Professional Documents
Culture Documents
GEOTHERMAL DIRECT USE - Teori 1
GEOTHERMAL DIRECT USE - Teori 1
dan temperatur yang tinggi akan berpengaruh terhadap sifat fluidanya. Sifat-sifat
Selama proses mengalir fluida dalam pipa akan terjadi perubahan tekanan
dan temperatur yang akan menyebabkan perubahan sifat fisik fluida. Sifat-sifat
fisik ini digunakan untuk mendukung parameter aliran fluida pada pipa
permukaan, untuk korelasi Tortike (1989) sifat fisik air murni dinyatakan sebagai
berikut :
1. Densitas Fluida
2. Spesifik Volume
3. Viskositas Fluida
4. Temperatur Saturasi
5. Tekanan Saturasi
6. Tegangan Permukaan
18
19
Densitas adalah perbandingan massa dan volume. Satuan dari densitas ()
hingga 640 K.
Densitas Cairan :
Densitas Uap :
dalam (1/). Spesifik volume fluida panasbumi meliputi spesifik volume cairan
mengalir yang berhubungan langsung dengan tipe, ukuran dan struktur molekul
yang menyusun fluida. Satuan viskositas yang umum adalah Pa.s, kg/m.s, N.s/m2.
Viskositas air
Viskositas uap :
saturasi. Dengan bertambahnya tekanan, temperatur didih air pun akan bertambah
tinggi. Pada temperatur saturasi ini, kedua fasa (air dan uap air) dapat berada
bersama-sama.
21
Tabel III-1
Tekanan – Temperatur Saturasi 6)
..........................................(3.8)
keterangan :
.................................................(3.9)
sistem dari suatu keadaan seimbang ke keadaan seimbang lain. Energi yang
pindah dari satu sistem ke sistem lainnya disebut kalor atau panas (heat). Sifat
thermodinamik fluida adalah sifat energi terkandung dalam fluida yang mengalir.
1. Energi Dalam
2. Entalpi
3. Kapasitas Panas
4. Konduktivitas fluida
suatu materi per satu satuan massa. Satuan yang umum digunakan adalah J/kg
atau Kj/kg yang dinyatakan dengan simbol U. Antara energi dalam dan entalpi
uv = hv – (P/v)
ul = hl – (P/l)
keterangan :
h = entalpi, kj/kg
P = tekanan, ksc
subscript v = uap
subscript l = cairan
23
Entalpi adalah jumlah energi dalam dan energi yang dihasilkan oleh kerja
tekanan. Satuan yang umum digunakan adalah j/kg atau kj/kg. Untuk Korelasi air
Entalpi cairan
Entalpi uap
Berlaku dalam kisaran temperatur 273.15 hingga 640 oK, dimana temperatur
menaikkan 1oC tiap unit massa material. Kapasitas panas dapat meningkat sesuai
temperaturnya. Kapasitas panas untuk korelasi air murni dari Tortike (1989),
meliputi :
Kapasitas panas ini berlaku dalam kisaran temperatur 99.6 oC hingga 212.4 oC,
konduktif yang dipengaruhi oleh gradien thermalnya, dalam hal ini adalah air
murni. Konduktivitas air murni berlaku dalam kisaran temperatur 273.15 hingga
Menurut Tortike (1989) persamaan konduktivitas cairan air murni dan uap
Pada suatu sistem aliran fluida yang mengalir dari satu titik ke titik yang
lain dan mengalami berbagai proses mekanik maka perubahan energi akibat
proses yang terjadi dalam sistem tersebut akan mengikuti hukum konservasi
25
energi. Secara umum konservasi energi yang terjadi diantara dua titik tersebut
menyatakan bahwa :
titik tersebut sama dengan energi yang keluar dari titik kedua”.
energi sebagai dasar pengembangan persamaan aliran fluida dalam pipa. Untuk
sistem fluida pemakaian hukum konservasi energi antara titik masuk dan titik (1)
......................................(3.16)
Keterangan :
U = Energi dalam
PV = Energi ekspansi
= Energi kinetik
= Energi potensial
PEMANAS V2
V1 +q 2
1 +Wp
TURBIN POMPA
Z1 Z2
- Wt
Datum
adanya variabel energi dalam,U, yang sulit ditentukan harga absolutnya sehingga
S2 – S1 = dq/T.....................................................................................(3.17)
Untuk hal yang khusus dimana perpindahan panas terjadi pada tekanan tetap,
dq = m Cp dT......................................................................................(3.18)
S2 – S1 = dq/T = m Cp dT/T..............................................................(3.19)
27
Hubungan antara entropi dan energi dalam dapat dinyatakan dalam bentuk
Untuk aliran fluida dalam pipa, pengaruh energi kimiawi, energi permukaan dan
dituliskan :
Secara matematis energi panas dan energi kompresi dapat dinyatakan dalam
persamaan :
dU = TdS + p(-dv).........................................................................(3.22)
kehilangan tekanan aliran dalam pipa , dari persamaan energi (3.16), dalam
.................................(3.23)
Dimana W adalah kerja total yang dilakukan fluida oleh dan terhadap
...............(3.24)
28
.................(3.25)
.....................................................(3.26)
Untuk setiap 1 lb-massa fluida yang mengalir, maka persamaan (3.26) dapat
..........................................................(3.27)
V = 1/.................................................................................................(3.28)
............................................................(3.29)
Untuk persoalan aliran fluida dalam pipa, dimana tidak ada kerja yang
masuk atau keluar dari sistem, maka W = 0, dengan demikian persamaan (3.29)
..................................................................(3.30)
bila persamaan (3.30) dikalikan dengan dan dibagi dengan dZ, maka akan
...................................................................(3.31)
29
Pada persamaan diatas variabel yang belum dapat ditentukan adalah kerja
Pada aliran fluida dalam pipa, faktor gesekan antara fluida dengan dinding
merupakan kerja (Lw) yang hilang akibat proses irreversibel. Pada konsep faktor
gesekan pengaruh terbesar pada aliran fluida dalam pipa adalah gesekan antara
fluida dengan dinding pipa, sedangkan faktor gesekan yang lain dapat diabaikan.
dalam proses kehilangan tekanan aliran fluida dalam pipa adalah perubahan energi
kinetik, terutama pada perubahan laju alir yang tinggi. Perbandingan antara wall
f’ = w /(v2/2gc) = (2 w gc)/(v2).......................................................(3.32)
Untuk menentukan harga faktor gesekan, perlu ditentukan harga wall shear
stress, berdasarkan kesetimbangan gaya antara gaya tekan dengan wall shear
stress pada alian fluida didalam suatu segmen pipa seperti Gambar 3.2., dan
atau :
w = d/4 (dp/dL)f....................................................................................(3.34)
30
w
maka akan diperoleh gradien tekanan sebagai akibat gesekan, dengan persamaan
sebagai berikut :
(dp/dL)f = (2f’v2)/(gcd).....................................................................(3.35)
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Fanning. Dalam bentuk faktor gesekan
(dp/dL)f = (fv2)/(2gcd).......................................................................(3.36)
Untuk aliran laminar, faktor gesekan dapat diturunkan secara analitis dengan
f = (64 )/(vd)...................................................................................(3.40)
f = 64/ NRe............................................................................................(3.41)
antara aliran laminar dan turbulen. Dalam perhitungan batas aliran fluida dalam
pipa antara laminar dan turbulen terjadi pada bilangan Reynold 2100.
antara fluida dengan dinding dalam pipa, diketahui bahwa gradien tekanan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dinding pipa, yaitu dinding pipa halus dan dinding
pipa kasar. Karakteristik dinding pipa ini disebabkan oleh bahan pembuat pipa,
cara pembuatan pipa dan lingkungan dimana pipa tersebut digunakan. Korelasi-
korelasi untuk memperkirakan faktor gesekan, selain merupakan fungsi dari gaya-
gaya momentum dan viscous shear, juga merupakan fungsi dari kekasaran pipa.
Untuk dinding pipa yang halus (smooth pipe), korelasi yang umum
digunakan adalah korelasi Drew, Koo dan Mc. Adam, yang ditunjukkan pada
persamaan berikut :
persamaan (3.42) ini berlaku untuk selang bilangan Reynold antara 3000 sampai
dengan 3x106.
32
Untuk dinding pipa kasar, korelasi faktor gesekan dipengaruhi oleh derajat
kekasaran dinding pipa bagian dalam, yang dinyatakan sebagai kekasaran absolut,
, yang diukur sebagai puncak tertinggi permukaan pipa sebagai kekasaran relatif,
yaitu perbandingan antara kekasaran absolut dengan diameter dalam pipa, /d.
korelasi faktor gesekan untuk pipa kasar yang terbaik sampai saat ini berdasarkan
tergantung pada kekasaran relatif dan bilangan Reynold. Apabila pada permukaan
pipa bagian dalam tedapat lapisan cairan yang cukup tebal, maka kelakuan
pengaruh gesekan, elevasi dan akselerasi, yang dapat ditulis dalam persamaan :
gradien tekanan total ,(dp/dZ)t dan kehilangan tekanan karena elevasi (dp/dZ) g
Asumsi aliran fluida dua fasa meliputi Homogeneous Flow dan Separated Flow.
Homogeneous Flow
Dalam homogeneous flow, aliran fluida dua fasa (Uap dan Air) diasumsikan
fluida satu fasa dengn sifat rata-rata tergantung dari sifat masing-masing fasa.
yang sama seperti cara perhitungan kehilangan tekanan untuk aliran satu fasa.
m = x g + (1 – x) l............................................................................(3.46)
m = 1/m.............................................................................................(3.47)
Apabila laju alir massa fluida adalah m dan luas penampang pipa adalah A (D
Vm = (mm)/A......................................................................................(3.48)
keterangan :
Re = (mVmD)/m.................................................................................(3.50)
34
m = x g + (1 – x) l..........................................................................(3.51)
B = [37530/Re]16................................................................................(3.53)
Separated Flow
Dalam anggapan separated flow, aliran fluida dua fasa (uap-air) berbeda
dengan aliran satu fasa. Perbedaan tersebut terletak pada adanya antar muka
yang menyebabkan uap – air apabila mengalir besama-sama dalam pipa maka
= .......................................(3.54)
Dari persamaan diatas nampak parameter liquid hold up, HL dan faktor
gesekan dua fasa, ftp yang memegang peranan dalam kehilangan tekanan untuk
pipa yang terisi cairan dengan volume dari pipa tersebut. Secara empiris dapat
HL = ..........................................................(3.55)
Korelasi liquid hold-up diturunkan sesuai dengan popa aliran yang terjadi .
terhadap pola aliran pada posisi pipa horisontal. Dengan demikian untuk suatu
HL(θ) = ψ HL(0)...................................................................................(3.56)
Keterangan :
HL(0) = .....................................................................................(3.57)
Harga a,b dan c ditentukan berdasarkan pola aliran, yang dinyatakan pada
Tabel III-2.
gradien tekanan sebagai akibat perbedaan elevasi. Besarnya harga liquid hold up
36
pada sudut kemiringan pipa HL(θ), mempunyai batasan yaitu H L(θ) > dan 0 <
HL(θ) 1
Tabel III-2
Konstanta a, b, dan c untuk Persamaan (3.57) 9)
Pola aliran A b c
=1+C .................................................(3.58)
Dimana adalah sudut kemiringan pipa terhadap bidang horisontal dan C adalah
pola aliran yang diperkirakan. Harga C ditentukan berdasarkan pola aliran dan
arah kemiringan pipa. Dimana konstanta C positif untuk pipa dengan θ > 0, dan C
Segregated C+ = (1 – λ)ln
Intermittent C+ = (1 – λ)ln
Distributed C+ = 0
Tabel III-3
Konstanta d, e, f dan g untuk Persamaan (3.59) 9)
Pola aliran D e f g
kehilangan tekanan yang terjadi pada aliran fluida dua fasa. Faktor gesekan dua
fasa, ftp, dikoreksi terhadap faktor gesekan tanpa terjadi slip berdasarkan
persamaan :
38
Harga fns adalah faktor gesekan “no-slip” yang dapat ditentukan dari diagram
fns = .......................................(3.61)
persamaan :
NRens = .............................................................(3.62)
Atau :
NRens = .........................................................................(3.63)
10-2 dan kisaran dari bilangan Reynold antara 10 3 dan 108. Persamaan Jain tersebut
= es ...............................................................................................(3.65)
dimana :
S =
..............................................................................................................(3.66)
39
dan y=
Persamaan (3.66) akan berharga tak terhingga pada interval 1 < y < 1.2 dan untuk
S = ln (2.2y – 1.2)................................................................................(3.67)
X = ln ().............................................................................................(3.70)
(bilangan froude)...........................................................(3.71)
1. Jika NFR < L1 maka pola aliran fluida dalam pipa adalah segregated.
40
bila
Bila
2. Jika NFR >L1 dan NFR > L2 , pola aliran fluida yang terjadi distributed.
3. Jika L1 < NFR <L2, pola aliran fluida dalam pipa adalah intermittent.
bila > 0
bila < 0
41
2. Dari steam table ditentukan sifat fisik fluida pada saat tekanan inlet (P1)
5. Tentukan besarnya no-slip liquid hold-up (), bilangan Froude (NFr) dan
X = ln ()
42
(bilangan froude)
persamaan :
C = (1-L) ln(d(L)e(NLv)f(NFr)g
s = LHL + g(1-HL)
= LL + g(1-L)
NRens =
fns =
persamaan :
43
S=
y=
1 y 1.2
S = ln (2.2y –1.2)
12. Tentukan besar kehilangan tekanan tiap segmen pipa dengan persamaan :
,psi
keterangan:
d = diameter pipa, ft
f = faktor gesekan
yang terjadi karena perbedaan temperatur di antara dua buah sistem. Dikenal ada
tiga cara perpindahan panas, yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi.
dari media yang bertemperatur tinggi ke media bertemperatur lebih rendah pada
suatu medium (padat, cair atau gas). Dalam aliran panas secara konduksi
Q = - k.A.(dT/dx).................................................................................(3.72)
Atau :
q = - k.(dT/dx)......................................................................................(3.73)
keterangan :
energi panas dengan cara kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan
perpindahan energi antar permukaan pada medium (padat, cair atau gas) sehingga
energi yang dipindahkan oleh fluida pada suatu dinding disebabkan adanya proses
Q = hc. A. T......................................................................................(3.74)
Keterangan :
T1 = temperatur fluida, oC
T2 = temperatur pipa, oC
hampa tanpa menyebabkan perubahan suhu ruang. Contoh adalah radiasi panas
berikut :
Q = T4 ..........................................................................................(3.75)
Keterangan :
lingkungan. Untuk mengurangi pelepasan panas menuju lingkungan pada pipa alir
Tw
r3 Ta
r2
ho
hi r1
k1
k2
Dalam suatu aliran fluida dalam pipa permukaan proses kehilangan panas
diawali dari dalam pipa (kolom fluida). Kehilangan panas dalam kolom fluida
Q = hi A1 ( Ti – T1).............................................................................(3.76)
Untuk aliran dua fasa Koefisien transfe panas disisi dalam pipa ditentukan dengan
persamaan :
Keterangan :
Keterangan :
sebagai berikut :
Keterangan :
Koefisien perpindahan panas di sisi luar pipa (ho) dihitung dengan menggunakan
persamaan :
ho = (Nu. ka)/do’................................................................................(3.81)
keterangan :
= 1/Tf................................................................................................(3.85)
Tf = 0.5(Tw – Ta).................................................................................(3.86)
Keterangan :
dari kolom fluida menuju ke lingkungan. kehilangan panas yang terjadi mulai dari
kolom fluida sampai dengan udara luar (lingkungan) atau sama dengan
Q = Uo .Ao. ( Ti – Ta)..........................................................................(3.88)
Didalam suatu perambatan panas maka besarnya panas dalam kolom fluida
sama dengan panas yang melalui pipa besi, insulasi dan panas yang lepas ke udara
dengan persamaan :
atau :
keterangan :
Ao = A3 = 2.r3L
Ai = 2.r1.L
A1 = 2.ln(r2/r1)L
A2 = 2.ln(r3/r2)
sehingga :
persamaan :
Koefisien perpindahan panas pada bagian dalam pipa (h i) dapat ditentukan dengan