Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
A. Hakekat Matematika
1. Definisi Matematika
matematika itu. Para siswa, walaupun hampir setiap hari mereka bergelut
lainnya.13
13
Zaenal Arifin, Membangun Kompetensi Pedagogis Guru Matematika (Surabaya: Lentera
Cendikia, 2009), hlm. 8.
11
12
matematika semua hal sudah pasti dan tidak dapat diubah lagi…. Dengan
kepandaiannya. 15
14
Herman Hudojo, pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika (Malang: UM
Press, 2005), hlm. 35.
15
Moch. Masykur, Abdul Halim Fathani, Mathematical Inteligence (Jogjakarta: Ar-Ruzz
media Group, 2007), hlm. 42-43.
13
struktur-struktur itu. Tokoh lain lagi lebih tertarik pada pola pikir ataupun
Oleh sebab itu, definisi tentang matematika yang muncul beraneka ragam.
Dengan kata lain, tidak terdapat satu definisi tentang matematika yang
secara sistematik.
16
R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 1999/2000), hlm. 11.
17
R. Soejadi, kiar pendidikan ….hlm. 11.
14
Freudenthal)18
teorema, dan bisa dilanjutkan pada level terakhir, yaitu keteraturan yang
hubungannya diatur secara logis. Walaupun tidak ada yang tunggal tentang
2. Karakteristik Matematika
yang saling berbeda itu, dapat ditemukan adanya karakteristik yang dapat
18
Zaenal Arifin, Membangun kompetensi … ,hlm. 10.
19
Zaenal Arifin, Membangun Kompetensi …, hlm. 10.
15
itu adalah:
berpola pikir deduktif (karakteristik 2 dan 3), karena pola pikir deduktif
dikatakan kosong dari arti (secara konseptual), tetapi akan memiliki arti
bahwa ada dua siswa memperoleh nilai 7, dapat pula diartikan ada dua
20
R. Soedjadi, Kiat Membangun…,hlm. 13.
16
kajian matematika.
a. Fakta
telah disepakati, baik berupa simbol atau lambang dan dapat berupa
terbayang pada benak kita adalah simbol “3”. Sebaliknya bila kita
21
Zaenal Arifin, Membangun Kompetensi…, hlm. 11-12.
17
melihat symbol “3” maka padanan yang kita buat adalah kata “tiga”.
b. Konsep
contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut. Jadi, konsep dalam
dari ide tersebut. Pada umunya konsep dalam matematika disusun dari
menjadi prasyarat.
c. Relasi-Operasi
lain, yang dapat sama dengan himpunan semula. Operasi adalah aturan
untuk mendapatkan elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang
d. Prinsip
22
Sudarmanto, tahap berpikir siswa berdasarkan Teori van Hiele dalam belajar geometri di
kelas VII SMPN 1 Sumbergempol Tulungagung Tahun 2011/2012.(koleksi skripsi perpustakaan
STAIN Tulungagung) Hlm, 15-17.
23
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hal.1
19
dilaksanakan.24
a. Tujuan
diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak
seefisien mungkin. Bila salah satu komponen itu tidak sesuai dengan
b. Bahan pelajaran
tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang mengajar pasti memiliki
didik.
24
Ibid., hal. 37
20
d. Metode
e. Alat
f. Sumber pelajaran
g. Evaluasi.
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
25
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar..., hal. 39-50
26
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hal. 26
22
“Cooperative learning methods share the idea that students work together
to learn and are responsible for their teammates learning as well as their
own”28
pembelajaran.
27
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), hal. 32
28
I Nur Asma, Model Pembelajaran kooperatif, (Jakarta: Dirjen Dikti, 2006), hal. 11
29
Muhammad Nur, dkk, Teori Belajar, (Surabaya: UESA Press, 199), hal. 26.
23
gotong-royong kepedulian sesama teman dan lapang dada hal ini karena
pendapat orang lain. Tugas kelompok akan dapat memacu siswa untuk
bekerja secara bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam
siswa belajar lebih banyak materi pelajaran, merasa lebih nyaman dan
kemampuan yang baik untuk berpikir secara kritis, memiliki sikap positif
aktivitas kerja sama, memiliki aspek psikologis yang lebih sehat, dan
30
Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Upi
Press, 2003), hal. 259.
31
Slamet Suryanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat
Publishing, 2005), hal. 149.
24
mencapai ketuntasan materi, belajar belum selesai jika salah satu anggota
32
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis, Konsep,
Landasan, Teoritis Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 42
33
Slavin, Cooperative Learning, (Teori, Riset, Praktik), (Bandung: Nusa Media, 2008), hal.
26-28.
25
dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama siswa.
26
c. Akuntabilitas individual
memberikan bantuan.
tenggang rasa sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
antara pribadi akan mendapat teguran dari guru juga dari teman.34
c. Tatap muka.
34
Nurhadi,dkk, Pembelajarn konstekstual…, hal.61-62.
27
35
Anita Lie, Cooperative Learning (Mempraktekkan Cooperative Learning di ruang Kelas
I, (Jakarta: Grasindo, 2005), hal. 31.
36
Ibid., hal. 21
37
Muslimin Ibrahim, et all, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya:Dirjen Dikti, 2000), hal. 7
28
banyak anak muda dan orang biasa yang masih kurang dalam
ketrampilan sosial.
lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar siswa aktif (student active
38
Nur Asma, Model . . ., hal. 14
30
c. Pembelajaran partisipatorik
bagi masa depan mereka. Berikut ciri-ciri guru rektif, yaitu: (a)
guru dimulai dari hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa, (c) selalu
menanggulanginya.
yang berati tidak ada lagi suasana yang menakutkan atau yang bisa
guru diluar maupun didalam kelas harus ramah dan penuh kasih
39
RE. Slavin, Cooperati Learning…, hal. 98.
32
akademis.
lain. Jika soal tahap tadi telah diselesaikan dengan benar, maka siswa
untuk memecahkan masalah. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap
40
Nurhadi, dkk, Pembelajaran…, hal. 64.
33
c. Jigsaw
41
Ibid., hal. 65.
34
ini, penskoran dilakukan seperti dalam metode STAD dan tim yang
kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
42
Trianto, Model-model Pembelajaran…., 61
43
Anita Lie, Cooperative Learning (Mempraktekkan Cooperative Learning di ruang Kelas
I, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal. 57.
44
Trianto, Model-model Pembelajaran…., 61-62
36
Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit
untuk berpasangan.
yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan
belajar.
komitmen.
Berbagi)
45
Ibid., hal. 62.
38
meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati
Namun dalam penelitian ini dibatasi pada keterampilan betbicara. Cara ini
memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir lebih dahulu tentang sebuah
kepada temannya yang lain. Strategi ini cocok digunakan untuk membantu
46
Aninditya Sri Nugraheni, Penerapan Strategi Kooperatif learning, (Yogyakarta: PT.
Pustaka Insan Madani, 2012), hal. 209
39
Share
Think pair share merupakan suatu cara yang cepat dan tepat
3. Kelebihan
sosial,
4. Kelemahan
47
Dwi Mardika, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair-Share dengan
Metode Resitasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 1 Boyolangu Tahun
Ajaran 2012/2013(STAIN Tulungagung, 2013) hal. 22-23
41
D. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
kepribadian ditandai adanya pola sambutan baru yang dapat berupa suatu
tersebut diperoleh dari menyatukan tiga buah definisi pendek dari belajar.
Perubahan tersebut dapat terjadi dalam hal kecakapan, dalam suatu sikap,
48
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hal. 224-226
42
didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang didasari untuk menin
Hasil belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu prestasi dan
belajar yang telah dilakukan. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari
dikembangkan. Jadi, Hasil belajar adalah hasil pencapaian dari usaha yang
49
Ibid, hal 228
50
M. Fathurrohman & Sulistyorini, Belajar & Pembelajaran..., 118.
51
Paul Suparno, Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan. (Jakarta: Kasinus, 2001), 61.
43
hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal), terdiri dari faktor
bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan
motivasi)
a) Intelegensi
b) Perhatian
52
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 145-146
53
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 52
45
(nonvolitional attention).54
c) Sikap
itu.
d) Bakat
54
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi Dan
Kompetensi (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005), 129-130
46
e) Minat
f) Motivasi
dari diri siswa itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri
55
Syah, Psikologi Belajar, 150.
56
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), 194.
47
sebagainya.57
a) Kematangan
b) Kesiapan
lebih baik.
c) Kelelahan
57
Nanang Hanafiah, dkk, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Refika Aditama,
2009), 26-27
58
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi Dan
Kompetensi (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005), 135-137
48
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak
1) Faktor keluarga
59
Roestiyah, Didaktik Metodik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 57
60
Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 87
49
relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan
61
Ibid.,
62
Slameto, Belajar dan Foktor-faktor..., 65
63
Ibid.,
50
cukup uang.64
sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini pasti
besar. Hal ini terjadi karena anak merasa bahwa nasibnya tidak
65
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Toha Putra, 1995), 370
52
2) Faktor sekolah
persatu.
a) Metode Mengajar
masing-masing.
kemampuan berfikirnya.
66
Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung, Jemmars, 1980), 75
53
berlangsung.
masing.
mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi karena guru kurang
untuk belajar.
67
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya, Usana Offset Printing,
1983), 80.
54
b) Kurikulum
Kurikulum dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran
yang tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan
yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.68
Kurikulum sangat mempengaruhi belajar siswa.
Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap
belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum
yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai
dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Sistem instruksional
sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang
mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa
dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail,
agar dapat melayani siswa belajar secara individual.
c) Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan
siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada
dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar juga dipengaruhi oleh
relasinya dengan gurunya.
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa
akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga
siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga
terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya
pelajarannya tidak maju.
68
Ibid.,
55
tampak.
e) Disiplin Sekolah
f) Alat Pelajaran
siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
lebih maju.
57
g) Waktu Sekolah
sore/malam hari.69
pada kondisi badan yang sudah lemah tadi. Jadi memilih waktu
69
Slameto, Belajar dan Foktor-faktor ..., 70.
58
belajar.
h) Standar Pelajaran
tercapai.
i) Keadaan Gedung
j) Metode Belajar
dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar
yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam
k) Tugas Rumah
kegiatan lainnya.
3) Faktor Masyarakat
masyarakat.
70
Abu Ahmadi, Psikologi…, 97.
60
b) Mass media
karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan
71
Ibid.,
61
c) Teman bergaul
72
Ibid.,
62
intelektual berfikir.
E. Aljabar
disebut konstanta. Konstanta adalah suku dari suatu bentuk aljabar yang
73
Ibid, hal 67-68
63
berupa bilangan tidak memuat variable. Jika suatu bilang 𝑎 dapat diubah
5𝑥 adalah 5, pada suku 3𝑦 adalah 3, pada suku 8𝑥 adalah 8, dan pada suku
aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih. Suku sejenis
adalah suku yang mempunyai variabel dan pangkat yang sama. Suku
tak sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari
Contoh :
Contoh:
2a – 3b + 7 + a – 4b – 2 =
3a – 7b + 5
4. Perkalian
berikut.
𝑘(𝑎𝑥) = 𝑘𝑎𝑥
𝑘(𝑎𝑥 + 𝑏) = 𝑘𝑎𝑥 + 𝑘𝑏
Contoh:
1. 4(𝑝 + 𝑞) = 4𝑝 + 4𝑞 = 4𝑝 + 4𝑞
= (3 + 42)𝑥 − 6 + 6
= 45𝑥
dua berikut.
(𝑎𝑥 + 𝑏)(𝑐𝑥 + 𝑑) = 𝑎𝑥 × 𝑐𝑥 + 𝑎𝑥 × 𝑑 + 𝑏 × 𝑐𝑥 + 𝑏 × 𝑑
Contoh:
= 6𝑥 2 − 4𝑥 + 9𝑥 − 6
= 6𝑥 2 + 5𝑥 − 6
c. Adapun pada perkalian bentuk aljabar suku dua dengan suku tiga
(𝑎𝑥 + 𝑏)(𝑐𝑥 2 + 𝑑𝑥 + 𝑒
= 𝑎𝑥 × 𝑐𝑥 2 × 𝑎〷 × 𝑑𝑥 × 𝑎𝑥 × 𝑒 × 𝑏 × 𝑐𝑥 2 + 𝑏 × 𝑑𝑥 + 𝑏 × 𝑒
5. Perpangkatan
𝑎𝑛 = 𝑎 × 𝑎 × 𝑎 × … × 𝑎
n factor
Contoh:
6. Pembagian
Hasil bagi dua bentuk aljabar dapat diperoleh dengan menentukan terlebih
Contoh:
1. 6𝑎3 𝑏 2 : 3𝑎2 𝑏
Penyelesaian:
6𝑎3 𝑏 2
6𝑎3 𝑏 2 : 3𝑎2 𝑏 =
3𝑎2 𝑏
3𝑎2 𝑏×2𝑎𝑏
= (faktor sekutu 3𝑎2 𝑏)
3𝑎2
= 2𝑎𝑏
Contoh:
Diketahui usia ayah empat kali usia anaknya. Lima tahun kemudian,
usia ayah tiga kali usia anaknya. Tentukan masing-masing umur ayah
dan anaknya.
Penyelesaiaan:
Umur anak = 𝑦,
𝑥 = 4……………………….(i)
𝑥 + 5 = 3(𝑦 + 5)………….(ii)
67
𝑥 + 5 = 3(𝑦 + 5)
4𝑦 + 5𝑦 = 3(𝑦 + 5)
4𝑦 + 5𝑦 = 3𝑦 + 15
4𝑦 + 3𝑦 = 15 − 5
𝑦 = 10
𝑥 = 4 × 10
𝑥 = 40
6,51 dan ttabel = 1,67. Berdasarkan kriteria pengujian, jika thitung > ttabel
kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik daripada hasil belajar