning. Karena serangan kakek itu, hampir saja Ali Ngumar
termakan senjata lawan. Karena senjata kakek ini dapat menjulur panjang. Untuk
menghindarkan diri Ali Ngumar mundur, dan akibatnya gerakan kakinya menjadi
kacau.
Perlu diketahui. sepasang ilmu pedang Kala Prahara Bumi Gonjing itu harus
dimainkan dengan gerak langkah yang seirama. Karena kedudukan kaki Ali Ngumar
kacau. serangan Ladrang Kuning menjadi gagal juga.
Hajar Sapta Bumi menggetarkan tangannya, dan tiba tiba saja senjata yang hanya
setengah depa itu berobah dua kali lipat. Karena serangan itu tidak terduga dan
mendadak, hampir saja dada Ali Ngumar tertusuk. Untung ia cepat membuang diri ke

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
belakang, sedang kakinya masih tegak di tempat semula. Hingga bentuk tubuhnya
menyerupai sebuah jembatan. Hingga senjata Hajar Sapta Bumi di atas dada Ali
Ngumar dalam jarak dekat sekali.
Secepatnya Ali Ngumar mengenai ke samping kemudian berdiri tegak. Sesudah itu ia
melancarkan serangan dengan jurus ketiga. Sedang Ladrang Kuning segera pula
menyesuaikan diri dengan jurus ketiga pula. Guna menghindarkan diri dari serangan
suami-isteri tersebut. Hajar Sapta Bumi berputar dan berbareng itu senjatanya sudah
menyurut menjadi pendek lagi.
Ali Ngumar dan Ladrang Kuning belum sempat melihat jelas bagaimana
sesungguhnya senjata lawan itu. Namun mereka sudah menduga,senjata Hajar Sapta
Bumi itu dipasangi semacam pir yang memungkinkan memanjang dan memendek.
Sudah tentu senjata seperti itu amat berbahaya.
Suami-isteri itu berkali kali saling curi pandang. Suatu peristiwa yang sudah lama
tak pernah terjadi. Pada belasan tahun lalu, ketika mereka mulai berkelana, tak pernah
mereka berpisah dan kalau berkelahi selalu bersama. Terdorong oleh darah muda,
mereka selalu bernafsu memperoleh kemenangan, dan untuk memperolehnya mereka
selalu saling mengerling dan mencuri pandang. Sekarang setelah belasan tahun
lamanya terpisah. suami-isteri itu saling mengerling, hingga semangat mereka
bertambah.
Melihat berkali-kali suami-isteri tersebut main mata, Hajar Sapta Bumi tersmggung.
Tentu tidak ada maksud lain, dalam main mata itu hanya untuk mengejek dirinya.
Karena itu ia marah! Sekalipun begitu tidak berani sembrono.
Mendadak ia melenting setombak tingginya. Dan seperti yang telah dilakukan tadi,
masih di udara sudah memutarkan tongkatnya sehingga tubuhnya seperti terbungkus
oleh lingkaran sinar. Akan tetapi Ladrang Kuning dan Kilat Buwana tidak gentar.
Bahkan sinar pedang mereka berkelebatan menyusul ke dalam lingkaran Sinar senjata
lawan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Perkelahian menjadi lebih seru dan gerakannya cepat Sekali. Semua penonton
hatinya tegar dan berdebar. Mereka menyadari bahwa pertempuran ini tentu akan
berakhir dengan salah satu pihak roboh binasa. Tetapi bagaimanapun banyak orang
berharap agar Ali Ngumar menang. Kendati begitu harapan ini sukar terwujud. Sebab
beberapa saat kemudian Ali Ngumar terdesak sedang Ladrang Kuning tak berdaya
maju mendesak.
Saat itu barulah terbuka mata sekalian hadirin, betapa saktinya Hajar Sapta Bumi
ini. Suami-isteri Ladrang Kuning Kilat Buwana yang namanya pernah harum saja,
harus memeras tenaga berhadapan dengan kakek itu.
Kalau rombongan tamu menjadi amat prihatin. sebaliknya Swara Manis tampak agak
gembira. Bibirnya menyungging senyum, kemudian dengan bangga berkata kepada
Mariam,
"Diajeng Mariam, engkau tahu atau tidak? Senjata kakek guru itu disebut Alugora!
Entah dari bahan apa senjata itu dibuat, tetapi senjata itu bisa lemas dan bisa pula
keras. Di bumi ini, kiranya tidak seorangpun yang akan sanggup menghadapi kakek
guru."
Nampaknya kata-kata itu ditujukan kepada Mariam. Tetapi pada hakekatnya Swara
Manis sengaja membanggakan kepada semua orang, agar mereka tunduk dan
mengindahkan kakek gurunya.
Mariam hanya berdiam diri. Dalam dadanya sedang timbul pertentangan hebat. Ia
selalu berharap ibunya menang. Tetapi apabila hal itu terjadi, berarti ibunya sudah
bermusuhan dengan Hajar Sapta Bumi dan murid muridnya. Dan apabila hal ini
sampai terjadi, hubungan dengan Swara Manis tentu menjadi putus. Akan tetapi
sebaliknya apabila ia mengharapkan ibunya yang kalah, rasa cintanya kepada ibu juga
sulit dihapus.
Akibat terjadinya pertentangan batin ini, menyebabkan Mariam hanya berdiam diri
dan kebingungan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sedang Hajar Sapta Bumi sekarang mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang
kekuatan suami-isteri ini. Ali Ngumar maSih kalah setingkat dengan isterinya. Karena
itu kemudian terpikir oleh kakek ini bahwa yang lemah harus digempur lebih dahulu,
agar menjadi mudah tercapainya memperoleh kemenangan. Memperoleh pikiran
demikian, Alugora gerakannya dihentikan. tetapi dengan Siku kiri ia menghantam
Ladrang Kuning.
"Bagus!" Seru Ladrang Kuning. Ia tak' mau menggunakan pedangnya untuk
membalas, tetapi dengan pukulannya.
Senjata Hajar Sapta Bumi memanjang lagi, sedang ujungnya yang tajam
melengkung, bergerak seperti kilat menyambar dada dan perut Ali Ngumar.
Serangannya hebat sekali. Selain diserang oleh kekuatannya sendiri. juga mendapat
pinjaman tenaga dorongan dari Ladrang Kuning.
Ali Ngumar gugup dan memutar pedangnya untuk melindungi tubuh. Akan tetapi
kakek itu sudah memperhitungkan segala kemungkinan. Ketika Ali Ngumar memutarkan
pedangnya. ujung Alugora yang tajam melengkung sudah menyambar punggung.
All Ngumar terkejut dan mengeluh. ia merasa tak berdaya lagi untuk membela diri.
Untung masih ada Ladrang Kuning. Ketika melihat suaminya diancam bahaya. ia
bersuit nyaring lalu mengayunkan tubuhnya ke belakang suami. kemudian membabat
kaki lawan dengan pedang.
Hajar Sapta Bumi geram serangannya kandas lagi, malah terpaksa harus meloncat
menghindari babatan Ladrang Kuning. Sedang Ali Ngumar yang mendapat kesempatan
melancarkan serangan, menyesuaikan diri dengan gerak isterinya. ladrang Kuning
yang menyerang bagian bawah, dirinya menyerang bagian atas.
Hajar Sapta Bumi menampar untuk menghalau serangan Ali Ngumar. Kemudian
memutar senjatanya memunahkan serangan Ladrang Kuning, dan sesudah itu ia
melompat keluar dari kepungan suami-isteri tersebut.
Prayoga mengepal tinju, sedang Sarini terbelalak saking kagum, melihat apa yang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
telah dilakukan Hajar Sapta Bumi.
Tetapi tiba-tiba Sarini kaget karena bahunya ditepuk orang dari belakang. Akan
tetapi karena saat itu ia tengah mencurahkan perhatian terhadap gurunya yang sedang
bertukar pandang dengan isterinya, ia menduga .suami-isteri itu akan melancarkan
Serangan istimewa. Oleh karena itu tepukan orang dari belakang itu tidak diperhatikan.

Tetapi ketika merasa pahanya dicubit orang, tanpa sadarnya ia menjerit kecil, karena
ia menjadi malu. Ce pat-cepat ia memalingkan muka dengan maksud mendamprat
orang yang kurang ajar itu. Akan tetapi ah, ketika tahu yang mencubit pahanya seorang
bocah berusia sekitar 11 tahun dan mengenakan pakaian cantrik, kemarahannya
menghilang. Ia melihat wajah cantrik itu ramah dan bibirnya mengulum senyum.
Ia memberi isyarat agar bocah itu tidak menggangu. Tetapi bocah itu tak mau. malah
menyerahkan robekan kain yang dipilih menjadi keCil, dan sesudah itu ia baru pergi. '
Sarini yang cerdas segera tahu bahwa bocah itu mempunyai urusan penting dengan
dirinya, akan tetapi takut diketahui orang lain.
Buru-buru pilinan kain itu dibuka. Kemudian tampak olehnya sederet tulisan yang
jelek, isinya.
"mBakyu, kami mendapat kesulitan dan minta pertolongan. Aku, Sucitro!"
Membaca secarik kain itu, Sarini segera teringat kepada dua orang bocah cantrik,
Sucitro dan Sutirto yang pernah menolong dirinya. Lalu timbul dugaan dalam hati,
apakah karena menolong dirinya. sekarang bocah itu mendapat hukuman? Ah, kalau
memang begitu dirinya harus cepat bertindak dan menolong. Ia memalingkan muka ke
belakang, kemudian tampaklah cantrik Cilik yang memberi surat tadi berdiri tak jauh
dari tempatnya, malah melambaikan tangan. Sarini cepat menghampiri, dan bocah,itu
senang.
Ketika itu Hajar Sapta Bumi sudah terlibat perkelahian lagi dengan Ali Ngumar dan
Ladrang Kuning. Hingga perhatian semua orang terpusat ke gelanggang, dan tidak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
seorangpun yang memperhatikan Sarini. Oleh sebab itu secepatnya Sarini mengikuti
cantrik Cilik tersebut ke barat. Setelah tiba di ujung tembok, cantrik itu berhenti.
"Benarkah yang menyuruh engkau Sucitro?" tanya Sarini dengan hati berdebaran.
"Ya, marilah ikut aku," sahut cantrik itu, kemudian melangkah pergi.
Sesudah beberapa kali berbelok. tibalah mereka pada sebuah ruangan. Cantrik itu
masuk ke dalam, ketika keluar sudah membawa satu setel pakaian seragam cantrik.
Sarini tahu. dirinya disuruh menyamar sebagai cantrik dan itu diterima dengan senang
hati.
Dasar gadis yang sok genit. tabah dan urakan. Ia gembira sekali harus menyamar
sebagai cantrik. Pakaian itu segera dipakainya, kemudian rambut disingkap ke atas lalu
ditutup dengan ikat kepala. Setelah selesai berpakaian, ia sudah menjilma sebagai
seorang cantrik yang wajahnya tampan, bertubuh ramping.
Cantrik kecil itu tertawa geli. Lalu mengajak Sarini melanjutkan perjalanan.
Beberapa kali mereka berbelok, tetapi anehnya tidak pernah bertemu dengan orang.
Akhirnya tibalah mereka pada sebuah tempat perapian yang terbuat dari tembaga. Tak
jauh dari perapian tampak dua cantrik tua yang asyik bercakap-cakap sambil makan
ubi rebus.
Cantrik kecil menarik Sarini ke samping. Kemudian ia berbisik,
"mbakyu, engkau melihat atau tidak? Di bawah perapian tembaga yang dijaga dua
orang itu. di simpan Sucitro dan sutirto."
"Hah!" Sarini terkejut.
"Mengapa di situ? Apakah di bawahnya ada lubang?"
Cantri kecil mengangguk.
"Ya. Memang di bawahnya merupakan terowongan."
Dua cantrik itu masih asyik bicara dan tampaknya tidak melihat kedatangan Sarini.
Karena dua cantrik itu menjadi penghalang, ia memutuskan harus dirobohkan. Sungguh
kebetulan mereka membelakangi. Untuk merobohkan, ia menyambit dengan dua butir

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kerikil, dan tengkuk menjadi sasaran. Kendati kerikil, di tangan Sarini yang sekarang
sudah maju pesat dalam ilmu, merupakan senjata ampuh pula. Sambarannya cepat
sekali, dan sebelum orang itu sadar sudah terpukul tengkuknya lalu roboh pingsan.
Sarini cepat menghampiri perapian tembaga, lalu menarik dengan sekuat tenaga.
Akan tetapi sungguh aneh. perapian itu tak bergeming.
Cantrik kecil itu sekarang menutup mukanya dengan secarik kain hitam.Ia lari
menuju belakang perapian dan menunjuk sebuah alat, terpasang di telinga perapian.
Ketika Sarini memutar ke kiri, mendadak perapian itu bergeser sendiri dan terbukalah
lubang ke bawah yang besar. ,
Cantrik kecil mendahului, dan Sarini mengikuti di belakangnya masuk ke dalam
lobang. Dan ternyata lubang itu merupakan jalan ke terowongan di bawah tanah. Di
situ tidak gelap karena terdapat lampu minyak kelapa. Sesudah berbelok, tibalah
mereka pada sebuah pintu besar berterali besi. Ah... Sarini hampir menjerit.
Did alam pintu itu Sucitro dan Sutirto di gantung... .
Namun dua bocah itu masih hidup, karena menggantungnya dibalik, tidak dijerat
lehernya melainkan kakinya. Melihat munculnya Sarini dua bocah itu gembira dan akan
berseru. Akan tetapi karena mulut disumbat bola beg, dua bocah itu tak dapat bicara.
' Terali besi itu hanya sebesar jari tangan saja. Dengan mengerahkan tenaga,
kemudian tanpa keSulitan ia berhasil membengkokkannya. Kemudian terbukalah lubang
yang dapat dipergunakan masuk. Setelah berada di dalam, Sarini cepat-cepat menolong
SuCitro dan Sutirto. Saking gembiranya dua bocah itu kemudian menjatuhkan diri
berlutut, lalu menyembah.
"Sudahlah... sudahlah,. . " Sarini menjadi gugup.
"Waktu kita sangat berharga. Sekarang kita cepat melarikan diri!"
Akan tetapi Sucitro dan Sutirto belum mau bangkit, dalam hati dua bocah itu minta
perlindungan.
"Baiklah! Lekas kalian _keluar .dari padepokan ini dan pergilah ke Muria. Di sana

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kalian akan mendapat perlindungan. Sesudah semua urusan di Sini selesai, aku pun
akan pulang ke sana."
Sucitro dan Sutirto mengucapkan terima kasih. Kemudian mereka keluar dari tempat
itu. Sarini segera menutup lubang itu lagi, kemudian iapun pergi.
Tetapi ketika tiba di ruangan yang terbagi menjadi dua, mereka dikejutkan oleh
suara orang memanggil,
"Gandung! Gandung! Di mana engkau? Tamu kita memerlukan pelayanan. Hayo.
cepatlah ke mari dan jangan enak enak tidur."
Sucitro dan Sutirto cepat-cepat menyelinap bersembunyi. Sebab yang dipanggil
Gandung itu, tidak lain si cantrik yang tadi mengajak Sarini ke tempat ini.
Pucat wajah Gandung dan menghentikan langkahnya. Sarinipun ikut berhenti, tak
tahu apa yang harus dilakukan. Tidak lama kemudian muncul seorang cantrik lain,
karena mengenakan jubah. Orang itu sebenarnya cantrik yang sudah naik tingkatnya
menjadi apa yang disebut Indung-Indung.
"Aha, sungguh kebetulan! Lekaslah kamu ke sana, dan jangan sembarangan pergi
lagi. Awas kamu, jika sembrono bisa dijebloskan ke dalam penjara di bawah tanah.
Tahu?" ancamnya.
Ketika Indung-Indung itu muncul, Sarini menundukkan kepalanya. Syukur
Indung-Indung itu kurang teliti dan tak mengenal cantrik palsu.
Kalau Gandung gemetaran, Sarini tidak. ia merobah suaranya menladi lebih besar
seperti laki-laki.
"Ikut aku!" perintahnya sambil mendahului melangkah. Jarak antara orang itu
dengan Sarini hanya setengah depa. Kalau mau, tidak sulit Sarini mencekik. Akan tetapi
karena ia ingat kata-kata Indung-Indung tadi, timbullah keinginannya untuk bisa
bertemu dengan si tamu.
Ia memberi isyarat dengan tangan kepada Gandung agar tidak takut. Setelah
melewati dua buah ruangan lagi, tibalah mereka pada deretan kamar yang dibangun

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
amat indah dan kokoh. Tidak kalah indahnya dengan rumah bangsawan di Pati maupun
di Mataram.
"Ndara kakung dan ndara putri, cantrik-cantrik yang ditugaskan melayani ndara
sudah datang, " kata Indung-Indung dengan menghormat.
"Suruh masuk ke mari!" suara melengking terdengar dari kamar.
Tiba-tiba Indung-Indung itu menampar kepala Sarini sambil berpesan,
"Kamu harus melayani baik-baik. Di dalam kamar itu terdapat ndara kakung
Saragedug dan ndara putri Sintren yang namanya'termasyur. Mereka merupakan
jago-jago Mataram yang amat dihormati. Maka kakek guru sendiri memerlukan
menyambut kedatangan mereka. Tahu?"
Sebenarnya marah sekali gadis ini mendapat hadiah tamparan dari Indung Indung
itu. Akan tetapi karena mendengar nama Saragedug dan Sintren yang terkenal dengan
sebutan Gendruwo Semanu. ia tertarik berbareng terkejut.
Sarini menolak daun pintu. Akan tetapi ketika matanya memandang ke dalam kamar,
matanya terbelalak. Ternyata dalam kamar itu hanya terisi sebuah balai balai kayu
saja. Di atas balai-balai kayu itu tampak dua orang duduk bersila. Yang perempuan
kepalanya runcing dengan rambut jarang. Kalau tanpa subang, tentu dikira laki-laki.
Tubuh perempuan itu kurus kering, wajah kehijau-hijauan seperti mayat. Selain
memakai baju, ia masih memakai jubah warna hijau. ,
Yang laki-laki tubuhnya juga kurus. Karena tanpa baju, tulang-tulang rusuknya
tampak menonjol. Celananya panjang sampai bawah lutut, memakai kuluk seperti
seorang Tumenggung. Yang aneh, wajah kakek ini berobah-robah. Kadang merah,
_kadang kuning dan kadang hijau.
Setelah melangkah masuk, Sarini segera merasakan seperti diburu hawa Danas.
Akan tetapi ketika ia berkisar ke samping, hawa panas itu berganti dengan hawa yang
dingin luar biasa. Buru-buru ia menyalurkan tenaga sakti untuk melindungi diri.
Sedang Gandung tampak menggigil kedinginan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"'Hai engkau murid angkatan keberapa ?" tegur laki-laki kurus itu.
Sarini gelagapan. Kalau menyebut angkatan yang begitu tinggi, tentu menimbulkan
kecurigaan mereka. karena itu dengan hormatnya ia menyahut,
"Hamba murid angkatan ketiga, ndara."
Laki-laki itu mendendus kemudian mengamati Sarini secara teliti. Dan sesaat
kemudian beralih mengamati Gandung yang menggigil kedinginan di muka pintu.
Mendadak orang laki-laki itu ketawa terkekeh.
Sarini tak mengerti apa yang diketawakan laki-laki itu. Akan tetapi ia merasakan
bulu kuduknya meregang semuanya. Ia merasakan bahwa dalam kamar ini diliputi
suasana aneh luar biasa. Diam-diam Sarini khawatir sekali kalau penyamarannya
diketahui. Sesaat kemudian ia merasakan terjadinya perubahan hawa dalam kamar itu
menjadi makin panas.
Ketika laki-laki itu ketawa, wajahnya menjadi merah. Hawa yang menyembur dari
mulutnya menyerupai awan panas dari mulut gunung berapi. Untuk melawan hawa
panas itu, terpaksa Sarini mengerahkan tenaga sakti.
Untung juga tak lama kemudian Saragedug menghentikan ketawanya. Lalu sambil
menatap Sarmi bertanya,
"Usiamu masih muda, apalagi murid angkatan ketiga., tetapi mengapa sebabnya
engkau sudah memiliki tenaga sakti yang cukup bagus? Apakah sebelumnya menjadi
murid padepokan ini, engkau sudah mempunyai dasar ilmu?"
Sekarang baru sadarlah Sarini akan kesalahannya sendiri. Ternyata dengan
mengerahkan tenaga sakti untuk melawan hawa panas itu, laki-laki tersebut tahu
keadaannya. Ah, apabila rahasianya sampai terbuka, celakalah dirinya. Maka sambil
berkeringat dingin saking khawatir, ia menyahut,
"Ndara benar."
Sebenarnya saja Saragedug merasa curiga. Akan tetapi mengingat penjagaan
padepokan ini kuat sekali, tidak ada alasan mengkhawatirkan musuh berani

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyelundup ke dalam padepokan. Mengingat itu, ia tidak mengurus lebih lanjut.
"Ambilkan dua buah kuali air!" perintahnya kemudian
Sarini cepat-cepat mundur sambil menghampiri Gandung. Tak lama kemudian
Gandung sudah kembali lagi dan membawa dua kuali berisi air. Sarini cepat
membawanya masuk. Kuali yang satu ditempatkan di depan Saragedug, sedang yang
satu di depan Sintren.
Pada kesempatan meletakkan kuali itu, Sarini mencuri pandang kepada Sintren.
Perempuan itu memejamkan mata dan tak bicara apapun. Ketika kuali diletakkan di
depannya, dua belah tangannya cepat dimasukkan ke dalam air. Sedang Saragedug
cepat pula menirunya.
Beberapa saat kemudian kembali Saragedug berkata,
"Ambil kuali ini dan berikan dia. Sedang kuali itu bawa kemari."
Kendati tidak tahu maksud orang, Sarini mengerjakan perintah itu. Akan tetapi ketika
tangannya menyentuh air dalam kuali di depan Saragedug. ia hampir menperit dan
cepat menarik kembali tangannya. Ternyata air di dalam kuali itu panas sekali seperti
mendidih. Sebaliknya ketika menyentuh air dari Sintren, terasa dingin sekali seperti es.
Selama hidup belum pernah Sarini berhadapan dengan ilmu yang aneh seperti ini. Dan
ia juga belum jelas, bagaimana cara ilmu itu dipergunakan menyerang musuh. '
Suami isteri itu memasukkan kembali tangan masing-masing ke kuali. Air yang
mendidih menjadi dingin dan sebaliknya yang dingin menjadi mendidih. Berturut turut
sampai enam kali terjadi pertukaran kuali.
Saragedug dan Sintren merupakan suami isteri. Sekarang ini masing masing sedang
melatih tenaga sakti. Saragedug memiliki tenaga sakti panas, sebaliknya Sintren
memiliki tenaga sakti dingin.
Tak lama kemudian Saragedug memerintahkan Sarini,
"Bocah, coba panggil 18 orang itu ke mari. Sesudah itu engkau boleh istirahat."
Celaka! Sarini mengeluh, karena tahu belaka siapa yang dimaksud 18 orang itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Akan tetapi ia tidak berani membantah. Cepat ia menghampiri Gandung di luar kamar.
Gandung gemetar ketakutan, katanya.
"mBakyu, mari kita cepat melarikan diri saja."
"Tetapi mereka memerintahkan memanggil 18 orang itu."
Tetapi otak Sarini yang cerdik sudah dapat menduga, 18 orang yang dimaksud tentu
jago-jago Mataram yang mengawal suami isteri itu. Kalau mereka dipanggil, tentu
akan diajak musyawarah dalam mengatur rencana membasmi Ali Ngumar dan
rombongannya.
Sampai pada kesimpulan itu, Sarini membulatkan tekat. ia tak takut kalau harus mati
di tangan orang-orang itu. Yang penting bagi dirinya harus berusaha menyelamatkan
seluruh rombongannya. Terpikir demikian timbullah tekatnya harus tahu segalanya.
"Tak perlu gelisah!" hiburnya kepada Gandung.
"Asal engkau dapat membantu memanggil 18 orang, beres! Mari kita cepat ke sana!"

Setengah menyeret Gandung, Sarini sudah tiba di kamar sebelah suami isteri
Gendruwo Semanu. Ternyata kamar itu kosong, maka Sarini segera masuk lewat
jendela. ia tempelkan telinga pada dinding kayu yang membatasi kamar untuk
mendengarkan apa yang dibicarakan suami isteri itu. .
"Nok," panggil Saragedug. Nok ini singkatan dari istilah denok atau genduk.
Memang sudah menjadi kebiasaan Saragedug, jika memanggil isterinya denok.
"Kali ini kalau berhasil, kita tentu makin dikasihi oleh Sinuhun Sultan Agung."
"Kakang benar. Tadi akupun sudah mendengar laporan bahwa Hajar Sapta Bumi
sekarang ini sudah berkelahi melawan Ali Ngumar dan Ladrang Kuning. Hi hihik,
biarlah mereka berkelahi sendiri, kita tinggal enak enak di sini'tetapi akan memetik
buahnya."
"Denok, ah, jangan banyak bicara dulu. Kita harus menjaga telinga di sebelah ini."
Sarini seperti dipagut ular. Tetapi sesaat kemudian sudah dapat menenangkan diri.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sudah teguh tekatnya, sekalipun mati takkan menyesal asal saja dapat menyelamatkan
guru dan rombongannya.
Mendadak ia mendengar suara langkah kaki menuju kamar Gendruwo Semanu.
Sejenak kemudian terdengar Saragedug menegur,
"Bagaimana keadaan di sana?"
"Masih berkelahi sengit," sahut orang itu.
Saragedug mendengus. Lalu bertanya,
"Apakah segala rencana sudah kamu siapkan dalam terowongan itu'?
"Semua sudah beres. Sekali sulut, sumbunya akan menjalar sampai ke sana. Tepat di
bawah tempat yang sekarang dipergunakan berkelahi itu, sudah tersedia bahan
peledak."
Sarini tersentak kaget. Apakah Gendruwo Semanu merencanakan menghancurkan
padepokan ini dengan bahan peledak? "Akan tetapi ketika Sarini masih ragu, terdengar
Saragedug terkekeh,
"Heh heh heh, apabila pekerjaan kita berhasil, Sinuhun Sultan Agung tentu akan
memberi hadiah besar sekali. Saudara saudara tentu akan menikmati hari tua yang
penuh nikmat dan bahagia. Karena itu kalian harus bekerja hati hati. Eh, apakah tak
perlu dilakukan penelitian sekali lagi?" '
"Ah, kiranya tidak perlu banyak membuang tenaga dan waktu. Bukankah saudara
tahu, kedudukanku di dalam pasukan Sarageni? Apabila aku yang memasang obat
peledak itu sampai macet di tengah jalan, jangan panggil aku Demit Dahana lagi!"
sahut salah seorang yang suaranya agak nyaring. Yang dimaksud Demit Dahana itu
ialah demit api.
Saragedug ketawa terkekeh lagi, lalu katanya,
"Ah, aku harap kalian jangan cepat menjadi puas dengan segala usaha dan jerih
payah kita. Bukankah engkau sudah tahu sendiri, bahwa Ingkang Sinuwun Sultan
Agung sudah bertekat menaklukkan semua Wilayah yang dahulu menjadi wilayah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Majapahit atau setidak tidaknya wilayah Demak. Dan sebelum cita Cita itu terlaksana,
kanjeng Sultan tentu belum puas. Mengingat itu, semua pengkhianat dan pemberontak
harus disapu bersih. Dan Hajar Sapta Bumi? Dia tidak boleh tahu akan rencana kita
ini. Sebab dia orang amat berbahaya. Apabila dibiarkan hidup, dia bisa menjadi
saingan kita."
Ia berhenti, sejenak kemudian baru meneruskan,
"Karena itu biarlah tua bangka itu ikut pula binasa bersama seluruh pemberontak.
Hem, engkau harus ingat apa yang aku katakan ini. Sesudah melihat mereka kepayahan
berkelahi, cepat kamu meninggalkan padepokan ini dan tunggulah aku di tempat yang
sudah kita rencanakan. Aku sendiri yang akan menyulut sumbu itu dan biarlah mereka
mampus semua berbareng dengan hancurnya padepokan ini. Hemm, sesudah tugas ini
selesai, kita harus cepat-cepat mengalihkan usaha mencari dan menyelidiki di manakah
sebenarnya harta karun itu disimpan! Tahu?"
Sarini kaget bukan main. Ia baru sadar sekarang, betapa ganas dan keji Gendruwo
Semanu dan anak buah nya. Walaupun Hajar Sapta Buni telah menerima mereka
penuh hormat, namun tidak juga luput dari kebinasaan. Terpikir kemudian oleh gadis
ini, di manakah letak terowongan itu? Apakah terowongan itu terletak di bawah
perapian yang tadi telah ia masuki? Ah, kalau tidak cepat bertindak, ia khawatir sekali
keselamatan semua orang. Dari semua manusia manusia yang akan binasa itu, yang
paling diprihatinkan Prayoga seorang.
Sarini cepat melompat lewat jendela lagi meninggalkan tempat itu. Tetapi celakanya
dalam usaha menemukan kembali tempat perapian itu, ia kesulitan. Ia gelisah, ia tidak
tahu arah, kemudian timbul keputusannya untuk mencari penunJuk jalan.
Tengah ia kebingungan, tiba tiba melihat tiga sosok tubuh kecil. Kira-kira Sucitro,
Sutirto dan Gandung. Ia melihat bahwa tiga bocah itu cemas dan ketakutan. Namun
setelah mereka bertemu Sarini, tampak lega.
"mBakyu, kita tak dapat lolos lagi!" bisik mereka.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Sttt, tak perlu tergesa," bisik Sarini.
"Kita masih mempunyai tugas amat penting. Tahukah kalian di mana lubang
terowongan di bawah tanah itu? Dan apakah kalian tahu, bahwa terowongan itu dapat
menembus sampai bawah tempat perkelahian?'.'
Di luar dugaan, tiga bocah itu menggelengkan kepala. Sahut Sucitro kemudian,
"Yang aku ketahui, tak lain hanyalah terowongan yang panjangnya 30 meter itu.
Apakah terowongan itu dapat menembus tempat lain, aku tak tahu."
Keadaan sudah amat mendesak. Akhirnya Sarini memutuskan mengajak mereka
masuk dalam terowongan tadi. Ketika mereka tiba di tempat itu, ternyata dua orang
penjaga tadi masih belum sadar.
Secara berani, Sarini segera melangkah masuk. tetapi mendadak dua sosok bayangan
meloncat langsung menyerang dengan golok sambil mendamprat,
"Kurangajar! kau berani melepaskan hukuman kami?!"
Karena tak menduga, hampir saja Sarini terbacok. Untung Sucitro dan Sutirto cepat
menarik kaki Sarini keluar lubang. Ah, kiranya yang menyerang itu dua orang penjaga
yang lain. Melihat dua orang kawannya tak berkutik, dan tempat perapian bergeser
dari tempat nya, mereka cepat masuk ke dalam lubang terowongan. Ternyata orang
hukuman sudah lenyap. Buru buru mereka hendak naik tangga ke atas kembali untuk
melapor. Akan tetapi tepat pada saat itu, Sarini menuruni terowongan. '
Walaupun kakinya ditarik ke atas, tetapi kepala Sarini masih belum sempat keluar.
Ketika dua batang golok menyambar, gadis ini cepat menggunakan tangan merampas
senjata lawan. Memang tidak sulit Sarini merebut golok dari tangan orang, yang
kepandaiannya jauh di bawah swara Manis. Sesudah golok berhasil dirampas, sekali
dorong dua orang itu sudah jatuh mencium' lantai. Sucitro dan Sutirto cepat melompat,
meringkus mereka, kemudian diseret keluar dari lubang terowongan.
"Bagus!" puji Sarini.
"Ah. mbakyu sendiri yang hebat!" sahut mereka. '

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sekarang mereka dapat masuk ke dalam lubang terowongan tanpa gangguan lagi.
Sesudah di dalam terowongan, ternyata keterangan Sucitro benar. Terowongan itu
hanya sepanjang 30 meter. Beberapa lama mereka menyelidik, tetapi tetap tak
memperoleh hasil. Mereka tidak menemukan bahan peledak maupun jalan tembus.
Dinding dan langit langit terowongan itu bercat putih bersih, tetapi tidak terdapat
lubang. Saking mendongkol, ia menanggalkan pakaian cantriknya.
Tiga bocah itu tak mengerti sebabnya Sarini marah marah. Kendati begitu tak ada
yang yang berani bertanya. Ketika mereka hendak keluar kembali, tibatiba dari luar
terowongan terdengar suara orang berkata,
"Empat tikus cilik itu masuk ke dalam lubang. Tetapi salah seorang dari mereka
cukup berbahaya. Ah jangan-jangan ada mata mata musuh berhasil menyelundup
masuk. Lekas tutup lubang dan kita lapor kepada paman."
"Ya, memang tidak boleh lolos!" sahut yang lain.
Mendengar itu tahulah Sarmi, bahwa gerak geriknya telah diketahui orang. Celaka!
Kalau lubang sam pai ditutup, tentu akan kehabisan hawa. Karena itu harus
cepat-cepat dapat keluar. Tugas terpenting dalam usaha menggagalkan rencana jahat
Gendruwo Semanu dan anak-buahnya.
Dalam usaha mengerahkan tenaga sakti, Sarini berjongkok, kemudian meloncat
menerobos ke atas. Celakanya tepat pada saat itu lubang tiba tiba ditutup dari atas.
Untung Sarini masih dapat menguasai diri. Kalau tidak, kepalanya tentu terbentur
kepada penutup lubang yang terbuat dari besi.
Setelah menyadari tidak dapat keluar lagi, Sarini menanyakan kembali kepada tiga
bocah itu, apakah ada terowongan lain yang dapat dipergunakan untuk keluar. Akan
tetapi mereka tetap ' menggelengkan kepalanya. Mereka hanya mengatakan, tempat
perapian itu berat sekali dan tidak mungkin dapat dibuka tanpa menggerakkan alat
pembukanya.
Sarini bagai cacing kepanasan. Ia lari ke pintu besar yang mempunyai terali besi dan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
segera mencabut sebatang. Dengan benda itu Ia memukul dan menusuk dinding
terowongan, sehingga banyak cat yang berguguran bersama tembok terowongan.
Melihat Sarmi mengamuk, tiga bocah itu menjadi takut dan menyembunyikan diri di
Ujung dinding.
Setelah puas mengamuk, Sarini tenang kembali. Saking lelah ia duduk di lantai.
Kemudian ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil memeras otak. Diam diam
ia mencaci maki dirinya sendiri yang gegabah masuk dalam terowongan. Seharusnya
setelah berhasil menemukan jalan tembus dibawah tanah, cepat-cepat harus pergi dan
melaporkan kepada gurunya. Lebih banyak orang, tentu lebih banyak diperoleh jalan.
Tetapi ah... nasi sudah menjadi bubur. Sesal tak berguna. Sekarang dirinya sudah
terlanjur terkurung dalam terowongan bersama tiga orang bocah yang tak berdosa.
Mendadak mulut terowongan terbuka kembali, lalu terdengar orang berseru lantang.
"Setelah Sucitro, Sutirto dan Gandung, siapa lagi di dalam?"
"mbakyu," bisik Sucitro gemetaran.
"Dia paman Sontrang Jiwa. Celaka, tamatlah riwayat kita semua."
Jantung Sarini berdebaran. Ia belum yakin dapat melawan Sontrang Jiwa. Kendati
demikian ia berharap agar Sontrang Jiwa masuk seorang diri. Dengan mengeroyok, ia
masih mempunyai harapan menang. Memperoleh pikiran demikian, cepat ia memberi
isyarat kepada mereka supaya berdiam diri.
Terdengar lagi suara dari lubang.
"Yang seorang masih muda dan wajah baru. Mungkin orang baru di padepokan ini."
"Ngacau" bentak Sontrang Jiwa.
"Sudah lebih setahun kami tidak menerima orang baru. Mana mungkin sampai
muncul wajah baru di sini?"
"Tetapi jangan jangan ndara Suragedug yang membawa dia." bantah orang itu.
"Hem, dia hanya membawa 11 orang jago dari Mataram. Semua anak buahnya
sendiri. Mana mungkin terdapat seorang muda? sudahlah! Kamu jangan banyak bicara

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
lagi dan minggirlah! Aku sendiri yang akan turun ke bawah dan memeriksa."
Sarini sudah Siap-siaga. Begitu Sontrang Jiwa turun, ia menjejakkan kakinya
melenting ke langit langit. lalu ia melekatkan diri sambil berpegangan langit langit.
Cara yang dilakukan Sarini ini semacam ilmu Cecak merayap yang sakti. Tetapi
Sarini sendiri tidak mengerti ilmu tersebut. Akan tetapi sejak minum air mustika dalam
batu. tubuhnya menjadi ringan sekali seperti tumbuh sayap. Hanya menggunakan
sedikit tenaga. ia sudah dapat melekat di langit langit.
Ketika Sontrang Jiwa hanya menemukan tiga bocah yang menggigil ketakutan, ia
menghardik,
"Kurangajar! Kamu hendak melarikan diri? Huh, cepat terangkan siapa kawanmu
yang seorang itu dan sekarang di mana?"
Gandung merupakan sahabat Sucitro dan Sutirto. Cepat-cepat menjatuhkan diri dan
menyembah sambil menangis,
"Semua ini yang bersalah murid sendiri, dan tak ada sangkut pautnya dengan
mereka."
Memang Gandung itu salah seorang murid Sontrang Jiwa sendiri. Mengingat
hubungan guru dan murid ini ia mengharap gurunya masih dapat memberi ampun.
Tetapi kali ini ternyata Sontrang Jiwa benar benar marah.
"Cepat katakan! Siapa dan di mana kawanmu yang seorang itu?" bentaknya seraya
mengangkat kepala untuk menempeleng kepala muridnya.
Sesudah tahu yang masuk hanya Sontrang Jiwa seorang. Sarini yang tabah segera
memutar otak mencari jalan. Sekali pukul ia ingin dapat merobohkan Sontrang Jiwa.
Tiba tiba ia teringat pakaian cantrik yang tadi di lepas. Ia dapat menggunakan benda
itu sebagai senjata. Dengan gerakan hati hati ia melayang turun untuk meng ambil
jubah. Tetapi walaupun sudah hati hati, Sontrang Jiwa maSih dapat mendengar.
"Yang satu aku sendiri!" secepat kilat Sarini melayang turun, dan secepat itu pula
menyambar jubah cantrik kemudian menyerang. Sontrang Jiwa yang belum bersiap

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
diri, tahu tahu kepalanya sudah tertutup jubah. Dalam kagetnya ia sudah menghantam
kalang kabut.
Dan yang bernasib malang si Gandung. Ia bermaksud menubruk kaki gurunya untuk
minta ampun. Tetapi malah terkena tendangan gurunya. Sambil menjerit nyaring, bocah
itu terpental membentur dinding terowongan, langsung menghembuskan napas terakhir.

Sarini terharu. Tetapi dalam keadaan segenting ini, ia harus dapat menahan
perasaan. Secepat kilat ia sudah menyelinap ke belakang Sontrang Jiwa memungut besi
yang tadi berhasil dilepas dari pintu, kemudian dihantamkan sekuatnya ke kaki
Sontrang Jiwa.
Mendengar sabatan angin, Sontrang Jiwa akan menghindar. Tetapi karena lupa
kepalanya masih tertutup jubah, ia gelagapan dan aduh... tulang kering kakinya sudah
terpukul remuk, lalu jatuh tersungkur di lantai. Sarini yang gemas tak memberi ampun
lagi. Pukulan yang melayang ke punggung, menyebabkan Sontrang Jiwa tak berkutik
lagi.
SEtelah berhasil merobohkan Sontrang Jiwa ia menjadi lega. Ia menarik jubah yang
menutup kepala Sontang Jiwa sambil mengejek,
"Lihatlah yang jelas, siapa aku ini?"
Sontrang Jiwa mendelik tetapi tak membuka mulut.
"Henm, engkau sayang jiwamu sendiri atau tidak?" hardik sarini sambil mengancam
dada dengan besi.
"Kalau sayang. engkau akan aku tolong tetapi harus menjawab pertanyaanku.
Sebaliknya kalau memang sudah bosan hidup, sekali tusuk dadamu akan berlubang!"
Sarini' menduga orang itu tentu tak mau membuka mulut tentang rahasia terowongan
ini. Tetapi ternyata dugaannya salah. Sontrang Jiwa bukannya bandel, tetapi
mengangguk. Karena itu Sarini cepat memberi pertolongan.
Sontrang Jiwa segera berusaha memulihkan kekuatannya. Sekalipun sebelah kaki

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
patah, namun tidak ia rasakan. Akan tetapi ia bukan seorang bodoh, setelah
kekuatannya pulih kembali akan segera menyerang.
"Di mana terowongan yang dapat tembus ke bawah gelanggang perkelahian?"
bentak Sarini.
"Jangan bergerak!" bentak Sarini sambil mengancam dengan besi.
Diam-diam Sontrang Jiwa sadar, bahwa tenaga dalam gadis ini amat kuat. Ia tak
mau bertindak sembarangan. Kalau sekali pukul dan kena, dirinya tentu lebih
menderita lagi.
"Hem, itu rahasia padepokan. Tidak seorangpun boleh mengetahui. Tetapi karena
aku sudah kalah, baiklah. Namun kenalkanlah namamu."
"Aku Sarini. Lekas terangkan rahasia itu!"
"Perhatikan yang jelas. Keluar dari sini, langsung lewat tiga buah ruangan. Belok ke
kiri lalu ke kanan Iagi. Kemudian belok ke kanan lagi, lalu mundur ke belakang dan
berputar ke barat. ... "
Sengaja ia menerangkan dengan cepat. Sayangnya Sarini mengira saking ketakutan
orang itu memberi keterangan sebenarnya. Dalam usahanya mengingat petunjuk itu, ia
memperhatikan. Dan mulut Sarini tidak hentinya menirukan ucapan Sontrang Jiwa.
Memang Sontrang Jiwa sengaja menerangkan dengan cepat. dengan maksud agar
perhatian Sarini ke arah "keterangannya, dan pikirannya menjadi kacau. Setelah
melihat kesempatan bagus, tiba-tiba mendorong besi itu dengan tangan kiri. Kemudian
secepat kilat tangan kanan memukul dada. Gerakan itu dilakukan dengan kuat dan
mendadak. Ketika Sarini sadar, sudah tak keburu menghindar. Dalam keadaan gugup,
ia menggerakkan besi tadi untuk menghalau. Kendati berhasil mengurangi tenaga
pukulan, tetapi Sarini merasakan dadanya sesak dan juga malu.
Sarmi marah sekali telah tertipu secara licik. Tangannya bergerak,dan besi itu
berhasil mematahkan beberapa tulang rusuk Sontrang; Jiwa. Sebaliknya Sontrang Jiwa
juga masih dapat memukul paha Sarini, sehingga kemudian Sarini roboh.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Beberapa saat kemudian Sarini sadar kembali. Tetapi rongga dadanya sesak dan
sakit sekali. Ketika berpaling, ia melihat Sontrang Jiwa lebih payah lagi. Wajah orang
itu pucat seperti kertas dan napasnya memburu.
Ketika itu Sucitro dan Sutirto sibuk menangis sambil menelungkupi mayat Gandung.
Mereka seperti tidak menghiraukan keadaan Sarini yang kesakitan. Meskipun begitu
Sarini tak dapat menyalahkan. Akan tetapi karena dilanda marah, tiba tiba matanya
gelap lalu pingsan lagi. '
Di gelanggang perkelahian, keadaan amat menegangkan dan mengkhawatirkan. Ilmu
pedang Bumi Gonjing tidak memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Ladrang
Kuning segera menggunakan ilmu sakti Banyu Sewindu, ajaran nenek Nagagini. Begitu
menjungkirkan hulu pedang sambil memutarnya, ia merapat Hajar Sapta Bumi untuk
melancarkan serangan tanpa suara.
Hajar Sapta Bumi dapat menduga apa yang akan dilakukan Ladrang Kuning.
Cepat-cepat ia menekan senjatanya supaya memanjang, untuk menjaga agar lawan tak
dapat merapat. Dengan demikian, apabila Ladrang Kuning nekat menyerang, ia dapat
pula membalas serangan itu.
Ladrang Kuning yang sakti segera menarik kembali tangannya, lalu mengganti
dengan ilmu lain. Serangan itu cepat tidak terduga sehingga lawan tidak menyadari.
Parobahan yang dilakukan Ladrang Kuning yang semula diserang sekarang menjadi
penyerang itu diam diam membuat Sapta Bumi kagum juga. Cepat ia memiringkan kaki
kiri sambil menggunakan tangkai senjata, untuk membentur serangan lawan.
Karena dua kali usahanya gagal, Ladrang Kuning kembali menggunakan ilmu
pedang Bumi Gonjing. walau pedangnya belum berhasil mengalahkan kakek itu
sebenarnya bukan ilmu pedang itu lemah. Tetapi karena Ladrang Kuning bergerak
terlalu cepat, dan Ali Ngumar tak mampu mengimbagi kecepatannya.
Hal ini terjadi bukan saja terpengaruh oleh ketinggian ilmu Ladrang Kuning
sehingga dapat bergerak lebih cepat, tetapi juga karena sudah lebih duabelas tahun

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ilmu pedang ini tidak pernah dipergunakan bersama. Apapun yang tidak terlatih, jika
menghadapi lawan tangguh akan nampak kekurangannya.
Perkelahian yang terjadi membutuhkan waktu cukup lama. Diam diam Sapta Bumi
menjadi khawatir, apabila tidak cepat-cepat dapat mengalahkan suami isteri ini,
namanya akan jatuh dan Sultan Agung tidak menghargai dirinya lagi, Khawatir
namanya jatuh ini. kemudian kakek ini melancarkan serangan lebih hebat.
Pada saat itu justru punggungnya disambar angin keras. Cepat ia menarik tangannya
ke belakang. Tangan kiri ditarik lebih dahulu dan tangan kanan menyusul. Dua siku
dibenturkan. sedang gerakan telapak tangan mengibas ke depan menghalau pukulan
Ladrang Kuning yang berbahaya.
Ia tahu benturan siku lengannya itu takkan menyentuh tubuh lawan. Tetapi pengaruh
tenaga sakti yang di salurkan ke siku akan memberikan hasil baik. Ternyata
perhitungan itu benar. Tiba tiba Ali Ngumar merasakan dadanya sesak seperti dihimpit
tenaga dahsyat. Akibatnya ia mundur dua langkah dan menarik kembali serangannya.
Akan tetapi sebaliknya Hajar Sapta Bumi sudah bergerak maju. Sebelum Ladrang
Kuning mengejar, ia sudah melancarkan tiga buah serangan untuk menahan. Sesudah
Ladrang Kuning dipaksa mundur, secepat kilat ia memijit alat pada senjatanya.
Kemudian senjata itu memanjang dan menyambar Ali Ngunar.
Ali Ngumar terkejut sekali. Untuk menghindar sudah tidak keburu lagi. Jalan satu
satunya hanya menjatuhkan diri sambil berguling guling di lantai. Hingga ia selamat
dari sambaran senjata.
Pada saat Ali Ngumar menduga bahaya lewat, ia akan bangkit meloncat. Tetapi tiba
tiba senjata Sapta Bumi menjulur lebih panjang dan menyambar dada lagi. Kalau
sampai terpukul, tentu menderita luka parah dan salah-salah nyawa melayang. Ali
Ngumar menyadari keadaan itu. Akan tetapi keadaan memang sulit.
Di saat Ali Ngumar akan mengeliat mengangkat tubuhnya, ujung senjata lawan
sudah merangsang. Dengan demikian sama dengan menyongsong maut.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Semua orang yang menyaksikan menahan napas saking tegang. Mereka mengira Ali
Ngumar akan tamat riwayatnya. Akan tetapi tiba tiba dalam keadaan gawat itu,
terdengar suara orang menggeram keras sekali. Menyusul kemudian benda hitam yang
panjang dan besar telah melayang ke arah senjata Hajar Sapta Bumi.
Trang... senjata Hajar Sapta Bumi terpental dan benda hitam itupun jatuh ke tanah.
Ketika semua orang mengamati. ternyata benda hitam yang panjang itu hanya alat
pemikul kayu. Orang yang melemparkannya pun tidak bersembunyi. 0rang itu tegak
berdiri, dan ternyata Dibyo Kukuh dari Lodaya. ia memang terkenal sebagai pencari
kayu. dan sekarang berhasil menyelamatkan Ali Ngumar.
Pada saat ujung senjata Hajar Sapta Bumi terpental, dengan sebat Ali Ngumar
meloncat ke samping. Tetapi Sapta Bumi menggoyangkan tangannya dan ujung senjata
memagut betis Ali Ngumar. Sekali tarik, tergulinglah Ali Ngumar ke lantai.
Ali Ngumar berusaha melenting ke udara, tetapi baru saja tubuhnya melayang, Sapta
Bumi sudah menyusuli lagi dengan pukulan.
Serangan berantai yang berbahaya itu dilancarkan Sapta Bumi dengan cepat sekali
sehingga Ladrang Kuning belum sempat membalas menyerang.
Untuk kedua kalinya Ali Ngumar terbanting roboh ke lantai keras sekali.
semua orang amat terkejut. Mereka mengira Ali ngumar terluka parah. Demikian
pula dugaan Sapta Bumi sendiri. Tetapi dugaan itu ternyata salah. Begitu terbanting,
secepat kilat Ali Ngumar sudah menyabatkan pedang pusaka Kyai Baruna. Bret... jubah
merah Sapta Bumi terbabat robek. Dan karena sedikit lambat, amat sayang Ujung
pedang masih berhasil merobek kaki kakek itu.
Hajar Sapta Bumi tambah marah. Luka yang diderita ini merupakan penghinaan
bagi dirinya. Geramnya,
"Sekarang engkau atau aku yang harus mati!"
Akan tetapi Ali Ngumar juga tak kalah marahnya.
Ia juga terhina karena terbanting dua kali. Setelah berhaSil merobek jubah lawan, ia

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyusuli lagi serangannya, dan tepat pada saat itu Ladrang Kuning juga sudah
mengirim serangan balasan yang tak kalah dahsyatnya.
Hajar Sapta Bumi menggeram seperti harimau. Mendadak senjatanya menyurut lagi
tinggal setengah depa. Kemudian senjata itu menyongsong untuk menangkis pedang
Ladrang Kuning.
Pedang pusaka Nyai Baruni itu luar biasa tajamnya. Hal ini juga diketahui oleh
kakek ini, maka dalam menangkis menggunakan siasat cerdik sekali. Tring... ujung
senjatanya secara tepat memukul batang pedang, dengan demikian senjatanya tidak
patah. Kemudian ia meneruskan gerakan untuk memukul Ali Ngumar.
Tepat pada saat itu Ali Ngumar maju menyerang. Sukarlah bagi dirinya untuk
menghindarkan diri. Akibatnya lengan kanan Ali Ngumar terpukul, langsung terkulai,
dan
Trang... !! pedang pusaka Kyai Baruna jatuh ke lantai.
Melihat Ali Ngumar terluka, Jim Cing Cing Goling meloncat ke tengah gelanggang.
Tetapi dua orang murid Sapta Bumi, ialah Simbar Kemlaka dan Jayeng Katon sudah
menyongsong. Hingga kakek ini dikeroyok dua.
Swara Manis yang sejak tadi mengikuti jalannya perkelahian seksama sekali, tak mau
menyia nyiakan kesempatan. Sekali tangannya menekan meja tubuhnya sudah melayang
dengan maksud untuk merampas parang Kyai Baruna. Akan tetapi celakanya berbareng
itu, Dibyo Kukuh juga sudah melesat ke gelanggang. Dengan gerakan cepat sudah
menyambar pikulannya, lalu disabatkan ke arah Swara Manis.
Buk...!! Swara Manis tak dapat menghindar. terbanting dan menCium lantai. Ia cepat
melompat bangun. Tetapi sekali lagi Dibyo Kukuh menggerakkan senjatanya, lagi-lagi
Swara Manis mcncium lantai.
Swara Manis penasaran. Ia meloncat bangun, tetapi kalah cepat dengan sambaran
pikulan Dibyo Kukuh. hingga Swara Manis kembali terbanting dan kali ini tengkurap.
Hidungnya terbentur lantai, sakitnya bukan main.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Swara Manis mencuri pandang ke gelanggang. ia melihat Jim Cing Cing Goling
menghadapi Jayeng Katon dan Simbar Kemlaka. Akan tetapi muka Jayeng Katon sudah
biru sebelah, jelas sudah terhajar oleh lawan.
Di pihak lain, Ladrang Kuning dan Sapta Bumi tak bergerak lagi. Suasana kacau
karena kawan-kawan Ali Ngumar sudah berdiri dan bersenjata.
Bagi Swara Manis., kapok kalau harus berhadapan dengan Dibyo Kukuh. Dalam hati
timbul rasa herannya, mengapa dirinya tak berdaya menghadapi pencari kayu itu?
Kemudian terpikirlah suami isteri Gendruwo Semanu dengan 18 orang anak buahnya.
Lebih baik segera memberitahu kepada mereka agar cepat membantu.
Untung sekali ketika itu sudah muncul belasan orang ke pinggir gelanggang. Kendati
mereka berpakaian cantrik, Swara Manis tahu kalau mereka itu anak buah Gendruwo
Semanu. Dengan berseri, ia berseru,-
"Syukurlah kalian cepat datang untuk membantu kami. Tetapi mana paman
Saragedug dan bibi Sintren?"
Salah seorang dari mereka menjawab angkuh,
"Ho ho, apa lagi yang harus ditakutkan? Baik satu lawan satu atau maju keroyokan,
sama saja! Langit sudah akan runtuh menutup bumi. Mana mungkin dapat lolos dari
maut? Lalu apa gunanya terburu-buru?"
Mendongkol sekali Swara Manis mendapat jawaban itu. Biasanya ia tentu marah, di
rumah sendiri dijawab seperti itu. Tetapi sekarang ini ia malah tertawa. lalu menjawab,

"Ah, memang betul."


Orang itu mengalihkan pandangannya ke gelanggang. Kedatangan mereka justru
ditugaskan oleh Gendruwo Semanu meninjau keadaan. Apabila saatnya sudah tiba,
mereka disuruh secepatnya memberitahu, kemudian sumbu bahan peledak itu akan
disulut.
Saat itu Ali Ngumar sudah dipapah Resi Sempati menuju tempat duduk. Lengan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kanan Ali ngumar yang terhajar senjata Sapta Bumi menjadi patah. Dalam usahanya
menahan sakit. tubuhnya basah kuyup oleh peluh.
Prayoga Sibuk tidak keruan, tak tahu apa yang harus dilakukan. Ia celingukan
mencari Sarini, tetapi gadis itu tak tampak batang hidungnya.
Resi Sempati yang segera merawat Ali Ngumar. Resi Sempati tersenyum ketika
memeriksa, tulang lengan itu tidak patah, berarti masih dapat sembuh. Ia cepat
menyuruh Prayoga mencari sekeping papan untuk menjepit lengan Ali Ngumar.
Tiba-tiba terdengar suara orang menjerit. disusul sesosok tubuh melayang. Ternyata
tubuh Jayeng Katon terlempar oleh tendangan Cing Cing Goling.
Apa lacur. Tubuh Jayeng Katon yang terlempar itu ke arah 18 orang prajurit
Mataram yang menyamar sebagai cantrik. Si jangkung, bernama Senggring yang tadi
mengejek Swara Manis segera menyambut tubuh Jayeng Katon sambil mengejek,
"Cepat berdiri!"
Melihat itu Swara Manis merah padam wajahnya saking marah, akan tetapi tak
berani berbuat. Kemudian ia melihat Jayeng katon tidak maju ke gelanggang lagi,
langsung ke tempat duduknya. Simbar Kemlaka yang tinggal seorang diri ketakutan. Ia
membalikkan tubuh kemudian melarikan diri. Jim Cing Cing Goling tak mau mengejar
tetapi malah berteriak,
"'Haya, lekas lari cepat! Haya, di belakangmu ada setan!"
Simbar Kemlaka benar-benar lari terkencing-kenCing saking takut. Melihat itu, 18
orang jago mataram tak kuasa lagi menahan geli. Mereka tertawa gelak-gelak, di
antara mereka malah melonjak bersorak.
Sikap orang Mataram itu menambah rasa marah Swara Manis. Dan diam-diam
timbul rasa heran, mengapa mereka tak membantu? Kemudian ia memalingkan muka ke
arah gelanggang. Ternyata kakek gurunya berdiri tegak di tengah gelanggang,
berpandangan tajam dengan Ladrang Kuning. Melihat itu cepat tahu, dua 0rang itu
sedang terlibat mengadu ilmu tingkat tinggi.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Diam-diam Sapta Bumi marah bukan main. Kali ini mengapa hanya berhadapan
dengan perempuan saja sulit mengatasi? Ia yang tinggi hati menjadi amat malu.
Kemudian mulutnya mengaum seperti Singa. Suaranya menggetarkan bumi. Akan tetapi
hampir berbareng, Ladrang Kuning sudah melengking nyaring. nadanya tinggi
menusuk telinga. Sekarang gelanggang perkelahian dipenuhi oleh suara seperti aum
singa. tetapi suara melengking seperti seruling itu masih sanggup menembus dan
mengatasi suara auman singa.
Dalam mengaum dan melengking tadi, tangan dua orang itu teracung ke depan.
Tetapi tak lama kemudian lengan mereka turun ke bawah dan masing-masing meloncat
mundur. Ternyata bekas tempat mereka berdiri, telah melesak cukup dalam, sekalipun
lantai itu dari batu hitam yang keras.
Semua orang kagum. Demikian pula 18 orang jago Mataram itu terbelalak, dan
berkuranglah rasa congkaknya. Setelah Hajar Sapta Bumi dan Ladrang Kming
berhadapan lagi dan berpandangan, semua orang menahan napas, Sedang yang paling
gelisah, Ali Ngumar yang sekarang menderita luka. _
Mariam yang juga gelisah berulang kali berdiri. Tetapi selalu dicegah oleh Swara
Manis. Karena tak kuasa menahan perasaan, gadis ini tak kuasa menahan mulut dan
berteriak nyaring,
"Ibuuuuuu .!"
Di luar kesadarannya, justru perbuatannya ini mencelakakan ibunya sendiri. Atas
teriakan anaknya itu, perhatian Ladrang Kuning terganggu. Tepat pada saat Ladrang
Kuning agak lengah. secepat kilat Hajar Sapta Bumi sudah menerjang.
Ladrang Kuning tidak menghiraukan ancaman itu. Ia tetap memalingkan muka untuk
melihat anaknya. Setelah melihat anaknya tidak apa apa, ia melesat ke samping
menghindari serangan lawan. Beginilah kasih seorang ibu. Dalam ancaman bahaya,
masih sempat memperhatikan keadaan anaknya. Maka sungguh durhaka kalau seorang
anak sampai melupakan rasa dan kasih sayang ibu. Anak demikian, tampaknya saja

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
manusia, tetapi sesungguhnya dikuasai setan.
Memang benar ladrang Kuning masih dapat menghindari terjangan Hajar Sapta
Bumi. Namun sekarang kedudukannya sudah dikuasai lawan. Hajar Sapta Bumi tidak
memberi kesempatan lagi, lalu mengayunkan senjatanya menusuk lawan.
Dalam keadaan sangat marah, Ladrang Kuning menghantam senjata lawan.
Sebenarnya separo bagian senjata kakek ini lemas. Tetapi oleh keahlian kakek itu,
senjata dapat dipergunakan selaras kehendaknya. ujungnya dapat ditolak ke samping
oleh Ladrang Kuning, tetapi pangkalnya cepat digerakkan memukul dada perempuan
itu. Untuk menyelamatkan diri. Ladrang Kuning cepat menyelinap ke belakang lawan.
Akan tetapi Sapta Bumi tak kalah gesitnya. Baru Ladrang Kuning tiba di samping,
Hajar Sapta Bumi sudah memutar tubuh ke belakang. Belum juga Ladrang Kuning
berdiri tegak, kakek itu sudah menyerang lagi.
Akan tetapi kali ini Hajar Sapta Bumi salah hitung. Di luar dugaan, Ladrang Kuning
membabat ringan pedang pusakanya. Trang... dan putuslah bagian paling ujung senjata
itu. Namun begitu ujung terpapas putus, dari batang senjata yang tengahnya berlubang
itu, berhamburan ratusan jarum halus. Suaranya riuh bagai suara tawon gula.
Sekarang semua orang -baru sadar. Bahwa Hajar Sapta Bumi yang tinggi hati dan
sombong itu, ternyata bukan ksyatria sejati. Sebab seorang ksyatria sejati, tidak akan
mau menggunakan senjata yang diperlengkapi dengan senjata gelap seperti itu.
Seorang ksyatria selalu terang-terangan, dan tabu untuk berbuat curang.
Memang senjata Hajar Sapta Bumi yang tengahnya berlubang itu berisi ribuan jarum
halus. Lebih halus dari rambut. Jarum itu akan menyerang masuk dalam urat darah
lalu mengikuti aliran darah langsung _ bersarang ke jantung. Betapapun sakti
seseorang, pasti akan binasa oleh serangan jarum itu.
Semangat Ladrang Kuning seperti terbang atas serangan curang ini. Namun dalam
bahaya ia tidak gugup. Pedang yang diputarkan seperti kitiran, berhasil menghalau
semua jarum sambil berteriak marah,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Tua bangka tak tahu malu, jahanam, keji dan bangsat busuk!"
Sebagai seorang yang sudah menggunakan sebutan Hajar, sebenarnya pantang
berbuat seperti itu. Apapun alasan yang dikemukakan, tidak mungkin dapat diterima
orang. Makin jelas bahwa sebutan Hajar yang dipakai itu, merupakan kedok, seorang
jahat yang berkedok sebagai seorang suci.
Mariam yang mendengar caci-maki ibunya itu, hatinya mengeluh. Sebenarnya ia
lebih mementingkan kebutuhan sendiri dari yang lain. Ia menjadi khawatir kalau
hubungannya dengan Swara Manis terputus. Oleh sebab itu ia segera berbisik,
"Kakang Swara Manis, ibu dan kakek gurumu sudah berkelahi mati-matian. Ah
rasanya urusan kita tidak keruan jadinya. Kakang, sekarang lebih baik kita cepat pergi
meninggalkan tempat ini, kemudian mengasingkan diri. Dengan begitu kita akan hidup
aman, bahagia dan damai."
Akan tetapi Swara Manis sedang dalam keadaan yang gelisah sekali. Kata kata
Mariam itu hanya disambut dengan dengus mengejek. Dan tiba-tiba saja sebagai
manusia licik dan licin, terkilaslah rencana busuk untuk mencelakakan orang lain dan
menguntungkan dirinya.
Bukankah ketika mendengar seruan Mariam, tadi perhatian Ladrang Kuning
terganggu dan kemudian terdesak oleh kakek gurunya?
Sungguh tolol kalau kesempatan baik ini disia siakan. Kalau usahanya berhasil, jelas
dirinya dapat membantu kakek gurunya secara tidak langsung.
Diam-diam ia memperhitungkan. Apabila Ladrang Kuning dikalahkan, rombongan
Ali Ngumar dengan gampang bisa ditumpas habis. Apabila pihaknya menang, sama
artinya usaha menggabungkan diri lagi dengan Mataram terbuka lapang. Sebab
Gendruwo Semanu tentu akan sanggup membantu mengusulkan kepada Sultan Agung.
Kemudian hari, dirinya akan mempunyai jabatan tinggi. Paling tidak menjadi Ndara
Tumenggung atau Bupati. Dan kalau sudah menyadi Bupati, Wanita cantik akan
berdatangan. Tidak seperti sekarang ini, kendati ia sudah tidak mengharapkan Mariam,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tetapi perempuan ini terus saja mengejar setiap ada kesempatan. Ia muak sekali.
"Apa katamu." tiba-tiba Swara Manis berteriak keras sekali.
Mariam terbelalak kaget. Akan tetapi celakanya perempuan ini memang buta mata
dan buta hati. Ta be!um juga insyaf berhadapan dengan setan bertubuh manusia yang
licik dan kejam. Tanpa malu-malu lagi ia memandang Swara Manis denganpandang
mata mesra, lalu berkata lagi,
"Bukankah itu lebih bagus?"
Wajah Swara Manis merah padam. Kemudian ketawa terkekeh, diteruskan mengejek,
"Apa? Perempuan hina! Perempuan rendah! Perempuan tak tahu malu. Siapa yang
sudi hidup bersama engkau?"
Mariam kaget sekali. Ia hampir tidak percaya kepada telinganya sendiri. Maka ia
bertanya,
"Kakang, apa katamu?" _
Swara Manis ketawa seperti iblis. Kesempatan ini akan dipergunakan sebaik baiknya
untuk menghancurkan hati Mariam, agar tidak terus mengejar dirinya. Bentaknya,
"Huh, masih juga engkau bertanya perempuan hina! Selama hidup aku belum pernah
bertemu dengan perempuan yang selalu mengejar lakilaki seperti engkau ini!"
Swara Manis sengaja mengucapkan kata kata ini lantang, agar semua orang
mendengar dan lebih lagi Ladrang Kuning. Akibatnya semua mata tertuju kepada
Swara manis dan Mariam, hingga perkelahian yang menegangkan antara Sapta Bumi
dan Ladrang Kuning tidak diperhatikan orang. Semua orang heran. Mengapa sepasang
kekasih itu tiba-tiba bertengkar?
Mariam tambah gugup dan mengamati Swara Manis. lalu katanya tidak lancar,
"Kakang... kakang Swara Manis... bagaimanakah kau ini? Ah... apakah maksudmu
yang sebenarnya? Apakah... eng... kau tidak lagi mencintai aku?"
Ketawa Swara Manis keras mengumandang. Jawabnya angkuh,
"Huh, sangkamu aku masih sudi kepada perempuan hina macam engkau ini?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ketika itu Prayoga sudah dapat meraba apa yang telah dipertengkarkan antara
Mariam dengan Swara Manis. Karena itu tiba tiba saja darahnya meluap dan mencaci
maki,
"Swara Manis! Engkau memang manusia bangsat!"
Untung saat itu Sarini tidak ada. Kalau Prayoga tak pandai bicara, tetapi Sarini
akan seperti burung betet kalau sudah bicara, dan tentu dapat mencaci maki Swara
Manis kalang-kabut.
Swara manis memandang Prayoga sambil menyeringai merendahkan. Lalu jawabnya
lantang,
"Hai tolol Prayoga. Apakah engkau tahu artinya bangsat? Hm, bukalah telingamu
lebar lebar. Seorang laki laki yang selalu berhubungan dan membayangi seorang
perempuan tak tahu malu seperti ini, barulah tepat disebut bangsat!"
Maksud Swara manis jelas, akan mengembalikan sebutan bangsat itu kepada
Prayuga.
Dengan tubuh gemetar saking marah dan sedih, Mariam berdiri sambil menuding
Swara Manis. Mulutnya bergerak gerak tetapi cukup lama belum dapat bersuara.
Kemudian setelah dapat bicara. ucapannya tidak lancar,
"Kau... kau... tak mau tahu... lagi... kepada anak... yang aku... kandung ini. ... ?"
Besar sekali tanggungan derita batin Mariam saat sekarang ini. Akibatnya tanpa
malu lagi ia telah membuka rahaSia pribadinya di depan banyak orang.
Ali Ngumar wajahnya pucat seperti kertas. Sedang Prayoga gemetaran tangannya.
Akan tetapi celakanya Swara Manis malah ketawa terkekeh. Pemuda itu tidak kepalang
tanggung dalam mengatur Siasat dan rencananya. Teriaknya lebih keras,
"Ha ha ha ha, Mariam pe rempuan hina! Aku baru kurang lebih setengah tahun
berkenalan dengan engkau. Akan tetapi perutmu sudah besar. Anak itu... ha ha ha. ... "
Dengan ucapan itu jelas Swara Manis ingin ingkar kewajiban.
Dengan mengucapkan kata-kata itu jelas, ia mengingkari kalau anak yang dikandung

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Mariani itu anaknya. Atau dengan kata lain, Swara Manis menuduh bahwa Mariam
sudah bukan gadis suci lagi ketika berkenalan dengan dirinya.
Ucapan Swara Manis terakhir ini merupakan pukulan batin yang amat berat bagi
Mariam. Serasa bumi yang diinjak berputar. kemudian pandang matanya menjadi
gelap, lalu huak, segumpal darah segar menyembur dari mulut. Kemudian Mariam
menelungkup di atas meja, dan darah dari mulut masih beberapa kali menyembur.
Apa yang dipercakapkan oleh Mariam dan Swara Manis itu didengar jelas oleh
Ladrang Kuning. Akan tetapi karena sedang menghadapi Hajar Sapta Bumi. maka
Ladrang Kuning menahan hati dan tak dapat berbuat apa apa. Namun dalam hati
perempuan ini sudah memutuskan, selesai perkelahian akan mencincang tubuh laki laki
penipu itu.
Namun setelah mendengar suara anaknya yang terus-menerus muntah darah, hati ibu
ini gelisah bukan main. Secara nekat ia menyerang Sapta Bumi. Setelah lawan mundur,
ia cepat meloncat ke luar gelanggang menghampiri Mariam. Anaknya memerlukan
pertolongan secara cepat kalau tidak menginginkan tambah men derita dan salah salah
tak dapat ditolong lagi.
Celakanya Hajar Sapta Bumi tak mau memberi kesempatan. Pada saat Ladrang
Kming melompat menghindar, cepat-cepat ia menyabat punggung wanita itu. Apa boleh
buat, terpaksa Ladrang Kuning harus menghalau serangan maut itu lebih dahulu.
Begitu membalikkan tubuh, segera melancarkan tiga serangan berturut turut
sehingga Hajar Sapta Bumi di paksa mundur beberapa langkah. Tetapi ketika Ladrang
Kming akan berputar tubuh menuju tempat Mariam, senjata Sapta Bumi sudah
mengancam punggung lagi.
Sebenarnya saja saat ini seluruh perhatian tertuju kepada Mariam, dan tidak ada
nafsu berkelahi lagi. Akan tetapi karena lawan tetap mendesak. terpaksa ia melayani.
Meskipun demikian sambaran pedang sudah tidak sehebat tadi.
Swara Manis puas sekali siasatnya mendapatkan hasil. Melihat Mariam sudah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
muntah darah, ia tak mau menghiraukan lagi lalu ketawa mengejek dan Sikapnya
tambah mengejek. Orang yang melihat merasa kasihan kepada Mariam. Tetapi karena
kurang tahu masalahnya, mereka tak dapat berbuat apa apa.
Jim Cing Cing Goling amat marah, demikian pula kawan kawannya. Mereka
menatap Swara Manis dengan mata berapi. Sesungguhnya ingin sekali menghajar
pemuda licik itu sampai puas. Malah kemudian ada beberapa orang yang sudah
bergerak. Akan tetapi dengan tenang Ali Ngumar mencegah.
"Sudahlah, biarlah dia memetik buah tanamannya sendiri."
Kendati mulut berkata begitu, sebenarnya hati dan perasaan ayah kandung ini remuk
redam. Bagaimana pun Mariam merupakan anak tinggal. Seluruh kasih dan sayangnya
selalu diberikan kepada Mariam, dan malah setengah dimanjakan. Akan tetapi sebagai
seorang ksatriya ia menekan perasaan agar tidak diketahui orang lain.
Akan tetapi Prayoga sudah tidak kuasa menahan perasaannya. Sambil meloncat ke
tempat Swara Manis, ia berteriak memanggil Sarini,
"Sarini. Hayo kita berdua bekerja. Jangan lepaskan bangsat itu!"
Tidak terdengar suara Sarini manyahut. Dan ketika semua.. orang mencari, gadis itu
tidak tampak. Sekarang rombongan Ali Ngumar menjadi gempar. Mereka tidak tahu
kemana bocah itu pergi. Akan tetapi nyatanya tidak ada. Mereka saling pandang,
kemudian mereka menjadi khawatir.
Di tengah orang orang sibuk mencari ke mana gadis itu pergi, mendadak Prayoga
roboh terguling kemudian kejang tidak bedanya orang menderita sakit ayan. Sebab dari
mulutnya keluar buih putih.
"Kurang ajar! Tentu minuman yang dihidangkan bangsat itu sudah dicampur dengan
racun!" teriak beberapa orang dan marah.
Rombongan tamu menjadi tambah gempar.
Peristiwa susul menyusul itu seperti sudah diatur. Mariam muntah darah memang
masih bisa ditolong. Akan tetapi Sarini yang hilang, orang belum yakin dapat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menemukan kembali. Belum sempat mencari, Prayoga 'sudah roboh.
Semua orang sependapat, bahwa semua ini memang sudah diatur dan diperSIapkan
oleh tuan rumah. Tetapi justru mencari kemenangan dengan perbuatan curang seperti
ini, semua orang tidak dapat menerima.
Bagaimanapun kalah atau menang asal perkelahian secara ksyatria, para tamu akan
puas. Akan tetapi kalau kekalahan yang diderita akibat perbuatan curang, semua orang
merasa dihina.
Mereka yang tak kuasa menahan mulut sudah men caci maki kalang kabut. Semua
caCi maki tertuju kepada tuan rumah, dan perkelahian secara tawuran sulit sudah
dihindarkan lagi apabila tuan rumah tidak mau mengakui perbuatannya.
Kita tinggalkan dahulu mereka yang sedang hiruk pikuk itu. Kita ceritakan kembali
gadis lincah Sarini yang tabah dan berani. Ketika gadis ini sadar dari pingsannya, ia
hampir berteriak. Sebab ia merasakan tangan dan kakinya sudah dapat digerakkan lagi.

Sucitro dan Sutirto yang melihat Sarini keheranan, seperti berebut menjelaskan,
"mBakyu, kami berdua telah mendapat hadiah kakek guru, kami diberi pelajaran
tentang pijit dan mengurut tulang. Sekarang ternyata ilmu tersebut berguna untuk
menolong mbakyu."
Mendengar penjelasan itu, baru sadarlah Sarini sudah ditolong oleh dua bocah ini.
Kemudian ia duduk dan bernapas, terasa pula dadanyamasih agak sakit, tetapi tidak
mengganggu kesehatan. Sama sekali tidak di sadari oleh Sarini, bahwa semua yang
dialami sekarang ini merupakan pengaruh ajaib air mustika dalam batu yang sudah
diminum. Kalau saja dirinya belum minum air itu, mungkin juga Sarini sudah tak dapat
tertolong lagi jiwanya.
"Hayo. sekarang kita harus secepatnya mencari lorong di bawah tanah itu!" ajaknya
sambil meloncat bangun. Namun belum juga Sarini bergerak, dari pintu lubang di atas
terdengar orang berseru, memanggil.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Paman Sontrang Jiwa!"
Sarini cepat memungut besi sambil memberi isyarat dengan mata kepada dua bocah
itu. Untung Sucitro cepat dapat menangkap maksud Sarmi, cepat menjawab,
"Paman Sontrang Jiwa maSih di dalam sana."
Beberapa sosok tubuh berloncatan turun ke dalam lubang. Mereka berjumlah enam
orang.
Sarini tidak gentar. Dalam hatinya yakin masih sanggup mengatasi enam orang
tersebut. Maka sebelum mereka sadar akan keadaan, Sarini menerjang dan menyerang.

Cantrik paling depan yang merasa disambar hawa pukulan, mengira yang memukul
itu Sontrang Jiwa. Teriaknya gugup,
"Paman Sontrang Jiwa... ampun....."
Tetapi belum selesai berkata, ujung besi sudah bersarang di dada. Sekali dorong
orang itu jatuh terlentang dan menjatuhi tiga orang kawannya. Ketika mereka jatuh
saling tindih. Sutirto dan Sucitro sudah membantu dan memukul. Sedang Sarini sudah
menerjang ke depan lagi, dan secepat kilat ia mencekik dua orang cantrik yang lain.
"Berani berteriak, awas! Nyawamu akan melayang." Ia mengancam.
Karena beberapa orang kawannya menggeletak di tanah hampir mati, dua cantrik itu
ketakutan setengah mati. Maka tubuhnya menggigil dan wajah pucat.
Sarini menyeret dua orang itu ke ujung dinding,
"Huh, kalau tak mau mengaku, kubunuh!"
Dua orang cantrik itu ketakutan setengah mati.
"Lekas katakan!" bentak Sarini lagi.
"Siapakah yang tahu tentang jalan di bawah terowongan ini, yang menembus sampai
di bawah tempat gelanggang perkelahian? Jika berdusta, aku penggal kepalamu!"
Salah seorang cantrik itu menyahut dengan tak lancar,
"Sudah sepuluh tahun lamanya aku menjadi murid di padepokan ini. Tetapi demi

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tuhan, belum pernah aku dengar tentang hal itu."
Yang lainpun menerangkan, kecuali terowongan ini tidak ada lain lagi. Sarini
membanting banting kakinya saking gemasnya, membenturkan dua orang itu ke
dinding, sehingga mereka pingsan.
"Tak mungkin! Tidak mungkin!" Sarini penasaran.
"Kalau benar jalan di bawah tanah ini tidak ada, lalu bagaimana mereka dapat
memasang bahan peledak?"
Tiba tiba Sucitro dan Sutirto berseru berbareng,
"Apa maksud mbakyu?"
"Huh, engkau anak keCil tahu apa!" bentak Sarini.
"Benar, benar! Memang tidak tahu apa apa. Tetapi bahan peledak itu?"
wajah Sarini berseri kembali, karena menduga dua bocah ini termasuk cucu murid
yang disayangi Hajar Sapta Bumi. Tentu saja banyak mengetahui rahasia padepokan.
Namun di saat lain, timbullah rasanya yang tak percaya. Ia tak percaya. Bukankah
beberapa hari yang lalu dua bocah ini dihukum gantung dan tidak tahu di luar?
"mBakyu. apa sebabnya engkau tak mau bertanya lagi?" desak Sucitro.
Sarini menghela napas. Terpaksa ia menuturkan tentang kemungkinan terjadinya
bencana di padepokan ini. Para tamu dari Mataram sudah merencanakan perbuatan
jahat, untuk meledakkan padepokan.
Mendengar itu Sucitro dan Sutirto saling pandang beberapa saat. Tiba tiba Sutirto
bertanya,
"mBakyu. bukankah orang yang memasang bahan peledak itu tubuhnya gemuk
pendek?"
"Aku kurang jelas," sahut Sarini. Tetapi sejenak kemudian Sarini bertanya,
"Apakah engkau tahu?"
"mBakyu, kemarin seorang gemuk pendek dan seorang yang tubuhnya tinggi besar
lewat di depan kamar tahanan kami. Mereka membawa bungkusan besar. Kami tidak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
mendengar seluruhnya yang mereka bicarakan, kami hanya tahu sedikit, mereka bicara
soal bahan peledak. Akan tetapi ah... beberapa saat kemudian mereka lewat kembali di
depan kamar tahanan kami, dan tidak lagi membawa apa apa."
"Benarkah itu?" Sarini timbul harapan lagi.
"Kami menceritakan sebenarnya."
"Kalau begitu, jelas terowongan ini masih mempunyai tembusan lagi. Jadilah kita
sekarang mencari secara teliti!"
Akan tetapi kendati cukup lama mereka berusaha mencari, mereka mengorek sana
dan mengorek sini, belum juga mendapat hasil apa apa. Terowongan di bawah tanah
ini tetap sebuah terowongan tunggal yang panjangnya tidak lebih delapan tombak.
Kalau dua orang itu kemarin lewat di depan kamar tahanan Sucitro dan Sutirto,
mereka jelas menuju ujung terowongan. Maka setelah menimbang, Sarini segera
memukul dinding terowongan sampai ke ujung. Akan tetapi tetap saja tidak
menghasilkan. Saking gemasnya Sarini membanting besi itu ke tanah. Trang... .
"Hai. . " ia berteriak kaget. Satu hal yang aneh tanah bisa menimbulkan suara
gemerontang, kalau tanah itu tidak berlubang. Tiba-tiba Sarini ketawa gembira,
katanya lagi,
"Hi hi-hik. pantas saja kita tak berhasil mencarinya, karena kita hanya menyelidiki
bagian atas."
Saking gembira, Sarini sudah melonjak-lonjak tidak bedanya anak kecil.Tetapi lantai
terowongan ini memang tanpa ciri yang mencurigakan. Untuk membuka bagian itu,
Sarini terpaksa harus menggunakan besi tersebut untuk mengungkit. Akhirnya setelah
beberapa lama berusaha, ia berhasil mengungkit dua batu ubin warna hijau. Kemudian
di bawahnya diketemukan besi penutup berikut kunci. Cepat-cepat Sarini memutar
kunCi itu ke kanan dan ke kiri. Tiba-tiba terbukalah sebuah lubang bentuknya persegi.
Dan besarnya sama dengan mulut terowongan di atas.
Sarini bernapas lega. Ia cepat mengajak dua bocah itu masuk dalam terowongan.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Gelapnya bukan main. Sejenak Sarini membiasakan matanya lalu menyusur maju.
Namun sudah beberapa saat lamanya, bahan peledak itu belum juga dapat ditemukan.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja mereka mendengar suara hiruk pikuk berasal
dari bagian atas. Sarini berdebar-debar, namun sejenak kemudian gembira. Serunya,
"Ah, ternyata di sinilah terowongan itu. Ya, suara hiruk-pikuk dari sebelah atas itu
jelas menandakan tempat perkelahian. Marilah cepat kita berpencar dan mencari' di
mana bahan peledak itu dipasang.'_'
Namun sebelum mereka berbuat, tiba-tiba dari atas sudah terdengar Suara orang
ketawa terkekeh-kekeh.
"Celaka! Yang tertawa terkekeh itu tentu Saragedug dan isterinya. Ah mungkin sekali
mereka akan turun ke mari dan menyulut bahan peledak itu. Celaka! Kalau usahaku tak
berhasil dan mereka keburu masuk, mampuslah kita!" Sarini mengeluh.
Sarini tidak membuang waktu lagi. ia mendahului melangkah ke depan. Belum
beberapa jauh kembali terdengar suara duk-duk, dan Sarini kembali tertegun.
Pada saat itu ia merasakan getaran keras dan dari langit terowongan berguguran
pasir dan kapur.
Sarini menjadi semakin yakin. Cepat ia memberitahu Sucitro dan Sutirto, bahwa di
atas terowongan ini gelanggang perkelahian.
"Ah benar!" sambut dua bocah itu.
"Itulah kakek guru sedang menunjukkan kesaktiannya. Ia menginjak hancur lantai
batu. Kalau tidak begitu. tidak mungkin kapur dan pasir berguguran seperti itu."
Sarini sependapat dengan dugaan dua bocah itu. Tetapi baru saja akan menyuruh
supaya berpencar mencari bahan peledak, tiba-tiba telinganya menangkap suara orang
bercakap-cakap. Jantungnya berdetak keras sekali, karena mereka itu Gendruwo
Semanu.
"Kakang, ah!" seru Sintren.
"Terowongan di bawah tanah ini tentu sudah dibuka orang. ih... mengapa terdapat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
beberapa mayat orang? Aduh... Jangan-jangan rencana kita sudah bocor!"
"Denok, jangan cepat cemas dan gelisah." Saragedug menghibur.
"Siapakah orangnya yang berani berbuat begitu? 'Huh, apakah orang itu sudah
bosan hidup?"
Mendadak saja Sarini melihat_api menyala. Ahh, suami-isteri itu tentu sudah
menyulut bahan peledak. Sarini amat cemas. Namun ketika ia menengadah, ia melihat
sesuatu yang menonjol di langit terowongan.
Tanpa membuang waktu lagi. ia meloncat ke atas dan menarik benda itu ke bawah.
Ketika memeriksa, benar benda itu merupakan potongan sumbu yang menyambung
keluar, langsung menuju ke kamar Gendruwo Semanu. Dengan gugup Sarini segera
mengerahkan tenaga untuk memutuskan sumbu.
"Hi-hi-hik, Silahkan menyulut! Habis menyulut, kamu tentu lari terbirit-birit. Akan
tetapi hi-hi-hik. benda itu takkan meledak karena sumbunya telah kuputus.
Namun api itu mendadak padam.
"Hai, apa sebabnya kau padamkan api itu?" tegur Saragedug.
"Hemm." sahut isterinya.
"Kalau ada orang yang mengetahUi rencana kita dan sumbu itu diputus orang,
bukankah jerih payah kita akan Sia-sia belaka?"
Ia berhenti dan mengamati suaminya. Baru kemudian ia meneruskan,
"Hem, kalau belum memeriksa tempat peledak ilu dipasang sekali lagi. aku belum
puas. Di atas orang masih terus berkelahi. Tidak ada halangannya kalau kita
meluangkan waktu sejenak untuk meninjau tempat peledak itu dipasang."
"Ah benar. Ya. engkau memang teliti isteriku. Kalau sampai terjadi begitu, memang
akan sia-sia saja usaha kita ini."
Ketika Saragedug mengucapkan kata-kata yang terakhir ini, suaranya sudah dekat
sekali dengan tempat Sarini. Gadis ini kelabakan setengah mati. Untuk melawan dua
orang itu tidak mungkin. Saking gugupnya Sarini lari membawa bahan peledak itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menuju ujung.
Namun kemudian mereka terhenti. karena terdengar suara Saragedug yang
melengking tajam menusuk telinga. Menyebabkan Sarini dan dua bocah itu berdiri bulu
kuduknya.
"Hai! Siapa yang berani mengganggu pekerjaan kami? Hayo keluarlah! Seorang
jantan seharusnya tidak main sembunyi macam tikus clurut!"
Sarini geli mendengar tantangan Saragedug itu. Sayang sekali gadis ini memang
kurang dapat menguasai mulutnya. hingga ketawa cekikikan. Tanpa disadari. bahwa
suara ketawa itu sama halnya menunjukkan tempatnya bersembunyi.
Masih untung suami-isteri itu tidak berani gegabah menyerbu masuk. Perlu
diketahui, suami-isteri itu memang mempunyai watak yang berlawanan. Saragedug
sembrono dan berangasan, sedang isterinya cermat dan teliti. Ketika mereka tiba di
tempat bahan peledak diSimpan, Sarini sudah bersembunyi lima tombak jauhnya.
Ketika menemukan sumbu terputus dan bahan peledak lenyap, Saragedug kaget
setengah mati. Padahal rencana itu amat rahasia, dan Hajar Sapta Bumi sendiri juga
tidak tahu. Mereka yang tahu hanya 18 orang anak-buahnya, tetapi mengapa bisa
bocor? Karena itu menurut dugaannya, hanya seorang sakti sajalah yang mampu
mencuri pembicaraan dan rencana itu.
Dugaannya ini yang menyebabkan ia tidak berani gegabah menyerbu. Demi
mendengar suara orang tertawa, yakinlah mereka bahwa yang mengacau rencananya
itu memang sakti mandraguna.
Dugaan ini kemudian dikaitkan dengan keberhasilan orang itu memutuskan sumbu
dan mengambil bahan peledak, akan tetapi orang itu tidak secepatnya pergi. Karena itu
harus hati-hati dalam menghadapi.
Akan tetapi sesudah beberapa saat lamanya Saragedug menimbang-nimbang.
timbullah tekatnya unuk menerjang. Namun isterinya cepat mencegah,
"Kakang, kita jangan sampai terkubur Sia-sisa di tempat ini. Bukankah 18 orang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
anak-buah kita sudah pergi dan kita sekarang tinggal dua orang? Kalau kita ribut dan
Hajar Sapta Bumi tahu, kita akan celaka. Ah, jika sampai begitu, bukankah kita akan
tergencet ditengah dan kita pula yang rugi? Hem, lebih baik aku sajalah yang
membereskan."
Saragedug mengerti maksud isterinya. Ia setuju dan menyerahkan kepada isterinya.
"Kami kagum akan kesaktian saudara'" seru Sintren sambil melangkah maju.
"'Namamu amat harum di seluruh penjuru dunia dan dipuji orang. Apabila saudara
sedia bekerja sama dengan kami dan suka membantu urusan ini, kami takkan
melupakan budi kebaikan dan bantuan saudara, selama hidup."
Sarini segera tahu tentang apa sebabnya mereka tidak segera menerjang. Karena . ia
terus bergerak mundur menjauh. ia telah memperoleh gemblengan gurunya Ali
Ngumar, kemudian dibina Kigede Jamus. lalu mendapat tambahan minum air mustika
dalam batu. Maka gerakannya menjadi semakin ringan dan halus sekali. Akan tetapi
setelah ia memalingkan muka ke belakang tubuh. ia mengeluh.
Terowongan itu ternyata buntu. Walaupun ada, dalam saat sekarang ini sulitlah bagi
Sarini untuk mencarinya. Sebagai akibatnya, ia sibuk bukan main.
"Denok, agaknya sahabat sakti itu tak mau memperdulikan permintaan kita,"
tiba-tiba Saragedug berkata.
.Akan tetapi isterinya belum putus asa, ujarnya,
"Saudara, ketahuilah. Kami suami-isteri bernama Saragedug dan Sintren, dan oleh
orang diberi julukan Gendruwo Semanu. Akan tetapi yang jelas kami manusia biasa
dan bukan gendruwo sungguhan. Karena baru pertama kali ini kami berkunjung ke
Banyumas, kami tak tahu tentang sahabat-sahabat lain di daerah ini."
Sintren berhenti mencari kesan . Sejenak kemudian baru meneruskan.
"Saudara. kami mohon maaf atas kelalaian kami berkunjung lebih dahulu ke tempat
kediaman saudara. Terus terang saja kami tidak bermaksud jelek, kecuali hanya ingin
berkenalan dengan saudara. Ah, mengapa saudara tidak menjawab? Apakah benar

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
benar saudara tak sudi berkenalan dengan kami?"
Pandai juga Sintren menyusun kata-kata yang diucapkan. Nadanya merendahkan diri
dalam usaha mengambil hati. Sebab mereka tetap saja mengira bahwa yang mereka
hadapi sekarang ini seorang sakti mandraguna.
Sarini agak lapang juga dadanya mendengar itu. Memang dalam keadaan terdesak
seperti sekarang ini tidak ada jalan lain kecuali harus nekat. Kalau dua 0ang itu berani
maju menyerang, ia sudah siap menyambut dengan bahan peledak yang maSih
dibawanya. Sekalipun tidak meledak. tempat bahan peledak itu tentu peCah berantakan.
Dan ia sudah tidak perduli lagi dirinya binasa pada kesempatan ini. yang penting asal
semua orang di atas sana selamat.
Bertekat seperti itu, yang sedia mati untuk menyelamatkan ratusan manusia yang
lain, merupakan perbuatan terpuji. ia tidak membutuhkan puji sanjung orang. Ia tidak
membutuhkan orang orang tahu atau tidak usahanya menyelamatkan padepokan dan
ratusan orang di dalamnya. Yang penting sedia mati demi membela manusia lain.
Kalau dipikir, semua manusia di dunia ini semua akan mati. Apa sebabnya takut mati?
Setelah hatinya bulat. Sarini menyambut kata kata Sintren itu dengan ketawa dingin
dan nadanya menghina. Mendengar suara ketawa itu, Saragedug dan Sintren tercekat. '

"Kalau saudara benar-benar tak mau menampakkan diri dan keluar, terpaksa kami
maju dan mohon petunjuk," tambah Sintren, nadanya mengancam.
Untung Sarini gadis cerdik dan tabah. Dalam menghadapi bahaya ini, otaknya masih
dapat bekerja dengan baik.
"Hem, siapakah kalian ini? Gendruwo Semanu? Hm, karena takut, kalian lalu main
gertak sambal! Sangkamu aku tidak tahu? Ho-ho, sungguh mengherankan sekali
mengapa raja Mataram sampai tertipu dan mengutus orang macam kalian yang tak
berguna."
Suami-isteri itu makin menjadi-jadi keheranannya. Dari nada suaranya, jelas, orang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
yang belum menampakkan diri itu wanita. Akan tetapi mengapa begitu berani? Menurut
pengetahuan mereka, dewasa ini tokoh wanita yang paling menonjol, tinggal Ladrang
Kuning. Pada hal menurut laporan anak-buahnya, Ladrang Kuning saat ini 'sedang
terlibat berkelahi dengan Hajar Sapta Bumi. Lalu Siapakah gerangan wanita yang
bersembunyi dalam terowongan ini?
Sarini sudah bulat tekatnya. Tempatnya yang gelap membantu dirinya. Jika di tempat
bebas dan terang, tidak mungkin dirinya mendapat kesempatan mempermainkan
Gendruwo Semanu ini.
"mBakyu," katanya lagi.
"Sudilah engkau memberitahukan nama mbakyu yang mulia. Memang kami suami
isteri merupakan orang-orang tak berguna. Tetapi jika hendak mengganggu pekerjaan
kami, keliru kalau menganggap pekerjaan gampang!" "
Sarini menggunakan akal untuk mengulur waktu. Yang diharapkan mudah-mudahan
akan terjadi sesuatu yang tak terduga, kemudian dapat menolong kesulitannya.
"Huh, kamu akan berani jual lagak di depan bendara putri?" sahut Sarini kemudian.
"Huh, kamu terlalu berani menghadapi aku dan melakukan pengacauan disini. Huh,
apakah engkau tidak mau menghargai yang mbaureksa sebagai penunggu Gunung
Slamet ini? Dan apakah engkau tidak kenal kepada nenek sakti Naga Gini? Huh,
mengapa engkau tak cepat berlutut dan menyembah kakiku?"
Sarini memang sulit dapat menirukan nada suara laki-laki. Karena itu kemudian Ia
nekat mengaku sebagai nenek Naga Gini. Sama sekali di luar tahunya. bahwa nenek
Naga Gini Itu sudah meninggal lama Sekali.
Sudah barang tentu Gendruwo Semanu kaget mendengar nama itu. Dan memang
nenek itu ditakuti oleh semua orang ketika masih hidup. Tetapi sekarang, perempuan ini
mengaku yang mbaureksa Gunung Slamet. Apakah arwah nenek sakti itu sekarang
menjadi demit? Timbulnya dugaan ini justru menyebabkan mereka lebih hati-hati.
Kemudian mereka berdiri berjajar, merupakan sikap yang biasa mereka lakukan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
apabila berhadapan dengan bahaya.
Andaikata Sarini hati-hati membuka mulut, sekurang-kurangnya suami-isteri
Gendruwo Semanu ini masih tetap ragu dan tak berani bertindak dalam waktu cukup
lama, seperti maksudnya untuk mengulur waktu, sampai datang pertolongan dan
kawan-kawannya. Akan tetapi celakanya gadis ini cerewet dan mempunyai kebiasaan,
kalau sudah bicara lalu sering lupa menahan mulut. Hal-hal yang seharusnya tidak
perlu diucapkan, kadang-kadang terlanjur diucapkan.
Dan celakanya, pengakuannya sebagai nenek Naga Gini ini tidak dipercaya orang.
Karena itu ia berseru lagi lebih garang,
"Huh! Kamu memang manusia tidak tahu adat. Baru dengan muridku saja engkau
tidak kenal. Hem, apa yang akan kamu pamerkan berani berhadapan dengan aku?"
Justru keterangannya inilah yang merusak kedudukannya sendiri. Sudah tentu yang
dimaksud dengan "muridku". tidak lain Ladrang Kuning. Padahal sesungguhnya
Ladrang Kuning itu bukan murid langsung. Ladrang Kuning hanya mendapatkan
pelayaran ilmu sakti nenek Naga Gini lewat guratan dan lukisan pada dinding goa di
bawah air.
Sebagai suami-isteri yang sakti dan luas pengetahuan, sudah barang tentu mereka
tahu benar akan riwayat hidup nenek Naga Gini. Jelas bahwa selama hidup nenek itu
tidak mempunyai seorangpun murid. Keterangan Sarini ini justru malah membuka
kesadaran suami isteri ini, bahwa mereka ditipu mentah-mentah.
"Huh, engkau pembual tak tahu malu!" bentak Sintren.
"Aku tahu pasti, nenek Naga Gini selama hidupnya tidak pernah punya murid!"
"Kau benar!" sambut suaminya.
"Mari kita cepat bertindak. Kalau terlambat, rencana kita akan berantakan."
Kendati terpisah beberapa tombak jauhnya, tetapi gerakan suami-isteri itu luar
biasa.
Gerakan suami-isteri yang disebut Gendruwo Semanu itu benar-benar menyerupai

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bayangan dan tahu-tahu mereka sudah di depan Sarini. Dengan matanya yang tajam,
tokoh itu segera melihat bahwa yang berdiri di depannya ini. hanya seorang anak
perempuan saja. Dan kini semakin sadarlah mereka, telah ditipu mentah-mentah oleh
bocah.
Akan tetapi celakanya Sarini masih belum menyadari_bahaya yang dihadapi. Ia
belum insyaf bahwa sandiwara yang dimainkan itu sudah diketahui orang. Ia malah
maSih berani berlagak dan mengancam,
"Eh! Kenapa kamu belum juga angkat kaki dari tempat ini? Apakah kalian memang
sudah bosan hidup dan ingin jadi demit seperti aku juga? Jika. ... "
Belum juga Sarini selesai mengucapkan kata kata nya, Saragedug sudah menyerang.
Seketika itu juga Sarini merasa seperti dilanda oleh hawa panas sekali dan amat
terkejut.
Memang Saragedug telah berhasil mempelajari dan menguasai hawa panas seperti
lahar gunung berapi. Sebaliknya isterinya telah berhasil meyakinkan ilmu yang dapat
memancarkan hawa dingin. Karena dua orang itu mempunyai ilmu pukulan yang
berlawanan, maka sukarlah bagi lawan untuk menghadapi.
Sarini meloncat mundur. Ia benar benar tidak tahan kepada sambaran hawa panas
itu. Akan tetapi celakanya Saragedug sudah marah. Dengan geram ia sudah meloncat
menerkam lengan Sarmi.
Sarmi terbentur jalan buntu. Tak mungkin ia mundur lagi. Karena gugup, ia
meloncat menghindarkan diri. Akan tetapi ah celaka. di situ ia disambut dengan hawa
yang amat dingin sekali sehingga tubuhnya menggigil kedinginan secara tiba tiba. Ia
masih nekat melenting ke atas. Ternyata dengan jalan itu dirinya aman dari bahaya.
Dengan cara berloncatan seperti itu, untuk sementara waktu ia dapat lolos dari bahaya.
Dan dalam keadaan terpojok seperti ini, ia mempersiapkan bahan peledak untuk
menyerang.
Sayang, sebelum bahan peledak itu sempat dilontarkan, suami isteri itu telah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
mendesak dan tak memberi kesempatan lagi.
"Aduh...!" tiba tiba Sarini menjerit kesakitan karena tahu tahu lengannya seperti
dijepit oleh besi. Bahan peledak yang dipegang, jatuh ke tanah.
Dengan cepat Sintren sudah menyambar bahan peledak itu. Sesudah memeriksa
sebentar, ia berkata,
"Kakang, sumbunya masih bisa disambung. Jagalah budak itu. Aku akan
memasangnya lagi."
Saragedug mengiakan.Ia menepuk bahu Sarini. Dan seketika Sarini merasakan
tenaganya lenyap dan jatuh terduduk di atas tanah. Tetapi kendati tidak dapat ber kutik
lagi, matanya masih dapat melihat dengan jelas bahwa suami-isteri itu sekarang sibuk
memasang sumbu bahan peledak. '
Sesudah sumbu selesai dipasang, mereka menyulut dengan cepat. Sumbu menyala,
dan secara cepat sekali api itu menjalar mendekati bahan peledak.
Sudahlah, untuk mengurangi rasa tegang, sebaiknya kita tinggalkan dahulu saja,
Sarini di terowongan itu. Sekarang kita kembali menjenguk keadaan di atas, di
gelanggang perkelahian yang sudah kacau.
Seperti telah diceritakan di bagian depan, Prayoga roboh terguling dan mulutnya
mengeluarkan buih seperti penderita sakit ayan. Menyaksikan keadaan pemuda itu
semua orang gempar. Kesan para tamu menuduh bahwa Hajar Sapta Bumi telah
berbuat curang. Minuman yang dihidangkan telah dicampur dengan racun. Mereka
tidak menyadari bahwa tuduhan itu tidak berdasar. Kalau minuman itu bercampur
dengan racun, tentu yang menderita bukan Prayoga seorang. Sebab yang lainpun juga
minum.
Akibat dari tuduhan itu, terjadilah hiruk-pikuk.
Orang orang yang berpihak kepada Ali Ngunar segera berteriak,
"Manusia busuk yang tidak tahu malu! Engkau mengangulkan diri sebagai seorang
angkatan tua yang sakti dan menyebut dirinya Hajar pula, tetapi buktinya maSih

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
sanggup melakukan perbuatan sekeji itu. Huh huh, dengan tipu muslihat engkau telah
memerintahkan orang orangmu mencampurkan racun dalam minuman."
Hajar Sapta Bumi marah sekali dicaCi maki orang seperti itu. Akan tetapi ketika
melirik ke arah Prayoga, diam-diam iapun terkejut.
Gangguan ini menyebabkan ia lupa sedang berhadapan dengan Ladrang Kuning.
Karena tertegun, hampir saja ia menderita oleh pukulan Ladrang Kuning. Untung ia
seorang cerdik di samping sakti, sehingga masih dapat menyelamatkan diri baik
sekali.
Akan tetapi keadaan sudah menjadi semakin panas. Mereka yang menuduh pihak
tuan rumah telah melakukan perbuatan curang, segera hendak maju dan mengeroyok
Hajar Sapta Bumi.
Melihat gelagat tidak baik. Swara Manis segera mengeluarkan ular Gadung Dahana.
Dengan memutarkan ular tersebut, para pengeroyok tidak berani maju.
"Berhenti! Semua berhenti!" tiba-tiba Hajar Sapta Bumi membentak nyaring sambil
melompat mundur.
Teriakan nyaring dari Hajar Sapta Bumi itu amat berpengaruh sekali. Semua orang
tertegun. Ladrang Kuningpun berhenti.
Hajar Sapta Bumi segera hendak menjelaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak
melakukan perbuatan curang itu. Tetapi sebelum ia sempat membuka mulut, tiba-tiba
terdengar suara orang berseru dingin,
"Hem, bocah itu tentu terkena racun gerombolan penyamun Surcgendilo. Dengan
begitu tidak ada sangkut pautnya dengan padepokan Gunung Slamet."
Ketika orang memalingkan muka ke arah orang itu, ternyata orang yang bicara
seorang pendek berkulit hitam yang duduk diantara 18 orang jago Mataram. Ucapan
orang itu dapat meredakan suasana yang tegang.
Pada saat itu keadaan Prayoga sendiri sudah berangsur baik. Buih yang keluar dari
mulutnya makin berkurang. Sedang wajah yang semula pucat sekarang sudah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
berangsur memerah lagi.
Dengan menahan rasa sakit pada lengannya, Ali Ngumar menghampiri muridnya dan
memeriksa pernapasannya. Urat nadi pemuda itu berjalan seperti biasa. Tak ada
tanda-tanda terkena racun. Sudah tentu Ali Ngumar menjadi heran. Kalau tidak terkena
oleh racun, mengapa secara mendadak muridnya tadi jatuh terguling dan mulutnya
mengeluarkan buih? Apakah muridnya itu mempunyai penyakit ayan? Ah. setahuku
selama ini Prayoga tidak pernah mempunyai gejala penyakit ayan.
Tiba-tiba Prayoga bersuara seperti orang baru bangun dari tidur dan mimpi indah.
Ia minta supaya semua orang kembali ke tempat masing-masing. Baru selesai ia
berkata, tiba-tiba terdengar jeritan ngeri.Jeritan itu berasal dari mulut Mariam.
Keadaan Mariam saat ini memang sudah amat payah. Ia menderita guncangan batin
yang hebat sekali sehingga kandungannya bergerak keras. Akibatnya, begitu menjerit,
mulutnya kembali menyemburkan darah segar.
Untung sekali saat itu Ladrang Kuning sudah menghampiri. Ketika ibunya memeluk.
Mariam masih dapat mengenalinya. Tetapi tenaganya sudah habis. Sekalipun bibirnya
bergerak-gerak, tetapi tidak dapat mengeluarkan suara apa-apa.
Melihat keadaan puterinya sedemikian rupa, kemarahan Ladrang Kuning meledak
lagi. Ia mendelik ke arah Swara Manis. Kebetulan pada saat itu Swara Manis justru
sedang memandang ke arah Mariam. Melihat mata Ladrang Kuning berapi-api. jantung
Swara Manis seperti berhenti.
"Bangsat! Engkau takkan lepas dari tanganku!" diam-diam Ladrang Kuning
mencaci-maki.
Yang paling penting ia harus menyelamatkan jiwa puterinya lebih dahulu. Oleh
karena itu ia segera menolong anaknya dengan memberi penyaluran tenaga sakti. Tak
berapa lama Mariam sadar dan menangis.
"Sudahlah, jangan menangis," hibur Ladrang Kuning.
"Aku yang akan membalaskan sakit hatimu."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Mendengar ancaman itu, Swara Manis takut setengah mati. Ia percaya apabila
sampai tertangkap oleh Ladrang Kuning, jiwanya takkan dapat selamat lagi. Maka
sebelum terlambat, ia harus melarikan diri.
Akan tetapi baru akan menyelinap lolos, Ladrang Kuning sudah meloncat ke samping
dan mengancam dengan cengkeraman. Untuk melindungi diri, Swara Manis
menggunakan ular Gadung Dahana untuk menangkis.
Crettt... Ladrang Kuning menyongsong serangan itu dengan dua batang jari, dan
berbareng itu tangan yang lain sudah mencengkeram tubuh Swara Manis. Leher ular
Gadung Dahana tergencet tak berkutik. dan bahu Swara Manis sudah dapat
dicengkeram.
"Aduh..." Swara Manis tidak malu lagi memekik nyaring. ,
Ladrang Kuning menyeringai,
"Hemm, sangkaku engkau seorang jantan, ternyata engkau hanya seorang pengecut
dan tak berani bertanggung lawab. Huh, belum mati engkau sudah menjerit jerit seperti
anjing. .. "
Swara Manis pucat seperti kertas. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh.
Ladrang Kuning meneruskan cengkeramannya, dan berbareng itu ular Gadung Dahana
sudah pindah ke tangan Ladrang Kuning.
Saat sekarang ini Ladrang Kuning amat marah. Ular sakti yang amat berbisa itu
kemudian diacungkan ke muka Swara Manis supaya menggigit.
"Ibu... ampun... ya... anak sudah mengaku salah... Ampun... ampunilah dosa anak. ... "
semangat Swara Manis serasa terbang. Dalam .gugup dan_takutnya. tidak malu lagi
sudah merintih-rintih minta ampun.
Tetapi walaupun Ladrang Kuning sudah kurang waras pikirannya, masih mempunyai
pikiran longgar. Apa bila ia membunuh Swara Manis, tentu Mariam menjadi janda.
Dan celakanya, seorang janda yang belum pernah menikah sekalipun sudah bersuami.
Dan akibatnya anak yang akan dilahirkan Mariam nanti, akan dihina orang sebagai

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
anak haram. Sudah tentu amat memalukan sekali kalau hal itu semakin terjadi.
Dengan pertimbangan yang secara tiba-tiba itu, berhasil menurunkan amarah
Ladrang Kuning, dan wanita itu menarik kembali ular Gadung Dahana.
' "Diajeng Rasa Wulan," teriak Ali Ngumar, ketika melihat isterinya batal membunuh
Swara Manis yang jahat itu.
"Engkau jangan kena ditipu jahanam itu. Dia telah banyak dosanya dan harus
dibunuh!"
Jim Cing Cing Goling dan si Bongkok juga menganjurkan Ladrang Kuning agar
membunuh pemuda itu. Akibatnya Ladrang Kuning merasa serba salah.
Di lain pihak Hajar Sapta Bumi amat gelisah sekali. Ia sayang sekali kepada Swara
Manis dan ingin menolong. Akan tetapi jika ia bertindak, dan menolong. Tetapi jika ia
bertindak pada saat sekarang ini, berarti malah akan mempercepat kematian Swara
Manis. Sebab Ladrang Kuning tentu akan bertindak lebih cepat. Karena itu ia bingung
dan tak tahu apa yang harus dilakukan.
Dalam kesulitan itu, tiba tiba terkilaslah suatu akal. Cepat ia mengambil senjata
rahasia mirip biji asam. Ketika tangannya bergerak, dua benda itu melayang ke arah
ular sakti Gadung Dahana dan lengan Ladrang Kuning.
Sebenarnya Sapta Bumi malu sekali harus berbuat begitu. _
Akan tetapi keadaan sangat memaksa. dan harus menggunakan senjata rahasia untuk
menolong cucu muridnya. Dan karena khawatir usahanya sampai gagal, ia menyusuli
lagi beberapa butir.
Akhirnya 30 butir senjata rahasia telah melayang ke arah Ladrang Kuning. Dan
sambitan itu dilambari tenaga sakti yang tinggi. Suaranya menderu-deru seperti suara
angin lesus.
Jarak antara Hajar Sapta Bumi dengan Ladrang Kuning hanya'dua tombak saja.
Maka sambitan senjata rahasia itu tidak mungkin luput. Ladrang Kuning terkejut. Sibuk
juga ia memikirkan cara untuk menghindari. Ular Gadung Dahana tidak sulit dirinya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
melepaskan. Akan tetapi kalau lengannya sampai terpukul senjata rahasia, tentu
celaka! Betapapun, senjata rahasia dari seorang sakti seperti Hajar Sapta Bumi tentu
ampuh sekali. Namun sebaliknya kalau menghindar, berarti ia memberi kesempatan
lolos kepada Swara Manis.
Tetapi sebelum mengambil tindakan apa-apa, tiba--' tiba ia mendengar suara senjata
rahasia itu jatuh berdencingan sebelum menyentuh dirinya.
Apa yang terjadi memang di luar perhitungan semua orang, kecuali Jim Cing Clng
Goling. Kakek ini sudah memperhitungkan bahwa Hayar Sapta Bumi akan bertindak
menolong Swara Manis. Untuk menjaga kemungkinan itu, Jim Cing Cing Goling
memperhatikan setiap gerak-gerik Hajar Sapta Bumi. Maka ketika melihat Hapar Sapta
Bumi mengambil sesuatu dari saku jubah, Jim Cing Cing Goling cepat-cepat
menyambar senduk perak, kemudian diremas menjadi beberapa keping. pada saat
Hajar Sapta Bumi menyambit, Jim Cing Cing Goling juga cepat menyambit.
Yang menguntungkan, tempat Jim Cing Cing Goling lebih dekat dengan Ladrang
Kuning. Kendati sambitan Jim Cing Cing Goling itu tidak dapat membentur jatuh
senjata rahasia Hajar Sapta Bumi, tetapi dapat membuat senjata rahasia itu terdorong
miring dan atau arahnya menjadi nyasar.
Sesungguhnya saja, ketika mendengar ratap beriba permintaan ampun dari Swara
Manis tadi hati Ladrang kuning tergerak. Akan tetapi melihat perbuatan Hajar Sapta
Bumi, ia menjadi amat marah. untuk menghadapi senjata rahasia Ladrang Kuning
segera mendorong Suara Manis sehingga pemuda itu terjerembab ke lantai. Maksud
ladrang Kuning tidak lain agar Swara Manis menjadi korban keganasan kakek gurunya
sendiri.
MenyakSikan itu Ali Ngumar dadanya lapang dan gembira. Sebaliknya Mariam
memejamkan mata tak sampai hati.
Tak tak-tak... berpuluh-puluh semata rahaSia berbentuk biji asam itu menghujani
tubuh Swara Manis. Akan tetapi anehnya, sungguh mengherankan sekali. Ketika

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
membentur tubuh SWara Manis, senjata rahasia itu berhamburan ke lantai. Secepat
kilat Swara 'Manis menggerakkan tubuh menyusur lantai, dan sesaat kemudian
meloncat bangun lalu lari terbirit-birit.
Ladrang Kuning keheranan melihat terjadinya peristiwa itu. Ternyata Swara Manis
mempunyai kulit kebal senjata. Karena heran, Ladrang Kuning tidak keburu
menangkap. Setelah sadar, Hajar Sapta Bumi sudah menyerang lagi. Sebagai akibatnya
dua orang itu kembali berkelahi sengit. Namun beberapa jurus kemudian,
masing-masing mundur dan Hajar Sapta Bumi ketawa gelak-gelak.
"Hai Ladrang Kuning. Engkau seorang tokoh yang sakti. Akan tetapi mengapa
engkau memusuhi seorang muda? Jika aku tadi tidak sedikit main-main dengan senjata
rahasia, bukankah namamu akan tercemar?" tegurnya.
Dalam marahnya Ladrang Kuning melempar ular sakti Gadung Dahana. kemudian
menuding sambil mendamprat,
"Pertapa palsu! Engkau jangan mengoceh tidak keruan. Sekarang dengar baik-baik,
kalau hari ini aku belum berhasil mencincang tubuh bangsat itu, aku takkan
meninggalkan tempat ini!"
Sapta Bumi ketawa mengejek. Kemudian ia menyindir,
"Engkau kira dapat meninggalkan padepokan ini? Oho, jangan mimpi. Sebelum
memperoleh ijin dariku, tidak seorangpun dapat pergi dari sini!"
Ladrang Kuning tambah marah. Rambutnya tegak berdiri seperti sapu lidi, kemudian
menerjang lagi.
Ular Gadung Dahana yang dibanting Ladrang Kuning itu ternyata tidak hancur.
Ternyata ular itu memang benar-benar sakti. Begitu terbanting di lantai, ular itu segera
melingkar, tetapi kepalanya diangkat. Lidahnya yang merah menjulur keluar, dan siap
untuk menyerang Siapapun yang akan mengganggu.
Tiba-tiba pemuda berkulit hitam yang tadi mengatakan bahwa Prayoga terkena
racun Surogendilo, sudah melompat ke depan untuk menangkap. Akan tetapi Jim Cing

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Cing Goling lebih sebat lagi. Sekali tubuhnya melayang, tangan sudah terayun.
Orang hitam itu kaget sekali ketika merasa angin tenaga kuat menekan tubuhnya. ia
hendak menghindar tetapi terlambat. Untuk membela diri ia menyambitkan pisau. '
Saat itu perhatian Jim Cing Cing Goling justru tertuju kepada orang yang akan
menangkap ular. Sama sekali tak diduganya orang itu dapat berbuat seganas itu.
Dalam gugupnya ia menggerakkan tubuh ke samping. Akan tetapi celaka, hasilnya tidak
seperti yang diharapkan. Kelambatan geraknya itu adalah akibat kehabisan tenaga
sakti dalam usaha menolong Ndara Menggung.
Jim Cing Cing Goling terkejut sekali ketika merasakan gerakan tubuhnya tidak
seperti yang dikehendaki hatinya. Dua batang pisau dapat dihindari. Tetapi sebatang
lagi telah menancap di pahanya. Dan begitu paha tertikam pisau. ia merasakan
tubuhnya seperti mati.
Akan tetapi bukan Jim Cing Cing Goling kalau gampang dicelakakan oleh orang tak
ternama. Cepat ia meluncur turun dan Sambil mencabut pisau ia menyapu dengan
kakinya,. sambil menerkam ular. Dengan demikian, sekali gerak dua sasaran dicapai.
Krak-krak...!! kaki orang itu patah kemudian roboh ke tanah. Untung
kawan-kawannya cepat menolong, sehingga terhindar dari kemarahan kakek itu.
Kemudian tujuh belas jago Mataram itu cepat melangkah pergi. Salah seorang dari
mereka memberitahu Gendruwo Semanu agar Cepat bertindak.
Ketika itu perhatian Hajar Sapta Bumi tercurah untuk melayani Ladrang Kuning,
sehingga tidak memperhatikan para tamu dari Mataram itu. Sebaliknya rombongan Ali
Ngumar yang tak mengetahui rencana keji Gendruwo Semanu, hanya mengira kalau
mereka bermaksud mengobati kawannya yang terluka.
Riuh orang yang menyarankan kepada Jim Cing Goling, agar mau memotong saja
daging pahanya yang terkena pisau. Sebab pisau itu beracun, buatan Surogendilo yang
amat ganas.
Pingsannya Prayoga yang tiba-tiba itupun sesungguhnya akibat racun yang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dicampurkan Surogendilo ke dalam minuman, ketika Prayoga datang bertamu. Kendati
ketika itu Prayoga telah mengerahkan tenaga sakti untuk membendung minuman yang
kemudian dimuntahkan lagi, namun Sisa racun itu masih sanggup membuat Prayoga
pingsan.
Sebaliknya racun yang dipergunakan melumuri pisau yang menancap paha Jim Cing
Cing Goling, merupakan racun "asu edan" (anjing gila). Kendati Jim Cing Cing Goling
cepat mencabut pisau itu, tetapi sebagian racun sudah terlanjur masuk kedalam
pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh. Sekalipun paha itu dipotong, takkan
mungkin bisa menolong.
Dalam waktu tidak lama Jim Cmg Cing Goling sudah terpengaruh racun, kemudian
berobah seperti linglung. Setiap orang yang mengajak bicara, ia menjadi beringas,
membuat semua orang takut.
Kalau rombongan Ali Ngumar menjadi bingung dan gelisah, sebaliknya Swara Manis
yang sudah bebas dari ancaman bahaya, bertepuk paha sambil berseru,
"Ha-haha, orang sudah terkena racun asu edan. Dia tentu seperti anjing. dan tak
mungkin mendengar orang bicara."
Ali Ngumar mendelik ke arah Swara Manis, sedang si Bongkok mencaci-maki.
Untuk tidak menimbulkan tanda tanya, benarkah Swara Manis kulitnya kebal, perlu
dijelaskan. Swara Manis bukanlah kebal kulitnya, tetapi memang ada sebabnya.
Orang yang sudah berhasil melatih diri ilmu kesaktian dan mencapai tingkat
sempurna, akan dapat menguasai tenaga sakti dan tenaga dalamnya sesuai kehendak
hatinya. Sebagai seorang tua yang berpengalaman, ia sudah memperhitungkan. bahwa
Swara Manis tentu akan dipergunakan sebagai perisai kalau disambut senjata rahasia.
Hingga Ladrang Kuning akan selamat. Memperhitungkan kemungkinan itu, Hajar
Sapta Bumi dalam menyambit, sudah diperhitungkan, apabila menyentuh tubuh Swara
Manis daya kekuatan sambitan itu habis dan runtuh ke tanah.
Ladrang Kuning yang terkecoh tidak menyadari kecerdikan Hajar Sapta Bumi.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Akibatnya melepaskan Swara Manis, dan dia selamat dari bahaya.
Di pihak lain, keadaan Jim Cing Cing Goling semakin parah. Ia sudah lupa daratan
dan tidak kenal lagi mana kawan dan mana lawan.
Ali Ngumar, Resi Sempati dan si Bongkok berteriak hampir berbareng,
"Cing Cing Goling! Engkau ini ada apa?" '
Celakanya Jim Cing Cing Goling seperti tidak mendengar seruan kawan-kawannya
itu. malah tiba-tiba ia menggeram keras sekali.
Ali Ngumar menatap Hajar Sapta Bumi, serunya kemudian,
"Ki Hajar Sapta Bumi. Apakah engkau tidak malu berserikat dengan orang-orang
jahat dan ganas seperti ini? Yang sanggup mencelakakan orang dengan senjata
beracun?"
Sekalipun benar Hajar Sapta Bumi membantu Mataram. tetapi dirinya seorang sakti
yang namanya amat harum. Di samping itu ia juga seorang angkuh dan tinggi hati, tak
ingin dicela orang Lain. Atas teguran Ali Ngumar itu, hatinya menjadi tidak enak.
Cepat ia memalingkan muka ke belakang. Akan tetapi tidak melihat orang lain, kecuali
dua orang muridnya melulu.
"Jangkung!" kata Hajar Sapta Bumi kepada muridnya Murjangkung.
"Cepat panggil Tatit kemari! Dia harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya!"

Murid yang mendapat perintah itu cepat pergi pula.


Pada saat itu tiba-tiba Jim Cing Cing Coling meloncat ke atas. Di udara ia
berjungkir balik. ketika melayang turun ke lantai, ia kembali berteriak aneh beberapa
kali. Yang menakutkan sepasang mata kakek itu beringas dan merah.
Semua kawan-kawannya termasuk Ali Ngumar yang biaSanya tenang menjadi gelisah
bukan main, melihat keadaan Jim Cing Cing Goling seperti itu. Karena menunggu
sampai lama, tetapi Tatit tidak juga muncul. Ali Ngumar segera mengepak
teman-temannya agar menyingkir. Karena itu rombongan Ali Ngumar cepat-tepat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bubar menyingkir.
Perubahan mendadak atas diri kakek sakti Cing Cing Goling itu, menyebabkan Hajar
Sapta Bumi dan Ladrang Kuning cemas juga. Cepat-cepat Ladrang Kuning mendukung
Mariam, sedang Hajar Sapta Bumi juga membimbing Swara Manis. _
Orang yang paling dekat hubungannya dengan Jim Cing Cing Goling, tidak lain
Prayoga. Sayang sekali pemuda ini baru saja sembuh dari racun Surogendilo. Karena
itu walaupun beberapa orang sudah memperingatkan Prayoga, tetapi bocah itu tidak
cepat pergi. Bagaimanapun Prayoga tidak dapat segera meninggalkan Jim Cing Cing
Goling seperti yang lain. Ia sangat prihatin atas peristiwa tak terduga yang membuat
Jim Cing Cing Goling seperti gila.
Tidak diketahui oleh Prayoga saat itu keadaan "Jim-Cing Cing Goling tambah
parah. Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba ia mengembangkan tangannya. Pada hal
tangan kanan maSih tetap memegang ular sakti Gadung Dahana. Tiba tiba saja tangan
kiri kakek itu sudah memukul tiang.
Krak! Akibatnya tiang itu hampir patah dan menimbulkan suara gcmeretak. Akan
tetapi agaknya Jim Cing Cing Goling belum puas. Kemudian tiang itu digerogoti
dengan gigi, seperti sedang menggerogoti jagung rebus.
Prayoga kaget dan berseru.
"Hai... paman! Mengapa engkau begitu?"
Jim Cing Cing Goling mengangkat kepalanya. Ia mendelik kemudian ketawa
meringkik seperti kuda. Bulu roma Prayoga berdiri saking kaget dan ngeri. Celakanya
Jim Cing Cing Goling tidak perduli. Ia mundur selangkah, kembali ketawa meringkik
seperti kuda, lalu memukul tiang itu lagi.
Krak! Kali ini tiang itu patah dan sebagian atap rumah runtuh. Orang-orang menjadi
panik dan cepat menyingkir.
Hajar Sapta Bumi tambah cemas. Ia membanting-banting kakinya dan menegur
Jayeng Katon.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Jayeng Katon! Mengapa Tatit belum juga datang? Lekas susullah. dan dia cepat
suruh datang ke mari!"
Ali Ngumar juga tambah gelisah. Ia selalu memperhatikan Jim Cing Cing Goling dan
Prayoga yang tak mau menyingkir. Akhirnya dalam usaha menjaga halhal yang tak
diinginkan, ia berteriak agar Prayoga cepat pergi.
Sayang, Prayoga sudah terlambat. Jim Cing Cing Goling sudah mengayunkan
tinjunya menghantam Prayoga.
Prayoga tidak berani menangkis. Ia menghindar ke samping, dan Jim Cing Cing
Goling berputar tubuh. Kendati pikirannya linglung tetapi kepandaiannya masih tetap
hebat. Ia mencengkeram dada pemuda itu, dan Prayoga menarik dadanya ke belakang.
Sayang ia kalah cepat.
Bret! Bajunya berhasil disambar robek. Untung saja kulitnya tidak tersentuh.
Namun kemudian beberapa orang memekik kaget, melihat tingkah laku Jim Cing
Cing Goling yang sudah tidak bedanya seperti orang gila. Robekan baju Prayogo itu
tiba tiba saja dimasukkan dalam mulut kemudian dikunyah. Lahap sekali, tidak bedanya
orang sedang melalap daging rusa panggang.
Diam-diam Prayoga mengucurkan keringat dingin saking kaget dan ngeri. Kalau
dirinya tadi sampai terlambat menghindar, tentu dagingnya yang akan menjadi
santapan Jim Cing Goling. Sekarang ia menjadi takut dan cepat-cepat melompat. Akan
tetapi gerakannya ini diketahui Jim Cing Cing Goling. Secara gesit kakek itu
membayangi. Akibatnya dua orang itu kejar-kejaran. Sayang sekali dalam mengejar ini
Jim Cing Cing Goling sambil mengamuk tidak keruan. Ia menghantam dan menendang
apa saja di depannya. Tiang, meja, kursi dan tidak perduli apapun diobrak-abrik.
Tanpa diduga, justru tingkah Jim Cing Cing Goling seperti ini malah menolong
Prayoga. Ia memperoleh kesempatan untuk menyingkir. Bagaimanapun dalam ilmu
meringankan tubuh, Prayoga jauh di bawah kakek itu.
Prayoga sekarang menjadi takut setengah mati. melihat perubahan tiba-tiba pada

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
diri kakek itu. Kalau dirinya sampai ketangkap, tentu dirinya akan dicincang sampai
mati. Dan ketakutan Prayoga bertambah lagi setelah melihat, Jim Cing Cing Goling
melepaskan ular sakti Gadung Dahana. Ular yang lepas itu sekarang melingkar lingkar
di lantai.
Namun ketakutan Prayoga itu, bukanlah mencemaskan dirinya kalau sampai digigit
ular itu. Yang dikhawatirkan malah keselamatan kakek itu sendiri. Bagaimana pun
kakek itu sudah berjasa terhadap dirinya, dan sampai sekarang dirinya belum dapat
membalas budi. Kemudian ia melihat, bahwa Jim Cmg Cung Goling seperti tidak
menghiraukan apa-apa lagi. Bagaimana mungkin dapat menghindarkan diri dari
gigitan ular itu?
Merasa dirinya berhutang budi kepada kakek itu, tiba tiba saja timbul keputusan
dalam hatinya harus memberi pertolongan. Apapun yang terjadi ia tidak takut. '
Apabila Prayoga dalam keadaan gelisah setengah mati melihat tingkah laku Jim
Cing Cing Goling yang mirip gila itu, Sarini yang berada di terowongan juga tidak
kurang kegelisahannya. Ia menghadapi maut, dan sudah putus asa, karena tidak
mungkin ada orang yang bisa memberi pertolongan.
Masih untung gadis ini tidak cepat putus asa. Dalam detik-detik berhadapan dengan
bahaya ini. ia.masih mempunyai tekat, bahwa sebelum ajal tiba harus berusaha. Justru
inilah yang menolong. Semangatnya timbul kembali.
Akan tetapi ah, celakanya ia tidak mampu berbuat apa-apa lagi karena saat itu
dirinya tak dapat berkutik sama sekali. Membayangkan betapa ngerinya apabila bahan
peledak itu meledak dan seluruh padepokan runtuh, tentu dirinya terkubur di
terowongan ini, ia tambah cemas dan gelisah. Saking bingung. ia kemudian
memejamkan mata. Yang diharapkan kepada Tuhan agar bersedia melindungi dirinya,
melindungi saudara seperguruannya, gurunya maupun yang lain. Dan diharapkan pula
agar sumbu bahan peledak itu tidak menyala dan meledakkan padepokan ini.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
***
"DENDAM KESUMAT"
Karya : Widi Widayat
Jilid : 6

***

MENDADAK bum-bum... terdengar ledakan yang dahsyat. hingga Sarini tersentak


kaget. Ledakan itu kuasa menimbulkan getaran yang hebat sekali seperti gempa bumi
yang dahsyat. Akan tetapi ah, diam-diam hati gadis ini heran. Mengapa setelah terjadi
ledakan itu, seperti tidak terjadi sesuatu, dan mengapa pula dirinya masih hidup?
Ia membuka mata dan ah... ternyata sumbu yang masih menyala itu belum mencapai
bahan peledak. Dengan begitu, suara menggelegar tadi tentu bukan akibat bahan
peledak seperti yang telah ia duga.
Sarini tidak mengetahui apa yang terjadi di bagian atas. Getaran hebat tadi bukan
lain oleh tingkah Jim Cing Cing Goling yang mengamuk.
Padahal sumbu semakin menjadi dekat. Jaraknya tinggal tidak seberapa lagi, dan
dirinya masih tetap belum dapat bergerak. Ia berusaha membebaskan diri, akan tetapi
usahanya sia-Sia saja. Dalam keadaan seperti sekarang ini. ia tidak dapat berbuat lain
kecuali memejamkan mata dan berharap mendapat perlindungan Tuhan.
Sebab hanya keajaiban dari Tuhan sajalah semuanya bisa terjadi. '
Tiba-tiba ia mendengar derap kaki orang. Buru-buru ia membuka mata dan melihat
dua sosok tubuh kecil berlarian menghampiri. Dengan sigap dua bocah ini
menggotongnya lalu dibawa lari menyusuri terowongan.
Sarini gembira sekali. Dua orang bocah ini bukan lain Sucitro dan Sutirto. Akan
tetapi diam-diam ia menyesal kepada dirinya sendiri dan kebodohan bocah itu.
Mestinya sebelum pergi, mematikan dahulu sumbu yang menyala itu. Dan dengan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
begitu akan berhasil menyelamatkan padepokan.
Tak lama kemudian mereka telah berhasil keluar dari terowongan lalu bersembunyi
dalam hutan, agak jauh dari pa'depokan. Setelah lelah, Sarini dibaringkan di atas
rumput. Dan tak lama kemudian terdengarlah ledakan yang menggelegar. Kedahsyatan
dari dentuman itu. lima kali lebih hebat dibanding suara meriam Mataram yang sudah
pernah ia dengar.
Menyusul kemudian asap dan debu yang membubung ke angkasa raya. Disamping itu
juga terdapat benda-benda yang melayang di udara.
Sucitro dan Sutirto wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. Setelah kagetnya lenyap,
Sucitro membuka mulut,
"Ah, sedikit terlambat, mbakyu Sarini tak dapat kita tolong lagi."
"Lalu ke manakah kita akan pergi?" tanya Sutirto.
"Nasib kita sekarang tergantung mbakyu Sarini."
Dua bocah itu memang tidak mengerti bagaimana perasaan Sarini saat sekarang ini.
Benar dirinya dapat terhindar dari bahaya maut. Tetapi bagaimana dengan Prayoga
yang diCintai, gurunya dan yang lain? Teringat akan semua itu. dan membayangkan
sudah tinggal nama, tak tertahan lagi ia menangis.
Dua bocah itu sudah tentu menjadi bingung. Mereka menduga, Sarini sedih karena
saat sekarang ini tak dapat bicara dan bergerak . Karena itu mereka kemudian
berusaha menolong, memijit dan mengurut. Namun pengetahuan bocah itu yang masih
jauh kurang, menyebabkan apa yang mereka lakukan hanya ngawur.
Jangan lagi dua bocah itu yang masih rendah tingkatnya. Kendati tokoh sakti dalam
ilmu pijat dan urut, belum tentu dapat menyembuhkan korban Gendruwo Semanu yang
sakti itu.
Lumpuhnya Sarini saat ini sebagai akibat pijatan keras pada urat yang letaknya di
sela-sela tulang pundak. MaSIh untung di saat memijat urat tersebut, Saragedug
buru-buru. Andaikata tidak, tentu pijatan itu sekuat tenaga dan nyawa Sarini takkan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tertolong lagi.
Karena tidak sempurna pijatan Gendruwo Semanu itu, setelah beberapa lama Sutirto
dan Sucnro menolong, akhirnya berhasil menolong Sarini, sehingga gadis ini dapat
berbicara lagi. Sarini memekik tertahan. Hatinya lega sekalipun kaki dan tangannya
masih belum bisa digerakkan.
"mBakyu, bagaimana nasib kami berdua?" tanya bocah itu yang khawatir.
Sekalipun sekarang ini dalam keadaan cemas. masgul dan sedih, ia pantang
menangis. Pertanyaan dua bocah yang mengibakan itu mendadak saja membangkitkan
semangatnya. Semangat sebagai orang dewasa yang perlu menolong yang lebih muda.
"Angkatlah aku ke sana!" perintahnya.
"Bawalah aku ke bagian padepokan yang tak berbahaya."
Sucitro dan Sutirto menurut. Mereka lalu mengangkat Sarini menuju ke terowongan,
di mana mereka tadi keluar. Akan tetapi ternyata lorong di bawah tanah itu hampir
tertutup oleh puing-puing, batu dan pasir. Syukur sekali Sucitro dan Sutirio tidak lekas
putus-asa. Kendati agak kesulitan, mereka tetap menyusuri terowongan, yang
berliku-liku itu, dan tak lama kemudian tibalah mereka pada jalan yang lurus dan
datar. Kemudian mereka tiba pada bagian yang cukup luas,dan melihat bekas kursi dan
meja yang hancur berantakan, berserakan tertimbun oleh puing bangunan.
"mBakyu, di sinilah tempat perkelahian tadi, " kata Sucitro.
Sarini mengamati sekeliling dengan hati bertanya tanya dan heran. Sebab di tempat
itu ia tidak melihat mayat manusia yang bergelimpangan. Apa yang tampak hanya
puing-puing dari bangunan yang runtuh. Akan tetapi ketika pandang matanya
tertumbuk kepada lubang yang cukup besar, hati gadis ini seperti di sayat. Sebab
menurut anggapannya, bahan peledak yang dipasang Gendruwo Semanu, berhaSil
menyebabkan semua mayat manusia hancur lebur menjadi abu.
Masih mtung Sarini bukan gadis bodoh. sesaat kemudian ia membantah dugaannya
sendiri. Tidaklah mungkin semua orang binasa dan tubuhnya menjadi abu. ia kemudian

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menduga, Gendruwo Semanu sedang melakukan pengejaran kepada orang-orang yang
berhasil lolos. Menduga demikian, ia bertanya,
"Apakah kalian tahu jalan pintas untuk turun dari gunung ini?"
"Ya. tahu!" Sutirto menyahut sambil mengangguk. Kemudian dua bocah itu
menggotong tubuh Sarini yang belum dapat bergerak, meninggalkan tempat itu.
Ternyata kemudian mereka menuju ke bagian belakang padepokan. Pagar tembok
padepokan itu masih utuh dan berdiri kokoh. Akan tetapi kemudian ternyata jalan yang
harus dilewati ini sulit, sehingga Sutirto dan Sucitro harus hati-hati menuruni gunung.
Ketika matahari terbenam, mereka masih di pinggang gunung. Untuk tidak menarik
perhatian, Sutirto dan Sucitro menanggalkan pakaiannya cantrik, dan berobah menjadi
penduduk biasa.
Kendati hari sudah malam, Sutirto dan Sucitro terus berjalan. Ketika tengah malam
mereka harus melewati jalan pcgunungan yang sulit. dan harus pula mengitari puncak.
Karena kepayahan, napas dua bocah itu kembang kempis.
Tak lama kemudian mereka melihat sebuah kuburan yang luas. Sarini segera
menyuruh dua bocah itu masuk, untuk tempat istirahat. _
Dua bocah itu memilih tempat yang dikelilingi pohon pohon, dan berlindung dalam
sebuah cungkup. Kuburan itu gelap sekali dan amat menyeramkan. Segalanya tampak
seperti bayangan hantu dan menakutkan. Bagaimanapun, Sucitro dan Sutirto maSih
kanak-kanak. Walaupun sudah memperoleh pelajaran ilmu kesaktian tidak urung
merasa seram dan takut.
Melihat sikap dua bocah itu, Sarini mencela,
"Hem. kamu sudah memiliki ilmu kesaktian. mengapa masih juga menjadi penakut?
Ketika pertama kali aku ikut guru ke Muria. akupun masih keCil, Akan tetapi _aku tidak
pernah takut kepada segala macam kuburan. Bukankah kelak kemudian hari kitapun
mati kemudian dikubur seperti ini?"
Sucitro dan Sutirto saling pandang. Bagaimanapun mereka merasa malu dan tidak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
membuka mulut.
"Pendek kata. kita harus istirahat malam ini, " sambung Sarini.
"Eh-eh, Siapa yang sudah memberitahu kamu, bahwa aku maSih berada dalam
terowongan?"
"Seorang pemuda menyuruh kami agar mencarimu di dalam terowongan." Sutirto
menerangkan.
"Ketika masuk dalam terowongan, kami menCium bau asap meSiu. untunglah kami
cepat dapat menemukan mbakyu dan berhaSil membawa keluar dari sana."
"Seorang pemuda?" Sarini terbelalak.
"Bagaimana bentuk tubuhnya?"
"Gagah, alisnya tebal, tetapi ramah. Dia memanggil mbakyu dengan sebutan adik
Sarini."
Sarmi gembira bukan main. Kalau saja dapat bergerak, gadis ini tentu sudah
berjingkrak-jingkrak saking lega. Akan tetapi karena masih belum dapat berkutik. ia
hanya ketawa gembira. Katanya kemudian,
"Hi-hihik, itulah kakak seperguruanku yang bernama Prayoga." Sarini kemudian
bertanya,
"dapat bertemu dengan Prayoga di mana?" Sutirto menerangkan, bertemu dengan
pemuda itu tidak'jauh dari gelanggang perkelahian.
"Mengapa dia di situ? Apakah dia tak ikut berkelahi?"
"Tampaknya dia dan rombongannya tidak berkelahi. Di gelanggang tinggal seorang
laki-laki tua gila, yang mengamuk kalang-kabut. Menurut keterangan kakek itu kena
pisau beracun. Orang-orang menyingkir dan secara kebetulan ketemu dengan kami."
"Apakah engkau tahu, siapa yang terkena pisau beracun itu? Mengapa dia menjadi
gila?"
"Entahlah! Aku tidak tahu terjadinya peristiwa itu, kecuali aku mendengar kakek
guru memanggil orang bernama Tatit. Kamipun mendengar pula kakek guru

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyebut-nyebut tentang bahan peledak. Itulah yang mendorong kami cepat-cepat
mencari mbakyu ke dalam terowongan."
Sarini' tak puas dan mendesak, namun dua bocah itu tidak dapat menerangkan
apa-apa. Akhirnya Sarini menghela napas, katanya,
"Sudahlah. Kamu tentu lelah. Sekarang tidurlah dahulu, aku sendiri tidak bisa tidur."

"Ah, kamipun tidak bisa tidur." Sucitro menyahut.


"Kami hendak berjaga saja agar mbakyu tidak diganggu orang."
"Tolol!" Sutirto mencela.
"Mengapa kita tidak tidur? Bukankah kita bisa memanjat pohon dan tidur di sana'?" '

Dua bocah itu memanjat pohon dan mempersiapkan tempat tidur secara kokoh.
Kemudian mereka mengangkat Sarini secara hati-hati dibawa ke atas, yang sudah
tersedia tempat untuk tidur. Sesudah semua beres. dua bocah inipun tidur.
Sesungguhnya mereka sudah amat letih di samping mengantuk. Akan tetapi di saat
mata hampir terpejam, mereka dikejutkan suara orang mencaci-maki,
"Huh, keparat! Sejak semula aku sudah curiga, Tatit memang bukan orang baik.
Akibatnya hampir saja kita semua celaka. Dan kalau kita tidak cepat menyelamatkan
diri, kita tentu sudah tamasya di akherat."
"Senggring, sudahlah. Jangan uring-uringan terus, " cegah kawannya.
"Menurut dugaanku, dalam peristiwa ini agaknya terselip suatu rahaSia. Dan aku
kurang bisa menerima kalau semua peristiwa ini hanya sebagai akibat salah satu
urusan saja."
Senggring ketawa dingin. Balasnya, mengejek.
"Bagus! Engkau memang seorang ahli pikir dan banyak akal. Sedang aku hanya telor
busuk. berotak udang. Huh, tidak mengerti segala macam tipu muslihat."
"Aih, jangan cepat salah paham. Sekarang begini saja. Aku yang bertanya dan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
engkau yang menyawab. Maukan ?"
"Silahkan!"
"Senggring! Bukankah sebelum kita mengabdi ke Mataram, kita merupakan saudara
angkat yang sehidup dan semati? Nah, oleh sebab itu kiranya sangat tepat kalau kita
saling membantu? Dan engkau percaya atau tidak?"
"Sudah tentu aku percaya."
"Bagus! Ketahuilah bahwa sekalipun orang menyebut diriku ini sebagai Setan
Kuburan, tetapi apa yang aku lakukan hanya terhadap orang lain saja. Engkau percaya
atau tidak?"
Sarini kaget. Rasanya ia kenal suara orang itu. 0rang yang yang dipanggil Senggring
itu, kalau tidak salah, orang yang pernah menghadang dirinya ketika bersama Pravoga
menyelidiki keadaan. Sayang sekali saat ini dirinya tak dapat bergerak sehingga tak
dapat mengamati orang tersebut. Kalau dugaannya benar, jelas bahwa dua orang itu
termasuk anggota rombongan jago Mataram yang dipimpin Gendruwo Semanu. Hanya
yang membuat dirinya heran, mengapa mereka di tempat ini?
Kemudian terdengar kawan Senggring itu berkata lagi,
"Senggring, dua orang itu memang aneh keadaannya. Bukan manusia tetapi juga
bukan iblis. Bagaimana kesaktian mereka yang sebenarnya, aku sendiri juga belum
tahu. Tetapi yang jelas, suami-isteri itu tidak mempercayai kita. Wah, jelaskah engkau
sekarang?"
"Hem, jadi mereka berani berbuat begitu?"
"Ya, Bukan saja mereka akan memiliki sendiri hadiah yang sudah dijanjikan oleh
Ingkang Sinuhun Sultan Agung, mereka juga berniat mengambil sendiri harta karun
itu." Orang bernama Jlamprang menjelaskan.
Krak, bum... tiba-tiba Senggring menghantam sebatang pohon sambil menggeram.
Batang pohon itu tiba tiba tumbang.
"mBakyu, orang itu kuat sekali. Hemm, sekali pukul dapat menumbangkan pohon

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
besar, " biSik Sucitro. Akan tetapi cepat-cepat Sarini melarang mereka membuka mulut,
karena bisa didengar oleh mereka
Mendengar apa yang dipercakapkan mereka tentang harta karun. Sarini lalu teringat
cerita yang pernah ia dengar dari Saragedug. Sekarang dirinya menjadi semakin yakin
bahwa Senggring dan Jlamprang ini tentu termasuk anggota rombongan Saragedug.
"Huh! suami-isteri Gendruwo itu memang besar sekali nyalinya. Terus terang saja,
kali ini kalau tidak dipesan oleh Mataram, kita tentu tidak sudi tunduk kepada
suami-isteri gendruwo itu. Hem. bukankah nama kita sendiri sudah cukup tenar di
Wilavah timur? Dan kita belum mendengar tentang siapa sesungguhnya suami isteri itu.
Huh, jelas sudah, untuk melaksanakan rencana ini sebenarnya mereka masih hijau."
"Benar! Mereka memang tidak bijaksana!" senggring menyeringai.
Setelah batuk batuk. Senggring meneruskan,
"Kalau tidak mempunyai alasan kuat. suami-isteri itu tentu tidak berani mencari
perkara dengan kita. Huh, bukankah setelah beberapa saat meninggalkan padepokan.
baru terdengar suara ledakan itu? Huh. apa sajakah yang mereka lakukan selama
beberapa waktu lamanya itu? Di samping itu masih ada pula yang menimbulkan
kecurigaanku. Mengapa setelah terjadi ledakan, mereka tidak cepat-cepat menyusul ke
mari? Dan yang mengherankan lagi, apa sebab Hajar Sapta Bumi berlarian turun
gunung mengamuk tidak keruan? 'Dan siapa yang tampak tentu dihajar."
"Ya, memang mengherankan."
"Mengapa Hajar Sapta Bumi mengamuk seperti kerbau gila? Kurangajar benar! Dia
telah melukai delapan orang diantara kita. Dan mengapa pula, suami-isteri Gendruwo
Semanu itu tidak tampak batang hidungnya? . mengapa mereka malah menyurati kita
melarikan diri menjauhi padepokan? Cobalah kita pikir. apakah perbuatannya ini tidak
berarti. mereka meminjam tangan Hajar Sapta Bumi untuk membasmi kita? Huh, kalau
kita sudah mati semua, Gendruwo itu tentu dapat memiliki sendiri jasa dan hadiah
Raja!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Setelah berkata, ia ketawa bekakakan. Namun kemudian mereka dikejutkan oleh
seruan orang,
"Hai. saudara Senggring dan Jlamprang! Di manakah kalian berada?"
"Huh. Gendruwo keparat itu sudah datang?" senggring menggerutu.
Namun Jlamprang lebih cerdik. Ia mencegah kawannya marah-marah. Lalu berteriak
nyaring,
"Kami di sini!" _
Pada lain saat sudah terdengar suara orang berlarian. Dan kemudian muncullah
beberapa orang yang di pimpin Saragedug sendiri.
Begitu tiba, dengan lagak sebagai seorang pembesar tinggi, Saragedug sudah
memberikan perintahnya,
"Selain kami suami-isteri dan delapan saudara ini, rasanya semua orang sudah
binasa. Sayang juga Hajar Sapta Bumi masih bisa lolos dari maut. Ahh, kalau masih
ada beberapa orang lagi yang selamat, seSungguhnya kita malu! Sebab apabila
Ingkang Sinuhun Sultan Agung mendengar, tentu beliau marah sekali dari tidak
percaya lagi kepada kita!"
Ia berhenti mencari kesan. Beberapa saat kemudian baru melanjutkan,
"Apalagi kalau kita sendiri sampai menderita kerugian semacam ini. kita tambah
malu. Ah ... sukar sekali dipertanggung-jawabkan. Kawan-kawan harus mengetahui,
bahwa kawan kita si Tatit telah dibunuh mati oleh Hajar Sapta Bumi. Akan tetapi
terjadinya peristiwa itu memang disebabkan kesembronoan Tatit sendiri. Sudah aku
peringatkan agar berhati-hati, tetapi Tatit malah gegabah meracuni salah seorang
tamu padepokan. Kaldu tatit mati itu memang sudah sepatutnya."
Sebenarnya dalam usaha menghancurkan padepokan Gunung Slamet itu, hasilnya
tidak seperti yang telah direncanakan. Sesudah terjadi ledakan. rombongan jago
Mataram itu menunggu di bawah gunung. Tetapi yang muncul bukan Gendruwo
Semanu, melainkan Hajar Sapta Bumi. Begitu munCul, Hajar Sapta Bumi mengamuk

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tidak keruan. Separo dari jago-jago Mataram itu binasa dihajar Hajar Sapta Bumi.
Sekarang, setelah Gendruwo Semanu datang, Senggring yang berangasan cepat
bangkit berdiri dan ketawa mengejek.
Mendengar pembicaraan mereka itu,'Sarini cepat menduga bahwa tentu akan terjadi
peristiwa yang amat menarik. Mengingat itu, ia cepat berbisik kepada Sucitro dan
Sutirto agar dua bocah itu mengangkatkan kepalanya, dengan maksud dapat mengintai
ke bawah.
Sesudah ketawa mengejek, Senggring cepat mencabut tongkat bajanya. Namun
Gendruwo Semanu tampak tenang saja dan mereka duduk bersila beradu punggung.
' "Senggring, kau mau apa?" seru Saragedug bernada dingin.
"Huh, manusia yang tidak kenal malu, tidak berperikemanusiaan dan biadab.
Sungguh memalukan sekali apabila seorang yang mengaku dirinya sakti, mandraguna,
tetapi selalu tunduk kepada setan perempuan melulu. Huh, sungguh memalukan sekali!"

"Senggring! Jangan membuka mulut seenakmu sendiri!" damprat Saragedug.


Akan tetapi Senggring tidak gentar. Ia malah maju dan menantang,
"Kalau aku memang bicara seenakku sendiri, engkau mau apa? Sangkamu aku
takut?"
Kata-kata itu ditutup dengan pukulan tongkat ke arah kepala Saragedug. Sarini
dapat melihat jelas bahwa sekalipun orang kasar, tetapi kepandaian Senggring memang
tidak dapat diremehkan. Hantamannya cepat dan keras serta menerbitkan angin keras.
Senjatanya yang terbuat dari baja murni itu, memang berat di samping keras.
Saragedug dan isterinya memang sudah memperoleh' kesan, Senggring tidak senang
kepada mereka. Akan tetapi suami-isteri ini juga tahu, bahwa Senggring seorang kasar
yang mengerti ilmu tata kelahi, sayang tidak mempunyai otak yang cerdik. Sudah tentu
dengan gampang dapat mengatasi.
Gendruwo Semanu ini memang sangat pandai meng eambil hati Raja Mataram.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kemudian oleh Raja dipercaya memimpin pasukan. pilihan terdiri 18 orang. Pada
kesempatan ini Gendruwo Semanu juga disampisi tugas untuk menyebar luaskan
tentang adanya harta karun yang tidak terhitung nilainya itu.
Gendruwo Semanu 'juga sudah tahu bahwa sesungguhnya 18 orang itu tidak"
sungguh-sungguh menghamba kepada Mataram. Sesudah harta karun ditemukan,
kemungkinan mereka tidak mau lagi menghamba kepada Mataram. Mengingat hal itu
maka ketika melihat Senggring marah-marah, suami isteri inipun diam-diam sudah
siap-siaga.
Sebaliknya Jlamprang yang licin, sekalipun diam-diam bersorak karena Senggring
sudah menyerang, akan tetapi mulutnya pura-pura mencegah,
"Hai! Senggring! Engkau ini mau apa? Kalau memang terjadi sesuatu, kiranya bisa
berunding."
Sebagai tokoh yang luas pengalaman. Gendruwo Semanu menyadari bahwa ilmu
tongkat senggring ini memang tidak dapat diremehkan. Maka cepat-cepat suami isteri
ini menekan tanah untuk menghindar ke samping.
Akan tetapi Senggring sudah terlanjur terbakar hatinya. Hantaman tongkat baja tadi
digerakkan sepenuh tenaga. Ketika hantamannya luput, tongkat itu menghantam tanah
hingga berlobang dalam. Berbareng dengan itu tUjuh orang kawannya sudah bersiap
diri memberi bantuan.
Senggring penasaran. Sebelum kawan-kawannya bergerak ia sudah mendahului
menyusuli serangan. Saragedug dan Sintren segera berputaran ke kanan dan kekiri
sambil mengulurkan tangan menerkam Senggring.
Cepatnya gerakan suami-isteri itu tidak memberi kesempatan kepada Senggring unuk
menghindarkan diri. Seketika Senggring merasakan tubuhnya separo panas dan yang
separo dingin. Panas seperti disiram air mendidih dan dingin seperti direndam air es. '
Bagaimanapun Senggring hanya kuat dalam tenaga luar, tetapi maSih dangkal
tenaga sakti. Begitu merasakan aliran tenaga panas dan dingin mengamuk dalam

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tubuhnya, ia menjerit kesakitan. Akan tetapi jeritannya itu kemudian menjadi lemah,
dan kesempatan yang maSih ada dipergunakan memberitahu Jlamprang,
"Jlamprang! Suami-isteri iblis ini memang mempunyai ilmu iblis. ... "
Si kasar Senggring tidak menyadari sama sekali bahwa Gendruwo Semanu telah
melancarkan serangan tenaga sakti yang istimewa. Akibatnya tigabelas urat nadi dalam
tubuh telah putus. Setelah berteriak, kepalanya terkulai ke samping dan ketika
suami-isteri itu melepaskan tangannya, Senggring sudah hilang nyawanya.
Peristiwa itu menggemparkan semua orang. Hampir duapuluh tahun lamanya nama
Senggring disegani orang. Ilmu tongkatnya jarang yang mampu menandingi. Sedang
sejumlah 18 orang jago pilihan Mataram itu, Senggringlah termasuk salah seorang
yang kuat. Akan tetapi ternyata hanya dalam segebrakan saja, sudah binasa di tangan
suami-isteri Gendruwo Semanu.
Beberapa saat kemudian terdengar Sintren ketawa meringkik seperti hantu.
"Kik-kik-kik-kik. .. tujuan kita kegunung ini memang untuk melaksanakan perintah
Ingkang Sinuhun Sultan Agung. Huh, Siapapun yang berani berkhianat, Senggringlah
contohnya. Huh, Ingkang Sinuhun Sultan Agung telah memberi amanat, apabila harta
karun itu dapat kita temukan, kita semua inilah yang akan memiliki dan menikmatinya.
Dan kalian harus menyadari, bahwa kami tidak akan menjadi manusia serakah!"
Tujuh orang yang tadi hendak membantu Senggring menjadi ketakutan. Salah
seorang di antara mereka, kemudian malah menyalahkan Senggring.
"Huh, memang salah Senggring sendiri dan mencari penyakit. Dia memang kasar '
dan tak mau mendengar nasihat kawan-kawannya. Maka harap dimaafkan."
Mendengar pernyataan itu, Saragedug menjadi lega.
Kemudian ia berkata,
"Adakah ledakan itu membinasakan mereka atau tidak, kitai masih belum tahu pasti.
Akan tetapi yang telah aku dengar, mereka merupakan orang-orang berkepala batu.
Karena itu mereka tentu akan tetap memberontak kepada Mataram dan akan menyusun

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kekuatan. Ini amat membahayakan ketenteraman negara dan merongrong keWibawaan
raja. Mereka itu tidak boleh dianggap enteng, karena sudah mempunyai pengalaman di
beberapa tempat."
Ia berhenti mencari kesan. Kemudian melanjutkan.
"Di samping itu merekapun tentu sudah mendengar tentang harta karun itu. Sebab
harta karun itu mempunyai arti penting sekali bagi mereka dalam rangka usaha
menyusun kekuatan. Kalian harus tahu kewajiban dan tanggung-jawab, semua ini harus
kita cegah. Karena itu kita harus dapat menemukan harta karun itu sebelum mereka
menemukan. Apabila kita berhaSil, berarti kita dapat menggagalkan usaha para
pemberontak. Kalian harus tahu, bahwa beaya memerangi para Bupati dan Adipati
yang menentang Mataram itu Sangat banyak. Untuk kepentingan Mataram, kita harus
dapat mencegah orang dapat menyusun kekuatan melawan Mataram."
Ia berhenti dan menebarkan pandang matanya kepada semua orang. Ketika melihat
orang-orang itu memperhatikan, Saragedug berkata lagi,
"Kekuatan kita tinggal sembilan orang saja sekarang. Sekarang kita harus membagi
tugas untuk secepatnya dapat menemukan harta karun itu. Dan perlu kalian ketahui,
bahwa harta karun itu tidak ternilai harganya, terdiri berlian, emas, perak dan batu
permata yang lain. Menurut keterangan, harta karun itu peninggalan kerajaan
Singasari yang disembunyikan oleh utusan kerajaan Cina pada waktu itu. Maka
Sinuhun Sultan Agung sudah menitahkan, siapapun yang dapat menemukan. akan
mendapat sepersepuluh bagian dari nilai harta karun seluruhnya. Hemm, kalau dapat
menemukan. kendati kalian terdiri tujuh orang, kalian akan dapat menikmati hasil itu
sampai tujuh belas keturunan. Nah, apakah sekarang kalian sudah jelas?" '
_ Tujuh orang itu mengangguk tanda mengerti.
Sarini amat tertarik. Lalu ia teringat akan ucapan gurunya waktu itu. Bahwa setiap
gerakan untuk perjuangan, memerlukan pembeayaan. Padahal untuk mencari dana,
tidak semudah orang bicara.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ia membayangkan. Apabila sampai terjadi, harta karun itu dapat jatuh ke tangan
guru dan kawan-kawannya, tentu akan membantu usaha melaksanakan cita-cita
melawan Mataram.
Tak lama kemudian tujuh orang tersebut sudah minta diri kepada Gendruwo Semanu.
Setelah mereka pergi. Saragedug dan isterinya maSih belum pergi. Akan tetapi tiba-tiba
Saragedug membentak keras,
"Hai. siapa yang belum mau pergi dari sini? Huh, apakah engkau ingin menyusul
Senggring?"
Ternyata Sarini yang memiliki tenaga dalam dan tenaga sakti yang tinggi, dapat
menguasai pernapasan. Akan tetapi Sucitro dan Sutirto tidak demikian. Mereka belum
memiliki tenaga dalam yang tinggi, sehingga napasnya berat dan terdengar oleh
suami-isteri itu.
Kalau tadi pernapasan dua bocah itu tidak terdengar oleh Saragedug, karena di situ
hadir beberapa orang. Akan tetapi setelah sepi, suami-isteri itu segera dapat
mendengar. Ia menduga tentu masih ada salah seorang anak buah Senggring yang
bersembunyi.
Atas bentakan itu tangan SUCitrO dan Sutirto gemetaran dan terlepaslah Sarini ke
bawah.
bluk. ..... !!
Gendruwo Semanu heran dan kaget. Cepat Saragedug menghampiri lalu
mencengkeram pundak Sarini. Sudah tentu Sarini yang belum dapat bergerak itu makin
tidak dapat berkutik.
"Hai... engkau. . !" tiba-tiba Saragedug berteriak kaget, ketika melihat gadis ini.
"Jadi engkau masih hidup?" '
Sarini menyadari bahwa berhadapan dengan suami isteri iblis ini tak mungkin bisa
lolos. Akhirnya terpikirlah olehnya untuk memuaskan kemengkalan hatinya.
"Dan engkau sendiri, mengapa tidak mampus?" sahut Sarini.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Saragedug marah sekali dan hampir saja menghantam gadis itu. Untung Sintren
cepat mencegah, katanya,
"Kakang, tahan dulu! Apakah engkau tidak tahu bahwa bocah ini belum bisa
bergerak? Kalau dia sampai dapat berada di atas pohon, tentu ada orang lain yang
mengangkatnya."
"Hai, siapa yang di atas pohon?" bentak Saragedug. .
Sutirto dan Sucitro kaget. Pegangannya lepas dan mereka jatuh ke bawah. Akan
tetapi agaknya Saragedug masih belum puas melihat dua bocah itu jatuh. Ia mengira
masih ada lagi orang yang bersembunyi. Ancam nya.
"Kalau tidak lekas turun. awas!"
"Hi-hi-hik. di atas tidak ada orang lagi." Sarini ketawa mengejek.
"Engkau jangan ketakutan seperti melihat hantu."
Akan tetapi Saragedug tak percaya. Ia mengayunkan tangannya ke arah pohon.
Segelombang angin dahsyat melanda dan kemudian berhamburanlah daun-daun itu ke
tanah. Akibatnya pohon itu gundul dalam waktu Singkat. Dan ternyata benar, tidak ada
orangnya lagi.
"Apa kerjamu disini?" bentaknya kepada Sucitro dan Sutirto.
Dengan sikap yang tenang, Sarini berkata,
"Buka dulu uratku ini, baru aku sedia memberi keterangan secara jelas."
"Tetapi apakah sebabnya engkau dapat menghindarkan diri dari bahaya maut di
terowongan itu?" desak Sintren.
"Buka dahulu uratku yang kau pijat ini!" desak Sarini.
"Jika engkau tidak mau, akupun tidak mau menerangkan. Engkau boleh membunuh
kami, tetapi tidak dapat memaksa minta keterangan."
Didorong. keinginan untuk segera dapat mengetahui apa yang sudah terjadi, suami
isteri itu cepat mengurut bahu Sarini. Gadis itu merasakan sakit sekali, tetapi kemudian
ia dapat bergerak seperti semula. Karena sudah cukup lama dilumpuhkan, Sarini

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
memerlukan waktu untuk memulihkan tenaganya.
"Sekarang cepat terangkan!" perintah Sintren.
Sarini sedang memandang Sucitro dan Sutirto yang pucat ketakutan. Timbul rasa
haru dan kaSihnya kepada bocah itu, dan apapun yang terjadi harus dapat melindungi.
'Luluskan dahulu permintaanku, baru aku beri keterangan secara jelas dan jujur."
Sarini meminta.
"Engkau minta apa lagi?" bentak Saragedug. '
"Lepaskan dahulu dua bocah tak berdosa itu."
"Baik! Lekas enyahlah dari sini!" bentak Saragedug.
Pada mulanya bocah itu tidak mau. Akan tetapi Setelah Sarini membisiki supaya
mereka menunggu di tempat yang pernah ia pesankan, barulah dua bocah itu akhirnya
menurut. Dua bocah itu melangkah pergi sambil menangis. Dan berkali-kali mereka
memalingkan muka ke belakang, seperti tidak tega.
Sesudah mereka tidak tampak bayangannya lagi, Sarini baru mulai membuka mulut,
"Kalian bertanya mengapa aku tidak binasa oleh ledakan itu? Nah. dengarlah
baik-baik. Tidak seorangpun mati oleh ledakan itu."
Sebenarnya saja ia tidak tahu terjadinya peristiwa itu. Tetapi ia tahu kalau
suami-isteri ini akan menjadi gembira kalau mendengar hasil perbuatannya, maka ia
sengaja memberi keterangan untuk membuat hatinya panas.
"Apa sebabnya?" desak Saragedug, ia merasa heran.
"Karena aku sudah memberitahu kepada mereka agar secepatnya lari, sebelum
terjadi ledakan."
Sintren ketawa terkekeh. Ejeknya,
"Huh. engkau benar benar bocah yang pandai bicara. Jika engkau dapat bergerak,
mengapa engkau tidak menginjak sumbu peledak itu agar tidak sampai meledak?"
Sekalipun kalah alasan, tetapi Sarini ngeyel.
"Kalau ledakan itu benar-benar terjadi, hanya supaya hatimu merasa senang."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sebenarnya Sintren mendongkol sekali. Akan tetapi juga geli mendengar ucapan
bocah keras kepala ini.
"Lalu, Siapakah yang dapat membebaskan uratmu?"
Tanpa berpikir panjang lagi, ia menyahut.
"Aku sendiri. "
Akan tetapi ia menghentikan ucapannya yang belum selesai, karena menyadari
pcngawurannya. Bagaimana tidak ngawur? Dirinya jatuh dari atas pohon dalam
keadaan belum dapat bergerak. Untuk memberi alasan, ia cepat berkata lagi,
"Akan tetapi lalu kuurut sendiri lagi, hingga aku tak dapat bergerak."
Saragedug yang tidak menyadari telah dipermainkan oleh Sarini, mendongkol sekali.
Berbeda dengan isterinya yang lebih teliti dan pandai. Ia segera tahu maksud Sarini
yang ngawur belaka. Katanya kemudian,
"Bocah! Tentunya engkau tahu sendiri, bagaimana ketinggian ilmu kami. Malah
engkaupun pernah merasakan sendiri."
Ia berhenti sejenak, mengamati Sarini penuh perhatian. Kemudian ia mengancam,
"Jika engkau tak mau menerangkan secara jujur. engkau akan merasakan sendiri.
Aku akan membuat engkau mati tidak dan hiduppun sulit!"
Sarini memang sudah pernah mendengar keterangan tentang semacam siksaan hebat,
yang membuat 0rang tidak mati tetapi hiduppun sulit. Akan tetapi karena ia seorang
gadis yang tabah dan hal itu baru keterangan orang, ia belum percaya. Kecuali kalau
dirinya sudah mengalami, baru mau percaya. Jawabnya lantang,
"Sudahlah! Engkau tidak perlu banyak bicara lagi. Ingin membunuh, silahkan
membunuh! Aku sendiri sudah putus asa. Tidak tahu lagi naSib guruku dan kakang
Prayoga. Kalau mereka sudah binasa, tidak ada gunanya aku ini hidup lagi!"
Mendengar ucapan Sarini terakrir ini, Sintren menjadi belas. bahwa sebenarnya
gadis ini tidak tahu apa yang terjadi ketika terjadi ledakan. Karena itu ia kemudian
berkata kepada suaminya.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Kakang, bocah ini cerdas dan tangkas kalau bicara. Dia tentu faham sekali
seluk-beluk Wilayah sekitar sini. Menurut pendapatku, sebaiknya kita pergunakan
sebagai penunjuk jalan."
"Akan tetapi bagaimana kalau dia sampai minggat?" tanya suaminya.
"Kita akan celaka."
Sintren ketawa cekikikan. Kemudian menganjurkan,
"Lumpuhkan uratnya dengan ilmu urat Remuk Otot. Dengan begitu dia tidak
mungkin berani minggat. Kalau nekat berarti membunuh diri."
Saragedug tertawa terkekeh. Sarini tak tahu a-pa yang disebut dengan ilmu Remuk
Otot itu. Akan tetapi sebelum tahu apa yang terjadi. tahu-tahu jari Sintren sudah
mencengkeram dadanya. Seketika itu juga Sarini merasakan ketiaknya kesemutan. Akan
tetapi tidak lama kemudian rasa sakit itu hilang.
"Bocah, ingatlah!" Sintren memperingatkan.
"Dalam perjalanan seterusnya, engkau akan berhadapan dengan beberapa macam
peristiwa. Jika engkau membandel, tidak mau mentaati perintah dan laranganku,
engkau boleh pergi."
Sintren ketawa cekikian, lalu,
"Akan tetapi engkau harus menyadari keadaanmu. Engkau sudah aku lumpuhkan
dengan ilmu Remuk Otot. Tidak seorangpun didunia ini yang' faham ilmu urut, dapat
memberi pertolongan. Huh!"
Sintren berhenti lagi, mengamati wajah Sarini. Sejenak kemudian ia meneruskan,
"Hem. engkau boleh saja minggat. Akan tetapi akibatnya dalam waktu tujuh hari,
sekujur tubuhmu akan menjadi kaku dan disusul seluruh ototmu akan putus semuanya.
Hi-hi-hik, tetapi engkau tidak perlu khawatir. Engkau belum mati. Hanya engkau akan
tersiksa seumur hidup. Karena tubuhmu menjadi cacat. sekalipun hanya terbentur oleh
lidi engkau akan kesakitan setengah mati seperti ditusuk dengan keris. Hi-hi-hik, hal ini
perlu engkau pikirkan masak-masak kalau tidak ingin hidup tersiksa. Oleh sebab itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
engkau harus tunduk dan taat kepada kami. dan engkau akan tetap hidup secara normal
seperti manusa yang lain."
Ancaman ini membuat hati Sarini tercekat. Kalau sampai benar terjadi. ini
merupakan penderitaan selama hidup. Akan tetapi dasar seorang gadis yang keras
kepala dan tabah. Diam-diam masih belum mau percaya keterangan itu, bahwa di
dunia ini tidak'terdapat orang yang mampu menolong.
Akan tetapi agaknya Sintren dapat menduga pikiran Sarini. Ia ketawa cekikian,
kemudian berkata tegas.
"Engkau harus mau mendengar baik-baik. Aku berani memastikan. di seluruh kolong
langit ini tidak ada 0rang lain yang tahu tentang ilmu Remuk Otot kecuali kami sendiri.
Karena itu jelas, engkau tidak dapat mengharapkan pertolongan orang lain. Kau boleh
percaya dan juga tidak! Dan jika engkau ingin membuktikan sendiri apa yang sudah
aku katakan, silahkan engkau pergi sekarang juga dan tidak akan kami ganggu!"
"Benarkah itu?" tantang Sarini.
"Jika engkau mengijinkan, sekarang juga aku akan pergi."
Tantangan itu membuat Gendruwo Semanu saling pandang. Mereka tidak menduga
sama sekali, bocah perempuan : masih berani menantang. Akan tetapi dalam hati,
Sarini sudah memutuskan. Ia sedia mati, asalkan dalam waktu tujuh hari dapat
menemui gurunya, dan terutama kepada pemuda yang dicintai untuk pamit mati... .
Diam-diam Sarini membayangkan wajah Prayoga. Kalau pemuda itu tetap tidak
mau memberikan cintanya, bukankah ini merupakan siksaan selama hidup?
Teringat akan sikap Prayoga selama ini, yang menunjukkan kasih cintanya kepada
dirinya, tiba-tiba saja tidak memikirkan hidup lagi. Tetapi sebelum dirinya mati,
tiba-tiba saja timbul keputusan hatinya, ingin mengikuti ke manapun suami-isteri ini
pergi. Kalau suami-isteri ini mencari harta karun. bukankah dirinya memperoleh
keuntungan bisa tahu? Dan Siapa tahu kemudian hari dirinya dapat membujuk
suami-isteri ini, memberikan sedikit ilmunya.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Memperoleh pikiran demikian, ia menjadi tenang kembali. Ia ketawa Cikikikan,
kemudian mengejek,
"Heh, siapa yang mau minggat? Kalau aku berusaha minggat, berarti aku takut
kepadamu?"
Saragedug dan Sintren saling pandang mendengar ucapan Sarini yang tidak terduga
itu. Dan mereka semakin menjadi kagum akan ketajaman lidah bocah perempuan ini.
Akan tetapi bagaimanapun mereka memerlukan tenaga bocah ini dalam usaha mereka
mengajaknya pergi.
"Kemana?" tanya Sarini.
Suami-isteri itu tertegun. Mereka sendiri tidak tahu ke mana harus menuju. Tentang
harta karun itu sampai sekarang tidak diketahui jelas tempatnya. Keterangan itu dari
mulut ke mulut, tanpa petunjuk apa-apa. Meskipun demikian, suami-isteri ini percaya
harta karun itu ada.
Bagi suami-isteri ini sudah ada keputusan bulat, akan menyerahkan harta karun itu
kepada raja Mataram apabila bisa diperoleh. Bagi mereka sendiri yang sudah tua dan
tidak mempunyai anak pula, harta karun itu tidak ada gunanya lagi. Akan tetapi dengan
penyerahan harta karun itu tidak ada gunanya lagi. Akan tetapi dengan penyerahan
harta karun itu kepada raja, berarti mereka akan memperoleh kehormatan tinggi.
Dengan demikian kalamana saatnya maut merenggut, mereka akan tercatat dalam
sejarah ikut membangun kerajaan Mataram. '
"Sudahlah, jangan banyak mulut!" bentak Saragedug.
"Engkau sudah dalam kekuasaan kami. Engkau harus menurut apa yang kami
perintahkan. Kendati engkau kami suruh masuk ke lautan api. tidak boleh menolak.
Perdeknya kami akan pergi, dan engkau harus ikut.'
Sarini akan menjawab. Namun tiba-tiba ia mendengar suara orang bersenandung,
lagunya sedih, setengah meratap, suara wanita.
Tersirap darah Sarini mengenal suara itu. Benarkah mbakyu seperguruannya maSih

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
hidup dan tidak menjadi korban ledakan? Apabila Mariam tidak binasa, maka iapun
yakin kalau guru dan kakak seperguruannya tidak mati.
Namun yang membuat gadis ini heran, mengapa Marjam seorang diri? Mengapa
tidak bersama Swara Manis dan sekarang malah meratap-ratap sedih dalam
senandungnya? Kemudian tampak Mariam yang wajahnya pucat, rambut acak-acakan
masih terus meratap sedih dengan tembang Mas Kumambang.
Mendengar ratapan Mariam dalam tembang itu, hati Sarini seperti disayat sembilu.
Kendati ia tidak senang akan tingkah laku Mariam. tetapi tetap saja saudara
seperguruannya, dan puteri gurunya pula. Tak tercegah lagi Sarini berteriak,
"mBakyu Mariam... _"
Akan tetapi Mariam tidak menyahut dan tidak mau berhenti. Ia berjalan terus, sambil
sedih.
Duh duh aduh, sangsara temen wak mami. Urip kaningaya. Nresnani priya kang
lamis. Timbang wirang Duwung pejah. (Duhai, betapa sengsara diriku ini. Hidup
tersia-Sia dan dirundung derita nestapa. Mencintai seorang pria tak setia, manis di
bibir lancung di hati. Lebih baik mati daripada selalu menanggung malu ).
Sarini memanggil lagi. tetapi Mariam tak acuh.
Suami-isteri ini juga sudah tahu, Mariam ini datang di padepokan bersama ibunya.
Ladrang Kuning. Akan tetapi mengapa sebabnya sekarang perempuan itu berubah
seperti gila? Atau memang pura-pura gila 'nemancing Ladrang Kuning supaya datang
ke tempat ini?
Menduga demikian, suami-isteri ini tertarik. Perempuan ini tentu tahu apa yang
sudah terjadi ketika terjadi ledakan. Secepat kilat suami-isteri ini meloncat,
menghadang dan membentak,
"Berhenti!"
Mariam tertegun. Ia menghindar ke samping dan tidak menghiraukan suami-isteri
tersebut. Sintren mengulurkan tangannya kemudian menepuk bahu Mariam

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
perlahan-lahan. Mendadak saja Mariam menggigil kedinginan sambil merintih,
"Dingin aduhhhhh dingin sekali. Aih kakang Swara 'Manis, nyalakan api untuk
mengeringkan pakaianku. Kakang, cepat! Apakah engkau tega melihat aku kedinginan
seperti ini. ... ?"
Sintren tambah heran.
Ada sebabnya Mariam mengoceh seperti itu. dalam benak perempuan ini, yang
terbayang peristiwa yang terjadi beberapa bulan lalu. Ketika dirinya dengan Swara
Manis terombang-ambing di tengan laut. kemudian terdampar di pulau kosong. Ketika
itu Swara Manis memang gagah, tampak memperhatikan sekali, lalu menyalakan api.
Tetapi justru pada' malam itu pulalah terjadi peristiwa yang takkan pernah terhapus
dari ingatan Marjam. Malam itulah terjadi malam pertama seperti pengantin baru.
"Jangan pura-pura gila!" bentak Sintren. Bentakan itu keras sekali, hingga Mariam
terkesiap. Beberapa saat Mariam tertegun, namun kemudian menangis
tersedu-sedu."Aduh... ibu... aduh...! Anakmu memang bernasib malang."? Aduh...
tolong... ayah akan membunuh aku.. ?
Mendengar ocehan Mariam itu Saragedug segera mendekati. Setelah meneliti
sejenak, ia berkata,
"Sudahlah denok. Dia patah hati dan jangan kau ganggu."
Sarini ikut pula mendekati sambil mengguncangkan lengan Mariam. Kemudian ia
bertanya,
"mBakyu, di manakah bapa guru dan kakang Prayoga?"
Akan tetapi Mariam yang setengah sadar dan setengah gila seperti tidak mendengar
pertanyaan itu. Ia malah menangis. dan akhirnya ketawa terkekeh. Setelah berhenti
ketawa, ia mengoceh lagi,
"Ah... kakang... sudah tentu aku ini menjadi milikmu sampai akhir hayatku. ..."
Tiba-tiba terdengar suara orang memanggil. Suara itu terdengar sayup-sayup, akan
tetapi bagi Sarini Cukup jelas.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Mariam... anakku! Mariam... di mana kau?"
Suara panggilan itu makin lama menjadi dekat. Wajah Sintren berubah. Kemudian
berkata,
"Kakang, mari kita cepat pergi. Orang yang berseru itu. tidak lain Ladrang Kuning."
"Takut apa?" sahut suaminya setengah membentak.
"Kakang, bukannya kita takut!" bujuk Sintren.
"Tetapi saat sekarang ini lebih baik pergi saja, jangan mencari perkara."
Ketika itu suara Ladrang Kuning semakin menjadi dekat. Buru-buru Sintren menarik
lengan Sarini dan cepat diajak bersembunyi.
"Mariam... anakku. ... "
Sesungguhnya Sarini ingin sekali melihat apa yang terjadi seterusnya. Ingin pula
sebabnya Marjam menderita seperti itu. Padahal ia tahu jelas, antara Mariam dengan
Swara Manis tampak rukun ketika terjadi perkelahian di gelanggang. Akan tetapi
celakanya Sintren tidak mau memberi kesempatan. Dirinya telah digelandang pergi.
Kasihan juga nasib Sarini dalam cengkeraman suami-istcri Gendruwo Semanu ini.
karena tidak mungkin dapat membebaskan diri lagi. Setiap enam hari ia mendapat
kebebasan beberapa saat. Namun sesudah itu dilumpuhkan lagi. Dengan demikian,
keselamatan Sarini sepenuhnya di tangan suami-isteri ini.
Saragedug dan Sintren menuju ke timur. Tanpa terasa perjalanan mereka sudah amat
lama, dan akhirnya tibalah mereka di Semarang selatan.
Sejak Mataram berhasil memukul Pati dan Adipati Pragola gugur dalam perang,
daerah sekitar pesisir Jawa kembali aman. Ketika mereka masuk kota Semarang,
mereka terkejut karena mendengar teriakan nyaring orang berseru,
"Minggir! Hayo minggir! Kereta pesakitan sedang lewat!"
Tak lama kemudian tampak tiga buah kereta berkuda yang bentuknya seperti
kerangkeng binatang buas. Dan karena kereta itu kecil dan sempit, maka setiap
pesakitan harus duduk atau jongkok, sedang kepalanya tersembul keluar dari lubang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
pada papan kayu. Dengan demikian kepala pesakitan itu tampak dari luar, akan tetapi
tubuhnya di dalam kerangkeng.
Pada mulanya Sarini tidak tertarik dan tidak menghiraukan kereta pesakitan itu.
Sebab menurut pendapatnya, kereta pesakitan itu tentu hanya isi penjahat besar yang
mengganggu ketenteraman rakyat.
Akan tetapi ketika secara tidak sengaja mengamati ke arah salah sebuah kereta
pesakitan, seketika wajah gadis ini pucat. Ia ingin berteriak tetapi tenggorokannya
seperti tersumbat. Karena tak dapat berteriak, akhirnya ia memburu kereta itu. Namun
baru beberapa langkah saja, punggungnya sudah dicengkeram oleh Sintren. Hardiknya,

"Kau mau lari?"


Sarini meronta. Akan tetapi tangan Sintren tak dapat dilepaskan. Akibat meronta tak
berhasil, maka kereta itu menjadi jauh lagi.
Sarini marah-marah dan berteriak keras,
"Huh, engkau berkata tidak khawatir aku melarikan diri. Akan tetapi mengapa baru
saja aku bergerak sedikit, engkau sudah kelabakan begitu rupa?"
Teriakan itu menarik perhatian orang banyak yang lewat di jalan. Keadaan ini
membuat Saragedug dan Sintren malu.
"Huh, jika kau berani membangkang, tulangmu akan aku remuk!" hardiknya. Akan
tetapi Sarini tidak gentar. Namun kemudian terkilas dalam benak yang cerdik ini, kalau
keras tidak mungkin suami ini mau mendengarkan. Oleh karena itu tiba-tiba Sarini
merobah sikap, lalu meratap,
"Paman dan bibi, ijinkanlah aku mengejar kereta pesakitan itu untuk bicara
beberapa patah saja dengan salah seorang pesakitan. Hemm, bukankah aku masih tetap
dalam kekuasaanmu? Dan bukankah aku akan mengalami siksaan dan derita hebat
kalau aku melarikan diri? Paman dan bibi, terus terang saja aku sekarang tidak ingin
mati."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Siapakah pesakitan itu?" tanya Sintren yang tertarik.
"Yang dua orang aku tidak tahu. Tetapi yang seorang, bukan lain kakak
seperguruanku sendiri." _
"Kalau begitu, hem, mari kita bersama-sama mengejar."
Sarmi gembira bukan main. Ia'yakin salah seorang di antara pesakitan itu kakak
seperguruannya, Prayoga. Tanpa menghiraukan lagi kepada orang yang lalu lalang di
jalan kota itu, ia sudah lari. Karena kereta itu memang belum jauh, tak lama kemudian
sudah terkejar.
"Kakang... kakang Prayoga...! teriaknya sambil mengejar kereta pesakitan.
Setelah dekat, ia cepat menyerang dua orang prajurit yang mengawal. Sekali pukul
prajurit itu sudah roboh tak berkutik.
"Kakang...!" teriak Sarmi sambil memegang terali kereta, dan air matanyapun
mengalir deras.
Prayoga terkeSiap. Ia memalingkan muka, dan ketika melihat Sarini malah
terlonggong-longgong.
"Sarini. Di mana kita sekarang ini?" tanya pemuda itu seperti baru tenjaga dari
mimpi.
Sarini malah bertanya,
"kakang... mengapa engkau sampai di tawan seperti ini? Dan mengapa pula engkau
dibawa ke kota Semarang?"
Prayoga menghela napas panjang. Belum juga sempat menjawab, tiga orang perwira
prajurit telah menghampiri sambil menghunus pedang dan membentak,
"Kurangajar! Siapa yang memberi ijin bicara dengan pesakitan? Huh, apakah
engkau ingin dimasukkan dalam kerangkeng juga?"
Sarini marah bukan kepalang. Tak gentar sedikitpun ia mendamprat,
"Kentut busuk! Engkau jangan mengganggu aku."
Barang tentu perwira itu amat marah. Cepat-cepat mengancam dengan pedang untuk

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menusuk dada Sarini, sambil membentak,
"Jika' engkau keras kepala, aku tidak. ... "
Ucapan perwira itu belum selesai, ujung pedang telah dijepit dengan jari oleh Sarini.
Kemudian secepat kilat Sarini menarik. Akibatnya bukan saja pedang, tetapi
orangnyapun ikut terjerembab ke tanah.
"Hayo, berilah hormat tiga kali dengan anggukan kepala, baru aku puas!"
perintahnya sambil mengancam leher perwira itu dengan pedang.
"Pemberontak! Pengacau! Tangkap. .. tangkap!" teriak prajurit yang lain.'
Beberapa prajurit pengawal itu segera menyerang Sarini dengan tombak dan
pedang. Sarini menangkis semua serangan itu dengan pedang rampasannya. Dua orang
prajurit sudah kehilangan senjata dalam waktu sekejap. Membuat prajurit yang lain
menjadi gentar kemudian lari sambil berteriak,
"Kereta pesakitan dirampok pemberontak!" '
Dalam waktu singkat sekali, keadaan menjadi kacau dan geger.
"Sarini, engkau jangan membuat onar di Sini!" Prayoga memperingatkan. Akan
tetapi dua pesakitan yang lain diam saja.
Diam-diam Sarini keheranan. Apakah sebabnya kakak seperguruannya ini tidak
dapat membebaskan diri dari kereta, yang hanya terbuat dari kayu? Dengan
menggunakan pedangnya, ia membacok kereta itu dengan maksud menolong kakak
seperguruannya. Trang. .. Sarini terkejut. Ternyata kerangkeng yang seperti kayu itu,
terbuat dari baja.
Tiba-tiba saja terkilas peristiwa yang terjadi di padepokan Hajar Sapta Bumi. Hanya
dengan tangan saja, dirinya dapat membengkokkan teralibeSi. Teringat pengalaman itu
cepat-cepat membuang senjata lalu menarik sekuat tenaga. Sungguh menakjubkan.
Tanpa kesulitan terali besi itu bisa putus.
Kemudian tampak olehnya, Prayoga dalam keadaan tak berdaya. Kaki dan
tangannya dibelenggu dengan rantai besi. Malah siku dan pergelangan tangannya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tampak luka bernoda darah. Akibatnya kemarahan Sarini tak dapat ditahan lagi.
"Kakang..." katanya gugup.
"Siapa yang sudah menyiksa dirimu secara kejam seperti ini? Cepat katakan terus
terang. Hayo, Siapa yang sudah menyiksa engkau? Akan aku cincang manusia kejam
itu!"
Prayoga menghela napas panjang, jawabnya,
"Aku sendiri tidak tahu."
Tiba-tiba salah seorang pesakitan yang berada di kereta lain membuka mulut,
"Saudara Prayoga. Jangan takut menerangkan apa yang sudah terjadi. Terhadap
orang-orang macam itu, tepatlah apa yang dikatakan dia."
sarini tak sampai hari menyaksikan kakak seperguruannya dan juga dua orang yang
lain, meringkuk dalam kereta dengan kaki dan tangan dibelenggu. Menggunakan
kekuatannya, ia membebaskan dua orang pesakitan itu. Tetapi ketika akan menolong
Prayoga, ternyata pemuda ini sudah mematahkan sendiri belenggunya.
Saking terharu dan rindu, Sarini lupa segalanya. Ia menubruk, memeluk, kemudian
menangis terisak-isak di dada pemuda itu.
"Sudahlah jangan menangis," hibur Prayoga.
"Sekarang terangkanlah, bagaimana engkau bisa lolos dari maut di Gunung
Slamet?"
Sarini menyeka air matanya. Akan tetapi belum juga sempat membuka mulut,
telinganya sudah mendengar derap kaki kuda dalam jumlah banyak. Ia terkejut tetapi
sudah terlambat. Mereka telah dikurung oleh puluhan prajurit berkuda. Empat orang
perwira yang gagah telah maju serempak. Melihat tawanan sudah bebas mereka
terkejut. Salah seorang segera menusukkan tombaknya ke arah Prayoga.
Dengan amat mudahnya Prayoga menghindari: Tetapi Sarini tidak. Tombak itu cepat
disambar kemudian akan menghajar perwira itu. Namun kali ini Sarini salah hitung.
Ternyata perWira itu bukan orang lemah. Tidak kurang gesitnya perWira itu menarik

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tombaknya merendah, kemudian diputar seperti baling-baling langsung ditusukkan ke
dada Sarini.
Untung juga Sarini bergerak geSit. ia membungkuk kemudian merapat maju. ia
berhasil meraih pedang yang tadi dibuang. Dengan pedang ia memukul perut kuda
dengan hulu pedang. Kuda kesakitan, meringkik sambil mengangkat kaki depan.
Kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh Sarini. Pedang menyambar, dan
patahlah tombak perWira itu menjadi dua. Sebelum perwira itu dapat berbuat, pukulan
Sarini bersarang ke punggung. Hek, perwira itu menjerit roboh di tanah, kemudian
diinjak oleh Sarini.
"Hayo, siapa yang berani maju lagi?" tantang Sarini
Melihat pemimpinnya roboh, tiga orang bawahan itu tidak berani maju lagi. Mereka
hanya memerintahkan kepada prajurit untuk tetap mengurung, lalu berteriak-teriak
memanggil bala bantuan.
Gempar keadaan di jalan itu. Orang-orang yang lewat ketakutan dan masuk gang
sambil berlarian. Warung yang semula buka, cepat-cepat menutup pintu.
Prayoga dan Sarini sudah beberapa kali berhadapan dengan prajurit Mataram.
Namun biasa yang terjadi, di tengah hutan atau di tempat lapang yang lain. Tidak di
tengah jalan kota yang ramai seperti sekarang ini.
Apabila prajurit itu mengurung secara rapat, memang tidak gampang Prayoga dan
Sarini melarikan diri. Tiba-tiba Sarini mendapat akal. Ketika melihat prajurit prajurit
itu mulai akan menyerang, cepat-cepat Sarini menarik telinga perwira yang diinjak
sambil memerintah,
"Lekas perintahkan. agar mereka mundur!"
Celakanya perwira itu penuh tanggung-jawab. Ia marah tetapi tidak membuka mulut.
Pendeknya ia lebih baik mati daripada menyerah, kemudian mendapat hukuman yang
memalukan.
Melihat kejantanan perwira ini, tidak urung Sarini dan Prayoga menjadi gelisah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
sendiri. Akhirnya ia berseru kepada Prayoga,
"Kakang, hayo kita mengamuk!"
Prayoga ragu. Tetapi Sarini sudah bertindak.
"Terimalah!"
Sambil berkata Sarini sudah melemparkan perwira yang jantan tadi ke arah prajurit
yang mengurungnya. Sesudah itu Sarini sudah menerjang, bersenjata rantai besi sambil
berteriak,
"Kakang! Engkau jangan tolol". Jika engkau tak berani mengamuk, apakah engkau
ingin mati konyol?"
Prayoga baru tersadar. Ia cepat memungut rantai besi yang lain, kemudian
diputarkan seperti baling-baling. Tiga orang perwira tadi sudah berteriak garang,
"Serbu! Tumpas pemberontak!"
Pasukan kuda yang semula sudah mundur itu maju lagi. Hiruk-pikuk oleh dencing
senjata dan ringkik kuda memenuhi jalan. Diam-diam Sarini menjadi khawatir juga,
karena memang tidak gampang menerobos keluar dari kepungan prajurit yang terlatih
ini dalam keadaan selamat.
Akan tetapi rupanya Sarini dan Prayoga masih bernasib baik. DI saat Sibuk itu,
tiba-tiba terdengar sunan nyaring tajam disusul dua sosok bayangan sudah melesat
datang. Yang seorang mendekati Sarini dan yang seorang mendekati Prayoga.
Ternyata yang menghampiri Sarini itu Sintren. Secepat kilat Sintren sudah
menyambar Sarini. kemudian dibawa meloncat ke atap rumah. lalu menghilang.
Sebaliknya Saragedug yang ingin meniru isterinya agak kesulitan, karena Prayoga
selalu menghindar dan malah memukul. Saragedug terkejut. Cepat ia merobah gerakan
tangan dengan merangsang pundak. Namun pemuda itu belum mau menyerah,
menggunakan siku untuk menyodok dada Saragedug.
Duk... uh Prayoga kaget setengah mati. Sebab sikunya panas sekali seperti terbakar
api. Di saat Prayoga kaget ini, tahu-tahu pundaknya sudah dicengkeram Saragedug.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ketika Prayoga ingin meronta, Saragedug mengepitnya lalu dibawa menghilang
sesudah meloncat ke atap rumah.
Pasukan berkuda itu kaget sekali di samping heran menyaksikan gerakan dua orang
itu. Dan karena kehilangan pesakitan penting, akhirnya kemarahan prajurit ini
ditumpahkan kepada dua orang pesakitan yang'belum berhasil lari. Dan akibatnya,
kasihan sekali. Dua orang pesakitan itu tubuhnya hancur tercincang oleh kemarahan
para prajurit.
Suami-isteri saragedug dan Sintren berlarian seperti terbang meninggalkan kota
Semarang. Ketika tiba di dalam hutan, dan yakin pula tidak dikejar lagi, mereka
berhenti dan melepaskan lelah.
Sarini berterima-kaSih sekali atas bantuan suami-isteri itu. Lebih-lebih Prayoga
yang jujur dan tak mengetahUi suami-isteri ini. Dan pada kesempatan itu ia juga minta
maaf atas perbuatannya tadi, yang sudah salah sangka dan memukul.
Saragedug terkekeh, lalu menjawab.
"Mana mungkin aku dapat berpeluk tangan melihat engkau dikeroyok prajurit itu?"
Prayoga menganggap suami-isteri ini merupakan pejuang yang menentang Mataram
pula. Katanya,
"Lalu siapakah yang sudah memberitahukan paman dan bibi akan peristiwa
terjadinya pcnangkapan atas diriku? Apakah paman dan bibi yuga termasuk golongan
pejuang Pati?"
Sintren cepat menggunakan Aji pameling ditujukan kepada Sarini.
"Hai bocah! Apakah Dia ini kekasihmu? Karena aku dan suamiku sudah menolong
kamu berdua dari bahaya, kamupun harus pandai membalas budi. Jagalah rahasia
kami. Jika engkau patuh, kami akan segera membebaskan engkau agar bisa pergi
bersama kekasihmu. Engkau mau?"
Tanpa banyak pikir lagi, Sarini mengiakan. Sintren senang, lalu menyahut,
"Benar! Kami memang termasuk pejuang Pati! Tetapi mengapa sebabnya engkau

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dapat menduga begitu?"
Karena tak Curiga, Prayoga menerangkan,
"Dengan dua orang kawan, aku diutus menghubungi sisa pejuang Kadipaten Lasem
yang sekarang sedang berkumpul di Randublatung. Akan tetapi ah, ternyata pusat sisa
pejuang Randublatung itu telah kaCau-balau akibat pengkhianatan wakil pimpinan,
bernama wira Sunu. Dia merebut kekuasaan dan telah membunuh pemimpinnya, Wira
Samodra."
Prayoga menghela napas. Sejenak kemudian sambungnya,
"Celaka! Karena tidak tahu terjadinya perubahan, begitu kami tiba di sana dan
memperkenalkan diri sebagai utusan pejuang Pati, kami segera diringkus, diSiksa
setengah mati, kemudian diserahkan kepada prajurit Bupati Semarang. Seterusnya kami
akan dikirim ke Mataram, tetapi untung memperoleh penolongan paman dan bibi.
Kemudian aku dapat bertemu pula dengan adik seperguruanku ini, yang bernama
Sarini."
Diam-diam suami-isteri Gendruwo Semanu ini gembira mendapat keterangan
tentang timbulnya kembali pejuang Pati. Akan tetapi diam-diam mereka juga tidak
senang kepada para sisa pejuang Lasem di Randublatung. Dengan menangkap Prayoga
dan dua kawannya itu, tentu mereka akan mendapat jasa dari Mataram. Dan ini sama
artinya akan mengurangi kewibawaan mereka di hati raja.
"Hemm, kurang ajar benar pejuang Lasem itu. Huh, jangan takut! Kami akan
mengobrak-abrik sarang mereka di Randublatung ujar Sintren.
"Tidak! Kami tidak kecil hati dan gelisah!" sahut Prayoga.
"Guru mengatakan, sekalipun Mataram telah berhaSil menaklukkan beberapa Bupati
dan Adipati wilayah timur, tetapi pejuang Pati akan tetap berjuang untuk membangun
kembali Kadipaten Pati yang berdaulat."
Lagi-lagi suami-isteri itu kaget, tetapi sekaligus gembira. Keterangan ini amat
berguna dan berharga sekali. Sebelum orang Pati berhasil bangkit kembali, secepatnya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
harus bisa dihancurkan.
"Sungguh kebetulan!" Sintren berlagak sungguhsungguh
"Kamipun sedang dalam perjalanan ke Pati untuk membantu kalian. Secara tidak
terduga, kami mendengar tentang ditangkapnya tiga orang pemberontak penting. Maka
kami bergegas menuju Semarang, dan ternyata kami berhasil membebaskan kau."
Prayoga yang jujur sudah terperangkap oleh kelicinan suami-isteri itu.
Sarini menjadi gelisah. Sesungguhnya ia ingin memperingatkan kakak
seperguruannya, siapa sebenarnya suami-isteri ini. Akan tetapi setiap kali ingin
mencegah, Sintren tentu memberi isyarat agar tidak melakukannya. Sebagai akibatnya
Sarini tidak dapat berbuat apa-apa.
Prayoga yang tidak menyadari keadaan, sudah bercerita panjang lebar dan tidak
berusaha menutupi sedikitpun. Sebab menurut anggapannya, kalau suami-isteri ini
membantu perjuangan, merupakan sumbangan tenaga yang hebat sekali. Malah
kemudian pemuda ini juga menceritakan apa yang sudah terjadi di padepokan Ki Hajar
Sapta Bumi. Bahwa sekalipun padepokan itu hancur oleh ledakan, akan tetapi semua
kawannya selamat. Sesudah itu mereka meninggalkan Gunung Slamet langsung menuju
Muria.
_ Setelah selesai bercerita, kemudian Prayoga mengajak untuk pergi ke Muria. Sebab
timbul kekhawatiran pemuda ini, baik guru maupun yang lain tentu gelisah, mengapa
dirinya tidak lekas kembali.
Kita mengenal di dunia ini terdapat hal-hal yang serba kebalikannya. Ada gelap dan
ada terang. Ada muda dan ada tua. Ada hidup dan ada pula mati. Demikian pula ada
maju dan ada mundur. Maka apakah salahnya kalau cerita ini mundur lebih dahulu
barang sedikit? SetUju bukan? Semua itu tidak lain dalam usaha menjelaskan peristiwa
yang sudah terjadi.
Seperti telah di ceritakan?, Jim Cing Cing Goling menjadi gila akibat terluka oleh
pisau beracun. yang disambitkan oleh Tatit. Ketika Jim Cing Cing Goling mengamuk,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
semua orang sudah menyingkir, kecuali Prayoga, karena merasa tidak sampai hati.
Sebagai akibat dari perasaannya itu, hampir saja Prayoga celaka oleh tangan Jim Cing
Cing Goling.
Ketika itu yang masih di tempat tersebut, Ladrang Kuning, Mariam. Ali Ngumar dan
kawan-kawannya dan Hajar Sapta Bumi serta Swara Manis. Sepasang mata Ladrang
Kuning tidak pernah lepas memandang Swara Manis dengan mata berapi. Akibatnya
pemuda ini ketakutan setengah mati dan tidak berani berpisah dari kakek gurunya.
Karena lama ditunggu, Tatit yang dipanggil belum juga muncul, Hajar Sapta Bumi
curiga lalu meninggalkan tempat tersebut. Tetapi baru beberapa langkah. tiba-tiba
terdengar ledakan dahsyat dari arah belakang. Kemudian disusul dengan runtuhnya
tempat yang semula menjadi gelanggang perkelahian.
Hajar Sapta Bumi kaget setengah mati. Ia tidak pernah mimpi bahwa padepokannya
akan meledak secara tiba-tiba. Dalam hatinya merasa heran, Siapakah yang sudah
berbuat curang ini?
"Hai Hajar Sapta Bumi!" seru si Bongkok tiba-tiba.
"Sadarkah engkau sekarang, telah ditipu orang-orang Mataram?"
Hajar Sapta Bumi seperti disadarkan. Dengan gesit ia memimpin Swara Manis
menerobos keluar padepokan, Ladrang Kuning cepat menyusul, tetapi karena tidak
kenal seluk-beluk padepokan itu, ia kehilangan jejak. Sebab Hajar Sapta Bumi menuju
ke pinggang gunung, dan secara kebetulan bertemu dehgan 18 orang anak-buah
Gendruwo Semanu yang sedang menunggu sang pemimpin.
Tanpa banyak bicara Haiar Sapta Emmi segera mengamuk. Dalam waktu singkat.
Hajar Sapta Bumi telah dapat membunuh separo dari orang Mataram itu, sedang yang
lain melarikan diri. Sesudah itu Hajar Sapta Bumi tegak termangu-mangu, mengamati
padepokannya yang hanCur berantakan. Padepokan yang dibangun dengan jerih payah
dan mandi keringat, hancur dalam sekejap mata saja. Hatinya sedih dan kecewa. Ia
menghela napas kemudian mengajak Swara 'Manis pergi dari tempat itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tak lama kemudian Ali Ngumar dan kawan-kawannya berhasil menangkap Jim Cing
Cing Qoling yang gila, lalu dibawa turun gunung. Ketika tiba di tempat Hajar Sapta
Bumi mengamuk, mereka menemukan beberapa sosok mayat. Mereka kenal, mayat ini
orang-orang Mataram yang telah menyamar sebagai cantrik padepokan. kemudian
mereka sibuk mencari korban itu, barang kali bisa menemukan mayat Tatit. Mereka
gembira sekali ketika mendapatkan mayat 'Tatit. Pakaian orang itu kemudian
digeledah, dan ditemukan sebungkus bubuk warna kuning. Obat itu kemudian di sedu
dengan air. lalu diminumkan kepada Cing Cing Goling.
Ternyata bubuk kuning itu memang obat yang mereka butuhkan. Jim Cing Cing Cing
Goling tidur pulas'. Kemudian dengan hati lega mereka meninggalkan gunung itu.
Terjadinya peristiwa yang baru dialami tersebut, para pejuang Pati menjadi semakin
insyaf bahwa raja Mataram terus berusaha menghancurkan mereka. Tetapi hal ini juga
menjadi cambuk dan dorongan bagi Ali Ngumar dan kawan-kawannya, untuk
secepatnya dapat membangun kekuatan kembali dalam usaha melawan Mataram.
Sedang tempat yang dipilih sebagai markas, Gunung Muria.
Begitulah yang terjadi, dan marilah sekarang meneruskan cerita mengikuti
perjalanan Prayoga yang disertai Sarini, Saragedug dan Sintren. Karena tidak
menyadari siapa suami-isteri itu, Prayoga masih terus memberi keterangan tanpa
tedeng aling-aling.
"Kakang," bisik Sintren kepada suaminya.
"kecuali anak perempuan itu, tidak seorangpun mengenal kita. karena itu kita tidak
sukar bagi kita menyelundup ke dalam markas mereka."
"Lebih aman kalau bocah perempuan itu kita bunuh saja," saran Saragedug.
"Hem. lebih baik lagi kalau dua-duanya. Kita bekerja Jangan kepalang tanggung
kakang."
"Baiklah kalau begitu."
Kemudian suami-isteri ini sambil berbisik, sudah menentukan rencana untuk

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
membunuh Sari dan PraYOga.
Ketika tiba di kali Serang, Prayoga tertarik akan alam pemandangan yang indah.
Sarini yang amat rindu dapat melangkah bersama Prayoga. mendampingi untuk
mcnyusur sungai itu.
"Hai, mau ke mana kau?" bentak Sintren.
"Engkau tidak boleh pergi!"
Sarini tertegun dan menahan langkah. Sekalipun hatinya memberontak. terpaksa
harus menahan sabar mengingat dirinya masih belum bebas dari cengkeraman
suami-isteri tersebut.
Prayoga keheranan dan bertanya,
"Sarini! Mengapa engkau tidak jadi ikut? Apakaah engkau tidak kepingin menikmati
alam indah seperti ini?" _
Sarini menghela napas sedih, kemudian jawabnya,
"Kakang, rasanya aku lelah sekali. Lebih baik kita duduk saja di bawah pohon ini."
Prayoga keheranan. Apa sebabnya gadis yang biasanya lincah itu, sekarang seperti
kehilangan semangat? Ia kemudian mengalah, lalu duduk di samping Sarini.
Sesungguhnya saja setelah duduk berdampingan ini, Sarini ingin sekali dapat bercerita
banyak. Sayangnya mulut seperti terkancing, hingga tidak membuka mulut. Padahal
Prayoga tidak pandai bicara, maka akibatnya pemuda dan pemudi ini duduk
berdampingan hanya berdiam diri.
Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut yang terjadi di tempat tidak jauh dari mereka.
Lalu mereka dengar, seorang berteriak mendamprat,
"Hai, apa sebabnya engkau berbuat kurangajar?!"
Menyusul kemudian suara orang ketawa mengejek,
"Heh-heh-heh. Siapa kurangajar? Sudahlah, tidak perlu ribut-ribut seperti orang
kebakaran kumis."
Kemudian terdengar suara orang yang kantap dibanting di tanah. Sesudah itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
muncullah seorang laki-laki muda dari semak di tepi sungai sambil menggenggam dua
ekor ikan.
Prayoga tersirap darahnya ketika mengenali, orang muda itu Swara Manis. Sedang
orang yang tadi terbanting, ternyata seorang tua, kemudian mengejar sambil berteriak,
"Kembalikan ikan itu!"
Prayoga tak dapat menahan kemarahannya. Bentaknya,
"Hai Swara Manis. Apa kerjamu di sini?"
Swara Manis kaget sekali. Saking kagetnya, dua ekor ikan yang digenggam sudah
lepas. Ketika berpaling dan melihat Sarini dan Prayoga, jantung Swara Manis
berdebaran. Melawan salah seorang saja kewalahan, apa pula harus berhadapan
sekaligus.tentu sulit sekali.
Akan tetapi ia seorang laki-laki cerdik dan licin. Ia tidak kehilangan akal.
Cepat-cepat ikan yang menggelepar itu ditangkap, lalu dilontarkan ke arah Prayoga
dan Sarmi, berbareng meloncat ke belakang. Sudah jelas, maksudnya akan melarikan
diri.
"Hem, mau lari ke mana?!" ikan itu ditangkis, kemudian Prayoga mengejar.
Sejak padepokan Gunung Slamet hancur, Hajar Sapta Bumi menjadi malu dan
bingung. Karena tak tahu harus mencari perlindungan, akhirnya kakek dan cucu itu
bersembunyi di Situ, sebagai tempat sementara. Kemarin Hajar Sapta Bumi pergi untuk
menghubungi seorang kenalan yang mungkin sedia menampung sementara. Sebelum
pergi berpesan agar Swara Manis tidak pergi ke mana-mana, mengingat suasana masih
gawat. Akan tetapi celakanya Swara Masnis tidak patuh, ia keluyuran di tepi sungai
Serang, lalu merampas ikan dari seorang nelayan tua.
Melihat gerakan Prayoga yang ringan dan geSit, Swara Manis semakin cemas dan
gelisah. Ia mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk lari menyelamatkan diri. Ketika
berpaling, ia menjadi heran karena Sarini tidak ikut mengejar. Saking heran ia tertegun
dan tahutahu Prayoga sudah menyusul.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Swara Manis gelagapan. Ia,akan lari. tetapi Prayoga lebih cepat, dan Prayoga sudah
mengulurkan tangan untuk mencengkeram. Tanpa memalingkan muka Swara Manis
telah mengibaskan tangan ke belakang untuk menangkis. Dan secepat kilat ia membalas
dan berhasil melukai telapak tangan Prayoga.
Prayoga kaget sekali, karena serangan itu tidak terduga. Ternyata di tangan Swara
Manis telah menggenggam sebatang tongkat warna hitam. Senjata itu bukan lain milik
kakek gurunya, yang amat berbahaya.
Prayoga cepat-cepat menarik tangannya. Dan senjata Swara Manis tiba-tiba
memanjang, hampir saja melukai lagi. Untung Prayoga sudah dapat menduga,
sehingga tangannya selamat. Akan tetapi justru kesempatan itu lalu dipergunakan oleh
Swara Manis, menyelinap ke dalam semak dan menghilang.
Prayoga geram sekali. Ia mengejar! Tak lama kemudian ia melihat sebuah pondok
cukup besar, dikelilingi pagar bambu.
"Hai Swara Manis!" teriaknya menantang.
"Jangan menjadi pengecut dan sembunyi seperti katak! Hayo, lekas menyerahlah!
Seorang laki-laki, berani berbuat harus berani bertanggung-jawab."
Akan tetapi Swara Manis tak menyahut, lalu menyelundup ke samping pondok, terus
meloncat ke atas pohon.
Prayoga yang mengira Swara Manis bersembunyi di dalam pondok, ia beberapa kali
berteriak. Karena Swara Manis tak juga menyahut, ia menggerakkan kakinya
menerobos ke dalam pondok. '
Tiba-tiba dari belakang terdengar orang memanggil,
"Anak Prayoga! Kita harus meneruskan perjalanan."
Prayoga terkeSiap. Ketika berpaling, ternyata Saragedug sudah di belakangnya. Ia
kagum sekali. Jelas sekali, kakek ini jauh lebih sakti dibanding dirinya.
"Sudilah paman menunggu dulu. biarlah aku tangkap orang itu lebih dulu."
Tetapi Saragedug curiga kalau Prayoga akan melarikan diri. Ia tak ingin kehilangan,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
lalu menghampiri.
Swara Manis keheranan melihat munculnya Saragedug. Dan yang lebih heran lagi.
mengapa Saragedug memanggil Prayoga seramah itu? Mungkinkah sekarang
Saragedug telah bersekutu dengan orang Pati dan para pemberontak?
Akan tetapi dugaannya itu cepat dibantahnya sendiri. Sebagai seorang yang licik dan
licin, ia menduga Saragedug pura-pura bersekutu dengan orang Pati. Maksudnya tidak
lain untuk dapat mengorek keterangan dari mulut Prayoga dan Sarini.
Katanya dalam hati,
"Kakek guru sudah memutuskan. tidak sudi lagi berhubungan dengan Mataram. Akan
tetapi hem, apakah salahnya aku melangkah sendiri? Aku ingin hidup enak dan dapat
menentukan hidupku kemudian hari. Asal saja aku menyediakan diri kerjasama dengan
suami-isteri itu, tentu mereka sedia bekerjasama."
Sesudah berpikir demikian, tiba-tiba Swara Manis meloncat turun dari pohon.
kemudian katanya mengejek,
"Hai tolol! Jangan membuka mulut seenakmu sendiri. Lihat, aku di sini. Apa
sebabnya engkau berteriak teriak seperti tidak waras?"
"Bagus!" sambut Prayoga yang menduga bahwa Swara Manis sedia ikut ke Muria.
"Engkau memang laki laki jantan!"
Akan tetapi Swara Manis memandang Prayoga sambil mencibirkan mulut. Lalu
memberi hormat kepada Saragedug, katanya,
"Paman ah, tidak pernah aku sangka sama sekali dapat bertemu paman di sini."
Wajah Saragedug berubah tegang dan memandang tak berkedip.
"Kakek guru sedang pergi, " katanya menambahkan,
"Sekarang ini saya seorang diri."
Saragedug tak percaya. Untung kemudian Sintren menyusul sambil menggandeng
Sarini. Melihat Swara Manis, perempuan ini terbelalak kaget. Akan tetapi menjadi
cepat menjadi tenang sekali mendengar penjelasan Swara Manis. Sekali pandang itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
sudah dapat menduga bahwa Swara Manis tetap saja membenci Ali Ngumar dan
anak-buahnya. Cepat-cepat ia memberi isyarat mata kepada Swara manis, tetapi
mulutnya pura pura mendamprat,
"Hai, manusia busuk Swara Manis! Hayo, engkau sedia ikut aku atau tidak?"
Karena Swara Manis juga seorang durjana, ia cepat dapat menangkap isyarat
Sintren. Tanpa rewel lagi ia menundukkan kepalanya, mengeluh, seperti menyerah
benar-benar.
Akan tetapi Sarini bukan Prayoga. Melihat hal yang aneh dan mengherankan itu
tidak percaya begitu sana. Akan tetapi karena tidak mempunyai alasan mencurigai,
maka gadis ini tidak membuka mulut, dan menunggu perkembangan lebih lanjut.
Swara Manis kemudian mengulurkan tangannya kepada Prayoga agar diikat. Lalu
mengikuti kepergian Saragedug dan Sintren, meneruskan perjalanan.
Akan tetapi Prayoga menolak mengikat tangan Swara Manis. Sedang Sarini yang
sejak pertama sudah curiga, tambah curiga lagi melihat sikap Swara Manis yang
berlebihan. Dalam hati gadis ini menduga tentu ada udang di balik batu, mengapa
Swara Manis bersikap seperti itu. Akan tetapi masih berdiam diri, justru merasa belum
mampu menyingkap rahaSia yang tersembunyi.
Mereka meneruskan perjalanan. Hari itu juga mereka tiba di Kudus. Tetapi karena
khawatir timbul hal-hal yang tak diharapkan, Sintren tidak berani masuk kota. Mereka
meneruskan perjalanan menuju Muria lewat jalan pintas.
Dalam perjalanan ini otak Sarini dijejali dengan berbagai macam pertanyaan. Ia
tahu bahwa Swara Manis mempunyai kesempatan cukup untuk melarikan diri.
Akan tetapi anehnya mengapa tidak mau lari dan malah rela menjadi tawanan
seperti ini?
Sarini sudah kenal watak Swara Manis yang licik dan licin. Kalau sekarang menurut
seperti itu tentu mempunyai maksud kurang baik. Sayang sekali ia tidak mempunyai
kesempatan memberitahu kepada Prayoga. Diam salah bicara juga salah. Ibarat maju

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tatu mundur ajur ( malu terluka dan mundur hancur).
Setelah mempertimbangkan untung dan ruginya, ia tak takut menghadapi riSiko.
Apapun yang akan terjadi, semua demi kepentingan guru dan pejuang yang lain.
Setelah mantap. ia bertanya kepada Prayoga,
"Kakang, aku ingin bertanya kepadamu. Andaikata umurmu tinggal tiga hari saja,
apa yang akan engkau lakukan dalam waktu sesingkat itu?"
Prayoga keheranan, menatap Sarini penuh rasa curiga. Namun begitu sebagai
seorang yang berotak tumpul, ia belum dapat menduga apa yang dimaksud oleh Sarini.
Ia belum menjawab, tetapi malah berbalik bertanya,
"Engkau bermaksud apa dengan pertanyaanmu itu?"
Sarini menghela napas panjang. Sesaat kemudian ia berbiSik lagi,
"Kakang, andaikata engkau mendapat pertolongan orang lain dan juga yang
menyelamatkan nyawamu, apa yang engkau lakukan?"
"Tentu saja membalas budi!"
"Akan tetapi kalau penolongmu itu ternyata bukan seorang jujur dan malah seorang
jahat, misalnya semacam Swara Manis, bagaimanakah pendapatmu?"
"Hemm," Prayoga menghela napas pendek.
"Kalau orang semacam dia, memang harus berSikap lain. Bukan saja dia seorang
jahat, tetapi juga begundal Mataram, yang sudah banyak membunuh orang tidak
berdosa. Sudah tentu' berhadapan dengan semacam dia, tentang budi harus nomor
dua."
Sarmi terperanjat. Namun ia juga kagum akan pendapat kakak seperguruannya yang
jantan itu. Kemudian dalam hati timbul semacam perasaan, bahwa selama ini sikapnya
terhadap Saragedug dan Sintren kurang benar.
"Kakang, aku bukannya memuji. Akan tetapi engkau memang seorang ksyatria gagah
perwira. Sekarang aku ingin mendengar pendapatmu terhadap suami-isteri Gendruwo
Semanu yang sudah menolong kita. Tentunya tentang budi menjadi nomor dua pula?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Apa maksudmu?" Prayoga terbelalak kaget.
"Hem, terhadap dua orang itu tentu saja aku lebih baik mati daripada harus
membalas budi!"
Sarini mengangkat kepala, kemudian mengamati Prayoga tak berkedip. Prayoga juga
menatap, dan dua pasang mata itu beradu. Prayoga tersadar bahwa se sungguhnya
Sarini sekarang bukan anak keCil lagi, tetapi sudah menjadi seorang gadis dewasa dan
cantik. Bertatap pandang seperti ini, ia menjadi malu sendiri. kemudian mengalihkan
pandang matanya ke arah lain.
Sarmi menghela napas, lalu bertanya lagi,
"Kakang, aku ingin bertanya lagi. Kita baru saja mengalami peristiwa, dikeroyok
prajurit Mataram di Semarang dan sulit lolos. Apakah engkau akan memilih mati
danpada ditolong oleh suami-isteri itu?"
"Huh, mati di tangan prajurit lebih bahagia daripada memperoleh pertolongan dari
suami-isteri jahat itu."
Mendadak saja tubuh Sarini menggigil. BiSiknya lagi,
"Apakah engkau tahu. bahwa yang sudah menolong kita itu, sebenarnya Saragedug
dan Sintren?"
Prayoga hampir tidak percaya akan pendengarannya sendiri. Kemudian ia bertanya,
"Sarini! Benarkah apa yang engkau katakan itu?"
Ternyata Saragedug sudah mendengar apa yang dipercakapkan oleh sepasang
muda-mudi itu, dan menyahut.
"itu memang benar. Yang sudah menolong engkau dari keroyokan prayurit itu,
memang Saragedug dan Sintren!"
Setelah menerangkan, Saragedug segera melancarkan serangan dengan tenaga
panas. Akibatnya angin panas sudah menyambar dari samping, kemudian tahu-tahu
kakek itu sudah berdiri menghadang jalan.
Dalam gugupnya Prayoga memalingkan mukanya ke belakang. Ia melihat Sintren

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menyeringai seperti 1blis. Suami-isteri itu sudah Siap-siaga dari depan dan belakang.
"Celaka! "Prayoga mengeluh.
"Aku tadi sudah terlanjur menceritakan rahasia Muria. Dengan perbuatanku ini
jelas. dosaku besar sekali baik kepada guru maupun yang lain."
Melihat Prayoga dan Sarini berhadapan dengan bahaya, Swara Manis ketawa
terkekeh penuh nada mengejek. Mendengar suara ketawa Swara Manis. hati Prayoga
tambah panas dan marah sekali.
"Sarini! Aku... tak pernah menduga sedikitpun bahwa engkau sudah menyeberang..."
hardiknya kepada Sarini. Namun ia masih tidak tega menyebut dirinya berkhianat.
Sarini tak dapat memberi keterangan secara jelas. Ia hanya menjawab,
"kakang... aku... aku memang belum sempat memberitahukan kepadamu. Sebab
mereka yang melarang kepadaku. Ah kakang... memang aku berobah menjadi seperti
tolol, akibat rasa kegembiraanku bertemu dengan engkau masih dalam keadaan
selamat. Ahh... kakang... ternyata hatimu hanya terisi mbakyu Mariam seorang... dan
engkau 'tak pernah memikirkan derita batinku yang selalu memikirkan engkau.
Sayangnya... umurku sekarang tinggal tiga hari lagi. Sekalipun begitu hatiku amat
bahagia karena... akan mati bersama engkau. ... "
Sekarang baru terbukalah mata dan hati Prayoga, bahwa adik seperguruannya ini,
mencintai dirinya dengan segenap hatinya.
"Sarini. Yang kita hadapi saat sekarang ini bukan terbatas soal kita berdua saja.
Apabila tiga orang itu sampai berhasil menyelundup ke Muria, ah. .. betapa bahaya
yang akan menimpa seluruh pejuang Pati. Hemm, aku khawatir sekali akan
keselamatan guru kita. Betapa sedih guru kita apabila jerih payahnya itu akan hancur
dalam sekejap. Hayo cepat, kita teruskan perjalanan."
Sambil menarik tangan Sarini, maka Prayoga menerobos ke kiri. Tetapi celakanya
Saragedug sudah menghadang. Prayoga selangkah ke belakang, tetapi celakanya
Sintren juga sudah menunggu. Sebelum Prayoga siap-siaga sudah menyerang.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tiba-tiba Prayoga merasakan punggungnya dingin. Sesungguhnya saja Prayoga
masih dapat menghindar ke samping. Namun kemudian timbullah tekat hatinya untuk
bertahan, sedang Sarini dilemparkan keluar dari kcpungan musuh. Maksud Prayoga
jelas, ia menghendaki agar Sarini dalam melarikan diri.
Prayoga hanya miringkan tubuh. kemudian menyambut serangan Sintren dan
berbareng itu, ia sudah berteriak,
"Sarini. Cepat lari ke Muria dan beritahukan kepada bapa!"
Ketika dilemparkan, Sarini terkejut. Tetapi setelah mendengar teriakan Prayoga,
barulah dapat menangkap maksud pemuda itu. Akan tetapi Sarini sedia membiarkan
kakang seperguruannya berkelahi seorang diri. Kalau Prayoga sedia berkorban,
mengapa dirinya tak sanggup berkorban? Tentu saja ia malu. Teriaknya nyaring.
'Tidak, kakang! Jika engkau mati akupun harus mati! Kakang ah... Hidup selalu
bersanding, matipun kita bersanding pula. ... !"
Dengan gerak jungkir-balik yang amat mengagumkan, Sarini sudah meluncur ke
bawah dan melepaskan_lima buah pukulan berantai ajaran Ladrang Kuning. Dan sejak
minum air mustika dalam batu, tenaga murni gadis ini tambah maju pesat sekali.
Dalam usaha menghindari serangan Prayoga. Sintren menyurut mundur. Tetapi pada
saat itu pukulan Sarini telah datang. Pukulan pertama dapat dihindari, tetapi yang
kedua dan seterusnya, ia tak kuasa menghindar. Empat kali pukulan berat telah
bersarang ke perut wanita itu
Sayang sekali tenaga Sarini masih belum setinggi Sintren. Hanya oleh serangan
Sarini yang nekat saja, menyebabkan Sintren meringis kesakitan.
Akibatnya Sintren marah sekali. Dengan gerak yang lincah sekalipun kesakitan,
serangan Prayoga dapat dihindari. Dalam marahnya Sintren tidak sungkan lagi. Ia
menghantam dan mendorong dengan tenaga sakti dingin.
Prayoga menjadi jengkel sekali karena Sarini tidak pergi, malah kembali ke
gelanggang. Teriaknya.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Sarini! Mengapa engkau tak juga pergi? Huh,apakah engkau membangkang
perintahku, sudahlah! Aku tak sudi mengakui engkau sebagai adik seperguruan."
Pada saat Prayoga bicara ini, serangan hawa dingin dari Sintren melanda tiba.
Karena tidak menyadari ampuhnya pukulan Sintren, ia malah maju menangkis pukulan
itu. Prak! Ketika dua tangan saling berbenturan, seketika Prayoga merasakan tubuhnya
menggigil kedinginan. Cepat-cepat ia menggunakan ilmu Jathayu nandhang papa untuk
melepaskan diri.
Akan tetapi sayangnya Sintren menyusuli lagi dengan sebuah dorongan, sehingga
sebelum Prayoga berhasil tegak, punggungnya terasa dingin.
Prayoga masih juga berusaha untuk bertahan. Tetapi mendadak kepalanya pening,
mata berkunang-kunang.
Saragedug ketawa terkekeh sambil mengejek,
"Hehheh-heh, apakah engkau mabuk jengkol?"
Prayoga memang masih mendengar ejekan itu, tetapi tubuhnya berputaran dan
seterusnya roboh terguling di tanah. Sarini menjerit kaget, lari menubruk kakak
seperguruannya yang pingsan. Ia menangis sejadinya, air matanya membanjir.
Saragedug tak ingin membuang waktu lagi. Cepatcepat ia mengangkat tangannya
mengancam kepala Sarini.
Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita, sedang berusaha dan membujuk agar
oroknya tidak menangis Iagi,
"Sayang... ih sayang. jangan menangis. Hemrr... biarlah nenek mencari manuSia
jahat yang sudah mengganggu tidurmu. Diam sayang... cah bagus, orang-orang itu
akan nenek hajar semuanya. "
Saragedug terkejut dan menghentikan tinjunya yang sudah melayang. Demikian pula
isterinya batal menyerang. Mereka cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu. Namun
baru beberapa langkah Saragedug kembali lagi, tangan bergerak memukul ke arah
Sarini.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini yang sedang menangis sedih tidak siaga sama sekali. Akibatnya pukulan
mengandung hawa panas itu. membuat Sarini pingsan.
Saragedug, Sintren dan Swara Manis berjalan cepat. Ketika matahari hampir muncul
di timur, mereka sudah tidak jauh lagi dari puncak Muria. Mereka dapat melihat jelas
sekali, deretan pondok yang dibangun berjajar dan teratur. Setelah jarak mereka
semakin menjadi dekat, mereka sudah dapat menangkap suara orangorang bicara dari
dalam pondok.
Dalam peryalanan mendekati pondok itu. Sintren telah berjanji. Apabila pekerjaan
menghancurkan pemberontak ini berhasil. ia akan melaporkan jasa Swara Manis
kepada Sultan Agung dan agar memperoleh hadiah besar. Barang tentu Swara Manis
menjadi gembira sekali, Justru keinginan mendapat jabatan dan pangkat di Mataram
akan segera terkabul.
Akan tetapi Saragedug masih khawatir apabila di antara para pemberontak itu
mengenal dirinya.
Isterinya ketawa cekikian. kemudian tangannya membuka bungkusan persediaan
pakaian sambil berkata.
"Kakang, jika engkau sudah memakai pakaian ini, takkan ada yang mengenal lagi."
Setelah suami-isteri ini menyamar, orang tidak mengenal lagi. Semakin dekat dengan
pondok, suara orang terdengar ramai dari dalam pondok. Mereka sudah memperoleh
keterangan dari Prayoga, bahwa dalam waktu singkat di Muria akan diselenggaraakan
pemilihan pemimpin perjuangan yang se kaligus diangkat sebagai panglima Perang.
Ketika tiba di pintu pertama markas, mereka dihentikan dan ditegur penjaga. Sintren
cepat maju, tawanya,
"Kami datang dari Ujung Kulon. Kami bernama Surjadipura dan Witadipura.
Maksud kedatangan kami kemari untuk menyerahkan seorang tawanan bernama Swara
Manis."
Memang tepat pilihan nama itu, karena baik Surjadipura maupun Witadipura sangat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terkenal di Wilayah barat. Walaupun belum pernah ketemu orangnya, orang sudah
mengenal namanya. '
Dan sungguh kebetulan, penjaga yang bertugas memang pernah mendengar nama
dua tokoh itu. Cepat-cepat ia memerintahkan kawannya untuk segera memberi laporan
kepada para tokoh.
Pada saat itu, para tokoh sedang musyawarah. Mereka itu antara lain Ali Ngumar,
Darmo Gati. Darmo Saroyo. Jim Cing Cing Goling, si Bongkok, Resi sempati dan masih
ada beberapa tokoh lain. Mendengar laporan bahwa ada dua orang tokoh sakti dari
Ujung Kulon datang, mereka gembira sekali.
Hanya si Bongkok Baskara yang tidak gembira, malah curiga. Katanya perlahan,
"Tetapi dua orang saudara itu tinggal di Upung Kulon. Hem, suatu tempat yang amat
jauh. Aku menjadi heran, apa saja maksud mereka memerlukan datang ke mari?"
Tetapi Ali Ngumar berpandangan lain. jawabnya,
"mungkin mereka mendengar tentang gerakan kita ini, hingga mereka tertarik dan
ingin menggabungkan diri. Ya, apapun itu dan maksud mereka, kita wajib menerima
sebagai tamu terhormat. Karena mereka sudah datang dari tempat jauh."
Jawaban Ali Ngumar yang cukup beralasan itu, menyebabkan si Bengkok tak berani
menghalangi lagi. Mereka segera menyongsong tamu agung itu dengan gembira. Ketika
bertemu. kesan pertama dari mereka. dua orang tamu itu memang sakti. Karena Sinar
mata dua orang tamu itu berkilat-kilat tajam sekali dan Sikapnya tenang. Di belakang
tamu tersebut, tampak Swara Manis berdiri dengan tangan dibelenggu rantai besi.
Sintren memang ahli pula dalam menyamar. Kendati para pemimpin Muria ini
tokoh-tokoh sakti masih bisa terkecoh, menduga kalau Sintren seorang laki-laki
bertubuh kurus.
Ali Ngumar menyambut tamu itu dengan hangat, katanya ramah,
"Sudah lama sekali kami mengagumi tuan berdua. Kami gembira sekali mendapat
kehormatan sebagai tuan rumah."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Saragedug tersenyum. Sahutnya,
"Ah,-aku dan adikku ini tidak lain hanyalah manusia tidak ternama. Maka rasanya
berat sekali kami menerima sambutan tuan setinggi ini."
Sesudah memperkenalkan diri sebagai Surjadipura dan Witadipura, lalu Saragedug
mengemukakan maksud kedatangannya untuk menggabungkan diri dalam gerakan
perjuangan yang dipelopori Ali Ngumar. Kemudian Saragedug menambahkan,
"Dan harap tuan-tuan ketahui, kami datang sambil membawa seorang tawanan
penting bagi kalian. Menurut pendengaran kami, orang ini besar sekali dosanya kepada
tuan-tuan sekalian."
Ali Ngumar gembira sekali, dan tidak curiga sedikitpun kepada tamunya ini. Sebagai
tuan rumah, kemudian secara ramah Ali Ngumar segera memperkenalkan
kawan-kawannya.
Sudah menjadi kebiasaan Cing Cing Goling, yang setiap kesempatan selalu berbuat
setengah ugaI-ugalan. Sekilas pandang saja Cing Cing Goling tahu bahwa tingkatan
tamu ini masih lebih tinggi sedikit dibanding Ali Ngumar. Menduga begitu, tiba-tiba
saja timbullah keinginannya untuk menguji kesaktian mereka. Maka di saat berjabat
tangan dengan Saragedug, diam-diam Jim Cing Cing Goling sudah menyalurkan
tenaga sakti untuk meremas tangan orang. Akan tetapi untuk menjaga agar tamu itu
tidak malu, ia hanya mengerahkan tiga bagian tenaganya saja.
Akan tetapi sayang sekali, Saragedug bukanlah anak kemarin sore. Iapun dapat
menduga maksud orang. Maka diam-diam iapun mengerahkan tenaga sakti untuk
menghalau, melawan tenaga Jim Cing Cing Goling. Kemudian seperti tidak terjadi
apa-apa, ia ketawa,
"Ah... tuan menghormati aku terlalu tinggi."
Kita sudah kenal siapa Saragedug. Seorang tokoh yang kejam, keji dan berangasan.
Akan tetapi menghadapi peristiwa sepenting ini, ia terpaksa harus mengendalikan diri
sesuai pesan isterinya.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Agak sayang Jim Cing Cing Goling hanya menggunakan tiga bagian tenaga saktinya.
Andaikata ia menggunakan tenaga sakti yang lebih kuat lagi, Saragedug tentu melawan
dengan tenaga sakti panas. Apabila sampai terjadi begitu, tentu rahasia. Saragedug
terungkap, atau setidak-tidaknya Jim Cing Cing Goling menjadi curiga.
Agaknya kesembronoan Jim Cing Cing Goling kali ini, menguntungkan Saragedug
dan Sintren. Mereka segera diterima dengan penuh hormat oleh Ali Ngumar maupun
yang lain. Hubungan cepat menjadi akrab, dan tidak seorangpun mencurigai Sintren
dan Saragedug.
Tokoh-tokoh yang tergabung dalam barisan pejuang di Muria ini mempunyai
kebulatan pendapat dan tekat. Apabila perjuangan mereka berhasil. mereka akan
mengangkat salah seorang putera Adipati Pragola yang bernama Bagus Saketi, untuk
dinobatkan sebagai seorang Raja yang berdaulat penuh.
Beberapa hari lalu, Ali Ngumar dan rombongan tokoh Muria, menerima laporan dari
mata-mata, bahwa Tumenggung Wiroguno bekas Panglima Perang Mataram yang
berhasil membunuh Adipati Pragola, telah dihukum mati oleh Sultan Agung. Maka
berita ini disambut penuh rasa gembira oleh semua tokoh sakti di Situ.
Namun di antara rasa gembira itu, timbul tanda tanya dalam hati para tokoh ini.
Apakah sebabnya orang yang sudah berjasa besar bagi Mataram itu dihukum dan
dibunuh mati oleh Sultan Agung? Pertanyaan ini tidak terjawab, karena orang tidak
tahu latar belakang yang sesungguhnya.
Alasan Sultan Agung membunuh mati Tumenggung Wiroguno, hanya Sultan Agung
sendiri yang tahu. Sebab dalam maklumat Sultan Agung ketika Tumenggung Wiroguno
mendapat hukuman ini, hanya disebutkan, Tumenggung wiroguno dipersalahkan oleh
Sultan Agung telah berbuat sewenang-wenang, melakukan pembunuhan kepada Rara
Mendut dan Pranacitra.
Benarkah alasan sewenang-wenang itu? Tidak benar! alasan yang dicari-cari. Tidak
sedikit jumlahnya para bangsawan yang mempunyai kekuasaan seperti Tumenggung

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Wiroguno, melakukan pembunuhan-pembunuhan kejam terhadap orang-orang tak
berdosa. untuk mengetahui secara jelas peristiwa itu, kiranya kita mengarahkan
ingatan, setelah Tumenggung Wiroguno dielu-elukan sebagai Pahlawan Mataram,
sesudah berhaSil mengalahkan Pati.
Sudah menjadi kebiasaan pada jaman itu, pihak yang menderita kekalahan, harta
benda dirampas,dan para puteri ( gadis maupun bukan ) menjadi tawanan. Di antara
tawanan yang dibawa ke Mataram itu. terdapat seorang gadis jelita bernama Rara
Mendut. Kedudukan Rara Mendut di Pati, merupakan calon selir Adipati Pragola.
Kendati usia Tumenggung Wiroguno sudah lebih setengah abad, melihat kecantikan
Rara Mendut ini tergugah birahinya. Lebih lagi. isterinya tidak bisa memberi anak.
Timbul maksud dalam hatinya, apabila memperisteri Rara Mendut yang cantik, muda
lagi perawan ini,akan bisa memberi anak.
Tumenggung wiroguno memang sedang mujur. Sultan Agung tidak keberatan
menghadiahkan Rara Mendut kepada Wiroguno. Maka gadis cantik jelita tersebut,
kemudian diboyong ke rumah dengan hati sebesar gunung.
Di rumah Tumenggung Wiroguno ini. Rara Mendut selalu bersedih hati. Tubuh yang
semula sehat itu menjadi kurus karena tak mau makan dan minum. Nyai Wiroguno
khawatir kalau Rara Mendut jatuh sakit dan mati. Lalu membujuk suaminya agar sedia
bersabar dahulu. Menggunakan pendekatan secara halus, Nyai Wiroguno percaya akan
dapat menundukkan kekerasan hati Rara Mendut.
Akhirnya Tumenggung Wiroguno setuju kepada usul isterinya, mengabulkan
permintaan Rara Mendut berjualan rokok dika. Sebab hanya dengan jalan berjualan
rokok itu sajalah, Rara Mendut dapat memenuhi tuntutan Tumenggung Wiroguno, untuk
membayar denda.
Justru sebagai penjual rokok' inilah. Rara Mendut yang jelita itu kemudian menarik
perhatian semua lakilaki, termasuk seorang pemuda bernama Pranacitra. Di dalam
cerita yang sudah dikenal oleh masyarakat umum, Pranacitra ini disebut-sebut anak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
seorang janda, bernama Nyai Singobarong, bertempat tinggal di Bata Kenceng.
Pemuda Pranacitra ini anak tunggal yang dimanjakan, karena itu Pranacitra seorang
juragan "prada" yang kaya-raya.
Pranacitra digambarkan seorang pemuda yang tampan luar biasa. Pakaian
sehari-harinya celana cinde, dan kemanapun selalu membawa keris pusaka bernama
Kyai Jabardas. Pemuda Pranacitra ini tidak bedanya dengan laki-laki lain. Sekali
pandang tak dapat mencela kejelitaan Rara Mendut, kemudian jatuh Cinta. Dan
ternyata itu tidak bertepuk sebelah tangan. Rara Mendut menyambut pernyataan cinta
Pranacitra ini secara hangat.
Akhirnya melalui liku-liku perjuangan, Pranacitra berhasil melarikan Rara Mendut
dari rumah Tumenggung Wiroguno. Dalam usaha menyelamatkan diri, sepasang
merpati yang saling Cinta mini menuju selatan. Sayang sekali, ketika itu sungai Oya
sedang banjir. Mereka terpaksa menyewa perahu untuk meneruskan perjalanan.
Tukang perahu yang menolong Pranacitra dan Rara Mendut ini. disebut bernama Ki
Dogong. Sebagai laki-laki biasa, ia kagum dan terpesona melihat kejelitaan Rara
Mendut. Tiba-tiba saja timbullah rasa sayang dalam hatinya", kalamana perempuan
cantik ini cepat berlalu dari depan matanya. Dalam usaha dapat menikmati wajah ayu
ini lebih lama, Ki Dogong sengaja tidak melaksanakan tugas secara baik. Perahu yang
sudah hampir di tengah sungai itu kemudian dibawa kembali ke pinggir.? BerkaIi-kali
hal ini ia lakukan, membuat Pranacitra dan Rara Mendut gelisah, dan minta agar Ki
Dogong segera menyeberangkan. _
Kekhawatiran Prancitra dan Rara Mendut beralasan Sepasukan prajurit yang
dipimpin Praworomantri telah 'datang menyusul. Atas perintah Prawiromantri
menyebabkan Ki Dogong tidak berani membantah. Ia menggerakkan perahunya
kembali ke pinggir.
Tak ada jalan lain bagi Pranacitra, kecuali harus melawan keroyokan puluhan
prajurit. Pranacitra tidak tega melepaskan Rara Mendut. Maka dalam melawan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
keroyokan ini, Pranaritra sambil mendukung Rara Mendut. Maka dalam melawan
keroyokan ini, Pranacitra sambil mendukung Rara Mendut. Perbuatan Pranacitra ini
justru mempercepat kekalahannya. Akhirnya PranaCitra ditangkap, kemudian dibawa
kembali ke rumah Tumenggung Wiroguno.
Dapat dibayangkan betapa marah Tumenggung Wiroguno berhadapan dengan
Pranacitra. Dengan keris, Pranacitra ditikam mati. Rara Mendut yang kecewa dan
marah, cepat menggunakan kesempatan menubruk Tumenggung Wiroguno. Secara
tepat keris tajam itu menikam dada Rara Mendut. Membuat Tumenggung Wiroguno
kaget setengah mati.
Semuanya sudah terjadi, sesal tiada guna. Rara Mendut roboh di tanah, kemudian
sebelum menghembuskan napas terakhir. berpelukan dengan Pranacitra. Ternyata
kemudian pelukan dua insan ini tidak dapat dilepaskan. Lalu diputuskan untuk dikubur
dalam sebuah kubur, di desa Ceporan, Kota Gede. Sekarang Makam Pranacitra dan
Rara Mendut ini masih banyak dikunjungi orang yang percaya dan sengaja minta
sesuatu.
Akan tetapi bukan peristiwa ini melulu, yang menyebabkan Sultan Agung marah,
kemudian memutuskan hukuman mati kepada Tumenggung Wiroguno. Ada rahasia di
balik cerita, yang belum banyak diungkapkan sehingga banyak orang yang menjadi
terkecoh, dan percaya kalau Pranacitra itu anak seorang janda kaya bernama Nyai
Singobarong.
Guna menyingkap tabir rahasia ini perlu ditelusuri hal-hal yang patut dicurigai.
Nyai Singobarong, janda kaya pedagang prada berumah di Bata Kenceng. Apakah
itu tidak menyimpan rahasia sesuatu yang perlu di singkap? Di dalam Babad yang kita
kenal, sering kali kita jumpai cerita-cerita yang kurang masuk akal, atau sengaja
ditutup oleh penulisnya. Sebagai contoh, pada jaman Kerajaan Demak dikenal adanya
cerita Dadungawuk pecah dadanya disabat suruh oleh Jaka Tingkir, di samping ada
pula cerita seekor Kebo Danu pecah kepalanya di tempeleng Jaka Tingkir. Inipun

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
merupakan peristiwa sejarah yang ditutup dengan cerita lain, dalam usaha menutupi
peristiwa sebenarnya. Padahal sesungguhnya, tokoh yang digambarkan sebagai
Dadungawuk maupun Kebo Danu itu bukan lain puteri Sultan Trenggono, yang
bernama Ratu Mas Cempa.
Antara Jaka Tingkir dengan RatuMas Cempa terlibat hubungan cinta. Kemudian
Ratu Mas Cempa hamil. Raja Demak Sultan Trenggono sangat marah, kemudian Jaka
Tingkir diusir dari Demak. Akan tetapi ternyata Ratu Mas Cempa yang sudah hamil itu
menuntut agar Jaka Tingkir diampuni, agar dapat menjadi ayah secara syah calon
manusia dalam rahimnya. Tuntutan puterinya itu menyebabkan Raja Sultan Trenggono
mengabulkan. Akhirnya dinikahkan, lalu diangkat sebagai Adipati Pajang dengan nama
Hadiwijoyo. Peristiwa dan ungkapan ini pernah diceritakan oleh penulis, dalam cerita
bersambung dengan judul "Kemelut di Demak".
Sekarang kita kembali menyingkap nama Nyai Singobarong, pedagang prada dan
berumah di Bata Kenceng. Kiranya nama Singobarong ini bukan hanya secara
kebetulan saja. Tetapi memang identik dengan kedudukan ibu Pranacitra jaman itu.
Kita cukup kenal, Singobarong merupakan binatang buas sebagai Raja Hutan.
Apakah kita tidak perlu mencurigai nama itu? Kiranya di dalam jaman Matarampun,
Nyai Singobarong ini merupakan salah seorang isteri Sultan Agung. Dugaan ini
dikuatkan dengan kedudukkannya sebagai pedagang "prada". Yang dinamakan prada
ini identik dengan emas. Sudah barang tentu sebagai salah seorang isteri Sultan Agung,
kaya akan emas. Apabila dihubungkan dengan nama desa Bata Kenceng menjadi
dugaan itu mendekati. Bata Kenceng sinonim dengan pagar tembok. Orang yang
menghuni di dalamnya disebut wong jeron beteng (orang dalam pagar ). Mudah
diduga. yang dimaksud oleh penulis cerita Rara Mendut Pranacitra, tidak lain Kraton.
Apabila dugaan itu dianggap meragukan, bisa ditelusuri dari keadaan Pranacitra
sendiri yang bercelana Cinde dan memiliki keris Kyai Jabardas. Pada jaman kerajaan
tidak sembarang orang boleh memakai celana Cinde. Yang dibenarkan memakai hanya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
para bangsawan.
Di Kraton Kasunanan Surakarta, terdapat keris bernama Kyai Jabardas. Keris ini
mempunyai kedudukkan penting dalam adat Kraton. Karena di saat penobatan putera
Raja menjadi Pangeran, dalam upacara tersebut fungsi keris Kyai Jabardas ini amat
menentukan. Nah, kiranya tidak salah kalau PranaCitra ini juga salah seorang
Pangeran, putera Sultan Agung.
Karena Tumenggung Wiroguno lancang tangan membunuh seorang Pangeran ini
maka hukuman yang paling setimpal, ditebus dengan nyawanya sendiri. Karena
Tumenggung Wiroguno merupakan orang yang sudah berdosa terhadap kerajaan, maka
jenazahnya dikebumikan di Banyusumurup, Imogiri. Ini merupakan makam khusus bagi
para bangsawan yang dianggap berdosa kepada Kerajaan. maka di makam
Banyusumurup ini, dimakamkan pula Pangeran Pekik ( Adipati Surabaya ). Ratu
Wandansari ( adik Sultan Agung ) dan beberapa bangsawan yang lain.
Mari kita laniutkan cerita kita ini. Gunung Muria telah menjadi pusat perjuangan,
banyak tokoh sakti berdatangan. Akan tetapi ketika markas itu menerima tamu dua
orang laki-laki bertubuh kerdil dan pipinya hitam, baik Saragedug maupun Sintren
terkesiap. Sebaliknya, dua orang tamu itu merasa kaget juga bertemu dengan
Gendruwo Semanu di tempat ini.
Dua orang tamu yang kemudian menggabungkandiri itu. bernama Cilik Kunting dan
Sarpa Kresna. Cilik Kunting tubuhnya kerdil dan matanya lebar, sedang Sarpa Kresna
pipinya hitam bertubuh tinggi besar.
Sesungguhnya saja kedudukan dua orang itu hampir sejajar dengan Gendruwo
Semanu, dalam pengabdiannya kepada Mataram. Oleh Sultan Agung, baik Cilik
Kunting maupun Sarpa Kresna secara khusus ditugaskan menyelundup ke Muria.
Sedang sebabnya dua orang ini mendapat tugas KHUSUS dari Sultan Agung, karena
Gendruwo Semanu tidak terdengar kabar beritanya lagi, menyebabkan Sultan Agung
khawatir.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Bagi Ali Ngumar maupun kawan-kawannya memang sulit untuk meneliti, setiap
orang yang menggabungkan diri, karena jumlahnya banyak sekali. Maka tidak aneh
pula kalau Saragedug, Sintren, Cilik Kunting dan Sarpa Kresna dapat menyelundup ke
tempat ini.
Akhirnya tiba saat mendebarkan. Sesuai dengan hasil musyawarah, hari itu harus
dilakukan pemilihan pemimpin, yang mengendalikan derap langkah perjuangan.
Mengingat kedudukan amat penting yang sedang diperebutkan ini, baik Saragedug
maupun kawan-kawannya berusaha sekuat tenaga untuk dapat merebutnya. Akan tetapi
kalau usahanya sampai tak berhasil, setidaknya akan dapat mengacau dan memecah
belah persatuan.
Dalam usaha memperoleh kedudukan itu, Saragodug telah melancarkan Siasatnya,
"Saudara-saudara sekalian, perkenankanlah aku mengajukan pertanyaan. Ada
seorang pemuda bernama Prayoga. Apakah dia termasuk kawan kita?"
Ali Ngumar terkejut dan cepat menyahut,
"Dia... muridku sendiri. Apa yang terjadi dengan Prayoga?"
"Hem, sayang sayang. .. " Saragedug menggeleng gelengkan kepala sambil menghela
napas panjang.
Si Bengkok cepat berteriak,
"Prayoga kami utus ke Randublatung. Tolong apabila saudara tahu, hendaknya suka
menceritakan."
Saragedug menggeleng-gclengkan kepalanya lagi, tampak amat prihatin dan masgul.
Setelah semua perhatian tertuju kepada dirinya, ia berkata,
"Dalam perjalanan tak terjadi sesuatu. Tetapi setelah tiba di Randublatung, dia
ditangkap oleh pejuang yang berpusat di sana. Ternyata di Randublatung telah terjadi
pengkhianatan, mereka berbalik haluan berpihak kepada Mataram. Akibatnya Prayoga
dibawa ke Mataram, kemudian oleh Sultan Agung dijatuhi hukuman mati. ... "
"Benarkah itu?!" Ali Ngumar berjingkrak terkejut seperti dipagut ular.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Apakah saudara menganggap aku ini sebagai pembohong besar? Dan untuk apa
pula aku harus membohongi kalian?' sahut Saragedug lantang. Sedang semua orang
memusatkan perhatian kepada Saragedug.
"ah... pemuda itu memang mengalami nasib yang amat buruk. Setelah dipenggal
kepalanya. kemudian kepala itu dipancang dengan kayu di alun-alun, sedang tubuh
pemuda itu dicincang para algojo sampai hancur sama sekali."
Keterangan Saragedug ini, nampak seperti benar bcnar terjadi. Membuat semua
orang sangat marah, karena menganggap Sultan Agung terlalu kejam. Tiba-tiba
terdengar salah seorang berteriak lantang,
"Setan alas! Mari kita serbu sekarang juga kerajaan Mataram. Kita harus dapat
merebut kerajaan Mataram, dan membunuh raja tamak itu!"
Yang lain menyambung,
"Keparat! Raja serakah itu harus kita cincang sampai tubuhnya hancur!"
Mendengar kemarahan orang-orang itu membuat Saragedug dan Sintren gembira
setengah mati. Apabila berhasil membangkitkan kemarahaan mereka, kemudian sudah
bergerak ke Mataram, tentu dengan amat mudahnya pasukan Mataram dapat menindas
para pemberontak ini dalam waktu singkat. Ibarat "sulung mlebu geni" (' anai'anai
masuk ke dalam api ).
Cilik Kunting kemudian menggunakan kesempatan ini untuk membakar kemarahan
orang,
"Benar! Tepat! Lebih cepat kita menyerbu ke sana, lebih baik. Kita cukup kuat! Kita
tidak perlu takut!"
Suasana menjadi riuh, orang berteriak dan mencaci maki Sultan Agung. Ali Ngumar
yang biasanya tenang, saat itu juga dirangsang kemarahan hebat. Betapapun Prayoga
merupakan murid kesayangannya, dan sebagai pewaris ilmunya. Akan tetapi sekalipun
begitu, ia ma sih cukup sadar. Sebab menyadari pula, apabila hanya menuruti
kemarahan tanpa memperhitungkan akibatnya, sangat berbahaya.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Di antara yang hadir, Jim Cing Cing Goling juga menyadari keadaan, dan dapat
pula menangkap isyarat Ali Ngumar itu. Tiba-tiba tokoh aneh ini bersuir nyaring dan
tajam. Suara hiruk-pikuk seketika tertindas. Kemudian suasana kembali tenang, lalu
semua pasang mata dipusatkan ke arah Ali Ngumar, menunggu dengan jantung
berdebar.
Ketika itu Ali Ngumar tampak berduka sekali. Dalam waktu beberapa saat tokoh
Muria ini tidak dapat membuka mulut. Hubungan antara dirinya dengan Prayoga
bukan saja sebagai murid kesayangannya, tetapi juga tidak bedanya seorang anak. Ia
kenal akan watak dan kejujuran pemuda itu, yang menjadi seorang pemuda pejuang
gagah perkasa, tak gentar berhadapan dengai kesulitan dalam melaksanakan tugas.
Hampir saja Ali Ngumar berhasil dibakar kemarahannya oleh Saragedug dan Cilik
Kunting. Namun kesadarannya dapat menindas rangsangan kemarahannya. Ia sadar
setiap perjuangan harus dilandasi persiapan teratur dan perhitungan yang tepat. Tanpa
adanya persiapan, penyerbuan itu takkan berhasil seperti yang diharapkan.
Kebalikannya malah akan mengorbankan ribuan pejuang yang sudah lama
dipersiapkan.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, ia dapat menyadari mana' kepentingan
pribadi dan mana kepentingan perjuangan. Apabila perjuangan ini dicampuri
kepentingan pribadi, salah-salah malah menghancurkan seluruh cita-cita dan harapan
membangun Pati akan kandas.
Ali Ngumar batuk-batuk. Setelah semua orang memperhatikan, ia memulai,
"Aku sangat mengharapkan Sikap kalian yang tertib dan tenang, dan hendaknya
tidak mudah terbakar oleh rasa marah. Aku mengerti, berita buruk itu sangat
mengejutkan dan apa yang sudah dilakukan Sultan Agung jelas tidak bijaksana. Dan
sudah tentu kita cepat dapat menyebut, Sultan Agung seorang Raya yang kejam dan
sewenang-wenang. Namun sebaliknya harus kalian sadari pula, bahwa dari sudut
kepentingan Mataram hal itu tepat. Karena membunuh seorang pemuda berbahaya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
seperti Prayoga, berarti mencegah bencana yang bisa timbul. karena setiap pejuang
akan berhitung-hitung dahulu sebelum bertindak. Sudah tentu antara kita dengan Sultan
Agung tidak pernah sependapat."
Ali .Ngumar berhenti sejenak, Sambil menebarkan pandang matanya kepada.
sekalian yang hadir untuk mencari kesan. Ketika melihat semua orang
memperhatikan,ia menghela napas lebih dahulu sebelum melanjutkan.
"Saudara-saudaraku sekali lagi aku mohon agar kalian dapat mengekang dan
memerangi perasaan. Kalian tahu, betapa sedih dan marahku mendengar peristiwa itu.
Namun sebagai seorang pejuang yang bercita-cita luhur untuk melawan
keserakahanSultan Agung, kita harus mendahulukan kepentingan perjuangan daripada
kepentingan pribadi. Kita semua menyadari bahwa perjuangan selalu membutuhkan
pengorbanan, dan jatuhnya airmata. Tetapi airmata malah bagai pupuk bagi tanaman,
sehingga dapat menyuburkan dan menebalkan kesetiaan kita kepada perjuangan,
sehingga hati kita membaja!"
Ali Ngumar berhenti lagi, ketika melihat hadirin tetap tenang, ia meneruskan.
"Saudara-saudaraku. hendaknya kita mau berpikir lebih jauh lagi. Kemudian akan
timbullah pertanyaan dalam hati kita masing-masing, apakah tindakan Sultan Agung
terhadap Prayoga itu tidak mempunyai maksud tersembunyi? Menurut dugaanku
peristiwa ini memang sudah diatur sedemikian rupa. Agar kemudian kita menjadi
marah, kemudian tanpa pikir panjang lagi sudah bergerak menyerbu Mataram untuk
menuntut balas. Apakah kita tidak akan menderita rugi kalau sampai bertindak tanpa
perhitungan seperti itu?"
Penjelasan Ali Ngumar itu menyadarkan Semua orang, dan memuji pula akan Sikap
dan pandangannya yang jauh. Beberapa orang tokoh segera mendukung pendapat Ali
Ngumar. Kepentingan perjuangan harus didahulukan daripada urusan pribadi.
Akan tetapi sudah tentu mata-mata Mataram tidak puas dengan Sikap Ali Ngumar.
Sikap itu akan merugikan kepentingan Mataram, maka kesempatan ini harus

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dipergunakan sebaik-baiknya untuk melakukan pengacauan.
"Salah! Salah! Itu tidak tepat!" seru Sarpa Kresna lantang.
"Aku merasa sayang sekali bahwa kalian sebagai pejuang, sekarang telah dihinggapi
oleh rasa takut! Ini dicap yang tidak perwira. Apapun yang terjadi, kita tak dapat
menerima perlakuan sewenang-wenang raja Mataram itu. Pihak sana sudah tidak
menghargai prayoga, sehingga harus gugur sebagai ksyatria, tetapi dalam pandangan
umum tidak bedanya mati seperti binatang. Huh, ini perbuatan yang tidak
berperikemanusiaan. Perbuatan seperti ini harus ditentang dan dilawan!"
Sarpa Kresna berhenti, memandang sekeliling untuk mencari kesan. Setelah tahu
semua orang memperhatikan, ia meneruskan,
"Saudara-saudara, kita harus berpegang kepada prinsip, hutang jiwa bayar jiwa dan
hutang kekejaman harus dibayar kekejaman pula. Ah, aku menjadi heran dan tak
mengerti, mengapa sikap guru saudara Prayoga malah lemah. Hemm, aku sendiri
memang belum kenal dengan Prayoga, akan tetapi aku tidak rela dia harus gugur
seperti itu. Huh-huh, aku menjadi penasaran sekali mengapa saudara Ali Ngumar
malah bersikap seperti banCi? Kita tidak perlu takut kepada Mataram! Mati dalam
perjuangan, berarti mati suci! Apa yang akan kita cari lagi?"
Dalam jumlah banyak yang hadir, belum pernah kenal dengan orang yang pipinya
hitam itu. Kendati demikian, ucapannya ini mereka anggap beralasan dan sikapnya
juga jantan.
Sungguh licin dua orang mata-mata Mataram ini. Sarpa Kresna mempengaruhi
sekalian yang hadir dengan bicara lantang, sebaliknya Cilik Kunthing diam-diam
menghasut ke sana dan kemari untuk mempengaruhi pendapat. Cilik Kunthing memang
licin sekali. Ia menggunakan dalih setia kawan, dalam usahanya membakar kemarahan
orang. Oleh pengaruh hasutan Cilik Kunthing ini, suasana yang semula tenang menjadi
hiruk-pikuk lagi. Di antara mereka sudah berteriak teriak, menyatakan tidak puas akan
sikap Ali Ngumar.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ali Ngumar kaget. Ia mengangkat tangan ke atas dalam usaha menenangkan kembali
keadaan. Akan tetapi sayang sekali, hadirin tak menggubris.
Tak heran kalau saat sekarang yang hadir sulit diatasi. Alasan yang dikemukakan
Sarpa Kresna dan hasutan yang dilakukan Cilik Kunthing, tepat sekali, menjunjung
tinggi rasa setia kawan. Lebih lagi yang menjadi korban kekejaman Mataram itu,
seorang pejuang gagah perkasa seperti Prayoga. Setiap tokoh yang sudah kenal
pemuda itu menjadi Suka dan sayang. Karena itu 0rang-rang segera pula menganggap,
sikap Ali Ngumar kurang pada tempatnya, justru Prayoga muridnya sendiri.
Ali Ngumar mengerutkan alis dan sepasang matanya memandang tajam kepada
semua orang. Dalam usaha mengatasi suasana yang hiruk-pikuk, ia bersuit nyaring
sekali.
Akan tetapi Saragedug yang mendapat kesempatan, segera mendahului berteriak.
"Apakah saudara-saudara sedia mendengar pendapatku?"
Seruan Saragedug ini dilambari tenaga sakti. Suaranya mengguntur dan
mengejutkan semua orang. Mereka tahu, dan suara itu jelas, bahwa Saragedug
mempunyai kesaktian lebih tinggi dibanding Ali Ngumar.
Sesudah semua orang diam karena terkejut, Saragedug berkata lagi,
"Saudara Cilik Kunthing dan Sarpa Kresna baru datang ke mari hari ini. Aku
berharap agar dua saudara tersebut tidak banyak bicara dulu. Sebab sudah jelas sekali,
kita berkumpul di sini memang dalam usaha melaksanakan Cita-Cita!"
Ia berhenti sejenak. Sesudah yakin orang memperhatikan, baru ia meneruskan,
"Hemm, karena itu kita tidak boleh membawa kemauan sendiri dan tidak pada
tempatnya merusak rencana yang sudah kita persiapkan lama. Aku mendengar, hari ini
akan dilakukan pemilihan pemimpin. Hal ini penting, maka kita harus dapat membawa
diri dan menjauhkan diri dari pertentangan. Tentang bagaimana langkah kita atas
gugurnya Prayoga, dapat kita bicarakan setelah selesai melakukan pemilihan
pemimpin. Namun sebagai syarat bagi pemimpin yang terpilih. harus membalaskan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
sakit hati Prayoga dari kekejaman raja Sultan Agung. Pemimpin mempunyai wewenang
dan kekuasaan penuh. Siapapun yang berani membangkang, harus dihukum!" '
Saragedug berhenti lagi. Ia menebarkan pandang mata ke sekeliling. Sebelum orang
lain sempat membuka mulut, ia'berkata lagi.
"Saudara-saudaraku. mengingat pentingnya kedudukan pimpinan bagi kita,
sebaiknya kita jangan membuang waktu lagi. Pilihan itu harus kita laksanakan
secepatnya. Hari ini! Ya, hari ini! Setujukah kalian?"
Benar-benar pandai sekali cara mereka mempengaruhi keadaan. Sekalipun tanpa
berjanji lebih dahulu, antara Saragedug, Sarpa Kresna dan Cilik Kunthing sudah saling
mengisi. Apa yang dikemukakan Saragedug sekarang ini amat beralasan. Menyebabkan
orang-orang seperti Jim Cing Cing Goling dan Si Bengkok Baskara yang biasanya
teliti, menjadi terpengaruh juga.
"Benar! Aku setuju!" ujar si Bengkok.
"Kita ini berkumpul dalam jumlah ribuan. Tanpa pemimpin yang syah, ibarat ular
tanpa kepala, dan akibatnya bisa bertindak sendiri-sendiri yang bisa menimbulkan
kerugian. Padahal saat sekarang ini para pejuang dari segenap penjuru tanah air_telah
berkumpul. Karena itu tepat sekali kalau kita menyelesaikan pemilihan pemimpin kita
hari ini juga!"
Tiba-tiba di tengah para pejuang itu muncul Darmo saroyo dan Darmo Gatga
Mereka baru saja datang,dalam usaha mencari Kigede Jamus. Maksudnya untuk minta
petunjuk dalam usaha menyusun kembali kekuatan.Akan tetapi usaha mereka tidak
berhasil.
sebagai seorang yang pernah memimpin pasukan Pati sebagai Panglima Perang dan
juga.kepercayaan Adipati Pragola. ia memiliki lencana tanda kekuasaan berujut benda
logam yang mengkilap seperti emas. Darmo Gati mengeluarkan dua keping benda
tanda jabatan itu. kemudian berseru lantang,
"Aku menyesal sekali dan merasa malu, bahwa tugas yang dipercayakan Gusti

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Adipati Pragola kepada kami berdua gagal. Gusti Adipati Pragola gugur, dan Pati
hancur! Mengingat kegagalan kami sebagai Panglima Perang ini, dengan hati sedih
dan rasa malu, kami menyatakan, bahwa tugas itu sudah berakhir!"
ia berhenti, mengambil napas, sejenak kemudian meneruskan,
"Saudara saudaraku, kendati Pati sudah menjadi daerah kekuasaan Mataram dan
Gusti Adipati Pragola telah gugur, bukan berarti kekuatan Pati telah hancur
berantakan. Tidak! Kita masih mempunyai kekuatan. terdiri dari saudara-saudara
sekalian yang ingin membangun perjuangan. Cita-cita kita membangun kembali
Kadipaten Pati, justru kita menghendaki Gusti Bagus Saketi dapat menduduki takhta
Pati. Tidak hanya sampai di situ. Kalau dahulu Gusti Pragola sebagai Adipati. maka
Gusti Bagus Saketi harus menjadi Raja yang berdaulat lebih besar dan lebih kuasa
dibanding Sultan Agung!"
Darmo Gati berhenti lagi. Sekarang ia menebarkan pandang matanya ke sekeliling
mencari kesan. Sesudah semua orang memperhatikan, terusnya,
"Saudara-saudaraku. Sebagai Panglima Perang. aku dan adikku sudah gagal dan
tidak becus! Mengingat bahwa aku tak cakap menduduki jabatan tersebut, sudah
selayaknya pula kami serahkan kepada orang lain yang lebih tepat. Dalam pemilihan
pemimpin nanti. kami serahkan lencana ini kepada Siapapun yang terpilih. Nah,
lencana ini akan aku lemparkan ke api unggun. Dan pemimpin yang terpilih, kami
persilahkan mengambil lencana ini dari dalam api!"
Ketika itu api unggun memang sudah diperSiapkan orang. Selesai bicara. Darmo
Gati melemparkan lencana itu ke dalam api. Ini bukan dimaksud untuk mempersulit
pemimpin yang terpilih. Tetapi ini mempunyai arti simbolis, setiap pemimpin tidak
seharusnya takut menghadapi kesulitan.
Sebelum orang sempat bicara, Darmo Saroyo sudah berteriak,
"Menurut pendapatku, saudara Ali Ngumar dan yang kita kenal sebagai Kilat
Buwana, merupakan tokoh sakti gagah perwira dan berbudi luhur. Marilah kita pilih

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dia sebagai pemimpin kita!"
Teriakan Darmo Saroyo ini segera mendapat sambutan yang riuh dari sebagian
besar hadirin. Mereka setuju dan mendukung pencalonan itu.
Sintren cepat memberi isyarat dengan mata kepada Sarpa Kresna. Dan yang diberi
isyarat segera mengerti maksud kawannya itu.
"Tidak! Aku tidak setuju dengan usul saudara Darmo Saroyo!" teriak Sarpa Kresna.
"Saudara-saudara, kita harus menyadari bahwa tugas membangun Pati ini maha
berat. Yang kita hadapi kerajaan Mataram yang besar, di samping kita harus sadar
bahwa Sultan Agung seorang raja sakti mandraguna. Mengingat tugas maha berat itu,
kita harus dapat mendudukkan dan memilih seorang pemimpin yang tepat. Ya, memang
saudara Ali Ngumar seorang tokoh termasyhur sakti dan luhur pribadinya. Namun
demikian kita tidak boleh melupakan beberapa kekurangan pada diri saudara Ali
Ngumar."
Sarpa Kresna yang pandai menghasut ini mengamati sekeliling, beberapa saat
kemudian baru meneruskan,
"Mungkin kalian ingin tahu, apa kekurangan saudara Ali Ngumar? Dengarlah
alasanku. Pertama, ilmu kesaktiannya belum cukup meyakinkan membuat orang tunduk.
Kedua. Sikapnya kurang tegas dan kurang berani. Ini dibuktikan dengan Sikapnya
menghadapi peristiwa yang menimpa muridnya sendiri, Prayoga. Dia ragu dan tidak
sedia menuntut balas sekalipun itu sudah sepatutnya. Hemm, apakah saudara sedia
dipimpin oleh seorang yang kurang tegas seperti itu? Aku ingin bertanya. Kalau kita
takut menggempur Mataram, apakah perlunya kita menghimpun kekuatan di sini?
Bukankah rumah kita akan membangun Pati? Dan kita juga paham, membangun Pati
berarti kita harus berhadapan dan saling gempur' dengan Mataram!"
Wajah Darmo Saroyo merah padam karena marah. Kemudian ia berseru nyaring.
"Lalu siapakah yang pantas dipilih menjadi panglima kita?"
Sarpa Kresna cepat-cepat menuding ke arah Saragedug.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Kalian tentu sudah mendengar bahwa nama kakak-beradik Surjadipura dan
Witadipura dari Ujung Kulon itu, sangat harum, disegani oleh kawan dan lawan.
Kendati aku belum mengenal secara pribadi, tetapi keharuman namanya itu menjadi
jaminan. Hem, menurut pendapatku tiada orang lain lagi yang lebih pantas daripada
saudara Surjadipura untuk menjabat sebagai Panglima. Dan bukankah kita belum lupa
peristiwa beberapa hari yang lalu? Kecuali sakti mandraguna, dia juga sudah
menunjukkan jasanya, dapat membekuk dan menawan Swara Manis yang banyak
dosanya terhadap kita itu."
Dalam usaha untuk memenangkan perjuangannya supaya Saragedug terpilih sebagai
Panglima, ia mendeham beberapa kali menarik simpati, lalu meneruskan,
"Setiap orang tahu. Bukankah saudara Ali Ngumar sudah cukup lama ingin
menangkap Swara Manis, akan tetapi selalu tidak berhasil. Dengan bukti tidak
terbantah ini. jelas dalam hal apapun saudara Surjadipura lebih unggul dari saudara
Ali Ngumar. Maka jabatan Panglima ini sudah pantas kita serahkan kepada beliau."
Saragedug gembira sekali. Akan tetapi sebagai seorang yang licin, sudah tentu
berpura-pura menolak secara halus,
"Ah, aku orang baru! Mana bisa aku merebut jabatan dan kedudukan sepenting itu?
Aku harap kalian suka mempertimbangkan masalah ini lebih tenang."
Cilik Kunthing yang tubuhnya kerdil itu segera meloncat ke atas meja. Kemudian
serunya lantang,
"Demi kepentingan cita-cita dan kepentingan Pati, kita harus berani bertindak
menurut kenyataan! Jika saudara Surjadipura yang memegang tampuk pimpinan,
perjuangan kita pasti berhasil. Aku berani bertaruh leher. Di bawah pimpinan beliau,
kita akan berhasil menghancurkan Mataram!"
Tidak sedikit jumlahnya hadirin yang terpengaruh oleh hasutan Cilik Kunthing ini
dan setuju.
Si Bongkok, Jim Cing Cing Goling, Resi Sempati dan beberapa tokoh yangdekat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dengan Ali Ngumar menjadi heran, menghadapi kenyataan tidak terduga ini. Dalam
hati mereka bertanya, mengapa musyawarah ini menjadi kacau tidak keruan? Padahal
semula mereka mengira, pilihan Darmo Saroyo sudah tepat. Akan tetapi mengapa
mendapat tantangan?
Kalau kedudukan wakil atau kepala bagian yang lain, tidak mengapa kalau harus
jatuh ke tangan orang lain. Akan tetapi kedudukan Panglima, ini kedudukan sangat
penting dan menentukan warna perjuangan. Apabila jabatan Panglima diduduki
pejuang sejati dan benar benar mengabdi kepada cita-cita, tentu perjuangan
membangun Pati akan terwujud. Tetapi sebaliknya, apabila diduduki seorang
pengkhianat, tentu akan segera hancur berantakan karena terjadi perpecahan.
Menyadari akan penting dan tanggung jawab seorang Panglima yang berat ini, Jim
Cing Cung Goling sendiri tidak sanggup untuk menjabat. Karena itu teman temannya
condong memilih Ali Ngumar sebagai Panglima. Kendati ilmu kesaktian Ali Ngumar di
bawah jim Cing Cing Goling, tetapi tokoh seperti Ali ngumar ini dibutuhkan.
ingat kepada tanggung jawab dan keselamatan perjuangan, maka usul Cilik
Kunthing dan Sarpa Kresna ini harus dilawan. Maka kemudian dengan suara lantang,
si Bongkok berseru,
"Saudara saudaraku sekalian, berilah kesempatan aku memberikan pendapat. Kalau
bicara tentang diri saudara Ali Ngumar, kendati kesaktiannya tidak begitu
menakjubkan, akan tetapi namanya harum dan luhur budi, di samping dia sebagai
peluang sejati. Di dalam berjuang ia tidak kenal pamrih untuk pribadi, tetapi untuk
kepentingan orang banyak. Khususnya untuk kepentingan rakyat Pati dan
wilayah-wilayah lain yang dipaksa tunduk kepada Mataram. Nah, kiranya alasanku
sudah cukup untuk memilih saudara Ali Ngumar menduduki jabatan sebagai Panglima.
Kita harus sadar bahwa seorang Panglima bukan harus seorang maha sakti. Akan
tetapi yang terpenting, memiliki jiwaluhur, pengabdian, kejujuran, wibawa, tanggung
jawab dan menjauhkan diri dari kepentingan pribadi."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Si Bongkok berhenti. Setelah mendeham tiga kali baru meneruskan,
"Seorang pemimpin, apabila hanya di landasi oleh kepandaian melulu tanpa
dilandasi pengabdian, kejujuran dan tanggung jawab, akan" bertindak semau sendiri.
Mengumpulkan kekayaan, menyalah gunakan kedudukan dan jabatan, dan tidak perduli
keadaan sekitar. Juga tidak perduli kepada rakyat yang mempercayakan pimpinan
kepada dia. Kemudian berbuat ngaji pumpung, kalau sedikit dikritik lalu mencak
mencak tidak keruan. Tidak mau mengakui kekurangannya, tetapi malah menyalahkan
orang lain. Pemimpin seperti itu disebut pemimpin gombal! Nah, oleh karena itu
saudara saudaraku harus mencamkan benar benar dan jangan sampai salah pilih!"
Tiba tiba saja Darmo Saroyo berteriak,
"Dan siapapun yang berani menentang pilihan ini, silahkan berhadapan dengan
aku!" _
"Gombal! Itu permainan anak kecil!" Sarpa Kresna sudah mengejek.
"Kalau orang lain tidak boleh mencalonkan orang lain, apa gunanya hari ini
diselenggarakan pemilihan calon Panglima? Huh, kalau tahu bakal begitu terjadi, tak
ada perlunya jauh jauh aku datang ke mari! Hemm, sudahlah! Kalau memang begitu
yang di kehendaki, lebih baik kita bubar saja. Huh, sekalipun tanpa Panglima, kitapun
bisa menyerbu Mataram dan membalaskan sakit hati saudara Prayoga!"
Hasutan dari mulut. beracun Sarpa Kresna ini mengena. Beberapa orang kemudian
berteriak menyetujui.
Ali Ngumar menjadi tidak enak sendiri. Ia menjadi khawatir kalau dirinya dituduh
menjadi penyebab terjadinya perpecahan. Maka ia menghela napas menyesal sekali,
mengapa di saat pemilihan telah terjadi pertentangan paham. Ali Ngumar yang jujur
tidak menyadari sama sekali, bahwa semua ini hasil hasutan mulut beracun mata mata
Mataram yang sengaja mengacau. Ia hanya mengira terjadinya pertentangan ini terjadi
secara wajar.
Bagi Ali Ngumr sendiri, yang terutama dan terpenting untuk membangun kekuatan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kembali, menghadapi Mataram. Tentang dirinya duduk atau tidak dalam jabatan
pimpinan, tidak menjadi keharusan. Ia tidak menginginkan jabatan apapun. Dirinya
hanya sedia melaksanakan tugas kalau memang dikehendaki kawan kawan nya. Justru
khawatir kalau pertentangan ini menyebabkan timbulnya perpecahan, maka dengan
halus ia berkata.
"Sudilah kalian mendengar pendapatku. Hendaknya kalian sedia bersabar dan
meninggalkan tempat ini dengan hati kecewa dan mendongkol. Bagiku, kalau memang
ada kawan lain yang ingin mengajukan calon, itu namanya adil, dan kami membuka
kesempatan seluas luasnya. Karena itu, siapa lagi yang akan mengajukan calon?" "_
"Jim Cing Cing Goling! Jim Cing Cing Goling!" teriak beberapa orang.
Ali Ngumar menunggu barangkali masih ada lagi orang yang ingin mengajukan
calon. Akan tetapi apa yang ditunggu Ali Ngumar tidak terjadi. Semua orang
menganggap cukup, dengan tiga orang calon itu saja.
'Baiklah saudara-saudara, " kata Ali Ngumar.
"Karena ada tiga orang calon, maka calon-calon itu harus menentukan sendiri
dengan bertanding ilmu. Ini penyelesaian yang adil hingga tidak menimbulkan
pertentangan diantara kita." '
Jim Cing Cing Goling terkejut sekali, serunya gugup,
"Saudara Ali... kau. ... "
Jim Cing Cing Goling terdiam,
"Kita harus bertindak sesuai dengan kejujuran dan jalan benar. Pilihan yang
dipaksakan tak akan menghasilkan pemimpin yang berwibawa dan perintahnya tak
akan diindahkan orang. Apabila sampai terjadi seperti itu, tiada gunanya pemilihan
ini."
Jim Cing Cing Goling terdiam, pikirnya,
"Hemm, kalau'saja yang dicalonkan hanya aku dan engkau, kiranya mudah
diselesaikan. Aku sedia mengalah dan persoalan menjadi beres. Akan tetapi keadaan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
sekarang ini menjadi gawat oleh munculnya Surjadipura. Menurut dugaanku,dalam hal
tenaga dalam maupun tenaga sakti, Surjadipura setingkat lebih tinggi dari Ali Ngumar.
Kalau sampai terjadi Ali Ngumar kalah, persoalan ini akan menjadi ber larut-larut dan
berbahaya. Tetapi sebaliknya andaikata aku melawan Ali Ngumar dan surjadipura
menang, apa jadinya kalau aku harus menjadi Panglima? Huh, aku tidak pernah
menginginkan jabatan yang berat itu, justru hanya akan membuat pusing kepala dan
otaknya dijejali oleh berbagai macam persoalan."
"Aku sendiri tidak mempunyai pendapat. Semuanya aku serahkan kepada kalian."
Saragedug yang diam-diam gembira, pura pura menyerah kepada hadirin.
Sedang hadirin yang lain juga tak dapat menentukan pilihan, kecuali menyetujui
pendapat Ali Ngumar.
Jim Cing Cing Goling berdiam diri beberapa saat lamanya, ternyata sudah
memperoleh keputusan. Ia telah mendapat siasat yang dianggapnya tepat. Dan
harapannya dengan siasat itu, Ali Ngumar bisa terpilih sebagai Panglima.
Akan tetapi siasat itu juga mengandung risiko yang berat. Akan tetapi jalan lain
memang sudah buntu. Menurut rencana dan siasat Jim Cing Cing Goling, ia akan maju
bertanding melawan Surjadipura. Pada pertandingan ini dirinya akan pura pura kalah.
Akan tetapi yang penting dalam bertanding ini, dirinya akan memeras tenaga orang itu
sampai habis. Dengan demikian apabila berhadapan dengan Ali Ngumar kemenangan
akan diperoleh Ali Ngumar.
Sesudah merasa pasti siasatnya akan berhasil, ia segera berteriak,
"Saudara Surjadipura. Mari kita sekarang bertanding dulu, dengan dua macam cara.
Pertama kita mempamerkan kemahiran. Dan kedua bertanding ketangkasan kaki dan
tangan."
Pada mulanya si Bengkok heran, mengapa Jim Cing Cing Goling mendahului maju
ke gelanggang. Namun setelah direnungkan, akhirnya dapat menduga maksud rekannya
itu, dan setuju. Serunya kemudian,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Kita semua yang berkumpul di tempat ini merupakan kawan perjuangan sendiri,
Kalau toh harus bertanding, jangan meggunakan cara yang dapat memecah persatuan
dan kerukunan. Menurut pendapatku, pertandingan ini dilakukan dengan cara
mempertunjukkan kepandaian masing masing saja, tanpa harus berhadapan sebagai
lawan."
Jim Cing Cing Goling senang. Dengan bertanding mempamerkan ilmu, akan banyak
membuang tenaga dan menghabiskan hawa murni dalam tubuh. Akibatnya akan
memberi keuntungan kepada Ali Ngumar setelah berhadapan dengan Surjadipura.
Teriaknya,
"Bagus! Usulmu memang bagus dan aku setuju!"
Saragedug alias Surjadipura palsu tak dapat mendugamaksud tujuan Jim Cing Cing
Goling dan si Bengkok. Berbeda dengan isterinya yang cerdik. Bisiknya,
"Kakang, kau jangan tolol! Aku menduga orang yang bernama Jim Cing Cing Goling
itu tentu akan mengalah kepadamu. Padahal acara pertandingan akan terdiri tiga
babak. Ilmu meringankan tubuh, bermain senjata dan terakhir kesempurnaan tenaga
dalam. Pada babak pertama dan kedua, dia tentu akan mengalah. Akan tetapi pada
pertandingan terakhir, dia tentu akan berjuang mati matian untuk mengalahkan'engkau.
Karena itu aku memberi saran kepadamu dengan cara mengimbagi siasat lawan. Pada
babak pertama dan kedua engkau harus menang. Tetapi babak akhir engkau
hendaknya mengalah. Dengan begitu berarti engkau memperoleh kemenangan tanpa
kesulitan. Tentang Ali Ngumar tidak ada alasan untuk cemas dan khawatir. Orang itu
biasa saja, engkau akan dapat mengalahkan dengan gampang."
Penjelasan isterinya itu baru menyadarkan Saragedug. Ia segera maju ke
gelanggang, lalu membungkuk ke arah Jim Cing Cing Goling, berkata,
"Sudah lama sekali aku mengagumi nama saudara sebagai pejuang sepi pamrih
pribadi. Dan sesungguhnya aku tidak berani lancang pamer kepandaian yang dangkal
di depan saudara. Tetapi mengingat saudara yang hadir agar aku maju ke gelanggang,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terpaksa aku harus memaksa diri berhadapan dengan saudar'. Oleh sebab itu
harapanku, hendaknya saudara sedia mengalah kepadaku."
Beberapa hadirin segera terpengaruh oleh ucapan Saragedug yang ramah dan
menunjukkan kerendahan hati itu. Tetapi Jim Cing Cing Goling tidak perduli lagi.
Sahutnya,
"Mari kita buka pertandingan ini dengan mempertunjukkan ilmu meringankan
tubuh."
Jim Cing Cing Goling mendahului mengusulkan pertandingan ini, karena berharap
dapat memenangkan pertandingan yang pertama. Saragedug setuju.
"Tidak jauh dari tempat pertemuan itu, terdapat puncak lain yang tingginya lebih
lima tombak. Puncak itu bukan terdiri tanah, tetapi batu hitam yang keras dan
ditumbuhi lumut dan pakis. Batu itu licin sekali dan sulit dijamah orang."
"Mari kita berlomba, " tantang Jim Cing Cing Goling.
"Siapa yang lebih dahulu dapat mencapai puncak itu?"
Saragedug melirik ke atas sambil mengangguk. Sesuai dengan pesan isterinya, ia
harus memenangkan pertandingan ini. Semua orang segera menyingkir memberi
tempat.
' Darmo Saroyo segera bertindak sebagai wasit. Ia mencabut cambuknya, lalu
berteriak,
"Apabila cambuk ini sudah aku lecutkan, pertanda kalian boleh bergerak!"
Setelah dua belah pihak bersiap-diri, Darmo Saroyo segera melecutkan cambuknya.
Dua sosok tubuh segera melmcur ke atas .batu. Gerakannya mirip dengan dua batang
anak panah lepas dari busur.

***

"DENDAM KFSUMAT"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Karya :Widi Widayat
Jilid 7
***

Jim CING CING Goling bergerak dengan melambung lurus ke atas. di lain saat ia
mengulurkan tangan untuk menekan batu dan sambil meminjam tenaga dan tekanan itu,
ia melayang ke atas setombak tingginya.
Sebaliknya Saragedug menggunakan cara lain. Ia menghampiri batu tersebut
kemudian menggunakan kaki dan tangan merayap seperti seekor cecak. Kendati
merayap, tetapi cepatnya bukan kepalang.
Sekali bergerak dua orang tokoh itu sama-sama dapat mencapai ketinggian dua
tombak. Jim Cang Cmg Coling mengerahkan semangatnya. Ia mendorongkan dua
tangan. lalu menimbulkan tenaga membal yang kuat. Dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuh yang sempurna. tubuhnya melayang ke atas seperti burung.
Meledaklah tepuk tangan yang gemuruh. karena semua orang kagum menyaksikan
gerakan itu.
Akan tetapi Saragedug juga tak mau kalah. Di saat Jim Cing Cing Goling
mendorongkan tangannya tadi. ia sudah merayap pesat sekali. Hingga dua-duanya
sudah hampir sampai puncak batu. Ketika Jim Cing Cing Goling menginjak puncak.
Saragedug juga sudah tiba. Akan tetapi karena puncak batu itu runcing. Saragedug
Sudah tak kebagian tempat lagi.
"Maaf," ujar Jim Cing Cing Goling sambil menggerakkan kaki meluncur turun ke
bawah lagi.
Saragedug meringis dan tak dapat berbuat apa-apa atas kekalahannya itu. Ia tetap
berpura-pura seperti seorang jujur, katanya,
"Ah. saudara memang menakjubkan sekali. Kalau saja terus melambung, tentu dapat
mencapai langit. Ah, aku memang kalah dan merasa tunduk kepada saudara."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sambil berkata, ia melirik Sintren yang diaku sebagai adiknya.
"Adikku, aku menyesal engkau berlagak pintar, sehingga aku salah menaksir orang."
Dalam babak pertama ini, Jim Cing Cing Goling memperoleh kemenangan. Tetapi
hati si Bongkok tetap tidak tenang. Cepat-cepat ia menyongsong Jim Cing Cing Goling
sambil berbisik,
"Ilmu kesaktian orang itu aneh sekali. Aku menjadi khawatir kalau saudara Ali
Ngumar tak dapat mengatasi. Mengingat hal itu apakah sebaiknya engkau berbuat tidak
kepalang tanggung? Kalahkan saja orang itu dan nanti apabila engkau berhadapan
dengan Ali Ngumar, mudahlah engkau mengalah."
"Sesungguhnya akupun akan berbuat begitu, " Sahut Jim Cung Cung Goling sambil
menghela napas.
"Tetapi engkau tentu sudah kenal watak saudara Ali Ngumar, bukan? Sekali ia
memutuskan untuk merebut pemilihan Panglima dengan pertandingan, tentu tidak mau
diajak berunding lagi. DI samping itu engkau harus menyadari pula bahwa para yang
hadir saat ini takkan dapat ditipu. Padahal, ketaatan dan diSiplin anak buah sangat kita
butuhkan."
Si Bongkok dapat memahami pula alasan Jim Cing Cing Goling harus dapat
memenangkan pertandingan ini secara mutlak. Bagaimanapun yang akan terjadi, bila
berhadapan dengan Ali Ngumar lebih gampang untuk diatur. Kalau sampai terjadi Ali
Ngumar kokoh pada pendiriannya, kemudian Jim Cing Cing Goling memenangkan
pertandingan, itu bukan soal. Secara resmi Jim Cing Cing Goltng sebagai Panglima.
Akan tetapi dalam prakteknya, tugas itu bisa dilimpahkan kepada Ali Ngumar.
Demikianlah akhirnya babak kedua sudah akan dimulai. Babak itu dengan acara.
untuk mengadu kepandaian dengan senjata.
Diam-diam Saragedug juga berunding dengan Sintren. Dalam hal ini Sintren
mendorong suaminya agar dua pertandingan ini, semuanya dimenangkan suaminya.
Sebab apabila sampai kalah, gagallah usahanya memperoleh hasil dan usaha memecah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
belah kekuatan pejuang ini.
Dua orang sudah Berhadapan di gelanggang. Saragedug bersiap-diri dengan tangan
kiri sedikit diangkat ke atas hampir rata dengan kepala. Semua orang mengira
Saragedug akan mempamerkan ilmu kesaktiannya dengan tangan kosong. Akan tetapi
dugaan itu meleset. Karena sesudah membalikkan tangan beberapa kali, tiba-tiba
tangan kanan sudah memegang segulung benda lemas warna merah. Ketika tangan
digerakkan, gulungan benda merah itu segera menebar. Ternyata benda lemas warna
merah itu sehelai kain selendang.
Semua orang menjadi heran. Selendang itu hanya selendang biasa yang dapat dibeli
di pasar atau warung. Panjang selendang itu hanya sekitar empat depa.
Sesudah itu Saragedug berkata,
"Benda yang aku pegang ini hanya selendang biasa saja. Dan apa yang akan aku
pertontonkan juga hanya permainan biasa saja. Mudah-mudahan permainanku nanti
dapat menambah kegembiraan saudara sekalian yang berkumpul di sini."
Setelah berkata ia menggoyangkan lengannya.Setelah bergerak bergoyang gontai,
selendang itu lurus menjulur ke tanah. Kemudian ketika dirinya berputar tubuh,
selendang itupun menebar ke atas dan mengeluarkan suara yang menderu.
Selendang merupakan benda lemas. Akan tetapi di tangan Saragedug, selendang itu
dapat berobah semacam senjata yang ampuh dan keras. Hingga semua orang yang
merasa kagum bersorak-sorai, menggegap gembira seperti dapat merobohkan gunung.
Saragedug tidak berhenti sampai di situ. Ia memutarkan selendang kuat sekali
sehingga selendang berobah menjadi semacam lingkaran merah yang membungkus
tubuhnya.
sesudah beberapa kali mendapat sambutan tepuk tangan dan sorak menggemuruh
memuji, ia bersuit perlahan dan tahu'tahu selendang itu sudah lenyap mendadak.
saragedug berdiri tegak di tempatnya, sedang dua tangan tidak memegang apa apa
lagi.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Gerakan Saragedug ini memang cepat luar biasa. Tidak ubahnya orang main sulap.
Hingga Jim Cing Cing Goling sendiri tidak dapat menerka, dengan cara apa Saragedug
tadi dapat menggulung selendang dan memimpan kembali dalam waktu singkat.
Sekarang tiba giliran Jun Cing Cing Goling mempertuniukkan kepandaiannya. Ia
memilih menggunakan pedang. Sekalipun ilmu pedang ini Cukup mempesona kan setiap
mata, akan tetapi tidak secepat dan luar biasa seperti yang sudah dipamerkan
Saragedug. Karena itu Secara ksyatria, ia sudah mau mengakui kekalahan nya,
Namun setelah teringat kepada pesan si Bongkok tadi, Jim Cing Cing Goling menjadi
bimbang. Kalau pada pertandingan ini dirinya harus berjuang mati matian dan harus
menang, tidak urung dirinya akan menjadi Panglima. Sebaliknya kalau ia mengalah, di
khawatirkan lawan akan tahu dan tak mau menggunakan tenaganya sungguh-sungguh.
Untunglah ia seorang cerdik. ia segera memperoleh akal, lalu berkata,
"Hemm, biarlah aku akan sungguh sungguh supaya lawan terpancing dan
mengeluarkan seluruh tenaganya. Setelah itu aku akan bertahan mati matian dan pada
detik terakhir aku akan mengalah saja."
Inilah sikap Jim Cing Cing Goling. Sikap yang amat berbahaya; hanya karena
beralasan dirinya tidak mau dipilih menjadi Panglima. Orang yang tidak berambisi
seperti Jim Cing Cing Goling ini, memang tidak gampang dicari di dunia ini. Biasanya
orang berlomba untuk bisa memperoleh kedudukan. Kalau perlu menggunakan siasat
adu domba atau memfitnah orang lain. Kalau saja di dunia ini banyak pemimpin
yang-"berjiwa seperti Jim Cing Cing Goling, tentu dunia ini akan aman dan damai.
Manusia akan dapat hidup tenteram. Karena tidak akan terjadi permusuhan antar
pemimpin. Yang akibatnya dapat menimbulkan perang, atau setidaknya saling dendam
kemudian diakhiri dengan pembunuhan.
Setelah keputusannya tetap, ia kemudian mengusulkan acara pertandingan terakhir
ini, menggunakan sasaran sebatang kayu yang ukurannya sepemeluk orang dewasa.
Saragedug setuiu dengan usul itu. Kemudian segera diperintahkan agar mempersiapkan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
alat tersebut dengan menebang pohon. Batang pohon itu kemudian dipotong dengan
ukuran kira-kira dua tombak. Sedang caranya bertanding, masing masing memegang
ujung kayu. Dalam pertandingan ini masing masing harus memelintir' agar batang itu
menjadi patah.
Pohon yang dibutuhkan itu cukup besar. Ini memerlukan waktu untuk menebang dan
memotong. Kemudian apabila sudah terjadi pertandingan, masing masing juga harus
mengerahkan tenaga dalam sebesar besarnya. Dan Jim Cing Cing Goling memang
menghendaki agar tenaga dalam Saragedug terkuras habis.
Akhirnya batang pohon yang dibutuhkan telah tersedia. Masing-masing sudah
memegang ujung.
Menghadapi pertandingan ini Saragedug enak enak saja. Ia percaya duagaan
'isterinya benar, bahwa lawan akan mengalah. Akan tetapi setelah melihat hasil Jim
Cing Cing Goling, ia terbelalak kaget dan sepasang matanya mendelik marah kepada
isterinya. Menghadapi kenyataan ini sekarang dirinya tak mau mengalah. Ia
mengerahkan seluruh tenaganya sehingga dalam waktu tidak lama, tidak ketinggalan
lagi dengan lawan.
Diam-diam Jim Cing Cing Goling amat gembira. Kemudian ia' sengaja
memperlambat gerakannya. Kendati begitu bubuk kayu dan keping-keping keCil tidak
henti-hentinya rontok ke bawah. Malah kemudian dalam usahanya mengelabui lawan,
tubuhnyapun ikut berputar mengelilingi kayu tersebut. Tampaknya ia benar-benar
mengerahkan seluruh tenaganya.
Semua orang berdebar menyaksikan pertandingan yang menegangkan ini. Tidak
terasa pertandingan sudah menghabiskan waktu seperempat hari. Karena bernafsu
memenangkan pertandingan, Saragedug tampak letih dan kehabisan tenaga. Hal itu
terlihat dari gerakannya yang menyadi lambat. Sedang dahinyapun basah oleh peluh.
sedang dada tampak kembang-kempis. Melihat itu Jim Cing Cing Goling mempercepat
gerakannya. Dan dengan gambaran ini jelas bahwa dalam hal tenaga sakti, Jim Cing

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Cing Goling masih lebih unggul dibanding lawan.
Memang pada saat sekarang ini Saragedug berhadapan dengan kesulitan. Ia tak
berani menggunakan tenaga saktinya yang mengandung api. Sebab apabila tenaga sakti
itu digunakan, kayu tersebut akan terbakar hangus. Dengan demikian, sekalipun
berhasil memenangkan pertandingan, tetapi rahasianya akan terbuka.
Berhadapan dengan kesulitan ini. menyebabkan Saragedug gelisah bukan main. Lalu
gumamnya dalam hati,
"Setan! Keparat!"
Melihat Jim Cing Cing Goling bergerak semakin cepat, Saragedug juga
mengerahkan semangat dan tenaganya. Ia mati-matian memutari kayu tersebut sambil
menggunakan tekanan tangan kuat-kuat.
Beberapa saat kemudian, terdengarlah suara blug dan putuslah ujung kayu yang ia
pegang. Ia memandang ke arah Jim Cing Cing Goling, dan ternyata lawan baru saja
selesai mematahkan kayu bagiannya.. Dengan demikian Saragedug memenangkan
pertandingan. Karena menang ia gembira. Akan tetapi rasa gembiranya itu segera
tertiup angin. Karena mendadak saya ia merasakan tubuhnya menjadi lemas. dan
matanya berkunang kunang. Cepat-cepat ia menenangkan diri. Setelah beberapa saat
kemudian, baru ia merasakan tubuhnya nyaman kembali. Kendati demikian, sekarang
kaki dan tangannya terasa lunglai tidak bertenaga lagi.
Keadaan Saragedug ini tidak lepas dari perhatian Jim Cing Cing Goling. Maka
buru-buru ia berkata,
"Kesaktian saudara memang hebat bukan main. Ah, aku tunduk. Sekarang tibalah
saatnya saudara bertanding melawan saudara Ali Ngumar."
Perhatian semua orang beralih, dan diam-diam jantung semakin berdebar. Karena
pertandingan kali ini merupakan babak penentuan. Siapa yang menang berhak
menduduki iabatan Panglima.
Ali Ngumar segera bersiap diri di tengah gelanggang. Akan tetapi belum sempat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
membuka mulut, Sintren yang menyamar sebagai laki-laki dan bernama Witadipura
sudah berteriak,
"Tahan!"
"Ada apa?" Ali Ngumar heran.
"Kita harus berpegang pada keadilan,". sahut Sintren.
"Yang jelas tentang kedudukan Panglima atau _wakilnya itu bagi kami bukan tujuan
mutlak. Namun sebaliknya kalau kakang Surjadipura sampai menderita kekalahan
dalam bertanding, akan hancurlah nama tokoh Ujung Kulon yang sudah dibina puluhan
tahun lamanya. Hemm, tadi kakang Surjadipura baru saja selesai bertanding melawan
Jim Cing Cing Goling. Bukankah setiap orang tahu akan hal itu? Kalau saudara akan
bertanding melawan orang yang sudah lelah. kiranya sudah wajar kalau saudara akan
menang dengan gampang. Akan tetapi kalau hal itu sampai terjadi, apakah saudara
akan puas mendapat kemenangan tidak wajar seperti itu."
Sintren berhenti mencari kesan. Ali Ngumar terpengaruh, dan melihat ini Sintren
melanjutkan,
"Sekarang aku mempunyai usul begini! Pertandingan ini lebih tepat kalau
ditangguhkan sampai esok pagi. Bukankah ini namanya adil dan bijaksana?"
"Celaka! Celaka dua belas!" Jim Cing Cing Goling mengeluh dalam hati.
Sekarang ia .baru insyaf akan kekurangan persiapan dalam mengatur rencana. Dan
iapun insyaf, kalau lain orang akan menolak usul itu. Akan. tetapi Ali Ngumar, seorang
tokoh yang selalu menjunjung tinggi kejujuran tentu akan menerima usul itu.
Si Bongkok menduga sama seperti Jim Cing Cing Goling. Ali Ngumar tentu
menerima usul itu, karena memang adil.
"Apa yang saudara katakan memang beralasan dan juga adil. Aku tadi agak khilaf,
dan maafkan kekuranganku, " sahut Ali Ngumar sambil kemudian melangkah mundur.
Kemudian ia minta kepada Darmo Gati, agar menyimpan kembali lencana tanda
kekuasaan itu.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Pernyataan Ali Ngumar ini membuat Si Bongkok dan Jim Cing Cing Goling menyesal
bukan main. Tetapi apa harus dikata, justru watak Ali Ngumar memang seperti itu.
Orang semacam Ali Ngumar tidak mungkin dapat dibujuk untuk main siasat guna
memperoleh kemenangan.
Malam harinya Jim Cing Cing Goling mengadakan perundingan dengan
kawan-kawannya, menentukan sikap esok pagi. Mereka memperhitungkan, esok pagi
tenaga Saragedug yang menyamar dengan nama Surjadipura itu tentu sudah pulih
kembali. Dan kalau tenaganya pulih, tidak mungkin Ali Ngumar sanggup menghadapi.
Dipihak lain, Saragedug juga berunding dengan isteri, Cilik Kunting dan Sarpa
Kresna. Mereka tidak bisa mundur lagi dan harus memenangkan pertandingan, karena
itu penting untuk kepentingan Mataram. Jika gagal, Sultan Agung bisa marah.
"Esok pagi, sesudah kita mendapat lencana tanda kekuasaan itu, tindakan pertama
yang harus kita laku kan, melumpuhkan Swara Manis agar tidak dapat bicara.
Kemudian kita harus memutuskan hukuman mati kepada pemuda itu. Karena satu
satunya orang yang tahu rahasia ini, harus kita lenyapkan secepatnya." Sintren
memberikan usul.
"Dan sudah tentu, tugas untuk melenyapkan Swara Manis ini sepenuhnya di tangan
kakang."
Ia berhenti sejenak, kemudian ia meneruskan,
"Setelah kita memperoleh kepercayaan penuh, engkau harus segera mengeluarkan
perintah, bahwa pasukan harus digerakkan menuju Mataram secepatnya. Kita gunakan
alasan untuk membalaskan sakit hati Prayoga. Dengan demikian semua orang akan
mendukung gerakan itu. Dan kalau sudah demikian, heh heh heh. tidak bedanya anai
anai menyerbu api. Pasukan pemberontak ini pasti hancur lebur dan Ingkang Sinuhun
Sultan Agung akan memberi hadiah besar kepada kita sekalian."
Demikianlah, pada esok paginya api unggun kembali dinyalakan. Darmo Gati segera
pula melemparkan lencane tanda kekuasaan itu ke dalam api.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ali Ngumar dan Saragedug tampil ke gelanggang. Di saat dua orang itu berhadapan,
baik Si Bongkok mau pun Jim Cing Cing Goling yakin, ilmu pedang Ali Ngumar
bernama Kala Prahara akan dapat mengalahkan lawannya.
Memang sebelum berhadapan di gelanggang, Jim Ci ng Cing Goling sudah
mengusulkan kepada Ali Ngumar agar mengusulkan tiga babak pertandingan.
Pertamaberlomba dalam ilmu meringankan tubuh, kedua berkelahi dengan pedang dan
bertanding tenaga sakti. Jadi sama dengan pertandingan kemarin, yang terjadi antara
Saragedug dengan Jim Cing Cing Goling. Seperti yang telah diperhitungkan oleh Jim
Cing Cing Goling, pada babak pertama Ali Ngumar akan kalah. Kemudian dalam
babak kedua diharapkan Ali Ngumar menang, dan sekaligus dapat melukai lawannya.
Apabila hal itu sampai terjadi. babak ketiga takkan mengalami kesulitan untuk
memenangkan pertandingan.
Ali Ngumar setuju dengan usul itu. Demikian pula Saragedug. Pertandingan pertama
segera dimulai dengan cara seperti kemarin, memanjat batu pada puncak. Setelah
pertandingan dimulai, ternyata Saragedug lebih cepat tiba di puncak. Ali Ngumar baru
dapat mencapai separonya.
Ketika Ali Ngumar turun dari' batu tersebut, si Bongkok menghampiri,
"Saudara Ali. sepuluh tahun lebih yang lalu, karena tak percaya khabar yang
disiarkan orang, akibat engkau takut ancaman orang lalu menyerahkan pedangmu
kepada lawan. Ya, sebagai akibat peristiwa itu, menbuat dirinya menyamar menjadi
seorang gagu dan malah menjadi pembantu rumah tanggamu. Hemm, semua itu hanya
untuk membuktikan sampai di mana kebenaran berita yang terSiar luas di masyarakat
itu. Engkau harus mau percaya, bahwa tidak pernah terpikir dalam benakku. aku harus
menjadi pembantu rumah tanggamu sampai lebih enam tahun lamanya. Mengapa? Hal
itu karena aku tertarik kepada pribadimu yang welas-asih dan luhur, sehingga aku
merasa tak sampai hati meninggalkan engkau yang sudah ditinggalkan isterimu. Hemm,
kalau saja si Linglung Ndara Menggung itu tidak membuka rahasia penyamaranku,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
kiranya .sampai sekarangpun aku masih tetap menjadi pembantumu dan tetap pula
menjadi kakek gagu."
Ia berhenti mencari kesan. Sesaat kemudian melanjutkan,
"Saudara Ali. menurut pandanganku. engkau seorang pria gagah perkasa dan
seorang ksyatria sejati. Kalau orang mempercayakan kedudukan Panglima kepada
dirimu, sebaliknya engkau tentu berpendapat bahwa kedudukan itu tidak tidak mutlak
untuk dirimu, dan engkau menganggap orang lainpun berhak untuk memangku jabatan
itu. Sebab sebagai seorang ksyatria selati seperti engkau, tentu lebih mengutamakan
sikap ksyatria seiati daripada kedudukan Panglima. Hemm, ketahuilah! Bagi kami para
pejuang yang membela Wilayah timur yang akan dijajah Mataram. engkau satu-satunya
orang yang menjadi lambang menentukan nasib. Sebab bila Panglima itu bukan engkau
yang menduduki. tipis harapan para pejuang dapat mencapai Cita-Cita itu."
Si Bongkok berhenti lagi sejenak, sesudah batuk-batuk baru melanjutkan,
"Mengingat kepentingan perjuangan kita dan demi berhasilnya membangun
perjuangan, maka dalam babak kedua nanti apabila memperoleh kesempatan untuk
menang, kesempatan itu hendaknya jangan kau Sia-Siakan. Gunakanlah kesempatan
baik itu. Engkau harus menyadari bahwa pertandingan ini bukan untuk kepentingan
dirimu sendiri, tetapi untuk membela keadilan menentang Mataram."
Si Bongkok mengucapkan kata demi kata penuh kesungguhan. Hasilnya dapat
mempengaruhi hati dan pikiran Ali Ngumar. Sahutnya,
"Baiklah, aku akan berusaha sekuat kemampuanku."
Ia cepat menghunus pedang pusaka Kyai Baruna. Pedang itu memancarkan Sinar
kemilau tertimpa Sinar surya pagi hari. Setelah memasang kuda-kuda, ia
memperSilahkan Saragedug agar memulai.
Ketika semua orang mengarahkan pandang matanya ke arah Saragedug. menjadi
keheranan. Saragedug seperti kemarin, menggunakan sehelai selendang merah untuk
menghadapi pedang pusaka Kyai Baruna.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ali Ngumar sendiri menjadi heran pula. Mengapa lawan menggunakan selendang itu
pula? Akan tetapi ia tidak dapat merenungi lebih lama karena saat itu Saragedug sudah
menghampiri dan memberi hormat.
"Maafkan aku!" sambil berseru Saragedug segera menebarkan selendangnya. Dan
selendang itu bergerak seperti ular.
Ali Ngumar tenang. Ia memperhitungkan, kalau toh selendang itu sampai menampar
mukanya, takkan menyebabkan sakit. Karena itu dengan mantap jago Muria ini
bergerak dengan ilmu pedang Kala Prahara. Sekali bergerak, pedang pusaka itu dapat
membabat putus sedepa lebih.
Kecuali Sintren. semua orang yang heran melihat peristiwa itu. Bukankah dalam
beberapa gebrak saja, selendang merah itu akan habis terbabat? Lalu bagai manakah
nanti Saragedug akan menghadapi pedang pusaka Ali Ngumar yang tajam itu? Apakah
Saragedug akan menghadapi hanya dengan tangan kosong?
Pada saat semua orang masih belum hilang rasa herannya itu, Ali Ngumar sudah
melancarkan serangan yang kedua. Gerakan pedang Ali Ngumar ini secepat kilat dan
sederas hujan turun dari langit. Gerakannya terdiri dari tujuh serangan berisi dan
tujuh serangan kosong.
Tampaknya Saragedug repot juga menghadapi serangan ini. Dan sebagai hasilnya,
Ali Ngumar sudah berhasil memapas selendang itu tujuh kali. Dan dari hasil ini,
nyatalah ilmu pedang Kala Prahara merupakan ilmu pedang hebat sulit dilawan.
Tetapi karena sepak bertanding Saragedug tidak mau membalas menyerang,
diam-diam Ali Ngumar men jadi curiga. Benarkah Saragedug sengaja mengalah dalam
babak kedua ini? Kalau benar demikian, tidak baik kiranya harus melukai lawan. tetapi
ia segera ingat akan pesan si Bengkok. Tanpa membuang waktu lagi ia melancarkan
serangan menusuk tenggorokan lawan.
Sayang sekali bahwa kali ini Saragedug melemparkan selendang merahnya ke udara.
Kemudian tangannya memutar.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sayang sekali bahwa kali ini Saragedug sudah mempunyai rencana pasti. Ketika
pedang Ali Ngumar berkelebat, ia sudah mendahului menyelinap ke belakang lawan.
Celakanya Ali Ngumar menganggap sepele kepada Senjata Saragedug. Secepat kilat ia
membalikkan tubuh dan menusuk lagi.
Mendadak Saragedug melemparkan selendang merahnya ke udara. Kemudian
tangannya memutar. Sungguh aneh! Kendati selendang itu sudah terpapas tujuh kali,
tetapi selendang itu masih cukup panjang. Masih tidak kurang tiga depa panjangnya.
Sesudah dilontarkan ke udara, selendang itu membentuk tujuh ikat lingkaran sinar
merah.
Ketika tusukan Ali Ngumar tiba, Saragedug menghindarkan ke samping sambil
menarik turun lingkaran selendang. Karena benda ringan, begitu ditarik ke bawah,
selendang itu tidak menerbitkan bunyi apa apa. Tahu-tahu tubuh Ali Ngumar sudah
terlibat oleh selendang.
Ali Ngumar terkejut dan cepat menabas selendang itu. Akan tetapi celaka, sudah
terlambat. Selendang dengan lincah laksana seekor ular, melilit tubuh Ali Ngumar
erat-erat. Hingga Ali Ngumar tidak sempat menggerakkan pedangnya lagi, sebab
sepasang lengannya sudah terjerat. Kemudian secepat kilat Saragedug meloncat
mundur sambil menggerakkan selendang agar mengikat lebih erat lagi.
Semula Ali Ngumar menduga, dengan mengerahkan tenaga sakti. tentu dapat
memutuskan selendang itu.
Tetapi celaka! Ia tidak dapat bergerak sedikitpun dan tidak dapat mengerahkan
tenaga sakti.
"Saudara Ali, maafkan aku!" Saragedug berkata'sambil ketawa. '
"Ya. aku mengakui kekalahanku," sahut Ali Ngumar karena memang sudah
dikalahkan oleh lawan.
Setelah Saragedug memenangkan pertandingan dua kali. pertandingan ketiga
menjadi batal.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Memang semua orang tidak tahu, Saragedug menggunakan senjata lain dengan
kemarin, sekalipun sekilas pandang sama. Kalau selendang yang dipergunakan kemarin
memang selendang kain, sekarang ini terbuat dari kawat yang halus. Oleh papasan
pedang pusaka, selendang itu memang dapat putus. Tetapi sesudah melibat tubuh Ali
Ngumar, libatan itu sulit dilawan.
Secara jujur kemudian Ali Ngumar berkata.
"Saudara Surjadipura. sekarang kedudukan sebagai Panglima secara mutlak di
tangan saudara. Aku berharap hendaknya saudara tidak menolak kepercayaan kami."
Tanpa membuka mulut, Saragedug sudah menghampiri api unggun, lalu memungut
salah sebuah lencana tanda kekuasaan. Sudah tentu lencana yang dilemparkan ke
dalam api itu membara dan panas sekali. Akan tetapi bagi SaragedUg, tapi itu bukan
apa apa.
Kemudian sambil memegang lencana tanda kekuasaan ini, ia berseru nyaring,
"Ah, terima kasih atas kepercayaan kalian semua. Bahwa "secara tidak terduga
duga, aku yang bodoh ini terpilih sebagai Panglima. Tetapi sudah tentu Panglima tidak
akan dapat berbuat sesuatu tanpa dukungan anak buah. Maka aku berharap agar
kalian sedia membantu tugas berat ini', demi perjuangan kita."
Akhir dari pertandingan di luar perhitmgan ini, membuat si BOngkok, Jim Cing Cing
Goling, Ali Ngumar serta tokoh yang lain menjadi lemas dan sedih. Diam diam mereka
menjadi bingung , apa jadinya perjuangan ini kalau dipimpin oleh orang baru?
Guna melengkapi kedudukan pimpinan itu, kemudi an dipilih wakil wakil Panglima
sejumlah tiga orang. Yang terpilih untuk jabatan itu. Ali Ngumar, Darmo Gati dan Resi
Sempati.
Setelah pimpinan tersusun lengkap, Saragedug ber seru lagi,
"Sekarang bawalah kemari penjahat besar Swara Manis itu kemari. Kemudian akan
aku serahkan kepada saudara saudara sekalian, hukuman apa yang pantas dijatuhkan
kepada penjahat itu!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sesudah berseru. Saragedug memberi isyarat dengan mata kepada Sintren.
Pada saat menunggu datangnya Swara Manis, para tokoh pejuang kasak kusuk.
Mereka tetap tidak puas kepada hasil pemilihan yang baru berlangsung. Karena
seseorang baru yang belum dikenal sepak tcrjangnya, juga belum pernah memberi jasa,
tahu-tahu menduduki jabatan sebagai Panglima. Maka diam-diam hampir semua orang
bersikap waspada dan hati hati. Mereka sudah bulat pendapat, kalamana Panglima
berbuat menyeleweng, mereka akan bertindak memberontak.
Namun ketika mereka mendengar bahwa tindakan pertama kali hendak mengadili
Swara Manis yang jahat itu, hati mereka lega. Diam-diam mereka kemudian
beranggapan bahwa Surjadipura memang seorang gagah perwura. Sebagai akibatnya
pula, rasa kurang senang itu menjadi berkurang. '
Beberapa saat kemudian petugas sudah membawa Swara Manis ke tengah
gelanggang. Lalu dihadapkan di depan Saragedug.
Memang sejak di Muria, Swara Manis dimasukkan dalam tahanan. Hingga pemuda
licin ini tidak tahu keadan yang terjadi. Harapannya tidak lain, suami ' isteri Genduwo
Semanu itu dapat menyelesaikan usahanya, kemudian dirinya diajak ke Mataram
menghadap Sultan Agung untuk mendapat hadiah dan jabatan. Justru karena
mencitakan hadiah dan kedudukan tinggi di Mataram ini, dirinya menyediakan diri
untuk ditangkap dan ditawan.
Tangan Swara Maxis diikat di belakang punggung. Setelah ada di tengah kerumunan
manusia, ia menjadi bergidik melihat pancaran sinar mata semua orang seperti berapi.
Kemudian ketika ia memandang ke arah Saragedug, ia melihat orang itu memegang
lencana warna kuning.
Melihat semua ini, jantung Swara Manis tergetar hebat. Sebagai seorang licin dan
pandai menipu orang lain, sekarang ia dapat menduga apa yang akan terjadi. Kiranya
Saragedug dan isterinya khawatir dirinya membuka rahaSia penyamarannya. Peristiwa
yang dihadapi sekarang ini tidak berbeda dengan perbuatannya ketika itu, membunuh

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Dasa Muka dalam usaha agar rahasianya terjamin.
Menduga demikian, timbul tekatnya ,untuk menelanjangi rahasia Gendruwo Semanu.
Ia sudah nekat, dan apapun yang terjadi akan dihadapi. Baginya biarlah sekarang
dirinya mati, bersama sama dengan suami isteri itu.
Mulutnya sudah terbuka untuk berseru. Tetapi belum sempat bersuara, Sintren yang
sudah siap-Siaga mengayunkan tangan. Hek... lambung Swara Manis kesemutan. dan
mulut yang sudah terbuka itu tidak dapat bersuara lagi. Ya, secara gesit Sintren sudah
menyambit dengan kerikil kecil ke arah Swara Manis. Saking cepatnya gerakan itu,
tidak menimbulkan suara yang mencurigakan. Yang tahu hanya Swara Manis, Sintren
dan Saragedug. Lebih lagi keadaan di tempat itu berisik, karena semua orang marah
ketika melihat Swara Manis yang sudah banyak dosanya itu. Sebagai akibat dari semua
itu, apa yang dilakukan Sintren berhasil baik sekali. .
Swara Manis berusaha mengerahkan tenaga sakti nya untuk dapat bersuara, akan
tetapi usahanya sia-sia belaka. Karena usahanya tak berhasil, keringat dingin
membasahi sekuiur tubuh. Ia baru insyaf bahwa nyawanya tak dapat dipertahankan
lagi. Ia tentu akan dibunuh secara mengerikan, dan sebelumnya tentu akan disiksa
hebat sekali. Membayangkan kemungkinan itu. mendadak saja Swara Manis insyaf.
Perbuatannya selama ini menyebabkan dirinya dimusuhi banyak orang, dan diam diam
merasa menyesal pula mengapa dirinya sudah menumpuk dosa.
Dugaan. Swara MdnlS ini memang tepat. Dalam. usaha agar penyamarannya
terjamin dan dapat mempengaruhi semua orang. Saragedug tidak ingin bertindak
kepalang tanggung. Sekalipun benar Swara Manis menyediakan diri untuk'ditawan
tetapi hal itu bukan salahnya, tetapi salah Swara Manis sendiri mengapa dapat ditipu.
Guna menjamin kerahaSiaan dirinya ini, satu-satunya orang yang bisa menjadi saksi
harus disingkirkan lebih dahulu.
Setelah mengamati Swara Manis kemudian menebarkan pandang mata kepada semua
yang hadir. Saragedug berkata nyaring,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Saudara saudaraku, kendati aku sendiri belum pernah menderita rugi oleh
Perbuatan pengkhianat ini, tetapi aku sudah tahu bahwa bangsat ini sudah banyak
menimbulkan korban. Tidak terhitung jumlahnya rakyat Pati dan Kadipaten lain yang
tak berdosa, menjadi korban tingkah bocah ini. Mengingat dosanya yang segunung itu,
memang tidak pantas diberi ampun. Sebab apabila manusia sejahat ini masih diberi
kesempatan hidup lebih lama lagi, jumlah korban akan bertambah banyak dan dunia ini
tidak mungkin dapat tenteram."
Saragedug berhenti, mengamati sekeliling mencari kesan. Ternyata Ia melihat
dengan nyata. bahwa semua mata memandang Swara Manis dengan mata berapi.
membuktikan benci dan marah.
Saragedug gembira pancingannya berhasil. Kemudian ia melanjutkan dalam
usahanya membakar kemarahan orang,
"Manusia binatang ini bukan saja telah mengorbankan rakyat tak berdosa. Akan
tetapi juga telah menyebabkan saudara Ali Ngumar menderita batin! Huh. sekarang
manusia binatang ini aku serahkan kepada kalian. untuk memberikan hukuman yang
pantas!"
Ucapan Saragedug ini mendapat sambutan tepuk sorak gemuruh dari semua orang.
Mereka menganggap, langkah pertama Panglima ini tepat dan mereka menjadi makin
percaya.
Setelah tepuk sorak itu berhenti, si Bongkok meloncat ke tengah, di mana Swara
Manis berdiri tegak tidak berkutik. Seperti diketahui si Bengkok ini mempunyai dendam
kesumat kepada Swara Manis. Orang Bongkok ini maSih ingat, dirinya telah ditipu
mentah-mentah menjelang penyerbuan pasukan Mataram ke Pati. Saking tidak kuasa
menahan rasa marah, Si Bongkok segera berbuat menurutkan hati.
Dalam keadaan seperti saat ini, Swara Manis benar benar tidak dapat'berdaya sama
sekali. Tangannya diikat di belakang punggung. Mulutnya tak dapat dipergunakan
bicara. Menghadapi tindakan si Bongkok ini, ia takut setengah mati. Diam-diam ia

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
segera berusaha mengerahkan tenaga sakti untuk melawan pengaruh yang
menyebabkan dirinya tak dapat bicara. Dan apabila berhasil, dirinya akan membuka
kedok rahaSia Gendruwo Semanu.
Akan tetapi celakanya, usahanya tetap Sia-sia belaka. Kemudian terpikir pula,
kendati dirinya dapat bicara dan membuka rahasia suami-isteri ini, tidak urung semua
orang tidak akan percaya. Karena dirinya telah dikenal semua orang sebagai laki-laki
yang pandai menipu.
Swara Manis menghela napas penuh rasa sesal.
Di saat-saat berhadapan dengan maut tiba tiba saja terbayang didepan matanya.
Mariam yang cantik dan menyerahkan jiwa raganya. Akan tetapi ia tidak membalas
Cinta kaSih Mariam yang tulus itu, kemudian malah membalas dengan perbuatan yang
tidak patut.
Ketika bayang-bayang Mariam yang cantik menghilang, muncullah wajah manis
Marsih. yang tergila-gila kepada dirinya. Selama ini dirinya selalu menghina gadis itu,
menyakiti dengan kata-katamaupun perbuatan, akan tetapi gadis itu menerimanya
dengan hati ihklas. Sekarang Swara Manis baru insyaf dan menyadari, tentu Marsih
menderita batin selama ini.
"Cuhhh...!" tiba-tiba Swara Manis gelagapan kaget. Pipinya panas sekali rasanya,
kemudian pipi terasa basah.
Ternyata kemudian ludah dari mulut Si Bongkok. Sekalipun ludah, tetapi karena
semburannya dilambari tenaga sakti, sakitnya bukan main lebih hebat dari tamparan.
"Ahh..." Swara Manis mengeluh dalam hati. Di tangan si Bongkok dirinya akan lebih
celaka daripada di tangan demit. Tetapi apa harus dikata, dirinya tak dapat berbuat
apa-apa.
Si Bongkok Baskara mendelik buas. Akan tetapi diam-diam orang tua ini heran,
mengapa pemuda itu hanya berdiam diri? Mungkinkah pemuda ini sekarang sudah
menyadari dosanya, bertobat dan menyerah untuk mati?

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Si Bongkok memalingkan mukanya ke belakang. Serunya,
"Siapa di antara kalian yang sedia memberi pinjaman pisau kepadaku? Huh, dengan
pisau akan aku bedah dadanya dan mengambil hatinya. Aku ingin melihat,
bagaimanakah bentuk dan warna hati Si penjahat bangsat ini!
Ali Ngumar mencabut pedang pusakanya, lalu diberikan kepada si _Bongkok, tetapi
ditolak,
"Pedang itu terlalu tajam hingga sekali tikam akan selesai.Uh. terlalu enak bagi
bangsat ini, tanpa mengalami penderitaan. Karena itu aku menginginkan pisau yang
tumpul., agar aku dapat membuka dadanya perlahan-lahan."
Sekalipun Ali Ngumar benci setengah mati kepada Swara Manus, tetapi tidak sampai
hati melakukan kekelaman seperti itu. Sesungguhnya saja apa yang sudah diperbuat
pemuda itu terhadap Mariam. memang amat menyakitkan hatinya. Namun sebaliknya
apabila dipikir jauh, apa yang terjadi juga oleh salah langkah Mariam sendiri. Kalau
saja Mariam tidak tergila-gila kepada Swara Manus. tentu takkan sampai menderita
sehebat itu.
Permintaan si Bongkok mendapat tanggapan dari seseorang. Orang itu memberi
pedang pendek yang tumpul. 'pedang itu d:sambut oleh si Bongkok dengan gembira.
Teriaknya,
"Bagus! inilah alat yang paling cocok untuk bangsat ini!"
Si Bongkok memandang Swara Manis dengan beringas. Lalu katanya dingin.
"Swara Manis! Apakah engkau masih ingat telah mengorbankan puluhan ribu nyawa
rakyat tak berdoSa? Dan bukankah dengan kematianmu nanti, sesungguhnya dosa
perbuatanmu : belum lunas?"
Setelah disembur'oleh ludah, sekarang wajah yang semula tampan itu menjadi
berlumuran darah merah. Kendati menghadapi maut, otaknya masih terus bekerja dan
tidak cepat putus-asa. Dalam kebingungan untuk menjawab pertanyaan si Bongkok itu,
tiba-tiba saja Ia menganggukkan kepala, kemudian menundukkan kepala lagi.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
si Bongkok heran.lalu tertarik dan ikut memandang ke bawah ke arah sasaran mata
Swara Manis. Kemudian Ia melihat kaki pemuda itu bergerak seperti sedan menulis.
Akan tetapi karena tempat itu keras, apa yang ditulis tidak dapat dilihat dan dibaca
orang.
Mendadak saja si Bengkok teringat kelicinan pemuda ini. ia menjadi tambah marah
merasa ditipu. Dalam hatinya sangat mendongkol, justru sudah berhadapan dengan
maut pemuda itu maSih juga mempermainkan dirinya.
Crak... ujung pedang yang tumpul itu sudah bersarang di bahu Swara Manis. Begitu
pedang dicabut, darah merah menyembur keluar. Saking sakitnya, Swara Manis hampir
pingsan.
"Tikaman pertama!" seru si Bangkok nyaring.
Karena usahanya memberitahu kepudn si Bongkok dengan tulisan tak berhasil malah
ditikan Swara Manis yang kesakitan mendelik ke arah Gendruwo Semanu. Akan tetapi
suami-isteri itu tenang-tenang saja.
Pada saat si Bongkok menggerakkan tangannya untuk menikam yang kedua kalinya,
Ali Ngumar merasa tidak tega dan berseru,
"Saudara Baskara! Cepat bunuh saja pemuda itu, dan jangan kau siksa!"
Belum juga si Songkok sempat menyahut. semua hadirin terkejut mendengar suara
hiruk-pikuk di luar pondok pertemuan. Belum luga lenyap suara itu. meluncurlah
sesosok bayangan hitam secepat anak-panah lepas dari busur. Belum juga orang dapat
melihat jelas. sudah terdengar bentakannya yang nyaring,
"Tunggu!"
Belum juga lenyap suara bentakannya. bayangan orang itu sudah menyambar
pedang dari tangan Si Bongkok. Tentu saja Si Bongkok tak mau menyerahkan pedang
itu. Ia berusaha melawan. tetapi menjadi terkejut ketika melihat orang yang berusaha
merebut pedang itu Ladrang Kuning. Babatan pedang dihindari oleh Ladrang Kuning
dengan memiringkan tubuh, kemudian mengulurkan tangan menerkam siku Si Bengkok.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ali Ngumar juga segera mengenal kembali isterinya tercinta. Ia kaget di samping
diam-diam mengeluh. Sebab ia menduga, Isterinya tentu berusaha menolong Swara
Manis lagi. Sudah berkali-kali usahanya melenyapkan jahanam ini selalu gagal, karena
dihalangi oleh isterinya sendiri. Sekarang dalam keadaan seperti:d ini, dirinya Sudah
tidak mau memperhitungkan apapun yang terjadi. Di saat Isterinya sedang sibuk
melayani si Bongkok, ia telah meloncat ke arah Swara Manis dan membacok.
Dalam perkelahian ini Sekalipun lebih sakti di banding Si Bongkok, tetapi Ladrang
Kuning tidak dapat mengalahkan dalam waktu singkat. Maka kagetnya tidak
terkira-kira melihat suaminya sudah menghampiri Swara Manis, dan lebih kaget lagi
ketika melihat tangan suaminya diayunkan. Dalam usahanya menggagalkan usaha
suaminya itu, tiba-tiba Ladrang Kuning melontarkan benda yang semula dikepit di
ketiaknya.
Pada mulanya Ali Ngumar tak menghiraukan benda apa yang dilontarkan isterinya
itu. Yang penting asal pedangnya dapat membabat leher, Swara Manis akan mati.
Namun sebelum niatnya terlaksana. benda yang dilontarkan isterinya itu menyambar
datang. Kemudian ia melihat pula bahwa dalam bungkusan kain itu tampak bayi
montok yang masih merah. Ali Ngumar terkeSiap. Cepat-cepat ia menarik pedangnya ke
bawah, dengan maksud agar bayi itu tidak menjadi korban. Akan tetapi karena
gerakannya tadi menggunakan tenaga penuh, sukarlah untuk menarik secara
mendadak. Sebaliknya kalau sedikit lambat saja, baik Swara Manis maupun orok itu
akan terbelah mati dua-duanya.
Dalam usaha menarik kembali pedangnya, Ali Ngumar gugup sekali. Ia mengerahkan
tenaga menurunkan tangan. Crak... kain yang membungkus orok itu robek, si bayi
selamat tak kurang suatu apa, akan tetapi Swara Manis harus menderita cacat seumur'
hidup, karena kakinya sudah terbabat putus sebatas lutut! Darah mengucur deras
membasahi tanah, dan Swara Manis pingsan.
Tetapi Ali Ngumar tidak menghiraukan Swara Manis mati atau masih hidup. Yang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
terpikirkan saat sekarang, orok yang dilemparkan isterinya. Ia membungkuk lalu
menyambar orok itu. Dan saat itu juga keringat dingin membasahi tubuhnya",
membayangkan apa yang terjadi kalau orok tidak berdosa ini menjadi korban
pedangnya.
Ketika mengangkat kepala, Ladrang Kuning telah berhasil merebut pedang Si
Bengkok. Lalu setelah melancarkan serangan tiga kali, dapat memaksa si Bongkok
mundur ke pinggir.
Ali Ngumar geram sekali. Betapapun besar Cintanya kepada isteri, namun urusan
perjuangan di atas segalanya. Kedatangan isterinya yang mengacau ini tak dapat
diterima. Dampratnya,
"Diajeng Wulan! Hari ini merupakan hari suci bagi pejuang yang ingin
menghancurkan Mataram. Apa sebabnya engkau datang tibatiba dan mengacau lagi?"
Ladrang Kuning tidak menjawab dampratan suaminya, tetapi malah menghampiri
Swara Manis. Ia segera memberi pertolongan menghentikan darah agar tidak terlalu
banyak darah yang hilang, sehingga jiwanya dapat tertolong. Setelah selesai menolong,
ia mengangkat kepala menatap suaminya sambil bertanya,
"Siapa bilang aku datang mengacau? Huh; sedikit saja aku terlambat datang, kamu
semua tentu sudah menjadi bangkai tidak berguna lagi. Tahu?"
'Apa maksudmu?" Ali Ngumar heran.
Ladrang Kuning tidak menyahut, tetapi menebarkan pandang matanya. '
Ladrang Kuning mengamati dengan tajam ke arah seorang ke seorang. Tiba-tiba ia
berteriak nyaring,
"Hai, ke mana Saragedug dan Sintren? Di mana dua bangsat itu sekarang? Hayo,
mengapa tidak berani terang-terangan dan berkelahi secara ksyatria, akan tetapi
menyelundup seperti tikus clurut?"
Semua orang terkejut bukan main. Bukankah yang ditantang Ladrang Kuning
Surjadipura dan Witadipura yang termasyhur dari Ujung Kulon? Tetapi mengapa dua

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tokoh itu dipanggil Saragedug dan Sintren? Apakah Ladrang Kuning sudah kumat
gilanya lagi?
"Apa katamu?" tiba-tiba saja Jim Cung Cung Goling, Resi Semapti. Ali Ngumar dan
si Bengkok berseru hampir berbareng.
Ladrang Kuning tidak menjawab. Ia bergerak seperti kilat menerobos ke sana ke
mari. Namun yang dicari tetap tak diketemukan. Lalu ia kembali lagi ke tengah sambil
berseru heran,
"Ke mana bangsat itu pergi?"
Ali Ngumar menghampiri dan bertanya halus setengah tak percaya.
"Diajeng Wulan, siapakah yang kau maksudkan itu? Apakah benar mereka hadir?"
"Apa? Jadi kalian benar-benar tidak tahu bangsat itu sudah menyelundup ke mari?"
Ucapan Ladrang Kuning ini seperti halilintar meledak di siang bolong. Mereka
terkejut dan kemudian sadar. Mereka lalu menebarkan pandang mata ke sekeliling.
Semua orang masih lengkap belum meninggalkan tempat. Tetapi Surjadipura,
Witadipura, Cilik Kunthing dan barpa Kresna tidak tampak lagi batang hidungnya.
Setelah empat orang itu menghilang tiba-tiba, mereka sekarang baru mengerti apa yang
dimaksudkan oleh Ladrang Kuning.
"Heh-heh-heh, Ladrang Kuning," Jim Cing Cing Goling berkata.
"Gerak-gerikmu selama ini memang menimbulkan rasa jengkel semua orang. .Akan
tetapi hari ini kami semua berhutang budi 'kepadamu!"
Setelah berkata, kakek ini mengangkat tangan dan mengacungkan ibu jarinya, jelas
terang-terangan memuji Ladrang Kuning. '

"Huh siapa sudi mendengar segala macam ocehanmu" Kalau bukan Prayoga yang
memberitahu, akupun tidak tahu."
"Apa? Prayoga belum mati?" seru Ali Ngumar dan beberapa orang yang lain.
"Mati memang belum! Tetapi dia sekarang tengah meregang nyawa. dan di sana

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sarini menunggu dengan setia."
"Hai... Sarini juga maSih hidup?" seru orang banyak gembira.
Sejak tadi Ali Ngumar masih tetap memondong orok yang berhasil diselamatkan.
Sambil mengamati bayi itu. kemudian ia bertanya,
"Diajeng Wulan, dari manakah engkau mendapat orok montok ini?"
"Engkau ini nglindur atau mimpi? Mengapa kepada cucu sendiri engkau tidak kenal?
Lihatlah wajahnya. Bukankah mirip dengan wajahmu?"
Sejenak Ali Ngumar mengamati bayi itu dengan teliti. Apa yang dikatakan isterinya
benar. Wajah orok ini mirip dengan wajahnya sendiri.
Namun sejenak kemudian teringatlah ia akan lahirnya orok ini, sebagai haSil
perbuatan Mariam dan Swara Manis di luar nikah. Teringat akan hal itu ia malu dan
marah.
"Ambillah! Aku lebih senang tidak mempunyai cucu dan tidak disebut sebagai
kakek!" katanya sambil menyerahkan bayi itu kepada Ladrang Kuning.
"Hemm, sudahlah! Orang tuanya yang bersalah, mengapa anaknya dilibatkan? Bayi
ini lahir suci, sesuai kehendak Tuhan. Dosa orang tuanya tidak sepatutnya menjadi
beban anak yang tak tahu apa-apa." Ladrang Kuning kemudian menghela napas sambil
menyambut bayi itu. Ternyata si bayi yang kaget terbangun dari tidur, lalu Ladrang
Kumng menepuk-nepUk pantat bayi perlahan, sambil berkata halus,
"Jangan sudah jebeng. Sekalipun orang Lain tidak suka, tetapi nenekmu tetap sayang
dan mencintaimu."
Melihat tingkah laku Ladrang Kuning ini, semua 0rang terteguh heran. Sebab
biasanya perempuan ini ganas keliwat-liwat. Tetapi sekarang dapat berobah seperti
nenek yang lain.
Sambil menciumi pipi orok yang montok itu. Ladrang Kuning berkata perlahan,
"Anak ini tidak boleh lahir tanpa mendapat kesempatan melihat ayahnya, agar tidak
disebut sebagai anak haram!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Setelah berkata. Ladrang Kuning melirik ke arah Swara Manis. Sekarang kaki Swara
Manus sudah buntung.
Dalam keadaan terluka parah seperti Itu. mulutnya yang terkancing oleh sambitan
Sintren telah terbebas dan dapat bicara lagi. Dalam keadaan sadar dan tidak, dari
mulutnya terdengar ucapan,
"Orang yang mengaku ... Surjadipura dan witadipura itu tidak lain... Surogedug dan
Sintren. ..."
Setelah mengucapkan kata-kata itu. Swara Manis pingsan lagi. Agaknya Ia telah
berusaha sekuat tenaganya untuk dapat membuka rahaSIa Saragedug dan Sintren.
Maka setgap kali sadar, tentu segera mengucapkan soal suami-Isteri Gendruwo Semanu
itu.
Ladrang Kuning mengamati seluruh yang hadir. Kemudian katanya lagi,
"Kakinya sudah buntung dan 0rangnyapun sudah kalian Siksa. Sekarang pandanglah
mukaku dan bebaskanlah dia!" ' .
Kata-kata yang meluncur dari Ladrang Kuning sekarang ini terdengar halus dan
penuh rasa iba. Semua orang memandang heran. dan diam-diam juga terharu. Agaknya
wanita itu sekarang telah menemukan kesadarannya kembali. sehingga tidak berwatak
ganas dan keras seperti sebelumnya.
mungkinkah terjadinya perubahan pada diri Ladrang Kuning itu, setelah dirinya
berhadapan dengan berbagai macam peristiwa. kemudian dirinya harus memperoleh
seorang cucu?
Kehadiran Ladrang Kuning di Saat yang amat tepat telah 'memberikan jasa yang
amat besar. Sekalipun wanita itu datang dengan maksud menyelamatkan nyawa Swara
Manis, akan tetapi ia juga berhasil mencegah Saragedug dan Sintren menghancurkan
cita-Cita para pejuang.
memang, berhadapan dengan naSib puteri tunggalnya yang bernama mariam Itu.
sebenarnya Ladrang Kuning kecewa dan marah bukan main. Akan tetapi mengingat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
keadaan Mariam yang hamil tua. tidak berani meninggalkan seorang diri. Ladrarg
Kuning mendirikan sebuah pondok keCil tidak jauh dari kali Serang. Tempat' yang
sunyi memang tepat sekali guna menyembuhkan mariam yang sudah hampir gila.
Dalam perawatan ibunya, kesehatan mariam berangsur sembuh kembali. Dalam
keadaan Mariam agak sehat ini. kemudian lahirlah bayi dari kandungan Mariam.
Ladrang Kuning gembira sekali melihat cucunya yang montok
Sebaliknya mariam selalu tampak murung dan sedih. Ia tidak memperdulikan kepada
bayi yang dilahirkan. dan juga tak mau memberikan air susunya. Yang selalu
membayang di depan wajahnya hanyalah laki-laki yang dicintai. Swara Manis dan
sekarang ini tidak diketahui dimana berada. Sekalipun Swara Manis pernah menghina
dirinya di depan banyak orang, Kemudian saking sedihnya ia muntah darah. ia tidak
dapat benci. Apapun yang sudah terjadi kalau Swara Manis mau datang kembali, ia
akan mencintai dengan segenap jiwa raganya.
Sebagai akibat Sikap Mariam yang tak memperdulikan bayinya itu, Ladrang Kuning'
terpaksa harus merawatnya. Orok itu selalu dalam gendongannya diajak ke luar masuk
hutan berburu binatang. Tidak perduli binatang buas atau jinak, binatang itu dipaksa
agar memberikan susunya untuk kepentingan bayi tersebut. Hingga anak Wulandari ini
hidup dari air susu binatang yang bermacam-macam, akan tetapi anehnya bayi itu
montok dan sehat tahan kepada angin maupun cuaca buruk. Keadaan Ini menyebabkan
Ladrang Kuning semakin kaSih dan sayang kepada cucunya. Bayi itu tidak pernah
terpisah. Kemanapun selalu dalam gendongannya.
Kemudian pada suatu hari Ladrang Kuning sedang membawa cucu tersayang ini
berburu susu binatang. Celakanya cuaca buruk, sehingga hujan terus-menerus turun
dan tak bisa pulang. Ketika bisa pulang ke pondok, Ladrang Kuning amat terkejut. Ia
tidak dapat menemukan puterinya Mariam, dan yang ditemukan dalam pondok hanya
sesobek kain putih berisi tulisan yang mengharukan.
Ibu tercinta.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Anak sadar telah tersesat jalan dan terjerumus ke dalam lembah derita dan nestapa.
Sebagai akibat perbuatan anak. Sesungguhnya pantas kalau aku harus mati. Akan
tetapi' teringat kepada ibu, dan ananda merasa belum dapat membalas budi, maka
terpikir oleh ananda. akan bertambah dosa ananda kepada ibunda dan ayah kalau
ananda bunuh diri.
Akan tetapi bagaimanapun, ananda harus menebus dosa itu. Maka apabila masih
berumur panjang. ananda masih dapat bertemu lagi
Mariam.
Beberapa saat lamanya Ladrang Kuning termenung menung membaca surat
anaknya itu. Kemudian timbullah tekadnya untuk mencari anak tunggalnya itu. Ia amat
khawatir, kalau anaknya sampai mengalami nasib yang lebih buruk lagi. Akan tetapi
walaupun sudah berusaha sekuat tenaganya, Ladrang Kuning tak juga dapat
menemukan anaknya. Perempuan Mariam seperti lenyap ditelan bumi. Karena
usahanya tidak berhasil. kemudian Ladrang Kuning dengan hati penuh sesal dan sedih,
kembali ke pondoknya.

***

Ketika Sarini dan Prayoga berkelahi melawan suami-isteri Gendruwo Semanu,


kegaduhan yarg ditimbulkan menyebabkan bayi itu terjaga dari tidurnya dan menangis.
Sebagai seorang sakti segera tahu kalau kegaduhan itu akibat terjadinya orang
berkelahi. Ia menjadi marah karena Cucunya terganggu. Sambil mengepit cucunya,
Ladrang Kuning menuju tempat suara perkelahian. Sayang ia bersuara, sehingga
Saragedug dan sintren sudah kabur. Ladrang Kuning hanya menemukan Prayoga dan
Sarini yang menggeletak di atas tanah dengan menderita luka parah.
Semula Ladrang Kuning menduga dua bocah itu sudah mati. Tetapi ketika memeriksa
teliti, untung dua anak muda itu masih berdenyut. Cepat cepat ia mengangkat dua

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
orang anak muda itu ke pondoknya. Ia berusaha dan menolong, dan dalam waktu cukup
lama. Sarini dan Prayoga baru bisa Sadar.
"Cepatlah kejar!" begitu sadar Prayoga sudah berteriak.
"saragedug membawa Swara Manis ke Muria!"
Sebaliknya Sarini yang merasa nyawanya hanya beberapa hari lagi. tak
menghiraukan semuanya. Ia tidak perduli tentang apapun. Dan ia hanya berbaring di
samping Prayoga, lalu membiSikkan kata kata yang selama ini belum sempat
diutarakan kepada kakak seperguruannya. Akan tetapi karena Prayoga terluka parah,
dalam keadaan sadar dan tidak. maka biSikan Sarini ini hanya sedikit yang bisa ia
dengar.
Demikian antara lain penuturan Ladrang Kuning kepada semua orang yang hadir di
Muria. Sesudah menuturkan apa yang terjadi, ia kembali mengajukan permintaan agar
Swara Manis dibebaskan karena sudah menderita cacat selama hidup. dengan kaki
buntung.
Menurut Ladrang Kuning, hukuman yang sudah diterima Swara Manis itu cukup
berat. Dengan demikian masih dapat menyadari kekeliruannya, dan siapa tahu dengan
dua kakinya buntung, masih dapat memberi manfaat kepada masyarakat.
Akan tetapi di antara mereka ada yang masih tidak puas. Orang itu tidak lain Si
Bongkok Baskara. Lalu teriaknya,
"Tetapi dahulu aku sudah pernah bersumpah. Kalau tak dapat mencincang tubuh
bangsat itu, luka pada jariku ini akan membusuk!"
"Hat Bengkok!" sahut Ladrang Kurung lantang.
"Jangan mau menang-sendiri! Kita semua harus mau mengakui. bahwa begitu ia
sadar, yang diucapkan oleh Swara Manis tidak lain kecuali menyebutkan Saragedug
dan Sintren yang sudah menyelundup. Dengan kenyataan itu, apakah engkau masih
juga tidak mau mengakui, bahwa bagaimanapun dia masih mempunyai sekelumit
kebaikan? Hem, aku tadi sudah berkata. Setelah dua kakinya buntung, mudah-mudahan

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
masih dapat memberi manfaat kepada masyarakat. sebaliknya kalau bocah Itu mati,
sudah tidak ada gunanya lagi."
Si Bongkok tertawa terkekeh. Kemudian menyindir,
"Hai Ladrang Kuning' Sejak kapan watakmu berobah dan kenal akan
perikemanusiaan'?"
Ladrang Kuning mendelik. Ia tidak mau menjawab. Akan tetapi dalam hatinya
mengakui, bahwa setelah cucunya lahir, watak dan tabiatnya berubah sama sekali.
Akan tetapi sesudah dipikir panjang, akhirnya si Bongkok mau mengalah juga.
Ujarnya,
"Ya, sudahlah! Dengan memandang muka kalian suami-isteri, aku si Bongkok sedia
memberi ampun. Akan tetapi awas, kalau kelak kemudian hari dia masih juga berbuat
jahat, kalianlah yang harus bertanggung jawab!"
Ali Ngumar dan Ladrang Kuning saling pandang. Kemudian suami-isteri itu
tersenyum.
Sesudah belasan tahun lamanya berpisah. kemudian isterinya membenci dirinya,
baru kali ini Ali Ngumar merasa bahagia sekali. Isterinya sekarang telah berobah dan
mau tersenyum seperti dahulu.
Mengingat walaupun maSih hidup tetapi Swara Manis sudah mendapat cacat, maka
kemudian diputuskan, Swara Manis masih diberi kesempatan hidup. Ali Ngumar segera
memerintahkan orang agar mengangkut Swara Manis ke ruang lain. Dan sesudah itu.
ia baru mengajukan pertanyaan kepada hadirin.
"Karena Panglima sekarang ini melarikan diri, lalu bagaimanakah pendapat
kalian?"
"Saudara yang menggantikan kedudukan Panglima!" teriak banyak orang.
"Sedang wakilnya Darmo Gati."
Ali Ngumar tidak dapat menolak lagi, karena semua orang sudah memilih dirinya.
Kemudian sebagai langkah pertama, ia segera mengatur susunan perserikatan. Kendati

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
secara resmi Pati belum bisa dibangun, namun Bagus Saketi telah diangkat sebagai
Raja. Sedang sebagai kraton, untuk sementara di Muria ini.
Pasukan yang jumlahnya ribuan orang itu. kemudian dibagi menjadi beberapa
kelompok besar dan dipimpin oleh seorang tokoh sakti. Melihat cara suaminya
mengatur dan memimpin pejuang itu, diam-diam Ladrang Kuning menjadi kagum juga.
Memang sekarang ini, sudah tercetus niat Ladrang Kuning untuk dapat hidup rukun
kembali dengan suaminya. Sebab sekarang dirinya sudah tahu semuanya, tentang
kesalah pahaman yang terjadi waktu itu. Dengan demikian suaminya bukan seorang
pengecut seperti dugaannya semula, tetapi seorang jantan perwira. Kendati begitu ia
merasa malu kalau mendekati suaminya tanpa alasan kuat. Ia harus mendapat jalan
yang licin guna melaksanakan niatnya itu. dan tanpa mengurangi harga dirinya.
Sesudah Ali Ngumar selesai mengatur semuanya, ia memalingkan muka ke arah
isterinya sambil berkata halus.
"Diajeng Wulan, sekarang marilah kita pergi menjenguk Prayoga dan Sarini yang
sakit."
"Ah..." Ladrang Kuning berteriak perlahan dan mengeluh.
"Bocah itu terluka parah dan tidak ada yang merawat. Ya, aku harus cepat-cepat
kembali ke sana. Engkau mempunyai tugas berat, kiranya cukup aku sendiri saja yang
mengurus bocah itu. Tetapi aku berpesan, kalau dapat bertemu dengan Kigede Jamus,
mintakanlah obat. Tetapi sebaliknya kalau tak dapat bertemu, percayakanlah dua orang
muridmu itu kepadaku. Aku akan merawat mereka tidak bedanya seperti anakku sendiri
dan juga muridku."
Sulit dilukiskan betapa gembira hatinya. mendengar pernyataan isterinya itu. Ia
tersenyum, mengangguk dan setuju kepada permintaan Ladrang Kuning. Kemudian
Ladrang Kuningpun pergi, setelah lebih dahulu memberi senyuman manis kepada
suaminya.
Ali Ngumar segera berunding dengan para wakil dan pembantu-pembantunya untuk

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menentukan langkah yang harus diambil. Setelah berunding beberapa lama, kemudian
mereka terbentur oleh kekurangan yang amat mutlak. Mereka tidak mempunyai dana
untuk membeayai perjuangan. Tanpa uang, gerakan perjuangan tak mungkin terwujud.
Tidak seorangpun dapat memberi jalan'untuk memperoleh dana ini. Akan tetapi
setelah berdiam diri beberapa saat, terdengarlah Jim Cing Cing Goling berkata,
"Apakah kalian pernah pula mendengar tentang cerita harta karun yang tersiar luas
itu?"
"Ya. aku pernah mendengar," sahut Ali Ngumar.
"Tetapi benar dan tidaknya aku tidak tahu."
"Akan tetapi aku yakin!" sahut Darmo Saroyo mantap.
"Sejak aku menjelajah beberapa daerah dalam usahaku mencari guru, aku
mendengar berita itu santar sekali, hingga aku menjadi merasa yakin dan pasti. Hanya
saja ada dua macam khabar tentang asal harta karun nu. Ada yang mengatakan bahwa
harta karun itu merupakan simpanan kekayaan. dari pasukan Tiongkok yang akan
menggempur Singosari. Karena pasukan itu terpukul oleh kekuatan pasukan Raden
wijaya. maka dalam usaha menyelamatkan harta karun itu. Lalu disembunyikan."
"Ah...!" seru Jim Cing Cing Goling.
"Kalau khabar itu benar, tentunya tempat penyimpanan itu tidak di daerah kita Ini,
tetapi di wilayah timur. Untuk mencarinya, tentu sudah sulit sekali."
"Tetapi ada keterangan lain yang menyatakan. harta karun itu merupakan hasil
pendukung Pangeran Harya Penangsang.?" Darmo saroyo meneruskan.
"menurut keterangan itu, maksudnya sebagai persediaan dana bagi Pangeran Harya
Penangsang memukul Pajang. Akan tetapi sebelum rencana penyerbuan ke Pajang itu
siap, sudah disusul terbunuh matinya Pangeran Harya Penangsang d. kandang sendiri,
oleh siasat yang cerdik dan Ki Juru Mertani, Pemanahan, Penjawi dan Danang
Sutawijaya."
"Ahh, kalau khabar itu benar. bagus sekali'" Jim Cing Cing Goling menyela.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"dengan begitu, tempatnya tentu tidak jauh."
"ha, engkau benar." Darmo Saroyo menjawab. Sesudah itu, ia meneruskan ceritanya.

"Karena khabar itu tambah hari bertambah santer aku menjadi percaya dan yakin
harta karun itu ada. Karena itu kitapun wajib pula ikut berlomba dan menyelidiki. siapa
tahu jika kita berhasil. memperoleh dana yang cukup untuk membeayai gerakan kita ini.
Hemm, sayang... tidak seorangpun dapat menerangkan, di mana harta karun itu
disimpan orang."
Ali Ngumar tampak merenung. Tak lama kemudian berkata.
"Tetapi walaupun benar harta karun itu ada, lalu apakah gunanya? Apakah orang
dapat hidup dan membeayai perjuangan dengan emas dan permata?"
"Bukan begitu!" ujar si Bongkok.
"Dengan harta tersebut, kita memperoleh dana cukup banyak. karena bisa kita jual.
Sesudah memperoleh uang kita dapat membeli perlengkapan yang kita butuhkan.
Setelah apa yang kita butuhkan tersebut, termasuk beras dan keperluan lain, berarti
persiapan kita menjadi cukup."
Mendengar penjelasan si Bangkok itu semangat semua orang terbangun. Hanya
sayang. berita tentang harta karun itu hampir semacam dongeng.
mendengar tetapi tidak tahu di mana tempatnya.
Akan tetapi karena tidak ada jalan lain lagi, semua orang bersepakat untuk
melakukan usaha itu segiat-giatnya, untuk melakukan penyelidikan.
Kita tinggalkan para pejuang ini yang sedang bicara tentang harta karun. Kita ikuti
sekarang kepergian Ladrang Kuning untuk pulang ke pondoknya. Ladrang Kuning
bergerak seperti kilat cepatnya, karena mengkhawatirkan Sarini dan Prayoga. Ia
khawatir kalau dua bocah yang terluka itu, sampai diganggu orang.
Akan tetapi ah... Ladrang Kuning kaget sekali dan terbelalak, ketika Prayoga dan
Sarini berdua tidak ada. Dan yang membuat Ladrang Kuning penasaran. melihat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
keadaan dalam pondoknya. Perabot pondoknya itu sekarang porak-poranda, tidak
bedanya dengan sebuah rumah yang baru saja kemasukan penjahat.
Ladrang Kuning heran tak habis mengerti. Ia meninggalkan pondok baru dua hari
lalu. Ketika Ia meninggalkan pondok itu. Prayoga dan Sarini memang dalam keadaan
payah. Kalau saja dua orang muda itu menuju Muria, sudah tentu bertemu di tengah
jalan" Akan tetapi kalau tidak pergi ke Muria, lain ke manakah Prayoga dan Sarini?
Namun tanda tanya yang memenuhi dadanya ini kemudian terjawab, ketika ingat
kepada Saragedug dan Sintren. Ketika Ia tiba di Muria. Suami-Isteri Gendruwo Semanu
itu tiba-tiba saja menghilang. Apakah tidak mungkin mereka pergi diam-diam,
kemudian melampiaskan dendamnya kepada Prayoga dan Sarini.
Kalau benar Prayoga dan Sarini celaka di tangan Suami-Isteri Itu, Ia malu sekali.
Sebab Ia tadi sudah berjanji kepada suaminya untuk menjaga dan merawatnya. Kalau
Prayoga dan Sarini sudah jatuh ke tangan Saragedug dan Sintren yang ganas, sulit
diharapkan dua bocah itu masih bernyawa. Dan kalau Sarini dan Prayoga sampai mati
di tangan Gendruwo Semanu, bagaimanapun dirinya harus bertanggung-jawab.
Menduga demikian, Ladrang Kuning segera mengemasi pakaian cucunya dan
pakaiannya sendiri. Sesudah menitipkan cucunya kepada salah seorang penduduk yang
bisa dipercaya di desa terdekat, Ia pergi. Tanpa diganggu cucunya ini, dirinya akan
dapat bergerak leluasa mencari Gendruwo Semanu, dan juga Prayoga maupun Sarini.
Hanya saja yang membuat perempuan itu kebingungan, ke mana harus pergi mencari?
Akan tetapi sesungguhnya dugaan Ladrang Kuning itu salah. Memang pada waktu
dirinya tiba di muria itt. dan mencegah si Bongkok melakukan pembunuhan atas diri
Swara Manis, suami-Isteri Gendruwo semanu. terkejut, lalu menghilang tiba-tiba, di
susul oleh Cilik Kunthing dan Sarpa Kresna.
Sambil melangkah pergi, Saragedug marah marah karena usahanya yang hampir
berhasil menjadi gagal total. Kemudian sambil memandang isterinya, ia bertanya,
"Denok, aku menjadi heran! Apakah sebabnya Ladrang Kuning tahu kalau kita di

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Muria?"
"Hi-hi-hik, apakah engkau sudah pikun?" sahut isterinya.
"Siapa lagi yang memberitahu kalau bukan bocah gendeng yang sudah kau hajar
setengah mampus itu? .Aku menduga Ladrang Kuning menolong bocah itu. Kemudian
Prayoga maupun Sarini sudah menceritakan apa yang terjadi."
Saragedug membanting kakinya, kemudian mencaci,
"Bangsat' Keparat! Jahanam! Ya, tentu dua bocah itu sekarang maSih hidup. Ah. aku
menyesal sekali, mengapa ketika itu aku kurang teliti. Huh, sangkaku sudah mati, tetapi
ternyata belum. Mari sekarang kita cepat datang ke sana, dan kita SikSa sepuas hati
kita."
Empat orang itu kemudian menuju ke tempat Prayoga dan sarini pingsan beberapa
hari lalu. Akan tetapi dua bocah itu tidak mereka temukan. Kemudian mereka menduga,
tentu tidak Jauh dari tempat ini terdapat sebuah pondok kecil di tepi kali Serang.
Sudah tentu baik Prayoga maupun Sarini tidak menyadari berhadapan dengan
bahaya maut.
Mereka dalam keadaan luka berat, maka setiap waktu dipergunakan beristirahat
untuk memulihkan tenaga Sambil mengobati luka.
Keadaan Prayoga memang berbeda dengan Sarini. Pemuda itu gelisah saja setelah
menderita luka. Karena dadanya dipenuhi keinginan untuk segera dapat pergi ke Muria
dan memberi laporan kepada gurunya. Sebaliknya Sarini, sekalipun juga menderita,
akan tetapi hati rasanya puas. Kalau toh harus mati, ia ikhlas dan puas karena mati
bersama pemuda yang dicintai. '
Dalam keadaan seperti itu, tiba tiba saja timbul keinginan gadis ini, menggunakan
kesempatan untuk menuturkan peristiwa yang sudah lama terjadi. Peristiwa di saat
dirinya menyamar sebagai "mariam", kemudian menerima tanda mata dari Prayoga.
Akan tetapi ahh... tiba-tiba Sarini menjadi bingung sendiri. Dari manakah ia harus
membuka rahasia itu? Untuk beberapa saat lamanya gadis cerdik ini belum dapat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menemukan jalan. Menyebabkan ia berkali-kali menghela napas panjang.
"Ahh... ternyata mbakyu Mariam itu, seorang perempuan yang amat setia kepada
kekasihnya." Sarini mulai mencoba untuk memulai.
Akan tetapi Prayoga tidak menjawab, dan pemuda ini hanya mendengus.
"Kakang," tanya Sarini.
"Dalam hatimu, engkau tentu menganggap mbakyu Mariam itu melanggar janji,
bukan?"
Prayoga tidak menyahut.
"Ah... hem... ternyata waktu sudah lewat amat cepat. Tanpa kita rasa peristiwa itu
sudah hampir satu tahun. Ah, malam itu... ya malam itu bukankah engkau dalam
keadaan terluka akibat pukulan Gondang Jagad?"
"Sudahlah, jangan mengungkit peristiwa itu..." Prayoga berusaha mencegah, agar
Sarini tidak bicara peristiwa lalu.
Sarmi tidak perduli. Kemudian ia menirukan dirinya sendiri ketika menyamar
sebagai Mariam pada saat itu,
"Aku berjanji akan menjadi isterimu. Maka tenangkanlah hatimu agar engkau cepat
sembuh. Kata paman Darmo....."
"Sarini!" potongnya sebelum Sarini selesai berkata.
"Mengapa?"Memang perasaan Prayoga menjadi tak keruan. ketika Sarini menirukan
kata-kata yang diucapkan Mariam malam itu, karena lalu terkenang peristiwa lama.
Bagi pemuda ini, kenangan pahit itu amat menyakitkan hatinya. Oleh sebab itu ia selalu
berusaha mengusir kenangan tersebut.
"Ah kakang. . " Sarini menghela napas panjang, menyesal.
"Engkau tentu masih saja beranggapan, bahwa yang berjanji sanggup menjadi
isterimu itu benar-benar mbakyu Mariam. bukan? Sekarang dengar dan ketahuilah,
bahwa pada malam itu mbakyu Mariam tidak di' Mayong, sebab ikut guru pergi ke
Demak. Kepergiannya malam itu. dalam usahanya untuk menyelidiki keadaan. Hem,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tahukah engkau, bahwa orang yang merawat lukamu waktu itu, yang engkau tanya
apakah sedia menjadi isterimu, tidak lain... aku sendiri. ... ?"
"Sarini" Prayoga tersentak kaget.
"Apakah engkau bicara sesungguhnya? Apakah engkau ini tidak mengigau? Atau
engkau khawatir lukaku ini, maka engkau berkata begitu?"
"Kakang. engkau harus tahu bahwa umurku tinggal beberapa hari lagi, akibat
kekejaman Sintren. Nah, karena aku sudah hampir mati, apakah engkau masih
beranggapan bahwa aku ini mendustai engkau?" sahut Sarini sambil kemudian
mengambil batu mustika pemberian Prayoga. Seperti pernah diceritakan. batu mustika
itu pernah menimbulkan kehebohan, ketika Sarini kalah judi. Karena kalah, batu
mustika itu diambil bandar. Untung dalam ribut ribut, ia dapat mengambilnya kembali.
"Kakang, lihatlah baik baik. Bukankah benda yang aku pegang ini, pemberianmu
ketika itu?" tanya sarini sambil menunjukkan batu mustika.
Sekarang barulah Prayoga sadar akan sebabnya Mariam maupun Ladrang Kuning
menyangkal terjadinya peristiwa pertunangannya. Sesudah ia menghela napas.
bertanya
"Sekarang aku tahu bahwa mbakyu Mariam tidak pernah menCintai aku, tetapi aku
sendirilah yang sudah tergila-gila kepada mbakyu Mariam. Ah. .. tepat sekali kalau
disebut Si pungguk merindukan bulan."
"He-mm, engkau harus tahu bahwa dari awal sampai akhir, mbakyu Mariam hanya
mencintai Swara Manis seorang saja." Sarini memberi penjelasan.
"Dan tahukah engkau. bahwa sejak Swara Manis dihalau pergi oleh paman Saroyo.
ketika itu mbakyu Mariam seperti orang kehilangan semangat? Huh-huh. .. engkau
memang pemuda tolol!"
Tiba-tiba saja Prayoga ketawa. Katanya.
"Sarini! Terus terang aku katakan, bahwa sejak aku tahu tingkah-laku mbakyu
Mariam seperti itu, aku sudah tidak pernah mengharapkan lagi."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Akan tetapi Sarini masih belum mengetahui perasaan Prayoga yang sebenarnya. Ia
masih mengira Prayoga masih tetap mencintai Mariam. Karena beberapa kali secara
halus Sarini sudah menyatakan cinta-kaSihnya itu, namun selama itu Prayoga tetap
saja tak mengertl. Justru sikap Prayoga yang polos seperti itu membuat Sarini salah
paham. Ia mengira Prayoga tetap saja tergila-gila kepada Mariam.
"Benarkah apa yang kau katakan Itu, kakang? Apa sebabnya?"
"hem... aku berpendapat... sejak mbakyu Mariam meninggalkan Muria, tingkah
lakunya tidak selaras lagi dengan angan-anganku. Mengapa? Menurut pendapatku apa
yang dilakukan bertentangan dengan ajaran guru. Dan yang menambah rasa kecewaku,
dia malah melanggar naSihat-naSihat dan petunjuk guru. ... "
Kemudian dengan ucapan kurang lancar, Prayoga mengutarakan perasaan yang
selama ini disimpan dalam dada. Mendengar pernyataan Prayoga itu, Sarini gembira
tidak kepalang. Akan tetapi ah, rasa gembira itu hanya sejenak mampir dalam dadanya.
Sangat singkat, sesingkat awan dihembus angin. Mengapa? Sarini teringat bahwa
umurnya tinggal beberapa hari saja.
Tetapi betapapun, saat ini bagi Sarini merupakan saat terakhir yang paling tepat,
untuk berterus-terang. Ia ingin mendengar, apakah Prayoga mencintai dirinya atau
tidak. Namun perasaannya sebagai wanita melarang, menyebabkan gadis ini menahan
perasaannya dan menggigit bibir.
Karena Sarini berdiam diri, diam-diam Prayoga dapat menerka sebabnya. Akan
tetapi celakanya pemuda itu juga tidak berani bertanya, sehingga dua-duanya
membisu.'
Tiba-tiba mereka mendengar suara orang di luar pondok,
"Hai, apa sebabnya malam sudah selarut ini, dalam pondok masih terang oleh
lampu? Hayo kita segera masuk dan memeriksa."
Kemudian terdengar suara orang menyahut. Prayoga dan Sarini amat terkejut.
Kemudian Sarini bangkit dan memandang sekeliling pondok. Ketika melihat bagian

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
belakang terdapat jendela, Ia berbisik,
"Kakang, kita harus menyelamatkan diri lewat jendela."
Prayoga juga insyaf bahaya maut mengancam. Sekuat tenaga ia bangun, kemudian
merangkak ke jendela. Tepat pada saat dua bocah itu jatuh di luar jendela, pintu depan
sudah diketuk orang.
Tidak mengherankan kalau Prayoga dan Sarini ketakutan setengah mati. Mereka
kenal benar suara Saragedug dan Sintren. Dalam keadaan seger bugar saja. mcreka
tidak sanggup menghadapi. Apa lagi sekarang mereka dalam keadaan luka parah.
Maka jalan satu-satunya yang paling tepat berusaha menyelamatkan diri.
Untung di luar Jendela itu tertutup oleh jerami. Sekalipun jatuh, mereka tidak sakit
dan tidak menimbulkan suara. Dengan hati-hati Sarini dan Prayoga merangkak
menjauhi pondok. Gerakan Sarini lebih cepat, karena deritanya tidak separah Prayoga.
Akan tetapi Prayoga yang parah. belum jauh sudah terengah-engah kepayahan.
Keadaan ini menyebabkan sarini amat cemas.
"Hai, pembaringan ini maSih hangat. Orangnya tentu belum lari jauh. Hem,
siapapun orargnya. harus kita tangkap dulu'" terdengar Saragedug berseru.
Prayoga yang mengkhawatirkan Sarini segera menganjurkan agar Sarini cepat
bersembunyi.
"Sarmi! Cepatlah engkau lari dan sembunyi. Aku... aku luka sangat berat... dan aku
tak dapat bergerak lagi. ... "
sarini menggeleng,
"Kakang, apa sebabnya engkau selalu berpikir seperti itu? Hemm, engkau selalu tak
dapat menyelami perasaan orang... dan aku aku rela mati di sampingmu.... "
Untuk yang pertama kali dalam hidupnya, Prayoga mendengar pernyataan seorang
gadis yang mesra sekali dan penuh penyerahan. Tiba-tiba saja semangatnya bangkit
kembali, biSiknya,
"Tidak, Sarini! Kita akan hidup bersama-sama dan masih lama sekali. Kita tak boleh

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
putus asa'"
Sederhana ucapan Prayoga, tetapi bagi Sarini sudah merupakan obat mujarab
keputus-asaannya. Tanpa sesadarnya Sarini sudah menarik lengan Prayoga diajak
merangkak makin menjauhi pondok. Belum jauh, tiba-tiba di depan mereka tampak
cahaya air berkilauan. Dan ketika Sarini menebarkan pandang matanya, ia melihat
empat orang itu sudah menyebar diri untuk mencari buruannya. Karena tak ada jalan
lain, Sarini segera mengajak Prayoga masuk ke dalam air. Sebagai gadis cerdik,
sebelum mereka menyelam di dalam air. sudah membekal dua batang gelagah
alang-alang. Dengan gelagah yang berlubang itu, mereka dapat bernapas melalui
mulut, sekalipun mercka menyelam dalam kolam.
Belum lama menyelam dalam air, Prayoga merasakan pada pundaknya gatal sekali.
Rasa gatal itu tepat pada bagian lukanya. Namun demikian karena khawatir
gerakannya menimbulkan gelombang air, ia menahan rasa gatal itu sekuat-kuatnya.
Cukup lama mereka bersembunyi di dalam air. Setelah mcnduga yang mencari sudah
pergi, Sarini mencoba muncul dari air. Ia memandang sekeliling dan suasana sepi.
Akan tetapi baru saja akan naik ke darat. tiba tiba telinganya menangkap suara
mencurigakan 'dari dalam pondok. sehingga membatalkan niatnya.
Padahal sesungguhnya kalau ia nekat, tidak akan terjadi sesuatu malah
menguntungkan. Suara dari dalam pondok itu bukan perbuatan Saragedug dan kawan
kawannya, tetapi perbuatan Ladrang Kuning. Sebagai akibat salah paham ini,
menyebabkan Ladrang Kuning kebingungan, kemudian menitipkan cucunya kepada
orang lain, sedang_Ladrang Kuning lalu pergi mencarinya.
Setelah cukup lama mereka bersembunyi di dalam air. Sarini memberanikan diri
muncul lagi. Dan sesudah merasa pasti keadaan aman. ia memberitahu kepada
Prayoga. kalau keadaan sudah aman. Namun ketika Prayoga berdiri, tiba-tiba saja
Sarini menyeru keCil,
"Hai lihat pundakmu. ... "

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ternyata ketika naik ke darat, tenaga Prayoga sudah cukup kuat. Luka yang semula
panas membara itu, tidak sakit lagi. Ia menjadi heran ketika mendengar jerit kecil
Sarini, dan ketika memandang pundaknya sendiri, ia ngeri.
Pundak yang terluka itu sekarang dipenuhi oleh beberapa ekor lintah yang sudah
kekenyangan menghisap darahnya.
Kemudian Prayoga teringat keterangan gurunya. Lintah merupakan binatang
penghisap darah yang dapat menghisap darah dalam keadaan keracunan. Maka
pemuda ini menjadi sadar mengapa lukanya tidak sakit lagi dan tenaganyapun
berangsur pulih. Ia menduga tentu lintah ini yang sudah menghisap racun dari lukanya.
Dengan demikian secara tidak terduga dirinya telah memperoleh obat mujarab.
"Sarini, ah, kita harus berterima kaSih kepada lintah-lintah ini, Sebab pertolongan
binatang ini racun pada luka di pundakku menjadi sembuh. Dan sekarang, sebaiknya
kita cepat ke Muria."
"Tidak!" sahut Sarini.
"Kita tidak perlu tergesa ke sana. Dan sekarang marilah kita. menghibur diri lebih
dahulu."
"Apa sebabnya? Sarini, engkau jangan membawa kemauanmu sendiri. Semua orang
tentu amat mengharapkan kehadiran kita. Terlalu lama. akan membuat mereka
bingung."
"Hemm, ibu Ladrang Kuning tentu sudah menceritakan kepada mereka, kalau kita
maSih hidup. Mengapa dicemaskan?" sahut Sarini.
"Karena itu aku ingin menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, untuk dapat
menghibur diri bersama engkau. Apabila kita sudah di Muria, kesempatan ini tidak
akan dapat kita peroleh lagi'."
Sarini tidak mau berterus-terang lagi tentang umurnya yang tinggal beberapa hari
lagi. Lalu ia menambahkan alasannya,
"Kakang, selama ini aku belum pernah menuntut apa-apa kepadamu. Sekarang aku

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
hanya minta ditemani menghibur diri saja apakah engkau sampai hati menolak?"
"Tapi... tapi... Aku tetap khawatir mereka memikirkan kita." _ ' .
Karena Prayoga sulit ditundukkan, Sarini tak dapat lagi menyembunyikan
keadaannya, dan berkata,
"Kakang, apakah engkau tidak tahu... bahwa umurku tinggal beberapa hari saja?
Nah, sesudah engkau tahu... apakah engkau maSih tetap menolak?"
Prayoga kaget,
"Apa katamu?"
Tetapi setelah berterus-terang, kemudian Sarini berusaha menghindar. Jawabnya,
"NaSib orang sukar diduga. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi esok pagi?
Sudahlah kakang, engkau jangan mempersulit aku"
Karena setengah dipaksa, akhirnya Prayoga mengabulkan permintaan Sarini segera
menerangkan, dirinya ingin pergi melihat Mayong.
Ketika di Mayong, Sarini tertarik kepada bangunan yang serupa dengan bangunan
pesanggrahan para bangsawan. Waktu ke Mayong dahulu. bangunan ini seperti tidak
tampak, karena seluruh perhatikan tertuju kepada pertandingan ilmu kesaktian atas
tantangan Swara Mams. Akan tetapi sekarang bangunan itu menarik perhatiannya.
Sekalipun di sana sini ada yang agak rusak. Akibat terjadinya peperangan antara Pati
dengan Mataram, namun keindahan dari bangunan itu masih amat menarik.
"Kakang, pesanggrahan siapakah ini?" tanya Sarini.
"Entahlah." sahut Prayoga.
Tanpa bicara lagi Sarini sudah mendahului masuk ke halaman yang luas dengan
tanaman yang teratur rapi. Bangunan itu berbentuk joglo. Dari halaman sudah
tampak, banyaknya hiasan patung dalam jumlah banyak. Sebagai gadis cerdik. melihat
hiasan patung ancka macam itu segera dapat menduga, pesanggrahan ini tentu milik
bangsawan tinggi. Sebagai alasan dugaannya, setiap bangsawan tinggi memang suka
mengumpulkan aneka macam patung sebagai hiasan rumah. Ia tidak tahu alasan para

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
bangsawan. Akan tetapi yang nyata memang seperti itulah yang terlihat di rumah para
bangsawan.
Tanpa ragu lagi mereka sudah masuk ke pendapa. Ketika berpapasan dengan salah
seorang di pendapa, Sarini bertanya,
"Paman, aku ingin bertanya. Rumah ini milik siapa?"
Untuk sejenak lamanya orang itu mengamati Sarini dan Prayoga. Agaknya orang itu
heran mengapa dua 0rang muda ini masih belum tahu. Dengan demikian jeIas, dua
orang muda ini bukan penduduk Mayong._ Jawabnya kemudian
"Pesanggrahan ini milik Gusti Adipati Pragola. Kita wajib bersyukur. ketika terjadi
perang antara Pati dengan Mataram, pesanggrahan ini tidak rusak."
Prayoga dan Sarini mengucapkan terima kasih. Sesudah masuk ke pesanggrahan ini,
ternyata bukan hanya diri mereka yang datang berkunjung. Tetapi ada beberapa orang
lain.. Kemudian ketika Prayoga dan Sarini sedang melihat-lihat bangunan samping,
perhatian dua orang muda ini terpikat kepada seorang wanita muda yang sedang duduk
bersimpuh di depan patung besar, sambil membakar kemenyan dan mulutnya
bergerak-gerak.
Melihat wanita itu Sarini lalu bertanya,
"Kakang, apakah engkau bisa menerka perempuan yang sedang membakar kemenyan
itu?"
"Siapa tahu?" sahut Prayoga tak acuh sambil mengangkat bahu.
"Aku tahu. dia sedang minta sesuatu."
"Apa yang diminta?" Prayoga menjadi tertarik.
Sarini ketawa. Lalu,
"Aku tahu 'jelas. Dia sedang minta bantuan patung itu, agar dapat dipertemukan
dengan Swara Manis!"
Sengaja Sarini berkata keras-keras. Maksudnya jelas agar perempuan itu bisa
mendengar. Ternyata apa yang diucapkan Sarini memang didengar. Perempuan yang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ketika itu tafakur, mengangkat kepalanya. Ketika memalingkan kepala, melihat Prayoga
dan Sarini, perempuan Itu sudah meloncat berdiri lalu menghampiri. Tanyanya,
"Apakah kalian tahu?"
Perempuan itu memang Marsih, gadiS hitam manis yang pernah ditunangkan dengan
Swara Manis, akan tetapi kemudian diSia-siakan oleh Swara Manis.
"Ah... patung itu benar-benar keramat!" katanya gembira.
"Begitu aku minta bantuannya, terus dikabulkan. Ayo, tolonglah aku dan
beritahukan, di mana kakang Swara Mams sekarang berada?"
"kalau engkau ingin bertemu dengan dia. pergilah ke Muria," sahut Prayoga.
Marsih amat gembira, wajahnya berseri, kemudian mengucapkan terima kasih.
"Eh, apakah engkau belum menyadari bahwa Swara Manis itu seorang berhati palsu,
jahat dan ."
"Biarlah!" tukas Marsih.
"Orang lain boleh membenci tetapi aku tidak! Bagiku, dia satu-satunya laki-laki di
dunia ini yang paling baik. Kalau dia pernah membantu Mataram, itu urusannya
sendiri. Aku sendiri pernah pula menjadi salah seorang istri bangsawan Mataram."
"Apa?" Prayoga dan Sarini kaget.
"Siapa yang memperisteri engkau?"
"Ah. aku menjadi salah seorang Isteri Prawiromantri " sahutnya.
"Dia mencintai aku, tetapi cintaku hanya kepada kakang Swara Manis seorang.
Karena hatiku tersiksa, akhirnya aku melarikan diri dan mencari kakang Swara Manis."

Sarini dan Prayoga melongo heran. Kapankah wanita itu kenal dengan
Prawiromantri lalu sedia diperisteri? Atau karena cintanya ditolak oleh Swara Manis,
dalam keadaan malu dan patah hati, lalu nekat menikah dengan Prawiromantri,
sekalipun menjadi salah seorang selir?
"Ah, kalau engkau memang tidak bisa melupakan dia, cepatlah engkau pergi ke

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Muria. Jika terlambat, engkau akan kecewa dan menyesal." Prayoga menganjurkan,
khawatir kalau Swara Manis sudah terlanjur dihukum mati.
Tanpa pamit lagi Marsih sudah melompat dan melesat pergi. Prayoga hanya dapat
menggelengkan kepalanya. Sebab ternyata watak Marsih hampir sama dengan Mariam.
Sekalipun dihina, dicelakai, disakiti hatinya, namun tetap saja cinta kasihnya tidak
pernah luntur.
Sarini lalu mengajak Prayoga masuk ke dalam pesanggrahan bagian belakang.
Dalam gedung ini banyak ditemukan hiasan menarik. Bukan saja banyak patung aneka
macam bentuk, tetapi juga barang keramik dari Tiongkok. Sesudah puas melihat di
dalam gedung, mereka menuju ke belakang. Tetapi kemudian mereka menjadi kecewa.
Karena bagian belakang ini ditumbuhi semak-belukar dan tidak terawat.
Namun ketika memandang ke semak-belukar itu, tiba tiba perhatian Prayoga tertarik
kepada dinding batu tua. Melihat itu ia tertegun beberapa lama.
"Kakang... ada apa?" tegur Sarini sambil mengajak melihat lain bagian.
"Tunggu!" seru Prayoga sambil melangkah menghampiri dinding batu yang menarik
perhatiannya itu. Tiba-tiba tangannya sudah memukul dinding itu, menyebabkan bagian
atas berguguran.
"Sarini Lihatlah'" serunya samb:l menunjuk dinding.
Sarini menghampiri sekalipun tidak tertarik. Kemudian Ia melihat deretan huruf yang
kecil tergurat pada dinding itu. Dan di sebelah tulisan rapi itu, tampak lukisan sebatang
golok berbentuk bintang sabit.
Namun Sarini yang tak mengerti maksudnya, tidak tertarik. Katanya,
"Ah, apanya yang menarik.? Apakah engkau heran melihat lukisan golok macam itu?
Ayolah, kita melihat bagian lain."
Prayoga memang teringat kepada lukisan golok seperti itu di tempat kediaman
Surogendilo. ,Waktu itu Sampai sekarang ia belum dapat memecahkan rahasia lukisan
itu, dan sekarang Ia mencoba untuk memutar 0tak. Akan tetapi baru saja merenung,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tangannya sudah ditarik Sarini diajak pergi.
Mereka meneruskan langkah untuk melihat bagian lain dari pesanggrahan itu.,
Mendadak dari depan munMelihat kakak-seperguruannya itu tampak terengah dan
pucat, Sarini segera menganjurkan agar istirahat. Namun Prayoga yang ingin segera
menceritakan pengalamannya sudah bercerita,
"Kalian boleh percaya dan tidak' Patung Bathara Bayu itu mendadak saja
menunjukkan kesaktiannya."
"Oh, engkau mendapat pengalaman yang sama dengan aku!" Darmi menyambut
cerita itu dengan tersenyum.
Cerita Prayoga itu memang bukan karangan. Ketika dirinya berada di ruang patung
Dewa Bayu itu di tempatkan, ruang itu terang-benderang oleh lampu penerangan. juga
Prayoga dapat melihat jelas sekali keadaan patung itu. Tetapi kemudian ia kaget dan
terbelalak. karena mata patung itu seperti hidup dan mendelik.
"Aku memberanikan diri untuk mengamati secara teliti patung tersebut, untuk dapat
melihat lebih jelas," tutur Prayoga.
"Akan tetapi tiba tiba patung itu bersuara gemeretak."
"Hi-hi-hik," Sarini ketawa cekikikan,
"Engkau jangan gampang terpengaruh oleh hal-hal yang tak masuk akal, kakang!.
Sebab tidak mungkin patung dan kayu itu dapat mendelik dan bersuara. Aku yakin
bahwa apa yang engkau kira patung itu, bukan patung yang sesungguhnya. Tetapi ada
orang yang menyamar sebagai patung . Engkau harus ingat bahwa Saragedug seorang
sakti mandraguna, dan dikenal dengan nama Gendruwo Semanu. Kalau dia sudah
menghimpun tenaganya. akan menjadi berobah gagah dan tidak kurus kering seperti
biasanya. Mengapa aku berkata begitu'? Karena aku sudah menyaksikan sendiri."
"Apa? Benarkah itu? Ah kurang ajar!" Prayoga geram sekali ditipu orang.
"Akan tetapi yang membuat aku tak mangerti, mengapa dia hanya menakut-nakuti
dan tidak berusaha mencelakakan aku?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Tidak ada perlunya mencelakai orang." Sarini menjelaskan.
"Tambah banyak orang yang datang dan berusaha menyelidiki harta karun, berarti
membantu usahanya. Sebab siapapun yang menemukan tempat itu, tentu dibunuhnya!
Apa sebabnya? Agar dia sendiri yang mendapatkan harta karun itu."
"Ah, gila"' gerutu pemuda ini.
"Kalau begitu. tentunya engkau sangat menderita selama ditawan mereka?"
Sarini memalingkan muka dalam usahanya menyembunyikan airmata. Ia terharu
sekali, pemuda yang diCintai itu amat memperhatikan dirinya. Tidak seperti waktu
waktu sebelumnya. perhatian Prayoga selalu tertuju kepada Mariam seorang saja.
Sekalipun dirinya selalu berusaha mendekati dan menarik perhatian, tetapi tidak
pernah mendapat tanggapan seperti yang diharapkan.
Kiranya lebih biiaksana kita tinggalkan dahulu mereka yang mencari harta karun.
Dan sebaiknya kita sekarang mengikuti kepergian Marsih lebih dahulu, yang menuju
Muria Dalam perjalanan menuju Muria ini. Marsih berpapasan dengan dua orang
muda naik kuda. Ternyata dua orang muda itu cengar-cengir dan berusaha menggoda.
Marsih menjadi marah. Dua pemuda itu dihajar babak belur, kemudian dua ekor kuda
itu, direbut lalu dipacu ke Muria. Karena kuda itu dipergunakan bergantian, perjalanan
menjadi cepat.
"Hai, berhenti!" bentak penjaga markas Muria.
Ketika itu hari sudah malam. hingga penjaga tidak dapat melihat jelas. MarSih
berhenti juga, kemudian menyahut,
"Aku! Tidak perlu banyak bicara. Aku datang ke mari mencari Swara Manis!"
Saat itu Swara Manis justru sudah berhadapan dengan maut. Kendati telah mendapat
hukuman dengan dua kaki buntung. namun banyak orang yang tetap menuntut Swara
Manis supaya dihukum mati. Memang di saat Ladrang Kuning hadir, semua orang
terpaksa mengalah. Akan tetapi setelah perempuan sakti itu pergi, tuntutan banyak
orang membahana minta agar Swara Manis tetap dihukum mati. Kendati dua kakinya

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
sudah buntung. tetapi banyak orang tetap berpendapat, Swara Manis berbahaya.
Jawaban marsih itu menyebabkan penjaga curiga. Lima orang penpaga serempak
mengurung MarSih, dan salah seorang membentak,
"Kurangajar! Menyerahlah untuk kami tangkap!"
Trang trang... para penjaga itu mengancam dengan senjata, tetapi segera ditangkis
oleh Mars-ih. Sesudah dua orang dapat dirobohkan. kemudian MarSih menerobos
masuk markas.
"Tangkap! Tangkap! Ada pengacau!" teriak para penjaga itu sambil mengejar.
Marsih mengamuk, kemudian berhasil merobohkan beberapa orang lagi. Akan tetapi
jumlah penjaga yang mengepung makin lama tambah banyak.
Suara ribut-ribut itu menarik perhatian Darmo Gati. Ia cepat-cepat keluar sambil
membawa tongkat. Marah tidak perduli Siapapun. Begitu melihat ada 0rang keluar,
tanpa ditanya sudah diserang.
Darmo Gati terkejut sekali ketika tahu. penyerangnya hanya wanita muda. Ia malu!
Tongkat dibuang lalu bertangan kosong sudah menghadapi Marsih.
"Lepas'" teriaknya.
Marsih merasakan tangannya kesemutan, dan tahu tahu senjatanya sudah pindah ke
tangan Darmo Gati. yang kemudian melontarkan kepada batang pohon. Senjata
menancap pada batang pohon, tetapi Darmo Gati menjadi terperanjat setelah tahu
Siapa yang dihadapi. Katanya ramah,
"Ah, ternyata engkau! Ah, hampir saja aku salah tangan. Apakah sebabnya engkau
mengamuk?"
Tetapi Marsih yang penasaran membentak,
"Tak usah banyak omong. Mana Swara Manis?"
"Mengapa kau tanyakan?"
"Sudahlah! Katakanlah lekas, di mana Swara Manis'" bentaknya lagi. '
"Apa maksudmu yang sebenarnya?" desak Darmo Gati.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Tiba-tiba Ali Ngumar muncul, keluar dari markas. Darmo Gati segera diminta untuk
membawa Marsih ke dalam markas. '
Setelah tiba di dalam markas. tanpa tedeng aling aling MarSih menuturkan maksud
kedatangannya, untuk minta Swara Manis.
Baik Ali Ngumar maupun Darmo Gati merasa kasihan kepada wanita yang tergila
gila kepada Swara Manis itu. Lalu Ali Ngumar berkata,
"Marsih! Hampir semua orang menuntut Swara Manis dihukum mati. Apakah engkau
juga tahu soal ini?"
"Ya, tentu saja aku tahu!" sahutnya tegas.
Ali Ngumar menghela napas panjang, kemudian.
"Karena dosa perbuatannya sulit diberi ampun, maka telah diputuskan hukuman mati
untuk Swara Manis."
"Apa" Marsih berjingkrak saking kaget.
"Jadi... jadi... kakang Swara Manis sudah mati. ... ?"
Ali Ngumar nenghela napas lagi, lalu
"Mati memang belum."
Ketika melihat wanita itu menghela napas lega. Ali Ngumar berkata lagi,
"Engkau jangan kaget dan sedih. Sekarang kakinya sudah buntung!"
Marsih terbelalak. Namun beberapa saat kemudian ia tenang kembali, lalu berkata
mantap,
"Tidak apa! Sekalipun kakinya sudah buntung, dia tetap saja kakang Swara Manis!"
Ali Ngumar dan Darmo Gati terharu mendengar tekat Marsuh. Ini membuktikan
bahwa cinta-kasih Marsih Swara Manis murni. Sekalipun kakinya sudah buntung, cinta
kasih wanita ini tidak juga menjadi luntur.
Pada saat ini, Tiba-tiba saja Ali Ngumar terbayang akan nasib anaknya yang
menderita. Ia menghela napas panjang dan akhirnya Ali Ngumar membicarakan
masalah Swara Manis ini dengan para tokoh yang lain.Dalam pembicaraan ini, si

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Bongkok yang kokoh tetap menuntut agar Swara Manis dihukum mati. Tuntutan ini
memang sudah pada tempatnya. karena s1 Bongkok ini yang paling mendendam kepada
Swara Manis yang curang dan penipu Itu. Namun setelah Jim Cing Cing Goling
membujuk. akhirnya si Bongkok mengalah. Akhirnya semua orang setuju, dapat
memberi ampun kepada Swara Manis. Setelah semua orang sependapat, kemudian Ali
Ngumar memerintahkan agar Suara Manis digotong masuk.

***
DENDAM KESUMAT

karya Widi Widayat


Jilid 8
***

"DENOK", kata Ali Ngumar.


"Apakah" keputusanmu ini sudah engkau pikirkan masak-masak akan akibatnya?"
"Sudah!" sahut MarSih.
"Pendeknya apapun yang terjadi, dan bagaimanapun keadaannya, aku tetap
menCintai kakang Swara Manis."
Ali Ngumar terharu sekali. Kemudian ia mempersilahkan Marsih ke dalam bilik di
mana Swara Manis berada.
Pertemuan yang terjadi dalam bilik itu amat mengharukan. Mereka berpelukan. dan
airmatanya membanjir dari sudut mata masing-masing. Airmata penyesalan,
kesadaran. rasa syukur, benih cinta-kasih dua insan ini tumbuh dan bersemi dalam
lubuk hati masing-masing. Swara Manis yang selama ini selalu menghina MarSih. tidak
malu-malu lagi minta maaf dan menyesali perbuatannya, sehingga semakin besarlah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
hati Marsih yang setia ini.
Tak lama kemudian. Marsih sudah keluar sambil menggendong Swara Manis. Marsih
kemudian mohon diri kepada para tokoh para pejuang ini,, sambil mengucapkan terima
kasih. Ali Ngumar yang terharu melihat keadaan itu, hatinya tergerak. Untuk
mempercepat perjalanan dari dua insan ini. Ali Ngumar memberi hadiah seekor kuda
pilihan.
Semula marsih sudah berketetapan hati. untuk segera menuju ke tempat yang tenang,
guna membangun rumah-tangga yang bahagia dan damai. Akan tetapi tiba-tiba Marsih
teringat, bahwa berhaSilnya bertemu dengan Swara Manis. atas jasa pertolongan
sebuah patung di pesanggrahan Mayong. Teringat itu timbullah niat Marsih untuk
kembali lagi ke pesanggrahan itu. guna mengucapkan terima kasihnya kepada patung.
Kurang penting kita ceritakan dalam perjalanan. Yang penting. mereka telah tiba di
pesanggrahan Mayong. Kemudian setelah turun dari kuda. tanpa rikuh lagi
digendonglah Swara Manis masuk pesanggrahan.
Hadirnya MarSih sambil menggendong Swara Manis, membuat Prayoga terkejut dan
menegur,
"Hai. engkau membawa Swara Manis ke mari? mBakyu Darmi sudah menunggumu
sejak kemarin."
"Terima kasih," sahut Marsih gembira.
"Tolong, bawalah aku ke tempat mbakyu Darmi."
Prayoga tidak keberatan kemudian membawa Marsih untuk dapat bertemu dengan
Darmi.
Prayoga memang halus perasaannya. Sekalipun semula benci setengah mati kepada
Swara Manis. tetapi setelah melihat keadaannya, menjadi kasihan juga. Lenyap rasa
benci yang tersimpan dalam hati selama ini, dan sekarang dapat memberi maaf.
Munculnya Marsih sambil menggendong Swara Manis, di sambut gembira oleh
Darmi yang saat itu sedang bercakap-cakap dengan Darmo Saroyo dan Sarini.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ternyata Darmo Saroyo sama perasaannya dengan Prayoga, hingga rasa-benci dan
dendamnya kepada Swara Manis terkikis habis saat itu juga. Tidak ketinggalan pula
Sarini sudah memberi maaf.
Begitu datang dan memperhatikan apa yang sedang dibicarakan, Swara Manis
berkata,
"Aku yang hina dan tidak berguna ini, ingin mengemukakan pendapatku. Aapakah
kalian sedia mendengar?"
"Bagaimanakah pendapatmu?" sambut Prayoga yang kenal kecerdikannya.

Swara Manis batuk-batuk sebelum menjawab. Kemudian,


"Aku percaya bahwa tempat menyimpan harta karun itu amat dirahasiakan. Menurut
keterangan. dahulu disembunyikan oleh orang-orang kepercayaan Pangeran Harya
Penangsang. Kalau sekarang harta karun itu banyak dibicarakan orang, aku menduga
bahwa cerita itu merupakan salah satu siasat dari keturunan orang-orang kepercayaan
Pangeran Harya Penangsang tersebut, untuk menutupi rahasia perbuatannya yang
curang. Apakah kalian sependapat dengan aku?"
Darmo Saroyo dan kawan-kawannya seperti disadarkan oleh pendapat Swara Manis.
Kemudian mereka juga dapat menerima pendapat itu
Swara Manis berkata lagi,
"Kiranya orang-orang kepercayaan Pangeran Harya Penangsang itu sudah
menyadari bahwa sekalipun sudah sedemikian rupa letak harta karun itu dirahasiakan.
lambat laun akan bocor juga. Sebab sesuatu rahasia Itu hanya akan aman, apabila
hanya diketahui oleh seorang saja. Sebab apabila rahasia itu diketahui dua orang,
salah seorang akan membocorkan kepada orang kedua, ketiga dan seterusnya.
Akhirnya sudah bukan rahasia lagi. karena disiarkan dan mulut ke mulut. Akan tetapi
agaknya jauh sebelumnya sudah diperhitungkan pula akibatnya. Maka di kala orang
Sibuk berusaha mencari harta karun."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Untuk sejenak Swara Manis berhenti. Lalu ia berbisik,
"Bukankah saudara-saudara tadi mengatakan Saragedug dan Sintren masih
berkeliaran di tempat ini? Mudah-mudahan ucapanku tadi sudah mereka dengar."
Mendengar itu Darmo Saroyo dan Prayoga cepat melesat keluar ruangan untuk
menyelidiki. Ternyata dugaan Swara Manis tepat sekali. Mereka melihat dua sosok
bayangan hitam lari ke utara. Menilik keadaannya, jelas baru saja lari dari tempat ini.
"Ternyata mereka memang, mendengarkan dari luar, " kata Darmo Saroyo sesudah
masuk kembali.
"Tetapi sekarang sudah jauh, kita tak perlu khawatir lagi. Sekarang lanjutkanlah
pendapatmu, saudaraku."
Sebutan "saudaraku" ini membesarkan hati Swara Manis. Berarti sekalipun pada
mulanya bermusuhan, Darmo Saroyo benar benar melupakan peristiwa lama.
Sesudah merenung sejenak. tangan Swara Manis' menuding ke jendela. Katanya,
"Tetapi aku sendiri baru dapat menduga saja. Menurut kata sementara orang, harta
karun itu disembunyikan dalam perut patung. Tetapi karena letaknya amat
dirahasiakan, maka tidak gampang orang menemukannya. Akhirnya orang-orang
menpadi putus-asa dan mengambil keSimpulan bahwa sesungguhnya harta karun itu
tidak ada. Maka sekalipun sudah berlalu lama sekali. harta karun itu tetap masih
selamat tidak seorangpun berhasil menemukan."
Darmi yang otaknya tumpul, diam-diam mencaci Swara Manis, yang dianggap sudah
membual. Akan tetapi Sarmi yang cerdas lain. Ia cepat dapat menangkap maksud
Swara Manis. Ia menghampiri jendela lalu memandang keluar. Lagi-lagu bayangan
Saragedug dan Smtren baru sama melesat ke atap dan melarikan diri.
"Engkau benar-benar cerdik,
" Sarini memuji.
Swara Manus menghela napas puas. ujarnya,
"Tetapi kali ini mereka tentu benar-benar pergi. Suami-isteri Itu memang sakti, dapat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
datang dan pergi sepertl setan."
Sekarang Darmi baru sadar mengapa sebabnya Swara Manis berkata begitu.
Kiranya memang sengaya supaya didengar Saragedug dan Sintren.
Sebenarnya Swara Manis masih dalam keadaan terluka parah. Kendati Marsih amat
berhati hati sekali dalam memboyong Swara.Manis, tetapi guncangan kuda itu
menyebabkan luka pada kakinya mengucurkan darah lagi. Namun demikian karena
melihat orang orang yang dahulu membencinya bersikap bersahabat, Swara Manis
merasa masih dibutuhkan orang. Ia menahan sakit dan melanjutkan keterangannya. _
"Jelasnya, kalau hanya mencari pada patung dalam pesanggrahan ini, hasilnya
sia-sia belaka. Karena patung-patung itu tentu akan diselidiki orang."
Swara Manis tampak terengah kepayahan. Melihat itu Marsih memberi nasihat,
sebaiknya istirahat dahulu.
Akan tetapi Swara Manis yang ingin menebus dosa perbuatannya, tidak
menghiraukan Marsih dan berkata lagi,
"Aku percaya saudara-saudara sudah melakukan penyelidikan di pesanggrahan ini
sampai tuntas. Apakah di antara saudara ini tidak menemukan salah satu tempat yang
menimbulkan rasa curiga?"
Sarini seperti disadarkan. Ia teringat kepada sumur yang menyebabkan dirinya
terjatuh. kemudian teringat pula bahwa air dalam sumur itu memancarkan sinar yang
aneh dan mencurigakan. Ia menjadi sangSi. Tetapi sejenak kemudian ia menarik lengan
Prayoga lalu diajak pergi. Setelah Sarini dan Prayoga pergi. Darmo Saroyo dan Darmi
juga pergi.
"Marsih'." ujar Swara Manis.
"Apakah engkau tidak ikut membantu mereka menCari harta karun itu?"
"Tidak!" sahutnya cepat.
"Aku tidak menginginkan apapun, kecuali ingin selalu berada di sampingmu."
Swara Manis terharu, katanya tersendat,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Tetapi... tetapi aku selalu... menyakiti hatimu. ..."
MarSih cepat-cepat menutup mulut Swara Manis, sambil 'berkata lembut.
"Kakang Swara Manis, apa yang pernah terjadi tidak membekas dalam hatiku. Apa
saja yang engkau lakukan terhadap diriku, aku tetap setia dan mencintai engkau
sepenuh jiwa ragaku."
Marsih tak kuasa menahan tangisnya lagi. Sedang Swara Manis sangat menyesal,
teringat perjalanan hidupnya yang sudah dilalUi. Ia maSih ingat. ketika dirinya masih
gagah, tampan, ia tidak perduli kepada Marsih yang sudah ditunangkan sejak lama.
Akan tetapi sekarang setelah dirinya buntung, ternyata orang yang memperhatikan
pertama kali juga MarSih.
"Ah Marsih. .. aku sudah banyak dosa terhadap engkau, " katanya penuh sesal.
"Apakah engkau sedia mengampuni?"
"Sudahlah kakang, jangan berkata seperti itu. Apakah engkau masih terkenang
kepada Mariam?"
"Ah. dia sekarang sudah pergi tak diketahui di mana. Akulah yang menyebabkan dia
menderita. Dan di samping itu. akupun sudah buntung. ... "
"Sudahlah. engkau tak perlu menyesali keadaan. Bagiku. dulu dan sekarang, engkau
tetap sama. Satu-satunya pria yang aku Cintai."
Saking terharu 'dan terima kasihnya jari jari tangan Swara Manis segera
menggenggam jari tangan Marsih erat-erat sekali. Kemudian mereka saling pandang
amat mesra...
Namun kemudian mereka terkejut oleh suara orang ketawa dari luar jendela, disusul
pintu yendela terbuka tiba-tiba. Seperti setan muncul dari bumi, tiba-tiba seseorang
telah muncul, berpakaian seperti petani desa dengan wajah ditutup kain.
"Heh-heh-heh, seharusnya engkau tepat mendapat gelar "mata keranjang" alias
perayu wanita. Aih, adegan yang kamu buat tadi, benar-benar membuat hatimu puas,
bukan?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Swara Manis seperti disambar petir saking kagetnya. Ia cukup kenal suara
pendatang ini. Siapa lagi kalau bukan Sintren, wanita sakti dan tangannya ganas?
Dalam keadaan dirinya sudah cacat buntung seperti saat ini, dirinya takkan dapat
berbuat apaapa. Lebih-lebih Marsih bukan tandingannya. Namun demikian sedapat
mungkin ia bersikap tenang dan menindas kegelisahannya. Lalu sambil tersenyum, ia
berkata,
"Ah; bibi mengejek."
Marsih yang belum kenal segera bertanya. Swara Manis cepat memberi isyarat agar
Marsih pergi memanggil bantuan. Akan tetapi celakanya MarSIh tak dapat menangkap
maksud Swara Manis. tidak mau pergi malah mendesak,
"Siapa dia, dan apakah maksudnya ke mari?"
Sintren menjadi sebal. Ia melompat masuk lewat iendela. Swara Manis gugup dan
Cepat-cepat memangkan,
"MarSih! Beliau seorang sakti dari Gunung Kidul. Saking saktinya itu
orang-memberi gelar Gendruwo Semanu dan merupakan orang kepercayaan raja
Mataram.'
Maksud Swara manis agar Marsih sadar kalau Sintren ini musuh pejuang Pati, dan
Marsih diminta segera memanggil bantuan. Sayang sekali isyaratnya tanpa hasil. Ia
tidak mau memangigil bantuan, malah kemudian menyambar senjatanya dan
diputarkan cepat sekali. Dan ketika Sintren menghampiri, ia membentak,
"Huh, mata-mata Mataram. jangan berusaha mendekati kakang Swara Manis!"
Swara Manis mengeluh dan amat gelisah. Sedang Sintren terkekeh.
"Bibi. saya mohon jangan mencelakai dia!" pinta Swara Manis. Kiranya bibi lebih
tepat bertanya kepadaku saja."
Swara Manis segera menyuruh Marsih agar memanggil Darmi dan Darmo Saroyo.
Ia terpaksa berterus terang, karena MarSih tak juga mengerti isyarat yang diberikan
berulang-ulang, padahal keadaan amat berbahaya. _

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Namun sesungguhnya, bukannya Marsih "tidak tahu isyarat itu. Yang jelas Marsih
tidak mau meninggalkan kekasihnya berhadapan dengan bahaya seorang diri.
Bagaimanapun ia tetap berusaha melindungi Swara Manis. Katanya mantap,
"Kakang, Jangan takut! Akan aku usir orang busuk ini!"
Begitu berkata, Marsih sudah menusuk dengan senjata trisula. Sayang yang dihadapi
sekarang ini Sintren yang sakti. Sebelum senjata MarSih sempat menusuk, Sintren
sudah menerkam. MarSih menghindar ke samping dan menusuk dada.Di luar tahu
MarSih, semua itu sudah diperhitungkan oleh Sintren. Ketika Marsih menusuk lagi,
Sintren sudah siap dengan dua jari untuk menjepit.
Marsih amat terkejut. Cepat-cepat ia menarik senjatanya, tetapi tidak berhaSil. '
"Hem, ibarat timun melawan durian!' ejek Sintren sambil terkekeh. Ketika tangan
Sintren bergerak, senjata Marsih sudah melengkung.
MarSih terlonggong keheranan melihat kesaktian orang. Sintren menarik trisula, dan
secepat kilat disodokkan. Akibatnya Marsih mengerang tertahan, kemudian roboh tak
berkutik karena terpukul dadanya.
Swara Manis amat terkejut. Dengan menahan rasa sakit ia berusaha mengangkat
tubuhnya. Akan tetapi ketika melihat Marsih roboh di lantai tak berkutik, ia menghela
napas dan merebahkan diri lagi.
Sintren sengaja memamerkan kesaktiannya. Sekali banting, senjata Marsih sudah
masuk ke dalam lantai separo lebih. _
Sintren menyeringai, lalu menyapa,
"Swara Manis! Engkau tak kurang suatu apa, bukan?"
Berhadapan dengan bahaya ini. satu-satunya jalan hanyalah menggunakan taktik
mengulur waktu. Mudahmudahan Darmo Saroyo dan kawcm-kawannya segera datang
dan menolong. Kemudian tidak mempunyai alasan kuat, Swara Manis menyingkap
selimut yang menutupi dua kakinya. .
"Aih... itukah perbuatan orang Pati? Sungguh ganas!" Sekalipun Sintren selalu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
mengganas, berjingkrak juga.
"Tetapi yang bibi lakukan tak kalah ganasnya." sindir Swara Manis.
"Kakek guru sudah terlanjur bersumpah, hutang itu pada saatnya harus bibi' bayar
berikut bunganya."
"Apakah kakek gurumu juga hadir di sini?" Sintren kaget sekali.
Swara Manis ketawa bergelak-gelak, tidak menyahut. Untung Sintren bukan tolol,
malah seorang perempuan licin dan penuh tipu muslihat. Maka sudah dapat menduga,
Swara Manis hanya main gertak.
"Hai Swara Manis! Jika engkau sedia bekerjasama dengan kami, aku tanggung
engkau takkan mengalami kerugian lagi." Sintren mulai membujuk.
"Apabila kami dapat menemukan harta karun itu, engkau akan memperoleh bagian
juga. Aku tanggung, bagianmu akan dapat engkau nikmati sampai tujuh turunan.
Apakah engkau tidak ingin?"
Sintren sudah salah duga. Menurut anggapannya. Swara Manis masih seperti dulu.
Padahal sesudah kakinya buntung, Swara Manis menjadi sadar dan menjadi manusia
baru, yang sadar dan ingin menebus dosa.
"Brak...! tiba-tiba Swara Manis memukul papan tempatnya berbaring.
"Engkau jangan mimpi! Engkau jangan berharap dapat mempengaruhi aku lagi.
Swara Manis sekarang bukanlah Swara Manis yang dulu. Sekalipun harta karun itu
seluruhnya engkau berikan kepada ku, aku tidak sudi berhubungan dan berdekatan
dengan kau lagi."
Sintren terkejut. Namun "segera menyeringai, dan ketawa seperti iblis.
"Bagus! Hi-hi-hik, engkau sekarang sudah mengangkat diri sebagai ksyatria sejati?
Him-huh, siapakah yang membawa pasukan Mataram memukul Mayong? Siapa pula
yang merencanakan penyerbuan Muria dan Pati? Huh huh, engkau kira mereka sedia
mengampuni jiwamu? Tolol! Benar benar sudah berobah tolol ! Apakah engkau tidak
menyadari bahwa mereka bermaksud menggunakan kecerdikkan otakmu untuk

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
menemukan harta karun itu? Sesudah berhasil. nyawamu melayang. Tahu?"
Swara Manis mengucurkan keringat dingin. Umpan Sintren itu berhasil
menggoyahkan pendiriannya. Sebagai seorang cerdik, iapun bisa merasakan bahwa
dirinya memang sulit memperoleh ampun. Sesudah berhaSil menemukan harta karun
itu, para pejuang Pati tentu segera memutuskan hukuman mati. Tetapi sebaliknya kalau
sedia bekerjasama dengan Sintren, masih ada harapan akan memperoleh bagian yang
dapat dinikmati sampai tuyuh turunan.
Akan tetapi kemudian ia teringat akan sikap para tokoh pejuang. Sikap mereka,
memberi ampun secara ikhlas. Dan ini dibuktikan pula, dengan pemberian hadiah
seekor kuda. Kemudian ia percaya pula bahwa tokoh seperti Ali Ngumar maupun yang
lain, merupakan ksyatria ksyatria yang tak pernah ingkar janji dan bisa di percaya.
Maka tidak mungkin orang-orang itu sampai hati menghukum mati.
Makin dipikir, Swara Manis segera teringat pula akan sepak-terjang orang-orang
seperti Saragedug dan Sintren ini. Nyatanya ia pernah memberi bantuan tetapi malah
dikorbankan. Bukankah sebabnya dua kakinya sampai buntung sekarang ini, tidak lain
akibat kelicikan dan tipu muslihat Saragedug dan Sintren juga? Ah, ia menjadi semakin
sadar. Bahwa dirinya dikorbankan oleh Saragedug dan Sintren, dengan maksud agar
penyamarannya jangan' sampai terbongkar, dan satu-satunya jalan sakSi satu satunya
harus dilenyapkan.
Dalam hatinya marah dan mengutuk oleh kelicikan Sintren. Dan ia gembira bahwa
dirinya masih diberi kesadaran. hingga tidak terbujuk oleh Sintren.
Katanya kemudian,
"Huh, jika engkau mengharapkan aku mau membantu dan bekerjasama dengan tikus
tikus busuk, sama halnya menunggu timbulnya batu di permukaan air!"
Wajah Sintren berobah seketika. Senjata Marsih yang tadi ditancapkan di lantai
dicabut dengan gampang, kemudian dipergunakan untuk mengancam Swara Manis.
Hardiknya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Baik! Silahkan memutar lidah sampai'kering, tetapi akupun tidak akan membiarkan
engkau hidup dan menjadi penaSihat para pemberontak!"
"Kalau mau membunuh, silahkan membunuh!" tantangnya mantap.
Sintren terkesiap mendengar tantangan itu. Diam diam Sintren heran bukan main,
menyaksikan perubahan watak Swara Manis. Ia kenal, Swara Manis semula gila hormat
dan gila pangkat. Tetapi sekarang Swara Manis sudah menjadi baru segalanya.
"Huh -huh, engkau jatuh giliran kedua. Lebih dahulu akan aku bunuh perempuan
ini!" Sintren berputar tubuh, lalu tangannya" bergerak akan menikam Marsih.
"Tahan!" cegah Swara Manis.
"Apa? Apakah engkau sudah setuju?"
Tetapi lagi lagi Sintren salah duga. Swara Manis bukan berobah pikiran. dan setuju
permintaan Sintren, tetapi ingin menolong Marsih. Apapun yang akan terjadi, dirinya
sudah diselamatkan Marsih. Untuk itu ia berjanji membalas budi kepada Marsih yang
setia dan sedia berkorban itu.
Namun celakanya untuk dapat menolong Marsih, dirinya harus menyetujui
permintaan Sintren. Padahal ia sudah menyesal dan tak ingin kembali ke jalan lama.
Akibatnya untuk beberapa saat lamanya., Swara Harus Seperti kehilangan akal. tak
segera dapat menjawab.
Agaknya Sintren dapat mengetahui juga perasaan Swara Manis. Ia mengangkat
senjata, dan ujung senjata itu sudah dekat sekali dengan dada MarSih. Sebelum senjata
itu bergerak. Sintren berkata,
"Pikir dulu masak-masak! Aku menghitung sampai IO kali. Jika sampai pada akhir
hitungan engkau tetap membandel, perempuan ini tentu mati!""
Tanpa menunggu jawaban, Sintren sudah mulai menghitung. Satu... dua dan
tahu-tahu sudah meluncur untuk menikam dada MarSih.
"Hai...!" Swara Manis memekik ngeri.
Akan tetapi dengan cepat pula Sintren dapat menarik kembali senjata itu. hingga

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
tidak menyentuh kulit MarSih. Sintren melirik ke arah Swara Manis yang pucat
Kemudian mulai menghitung lagi dari satu.
Dada Swara Manis menjadi sesak. Napasnya memburu dan matanya
berkunang-kunang. Akan tetapi Swara Manis maSih memaksa diri untuk mengangkat
kepala memandang ke depan. Dan ia melihat ujung semata itu turun perlahan-lahan.
Sebelum Swara Manis sadar, Sintren sudah menghitung sampai enam. Saking tak kuasa
menahan perasaannya lagi, tiba-tiba Swara Manis pingsan.
Tetapi karena Sintren berdiri membelakangi Swara Manis, maka Sintren tidak tahu
keadaan pemuda itu. Perempuan ganas _ini sudah memutuskan, kalau MarSih tak
dibunuh, tentu Swara Manis mengira dirinya hanya main gertak saja. Untuk
menundukkan swara Manis, satu-satunya jalan hanya membunuh perempuan ini lebih
dahulu.
Setelah memperoleh keputusan, senjatanya bergerak cepat sekali meluncur untuk
menikam dada MarSih.
"Ya'Tuhan, hamba mohon, ampunilah hamba-Mu!" mendadak terdengar suara orang
berdoa, nadanya halus merdu, akan tetapi kumandangnya menguasai seluruh ruangan.
Sintren kaget. Ujung senjata yang tinggal dekat sekali dengan dada itu tiba.-tiba
berhenti oleh getaran suara orang tersebut. Ketika Sintren memalingkan muka ke pintu,
seorang kakek berpakaian serba hitam, membawa tongkat, sedang memandang dirinya
dengan mata mencorong.
Sintren berdebar. Dan ketika pandang matanya beradu dengan mata kakek tersebut,
seketika nafsu kemarahannya lenyap. Untuk beberapa saat Sintren tegak termangu.
Sebagai seorang perempuan luas pengalaman, ia segera menyadari bahwa kakek yang
dihadapi sekarang ini sakti mandraguna, dan dirinya bukan tandingannya.
Kakek itu melangkah perlahan menghampiri Swara Manis. Ketika lewat di dekat
Marsih dan memandang pula wanita muda yang menggeletak tak berkutik, ia berkata
halus,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Ya Allah, mengapa sebabnya anak muda ini menahan kesakitan sedemikian rupa?"
Ia menggerakkan tongkatnya perlahan menyentuh pundak MarSih. Sentuhan itu
menyadarkan MarSih. Tetapi karena dadanya diancam senjata, MarSih tidak berani
bergerak sedikitpun.
"Ah, harap singkirkan dahulu senjatamu, agar wanita ini' dapat bangun!" katanya
lagi, dan tetap halus.
Sungguh aneh yang terjadi. Seperti terpengaruh daya gaib, di luar kehendaknya
sendiri, Sintren Sudah mengangkat senjatanya dan Marsih dapat meloncat bangun.
Sintren gelagapan dan menyesal, mengapa diri nya tadi menurut saja kepada kata-kata
kakek itu.
Kemarahannya bangkit lagi dan tertuju kepada kakek itu. Sambil melengking-keras,
ia menyerang, sekalipun tahu kakek itu sakti. Dalam usahanya menang, ia menyerang
sambil mengerahkan hawa saktinya yang dingin. Mendadak saja seluruh ruangan itu
menjadi 'dingin. Marsih menggigil kedinginan. Pada saat MarSih kedinginan itu, Swara
Manis sadar. Melihat Marsih duduk di sampingnya, segera menggenggam jari tangan
kekasihnya mesra sekali.
Kakek yang diserang itu tampak tenang-tenang saja. Ketika senjata Sintren sudah
hampir menyentuh tubuhnya, barulah kakek itu melintangkan tongkatnya.
'Trang! Sintren tersentak kaget. Ketika senjatanya berbenturan Sintren kaget sekali,
karena tenaganya seperti lenyap tiba-tiba, sehingga hawa dingin yang menyebar ke
seluruh ruangan itupun lenyap pula. Buru-buru Ia melepaskan senjatanya, kemudian
meloncat ke belakang.
"Jebeng, buanglah alat membunuh itu dan kembalilah ke jalan benar," kata kakek itu
lemah lembut.
"Kebiasaan membunuh sesama manusia, menyuburkan kebuasan dan kesewenangan
serta menghilangkan rasa kemanusiaan-mu!"
Mendengar kata-kata itu, Swara Manis serasa memperoleh penerangan batin..

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Sebaliknya sintren yang masih tetap marah. memandang kakek itu dengan mata
berapi, lalu menghardik.
"Siapakah engkau ini, orang tua!?"
Kakek itu ketawa sejuk. Sahutnya halus,
"Orang menyebut aku sesuai dengan tempat tinggalku di desa Jamus."
Seperti dipagut ular, Sintren berjingkrak. Kemudian tubuhnya melesat keluar lewat
jendela, karena menyadari takkan sanggup melawan, kakek itu.
Tiba-tiba bayangan hitam menghadang di depannya,
"Denok, engkau sudah berhasil?"
Yang menghadang itu suaminya. Lalu Sintren berbisik,
"Jangan tanya soal itu lagi. Kigede Jamus muncul di sini!"
"Apa?!" Saragedug gugup.
"Lalu bagaimana?"
Sintren merenung beberapa jenak. Lalu,
"Kita tidak perlu khawatir. Kita mempunyai senjata yang terakhir. Huh. aku tidak
percaya kalau Sarini memilih mati, daripada bekerjasama dengan kita. Percayalah!"
Kemudian suami isteri itu melesat pergi. Setelah berada di tempat jauh, mereka
menentukan siasat yang harus dilakukan. Pendeknya mereka takkan berhenti berusaha
sebelum berhaSil menemukan harta karun itu. Karena harta tersebut sangat penting
artinya, baik bagi suami isteri itu sendiri maupun demi pengabdiannya kepada
Mataram. Bukankah apabila harta karun itu dapat diketemukan para
pemberontak,berarti pula pemberontak itu akan memperoleh kekuatan yang dapat
membahayakan kedudukan Mataram?
Perlu dicatat bahwa pada saat itu, Mataram masih menghadapi beberapa Bupati
yang tak mau tunduk kepada Mataram. Maka apabila kekuatan pemberontak ini tak
dapat dihancurkan sampai ke akar-akarnya, bagaimanapun tentu maSih merupakan
bahaya terpendam, yang sewaktu-waktu dapat meletus dan ibarat ratanya sebagai api

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dalam sekam.
Dan bagi suami-isteri Gendruwo Semanu ini, mendapatkan harta karun berarti pula
mendapatkan keuntungan ganda. Pertama tentu akan mendapat ganjaran pangkat
tinggi dari Sultan Agung. Yang ke dua, merekapun tentu akan mendapat bagian dari
harta karun yang takkan habis dinikmati sampai tujuh turunan, sesuai dengan janji
Sultan Agung sendiri.
Setelah Sintren dan suaminya melarikan diri, Kigede Jamus menghampiri
SwaraManis. Diusap-usapnya kepala pemuda itu dengan penuh kasih-sayang, tidak
bedanya kepada cucunya sendiri. Oleh sentuhan tangan kakeki itu, tiba-tiba Swara
Manis merasakan dirinya nyaman sekali.
Merasakan perobahan dalam tubuhnya yang tiba-tiba itu, Swara Manis menyadari
betapa kesaktian Kigede Jamus. Menduga demikian, Swara Manis -segera
mengucapkan permintaan,
"Apabila Kigede berkenan, saya, Swara Manis yang hina ini ingin sekali dapat
mengabdi kepada Kigede."
Sudah tentu yang dimaksud Swara Manis ini, ingin dapat diterima sebagai muridnya.
Atas permintaan ini Kigede Jamus tersenyum, kemudian menyahut ramah,
"Jebeng, sungguh sayang sekali jebeng bukan jodohku. Tetapi kalau jebeng
benar-benar mau bertobat. Allah pasti akan memberi ampun dan memberi petunjuk ke
jalan benar. Jebeng, percayalah bahwa hidup manusia di dunia ini hanya terbatas
puluhan tahun lamanya. Orang mengatakan, hidup dalam waktu seratus tahun 'itu tidak
sembarang orang.Akan tetapi sebaliknya setelah manusia ini dipanggil oleh yang
menciptakan, ,Jebeng akan hidup di dunia lain yang tidak terbatas lamanya. Karena itu
sebelum manusia ini dipanggil oleh yang menciptakan, wajib berusaha mencari bekal
yang tepat. agar kelak kemudian hari jebeng tidak menyesal, dalam kehidupan
dunia.lain itu."
Sebagai seorang yang cerdik, Swara Manis itu dapat memahami apa yang sudah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
diucapkan oleh" Kigede Jamus. Walaupun kata-kata tidak terlalu panjang, sederhana,
tetapi tepat dapat menyentuh hati dan perasaannya. Ia menjadi terharu, dan diam-diam
menyesal sekali mengapa selama ini langkahnya salah arah. Akibatnya dirinya dibenci
banyak orang, kemudian dirinya menjadi cacat seumur hidup.
Di saat Swara Manis tengah merenungkan kata-kata sederhana Kigede Jamus itu,
tiba tiba Darmo Saroyo masuk dan berseru gembira,
"Bapa guru!"
Kemudian _bekas Panglima Pati itu berlutut di depan Kigede Jamus. Sedang Sarini
dan Raden Ayu Darmi yang menyusul kemudian.juga berlutut.
"Jebeng, ilmu kepandaianmu bertambah maju, tetapi 'sebaliknya kecerdasanmu
malah mundur," ujar Kigede Jamus halus dan merdu, ditujukan kepada Darma Saroyo.
"Sudilah bapa memberi petunjuk."
"Hemm, apa yang engkau anggap baik, lakukanlah. Tanpa petunjuk, engkaupun
sudah dapat melakukan."
Kemudian tangan Kigede Jamus bergerak perlahan mengebut. Tanpa dikehendaki,
Darma Saraya, Sarini dan Darmi sudah bangkit berdiri.
"Eyang..." Sarini tak kuasa menahan airmata, kemudian berderai membasahi pipi
yang montok. hadis ini terharu di samping gembira.
Kigede Jamus tidak cepat menyahut, melainkan mengulurkan tangan memeriksa
denyut nadi pergelang an tangan Sarini. Kakek itu menghela napas pendek, katanya
haru,
"Ya Allah, ampunilah hamba Mu ini. Hem. mengapa jebeng menjadi begini? Apakah
sebabnya eng kau sudah dekat dengan ajalmu?"
Buru-buru Darmo Saroyo menerangkan.
"Bukankah bapa guru datang kemari, setelah menerima surat dari salah seekor
burung merpati? Maksud murid tidak lain hanya mengharapkan bapa guru turun
tangan untuk menolong Sarini."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kigede Jamus tidak menyahut, melainkan menatap Sarmi penuh perhatian, lalu
ucapnya,
"Aneh, sungguh aneh!"
"Kigede, kita semua ini mengharapkan pertolongan Kigede kepada Sarini," Darmi
ikut meminta.
Kigede Jamus menggelengkan kepalanya. Lalu,
"Jebeng, sayang! Sungguh mengherankan sekali mengapa ada orang yang berbuat
sedemikian sedemikian ganasnya kepada dirimu? Ah, aku menyesal sekali sebagai
orang tua bangka yang tidak berguna. Hemm, aku tidak tahu. Ilmu macam apa yang
dipergunakan oleh orang itu. Kalau aku memberi pertolongan, aku khawatir malah
salah."
Betapa terkejut semua orang mendengar jawaban Kigede Jamus itu. Apakah memang
sudah takdir Sarini harus mati dalam usia muda? Padahal sebelumnya, seluruh
harapan hanyalah kepada kakek ini. Tetapi ternyata kakek ini tidak sanggup menolong
Sarmi. Kalau kakek sakti ini tidak dapat menolong, lalu Siapakah yang akan bisa
memberi pertolongan?
Hancurlah perasaan hati Sarini mendengar jawaban Kigede Jamus. Tiba-tiba saja
Sarini melompat lalu lari cepat sekali keluar. Prayoga yang baru datang menjadi kaget
lalu mengejar. Akan tetapi Sarini sudah tidak tampak lagi bayangannya.
Akhirnya Prayoga kembali lagi ke ruangan itu, berlutut di depan Kigede Jamus
sambil berkata,
"Kigede, bagaimanapun juga, hendaknya Kigede berkenan menolong Sarini."
Kigede Jamus menggelengkan kepalanya. Lalu.
"Jebeng, bangunlah. Di dunia ini memang terdapat banyak sekali perkara dan
peristiwa yang tidak dapat dicegah dan dihalangi oleh manusia. Mengapa? Karena
manusia ini hanya ibarat wayang. Manusia hanya diCiptakan. Maka nasib setiap
manusia sepenuhnya di tangan Penciptanya. KetahUilah jebeng, di dunia ini tiada yang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
abadi. Akhirnya semua akan kembali ke asalnya. kepada yang mencipta. Siapa yang
berusaha melawan takdir. itu berarti melawan kekuasaan Allah."
Ia berhenti sejenak lalu berkata pula,
"Ada kalanya buah tidak juga mau runtuh sekalipun sudah amat matang dan ditiup
angin kencang juga tetap masih bergantungan.Akan tetapi ada kalanya pula buah yang
masih muda sudah runtuh hanya ditiup angin sepoi. Manusia juga dibatasi oleh takdir.
Kalau memang belum takdirnya mati. manusia akan tetap hidup sekalipun berhadapan
dengan bahaya. Sebaliknya kalau memang sudah takdir, maut akan datang
menjemputnya pula."
Tubuh Prayoga gemetaran, desaknya,
"Kigede, apa-kah benar Sarini sudah tidak dapat ditolong lagi?"
Belum juga Kigede Jamus menyahut, Darma Saroyo sudah bertanya,
"Bapa, apa sesungguhnya arti kata yang sudah bapa ucapkan tadi? Murid belum
dapat menangkap maksud bapa yang merasa aneh tadi."
"Jebeng, hem. lupakah engkau bahwa Sarini sudah pernah minum air dari batu
mustika? Air itu merupakan air mukjizat peninggalan salah seorang Wali sakti, yang
tidak diketahui namanya. Akan tetapi yang jelas, air dari batu mustika itu sangat
bermanfaat terhadap siapapun yang minum."
Akan tetapi Prayoga yang masih muda, belum juga dapat menangkap maksud Kigede
Jamus. Ia khawatir sekali akan nasib gadis yang dicintai. bertanya.
"Lalu, apakah hubungannya dengan keanehan tadi?"
"Hemm, wajahnya memancarkan sinar kehijau-hijauan. Akan tetapi anehnya jalan
darah istimewa di luar pembuluh darahnya, masih dapat diurut orang."
"Tetapi apakah air mustika itu mampu menolong Sarini?" tanya Prayoga.
Kigede Jamus termenung beberapa saat. Kemudian sahutnya,
"Hal itu tergantung dari ketabahan bocah itu sendiri. Mungkinkah Sarini sanggup
menderita siksaan yang akan diterima? Ah. hem, belum saatnya aku mengemukakan hal

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
itu. Aku hanya manusia biaSa yang tidak sempurna. dan segalanya di tangan Allah.
Apabila sudah saatnya dan Allah mengijinkan, akan aku jelaskan lagi masalah ini." _
Jawaban Kigede Jamus ini kemudian mengurangi kerisauan Prayoga ia dapat
menangkap maksud kakek ini. bahwa sesungguhnya Kigede Jamus dapat memberi
penjelasan tentang nasib Sarini, tetapi tidak berani mendahului kehendak Tuhan.
Kigede tanpa membuka mulut lagi, kemudian duduk bersemadi di sudut ruangan.
Semua orang tidak berani mengganggu, lalu menyibukkan diri dengan . tugas
masing-masing.
Dan karena menyadari, Swara Manis seorang cerdik dan banyak membaca dan
menguasai berbagai macam ilmu sejarah, Darma Saroyo bertanya,
"Saudara Swara Manis, bolehkah aku bertanya?"
"Ya, apa sebabnya saudara berkata begitu?" sahut Swara Manis sambil tersenyum.
"Apakah kalian belum percaya sepenuhnya terhadap perobahan diriku ini?"
"Oh tidak!" Darma Saraya cepat-cepat memperbaiki ucapannya yang menimbulkan
salah tafsir.
"Maksudku, apakah engkau tidak merasa terganggu kalau aku bertanya?"
"Silahkan! Setiap pertanyaan akan aku jawab kalau memang bisa."
"Begini. Sarini menceritakan. dalam usahanya menyelidiki letak harta karun
disimpan, Sarini terantuk sesuatu kemudian jatuh. Ternyata yang menyebabkan Sarini
jatuh adalah gelang besi pada sebuah papan besi. Ketika papan besi itu dibuka,
ternyata merupakan sebuah sumur. Apakah engkau tahu tentang sumur itu?"
Swara Manis batuk-batuk untuk melegakan tenggorokan, kemudian menerangkan,
"Menurut catatan yang pernah aku baca, sumur di Pesanggrahan ini disebut Sumur
Sunan Kudus. Tentu kalian merasa aneh mendengar nama sumur itu. Tetapi ini memang
sebenarnya. Ketika itu Sunan Kudus, guru dari Pangeran Harya Penangsang menunjuk
sejengkal tanah kemudian bersabda. Jebeng, ketahuilah bahwa di dalam tanah ini
terdapat emas."

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ia berhenti, setelah mengamati kawan-kawannya sejenak, lalu meneruskan,
"Mendengar sabda Sunan Kudus itu, berduyun-duyunlah orang menggali tanah itu
menjadi dalam, sehingga airpun memancar keluar. Akan tetapi sayang sekali bahwa
emas yang diharapkan orang itu tidak pernah ada. Kemudian orang berpendapat,
Sunan Kudus sudah membohong. Akan tetapi Sunan Kudus' tidak marah malah
tersenyum dan menjawab, sudah tentu emas tak dapat diketemukan kalau hanya
menggali secara biasa. Begitulah riwayat sumur yang dimaksud, yang terkenal dengan
nama Sumur Sunan Kudus. Sumur itu mulutnya sempit, tetapi dalamnya lebar,
menyerupai gentong. Hemm, cerita tentang sumur Sunan Kudus ini. menurut dugaanku
sebagai cerita Simbolis, untuk menutup sesuatu yang perlu dirahasiakan. Ah... apakah
tidak terpikir oleh kalian, bahwa sesungguhnya di dalam sumur itulah harta karun
sudah disembunyikan orang?"
Darmo Saroyo, Prayoga dan Darmi seperti disadarkan. Darmo Saroyo segera
mengajak untuk mencoba menyelidiki sumur itu. Tetapi Prayoga memberi alasan ingin
mencari Sarini lebih dahulu, sebelum datang ke sumur.
Kita tinggalkan mereka, dan kita ikuti sekarang Sarini yang lari seperti kuda binal.
Gadis ini menjadi putus-asa setelah mendengar pengakuan Kigede Jamus, yang tak
sanggup menolong. Saking sedih, kemudian ia berdiri di dekat pagar tembok
pesanggrahan sambil menangis sedih.
Tiba-tiba ia merasa, pundaknya ditepuk orang perlahan. Ia mengira bahwa yang
menepuk pundaknya pe muda yang diCintai. Prayoga. Maka tanpa selidik Sarini sudah
berkata iba,
"Kakang... ah. Kigede Jamus juga tak berdaya menolong aku. Apakah memang sudah
takdirku harus berpisah dengan engkau?"
orang itu ketawa lirih, _lalu menjawab,
"Sarini, hem. Jika engkau tak ingin berpisah dengan kekasihmu, gampang saja! Coba
terangkanlah, apakah engkau sudah dapat menemukan tempat harta karun itu

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
disimpan?"
Sarini terkejut sekali dan berpaling. Ternyata yang berdiri di dekat-nya. Sintren dan
Saragedug! Cepat ia menghindarkan diri agar pundaknya tak dapat disentuh sambil
membentak,
"Jangan mengganggu aku!"
"Sarini apakah sebabnya engkau berkata begitu?" bujuk Sintren halus.
"Kalau orang semacam Kigede Jamus yang sakti tidak sanggup menolong dirimu,
apakah engkau benar-benar tidak mengharapkan pertolonganku? Hem, apakah engkau
sudah bertekat untuk lebih baik mati dalam usia semuda ini?"
Sarini marah sekali. ia mengerahkan tenaga kemudian memukul Sintren. Akan tetapi
dengan gampang Sintren sudah menangkap tangan Sarini, sambil masih membujuk.
''Sarini! Camkanlah! Ini kesempatan terakhir yang aku berikan kepadamu. Pikirkan
masak-masak, dan Juga terserah kepada tekatmu sendiri. Waktu amat mendesak!
Engkau takkan dapat menyakSikan terbitnya matahari lebih lama lagi."
Sarini berdebar. Sebenarnya saja ia memang belum ingin mati. Namun sebaliknya ia
juga tidak sudi kalau harus menyerah kepada Sintren. Sahutnya sengit.
"Huh, tak perlu engkau memperdulikan aku lagi. Mati atau hidup bukan urusanmu,
tetapi urusanku sendiri!"
Sintren tertawa terkekeh,
"Baik! Tetapi engkau harus ingat pesanku. Setelah engkau berhasil menemukan
tempat penyimpanan harta karun itu, bakarlah kayu bakar yang sudah aku sediakan,
dan aku pasti segera datang menolongmu!"
Setelah berkata, Gendruwo Semanu melesat pergi dan lenyap ditelan gelap malam.
Hampir saja Sarini akan bergerak menyusul mereka dan memberitahukan tentang
sumur yang mencurigakan itu. Untung kesadarannya menang dan membantah,
"Tidak! Tidak! Kalau memang sudah takdirku harus mati, biarlah mati. Ah, umurku
tinggal satu hari satu malam. Tetapi... biarlah!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Namun hatinya bicara lain,
"Apa salahnya harta karun itu jatuh ke tangan Gendruwo Semanu, asal saja masih
hidup dan menikmati cinta-kasih Prayoga?"
Kakinya segera bergerak ke tempat kayu kering yang sudah ditumpuk Sintren. Tetapi
untung, baru beberapa langkah kesadarannya datang kembali. Terjadilah pertentangan
batin yang hebat. Namun akhirnya kesadaran Sarini dapat mengatasi. Katanya dalam
hati,
"Ah tak apa aku harus mati kalau memang sudah takdir! Akan tetapi aku tidak mau
mati sia-sia! Sebelum mati aku harus masuk ke dalam sumur itu untuk membuktikan.
benar dan tidaknya harta karun itu disimpan. Hem, sekalipun aku tak dapat berenang,
aku dapat menahan napas!"
Setelah bulat pendapat, ia cepat menuju ke sumur lalu terjun ke dalam. Ia memang
tidak dapat berenang, maka gelagapan dan beberapa kali minum air. Cepat cepat ia
menahan napas dan mengerahkan semangat agar bisa mengapung. Untuk dapat
bertahan cukup lama, ia muncul ke permukaan air mengambil napas, lalu kembali
menyelam lagi. Ketika kaki menyentuh dasar sumur, ia membuka mata dan
meraba-raba. Celakanya ia tidak dapat menemukan apa-apa, kecuali air dan lumpur.
Oleh tekanan air tubuhnya kembali terangkat naik. Sarini berusaha memberatkan
tubuhnya, karena teringat bahwa ketika kakinya menginjak lumpur, terasa ada bagian
yang keras dan datar. Buru-buru ia membungkuk dan meraba. Ia menjadi keheranan
dan curiga. tidak mungkin terdapat sumur yang dasarnya halus seperti ini.
Karena tangan mengaduk lumpur, air menjadi keruh bercampur dengan lumpur.
Akibatnya pandang matanya menjadi gelap. Kendati demikian ia tidak perduli dan terus
meraba-raba untuk mencari sesuatu. Akhirnya. ah... jari tangannya menyentuh dua
buah gelang besi yang besar. Ia segera mengerahkan semangat dan tenaganya untuk
mengangkat. akan tetapi amat berat.
Namun karena semangat gadis ini berkobar kobar, akhirnya bisa mengangkat. Ketika

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
penutup dasar. sumur itu bisa diangkat, air tambah keruh oleh lumpur. Tetapi dalam
kekeruhan itu, memancar sinar menyilaukan mata dari dasar sumur.
Sarini gembira bukan main. saking gembira ia lupa dan menjerit. Haep, mulutnya
menyedot air dan lumpur, begitu pula hidungnya. Buru buru ia menutup mulut dan
pernapasan, sedang tubuhnya puga terangkat naik.
"Sia sia saja usahanya untuk dapat, memberatkan tubuh agar dapat menyelam
kembali. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba saja hidungnya tertumbuk oleh barang
keras. Kepalanya menjadi pening dan mata berkunang kunang. Ia berusaha menutup
mulut dan pernapasan, tetapi sudah tidak keburu lagi. Akhirnya air bercampur' lumpur
masuk ke dalam perut lewat mulut, di samping lewat hidung. Dalam waktu singkat perut
menjadi kembung. Lalu setengah sadar dan tidak. Tiba tiba kepalanya membentur
dinding sumur dan robohlah gadis ini tidak sadarkan diri lagi.
DI saat Sarini pingsan ini, Darmo Saroyo dan yang lain hampir tiba di sumur Sunan
Kudus Itu. Dari jarak agak jauh mereka melihat dua sosok bayangan orang sedang
membungkuk, mengamati ke dalam sumur. Mereka terkejut! Mereka segera mengenal
bahwa dua orang itu Saragedug dan Sintren.'Perempuan iblis itu memang cerdik.
Setelah bersama suaminya meninggalkan Sarini, lalu bersembunyi dan mengintip untuk
mengetahui apa yang akan dilakukan gadis itu. Ketika mereka melihat bahwa Sarini
lari menuju sumur lalu terjun, mereka curiga. Mereka menjadi khawatir jangan-jangan
karena putus-asa, gadis itu menjadi nekat untuk membunuh diri. Bagi mereka, gadis itu
belum boleh mati, karena masih diperlukan bantuannya.
"Celaka!"'seru Sintren tertahan ketika tak dapat melihat Sarini lagi. '
Akan tetapi mereka tidak berani ikut terjun ke sumur. Akhirnya setelah beberapa
lama Sarini tidak muncul kembali dari air, mereka sudah akan pergi meninggalkan
tempat itu. Akan tetapi tiba-tiba mereka terkejut, melihat dasar sumur yang
memancarkan sinar kemilau mencurigakan.
"Denok!" seru Saragedug.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Ternyata harta karun itu disimpan di sini!"
Sintren juga melihat dan mengiakan. Kemudian cepat mencegah ketika suaminya
sudah akan meloncat ke dalam sumur.
"Tunggulah kakang! Kalau gadis itu sudah berhasil, barulah kita bertindak!"
Saragedug menurut. Tetapi justru pada saat itu Prayoga dan kawan-kawannya
datang. Ketika melihat Kigede Jamus tidak ikut datang, Gendruwo Semanu
bersemangat. Mereka yakin dalam waktu singkat akan dapat menyelesaikan tiga orang
lawan itu. Maka secepat kilat Saragedug sudah menarik ikat pinggang sutera dari
pinggangnya, Talu menyambut Darmo Saroyo dengan serangan.
Ketika itu Darmo Saroyo dilanda oleh kemarahan, hingga bernafsu untuk segera
mengalahkan' Saragedug. Ia kurang waspada kepada lawan yang bersenjata ikat
pinggang. Karena gelap, tiba-tiba plak!
Tubuh Darmo Saroyo yang terpukul oleh ikat pinggang itu sakit sekali seperti dipukul
oleh cambuk baja. Akibatnya Darmo Saroyo limbung dan hampir roboh. Masih untung
Darmo Saroyo .dapat menggunakan tangkai cambuk guna menyanggah tubuh,
kemudian berjungkir balik dan dapat berdiri tegak. Ketika memandang Saragedug,
baru sadar kalau lawan bersenjata ikat pinggang.
Darmo Saroyo bukan main marahnya. Ia melompat dan menyerang dengan cambuk.
Tetapi dengan tangkas Saragedug menghindar, hingga ujung cambuk memukul tanah
dan akibatnya debu berhamburan.
Saragedug membalas. Ikat pinggang menyerang, dan angin keras menyambar.
Darmo Saroyo mundur. Tetapi ikat pinggang itu seperti berubah menjadi puluhan
banyaknya dan menyambar Darmo Saroyo. Ia menyadari juga betapa ampuhnya ikat
pinggang Saragedug ini. Akan tetapi ia tidak takut, dalam usaha melaksanakan tugas.
Namun sayang sekali dirinya kemudian menjadi bingung menghadapi serangan aneh
itu. Dan terpaksa untuk melindungi diri, Darmo Saroyo memutarkan cambuknya.
Di pihak lain Darmi dan Prayoga bekerja sama menghadapi Sintren. Sekarang ini

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
dengan pedang, Prayoga menggunakan ilmu pedang Kala Prahara. Namun Sintren
tidak gentar dan menghadapi dengan berdiri tegak. Ketika ujung pedang datang
menyambar, Sintren melintangkan senjata di depan dada.
Tring, ketika dua senjata berbenturan, Prayoga merasakan tangannya dilanda hawa
dingin. Buru buru Prayoga menggunakan jurus ke tiga bernama Nawa Prahara dan
menusuk tenggorokan lawan. Hampir berbareng Darmi menyerang pula ke bagian atas
dan bawah.
Tetapi Sintren tenang saja. Kakinya bergeser ke samping, langsung membalas. Darmi
terkeSiap. Karena senjata Sintren yang bentuknya hitam bulat itu tiba tiba berobah
menjadi persegi kemudian berobah bulat lagi, dan perobahan itu terjadi dengan cepat.
Yang hebat, setiap senjata itu menyerang, menyebabkan Darmi terhuyung kedinginan.
Dalam gugupnya Darmi mengerahkan tenaga untuk menarik senjatanya. Sintren
tertawa panjang, kemudian mengalihkan serangannya kepada Prayoga. '
Setelah Sintren menyerang Prayoga, saat itu Darmi baru melihat dengan jelas.
bahwa senjata Sintren itu hanya selembar jubah. Akan tetapi hebatnya di tangan
Sintren. senjata dari kain itu menjadi amat berbahaya.
"Gila!" Darmi berseru tertahan. Ketika senjatanya dapat ditarik, walaupun
kedinginan dirinya masih dapat bertahan. Namun sejenak kemudian dirinya seperti di
banting ke belakang. Kendati berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri, masih saja
tetap terbanting. Ia menjerit tertahan ketika kepalanya terbentur tepi papan besi
penutup sumur dan darah bercucuran.
Sulit dibayangkan betapa marah perempuan ini. Ia sudah meloncat untuk menyerang.
Tetapi tiba tiba tenaganya serasa hilang, lalu jatuh terduduk tanpa daya lagi.
"Prayoga! Celaka! "serunya.
"Tolong layanilah sendiri iblis itu. Aku tidak bisa. ... " Kendati ilmu kesaktian
Prayoga sudah tambah maju. tetapi berhadapan dengan Sintren ibarat ketimun musuh
durian. ia tidak dapat berbuat banyak. Keuntungan satu-satunya, saat sekarang ini

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Prayoga menggunakan pedang pusaka milik gurunya. Kyai Baruna, yang sangat tajam.
Sadar menggunakan pedang pusaka, ia ingin memanfaatkan sebaik baiknya. Setiap kali
senjata lawan melayang datang, ia membabat. Hanya sayang, Sintren dapat
menggerakkan jubah itu laksana burung, sulit disentuh.
Dalam waktu yang singkat Prayoga telah dikurung oleh cengkeraman angin dahsyat
dari senjata Sintren, Pemuda ini masih berusaha melirik Darmi untuk melihat
keadaannya. Darmi tampak terengah engah kesakitan, menyebabkan Prayoga gugup
dan bingung, sehingga perhatiannya terpecah. Secepat kilat jubah Sintren menyambar
dahsyat.
Masih untung Prayoga cukup tangguh. Kakinya bergerak dengan ilmu Jathayu
nandang papa. sedang pedangnya dengan ilmu pedang Kala Prahara. Tubuhnya
terhuyung ke sana ke mari, tetapi pedangnya menyambar nyambar.
Akan tetapi bagaimanapun gagahnya, tingkat Prayoga masih jauh di bawah Sintren.
Kendati berusaha sekuat tenaga, Prayoga tetap saja terdesak. Tetapi untuk merobohkan
pemuda itu, Sintren masih kesulitan.
Sebaliknya perkelahian antara Saragedug dengan Darmo Saroyo berat sebelah.
Darmo Saroyo hanya mampu membentengi diri dengan putaran cambuk sambil
berloncatan ke sana ke mari menghindar. Hal itu amat berbahaya. Jika tenaganya
habis, Darmo Saroyo akan menyerah kalah.
Padahal gerak serangannya yang menggunakan ikat pinggang itu, makin lama makin
menghimpit dan menekan. Deru angin yang menyambar panas sekali, membuat Darmo
Saroyo seperti cacing kepanasan.
Darmo Saroyo kaget sekali. Ketika ia melirik kepada Prayoga, ia menjadi lebih
gugup lagi. Ia melihat Prayoga pontang panting sedang Darmi duduk di tanah tak
bergerak.
Tiba tiba ia berseru,
"Den ayu Darmi! Engkau terluka?"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Darmi merasakan tubuhnya agak seger setelah beristirahat. Sahutnya,
"Ya, tetapi berat!"
"Mengapa tidak berusaha memanggil bala bantuan?"
Seruan Darmo Saroyo itu menyadarkan Darmi. Bukankah Kigede Jamus di dalam
pesanggrahan? Ia menyesal mengapa tolol dan memaksa diri melawan. Pada hal tidak
mungkin bisa menang.
Cepat ia melompat bangun, tetapi tiba tiba saja terpelanting roboh.
Baik Saragedug maupun Sintren menyadari betapa bahaya mengancam, kalau Darmi
dapat memanggil Ki gede Jamus. Karena itu seperti kilat cepatnya ikat pinggang
Saragedug sudah melibat kaki Darmi, menyebabkan wanita itu terbanting roboh.
Tetapi Darmi wanita keras hati. Ia merangkak untuk selanjutnya lari. Saragedug
memekik, ikat pinggang diputar menjadi lingkaran dan tiba tiba meluncur ke arah
kepala Darmi.
Darmo Saroyo kaget. Ia menyadari, Darmi akan celaka kalau sampai dapat dilibat.
Ketika terjadi pertandingan dengan Ali Ngumar, peristiwa itu menyebabkan Ali
Ngumar tak dapat berkutik.
Bagi Darmo Saroyo. menolong orang lain yang terancam bahaya merupakan
kewajibannya, sekalipun harus mengorbankan jiwanya sendiri. Secepat kilat ia
meloncat ke atas sambil melecutkan cambuknya ke arah senjata Saragedug.
Gangguan itu menyebabkan Saragedug amat marah. Ujung ikat pinggang yang
terpental berbalik dan melibat cambuk Darmo Saroyo, kemudian membentak keras,
"Lepas!" .
Akan tetapi Darmo Saroyo tak gampang menyerah. Ia nekat mempertahankan
cambuknya. Sekalipun telapak tangan terasa sakit sekali dalam mempertahankan
cambuk itu, ia tetap saja bertahan.
Akan tetapi hanya dalam waktu singkat Darmo Saroyo dapat mempertahankan
cambuknya. Setelah Saragedug menggentak keras, cambuk itu dapat dirampas.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kemudian sambil ketawa mengejek. Saragedug sudah menggerakkan senjatanya
menyerang Darmi lagi. ia terkejut dan berusaha melawan. Namun celakanya senjata
Darmi segera dapat dirampas dengan ikat pinggang, sehingga baik Darmo Saroyo
maupun Darmi tidak bersenjata lagi.
Di saat genting ini tiba tiba terdengar suara orang membentak keras. dari pagar
tembok pesanggrahan.'
"Keparat! Berkelahi macam apa itu! Huh. ke mana anak nakal Sarini pergi?" '
Saragedug dan Sintren terkejut. Kalau bala bantuan datang, yelas pihaknya sulit bisa
menang. Meskipun demikian mereka tidak gugup. Saragedug yang sudah tidak
menghadapi lawan memandang ke pagar tembok. Tampak seorang tinggi besar berdiri
di atas tembok. Menyusul kemudian dua sosok tubuh yang berdiri di kiri dan kanan
orang itu. Tubuhnya masih kalah dibanding yang tengah, tetapi tubuhnya lebih besar.
Saragedug menjadi kaget setengah mati. Ia cepat berseru kepada'Isterinya, lantang,
"Denok, di antara puluhan jalan ."
Lengkapnya. di antara puluhan jalan menghadapi musuh tangguh, lebih baik
melarikan diri.
Tetapi sayang. belum juga lari puluhan orang datang sambil membawa obor.
Menyebabkan sekitar sumur itu menjadi terang benderang, dan menolong Gendruwo
Semanu untuk melihat tiga sosok bayangan di atas tembok. Ternyata di tengah memang
orang, tetapi di kiri dan kanan dua ekor orang utan.
Karena perkelahian terhenti mendadak, Darmo Saroyo, Darmi dan Prayoga
memperoleh kesempatan memandang ke tembok. Tiba-tiba Prayoga berseru gembira,
"Paman Jaladara. Bantulah!"
Dia memang Wasi Jaladara! Si kasar itu ketawa, kemudian meloncat dari tembok,
diikuti oleh Joli dan Jodhang.
"Keparat! Mengapa belum berkelahi sudah lari?!" teriaknya marah, ketika melihat
Saragedug dan Sintren sudah lari tunggang-langgang.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kalau saja sejak tadi Sintren dan Saragedug sudah melarikan diri tentu selamat.
Akan tetapi karena terlambat. beberapa orang sudah menghadang. dengan senjata
terhunus. Dalam gugupnya suami-isteri itu berbalik lalu berdiri beradu punggung untuk
menghadapi segala kemungkinan.
Oleh sinar obor yang puluhan banyaknya, tampak yang baru datang itu Ali Ngumar,
Ladrang Kuning, si Bongkok Baskara, Jim Cing Cing Goling, Darmo Gati dan Resi
Sempati. Semua orang sudah menghunus senjata, sehingga dalam waktu Singkat
Gendruwo Semanu ini terkepung rapat.
Setelah yakin suami-isteri Gendruwo Semanu ini tak mungkin lolos lagi, Ali Ngumar
bertanya kepada Darmo Saroyo,
"Adi Sarayo. Di mana Sarini? Mengapa dia tidak tampak?"
"Sangat panjang kalau diceritakan. Lebih baik bereskan dahulu dua manusia busuk
itu!" sahutnya.
Saragedug dan Sintren amat gelisah kali ini. Sekarang suami-isteri ini menyadari
berhadapan dengan musuh-musuh tangguh. Masih ditambah lagi, Kigede Jamus juga di
sini, dan kalau muncul tak mungkin dapat melawan.
Ali Ngumar mengamati suami-isteri itu. kemudian bertanya ramah,
"Apa kabar saudara? Dan mengapa kalian masih di sini?"
Wasi Jaladara yang tak sabar sudah berteriak,
"Saudara Ali, apa perlunya membuang waktu? Hajar saja sudah cukup!" Ketika
melihat Ladrang Kuning, ia berseru,
"Ha, kiranya engkau juga hadir?"
Ladrang Kuning tak perduli kepada orang kasar itu, ia melangkah maju
mendampingi seaminya menghadapi suaminya menghadapi suami-isteri Gendruwo
Semanu itu.
Sintren masih dapat tertawa terkekeh kendati jantung berdebar. Kemudian,
"Hemm, perlu apa kalian turun tangan? Kami berdua akan menyerah. ... "

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Apa sebabnya?" si Bongkok heran.
'Heh heh-heh," Sintren terkekeh.
"Kami hanya dua orang dengan dua pasang tangan dan kaki. Mana mungkin dapat
melayani kalian?"
Sekarang semua orang menjadi tahu maksud perempuan itu. Dalam hati memang
khawatir kalau sampai di keroyok. Mana mungkin dapat menghadapi keroyokan tokoh
tokoh sakti ini?
"Kakang Susilo, kiranya cukup kalau kita berdua yang main!" kata Ladrang Kuning
kepada suaminya.
"Kakang Susilo..." tanpa dapat tercegah, si Bongkok menirukan.
"Hai Ladrang Kuning! Alangkah merdunya ssuaramu memanggil suamimu dengan
sebutan ka kang Susilo itu. Ya, rasanya sudah belasan tahun lamanya Kilat Buwono
merindukan panggilan itu."
Memang pada kenyataannya sudah belasan tahun lamanya, suami isteri itu berpisah
tetapi belum bercerai, akibat salah paham. Tetapi sekarang mereka sudah rukun
kembali, sehingga semua sahabat menyambut peristiwa ini dengan rasa syukur dan
gembira. Dari semua sahabat yang hadir ini hanya seorang saja yang tetap gelisah,
bukan lain Prayoga. Pemuda ini sibuk dalam memikirkan Sarini, yang sudah lama
belum juga muncul.
"Bapa!" akhirnya Prayoga tak tahan dan melapor.
"Sarini ' lenyap mendadak!"
"Lekas cari!" sahut beberapa orang.
Saragedug dan Sintren ketawa mengejek. Lalu Sintren menghina,
"Ya, lekas cari! Agar mayatnya tidak membusuk di dalam air!"
Saking marah, Prayoga sudah meloncat dan menyerang. Suami isteri itu tersenyum,
lalu mengangkat tangan dan Prayoga sudah terhuyung-huyung.
Saragedug mengejek,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Beberapa saat lalu, budak perempuan itu meloncat ke dalam sumur. Karena itu
kalau kalian dan, bukankah dia sudah menjadi mayat?" _
Semua orang kaget berbareng heran. Mereka tidak dapat menduga mengapa
sebabnya Sarini sampai berbuat senekat itu dan membunuh diri? Akibatnya orang
0rang yang mengterung suami isteri itu menjadi kendor, karena perhatian mereka
beralih kepada Sarini. Di saat orang sibuk memperbincangkan Sarini yang nekat
membunuh diri, Saragedug dan isterinya menggunakan kesempatan melarikan diri.
Semua orang menjadi kaget. Mereka tidak menduga telah ditipu Gendruwo Semanu.
Padahal yang menjaga di bagian belakang hanya Darmo Saroyo dan Prayoga. Dan
saat itu Prayoga sedang memikirkan Sarini. Akibatnya Prayoga yang tidak menyadari
bahaya, merasakan dadanya sesak. Ia masih berusaha menabas dengan pedang, tetapi
suami isteri itu sudah lolos.
Semua orang gugup dan mengejar Sayang suam' isteri itu sudah menghilang. Suami
isteri ini menjadi gembira usahanya berhasil. Namun rasa gembira itu belum lama
menghuni dada, tiba tiba mereka merasa di sambar angin dari belakang. Dalam gugup,
suami isteri ini sudah memutar tubuh sambil menampar.
Plak! Plak! Pukulan itu tepat sekali mengenakan sasaran. Namun yang terdengar
bukan erangan sakit, tetapi malah raungan geram. _
Sintren dan Saragedug terkesiap. Baru sadar sekarang, berhadapan dengan dua ekor
orang utan yang marah, sedang taringnya yang besar menyeringai buas.
Memang, kendati semua orang dapat ditipu oleh suami isteri ini, tetapi dua ekor
orang utan itu tidak! Binatang itu tetap waspada!
"Mereka tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan orang banyak, dan perhatian
binatang ini tetap tertuju kepada Sintren dan Saragedug. Ketika suami isteri itu lolos,
dua ekor orang utan itu sudah meloncat. mengejar!
Raungan Joli dan Jodhang itu didengar orang. Secepat kilat Ali Ngumar, Ladrang
Kuning, Jim Cing Cing Coling dan si Bongkok sudah datang, langsung mengurung

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
suami isteri itu.
Kalau semua orang ribut memikirkan Sarini dan menghadapi Gendruwo Semanu,
sebaliknya Wasi Jaladara seenak sendiri sudah ngoceh,
"Hemm, setelah dua hari lamanya aku terkurung di dalam gangsiran Aswatama,
secara tidak terduga-duga aku bertemu Joli dan Jodhang. Malah kemudian akupun
menemukan simpanan makan di tempat itu, dan entah siapa yang sengaja menyimpan.
Hemm, aku tak dapat menghitung berapa bulan aku terkurung di dalam gangsiran
Aswatama itu. A kan tetapi kemudian Tuhan menolong dan aku bisa ke luar. Kemudian
aku menuju ke mari bersama Joli dan Jodhang. Haya, kalau saja aku tidak membawa
Joli dan Jodhang kemari, dan menghadang bangsat itu, apakah mereka tidak berhasil
lolos?"
Sebaliknya perhatian Prayoga segera terpusat kepada sumur Sunan Kudus, di mana
Sarini mati di dalam sumur. Tanpa pikir panjang lagi, ia sudah terjun ke dalam sumur.
Saat itu air sumur sudah jernih kembali. Lapisan lumpur yang semula teraduk, sudah
kembali mengendap dan tenang. Maka di dalam sumur ini, Prayoga dapat melihat
dengan jelas. Di samping itu pemuda ini juga beruntung, bahwa selama merantau
berhadapan dengan berbagai macam peristiwa. Di sela sela tugas penting, ia belajar
berenang. Maka sekalipun sunur ini dalam, ia tidak kesulitan. Ia cepat menyelam
dengan mata terbuka. Kemudian ia terbelalak, ketika melihat cahaya kemilauan dari
dasar sumur. Dan pada saat itu, tangannya menyentuh tubuh Sarini.
Ia melihat dan merasakan bahwa tubuh Sarini terbungkus oleh lumpur. Hatinya
pedih sekali dan terharu. Secepatnya Sarini dipondong, di bawa ke permukaan air.
kemudian. mendorong tubuh Sarini ke atas sambil mengerahkan tenaga. Sungguh
beruntung di mulut sumur sudah ada orang yang siap menerima. Hingga Sarini yang
malang, segera dibaringkan di atas batu.
Mulut, telinga dan hidung Sarini tersumbat oleh lumpur. Melihat keadaan Sarini,
semua orang sudah putus-asa. Jelas gadis ini sudah meninggal. Namun kendati sudah

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
meninggal, merupakan kewajiban manusia untuk mensucikan jenazah itu. Akan tetapi
ketika muka Sarini dibersihkan, semua orang menjadi heran dan terkejut. Wajah sarini
tidak menunjukkan keadaan kalau sudah meninggal. Wajahnya berseri seperti orang
sedang tidur.
Prayoga menubruk gadis yang dicintai itu, memeluk sambil menangis tersedu sedu.
Hati dan perasaan prayoga serasa hancur, karena baru saja menemukan cinta-kaSih
harus'sudah berpisah untuk selamanya.
Keadaan Prayoga itu, mengobarkan kemarahan semua orawg. Malah Ali Ngumar
yang biasanya sabar itu, sekarang tak dapat menahan marahnya lagi, melihat Sarini
mati dan Prayoga menangis seperti itu. Hati Ali Ngumar seperti di sayat sayat. Justru
dua orang muridnya itu, sudah tidak bedanya anak sendiri.
Ali Ngumar mengambil pedang Kyai Baruna yang tadi dipergunakan Prayoga
melawan Sintren. Kemudian sambil menatap isterinya, berkata,
"Diajeng Wulan, bantulah aku membalaskan sakit hati Sarini!"
"Mari kakang, kita hadapi bersama!" sahut Ladrang Kuning halus, kemudian sudah
menyerang ke arah tenggorokan Sintren.
Setelah isterinya bergerak menyerang, Ali Ngumar pun ikut menyerang.
Baik Saragedug maupun Sintren sadar bahwa kali ini harus menghadapi perkelahian
hebat untuk mempertahankan hidup. Maka dalam menghadapi Ladrang Kuning dan Ali
Ngumar, suami isteri Gendruwo Semanu ini hati-hati. Dan agar dapat melawan dengan
baik, mereka beradu punggung. Dengan demikian tidak mungkin dapat diserang dari
belakang. '
Ketika ujung pedang Ali Ngumar menyambar, Saragedug mundur selangkah sambil
menggerakkan ikat pinggang guna melibat pedang lawan. Sedang Sintren
mendorongkan tangannya ke depan. menghantam kaki Ladrang Kuning.
Senjata Saragedug yang lemas itu bertebaran di udara. Saragedug lupa kali ini
berhadapan dengan senjata pusaka. Ketika senjatanya berhasil melibat pedang, baru ia

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
sadar Ujung senjatanya terbabat putus menjadi tiga potong. Hingga senjata yang
semula panjang itu tinggal dua tombak saja.
Ladrang Kuning melenting ke udara untuk menghindari serangan Sintren. Ketika
membalas serangan, Ali Ngumar menggunakan jurus Prahara Segara, sedang Ladrang
Kuning bergerak dalam jurus Bumi Jugrug. Sepasang pedang itu memancarkan cahaya
kemilauan oleh pantulan sinar obor. Kemudian gelanggang perkelahian itu seperti
penuh dengan sinar pedang.
Akibat senjatanya menjadi pendek. Saragedig berkurang kegarangannya. Ketika
sepasang pedang itu. menyerang berbareng, yang tampak hanya sinar pedang lawan,
membuat Saragedug menggerakkan sisa senjatanya melibat kaki Ali Ngumar. Menyusul
menggerakkan tangan kiri dengan pukulan jarak jauh. Karena Saragedug tahu Ali
Ngumar lebih lemah dibanding isterinya. .
Ali Ngumar meloncat keatas menghindari sanbaran senjata lawan. Berbareng itu
bersuit keras dan gerak pedangnya sudah berganti dengan jurus Nawa Prahara, jurus
ketiga yang lebih hebat dari jurus pertama dan ke dua.
Sayang sekali pukulan Saragedug dengan tenaga sakti yang berhawa panas sekali.
hingga Ali Ngumar merasa dadanya sesak.
Perkelahian makin seru. Saragedug dan Sintren tetap berkelahi dengan beradu
punggung. Tiba-tiba mereka bergeser dan memecah diri. Saragedug berhadapan
dengan Ladrang Kuning, dan Sintren menghadapi Ali Ngumar. Agaknya Gendruwo
Semanu ini memang sudah terlatih dalam bekerja sama menghadapi lawan
tangguh.Karena Sintren. sudah melepaskan pukulan berturut turut, menyebabkan Ali
Ngumar menderita kedinginan.
Saragedug juga cepat melancarkan pukulannya, dengan dilambari tenaga sakti
panas. Akibatnya Ladrang Kuning menderita seperti dibakar api. Akan tetapi Ladrang
Kuning lebih tinggi kesaktiannya dibanding suaminya, ia masih tetap dapat menyerang
Sardgedug dengan gencar.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ladrang Kuning dan Ali Ngumar semakin cepat bergerak dengan ilmu pedang
masing masing, sedang Saragedug dan Sintren lancar berputaran berganti lawan setiap
saat. Akibatnya hawa panas dan dingin bercampur aduk, menyebabkan Ali Ngumar
makin lama semakin kepayahan karena harus menahan napas dan menolak serangan
lawan.
Ladrang Kuning terkejut. Ia bergeser mendekati sambil bertanya,
"Kakang, engkau bagaimana?"
Ali Ngumar terpaksa tidak menyahut._Karena jika menyahut harus bernapas, dan itu
berarti akan terlanda oleh hawa panas dan dingin dari lawan.
Agaknya Ladrang Kuning menyadari keadaan suaminya. Kemudian berkata.
"Kakang, mundurlah! Akan aku hadapi seorang diri manusia busuk ini!"
Tepat pada saat itu Sintren melancarkan pukulan ke arah Ladrang Kuning.
Sebaliknya Ladrang Kuning cepat cepat menyarungkan pedang, lalu menyambut tangan
Sintren yang melayang.
Plak! Dua telapak tangan melekat. Sekarang mereka tak dapat berputaran lagi.
hingga Ali Ngumar dapat bernapas longgar lagi. Akan tetapi bagaimanapun,
diam-diam ia cemas juga melihat isterinya. Karena isterinya dikeroyok dua oleh
Saragedug dan Sintren.
' Dalam keadaan seperti itu, kalau Ali Ngunar mau, tidak sulit membunuh lawan
dengan tusukan. Tetapi Ali Ngumar tak mau melakukan, tidak mau menggunakan
kesempatan dalam kesempitan.
Memang, orang yang sedang berkelahi mengadu tenaga sakti, seluruh tenaga murni,
semangat dan perhatian harus dicurahkan. Sedikit saja terganggu. pemusatan menjadi
terpecah dan penyaluran tenaga itu buyar. Apabila kesempatan ini digunakan lawan
dengan menekan, akibatnya hebat. Yang kalah akan menjadi cacat seumur hidup.
Ali Ngumar cepat menyarungkan pedangnya,tak tega membiarkan isterinya
dikeroyok dua lawan tangguh. Ia melompat ke depan dan memukul.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Plak! Tangan Ali Ngumar kemudian saling lekat dengan tangan Sarasedug.
Sesungguhnya keadaan Ladrang Kuning saat itu memang sudah agak kacau. Dalam
beradu tenaga sakti dengan Sintren, ia harus menerima tenaga sakti yang berganti
ganti sifatnya. Pada suatu saat dingin, tetapi di saat yang lain panas. Ternyata suami
isteri tersebut pandai sekali dalam mengatur diri. Karena punggung melekat, mereka
dapat menyalurkan tenaga sakti secara bergantian. Apabila Sintren sudah letih dalam
menyalurkan tenaga sakti dingin, kedudukannya digantikan Saragedug dengan tenaga
sakti yang panas. Karena mereka menyerang bergantian, sumber tenaga tak pernah
surut.
Pada mulanya Ladrang Kuning memang dapat mengimbangi. Tetapi sesudah cukup
lama dan tidak mempunyai kesempatan untuk istirahat, akhirnya Ladrang Kuning
menjadi letih dan terdesak. Untung di saat terdesak, Ali ngumar sudah menggempur
Sintren, hingga lawan kepayahan.
Sebaliknya dalam menghadapi Ali Ngumar, Saragedug memiliki kelebihan. Dan
ketika melihat isterinya terdesak. ia cepat-cepat memindahkan serangan kepada
Ladrang Kuning. Dan Sintren segera tanggap. Ia mengalihkan serangannya ke arah Ali
Ngumar. Akibat terjadinya pergeseran tenaga itu, sekarang menjadi berimbang.
Perkelahian antara mati dan hidup ini berlangsung lama sekali. Empat tokoh sakti
itu tampak tegak berdiri seperti patung. Kalau mau, Jim Cing Cing Goling dan kawan
kawannya tentu dapat mengakhiri dengan menyerang bersama-sama. Tetapi mereka tak
mau menjadi pengecut, dan di samping itu mereka juga khwatir kalau Ladrang Kuning
dan Ali Ngumar menjadi salah paham.
Semua orang mengikuti perkelahian itu dengan prihatin dan tegang. Mereka semua
sadar, bahwa makin lama berkelahi, mereka mencapai tingkat penyelesaian yang
mendebarkan. Entah pihak Ali Ngumar dan Ladrang Kuning yang akan menang,
ataukah harus kalah dan menderita cacat seumur hidup. Semua orang tidak tahu dan
tidak dapat menduga. Mereka hanya melihat, butiran keringat menetes turun dari tubuh

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
masing masing. Wajah Ali ngumar tampak merah membara, wajah Ladrang Kuning
tampak muram dan sayu, sedang wajah Saragedug merah seperti kepiting rebus dan
wajah Sintren pucat kebiru-biruan.
Dalam situasi tegang dan mendebarkan itu, tiba tiba terdengar jelas sekali ketukan
tongkat ke tanah. Makin lama semakin dekat. Dan ketika mereka memalingkan muka,
mereka terbeliak kaget berbareng gembira.
Kigede Jamus telah muncul sambil melangkah perlahan, mendekati mereka yang
sedang berkelahi. Wajah kakek itu tenang dan agung. namun semua orang belum dapat
menduga apa saja yang akan dilakukan kakek itu.
Ketika jarak Kigede Jamus dengan empat orang yang sedang berkelahi itu semakin
dekat, jantung semua orang tegang berdebaran. Setelah makin dekat lagi, Kigede
Jamus menyatukan telapak tangan di depan dada sambil berkata perlahan,
"Ya, Allah! Mengapa manusia manusia masih saja menurutkan nafsu dan amarah.
memanjakan nafsu dan dendamnya? Ah, tidak baik apabila kalian melanjutkan
perkelahian tak berguna ini. Dan sekarang aku akan mewakili kalian untuk menghapus
semua dendam kesumat yang berkecamuk dalam "dada kalian!"
Setelah berkata, Kigede Jamus mengangkat tongkatnya perlahan-lahan.
Ladrang Kuning dan Ali Ngumar tahu akan maksud Kigede Jamus, yang tidak lain
akan melerai. Kendati mereka tidak menginginkan, tetapi mereka tidak marah.
Jalan pikiran Ali Ngumar dan isterinya ini, bertolak belakang dengan jalan pikiran
Saragedug dan isteri nya. Mereka sudah salah duga, dan mengira kakek ini akan
membantu lawan. Karena salah duga ini, mereka menjadi gelisah. Dalam gugup,
mereka mengerahkan tenaga sakti dan mendorong sekuat tenaga kepada Ladrang
Kuning dan Ali Ngumar. Maksudnya, apabila berhasil akan segera meloncat melarikan
diri. _
Akan tetapi 'Ladrang Kuning dan Ali Ngumar tidak bodoh. Karena tahu Maksud
lawan, di saat Saragedug dan Sintren menarik kembali tenaganya, secepat kilat

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Ladrang Kuning dan Ali Ngumar melancarkan serangan yang dahsyat. Akibatnya, baru
saja Gendruwo Semanu dapat menggeser kaki ke samping, sudah diserang gelombang
tenaga sakti yang dahsyat. Sesaat itu juga Saragedug dan Sintren mengeluh lalu jatuh
terduduk di a tas tanah dalam keadaan loyo.
Menyadari keadaan lawan. kalau tidak menjadi lumpuh tentu cacat seumur hidup
dan kesaktiannya lenyap.
Ladrang Kuning dan Ali Ngumar tak mau mendesak lagi. Mereka terus melompat ke
samping, disambut dengan sorak dan tepuk tangan menggemuruh saking lega dan
gembira.
"Ya.Allah ampunilah dosa ummat Mu. Barang siapa yang menanam tentu memetik
buahnya, dan siapa bermain api akan terbakar sendiri. Bersyukurlah kalian masih
dapat menikmati kebesaran Tuhan Sekalian Alam. Dan sekarang silahkan kalian pulang
beristirahat, dan selanjutnya hiduplah dengan tenang dan tenteram!" kata Kigede
Jamus kepada Saragedug dan Sintren.
Suami isteri itu bangkit. Akan tetapi keadaan mereka sudah lain. Suami isteri itu
sekarang sudah cacat dan hilang semua kesaktiannya, dan kembali seperti manusia
biasa yang tidak kenal ilmu kesaktian.
Melihat keadaan mereka, kendati pada mulanya benci setengah mati, sekarang
menjadi terharu dan tak sampai hati untuk membalas dendam. Suami isteri itu
dibiarkan pergi tanpa diganggu.
Saragedug dan Sintren yang menderita kekalahan itu masih penasaran. Maka
sebelum pergi, mereka berteriak,
"Kami sekarang sudah menjadi manusia tanpa guna. Akan tetapi sebaliknya, budak
perempuan itu tidak mungkin bisa ditolong lagi. Dengan begitu, kami dapat pulang
dengan bibir tersenyum."
Ucapan Sintren itu menyadarkan semua orang. Sejak tadi mereka tidak
memperhatikan Sarini yang menggeletak tak bergerak. Dengan gugup mereka sekarang

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
mengarahkan perhatian kepada Sarini. Akan tetapi mereka yang melihat menjadi
keheranan karena dalam keadaan mati, Sarini seperti orang hidup. Wajah gadis
bersinar terang, bertambah ayu tidak bedanya dengan 0rang yang sedang tidur
nyenyak.
"Ya Allah, terima kasih,"-kata Kigede Jamus halus.
"Keajaiban Mu telah terjadi, Ya Allah! Engkau telah memberi petunjuk kepada bocah
itu. untuk berlatih dan mengembangkan daya guna dan manfaat guna dari air batu
mustika yang sudah diminumnya."
Sudah tentu semua orang tidak mengerti maksud kata kata kakek sakti itu. Karena
tidak tahu, mereka bertanya, dan Kigede Jamus sambil bersenyun menjawab,
"Ya, endapan lumpur dalam sumur yang telah membungkus tubuhnya itu, telah
menggerakkan daya guna dan haSil guna dari air mustika dalam batu. Jebeng ini tidak
saja minum lumpur tetapi "babahan hawa sanga" (sembilan lubang pada tubuh) sudah
dimasuki air dan lumpur. Hem, kalian perlu mengetahui, Siksaan yang terjadi tidak bisa
dibayangkan. Akan tetapi dengan begitu, di luar tahu "dan kehendak jebeng itu sendiri.
telah mendapat pertolongan Allah yang tak terduga. Berkat daya guna dan hasil guna
air mustika dalam batu yang sudah berkembang itu, jebeng Sarini akan hidup kembali,
sesuai dengan kehendak dan kekuasaan Allah semata. Ah, karena jebeng Sarini sudah
selamat, sekarang ijinkanlah aku pulang."
Kigede Jamus melangkah perlahan sambil mengetukkan tongkat ke tanah.
Tampaknya langkah itu seenaknya. tetapi tahu-tahu Kigede Jamus sudah lenyap.
Dan benar juga. Setelah Kigede Jamus pergi, Sarini bergerak. Cairan muntah dari
mulut. Prayoga yang tadi menangis karena menduga calon isterinya sudah meninggal,
sekarang menangis lagi saking gembira dan lega.
Baru saja membuka mata. Sarini menjadi kaget melihat perhatian semua orang
terpusat kepada dirinya. Tetapi semua tidak terpikirkan, dan gadis ini membicarakan
yang lain. Katanya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Kakang, harta karun yang kita cari itu ternyata disimpan di bawah dasar sumur ini.
Dasar sumur itu tertutup sekeping batu hitam. Akan tetapi hati hatilah jika masuk,
karena di bawah batu itu dipasang alat rahasia."
Sungguh hebat! Begitu sadar Sarini bicara soal harta karun. Ini membuktikan sampai
di mana tanggung ja wab gadis ini terhadap urusan perjuangan.
"Sarini, aku bersyukur kepada Tuhan, engkau belum ditakdirkan mati," Prayoga
berkata. kemudian ia menuturkan kembali apa yang sudah diucapkan Kigede Jamus.
Dan hal ini membuat Sarini gembira dan bersyukur.
Sarini menyedot napas dalam dalam kemudian duduk. Ia merasakan tubuhnya terasa
nyaman sekali, di samping tambah segar. Kemudian ia memandang sekeliling, lalu
berseru,
"Lekas! Lekas ambillah harta karun dalam sumur itu! Perjuangan kita akan berhasil
oleh pertolongan Tuhan!"
Di antara tokoh yang hadir, tidak seorangpun yang menang dengan Ladrang Kuning,
dalam hal menyelam dalam air. Karena merasa bertanggung jawab pula, maka
Ladrang Kuning bertanya,
"Sarini! Alat rahasia apakah yang dipasang di dalam sumur?"
"Entahlah ibu, murid kurang jelas. Akan tetapi alat tersebut "dapat. menimbulkan
tenaga putaran yang kuat sekalii"
"Ah, tidak sulit!" sahut Ladrang Kuning, lalu langsung terjun ke sumur.
Tak lama kemudian para tokoh yang menunggu di atas, hatinya berdebar tegang
ketika melihat kepala Ladrang Kuning muncul di bibir sumur. Kemudian semua orang
terbelalak melihat dari tangan Ladrang Kuning memancar sinar kemilauan. Ternyata
Ladrang Kuning sudah membawa beberapa butir intan, berlian, mutiara, emas dan toga
mulia yang lain. Baru segenggam benda yang diambil Ladrang Kuning itu saja, sudah
cukup untuk menjamin puluhan orang dalam setahun.
Ladrang Kuning segera menceritakan apa yang terdapat dalam sumur. Katanya,

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Alat yang dipasang di dasar sumur itu, ternyata sebuah roda besar. itulah sebabnya
dapat berputar dan menimbulkan daya tarik yang kuat sekali. Akan tetapi roda itu
sekarang sudah aku rusakkan. Siapa saja yang pandai berenang dan menyelam, turun
dan kuras habis harta benda itu!"
Lima orang segera turun berbareng untuk melaksanakan perintah Ladrang Kuning.
Mereka bekerja keras, sehingga sebelum pagi tiba, semua harta tersebut sudah dapat
diambil, ditampung dalam dua buah peti besar.
Setelah pekerjaan itu selesai, semua orang masuk ke pesanggrahan. Ketika
orang-orang masuk, ternyata Swara Manis dan Marsih sudah pergi, tidak diketahui
pergi ke manakah dua orang itu. Namun harapan semua orang, agar Swara Manis
menjadi sadar dan berguna bagi masyarakat, dan dapat hidup bahagia dengan Marsih.
Apa sebabnya Swara Manis dan Marsih pergi diam diam? Semua ini ajakan Swara
Manis. Ia sudah mendengar berita. bahwa harta karun sudah berhasil ditemukan, dan
benar memang terSimpan di dalam sumur Sunan Kudus. Atas keberhasilan para
pejuang mendapatkan harta karun itu, hati Swara Manis serasa besar dan serasa
menjadi manusia baru. Bahwa sekalipun kakinya sekarang sudah buntung, tetapi
otaknya masih dapat bekerja dengan baik. Hingga untuk pertama kalinya dirinya dapat
menunjukkan jasa kepada semua orang dalam hubungan harta karun itu. Akhirnya dua
insan itu sepakat untuk segera membangun rumah tangga yang bahagia dan tenteram,
di samping Swara Manis bertekat untuk memperdalam ilmu kesaktiannya. Ia menyadari
setelah dua kakinya bmtung, dirinya harus menggembleng diri agar hidupnya kemudian
hari berguna bagi masyarakat, dan tidak dihina orang.
Demikianlah akhirnya, setelah harta karun diketemukan dan diangkut ke atas, lalu
diputuskan bahwa yang bertanggung jawab untuk mengamankan harta itu, Ladrang
Kuning, Jim Cing Cing Goling, si Bongkok dan Resi Sempati.
Ketika itu angka tahun menunjuk 16l8 M. Setelah selesai mempersiapkan segala
sesuatu, Ali ngumar mengajak seluruh rombongan kembali menuju Muria. Tidak

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
ketinggalan dua ekor orang utan, si Joli dan Jodhang.
Berhasil diketemukannya harta karun itu, disambut dengan gembira sekali oleh anak
buah pejuang Pati. Di tengah suasana kegembiraan yang meluap-luap ini, tiba tiba si
Bongkok yang suka usil mengusulkan.
"Saudara saudaraku, benar kita gembira dengan harta karun yang tidak ternilai
harganya ini. Kendati begitu, masih ada dua masalah yang membuat hatiku tidak puas."

Semua orang menjadi kaget berbareng heran. Di antara mereka ada pula yang lalu
menduga, agaknya si Bongkok ini bermaksud agar bisa memperoleh bagian dari harta
itu.
"Apa maksudmu?" tanya Jim Cing Cing Goling.
Si Bongkok mendeham sambil menebarkan pandang ke sekeliling. Kemudian ia
melirik penuh arti kepada Sarini dan Praayoga. Jawabnya,
"Enam tahun lamanya aku menjadi pembantu rumah tangga saudara Ali Ngumar,
dan pura pura menjadi kakek gagu. Selama itu, hubunganku dengan anak Prayoga
maupun Sarini erat sekali. dan dua bocah itu memanggil aku kakek. Nah, aku ingin
bertanya kepada Prayoga dan Sarini. Apakah sekarangpun kamu masih menganggap
aku sebagai kakekmu?"
Wasi Jaladara yang jujur dan kasar itu cepat menyambut, katanya,
"Ya, kakek bongkok, ha ha ha ha! Tetapi tidak apa! Yang penting bukan ujudnya
sebagai manusia, tetapi peribudi dan watak tabiatnya. Si Bongkok tidak bisa diragukan
keperwiraannya. dalam membela rakyat kecil."
"Hai, kau mengejek aku?"
"Oh tidak! Kiranya saudara yang lain akan sependapat dengan aku."
"Benar! Benar!" sambut yang lain.
Si Bengkok ketawa terkekeh, kemudian mengulang pertanyannya kepada Sarini dan
Prayoga.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Ya, kami masih menganggap engkau sebagai kakekku, " sahut Sarini sambil
tersenyum.
"Tetapi kami tidak lagi memanggil kakek gagu, tetapi kakek bongkok!"
"Heh heh-heh, hatiku menjadi gembira sekali. Akan tetapi sebagai kakekmu, aku
sekarang menuntut sesuatu kepadamu berdua, dan harus kamu luluskan."
Sarini dan Prayoga saling pandang. Jim Cing Cing Goling yang cerdik segera dapat
menduga lalu ketawa terkekeh gembira. Akan tetapi Wasi Jaladara yang lugu tidak
tahu, lalu bertanya,
"Menuntut sesuatu boleh saja; Tetapi tuntutanmu itu soal apa? Hemm, engkau
jangan mempersulit orang muda."
"Heh heh heh, tuntutanku sederhana saja. Sarini dan Prayoga harus segera kawin...
."
Kata-kata si Bengkok ini terputus oleh tepuk 'tangan dan teriakan setuju. Membuat
dua orang muda itu .saling pandang, tersenyun dan malu, tetapi dalam hati bahagia
sekali.
"Kita sudah banyak harta," kata si Bongkok.
"Tunggu kapan lagi?"
Lalu si Bongkok mengamati Ali Ngumar dan Ladrang Kuning yang duduk
berdampingan. Terusnya,
"Saudara Ali Ngumar, aku harap engkau tidak menganggap aku lancang. Semua ini
justru untuk kebaikan dua bocah itu sendiri. Aku punya usul begini. Saudara Ali ngumar
bertindak sebagai wali Sarini, sebagai pengganti orang tuanya. Sebaliknya aku si
Bongkok yang bunk rupa ini, ijinkanlah bertindak sebagai kakek Prayoga. Nah, karena
aku sebagai kakeknya, sekarang juga aku meminang Sarini untuk aku jodohkan dengan
Prayoga. Setuju?"
Sebelum Ali ngumar sempat menyahut, semua 0rang sudah berteriak,
"Setuju!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Tetapi aku masih menuntut sebuah syarat lagi," ujar si Bengkok.
"Hai, apa apaan kau ini?" Wasi Jaladara mencela.
"Apakah engkau ini seorang yang paling berjasa. kemudian banyak menuntut?"
Si Bengkok yang sudah mengenal watak Wasi Jaladara, tidak memperdulikan dan
tidak marah. Lalu berkata lagi kepada Ali ngumar,
"Bagaimana saudara Ali Ngumar, apakah engkau sedia mengabulkan permintaan
ku?"
Ali Ngumar tersenyum. Tetapi tidak menjawab malah bertanya,
"Saudara menghendaki apa lagi?"
Si Bengkok segera berkata lantang,
"Aku si Bongkok yang buruk rupa ini, tidak akan merasa puas, sebelum Simbul yang
dihormati semua pejuang ini bersatu kembali seperti belasan tahun lalu. Maka terus
terang, aku mengajukan permohonan kepada saudara Ali ngumar dan juga kepada
isterimu Ladrang Kuning. Sejak saat sekarang harus mau kembali rujuk dan memimpin
kami. Tanpa hadirnya Ladrang Kuning di sampingmu, rasanya kok kurang sreg. Mau
apa mau?"
Beberapa orang berdebar hatinya, khawatir kalau Ladrang Kuning marah. Ali
Ngumar mengamati isterinya, dan Ladrang Kuning juga melirik suaminya sambil
tersenyum. Pertanda bahwa hati perempuan aneh ini sudah benar benar berobah dan
sedia rujuk kembali dengan suaminya. Kendati tak ada jawaban yang terdengar namun
orang sudah tahu kalau suami istri itu bersedia rujuk.
"Hore! Hore!Terima kasih saudara Bongkok," sambut Jim Cing Cing Goling.
"Sekarang. lebih tepat kiranya apabila segala sesuatu diatur secepatnya. Upacara itu
boleh sederhana, tetapi harus meriah, diliputi suasana bahagia.Sesudah semua itu
beres, baru tepat apabila kita bicara masalah perjuangan. Setuju?"
"Setuju."
"Akur!"

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Amat menggembirakan kami".
Macam-macam teriakan mereka dalam menyambut peristiwa bahagia, rujuknya Ali
Ngumar dengan Ladrang Kuning, dan rencana perkawinan Sarini dengan Prayoga.
Ya, begitulah yang terjadi di Muria. Mereka bersyukur kepada Tuhan, akhirnya
mendapat petunjuk dan perkenan Tuhan, untuk kepentingan para pejuang.
Seperti diketahui, pada tahun 1618 M itu, Kerajaan Mataram masih menghadapi
banyak kesulitan dan kekacauan. Bupati dan Adipati di wilayah timur serta pesisir,
tidak mau tunduk lagi kepada Mataram. Hingga Sultan Agung terpaksa menggerakkan
pasukannya untuk menggempur mereka yang membangkang. Di ujung pulau Jawa
masih ada dua kekuatan yang sulit ditundukkan, ialah Pangeran Pekik, Adipati
Surabaya dan Sunan Giri yang sejak jaman para wali. mendapat kepercayaan
memegang kekuasaan mengesahkan setiap Raja.
Sunan Giri tidak mau mengakui Kerajaan Mataram. Karena bukan keturunan
Demak, dan Mataram berdiri setelah mengalahkan pewaris Demak yang sah dan
diakui para wali, Pangeran Pangiri (putera tunggal Pangeran Prawoto) Karena tidak
diakui oleh Sunan Giri ini maka Raia Mataram yang pertama tidak bergelar Sunan atau
Sultan, tetapi Panembahan Senopati. Sebagai Raja Mataram yang kedua juga bergelar
Panembahan terkenal dengan nama Panembahan Seda Krapyak dan juga Panembahan
Anyakrawati. Raja ketiga bergelar Panembahan Anyakrakusuma. Kendati Sunan Giri
tidak mau mengakui dan mengesyahkan, kemudian Panembahan Anyakrakusuma ini
mengganti gelarnya dengan nama Sultan Agung.
Waktu itu Mataram yang masih baru, ibarat berada di ujung dua tanduk. Pertama
menghadapi pemberontakan para Bupati dan Adipati, dan kedua Kumpeni Belanda
yang makin lama semakin kuat cengkeramannya pada beberapa wilayah peSisir dan
pelabuhan pelabuhan besar. Itulah sebabnya Sultan Agung menggunakan tangan besi
dalam usahanya memperkuat kedudukan Mataram, dan dalam usahanya pula
mempersatukan Nusantara.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
Kendati mengetahui hal ini, namun para pejuang Pati belum berani bergerak.
Mereka sadar bahwa Sultan Agung seorang raja yang pandai dalam hal ilmu siasat
perang dan ilmu ketatanegaraan, disamping pula sebagai ahli seni. Pasukannya besar
dan kuat, hingga membuat getarnya setiap pihak yang berusaha melawan.
Untuk menghadapi Mataram yang jauh lebih kuat ini, para pejuang Pati
memperhitungkan kekuatan secara masak. Mereka harus menunggu hasil penjualan
benda benda berharga itu. Dan dari haSil penjualan harta tersebut, dapat melengkapi
alat perang maupun persediaan makan.
Ladrang Kuning yang terpilih memimpin penjualan harta berharga ini. Akan tetapi
memang tidak gampang menjual barang berharga berjumlah dua peti besar itu.
Di samping hati hati juga memerlukan waktu. Maka setelah membutuhkan waktu
lebih kurang enam bulan. Ladrang Kuning dan rombongannya dapat kembali ke Muria
sambil membawa uang banyak sekali.
Dengan uang tersebut. para pejuang melaksanakan rencananya. Membangun
kekuatan besar dan persiapan lain yang dibutuhkan untuk perang. Dalam waktu tidak
lama pasukan Pati ini semakin besar kekuatannya, karena sisa pasukan Kabupaten dan
Kadipaten lain yang sudah tunduk kepada Mataram, banyak menggabungkan diri.
Akhirnya Sultan Agung tidak dapat membiarkan kekuatan Pati makin besar dan kuat.
Dikirimlah pasukan besar untuk menumpas gerakan itu. Tetapi karena gerakan Pati ini
dipimpin para tokoh sakti, sukarlah Mataram mengalahkan mereka. Akhirnya Sultan
Agung menggunakan siasat mengurung Muria ini agar putus hubungannya dengan
pihak lain. Dengan siasat ini kendati persediaan makanan cukup banyak, pada akhirnya
pasukan pejuang Pati berantakan. Pastkan Pati menderita kekalahan dan cerai berai.
Ya, manusia bisa berdaya tetapi Allah Maha Kuasa.
Prayoga dan Sarini yang berhasil menyelamatkan diri, telah berpisah dengan kawan
kawan yang lain.
"Kakang," kata Sarini sambil memegang tangan suaminya.

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/
"Kita harus mencari tempat yang aman dan tenteram lebih dahulu. Apabila suasana
sudah reda, kita masih dapat mencari Bapa dan Ibu Guru, serta para tokoh yang lain."
Prayoga tersenyum. lalu jawabnya,
"Aku akan selalu menurut saja. karena engkau lebih cerdik dari aku. Jika engkau
menganggap baik, lakukanlah. Aku akan tutwuri handayani." .
"Terima kasih" sahut Sarini gembira.
"Dan jangan lupa kakang, kita ucapkan selamat berpisah sementara dengan para
pembaca Suara Merdeka yang terhormat. Perlu kita ucapkan terima kasih ., berkenan
mengikuti dengan tekun perjalanan hidup kita ini. Mudah mudahan Tuhan masih
mengabulkan harapan kita, kemudian hari masih dapat menemani para pembaca Suara
Merdeka yang tercinta. di kala senggang".
"Benar," sahut Prayoga.
"Kita wajib mengucapkan terima kasih!"
Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
https://m.facebook.com/groups/1394177657302863
dan
Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel
http://cerita-silat-novel.blogspot.com
Sampai jumpa di lain kisah ya !!!
Situbondo,24 Agustus 2018
Terimakasih
Selesai
Solo, awal 1981.

(KOLEKTOR E-BOOK)

HTTPS://PUSTAKA.EDULICIOUS.MY.ID/

You might also like